Anda di halaman 1dari 25

BAB II MATERI POKOK I

PERATURAN DAN PERUNDANGAN K2


( Keselamatan Ketenagalistrikan )
BAB II MATERI POKOK I

PERATURAN DAN PERUNDANGAN K2 ( Keselamatan Ketenagalistrikan )

A. Undang – Undang Ketenaga Listrikan

Undang Undang Nomor 30 tahun 2009 pasal 44 ini, telah mengatur keketentuan
maupun syarat syarat keselamatan ketenagalistrikan (K2) sbb:

(1) Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan


keselamatan ketenagalistrikan.
(2) Ketentuan keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bertujuan untuk mewujudkan kondisi:
o andal dan aman bagi instalasi;
o aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk hidup
lainnya; dan
o ramah lingkungan.
(3) Ketentuan keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
o pemenuhan standardisasi peralatan dan pemanfaat
tenaga listrik;
o pengamanan instalasi tenaga listrik; dan
o pengamanan pemanfaat tenaga listrik.
(4) Setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki sertifikat laik
operasi.
(5) Setiap peralatan dan pemanfaat tenaga listrik wajib memenuhi ketentuan
standar nasional Indonesia.
(6) Setiap tenaga teknik dalam usaha ketenagalistrikan wajib memiliki sertifikat
kompetensi.
(7) Ketentuan mengenai keselamatan ketenagalistrikan, sertifikat laik operasi,
standar nasional Indonesia, dan sertifikat kompetensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (6) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
B. Tujuan dari K2
Secara umum, tujuan diterapkannya K2 dalam UU Nomor 30 tahun 2009 tersebut
adalah :

 Mewujudkan Keandalan dan Keamanan Instalasi Listrik.


Keandalan dan Keamanan instalasi listrik, akan dapat terwujud apabila para
operator senantiasa melakukan pengoperasian mesin diesel sesuai SOP
yang berlaku diperusahaan. Dengan diterapkannya SOP secara benar,
dipastikan kesalahan maupun penyimpangan pengoperasian tidak akan
terjadi yang pada akhirnya peralatan maupun instalasi mesin diesel terhindar
dari kesrusakan maupun ketidaknormalan selama beroperasi.

 Mewujudkan Keamanan Manusia dan Mahluk hidup lainnya


Selain keamanan instalasi, yang tidak kalah pentingnya adalah keamanan
manusia serta makhluk hidup disekitar lokasi pembangkit diesel ini. Setelah
keamanan instalasi terjamin, maka keamanan manusia akibat kerusakan
instalasi terjamin. Namun demikian, masih ada ancaman lain bagi manusia itu
sendiri yaitu berupa perilaku serta kondisi tidak aman yang dilkukan oleh
manusia antara lain:
o Penggunaan perangkat APD yang tidak sesuai, bahkan tidak
menggunakan sama sekali.
o Kondisi lantai kerja yang kotor bahkan oleh adanya ceceran minyak
pelumas dll
o Membiarkan peralatan berputar atau bertegangan listrik dalam
keadaan terbuka dll
Untuk menghindari hal tersebut di atas, diperlukan tenaga teknik yang secara
konsisten peduli, disiplin dan sesegera mungkin melakukan koreksi jika
melihat dan mengetahui kondisi tidak aman dimanapun dia berada, sesuai
dengan yang telah diuraikan tersebut di atas.

 Mewujudkan Kondisi Ramah Lingkungan.


Lingkungan mempunyai arti bahwa, keberadaan pembangkit diesel ini
mempunyai pengaruh negatif terhadap area yang lebih luas dari pada area
pembangkit sendiri. Pembangkit dikatagorikan ramah lingkungan apabila
bahan bahan polutan yang dikeluarkannya masih memenuhi standar yang
ditetapkan oleh pemerintah.
Secara sederhana, dengan beroperasinya mesin pembangkit diesel ini, tidak
ada cemaran atau bahan berbahaya lainnya yang terbuang apalagi dibuang
ke area disekitarnya.
Bahan bahan berbahaya tersebut antara lain dan tidak terbatas pada :
o Minyak pelumas
o Minyak sekat (trafo)
o Bahan pembersih
o Bahan kimia
o Debu
o Sampah
o Paparan udara panas yang tidak terkendali

B1. Keselamatan Instalasi

Hal pertama dalam UU 30 tersebut adalah terwujudnya kondisi instalasi yang aman
sepanjang waktu agar instalasi handal, efisien, tidak mengganggu manusia serta
lingkungan sekitarnya.
Selain instalasi harus dioperasikan pada parameter operasi yang aman, namun
instalasi PLTD kecil harus terhindar dari kondisi tidak aman seperti:
 Sistem pembumian, harus terpasang pada peralatan yang berpotensi
akan menerima sengatan listrik dan dapat mengganggu peralatan itu
sendiri serta manusia. Pembumian harus terbuat dari bahan konduktor
dengan resistansi rendah seperti tembaga dan diukur nilainya secara
berkala.
 Hubungan antarperalatan dengan konstruksi mur baut, kampuh keling,
maupun las harus terjaga kondisi serta tingkat kekencangannya.
 Lingkungan kerja, harus terhindar dari kondisi tidak aman seperti ceceran
minyak pelumas, air, bahan kimia, barang atau peralatan yang dapat
mengganggu mobilitas personil. Kondisi tersebut, selain dapat
menimbulkan kecelakaan, juga dapat mencemari lingkungan.
 Kepatuhan terhadap SOP bagi para operator juga mutlak diperlukan,
khususnya dalam hal pelaksanaan tagging. Selain mematuhi ketentuan
dalam SOP, pelaksanaan tagging harus didukung dengan koorddinasi
yang baik serta dilengkapi dengan tanda bahaya, dan jika menuntut area
bebas yang lebih luas, harus dipasangan “police line”

B.1.1 Prosedur tagging

Sistem tagging adalah mencakup pemadaman, pengisolasian peralatan,


pemasangan tanda dan izin untuk bekerja. Hal ini dilakukan bila berdasarkan
pertimbangan keselamatan kerja peralatan yang dikerjakan (dilakukan
pemeliharaan) dapat menimbulkan bahaya terhadap manusia atau lingkungan, maka
peralatan tersebut harus diisolasi dan diberi kartu (tanda) peringatan.

Tagging di unit pembangkit dilakukan oleh bagian operasi (operator) atas


permintaan dari bagian pemeliharaan. Pengontrolan terhadap tagging harus
mencakup pengujian pelaksanaan tagging dan prosedurnya. Dalam hal ini
pengawas dapat melakukannya dengan mencetak langkah pengisolasian dan
tagging serta memberi petunjuk bila terjadi kekeliruan. Mengingat pentingnya
langkah – langkah pengisolasian dan tagging peralatan yang benar, maka pengawas
hendaknya selalu melakukan pengujian dan menyegarkan (mengingatkan) kembali
prosedur tersebut secara berkala. Langkah – langkah utama yang perlu diperhatikan
dalam tagging adalah :

o Pemadaman peralatan

o Pengisoalasian peralatan dan pemasangan tanda peringatan (tag)

o Pemasangan pentanahan

o Pembuangan/ pelepasan tenaga mekanik yang dapat menimbulkan bahaya


(tekanan udara, per, dsb)

o Pembukaan tenaga penggerak (tegangan kontrol) dan penguncian.

Suatu pekerjaan dan perintah kerja pemeliharaan harus dilakukan berdasarkan


laporan kerusakan. Laporan kerusakan pada dasarnya datang dari bagian operasi
(operator). Oleh karena itu pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan melibatkan bagian
operasi dan bagian pemeliharaan.
B.1.2 Perbaikan kerusakan

Laporan (kartu) kerusakan dan perintah kerja mempunyai fungsi :

o Memberi catatan rekaman kejadian

o Memastikan bahwa kerusakan diberitahukan dengan cepat bagian


pemeliharaan

o Membantu bagian pemeliharaan untuk memastikan prioritas kapan program


kerja disusun

o Merupakan cara pengontrolan bahwa kerusakan telah diperbaiki dengan


memuaskan dengan pengesahan bagian operasi.

o Memberikan catatan kerja yang telah dilakukan untuk riwayat unit (peralatan)
dan system filling.

B.1.3 Tipe Tagging

Kartu kerusakan biasanya dirancang dalam pola yang berbeda sesuai dengan
bidang pemeliharaannya. Warna kertas juga dibuat berbeda untuk bidang
pemeliharaan listrik, mekanik dan kontrol & instrumen.

Laporan dibuat oleh bagian operasi atai ketika terjadi kerusakan pada unit. Laporan
harus dilengkapi data atau fakta yang relevan dan identifikasi bagian atau item unit
yang terkait.

Bila sifat dan lokasi kerusakan sulit diuraikan, lengkapi dengan gambar sket. Untuk
menunjukan bahwa pemeliharaan itu harus segera dilakukan atau tidak, maka pada
laporan diberi kolom tingkat prioritas pekerjaan.

Misalnya tingkat prioritas adalah I, II, dan III, dimana : Prioritas ” I ” artinya urgen dan
segera tidak dapat ditunda (yaitu kerusakan yang membahayakan keselamatan atau
ketersediaan).

Prioritas ”II” menunjukan pekerjaan penting yang memerlukan perhatian segera


mungkin.
Prioritas ”III” menunjukan kurang penting dan pekerjaan dapat ditunda, misalnya
kerusakan yang dapat menunggu sampai tenaga kerja tersedia atau menunggu saat
overhoul. Informasi lain yang perlu dalam kartu kerusakan dan perintah kerja adalah
yang bersifatmembantu pelaksanaan kerja seperti :

Keperluan terhadap ”Izin” untuk bekerja”.Keperluan untuk pemadaman unit atau


pengaturan pengisolasian.

B.1.4 Alur Sistem Tagging.

Bila berdasarkan pertimbangan keselamatan kerja dsb, peralatan yang akan


dikerjakan dapat menimbulkan bahaya terhadap manusia, maka peralatan harus
diisolasi dan diberi kartu peringatan (tagging).

o Enjiner/ Ass. Enjiner atau kepala seksi membuat permohonan ijin untuk
bekerja,diserahkan kepada Teknisi (kepala urusan) pemeliharaan yang
bersangkutan.

o Teknisi menunjuk petugas pelaksana untuk melaksanakan pekerjaan.


Petugaspelaksana menyerahkan permohonan ijin untuk bekerja kepada
Kepala Operator.

o Kepala Operator menunjuk operator untuk melaksanakan pemadaman


danpengisolasian peralatan dengan mengisi kartu urutan pengisolasian dan
memasang kartu tagging pada peralatan yang diisolasi

o Pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan.

o Bila pekerjaan pemeliharaan selesai, pengisolasian dibatalkan sesuai urutan


yang benar, kartu tagging dilepas.Catatan pengisolasian dan kartu tagging di
File.

o Petugas melaksanakan pemeliharaan hingga selesai termasuk pengujian,


dan mengembalikan kartu yang telah mendapat pengesahan tentang
pekerjaan (dari operator) dengan dilengkapi informasi seperlunya.

o Petugas operator dan pemeliharaan membatalkan kartu tagging dengan


persetujuan kepala operator.

o Tindakan pada operator diambil dan dikembalikan ke bagian lain.


B.1.5 Prosedur Pengisolasian Peralatan istrik.

Sebelum melakukan pekerjaan pemeliharaan peralatan listrik (tegangan tinggi atau


menengah) yang mengharuskan pembebasan tegangan, maka setelah pemadaman
harus dilakukan pengisolasian. Adapun prosedur pengisolasian peralatan listrik
adalah sebagai berikut :

o Peralatan pengisolasi, bila memungkinkan harus dikunci, kartu tanda


peringatan (tag) harus dipasang pada semua titik pengisolasian.

o Pentanahan harus dipasang pada daerah yang diisolasi dan bila


memungkinkan dikunci.

o Isi dari peralatan tegangan tinggi harus dibuat (diatur) ketingkat yang tidak
berbahaya dan bila pembuangan (drain) naik ke tingkat yang berbahaya
harus dikunci dalam posisi yang sesuai.

o Bila berbahaya dapat timbul dari tekanan, unit/ peralatan tegangan tinggi
harus divent dan bila vent dapat menimbulkan bahaya, ia harus dikunci dalam
posisi yang sesuai.

o Bila diperlukan untuk memasuki, peralatan harus dipurge, bila sisa


(kandungan) isinya dapat menyebabkan bahaya.

o Bila bahaya dapat timbul dari pelepasan energi yang tersimpan, harus
dilakukan tindakan untuk mengisi atau melepas (membuang) energi ini secara
aman. Juga penting untuk memblokir pasok tenaga penggerak (termasuk
tegangan kontrol ) selama periode ijin untuk bekerja berlangsung. Sebelum
memasukan kembali pasok tenaga penggerak, harus dipastikan bahwa
tindakan pencegahan telah dilaksanakan terutama pada dan setelah
membuka isolasi yang memungkinkan terjadinya restorasi (pengembalian).

Bila induksi tegangan dapat menimbulkan bahaya pekerjaan, saluran pentanahan


harus dipasang. Setiap memasang saluran pentanahan portabel harus disertai
dengan ijin untuk bekerja bersama dengan skedul pentanahan. Ijin untuk bekerja
pada peralatan listrik harus diterbitkan oleh pejabat senior yang berwenang dan
bertanggung jawab menjamin seluruh syarat keselamatan kerja dan tindakan
pencegahan telah dipenuhi.

Tindakan boleh ada kesalahan dalam pekerjaan listrik, tegangan tinggi untuk
bekerja, atau melakukan pengujian pada peralatan listrik, peralatan harus dimatikan
(tidak bertegangan) bila memungkinkan.

Tindakan pencegahan harus dilakukan terhadap kemungkinan dihidupkannya listrik


dengan tak sengaja, yaitu dengan :

o Mengunci PMT (saklar) dan pemisah

o Membuka dan mengeluarkan sekering.

o Memasang pemberitahuan yang terlihat jelas bahwa peralatan sedang


dalam pekerjaan.

Bila keadaan mengharuskan bekerja pada peralatan listrik tegangan rendah yang
tetap bertegangan, maka pekerjaan harus dilaksanakan dengan hati – hati dan
tindakan pencegahan sebagai berikut :

Gunakan tangga yang berisolasi.

o Sarung tangan karet.

o Sepatu pengaman yang terisolasi.

o Kunci – kunci berisolasi.

Perkakas (tool) yang berisolasi.

Pasang pembatas terhadap sirkit hidup (bertegangan) yang disebelahnya.

Daerah yang dikerjakan harus diberi pembatas dan dilindungi dari daerah bahaya
disebelahnya. Hanya dengan pengawasan yang ketat pekerjaan pemeliharaan
peralatan listrik dapat dilaksanakan tanpa menimbulkan kecelakaan. Walaupun
kecelakaan akibat listrik jarang terjadi, tetapi bila terjadi berakibat gawat baik
terhadap kerusakan alat/ unit maupun terhadap manusia.

B.2 Keselamatan / Aman Bagi manusia dan mahluk Hidup Lainnya


Perlu diketahui ada dua hal terbesar yang menjadi penyebab kecelakaan kerja
antara lain :

o Perilaku yang tidak aman dan

o Kondisi lingkungan yang tidak aman

Meski demikian, berdasarkan data dari Biro Pelatihan Tenaga Kerja, penyebab
kecelakaan yang pernah terjadi hingga menyebabkan keselamatan kerja terganggu,
hingga saat ini lebih diakibatkan oleh perilaku yang tidak aman dengan factor
sebagai berikut:

o Sembrono dan tidak hati - hati

o Tidak mematuhi peraturan

o Tidak mengikuti standar prosedur kerja

o Tidak memakai alat pelindung diri

o Kondisi badan yang lemah

Persentase penyebab kecelakaan kerja yaitu 3% dikarenakan sebab yang tidak bisa
dihindarkan, seperti bencana alam. Faktor lain yang mengganggu keselamatan kerja
24% disebabkan lingkungan atau peralatan yang tidak memenuhi syarat dan 73%
karena perilaku yang tidak aman.

Tentu saja, cara yang paling efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
adalah dengan menghindari terjadinya lima perilaku tidak aman yang telah
disebutkan di atas. Oleh karena itu, harus diambil tindakan yang tepat terhadap
tenaga kerja dan perlengkapan, agar tenaga kerja memiliki konsep keselamatan dan
kesehatan kerja demi mencegah terjadinya kecelakaan.

Jika demikian, pendidikan akan kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting
artinya. Tujuannya antara lain untuk melindungi kesehatan tenaga kerja,
meningkatkan efisiensi kerja, mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit.
Berikut berbagai arah keselamatan dan kesehatan kerja :

o Mengantisipasi keberadaan faktor penyebab bahaya dan melakukan


pencegahan sebelumnya.

o Memahami jenis-jenis bahaya yang ada di tempat kerja


o Mengevaluasi tingkat bahaya di tempat kerja

o Mengendalikan terjadinya bahaya atau komplikasi.

Terkait keselamatan kerja, faktor penyebab berbahaya yang paling sering ditemukan
antara lain adalah :

1. Bahaya jenis kimia: terhirup atau terjadinya kontak antara kulit dengan cairan
metal, cairan non-metal, hidrokarbon dan abu, gas, uap steam, asap dan embun
yang beracun.

2. Bahaya jenis fisika: lingkungan yang bertemperatur panas dan dingin,


lingkungan yang beradiasi pengion dan non pengion, bising, vibrasi dan tekanan
udara yang tidak normal.

B.2.1 Dalam bidang regulasi

Regulasi yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah sudah banyak, diantaranya :

1. UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

2. UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

3. KepMenKes No 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan


Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.

4. Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor


Penyakit Akibat Kerja.

5. Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1976 tentang Kewajiban Latihan


Hiperkes Bagi Dokter Perusahaan.

6. Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1979 tentang Kewajiban Latihan Hygiene


Perusahaan K3 Bagi Tenaga Paramedis Perusahaan.

7. Keputusan Menaker No Kep 79/MEN/2003 tentang Pedoman Diagnosis dan


Penilaian Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja.

8. Undang-Undang RI No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan

Bab XI Pasal 44 ayat 1&2 sbb:

Ayat 1 : K2 (keselamatan ketenagalistrikan )


Ayat 2: K2 bertujuan untuk mewujudkan kondisi :

a. Andal dan aman bagi instalasi

b. Aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya

c. Ramah lingkungan

B.2.2 Kecelakaan kerja

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03 /MEN/1998 tentang Tata


Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan
kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula
yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.

Secara umum, ada dua sebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu penyebab dasar
(basic causes) dan penyebab langsung (immediate causes)

B.2.3 Penyebab Dasar

Faktor manusia/pribadi, antara lain karena :

o kurangnya kemampuan fisik, mental, dan psikologis

o kurangny/lemahnya pengetahuan dan ketrampilan/keahlian.

o Stress

o motivasi yang tidak cukup/salah

Faktor kerja/lingkungan, antara lain karena :

o tidak cukup kepemimpinan dan atau pengawasan

o tidak cukup rekayasa (engineering)

o tidak cukup pembelian/pengadaan barang

o tidak cukup perawatan (maintenance)


o tidak cukup alat-alat, perlengkapan dan berang-barang/bahan-
bahan.

o tidak cukup standard-standard kerja

o penyalahgunaan

B.2.4 Penyebab Langsung

Kondisi berbahaya (unsafe conditions/kondisi-kondisi yang tidak (standard) yaitu


tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan,
misalnya :

o Peralatan pengaman/pelindung/rintangan yang tidak memadai atau


tidak memenuhi syarat.

o Bahan, alat-alat/peralatan rusak

o Terlalu sesak/sempit

o Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang mamadai

o Bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan

o Kerapihan/tata-letak (housekeeping) yang buruk

o Lingkungan berbahaya/beracun : gas, debu, asap, uap, dll

o Bising

o Paparan radiasi

o Ventilasi dan penerangan yang kurang

Tindakan berbahaya (unsafe act/tindakan-tindakan yang tidak standard) adalah


tingkah laku, tindak-tanduk atau perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan,
misalnya:

o Mengoperasikan alat/peralatan tanpa wewenang.

o Gagal untuk memberi peringatan.

o Gagal untuk mengamankan.


o Bekerja dengan kecepatan yang salah.

o Menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi.

o Memindahkan alat-alat keselamatan.

o Menggunakan alat yang rusak.

o Menggunakan alat dengan cara yang salah.

o Kegagalan memakai alat pelindung/keselamatan diri secara benar.

B.2.5 Faktor penyebab kejadian kecelakan di industri, antara lain:

o Kegagalan komponen, misalnya desain alat yang tidak memadai &


tidak mampu menahan     tekanan, suhu atau bahan korosif

o Penyimpangan dari kondisi operasi normal, seperti kegagalan


dalam pemantauan proses,     kesalahan prosedur, terbentuknya
produk samping

o Kesalahan manusia (human error), seperti mencampur bahan kimia


tanpa mengetahui jenis &     sifatnya, kurang terampil, & salah
komunikasi

o Faktor lain, misalnya sarana yang kurang memadai, bencana alam,


sabotase, kerusuhan massa.

B.2.6 Klasifikasi Kecelakaan kerja:

 Menurut jenis kecelakaan

o Jatuh

o Tertimpa benda jatuh

o Menginjak, terantuk

o Terjepit,terjempit

o Gerakan berlebihan

o Kontak suhu tinggi


o Kontak aliran listrik

o Kontak dengan bahan berbahaya/radiasi

 Menurut media penyebab


o Mesin
o Alat angkut & alat angkat
o Peralatan lain
o Bahan, substansi & radiasi
o Lingkungan kerja
o Penyebab lain

 Menurut sifat cedera


o Patah tulang
o Keseleo
o Memar
o Amputasi
o Luka bakar
o Keracunan akut
o Kematian

 Menurut bagian tubuh yang cedera


o Kepala
o Leher
o Badan
o Anggota gerak atas
o Anggota gerak bawah

B.3. Keselamatan / Ramah Lingkungan

Pengertian kesehatan lingkungan

Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)


Suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang
dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas
hidup manusia yang sehat dan bahagia.

Menurut WHO (World Health Organization)

Suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar
dapat     menjamin keadaan sehat dari manusia.

Menurut kalimat yang merupakan gabungan (sintesa dari Azrul Azwar, Slamet
Riyadi, WHO dan Sumengen)

Upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan


menuju keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan manusia yang semakin
meningkat.

Ruang lingkup kesehatan lingkungan

Menurut WHO ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan :

1) Penyediaan Air Minum

2) Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran

3) Pembuangan Sampah Padat

4) Pengendalian Vektor

5) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia

6) Higiene makanan, termasuk higiene susu

7) Pengendalian pencemaran udara

8) Pengendalian radiasi

9) Kesehatan kerja

10) Pengendalian kebisingan

11) Perumahan dan pemukiman

12) Aspek kesling dan transportasi udara


13) Perencanaan daerah dan perkotaan

14) Pencegahan kecelakaan

15) Rekreasi umum dan pariwisata

16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan


epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.

17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

Menurut Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesehatan


lingkungan ada 8 :

1) Penyehatan Air dan Udara

2) Pengamanan Limbah padat/sampah

3) Pengamanan Limbah cair

4) Pengamanan limbah gas

5) Pengamanan radiasi

6) Pengamanan kebisingan

7) Pengamanan faktor penyakit

8) Penyehatan dan pengamanan lainnya : Misal Pasca bencana.


Soal Latihan

A. LATIHAN

Pertanyaan :

1. Sebutkan salah satu Penyebab Kecelakaan ?

2 . Apa maksud dan tujuan dari Undang – Undang Kesehatan dan

Keselamatan Kerja ?

3. Ada berapa jenis penyebab yang paling sering diketemukan dalam


kecelakaan kerja ?

4. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor berapa yang


mengatur regulasi tentang K 2 ?

5. Sebutkan Langkah Utama dalam SOP (Prosedur) sistem tagging ?


Jawaban Soal Latihan

Jawaban Soal latihan .

1. Perilaku yang tidak aman

2. Untuk melindungi kesehatan tenaga kerja , meningkatkan efesiensi dan


mencegah kecelakaan kerja .

3. Bahaya jenis kimia dan bahaya jenis fisika

4. Undang – undang RI no: 30 tahun 2009 bab XI pasal 42 ayat 1 & 2

5. Mengisolasi peralatan , Pemasangan tanda pagging dan izin untuk bekerja .


RANGKUMAN

Undang Undang Nomor 30 tahun 2009 pasal 44 ini, telah mengatur keketentuan
maupun syarat syarat keselamatan ketenagalistrikan (K2) sbb:

(1) Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan


keselamatan ketenagalistrikan.
(2) Ketentuan keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bertujuan untuk mewujudkan kondisi:
o andal dan aman bagi instalasi;
o aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk hidup
lainnya; dan
o ramah lingkungan.
(3) Ketentuan keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
o pemenuhan standardisasi peralatan dan pemanfaat
tenaga listrik;
o pengamanan instalasi tenaga listrik; dan
o pengamanan pemanfaat tenaga listrik.
(4) Setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki sertifikat laik
operasi.
(5) Setiap peralatan dan pemanfaat tenaga listrik wajib memenuhi ketentuan
standar nasional Indonesia.
(6) Setiap tenaga teknik dalam usaha ketenagalistrikan wajib memiliki sertifikat
kompetensi.
(7) Ketentuan mengenai keselamatan ketenagalistrikan, sertifikat laik operasi,
standar nasional Indonesia, dan sertifikat kompetensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (6) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Tujuan dari K2
Secara umum, tujuan diterapkannya K2 dalam UU Nomor 30 tahun 2009 tersebut
adalah :

 Mewujudkan Keandalan dan Keamanan Instalasi Listrik.


 Mewujudkan Keamanan Manusia dan Mahluk hidup lainnya
 Mewujudkan Kondisi Ramah Lingkungan.

Penyebab kecelakaan kerja antara lain :

 Perilaku yang tidak aman dan

 Kondisi lingkungan yang tidak aman

Meski demikian, berdasarkan data dari Biro Pelatihan Tenaga Kerja, penyebab
kecelakaan yang pernah terjadi hingga menyebabkan keselamatan kerja terganggu,
hingga saat ini lebih diakibatkan oleh perilaku yang tidak aman dengan factor
sebagai berikut:

 Sembrono dan tidak hati - hati

 Tidak mematuhi peraturan

 Tidak mengikuti standar prosedur kerja

 Tidak memakai alat pelindung diri

 Kondisi badan yang lemah

Tujuannya antara lain untuk melindungi kesehatan tenaga kerja, meningkatkan


efisiensi kerja, mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit. Berikut berbagai
arah keselamatan dan kesehatan kerja :

 Mengantisipasi keberadaan faktor penyebab bahaya dan melakukan


pencegahan sebelumnya.

 Memahami jenis-jenis bahaya yang ada di tempat kerja


 Mengevaluasi tingkat bahaya di tempat kerja

 Mengendalikan terjadinya bahaya atau komplikasi


Terkait keselamatan kerja, faktor penyebab berbahaya yang paling sering ditemukan
antara lain adalah :

 Bahaya jenis kimia: terhirup atau terjadinya kontak antara kulit dengan cairan
metal, cairan non-metal, hidrokarbon dan abu, gas, uap steam, asap dan embun
yang beracun.

 Bahaya jenis fisika: lingkungan yang bertemperatur panas dan dingin,


lingkungan yang beradiasi pengion dan non pengion, bising, vibrasi dan tekanan
udara yang tidak normal.

Dalam bidang regulasi

Undang-Undang RI No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan

Bab XI Pasal 42 ayat 1&2 sbb:

Ayat 1 : K2 (keselamatan ketenagalistrikan )

Ayat 2: K2 bertujuan untuk mewujudkan kondisi :

 Andal dan aman bagi instalasi

 Aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya

 Ramah lingkungan

Secara umum, ada dua sebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu penyebab dasar
(basic causes) dan penyebab langsung (immediate causes)

 Penyebab Dasar

 Penyebab Langsung
Keselamatan Instalasi

Prosedur Tagging

Sistem tagging adalah mencakup pemadaman, pengisolasian peralatan,


pemasangan tanda dan izin untuk bekerja. Hal ini dilakukan bila berdasarkan
pertimbangan keselamatan kerja peralatan yang dikerjakan (dilakukan
pemeliharaan) dapat menimbulkan bahaya terhadap manusia atau lingkungan, maka
peralatan tersebut harus diisolasi dan diberi kartu (tanda) peringatan atau tagging

Peralatan Keselamatan Kerja.

Alat komunikasi pada suatu pusat pembangkit adalah sangat penting, mengingat
dalam pusat pembangkit diperlukan hubungan yang terus menerus antar sesama
petugas maupun hubungan pusat pembangkit dengan pihak lain/ keluar (control
room dengan lokal, lokal dengan lokal, control room dengan pihak lain yang sangat
erat hubungannya dengan operasi pusat pembangkit).

Prosedur Pengisolasian Peralatan istrik.

Sebelum melakukan pekerjaan pemeliharaan peralatan listrik (tegangan tinggi atau


menengah) yang mengharuskan pembebasan tegangan, maka setelah pemadaman
harus dilakukan pengisolasian.

Tindakan pencegahan harus dilakukan terhadap kemungkinan dihidupkannya listrik


dengan tak sengaja, yaitu dengan :

 Mengunci PMT (saklar) dan pemisah

 Membuka dan mengeluarkan sekering.

 Memasang pemberitahuan yang terlihat jelas bahwa peralatan sedang dalam


pekerjaan.

Pengertian kesehatan lingkungan

Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia),Suatu kondisi


lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara
manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia
yang sehat dan bahagia
Soal Evaluasi

B. EVALUASI

Soal Evaluasi

1. Jelaskan secara lengkap dua (2 ) hal yang menyebabkan kecelakaan


kerja ?

2. Ruang lingkup kesehatan lingkungan menurut WHO ada 17 ( tujuh


belas ) , jelaskan apa saja ruang lingkup tersebut ?

3. Peralatan standar apa saja yang harus dipenuhi apa bila kita bekerja
pada instalasi listrik yang bertegangan ?

4. Klasifikasi kecelakaan kerja ada 4 ( empat ) , jelaskan secara lengkap


klasifikasi kecelakaan kerja tersebut ?
5. Jelaskan menurut pasal 22 ayat (3) U.U No. 23 Tahun 1992 tentang
ruang lingkup kesehatan lingkungan ?

Anda mungkin juga menyukai