Undang Undang Nomor 30 tahun 2009 pasal 44 ini, telah mengatur keketentuan
maupun syarat syarat keselamatan ketenagalistrikan (K2) sbb:
Hal pertama dalam UU 30 tersebut adalah terwujudnya kondisi instalasi yang aman
sepanjang waktu agar instalasi handal, efisien, tidak mengganggu manusia serta
lingkungan sekitarnya.
Selain instalasi harus dioperasikan pada parameter operasi yang aman, namun
instalasi PLTD kecil harus terhindar dari kondisi tidak aman seperti:
Sistem pembumian, harus terpasang pada peralatan yang berpotensi
akan menerima sengatan listrik dan dapat mengganggu peralatan itu
sendiri serta manusia. Pembumian harus terbuat dari bahan konduktor
dengan resistansi rendah seperti tembaga dan diukur nilainya secara
berkala.
Hubungan antarperalatan dengan konstruksi mur baut, kampuh keling,
maupun las harus terjaga kondisi serta tingkat kekencangannya.
Lingkungan kerja, harus terhindar dari kondisi tidak aman seperti ceceran
minyak pelumas, air, bahan kimia, barang atau peralatan yang dapat
mengganggu mobilitas personil. Kondisi tersebut, selain dapat
menimbulkan kecelakaan, juga dapat mencemari lingkungan.
Kepatuhan terhadap SOP bagi para operator juga mutlak diperlukan,
khususnya dalam hal pelaksanaan tagging. Selain mematuhi ketentuan
dalam SOP, pelaksanaan tagging harus didukung dengan koorddinasi
yang baik serta dilengkapi dengan tanda bahaya, dan jika menuntut area
bebas yang lebih luas, harus dipasangan “police line”
o Pemadaman peralatan
o Pemasangan pentanahan
o Memberikan catatan kerja yang telah dilakukan untuk riwayat unit (peralatan)
dan system filling.
Kartu kerusakan biasanya dirancang dalam pola yang berbeda sesuai dengan
bidang pemeliharaannya. Warna kertas juga dibuat berbeda untuk bidang
pemeliharaan listrik, mekanik dan kontrol & instrumen.
Laporan dibuat oleh bagian operasi atai ketika terjadi kerusakan pada unit. Laporan
harus dilengkapi data atau fakta yang relevan dan identifikasi bagian atau item unit
yang terkait.
Bila sifat dan lokasi kerusakan sulit diuraikan, lengkapi dengan gambar sket. Untuk
menunjukan bahwa pemeliharaan itu harus segera dilakukan atau tidak, maka pada
laporan diberi kolom tingkat prioritas pekerjaan.
Misalnya tingkat prioritas adalah I, II, dan III, dimana : Prioritas ” I ” artinya urgen dan
segera tidak dapat ditunda (yaitu kerusakan yang membahayakan keselamatan atau
ketersediaan).
o Enjiner/ Ass. Enjiner atau kepala seksi membuat permohonan ijin untuk
bekerja,diserahkan kepada Teknisi (kepala urusan) pemeliharaan yang
bersangkutan.
o Isi dari peralatan tegangan tinggi harus dibuat (diatur) ketingkat yang tidak
berbahaya dan bila pembuangan (drain) naik ke tingkat yang berbahaya
harus dikunci dalam posisi yang sesuai.
o Bila berbahaya dapat timbul dari tekanan, unit/ peralatan tegangan tinggi
harus divent dan bila vent dapat menimbulkan bahaya, ia harus dikunci dalam
posisi yang sesuai.
o Bila bahaya dapat timbul dari pelepasan energi yang tersimpan, harus
dilakukan tindakan untuk mengisi atau melepas (membuang) energi ini secara
aman. Juga penting untuk memblokir pasok tenaga penggerak (termasuk
tegangan kontrol ) selama periode ijin untuk bekerja berlangsung. Sebelum
memasukan kembali pasok tenaga penggerak, harus dipastikan bahwa
tindakan pencegahan telah dilaksanakan terutama pada dan setelah
membuka isolasi yang memungkinkan terjadinya restorasi (pengembalian).
Tindakan boleh ada kesalahan dalam pekerjaan listrik, tegangan tinggi untuk
bekerja, atau melakukan pengujian pada peralatan listrik, peralatan harus dimatikan
(tidak bertegangan) bila memungkinkan.
Bila keadaan mengharuskan bekerja pada peralatan listrik tegangan rendah yang
tetap bertegangan, maka pekerjaan harus dilaksanakan dengan hati – hati dan
tindakan pencegahan sebagai berikut :
Daerah yang dikerjakan harus diberi pembatas dan dilindungi dari daerah bahaya
disebelahnya. Hanya dengan pengawasan yang ketat pekerjaan pemeliharaan
peralatan listrik dapat dilaksanakan tanpa menimbulkan kecelakaan. Walaupun
kecelakaan akibat listrik jarang terjadi, tetapi bila terjadi berakibat gawat baik
terhadap kerusakan alat/ unit maupun terhadap manusia.
Meski demikian, berdasarkan data dari Biro Pelatihan Tenaga Kerja, penyebab
kecelakaan yang pernah terjadi hingga menyebabkan keselamatan kerja terganggu,
hingga saat ini lebih diakibatkan oleh perilaku yang tidak aman dengan factor
sebagai berikut:
Persentase penyebab kecelakaan kerja yaitu 3% dikarenakan sebab yang tidak bisa
dihindarkan, seperti bencana alam. Faktor lain yang mengganggu keselamatan kerja
24% disebabkan lingkungan atau peralatan yang tidak memenuhi syarat dan 73%
karena perilaku yang tidak aman.
Tentu saja, cara yang paling efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
adalah dengan menghindari terjadinya lima perilaku tidak aman yang telah
disebutkan di atas. Oleh karena itu, harus diambil tindakan yang tepat terhadap
tenaga kerja dan perlengkapan, agar tenaga kerja memiliki konsep keselamatan dan
kesehatan kerja demi mencegah terjadinya kecelakaan.
Jika demikian, pendidikan akan kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting
artinya. Tujuannya antara lain untuk melindungi kesehatan tenaga kerja,
meningkatkan efisiensi kerja, mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit.
Berikut berbagai arah keselamatan dan kesehatan kerja :
Terkait keselamatan kerja, faktor penyebab berbahaya yang paling sering ditemukan
antara lain adalah :
1. Bahaya jenis kimia: terhirup atau terjadinya kontak antara kulit dengan cairan
metal, cairan non-metal, hidrokarbon dan abu, gas, uap steam, asap dan embun
yang beracun.
c. Ramah lingkungan
Secara umum, ada dua sebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu penyebab dasar
(basic causes) dan penyebab langsung (immediate causes)
o Stress
o penyalahgunaan
o Terlalu sesak/sempit
o Bising
o Paparan radiasi
o Jatuh
o Menginjak, terantuk
o Terjepit,terjempit
o Gerakan berlebihan
Suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar
dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
Menurut kalimat yang merupakan gabungan (sintesa dari Azrul Azwar, Slamet
Riyadi, WHO dan Sumengen)
4) Pengendalian Vektor
8) Pengendalian radiasi
9) Kesehatan kerja
5) Pengamanan radiasi
6) Pengamanan kebisingan
A. LATIHAN
Pertanyaan :
Keselamatan Kerja ?
Undang Undang Nomor 30 tahun 2009 pasal 44 ini, telah mengatur keketentuan
maupun syarat syarat keselamatan ketenagalistrikan (K2) sbb:
Tujuan dari K2
Secara umum, tujuan diterapkannya K2 dalam UU Nomor 30 tahun 2009 tersebut
adalah :
Meski demikian, berdasarkan data dari Biro Pelatihan Tenaga Kerja, penyebab
kecelakaan yang pernah terjadi hingga menyebabkan keselamatan kerja terganggu,
hingga saat ini lebih diakibatkan oleh perilaku yang tidak aman dengan factor
sebagai berikut:
Bahaya jenis kimia: terhirup atau terjadinya kontak antara kulit dengan cairan
metal, cairan non-metal, hidrokarbon dan abu, gas, uap steam, asap dan embun
yang beracun.
Ramah lingkungan
Secara umum, ada dua sebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu penyebab dasar
(basic causes) dan penyebab langsung (immediate causes)
Penyebab Dasar
Penyebab Langsung
Keselamatan Instalasi
Prosedur Tagging
Alat komunikasi pada suatu pusat pembangkit adalah sangat penting, mengingat
dalam pusat pembangkit diperlukan hubungan yang terus menerus antar sesama
petugas maupun hubungan pusat pembangkit dengan pihak lain/ keluar (control
room dengan lokal, lokal dengan lokal, control room dengan pihak lain yang sangat
erat hubungannya dengan operasi pusat pembangkit).
B. EVALUASI
Soal Evaluasi
3. Peralatan standar apa saja yang harus dipenuhi apa bila kita bekerja
pada instalasi listrik yang bertegangan ?