Anda di halaman 1dari 45

KESELAMATAN

KETENAGALISTRIKAN
Title Lorem(K2)
Ipsum
Sit Dolor Amet
BAGAIMANA HUBUNGAN
K3 DAN K2?

K3 = Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
dan
K2 = Keselamatan
Ketenagalistrikan
Definisi K3
• Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan kerja
tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.
DEFINISI KESELAMATAN
KETENAGALISTRIKAN (K2)

Keselamatan Ketenagalistrikan adalah segala upaya atau langkah-angkah


pengamanan instalasi tenaga listrik dan pengamanan pemanfaat tenaga listrik
untuk mewujudkan kondisi andal bagi instalasi dan kondisi aman dari bahaya
bagi manusia, serta kondisi akrab lingkungan (ramah lingkungan ), dalam arti
tidak merusak lingkungan hidup disekitar instalasi tenaga listrik.
Tujuan Keselamatan Ketenagalistrikan (K2)
• Untuk mewujudkan kondisi:
a. Andal dan aman bagi instalasi;
b. Aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya;
c. Ramah lingkungan
KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN
(K2)

SEGALA UPAYA ATAU LANGKAH-LANGKAH PENGAMANAN INSTALASI


PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PENGAMANAN PEMANFAAT
TENAGA LISTRIK

UNTUK MEWUJUDKAN KONDISI ANDAL


DAN AMAN BAGI INSTALASI DAN KONDISI
AMAN BAGI MANUSIA DAN MAHLUK
HIDUP LAINNYA, SERTA KONDISI RAMAH
LINGKUNGAN, DI SEKITAR INSTALASI
TENAGA LISTRIK
Landasan/Dasar Hukum
1. UU No.1 / 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. PP No 14/2012 tentang kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik
3. PP No 62/2012 tentang usaha jasa penunjang tenaga listrik
4. Per Men ESDM 05/2014 tentang tata cara akreditasi dan sertifikasi
ketenagalistrikan
5. Per Men ESDM No 015/2007 tentang perubahan atas Kep Men ESDM 2052
K/40/MEM/2001 tentang standarisasi kompetensi tenaga teknik.
6. Per Direksi PLN No.0250.P/DIR/2016 ttg Pedoman Keselamatan Kerja
7. Per Direksi PLN No.0251.P/DIR/2016 ttg Pedoman Keselamatan Instalasi
8. Per Direksi PLN No.0252.P/DIR/2016 ttg Pedoman Keselamatan Umum
9. Peraturan Lain yang terkait.
KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN ( MENURUT UU 30 / 2009 )
1. Setiap usaha kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan Keselamatan
ketenagalistrikan (K2)
2. Ketentuan Keselamatan Ketenagalistrikan bertujuan untuk mewujudkan kondisi : - Andal
dan Aman (A2) bagi Instalasi - Aman dari Bahaya bagi manusia dan mahluk hidup lainnya :
- Ramah Lingkungan
3. Setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki Sertifikat Laik Operasi (SLO)
4. Setiap peralatan dan pemanfaat tenaga listrik wajib memenuhi ketentua Standar Nasional
Indonesia (SNI)
5. Setiap tenaga teknik dalam usaha ketenagalistrikan wajib memiliki Sertifikat Kompetensi
6. Ketentuan mengenai keselamatan ketenagalistrikan,sertifikat laik operasi, standar nasional
Indonesia, dan sertifikat kompetensi diatur dengan Peraturan Pemerintah
UPAYA UNTUK MEWUJUDKAN “ A 3 “

1. STANDARISASI
2. PENERAPAN 4 PILAR K2
3. SERTIFIKASI
4. PENERAPAN SOP / INSTRUKSI KERJA (IK)
5. ADANYA PENGAWAS PEKERJAAN
Standarisasi
SEBAGAI PEGANGAN AWAL MELAKSANAKAN KEGIATAN
BERPOTENSI BAHAYA :
1. Standarisasi Proses ( Pemasangan dsb)
2. Standarisasi Uji (Performance Test, Komisioning,dsb)
3. Standarisasi Produk (Spesifikasi dsb)
Sertifikasi
- Sertifikasi laik operasi bagi instalasi penyediaan TL,
- Sertifikasi kesesuaian dengan standar PUIL untuk Instalasi Pemanfaatan TL
(Instalasi Pelanggan),
- Tanda keselamatan bagi pemanfaat TL (alat kerja/rumah tangga)
- Sertifikasi kompetensi bagi tenaga teknik ketenagalistrikan
4 Pilar Keselamatan Ketenagakerjaan
1. Keselamatan kerja adalah upaya untuk mewujudkan kondisi aman
bagi pekerja dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan
Instalasi dan kegiatan ketenagalistrikan lainnya dari Perusahaan,
dengan memberikan perlindungan, pencegahan dan penyelesaian
terhadap terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit yang timbul karena
hubungan kerja yang menimpa pekerja.
2. Keselamatan umum adalah upaya untuk mewujudkan kondisi aman
bagi masyarakat umum dari bahaya yang diakibatkan oleh kegiatan
Instalasi dan kegiatan ketenagalistrikan lainnya dari Perusahaan,
dengan memberikan perlindungan, pencegahan dan penyelesaian
terhadap terjadinya kecelakaan masyarakat umum yang berhubungan
dengan kegiatan Perusahaan.
4 Pilar Keselamatan Ketenagakerjaan
3. Keselamatan lingkungan adalah upaya untuk mewujudkan kondisi
akrab lingkungan dari Instalasi, dengan memberikan perlindungan
terhadap terjadinya pencemaran dan / atau pencegahan terhadap
terjadinya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan
Instalasi.
4. Keselamatan instalasi adalah upaya untuk mewujudkan kondisi
andal dan aman bagi Instalasi, dengan memberikan perlindungan,
pencegahan dan pengamanan terhadap terjadinya gangguan dan
kerusakan yang mengakibatkan Instalasi tidak dapat berfungsi secara
normal dan atau tidak dapat beroperasi.
Lingkup K2 dan K3
1. Instalasi Pembangkit
2. Instalasi Penyaluran (Transmisi, Gardu Induk, Pengatur Beban)
3. Instalasi Distribusi
• PENGARUH “K 2” TERHADAP PENILAIAN TINGKAT KINERJA UNIT-
UNIT PT PLN (Persero)
• DITUANGKAN DALAM : KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (Persero)
NOMOR : 059.K/DIR/2009 TANGGAL : 13 MARET 2009 TENTANG :
SISTEM PENILAIAN TINGKAT KINERJA PT PLN (Persero)
PEMBANGKITAN,WILAYAH,DISTRIBUSI,PENYALURAN DAN PUSAT
PENGATUR BEBAN DAN JASA PENUNJANG TAHUN 2009
• DALAM KEP. DIR. TSB :
• K2 Merupakan salah satu indikator kinerja yang dinilai pada “ Perspektif Bisnis Internal

• K2 Adalah indikator yang digunakan untuk mengukur ketaatan unit PLN untuk
melaksanakan kewajiban :
1. Keselamatan kerja
2. Keselamatan Instalasi
3. Keselamatan Umum
4. Keselamatan Lingkungan .
Jika K2 ini tidak dilaksanakan, maka akan menjadi “ Salah satu faktor pengurang”
penilaian tingkat kinerja unit (Maksimum minus 15 ).
Pengertian K3
Upaya atau pemikiran dan penerapannya yang ditujukan untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya, untuk
meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja
Keselamatan kerja adalah suatu usaha pencegahan terhadap kecelakaan kerja
yang dapat menimbulkan berbagai kerugian, baik kerugian harta benda
(rusaknya peralatan), maupun kerugian jiwa manusia (luka ringan, luka berat, /
cacat bahkan tewas).
Pengertian Kecelakaan
Kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga /tiba-tiba yang dapat
menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
PENERAPAN SOP

Suatu Pedoman / Petunjuk Yang


Berisi Tentang Cara Dan Langkah-
Langkah Kerja Yang Diperlukan
SOP Untuk Mengoperasikan Suatu
Instalasi / Peralatan
Tujuan SOP
Pengoperasian Jaringan Tegangan Menengah berarti membuat peralatan yang
ada di jaringan bekerja atau tidak bekerja, dialiri arus listrik atau dipadamkan
dari aliran arus listrik. Dampak dari pengoperasian tersebut diharapkan manfaat
penggunaan energi listrik yang dialirkan dapat digunakan sesuai keperluannya.
Tetapi bila pengoperasian dilakukan tidak benar, maka listrik dapat
menimbulkan bahaya baik pada peralatan, lingkungan sampai pada personil
yang mengoperasikan maupun orang lain. Penerapan SOP bertujuan untuk
mendapatkan hasil kerja yang maksimal, tetapi menghindari adanya resiko yang
negatif.
PERLENGKAPAN KERJA
Perlengkapan kerja untuk meleksanakan pengoperasian kubikel dengan
baik dan aman harus dipenuhi spesifikasi dan jumlahnya. Memaksakan
bekerja dengan peralatan seadanya berarti mengabaikan adanya resiko
bahaya kecelakaan dan kerusakan yang bakal terjadi. Pemeriksaan
terhadap jumlah dan kondisi perlengkapan kerja harus dilakukan secara
rutin . Yang dimaksud dengan perlengkapan kerja adalah sebagai berikut
:
• Perkakas kerja
• Alat bantu kerja
• Alat Ukur
• Alat Pelindung Diri ( APD ) atau Alat K3
• Berkas Dokumen Instalasi yang akan dioperasikan
• Lembaran Format berupa Check-List Pelaksanaan dan Pelaporan.
PROSEDUR KOMUNIKASI
• Berisi tentang urutan berkomunikasi dengan pihak yang terkait dengan dari mulai
persiapan pengoperasian, saat pengoperasian sampai pelaporan pekerjaan.
• Peralatan yang digunakan untuk berkomunikasi dapat berupa telepon atau handy-
talky ( HT ) dengan menggunakan bahasa yang sudah distandarkan.
• Penyimpangan terhadap ketentuan berkomunikasi dapat menyebabkan terjadinya
gangguan operasi bahkan kecelakaan kerja.
PROSEDUR LANGKAH-LANGKAH KERJA
• Berisi tentang urutan dalam melaksanakan pekerjaan di lokasi pengoperasian
kubikel, mulai dari persiapan pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan, pemeriksaan
pekerjaan sampai pelaporan pekerjaan.
• Setiap langkah dilaksanakan secara berurutan sesuai tertulis di SOP. Penyimpangan
terhadap langkah-langkah tersebut dapat menyebabkan kegagalan operasi bahkan
dapat terjadi kecelakaan kerja.
• Setiap langkah yang menyebabkan perubahan posisi kubikel harus dimintakan
persetujuan Pengatur Distribusi / Piket Pengatur dan melaporkan setelah
pelaksanaannya. Hal tersebut disampaikan langsung dengan menggunakan
peralatan komunikasi langsung dan melaporkannya dalam bentuk tulisan
dilengkapi dengan kronologis berdasarkan waktu.
Contoh beberapa SOP
1) SOP MANUVER PENORMALAN SETELAH PEKERJAAN
PEMELIHARAAN
2) SOP MANUVER PEMBEBASAN TEGANGAN UNTUK PEKERJAAN
PEMELIHARAAN
3) SOP PENGOPERASIAN JARINGAN DISTRIBUSI / INSTALASI BARU
4) SOP PEMBEBASAN INSTALASI GARDU TRAFO TIANG (GTT)
5) SOP PENGOPERASIAN KUBIKEL TM
ADANYA PENGAWAS PEKERJAAN
Pengawas pekerjaan pada suatu kegiatan Operasi dan pemeliharaan Jaringan
Distribusi mutlak harus ada dan harus menjalankan peran pengawasan secara
maksimal selama kegiatan berlangsung.
Pengawas tersebut meliputi:
•Pengawas Manuver
•Pengawas K3
•Pengawas pekerjaan
Memasuki Ruang Kerja Listrik
• Mempunyai kompetensi yang
dibutuhkan. • Membawa atau memakai
perlengkapan pengaman.
• Mendapat ijin dari yang
berwenang. • Memperhatikan rambu – rambu.
• Ditemani paling sedikit satu • Menjaga jarak aman badan /
orang. anggota badan terhadap peralatan
listrik yang bertegangan.
• Sehat jasmani dan rohani.
• Sedapat mungkin kedua tangan
• Memakai pakaian kering. dimasukkan kedalam saku jika
• Waspada terhadap bahaya yang tidak melakukan pekerjaan.
mungkin timb. • Ruang kerja harus mendapat
• Memahami dengan pasti apa penerangan yang cukup.
yang akan dilakukan.
Bekerja pada keadaan tidak bertegangan
• Pelaksanaan pekerjaan harus mempunyai kompetensi yang dibutuhkan.
• Perlengkapan listrik yang dipekerjakan harus bebas dari tegangan.
• Sarana pemutusan sirkit dipasang rambu peringatan.
• Melaksanakan pemeriksaan tegangan untuk memastikan keadaan bebas tegangan.
• Perlengkapan yang dikerjakan harus dibumikan secara baik.
• Petugas untuk pembebasan tegangan harus mempunyai surat tugas dari atasan
yang berwenang.
• Mengunci peralatan yang mungkin dapat dimasukkan / dikeluarkan.
• Bagian perlengkapan yang telah dibebaskan dari tegangan dan akan dibuang sisa
muatan listriknya, harus diperiksa secara teliti. (lihat contoh, prosedur
keselamatan kerja dan prosedur maneuver peralatan instalasi listrik TM)
Bekerja pada keadaan bertegangan
• Petugas / pelaksana pekerjaan mempunyai kompetensi yang dibutuhkan.
• Memiliki surat ijin kerja dari yang berwenang.
• Palam keadaan sehat, sadar, tidak mengantuk atau tidak dalam keadaan
mabuk.
• Saat bekerja harus berdiri pada tempat atau mempergunakan perkakas yang
berisolasi dan andal.
• Menggunakan perlengkapan badan yang sesuai dan diperiksa setiap dipakai
sesuai petunjuk yang berlaku.
• Keadaan cuaca tidak mendung / hujan.
• Dilarang bekerja di ruang dengan bahaya kebakaran / ledakan, lembab dan
sangat panas.
• Dilarang menyentuh perlengkapan listrik yang bertegangan dengan tangan
telanjang.
Alat Pelindung Diri (APD) untuk K2
KETENAGALISTRIKAN
Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal Protective Equipment adalah alat-
alat atau perlengkapan yang wajib digunakan untuk melindungi dan menjaga
keselamatan pekerja saat melakukan pekerjaan yang memiliki potensi bahaya
atau resiko kecelakaan kerja. Alat-alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan harus
sesuai dengan potensi bahaya dan resiko pekerjaannya sehingga efektif
melindungi pekerja sebagai penggunanya.
Alat Pelindung Diri (APD) dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
• Alat Pelindung Kepala antara lain : Helmet (Topi Pengaman), Safety Glass
(Kacamata Pengaman), Masker, Respirator, Ear Plugs (Penutup Telinga).
• Alat Pelindung Badan antara lain : Apron, Jas Laboratorium
• Alat Pelindung Anggota Badan diantaranya adalah : Sepatu Pelindung (Safety
Shoes/Boot), Sarung Tangan (Hand Gloves).
Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD)
1. Topi Pelindung (Safety Helmet)
Helmet atau Topi Pelindung digunakan untuk melindungi Kepala dari paparan
bahaya seperti kejatuhan benda ataupun paparan bahaya aliran listrik. Pemakaian
Topi Pelindung (Safety Helmet) harus sesuai dengan lingkar kepala sehingga
nyaman dan efektif melindungi pemakainya. Di Produksi Elektronika, Topi
pelindung biasanya digunakan oleh Teknisi Mesin dan Petugas Gudang.
Terdapat 3 Jenis Helmet berdasarkan perlindungannya terhadap listrik, yaitu:
• Helmet Tipe General (G) yang dapat melindungi kepala dari terbentur dan
kejatuhan benda serta mengurangi paparan bahaya aliran listrik yang
bertegangan rendah hingga 2.200 Volt
• Helmet Tipe Electrical (E) yang dapat melindungi kepala dari terbentur dan
kejatuhan benda serta mengurangi paparan bahaya aliran listrik yang
bertegangan tinggi hingga 22.000 Volt
• Helmet Tipe Conductive (C) yang hanya dapat melindungi kepala dari
terbentur dan kejatuhan benda tetapi tidak melindungi kepala dari paparan
bahaya aliran listrik.
Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD)

2. Kacamata Pelindung (Safety Glass)


Kacamata Pelindung adalah alat yang digunakan untuk melindungi
mata dari bahaya loncatan benda tajam, debu, partikel-partikel kecil,
mengurangi sinar yang menyilaukan serta percikan bahan kimia.
Kacamata Pelindung terdiri dari 2 Jenis yaitu :
• Safety Spectacles, berbentuk Kacamata biasa dan hanya dapat
melindungi mata dari bahaya loncatan benda tajam, debu,
partikel-partikel kecil dan mengurangi sinar yang menyilaukan.
Biasanya dipakai pada Proses menyolder dan Proses pemotongan
Kaki Komponen.
• Safety Goggles, Kacamata yang bentuknya menempel tepat pada
muka. Dengan Safety Goggles, mata dapat terlindung dari bahaya
percikan bahan kimia, asap, uap, debu dan loncatan benda tajam.
Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD)
3. Penyumbat Telinga (Ear Plug) & Penutup Telinga (Ear
Muff)
Penyumbat Telinga atau Ear Plug digunakan untuk melindungi alat
pendengaran yaitu telinga dari Intensitas Suara yang tinggi.
Dengan menggunakan Ear Plug, Intensitas Suara dapat dikurangi
hingga 10 ~ 15 dB. Ear Plug biasanya digunakan oleh Pekerja
yang bekerja di daerah produksi yang memiliki suara mesin tinggi
seperti SMT (Surface Mount Technology) ataupun Mesin Produksi
lainnya.
Penutup Telinga atau Ear Muff adalah alat yang digunakan untuk
melindungi alat pendengaran dari Intensitas Suara yang tinggi. Ear
Muff dapat mengurangi intensitas suara hingga 20 ~ 30dB. Ear
Muff terdiri dari Head Band dan Ear Cup yang terbuat dari
bantalan busa sehingga dapat melindungi bagian luar telinga (daun
telinga). Ear Muff sering digunakan oleh Teknisi Mesin dan
Generator (Genset).
Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD)

4. Masker & Respirator


Masker adalah alat yang digunakan untuk melindungi
alat-alat pernafasan seperti Hidung dan Mulut dari
resiko bahaya seperti asap solder, debu dan bau bahan
kimia yang ringan. Masker biasanya terbuat dari Kain
atau Kertas. Masker umumnya dipakai di proses
menyolder.
Respirator adalah alat yang digunakan untuk
melindungi alat-alat pernafasan seperti Hidung dan
Mulut dari resiko bahaya seperti asap solder, bau bahan
kimia, debu, Uap, Gas serta Partikel Mist dan Partikel
Fume. Respirator sering dipakai oleh Teknisi Mesin
Solder, Operator Pengecatan (Painting) dan Proses
bahan Kimia lainnya.
Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD)

5. Sarung Tangan (Hand Glove)


Sarung Tangan adalah perlengkapan yang digunkan untuk melindungi
tangan dari kontak bahan kimia, tergores atau lukanya tangan akibat
sentuhan dengan benda runcing dan tajam. Sarung Tangan biasanya dipakai
pada proses persiapan bahan kimia, pemasangan komponen yang agak
tajam, proses pemanasan dan lain sebagainya. Jenis-jenis sarung tangan
diantaranya adalah sebagai berikut :
• Sarung Tangan Katun (Cotton Gloves), digunakan untuk melindungi
tangan dari tergores, tersayat dan luka ringan.
• Sarung Tangan Kulit (Leather Gloves), digunakna untuk melindungi
tangan dari tergores, tersayat dan luka ringan.
• Sarung Tangan Karet (Rubber Gloves), digunakan untuk melindungi
tangan dari kontak dengan bahan kimia seperti Oli, Minyak, Perekat dan
Grease.
• Sarung Tangan Electrical, digunakan untuk melindungi tangan dari kontak
dengan arus listrik yang bertegangan rendah sampai tegangan tinggi.
Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD)

6. Sepatu Pelindung (Safety Shoes) & Sepatu Karet


Sepatu Pelindung atau Safety Shoes adalah perlengkapan yang
digunakan untuk melindungi kaki dari kejatuhan benda, benda-
benda tajam seperti kaca ataupun potongan baja, larutan kimia dan
aliran listrik. Sepatu Pelindung terdiri dari baja diujungnya dengan
dibalut oleh karet yang tidak dapat menghantarkan listrik. Sepatu
Pelindung wajib digunakan oleh Teknisi Mesin dan Petugas
Gudang.
Sepatu karet (sepatu boot) adalah sepatu yang didesain khusus
untuk pekerja yang berada di area basah (becek atau
berlumpur). Kebanyakan sepatu karet di lapisi dengan metal untuk
melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan
kimia, dsb.
Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD)

7. Sabuk pengaman & Full body hardness atau


sabuk pengaman penuh.
Sabuk pengaman harus digunakan apabila kita
bekerja pada ketinggian misalnya pada saat memanjat
tiang listrik. Apabila terjadi sesuatu yang tidak
diharapkan seperti pegangan lepas, terpeleset maka
sabuk pengaman masih dapat menyelematkan pekerja.
Fungsi alat ini hampir serupa dengan safety belt, tapi
alat tersebut lebih aman. Hal ini karena memiliki
kelebihan dengan tali pengaman yang bisa melindungi
seluruh tubuh. Jadi tidak hanya bagian pinggang saja,
sehingga sangat nyaman saat dikenakan ketika
bekerja di ketinggian lebih dari 2 meter.
Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD)

8. Rompi Safety
Rompi sebagai komponen APD yang
baik adalah yang berbahan poliester
dan mampu memantulkan cahaya
karena telah didesain secara khusus
dengan tambahan reflektor.
Salah satu fungsi utama
menggunakan alat ini adalah supaya
pekerja dapat terlihat dengan jelas
pada waktu malam hari atau ketika
penerangan tak terlalu memadai.
Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD)

9. Coverall atau Wearpack


Wearpack adalah pakaian khusus yang dipakai oleh orang-orang yang memiliki
risiko pekerjaan tinggi. Model pakaian ini umumnya menutupi leher hingga
mata kaki sehingga dapat mengamankan seluruh tubuh.
Pekerja bengkel, tambang, dan pemadam kebakaran adalah orang-orang yang
hampir selalu menggunakan wearpack demi keselamatan mereka.
Menggunakan APD ini diharapkan tubuh terlindung dari percikan minyak,
bensin, panas, api dll.
Bahan yang digunakan pun bervariasi. Ada yang menggunkan bahan drill dan
katun untuk pekerjaan yang tak bersentuhan dengan api. Namun ada juga
katun anti api yang mengurangi kemungkinan tubuh melakukan kontak fisik
dengan api.
Garis terang yang ada pada wearpack, umumya berwarna hijau kekuningan,
bernamascotch light supaya terhindar baik dari risiko tertabrak kendaraan
maupun kelalaian manusia lainnya.

Anda mungkin juga menyukai