UJI SERTIFIKASI
Oleh:
Deni Maulana
i
Standar Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan (SKTTK)
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Listrik merupakan salah satu energi yang keberadaannya dibutuhkan oleh makhluk hidup.
Hal ini karena pemanfaatannya yang terus berkembang dan bisa digunakan bahkan untuk
teknologi maju sekalipun. Selain itu, energi listrik termasuk energi yang memiliki banyak sumber.
Oleh karena itu, keberadaannya terus ada dan jarang sekali mengalami kepunahan. Beberapa
sumber yang bisa dimanfaatkan menjadi energi listrik, yakni fosil, minyak bumi, air, dan
sebagainya. Tujuan keberadaan energi listrik ini bisa dimanfaatkan dengan baik, misalnya
menggerakkan motor, lampu penerangan, memanaskan, mendinginkan ataupun untuk
menggerakkan kembali suatu peralatan mekanik untuk menghasilkan bentuk energi yang lain.
Energi listrik diketahui memang bisa dihasilkan melalui berbagai sumber. Seluruh peralatan baik
itu peralatan utama maupun peralatan penunjang dalam sistem ketenagalistrikan haruslah dijaga
agar selalu dalam kondisi yang baik agar dapat selalu melayani konsumen secara non-stop. Dari
sekian banyak komponen, diantaranya yang perlu dijaga kondisinya adalah transformator dan
sistem pembumian pada gardu distribusi.
Jaringan Tegangan Rendah merupakan bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik pada
tegangan distribusi dibawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan
rendah ke konsumen. Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para
pemanfaat / pelanggan listrik. Jaringan Tegangan Rendah berfungsi untuk menyalurkan tenaga
listrik dari gardu distribusi ke konsumen tegangan rendah. Selain itu, para petugas pun harus bisa
menjaga Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat
dan aman, sehingga dapat mengurangi probabilitas kecelakaan kerja atau penyakit akibat kelalaian
yang mengakibatkan demotivasi dan defisiensi produktivitas kerja. Tugas dan fungsi dari semua
bidang pekerjaan sebenarnya tidak luput dari ancaman kecelakaan kerja, baik tugas di lapangan
maupun di dalam ruangan, untuk itu prosedur-prosedur pengamanan atau Standard Operating
Procedure (SOP) harus selalu dipatuhi untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. Baik
dalam tahapan perkerjaan atau dalam menggunakan alat pelindung diri (APD).
1
BAB II
FAKTOR K2/K3
2
2.1.4 Keselamatan Ketenagalistrikan
a. Setiap usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan keselamatan
ketenagalistrikan
b. Keselamatan ketenagalistrikan meliputi:
1. Standarisasi
2. Pengamanan instalasi dan pemanfaat TL untuk mewujudkan kondisi :
Andal dan aman bagi instalasi (Keselamatan Instalasi)
Aman dari bahaya bagi manusia
Akrab lingkungan (Keselamatan Lingkungan)
3
c. Assessment Series)
K3 adalah semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan
kesehatan kerja dari tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan
tamu) di tempat kerja.
2.2.2 Tujuan K3
K3 bertujuan untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran
lingkungan dengan memelihara dan melindungi kesehatan, keamanan dan keselamatan
tenaga kerja sehingga dapat mencegah atau mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja, dan pada akhirnya dapat meningkatkan sistem efisiensi dan produktivitas
kerja.
2.2.3 Sasaran K3
a. Menjamin keselamatan pekerja dan orang lain
b. Menjamin keamanan peralatan yang digunakan
c. Menjamin proses produksi yang aman dan lancar
2.2.4 Norma K3
a. Aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja
b. Diterapkan untuk melindungi tenaga kerja
c. Resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja
4
Bahaya akibat suatu temperatur udara yang terlalu panas maupun terlalu dingin serta keadaan
udara yang tidak normal yang menyebabkan terjadinya perubahan atau mengalami suhu tubuh
yang tidak normal.
Bahaya akibat keadaan yang sangat bising yang menyebabkan terjadi kerusakan pendengaran.
c. Bahaya jenis proyek/pekerjaan
Bahaya akibat pencahayaan atau penerangan yang kurang menyebabkan kerusakan
penglihatan. Bahaya dari pengangkutan barang serta penggunaan peralatan yang kurang
lengkap dan aman yang mengakibatkan cedera pada pekerja dan orang lain.
5
2. afety Goggles atau kacamata pengamanan untuk melindungi mata dari paparan
partikel yang melayang di udara, percikan benda kecil, benda panas ataupun uap
panas.
3. Hearing Protection atau penutup telinga untuk melindungi dari kebisingan ataupun
tekanan.
4. Safety Mask atau masker yang berfungsi sebagai alat pelindung pernafasan saat
berada di area yang kualitas udaranya tidak baik.
5. Face Shield atau pelindung wajah untuk melindungi wajah dari paparan bahan
kimia, percikan benda kecil, benda panas ataupun uap panas, benturan atau pukulan
benda keras dan tajam.
b. Alat Pelindung Tubuh
1. Apron atau celemek untuk melindungi tubuh dari percikan bahan kimia dan suhu
panas.
2. Safety Vest atau rompi keselamatan kerja yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya kontak atau kecelakaan.
3. Safety Clothing atau alat pelindung tubuh untuk melindungi dari hal-hal yang
membahayakan saat bekerja, mengurangi resiko terluka dan juga digunakan sebagai
identitas pekerja.
c. Alat Pelindung Anggota Tubuh
1. Safety Gloves atau sarung tangan yang berfungsi melindungi jari-jari dan tangan
dari api,suhu panas, suhu dingin, radiasi, bahan kimia, arus listrik, bahan kimia,
benturan, pukulan, dan goresan benda tajam.
2. Safety Belt atau sabuk pengaman yang dipakai saat menggunakan alat transportasi
serta untuk membatasi ruang gerak pekerja agar tidak terjatuh.
3. Safety Boot/Shoes adalah sepatu boot atau sepatu pelindung untuk melindungi kaki
dari benturan, tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau
dingin, uap panas, bahan kimia berbahaya ataupun permukaan licin.
6
BAB III
8
Rompi, kegunaannya untuk pencahayaan malam.
9
2) Peralatan kerja
Toolkit, kegunaannya untuk membuka atau mengencangkan baut,
memotong peralatan seperti kabel dan mengukur diameter peralatan.
Tang ampere.
;
Fuse puller, fungsinya untuk memasang dan membuka Nh Fuse pada Fuse bash
10
BAB IV
KAJIAN TEORI
Sistem distribusi merupakan penyaluran energi listrik dari gardu induk ke konsumen. Perlu
diketahui bahwa sistem pendistribusian tenaga listrik terbagi menjadi 2 (dua) yaitu distribusi
primer dan distribusi sekunder. Pertama, distribusi primer merupakan penyaluran yang dimulai dari
gardu induk (dari sisi sekunder trafo daya) menuju gardu distribusi (sisi primer trafo distribusi)
atau dari gardu induk langsung ke konsumen tegangan menengah 20 kV. Dimana tegangan tinggi
tersebut terlebih dahulu diturunkan menjadi tegangan menengah sebesar 20kV melalui
transformator step down. Kedua, distribusi sekunder merupakan penyalurannya dimulai dari gardu
distribusi (sisi sekunder trafo distribusi) kepada konsumen – konsumen tegangan rendah. Energi
tenaga listrik disalurkan melalui penyulang – penyulang yang berupa saluran udara ataupun dapat
saluran kabel bawah tanah. Penyulang distribusi tersebut terletak di gardu distribusi. Fungsi gardu
distribusi tersebut yang sering ditemui di jalanan adalah untuk menurunkan tegangan primer
menjadi tegangan rendah atau tegangan distribusi sekunder yaitu sebesar 220/380V.
Jaringan Tegangan Rendah ialah jaringan tenaga listrik dengan tegangan rendah yang
mencakup seluruh bagian jaringan tersebut beserta perlengkapannya. dari sumber penyaluran
tegangan rendah tidak termasuk SLTR. Sedangkan sambungan tenaga listrik tegangan rendah
(SLTR) ialah penghantar di bawah atau di atas tanah termasuk peralatannnya mulai dari titik
11
penyambungan pada JTR sampai dengan alat pembatas dan pengukur (App).(SPLN No.56 tahun
1984). Jaringan tegangan rendah merupakan jaringan yang berhubungan langsung dengan
konsumen tenaga listrik. Pada JTR sistem tegangan distribusi primer 20/11 kV diturunkan menjadi
tegangan rendah 380/220V. Perencanaan sistem distribusi ini harus dilakukan secara sistematik
dengan pendekatan yang didasarkan pada peramalan beban untuk memperoleh suatu pola
pelayanan yang optimal. Pengembangan sistem yang terlambat memberikan resiko terjadinya
pemadaman dalam penyediaan tenaga listrik bagi pelanggan sebagai akibat terjadinya pertambahan
beban. Sebaliknya pengembangan sistem yang terlalu cepat merupakan pemborosan energi. Tujuan
perencanaan sistem distribusi adalah untuk mendapatkan suatu fleksibilitas pelayanan optimum
yang mampu dengan cara cepat mengantisipasi pertumbuhan kebutuhan energi listrik yang terkait
dengan makin tingginya konsumsi energi dan kerapatan beban yang harus dilayani. Perencanaan
yang baik akan memberikan kontribusi besar terhadap kualitas dan keandalan sistem distribusi.
Kondisi ini disebabkan oleh kenyataan bahwa sistem distribusi merupakan pelayanan energi listrik
yang langsung berhubungan dengan konsumen sehingga adanya gangguan pada sistem distribusi
akan berakibat langsung pada konsumen.
Kordinasi :
1. Koordinator Pihak Piket
Peralatan Kerja :
1. Amper meter
2. Sarung tangan isolasi 1kv
3. Tespen
4. Fuse puller
Perlengkapan K3 :
1. Pakaian Kerja / kartu identitas
12
2. Sarung Tangan Safety
3. Sepatu Safety
4. Rompi spotlight
5. Helm Pengaman
Material :
1. Nh Fuse
Langkah Kerja :
4. Memeriksa kelengkapan peralatan kerja dan material kerja pelaksana pelayanan teknik.
8. Memasukan Nh Fuse
13
BAB V
KESIMPULAN
Jaringan Tegangan Rendah merupakan bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik pada tegangan
distribusi dibawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan rendah ke konsumen.
Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para pemanfaat / pelanggan listrik. Jaringan
Tegangan Rendah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke konsumen tegangan
rendah. Selain itu, para petugas pun harus bisa menjaga Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk
menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman, sehingga dapat mengurangi probabilitas kecelakaan
kerja atau penyakit akibat kelalaian yang mengakibatkan demotivasi dan defisiensi produktivitas kerja.
Tugas dan fungsi dari semua bidang pekerjaan sebenarnya tidak luput dari ancaman kecelakaan kerja, baik
tugas di lapangan maupun di dalam ruangan, untuk itu prosedur-prosedur pengamanan atau Standard
Operating Procedure (SOP) harus selalu dipatuhi untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. Baik
dalam tahapan perkerjaan atau dalam menggunakan alat pelindung diri (APD).
14
LAMPIRAN
15
LAMPIRAN 2
JOB SAFETY ANALYST (JSA)
Lokasi Tanggal:
Peralatan Tangan
POTENSI BAHAYA
Lantai Licin Bahaya Alat Listrik Ketinggian Lingkungan Ramai Percikan Besi Panas
Bahaya Kebakaran Kagagalan Alat Pekerjaan Terdekat Beban Berat Leburan Besi Panas
Percikan Palu Objek Berayun Sambungan Pipa Tangga yang Kokoh Asap
Radioaktif Gas Pihak Ketiga Berangin Benda Tajam
Jalan Darurat Jepit/Perangkap Orang Tanpa Ijin Benturan Benda Bising
Polusi Alam Bahaya Cedera Gelap (Malam) Salah Komunikasi Vibrasi/Getaran
Debu Tersandung/Jatuh Cuaca Buruk Terhantam Benda
Kegagalan Peralatan Salah Penyetelan Ergonomic Lantai Berlubang
Kagagalan Struktur Keseleo Kejatuhan Material Tepian Bangunan
Saya menyatakan dalam keadaan SEHAT. Saya juga mematuhi ketentuan Keselamatan Ketenagalistrikan (K2) dan segala
persyaratan yang diberlakukan (jika tidak setuju berikan alasan pada kolom keterangan)
RABU, 13 SEPTEMBER
Deni Maulana 2023
dari: sampai:
16