BIDANG: DISTRIBUSI
OLEH:
BAMBANG NURDIANSYAH
(level 3)
PT. DEI
Standar Kompetensi
Kompetensi
No. Kode Unit Nama Unit
Inti/Pilihan
Melaksanakan Pengawasan
1 D.35.134.00.002.1 Pengoperasian
Kompetensi Inti Distribusi Tenaga Listrik
Melaksanakan Pengawasan
Pengoperasian
2 D.35.134.00.002.1 Distribusi Tenaga Listrik
Kompetensi Pilihan
2 Melaksanakan Pengoperasian
D.35.134.02.025.1 Peralatan Hubung Bagi Tegangan
Rendah (PHBTR)
2
DAFTAR ISI
3
4.2. Gardu Distribusi .................................................................................................................... 14
4.3. Jaringan Tegangan Menengah
Bab V Langkah kerja ............................................................................................................................ 20
Bab VI Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………………………………22
4
BAB I
PENDAHULUAN
Menjaga tingkat keandalan pasokan listrik merupakan salah satu tujuan perusahaan Listrik Negara
dalam meningkatkan layanan purna jualJJJ 8C ke konsumen listrik di seluruh negeri.
Untuk operasional yang handal dan kualitas yang prima, maka kualitas dan kuantitas peralatan
pembangkit, transmisi maupun distribusi harus terjamin adanya.
Mempertahankan kualitas dan keandalan penyaluran tenaga listrik kepada pelanggan sangat
ditentukan oleh kualitas dan kuantitas jaringan dalam hal ini jaringan distribusi.
Jaringan distribusi terdiri dari Saluran Udara Tegangan Menengah, Saluran kabel tanah tegangan
menengah, Gardu distribusi pasangan dalam, Gardu distribusi pasangan luar, Transformator, Jaringan
Tegangan Rendah dan Sambungan Rumah serta APP.
Kesemua komponen tersebut harus dipastikan kualitas material dan pemasangannya dengan cara
Pemeriksaan dan Pengujian, agar memenuhi standard yang ditentukan.
5
BAB II
FAKTOR K2/K3
c. Sertifikasi
d. Penerapan SOP
e. Adanya pengawas pekerjaan
d. Keppres No.22 / 1993 ttg Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja
e. Kep Menaker No.5/Men/1996 ttg Sistem Manajemen K3 (SMK3)
f. Kep Direksi No.090.K/DIR/2005 ttg Pedoman Keselamatan Instalasi
g. Kep Direksi No.091.K/DIR/2005 ttg Pedoman Keselamatan Umum
h. Kep Direksi No.092.K/DIR/2005 ttg Pedoman Keselamatan Kerja
6
2.1.4. Keselamatan ketenagalistrikan
a. Setiap usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan
b. Keselamatan ketenagalistrikan meliputi :
1. Standarisasi
2.2.1. Pengertian K3
a. Pengertian secara filosofis
K3 merupakan suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmani maupun rohani, tenaga kerja pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
terhadap hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.
7
Dalam ilmu pengetahuan dan penerapannya, K3 adalah usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan dan pencemaran
lingkungan.
Series)
K3 adalah semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan
kesehatan kerja dari tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan
tamu) di tempat kerja.
2.2.2. Tujuan K3
K3 bertujuan untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran
lingkungan dengan memelihara dan melindungi kesehatan, keamanan dan keselamatan tenaga
kerja sehingga dapat mencegah atau mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, dan pada akhirnya dapat meningkatkan system efisiensi dan produktivitas kerja.
2.2.3. Sasaran K3
2.2.4. Norma K3
a. Aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja
b. Diterapkan untuk melindungi tenaga kerja
8
Bahaya akibat terhirupnya atau terjadinya kontak antara manusia dengan bahan kimia
berbahaya. Contoh jenis kimia: abu sisa pembakaran bahan kimia, uap bahan kimia dan gas
bahan kimia.
Bahaya akibat suatu temperatur udara yang terlalu panas maupun terlalu dingin serta
keadaan udara yang tidak normal yang menyebabkan terjadinya perubahan atau
mengalami suhu tubuh yang tidak normal. Bahaya akibat keadaan yang sangat bising yang
menyebabkan terjadi kerusakan pendengaran.
b. Danger adalah tingkat bahaya akan suatu kondisi yang sudah menunjukkan peluang bahaya
sehingga mengakibatkan suatu tindakan pencegahan.
c. Risk adalah prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam siklus tertentu.
d. Incident adalah munculnya kejadian bahaya yang dapat atau telah mengadakan kontak
dengan sumber energi yang melebihi ambang batas normal.
e. Accident adalah kejadian bahaya yang disertai adanya korban dan/atau kerugian baik
manusian maupun benda.
b. Perlindungan mesin
c. Pengamanan listrik yang harus dicek secara berkala
d. Pengamanan ruangan, meliputi sistem alarm, alat pemadam kebakaran, penerangan yang
cukup, ventilasi yang baik dan jalur evakuasi khusus yang memadai
9
2.2.9. Alat pelindung diri (APD)
APD merupakan perlengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja
untuk menjaga keselamatan pekerja dan orang disekitarnya. Alat pelindung diri meliputi:
Safety Helmet atau helm pelindung untuk melindungi kepala dari benda - benda yang
dapat melukai kepala.
Safety Goggles atau kacamata pengamanan untuk melindungi mata dari paparan
partikel yang melayang di udara, percikan benda kecil, benda panas ataupun uap panas.
Hearing Protection atau penutup telinga untuk melindungi dari kebisingan ataupun
tekanan.
Safety Mask atau masker yang berfungsi sebagai alat pelindung pernafasan saat berada
di area yang kualitas udaranya tidak baik.
Face Shield atau pelindung wajah untuk melindungi wajah dari paparan bahan kimia,
percikan benda kecil, benda panas ataupun uap panas, benturan atau pukulan benda
keras dan tajam.
Apron atau celemek untuk melindungi tubuh dari percikan bahan kimia dan suhu panas.
Safety Vest atau rompi keselamatan kerja yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
kontak atau kecelakaan.
Safety Clothing atau alat pelindung tubuh untuk melindungi dari hal-hal yang
membahayakan saat bekerja, mengurangi resiko terluka dan juga digunakan sebagai
identitas pekerja.
Safety Gloves atau sarung tangan yang berfungsi melindungi jari-jari dan tangan dari
api,suhu panas, suhu dingin, radiasi, bahan kimia, arus listrik, bahan kimia, benturan,
pukulan, dan goresan benda tajam.
Safety Belt atau sabuk pengaman yang dipakai saat menggunakan alat transportasi serta
untuk membatasi ruang gerak pekerja agar tidak terjatuh.
10
Safety Boot/Shoes adalah sepatu boot atau sepatu pelindung untuk melindungi kaki dari
benturan, tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau
dingin, uap panas, bahan kimia berbahaya ataupun permukaan licin.
BAB III
Penggunaan alat kerja dan alat ukur pada pekerjaan pengoperasian Gardu Distribusi biasanya untuk
pemeriksaan / pengujian kelayakan peralatan / instalasi gardu sebelum dioperasikan.
Terutama untuk alat ukur diperlukan yang mempunyai kelas akurasi yang tinggi agar hasil yang
didapatkan benar-benar valid, sehingga dapat menjamin pengoperasian gardu distribusi dengan
aman.
1. Kondisi alat ukur, yaitu ketelitiannya harus sesuai dengan yang . Ketelitian alat ukur dapat
berkurang disebabkan antara lain, umur alat ukur yang memang sudah melebihi yang
direncanakan sehingga mengalami kerusakan atau sumber listrik yang harusnya terpasang
dengan kondisi tertentu, sudah tidak memenuhi seperti yang dipersyaratkan.
2. Operator atau pengguna alat ukur tidak memahami cara yang benar, sehingga terjadi kesalahan
pemakaian atau cara membaca skala salah padahal alat ukur pada kondisi yang baik. Alat ukur
yang dimaksud disini selain merupakan alat yang menghasilkan nilai dengan satuan listrik
maupun mekanik, ada alat yang hanya menunjukkan indikasi benar atau tidaknya suatu
rangkaian / sirkit. Alat seperti ini disebut dengan indikator. Yang perlu diperhatikan pada alat
ukur adalah kesesuaian batas ukur alat ukur dan batas kapasitas /kemampuan peralatan yang
akan diuji. Contoh, untuk menguji tahanan isolasi trafo distribusi tegangan kerja meger yang
dapat digunakan ada 2 ( dua ) yaitu meger dengan tegangan maksimal 1.000V untuk mengukur
tahanan isolasi kumparan tegangan rendah dengan body dan tegangan maksimal 10.000 V untuk
mengukur tahanan isolasi kumparan tegangan tinggi dengan kumparan tegangan rendah atau
body. Bila penggunaan terbalik, maka ada 2 ( dua ) kemungkinan yang akan terjadi, yaitu hasil uji
yang tidak valid atau isolasi trafo akan bocor.
11
3.2. Macam - Macam Alat Kerja dan Penggunaannya
Dalam pemeliharaan gardu distribusi peralatan dan bahan – bahan yang banyak digunakan untuk
memulai pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
1. Perlengkapan APD
Helm safety, Kegunaannya untuk melindungi kepala terhadap bahaya listrik, mekanik,
kimia panas. Bahan dari polyethylene, plastik, katun, aluminium dan bahan sintetis
lainnya.
Sarung tangan, kegunaannya untuk melindungi tangan dari bahaya listrik, mekanik,
kimia, panas dan lain-lain.
Wearpack, kegunaannya untuk melindungi badan terhadap bahaya listrik, panas dan lain-
lain.
Sepatu safety, kegunaannya untuk melindungi kaki terhadap bahaya listrik, mekanik,
kimia, panas dan lain-lain.
Tongkat tester tegangan 20 kV, kegunaannya untuk memeriksa adanya tegangan pada
kabel masuk / keluar kubikel.
2. Peralatan kerja
Tang ampere.
Megger Isolasi 5000 Volt, kegunaannya untuk mengukur tahanan isolasi instalasi
tegangan menengah maupun tegangan rendah. Megger Pentanahan, digunakan untuk
mengukur tahanan pentanahan kerangka kubikel dan pentanahan kabel.
Alat tulis.
12
BAB IV
KAJIAN TEORI
Jaringan distribusi tenaga listrik, baik yang beroperasi secara radial, maupun non radial dengan
jangkauan luas, biaya murah, dengan keandalan yang tinggi. Kontunuitas penyaluran minimal tingkat
2. Untuk mengurangi luasnya dampak pemadaman akibat gangguan dipasang fasilitas-faslitas Pole
Top Switch / Air Break Switch, PBO, SSO, FCO pada posisi tertentu. Pemeriksaan dan Pengujian
komponen pada gardu distribusi sangat perlu dilakukan agar dapat dipastikan kualitas komponen dan
standard konstruksi terjamin sesuai yang ditentukan. Sehingga pada saat dioperasikan penyaluran
tenaga listrik ke konsumen dapat terjamin kualitas dan kontinuitasnya.
Untuk perencanaan di suatu daerah baru, pemilihan PBO, SSO, FCO merupakan satu kesatuan
yang memperhatikan koordinasi proteksi dan optimasi operasi distribusi termasuk sistem
pembumian transformator Gardu Induk pada jaringan tersebut. Pada penyulang utama sistem radial,
disisi pangkal harus dipasang PBO dengan setiap percabangan dipasang pemutus FCO khusus untuk
sistem dengan pembumian langsung. Untuk sistem pembumian dengan tahanan tinggi tidak
direkomendasikan penggunaan FCO. Pada sistem jaringan tertutup (loop) dengan instalasi gardu
phisection, seluruh pemutus menggunakan SSO.
Sistem distribusi tenaga listrik didefinisikan sebagai bagian dari sistem tenaga listrik yang
menghubungkan gardu induk, atau pusat pembangkit listrik dengan konsumen. Sedangkan jaringan
distribusi adalah sarana dari sistem distribusi tenaga listrik di Dalam menyalurkan energi ke
konsumen. Dalam menyalurkan tenaga listrik ke pusat beban, suatu sistem distribusi harus
13
disesuaikan dengan kondisi setempat dengan memperhatikan faktor beban, lokasi beban,
perkembangan dimasa mendatang, keandalan serta nilai keekonomiannya. Sebelum menuju ke
bahasan Jaringan Distribusi Listrik Tegangan Menengah, disini saya akan membagi berbagai istilah
dan penjelasan tentang distribusi tenaga listrik.
Pola radial adalah jaringan yang setiap saluran primernya hanya mampu menyalurkan
daya dalam satu arah aliran daya. Jaringan ini biasa dipakai untuk melayani daerah dengan
tingkat kerapatan beban yang rendah. Keuntungannya ada pada kesederhanaan dari segi
teknis dan biaya investasi yang rendah.
Adapun kerugiannya apabila terjadi gangguan dekat dengan sumber, maka semua
beban saluran tersebut akan ikut padam sampai gangguan tersebut dapat diatasi.
Jaringan pola loop adalah jaringan yang dimulai dari suatu titik pada rel daya yang
berkeliling di daerah beban kemudian kembali ke titik rel daya semula. Pola ini ditandai pula
14
dengan adanya dua sumber pengisian yaitu sumber utama dan sebuah sumber cadangan.
Jika salah satu sumber pengisian (saluran utama) mengalami gangguan, akan dapat
digantikan oleh sumber pengisian yang lain (saluran cadangan). Jaringan dengan pola ini
biasa dipakai pada sistem distribusi yang melayani beban dengan kebutuhan kontinyuitas
pelayanan yang baik (lebih baik dari pola radial).
Pola jaringan ini mempunyai beberapa rel daya dan antara rel-rel tersebut
dihubungkan oleh saluran penghubung yang disebut tie feeder. Dengan demikian setiap
gardu distribusi dapat menerima atau mengirim daya dari atau ke rel lain.
4. Jaringan distribusi pola spindle
Jaringan primer pola spindel merupakan pengembangan dari pola radial dan loop
terpisah. Beberapa saluran yang keluar dari gardu induk diarahkan menuju suatu tempat
yang disebut gardu hubung (GH), kemudian antara GI dan GH tersebut dihubungkan dengan
satu saluran yang disebut express feeder. Sistem gardu distribusi ini terdapat disepanjang
saluran kerja dan terhubung secara seri.
Saluran kerja yang masuk ke gardu dihubungkan oleh saklar pemisah, Sedangkan
saluran yang keluar dari gardu dihubungkan oleh sebuah saklar beban. Jadi sistem ini dalam
keadaan normal bekerja secara radial dan dalam keadaan darurat bekerja secara loop melalui
saluran cadangan dan GH.
Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu sistem distribusi yang berfungsi
untuk menghubungkan jaringan ke konsumen atau untuk membagikan/ mendistribusikan tenaga
listrik pada beban/konsumen baik konsumen tegangan menengah maupun konsumen tegangan
rendah. Gardu Distribusi merupakan kumpulan/gabungan dari perlengkapan hubung bagi baik
tegangan menengah dan tegangan rendah. Jenis perlengkapan hubung bagi tegangan menengah
pada gardu distribusi berbeda sesuai dengan jenis konstruksi gardunya.
a. Gardu beton
b. Gardu portal
Gardu portal adalah gardu listrik tipe terbuka (out-door) dengan memakai konstruksi dua
tiang atau lebih. Tempat kedudukan transformator sekurangkurangnya 3 meter di atas tanah
dan ditambahkan platform sebagai fasilitas kemudahan kerja teknisi operasi dan
pemeliharaan.
c. Gardu cantol
Gardu cantol mengunakan transformator yang terpasang adalah jenis CSP (Completely Self
Protected Transformer) yaitu peralatan switching dan proteksinya sudah terpasang lengkap
dalam tangki transformator.
d. Gardu kios
Kotak tempat peralatan listrik terbuat dari bahan besi. Gardu kios bukan merupakan gardu
permanen tetapi hanya merupakan gardu sementara, sehingga dapat mudah untuk dipindah-
pindahkan.
Gardu Hubung disingkat GH atau Switching Subtation adalah gardu yang berfungsi sebagai
sarana manuver pengendali beban listrik jika terjadi gangguan aliran listrik, program
pelaksanaan pemeliharaan atau untuk maksud mempertahankan kontinuitas pelayanan. Isi
dari instalasi Gardu Hubung adalah rangkaian saklar beban (Load Break switch – LBS), dan
16
atau pemutus tenaga yang terhubung paralel. Gardu Hubung juga dapat dilengkapi sarana
pemutus tenaga pembatas beban pelanggan khusus Tegangan Menengah. Konstruksi Gardu
Hubung sama dengan Gardu Distribusi tipe beton. Pada ruang dalam Gardu Hubung dapat
dilengkapi dengan ruang untuk Gardu Distribusi yang terpisah dan ruang untuk sarana
pelayanan kontrol jarak jauh. Ruang untuk sarana pelayanan kontrol jarak jauh dapat berada
pada ruang yang sama dengan ruang Gardu Hubung, namun terpisah dengan ruang Gardu
Distribusinya.
Transformator adalah peralatan pada tenaga listrik yang berfungsi untuk memindahkan/
menyalurkan tenaga listrik arus bolak-balik tegangan rendah ketegangan menengah atau sebaliknya,
pada frekuensi yang sama, sedangkan prinsip kerjanya melalui kopling magnit atau induksi magnit,
danmenghasilkan nilai tegangan dan arus yang berbeda. Mohamad Fikri Ibrahim(2016)
Transformator merupakan salah satu peralatan tegangan yang berfungsiuntuk menaikkan tegangan
dan menurunkan tegangan keluaran pada sistempendistribusian energy listrik. Untuk mengatasi hal
tersebut, maka peralatanyang digunakan adalah transformator yang terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
Transformator Step-Up yang dapat menaikkan tegangan dan Transformator StepDown untuk
menurunkan tegangan. Bagian-bagian dari transformator :
1. Inti besi
Inti besi tersebut berfungsi untuk membangkitkan fluksi yang timbul karena arus listrik
dalam belitan atau kumparan trafo, sedang bahan ini terbuat dari lempenganlempengan baja
tipis, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi panas yang diakibatkan oleh arus eddy (eddy
current).
Kawat email yang berisolasi terbentuk kumparan serta terisolasi baik antar kumparan
maupun antara kumparan dan inti besi. Terdapat dua kumparan pada inti tersebut yaitu
kumparan primair dan kumparan sekunder, bila salah satu kumparan tersebut diberikan
tegangan maka pada kumparan akan membangkitkan fluksi pada inti serta menginduksi
kumparan lainnya sehingga pada kumparan sisi lain akan timbul tegangan.
3. Minyak trafo
17
Belitan primer dan sekunder pada inti besi pada trafo terendam minyak trafo, hal ini
dimaksudkan agar panas yang terjadi pada kedua kumparan dan inti trafo oleh minyak trafo dan
selain itu minyak tersebut juga sebagai isolasi pada kumparan dan inti besi.
4. Isolator bushing pada ujung kedua kumparan trafo baik primer ataupun sekunder keluar menjadi
terminal melalui isolator yang juga sebagai penyekat antar kumparan dengan body badan trafo.
Bagian-bagian trafo yang terendam minyak trafo berada dalam tangki, sedangkan untuk
pemuaian minyak tangki dilengkapi dengan konserfator yang berfungsi untuk menampung
pemuaian minyak akibat perubahan temperature.
6. Katup pembuangan dan pengisian
Katub pembuangan pada trafo berfungsi untuk menguras pada penggantian minyak trafo,
hal ini terdapat pada trafo diatas 100kVA, sedangkan katup pengisian berfungsi untuk
menambahkan atau mengambil sample minyak pada trafo.
7. Oil level
Fungsi dari oil level tersebut adalah untuk mengetahui minyak pada tangki trafo, oil level
inipun hanya terdapat pada trafo diatas 100kVA
Untuk mengetahui serta memantau keberadaan temperature pada oil trafo saat
beroperasi, untuk trafo yang berkapasitas besar indikator limit tersebut dihubungkan dengan
rele temperature.
9. Pernapasan trafo
Karena naik turunnya beban trafo maupun suhu udara luar, maka suhu minyaknya akan
berubah-ubah mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu minyak tinggi, minyak akan memuai dan
mendesak udara diatas permukaan minyak keluar dari tangki, sebaliknya bila suhu turun, minyak
akan menyusut maka udara luar akan masuk kedalam tangki. Kedua proses tersebut diatas
disebut pernapasan trafo, akibatnya permukaan minyak akan bersinggungan dengan udara luar,
udara luar tersebut lembab. Oleh sebab itu pada ujung pernapasan diberikan alat dengan bahan
yang mampu menyerap kelembaban udara luar yang disebut kristal zat
Hygrokopis (Clilicagel).
18
10. Pendinginan trafo
Perubahan temperature akibat perubahan beban maka seluruh komponen trafo akan
menjadi panas, guna mengurangi panas pada trafo dilakukan pendingin pada trafo, guna
mengurangi pada trafo dilakukan pendinginan pada trafo. Sedangkan cara pendinginan trafo
terdapat dua macam yaitu : alamiah/natural (Onan) dan paksa/tekanan (Onaf). Pada
pendinginan alamiah (natural) melalui sirip-sirip radiator yang bersirkulasi dengan udara luar
dan untuk trafo yang besar minyak pada trafo disirkulasikan dengan pompa. Sedangkan pada
pendinginan paksa pada sirip-sirip trafo terdapat fan yang bekerjanya sesuai setting
temperaturnya.
4.5. Sistem pembumian
Sistem pembumian terhadap instalasi merupakan suatu keharusan, hal ini bertujuan agar tidak
ada kesalahan karena impedansi yang diabaikan bagi logam yang ditanahkan. Untuk menghindari
bahaya terhadap peralatan dan manusia pada titik suplai, netral dihubungkan ke tanah. Di setiap
instalasi yang bekerja di atas tegangan yang sangat rendah harus tersedia suatu penghantar
pelindung rangkaian. Mungkin seluruhnya atau sebagian berupa pipa saluran dari logam. Semua
instalasi pengerjaan logam harus dihubungkan ke penghantar kontinuitas tanah, yang pada gilirannya
dihubungkan ke suatu terminal pentanahan. Terminal pentanahan pemakai harus berdekatan
dengan terminal - terminal suplai pemakai. Di setiap titik lampu dan tempat sakelar rangkaian
tambahan akhir dari penghantar tanah perlu dihubungkan ke suatu terminal tanah. Adapun lokasi -
lokasi peletakan pantekan pentanahan Ada tujuh 7 lokasi peletakan pantekan pentanahan yaitu:
1. Trafo 1.
2. Trafo 2.
3. Panel Panel.
4. MVDP.
5. Ruang Kontrol.
6. LVDP.
7. CPGS.
19
BAB V
LANGKAH KERJA
20
5.2 Pemeriksaan hasil pengoperasian
1. Lakukan pengukuran beban dan tegangan pada setiap fasa dan jurusan
2. Periksa hasil pengukuran, jika ada kelainnan buatlah catatan untuk digunakan sebagai laporan.
21
Panel PHB = 5 ohm
BAB VI KESIMPULAN
Data hasil pemeriksaan dan pengujian telah dilakukan analisis antara lain : Hasil pemeriksaan dan pengujian
gardu distribusi . Memenuhi standar isolasi sesuai ketentuan yang berlaku di PT PLN (Persero) maupun PUIL.
22
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
Chek List Alat Kerja & APD Kerja Mengukur Urutan Fhase
23