Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN OBSERVASI / PRAKTEK UJI SERTIFIKASI

BIDANG: DISTRIBUSI
PERIODE: 09 Maret – 11 Maret 2023

OLEH:

ARBI SUWANTO
([level 3)

PT. DEI

ULP Sekadau 2023


Bidang: DISTRIBUSI

NO NAMA KODE OKUPASI JABATAN NAMA JABATAN


OKUPASI
1 ARBI SUWANTO F.43.135.01.KUALIFIKASI.3.DSISTEM Pelaksanaan Utama
Pemeliharaan
Distribusi Tegangan
Menengah

Standar Kompetensi

Kompetensi
No. Kode Unit Nama Unit
Inti/Pilihan
Melaksanakan Pengawasan
1 F.43.135.00.003.1 Pemeliharaan
Kompetensi Inti Distribusi Tenaga Listrik
Melaksanakan Pengawasan
Pemeliharaan
2 F.43.135.00.003.1 Distribusi Tenaga Listrik

1 F.43.135.01.012.1 Melaksanakan Pemeliharaan Saluran


udara tegangan menengah
Kompetensi Pilihan
2 Melaksanakan Pemeliharaan Peralatan
F.35.135.01.014.1 Switching Tegangan Menengah

2
DAFTAR ISI

Kode dan nama Okupasi jabatan.......................................................................................................... 2


SKTTK ................................................................................................................................................... 3
Daftar Isi............................................................................................................................................... 4
BAB I Pendahuluan ............................................................................................................................... 6
BAB II Faktor K2/K3 .............................................................................................................................. 7
2.1. Keselamatan Ketenagalistrikan (K2) ..................................................................................... 7
2.1.1. Tujuan Keselamatan Ketenagalistrikan ....................................................................... 7
2.1.2. Upaya untuk Meningkatkan K2 ................................................................................... 7
2.1.3. Keselamatan Ketenagalistrikan ................................................................................... 7
2.1.4. Keselamatan ketenagalistrikan ................................................................................... 7
2.1.5. Standarisasi sebagai pegangan awal melaksanakan
kegiatan berpotensi berbahaya .................................................................................. 8

2.1.6. Empat pilar keselamatan ketenagalistrikan ................................................................ 8


2.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ................................................................................ 8
2.2.1. Pengertian K3 ............................................................................................................. 8
2.2.2. Tujuan K3 .................................................................................................................... 9
2.2.3. Sasaran K3 .................................................................................................................. 9
2.2.4. Norma K3 .................................................................................................................... 9
2.2.5. Dasar Hukum K3 ......................................................................................................... 9
2.2.6. Jenis Bahaya dalam K3 ................................................................................................ 9
2.2.7. Istilah Bahaya dalam Lingkungan Kerja ....................................................................... 10
2.2.8. Standar Keselamatan Kerja ......................................................................................... 10
2.2.9. Alat Pelindung Diri (APD) ............................................................................................ 10
BAB III Daftar Alat Kerja/Alat Uji/Bahan ............................................................................................... 12
3.1. Persyaratan teknis Pada lat kerja dan alat ukur .................................................................... 12
3.2. Macam-macam alat kerja dan penggunaannya .................................................................... 12
BAB IV Kajian Teori ............................................................................................................................... 14
4.1. Konsep Perencanaan ............................................................................................................ 14

3
4.2. Gardu Distribusi .................................................................................................................... 14
4.3. Jaringan Tegangan Menengah
Bab V Langkah kerja ............................................................................................................................ 20

5.1. Pelaksanaan Pengoperasian ................................................................................................. 20

5.2. Pemeriksaan Hasil Pengoperasian ..........................................................................................21

Bab VI Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………………………………22

Lampiran Perintah Kerja,JSA,SOP/IK dan Dokumentasi..

4
BAB I
PENDAHULUAN

Menjaga tingkat keandalan pasokan listrik merupakan salah satu tujuan perusahaan Listrik Negara
dalam meningkatkan layanan purna jualJJJ 8C ke konsumen listrik di seluruh negeri.

Untuk operasional yang handal dan kualitas yang prima, maka kualitas dan kuantitas peralatan
pembangkit, transmisi maupun distribusi harus terjamin adanya.

Mempertahankan kualitas dan keandalan penyaluran tenaga listrik kepada pelanggan sangat
ditentukan oleh kualitas dan kuantitas jaringan dalam hal ini jaringan distribusi.

Jaringan distribusi terdiri dari Saluran Udara Tegangan Menengah, Saluran kabel tanah tegangan
menengah, Gardu distribusi pasangan dalam, Gardu distribusi pasangan luar, Transformator, Jaringan
Tegangan Rendah dan Sambungan Rumah serta APP.

Kesemua komponen tersebut harus dipastikan kualitas material dan pemasangannya dengan cara
Pemeriksaan dan Pengujian, agar memenuhi standard yang ditentukan.

5
BAB II
FAKTOR K2/K3

2.1. Keselamatan Ketenagalistrikan (K2)


Keselamatan ketenagalistrikan adalah segala upaya atau langkah-langkah pengamanan instalasi
penyediaan tenaga listrik dan pengamanan pemanfaatan tenaga listrik untuk mewujudkan kondisi
andal dan aman bagi instalasi dan kondisi aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya,
serta kondisi ramah lingkungan, di sekitar instalasi tenaga listrik.

2.1.1. Tujuan keselamatan ketenagalistrikan Untuk


mewujudkan :

a. Andal dan aman bagi instalasi


b. Aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya
c. Ramah lingkungan
2.1.2. Upaya untuk mewujudkan K2
a. Standarisasi
b. Penerapan 4 pilar K2
c. Sertifikasi
d. Penerapan SOP
e. Adanya pengawas pekerjaan
2.1.3. Keselamatan ketenagalistrikan Dasar
hukum :

a. UU No.1 / 1970 ttg Keselamatan Kerja


b. UU No. 30 / 2009 ttg Ketenagalistrikan
c. PP No.3 / 2005 ttg Instalasi Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik
d. Keppres No.22 / 1993 ttg Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja
e. Kep Menaker No.5/Men/1996 ttg Sistem Manajemen K3 (SMK3)
f. Kep Direksi No.090.K/DIR/2005 ttg Pedoman Keselamatan Instalasi
g. Kep Direksi No.091.K/DIR/2005 ttg Pedoman Keselamatan Umum

h. Kep Direksi No.092.K/DIR/2005 ttg Pedoman Keselamatan Kerja

6
2.1.4. Keselamatan ketenagalistrikan
a. Setiap usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan
b. Keselamatan ketenagalistrikan meliputi :
1. Standarisasi
2. Pengamanan instalasi dan pemanfaat TL untuk mewujudkan kondisi :
➢ Andal dan aman bagi instalasi (Keselamatan Instalasi)
➢ Aman dari bahaya bagi manusia
➢ Akrab lingkungan (Keselamatan Lingkungan)
2.1.5. Standarisasi sebagai pegangan awal melaksanakan kegiatan berpotensi berbahaya
a. Standarisasi Proses (Pemasangan dsb)
b. Standarisasi Uji (Performance Test, Komisioning, dsb)
c. Standarisasi Produk (Spesifikasi dsb)
2.1.6. Empat pilar keselamatan ketenagalistrikan
a. Keselamatan Kerja : perlindungan terhadap pegawai
b. Keselamatan Umum: perlindungan terhadap masyarakat, instalansi
c. Keselamatan Lingkungan : perlindungan terhadap lingkungan instalansi
d. Keselamatan Instalansi : perlindungan terhadap instalasi penyediaan tenaga listrik

2.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


K3 merupakan suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani maupun rohani, tenaga kerja pada khususnya dan masyarakat pada umumnya terhadap
hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.

2.2.1. Pengertian K3
a. Pengertian secara filosofis
K3 merupakan suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmani maupun rohani, tenaga kerja pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya terhadap hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.

b. Pengertian secara keilmuan

7
Dalam ilmu pengetahuan dan penerapannya, K3 adalah usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan dan pencemaran
lingkungan.

c. Pengertian secara OHSAS 18001:2007 (Occupational Health and Safety Assessment


Series)
K3 adalah semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan
kesehatan kerja dari tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung
dan tamu) di tempat kerja.

2.2.2. Tujuan K3
K3 bertujuan untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran
lingkungan dengan memelihara dan melindungi kesehatan, keamanan dan keselamatan tenaga
kerja sehingga dapat mencegah atau mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, dan pada akhirnya dapat meningkatkan system efisiensi dan produktivitas kerja.

2.2.3. Sasaran K3
a. Menjamin keselamatan pekerja dan orang lain
b. Menjamin keamanan peralatan yang digunakan
c. Menjamin proses produksi yang aman dan lancar
2.2.4. Norma K3
a. Aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja
b. Diterapkan untuk melindungi tenaga kerja
c. Resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja
2.2.5. Dasar hukum K3
a. UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
b. UU No.21 tahun 2003 tentang pengesahan konvensi ILO
c. UU No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.PER-5/MEN/1996
2.2.6. Jenis bahaya dalam K3
a. Bahaya Jenis Kimia

8
Bahaya akibat terhirupnya atau terjadinya kontak antara manusia dengan bahan kimia
berbahaya. Contoh jenis kimia: abu sisa pembakaran bahan kimia, uap bahan kimia dan
gas bahan kimia.

b. Bahaya jenis fisika


Bahaya akibat suatu temperatur udara yang terlalu panas maupun terlalu dingin serta
keadaan udara yang tidak normal yang menyebabkan terjadinya perubahan atau
mengalami suhu tubuh yang tidak normal. Bahaya akibat keadaan yang sangat bising yang
menyebabkan terjadi kerusakan pendengaran.

c. Bahaya jenis proyek/pekerjaan


Bahaya akibat pencahayaan atau penerangan yang kurang menyebabkan kerusakan
penglihatan. Bahaya dari pengangkutan barang serta penggunaan peralatan yang kurang
lengkap dan aman yang mengakibatkan cedera pada pekerja dan orang lain.

2.2.7. Istilah bahaya dalam lingkungan kerja


a. Hazard adalah suatu keadaan yang memungkinkan/dapat menimbulkan kecelakaan,
penyakit, kerusakan atau menghambat kemampuan pekerja yang ada.

b. Danger adalah tingkat bahaya akan suatu kondisi yang sudah menunjukkan peluang bahaya
sehingga mengakibatkan suatu tindakan pencegahan.

c. Risk adalah prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam siklus tertentu.
d. Incident adalah munculnya kejadian bahaya yang dapat atau telah mengadakan kontak
dengan sumber energi yang melebihi ambang batas normal.

e. Accident adalah kejadian bahaya yang disertai adanya korban dan/atau kerugian baik
manusian maupun benda.

2.2.8. Standar keselamatan kerja


a. Perlindungan badan yang meliputi seluruh badan
b. Perlindungan mesin
c. Pengamanan listrik yang harus dicek secara berkala
d. Pengamanan ruangan, meliputi sistem alarm, alat pemadam kebakaran, penerangan yang
cukup, ventilasi yang baik dan jalur evakuasi khusus yang memadai

9
2.2.9. Alat pelindung diri (APD)
APD merupakan perlengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko
kerja untuk menjaga keselamatan pekerja dan orang disekitarnya. Alat pelindung diri meliputi:

a. Alat Pelindung Kepala


➢ Safety Helmet atau helm pelindung untuk melindungi kepala dari benda - benda yang
dapat melukai kepala.

➢ Safety Goggles atau kacamata pengamanan untuk melindungi mata dari paparan
partikel yang melayang di udara, percikan benda kecil, benda panas ataupun uap
panas.

➢ Hearing Protection atau penutup telinga untuk melindungi dari kebisingan ataupun
tekanan.

➢ Safety Mask atau masker yang berfungsi sebagai alat pelindung pernafasan saat
berada di area yang kualitas udaranya tidak baik.
➢ Face Shield atau pelindung wajah untuk melindungi wajah dari paparan bahan kimia,
percikan benda kecil, benda panas ataupun uap panas, benturan atau pukulan benda
keras dan tajam.

b. Alat Pelindung Tubuh


➢ Apron atau celemek untuk melindungi tubuh dari percikan bahan kimia dan suhu
panas.

➢ Safety Vest atau rompi keselamatan kerja yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
kontak atau kecelakaan.

➢ Safety Clothing atau alat pelindung tubuh untuk melindungi dari hal-hal yang
membahayakan saat bekerja, mengurangi resiko terluka dan juga digunakan sebagai
identitas pekerja.

c. Alat Pelindung Anggota Tubuh


➢ Safety Gloves atau sarung tangan yang berfungsi melindungi jari-jari dan tangan dari
api,suhu panas, suhu dingin, radiasi, bahan kimia, arus listrik, bahan kimia, benturan,
pukulan, dan goresan benda tajam.

10
➢ Safety Belt atau sabuk pengaman yang dipakai saat menggunakan alat transportasi
serta untuk membatasi ruang gerak pekerja agar tidak terjatuh.

➢ Safety Boot/Shoes adalah sepatu boot atau sepatu pelindung untuk melindungi kaki
dari benturan, tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau
dingin, uap panas, bahan kimia berbahaya ataupun permukaan licin.
BAB III
DAFTAR ALAT KERJA / ALAT UJI / BAHAN

3.1. Persyaratan Teknis Pada Alat Kerja dan Alat Ukur


Penggunaan alat kerja dan alat ukur pada pekerjaan pengoperasian Gardu Distribusi biasanya untuk
pemeriksaan / pengujian kelayakan peralatan / instalasi gardu sebelum dioperasikan.

Terutama untuk alat ukur diperlukan yang mempunyai kelas akurasi yang tinggi agar hasil yang
didapatkan benar-benar valid, sehingga dapat menjamin pengoperasian gardu distribusi dengan
aman.

Ketelitian hasil ukur ditentukan oleh 2 ( dua ) hal, yaitu :


1. Kondisi alat ukur, yaitu ketelitiannya harus sesuai dengan yang . Ketelitian alat ukur dapat
berkurang disebabkan antara lain, umur alat ukur yang memang sudah melebihi yang
direncanakan sehingga mengalami kerusakan atau sumber listrik yang harusnya terpasang
dengan kondisi tertentu, sudah tidak memenuhi seperti yang dipersyaratkan.

2. Operator atau pengguna alat ukur tidak memahami cara yang benar, sehingga terjadi kesalahan
pemakaian atau cara membaca skala salah padahal alat ukur pada kondisi yang baik. Alat ukur
yang dimaksud disini selain merupakan alat yang menghasilkan nilai dengan satuan listrik
maupun mekanik, ada alat yang hanya menunjukkan indikasi benar atau tidaknya suatu
rangkaian / sirkit. Alat seperti ini disebut dengan indikator. Yang perlu diperhatikan pada alat
ukur adalah kesesuaian batas ukur alat ukur dan batas kapasitas /kemampuan peralatan yang
akan diuji. Contoh, untuk menguji tahanan isolasi trafo distribusi tegangan kerja meger yang
dapat digunakan ada 2 ( dua ) yaitu meger dengan tegangan maksimal 1.000V untuk mengukur
tahanan isolasi kumparan tegangan rendah dengan body dan tegangan maksimal 10.000 V
untuk mengukur tahanan isolasi kumparan tegangan tinggi dengan kumparan tegangan rendah

11
atau body. Bila penggunaan terbalik, maka ada 2 ( dua ) kemungkinan yang akan terjadi, yaitu
hasil uji yang tidak valid atau isolasi trafo akan bocor.

3.2. Macam - Macam Alat Kerja dan Penggunaannya


Dalam pemeliharaan gardu distribusi peralatan dan bahan – bahan yang banyak digunakan untuk
memulai pekerjaan ini adalah sebagai berikut:

a. Alat-alat yang diperlukan


1. Perlengkapan APD
➢ Helm safety, Kegunaannya untuk melindungi kepala terhadap bahaya listrik, mekanik,
kimia panas. Bahan dari polyethylene, plastik, katun, aluminium dan bahan sintetis
lainnya.

➢ Sarung tangan, kegunaannya untuk melindungi tangan dari bahaya listrik, mekanik,
kimia, panas dan lain-lain.

➢ Sarung tangan karet isolasi tahan 24 kV.


➢ Wearpack, kegunaannya untuk melindungi badan terhadap bahaya listrik, panas dan
lain-lain.

➢ Sepatu safety, kegunaannya untuk melindungi kaki terhadap bahaya listrik, mekanik,
kimia, panas dan lain-lain.

➢ Tongkat tester tegangan 20 kV, kegunaannya untuk memeriksa adanya tegangan pada
kabel masuk / keluar kubikel.

2. Peralatan kerja
➢ Toolkit, kegunaannya untuk membuka atau mengencangkan baut, memotong peralatan
seperti kabel dan mengukur diameter peralatan.

➢ Tang ampere.
➢ Megger Isolasi 5000 Volt, kegunaannya untuk mengukur tahanan isolasi instalasi
tegangan menengah maupun tegangan rendah. Megger Pentanahan, digunakan untuk
mengukur tahanan pentanahan kerangka kubikel dan pentanahan kabel.

➢ Alat tulis.

12
BAB IV
KAJIAN TEORI

4.1. Konsep Pengoperasian


Jaringan distribusi tenaga listrik, baik yang beroperasi secara radial, maupun non radial
dengan jangkauan luas, biaya murah, dengan keandalan yang tinggi. Kontunuitas penyaluran
minimal tingkat 2. Untuk mengurangi luasnya dampak pemadaman akibat gangguan dipasang
fasilitas-faslitas Pole Top Switch / Air Break Switch, PBO, SSO, FCO pada posisi tertentu.
Pemeriksaan dan Pengujian komponen pada gardu distribusi sangat perlu dilakukan agar dapat
dipastikan kualitas komponen dan standard konstruksi terjamin sesuai yang ditentukan. Sehingga
pada saat dioperasikan penyaluran tenaga listrik ke konsumen dapat terjamin kualitas dan
kontinuitasnya.

Untuk perencanaan di suatu daerah baru, pemilihan PBO, SSO, FCO merupakan satu kesatuan
yang memperhatikan koordinasi proteksi dan optimasi operasi distribusi termasuk sistem
pembumian transformator Gardu Induk pada jaringan tersebut. Pada penyulang utama sistem
radial, disisi pangkal harus dipasang PBO dengan setiap percabangan dipasang pemutus FCO khusus
untuk sistem dengan pembumian langsung. Untuk sistem pembumian dengan tahanan tinggi tidak
direkomendasikan penggunaan FCO. Pada sistem jaringan tertutup (loop) dengan instalasi gardu
phisection, seluruh pemutus menggunakan SSO.

4.2. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)


Sistem distribusi tenaga listrik didefinisikan sebagai bagian dari sistem tenaga listrik yang
menghubungkan gardu induk, atau pusat pembangkit listrik dengan konsumen. Sedangkan jaringan
distribusi adalah sarana dari sistem distribusi tenaga listrik di Dalam menyalurkan energi ke

13
konsumen. Dalam menyalurkan tenaga listrik ke pusat beban, suatu sistem distribusi harus
disesuaikan dengan kondisi setempat dengan memperhatikan faktor beban, lokasi beban,
perkembangan dimasa mendatang, keandalan serta nilai keekonomiannya. Sebelum menuju ke
bahasan Jaringan Distribusi Listrik Tegangan Menengah, disini saya akan membagi berbagai istilah
dan penjelasan tentang distribusi tenaga listrik.

Yang pertama adalah pembagian jaringan distribusi berdasarkan tegangan pengenalnya.


Berdasarkan tegangan pengenalnya sistem jaringan distribusi dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu :
➢ Sistem jaringan tegangan primer atau Jaringan Tegangan Menengah (JTM), yaitu berupa Saluran
Kabel Tegangan Menengah (SKTM), Saluran Kabel Udara Tegangan Menegah (SKUTM) atau
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM). Jaringan ini menghubungkan sisi sekunder trafo
daya di Gardu Induk menuju ke Gardu Distribusi, besar tegangan yang disalurkan adalah 12 kV
atau 20 kV. Jaringan tegangan distribusi sekunder atau Jaringan Tegangan Rendah (JTR),
salurannya bisa berupa SKTM atau SUTM yang menghubungkan Gardu Distribusi/sisi sekunder
trafo distribusi ke konsumen. Tegangan sistem yang digunakan adalah 220 Volt dan 380 Volt.
Berdasarkan penjelasan diatas ternyata sistem jaringan listrik distribusi dibagi menjadi tiga,
yaitu : JTM, SKTM, SUTM. Itulah yang disebut Jaringan Distribusi Listrik Tegangan Menengah,
lalu jaringan tersebut diatas, masuk ke dalam jaringan distribusi primer. Konfigurasi jaringan
distribusi primer pada suatu sistem jaringan distribusi sangat menentukan mutu pelayanan
yang akan diperoleh khususnya mengenai kontinyuitas pelayanannya. Adapun jenis jaringan
primer yang biasa digunakan adalah:

1. Jaringan distribusi pola radial


Pola radial adalah jaringan yang setiap saluran primernya hanya mampu menyalurkan
daya dalam satu arah aliran daya. Jaringan ini biasa dipakai untuk melayani daerah dengan
tingkat kerapatan beban yang rendah. Keuntungannya ada pada kesederhanaan dari segi
teknis dan biaya investasi yang rendah.

Adapun kerugiannya apabila terjadi gangguan dekat dengan sumber, maka semua
beban saluran tersebut akan ikut padam sampai gangguan tersebut dapat diatasi.

2. Jaringan distribusi pola loop

14
Jaringan pola loop adalah jaringan yang dimulai dari suatu titik pada rel daya yang
berkeliling di daerah beban kemudian kembali ke titik rel daya semula. Pola ini ditandai
pula dengan adanya dua sumber pengisian yaitu sumber utama dan sebuah sumber
cadangan. Jika salah satu sumber pengisian (saluran utama) mengalami gangguan, akan
dapat digantikan oleh sumber pengisian yang lain (saluran cadangan). Jaringan dengan
pola ini biasa dipakai pada sistem distribusi yang melayani beban dengan kebutuhan
kontinyuitas pelayanan yang baik (lebih baik dari pola radial).

3. Jaringan distribusi pola grid


Pola jaringan ini mempunyai beberapa rel daya dan antara rel-rel tersebut
dihubungkan oleh saluran penghubung yang disebut tie feeder. Dengan demikian setiap
gardu distribusi dapat menerima atau mengirim daya dari atau ke rel lain.
4. Jaringan distribusi pola spindle
Jaringan primer pola spindel merupakan pengembangan dari pola radial dan loop
terpisah. Beberapa saluran yang keluar dari gardu induk diarahkan menuju suatu tempat
yang disebut gardu hubung (GH), kemudian antara GI dan GH tersebut dihubungkan
dengan satu saluran yang disebut express feeder. Sistem gardu distribusi ini terdapat
disepanjang saluran kerja dan terhubung secara seri.

Saluran kerja yang masuk ke gardu dihubungkan oleh saklar pemisah, Sedangkan
saluran yang keluar dari gardu dihubungkan oleh sebuah saklar beban. Jadi sistem ini dalam
keadaan normal bekerja secara radial dan dalam keadaan darurat bekerja secara loop
melalui saluran cadangan dan GH.

4.3. Gardu Distribusi


Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu sistem distribusi yang berfungsi
untuk menghubungkan jaringan ke konsumen atau untuk membagikan/ mendistribusikan tenaga
listrik pada beban/konsumen baik konsumen tegangan menengah maupun konsumen tegangan
rendah. Gardu Distribusi merupakan kumpulan/gabungan dari perlengkapan hubung bagi baik
tegangan menengah dan tegangan rendah. Jenis perlengkapan hubung bagi tegangan menengah
pada gardu distribusi berbeda sesuai dengan jenis konstruksi gardunya.

1. Jenis gardu distribusi


15
a. Jenis pemasangannya
1) Gardu pasangan luar : gardu portal dan gardu cantol
2) Gardu pasangan dalam : gardu beton dan gardu kios
b. Jenis kontruksinya
1) Gardu beton (bangunan sipil : batu dan beton)
2) Gardu tiang : gardu portal dan gardu cantol
3) Gardu MC (metal clad)
2. Macam-macam gardu distribusi
a. Gardu beton
Seluruh komponen utama instalasi yaitu transformator dan peralatan switching/proteksi,
terangkai di dalam bangunan sipil yang di rancang, dibangun dan difungsikan dengan
konstruksi pasangan batu dan beton. Konstruksi ini dimaksudkan untuk pemenuhan
persyaratan terbaik bagi keselamatan ketenagalistrikan.

b. Gardu portal
Gardu portal adalah gardu listrik tipe terbuka (out-door) dengan memakai konstruksi dua
tiang atau lebih. Tempat kedudukan transformator sekurangkurangnya 3 meter di atas
tanah dan ditambahkan platform sebagai fasilitas kemudahan kerja teknisi operasi dan
pemeliharaan.

c. Gardu cantol
Gardu cantol mengunakan transformator yang terpasang adalah jenis CSP (Completely Self
Protected Transformer) yaitu peralatan switching dan proteksinya sudah terpasang lengkap
dalam tangki transformator.

d. Gardu kios
Kotak tempat peralatan listrik terbuat dari bahan besi. Gardu kios bukan merupakan gardu
permanen tetapi hanya merupakan gardu sementara, sehingga dapat mudah untuk
dipindah-pindahkan.

e. Gardu hubung (GH) atau Switching substation


Gardu Hubung disingkat GH atau Switching Subtation adalah gardu yang berfungsi sebagai
sarana manuver pengendali beban listrik jika terjadi gangguan aliran listrik, program

16
pelaksanaan pemeliharaan atau untuk maksud mempertahankan kontinuitas pelayanan. Isi
dari instalasi Gardu Hubung adalah rangkaian saklar beban (Load Break switch – LBS), dan
atau pemutus tenaga yang terhubung paralel. Gardu Hubung juga dapat dilengkapi sarana
pemutus tenaga pembatas beban pelanggan khusus Tegangan Menengah. Konstruksi Gardu
Hubung sama dengan Gardu Distribusi tipe beton. Pada ruang dalam Gardu Hubung dapat
dilengkapi dengan ruang untuk Gardu Distribusi yang terpisah dan ruang untuk sarana
pelayanan kontrol jarak jauh. Ruang untuk sarana pelayanan kontrol jarak jauh dapat berada
pada ruang yang sama dengan ruang Gardu Hubung, namun terpisah dengan ruang Gardu
Distribusinya.

4.4. Trafo Distribusi


Transformator adalah peralatan pada tenaga listrik yang berfungsi untuk memindahkan/
menyalurkan tenaga listrik arus bolak-balik tegangan rendah ketegangan menengah atau
sebaliknya, pada frekuensi yang sama, sedangkan prinsip kerjanya melalui kopling magnit atau
induksi magnit, danmenghasilkan nilai tegangan dan arus yang berbeda. Mohamad Fikri
Ibrahim(2016) Transformator merupakan salah satu peralatan tegangan yang berfungsiuntuk
menaikkan tegangan dan menurunkan tegangan keluaran pada sistempendistribusian energy listrik.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka peralatanyang digunakan adalah transformator yang terbagi
menjadi dua jenis, yaitu: Transformator Step-Up yang dapat menaikkan tegangan dan
Transformator StepDown untuk menurunkan tegangan. Bagian-bagian dari transformator :

1. Inti besi
Inti besi tersebut berfungsi untuk membangkitkan fluksi yang timbul karena arus listrik
dalam belitan atau kumparan trafo, sedang bahan ini terbuat dari lempenganlempengan baja
tipis, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi panas yang diakibatkan oleh arus eddy (eddy
current).

2. Kumparan primer dan sekunder


Kawat email yang berisolasi terbentuk kumparan serta terisolasi baik antar kumparan
maupun antara kumparan dan inti besi. Terdapat dua kumparan pada inti tersebut yaitu
kumparan primair dan kumparan sekunder, bila salah satu kumparan tersebut diberikan

17
tegangan maka pada kumparan akan membangkitkan fluksi pada inti serta menginduksi
kumparan lainnya sehingga pada kumparan sisi lain akan timbul tegangan.

3. Minyak trafo
Belitan primer dan sekunder pada inti besi pada trafo terendam minyak trafo, hal ini
dimaksudkan agar panas yang terjadi pada kedua kumparan dan inti trafo oleh minyak trafo
dan selain itu minyak tersebut juga sebagai isolasi pada kumparan dan inti besi.

4. Isolator bushing pada ujung kedua kumparan trafo baik primer ataupun sekunder keluar
menjadi terminal melalui isolator yang juga sebagai penyekat antar kumparan dengan body
badan trafo.

5. Tangki dan konservator


Bagian-bagian trafo yang terendam minyak trafo berada dalam tangki, sedangkan untuk
pemuaian minyak tangki dilengkapi dengan konserfator yang berfungsi untuk menampung
pemuaian minyak akibat perubahan temperature.
6. Katup pembuangan dan pengisian
Katub pembuangan pada trafo berfungsi untuk menguras pada penggantian minyak trafo,
hal ini terdapat pada trafo diatas 100kVA, sedangkan katup pengisian berfungsi untuk
menambahkan atau mengambil sample minyak pada trafo.

7. Oil level
Fungsi dari oil level tersebut adalah untuk mengetahui minyak pada tangki trafo, oil level
inipun hanya terdapat pada trafo diatas 100kVA

8. Indikator suhu trafo


Untuk mengetahui serta memantau keberadaan temperature pada oil trafo saat
beroperasi, untuk trafo yang berkapasitas besar indikator limit tersebut dihubungkan dengan
rele temperature.

9. Pernapasan trafo
Karena naik turunnya beban trafo maupun suhu udara luar, maka suhu minyaknya akan
berubah-ubah mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu minyak tinggi, minyak akan memuai dan
mendesak udara diatas permukaan minyak keluar dari tangki, sebaliknya bila suhu turun,
minyak akan menyusut maka udara luar akan masuk kedalam tangki. Kedua proses tersebut

18
diatas disebut pernapasan trafo, akibatnya permukaan minyak akan bersinggungan dengan
udara luar, udara luar tersebut lembab. Oleh sebab itu pada ujung pernapasan diberikan alat
dengan bahan yang mampu menyerap kelembaban udara luar yang disebut kristal zat

Hygrokopis (Clilicagel).
10. Pendinginan trafo
Perubahan temperature akibat perubahan beban maka seluruh komponen trafo akan
menjadi panas, guna mengurangi panas pada trafo dilakukan pendingin pada trafo, guna
mengurangi pada trafo dilakukan pendinginan pada trafo. Sedangkan cara pendinginan trafo
terdapat dua macam yaitu : alamiah/natural (Onan) dan paksa/tekanan (Onaf). Pada
pendinginan alamiah (natural) melalui sirip-sirip radiator yang bersirkulasi dengan udara luar
dan untuk trafo yang besar minyak pada trafo disirkulasikan dengan pompa. Sedangkan pada
pendinginan paksa pada sirip-sirip trafo terdapat fan yang bekerjanya sesuai setting
temperaturnya.
4.5. Sistem pembumian
Sistem pembumian terhadap instalasi merupakan suatu keharusan, hal ini bertujuan agar
tidak ada kesalahan karena impedansi yang diabaikan bagi logam yang ditanahkan. Untuk
menghindari bahaya terhadap peralatan dan manusia pada titik suplai, netral dihubungkan ke
tanah. Di setiap instalasi yang bekerja di atas tegangan yang sangat rendah harus tersedia suatu
penghantar pelindung rangkaian. Mungkin seluruhnya atau sebagian berupa pipa saluran dari
logam. Semua instalasi pengerjaan logam harus dihubungkan ke penghantar kontinuitas tanah,
yang pada gilirannya dihubungkan ke suatu terminal pentanahan. Terminal pentanahan pemakai
harus berdekatan dengan terminal - terminal suplai pemakai. Di setiap titik lampu dan tempat
sakelar rangkaian tambahan akhir dari penghantar tanah perlu dihubungkan ke suatu terminal
tanah. Adapun lokasi - lokasi peletakan pantekan pentanahan Ada tujuh 7 lokasi peletakan
pantekan pentanahan yaitu:

1. Trafo 1.
2. Trafo 2.
3. Panel Panel.
4. MVDP.
5. Ruang Kontrol.

19
6. LVDP.
7. CPGS.

BAB V
LANGKAH KERJA

5.1 Pelaksanaan Pengoperasian


1. Di lokasi memeriksa dan mengamati kondisi sekitar gardu
2. Posisi FCO terbuka
3. Posisi LBS-TR terbuka
4. Posisi semua Fuse TR lepas
5. Hubungi piket distribusi untuk mendapat ijin mengoperasikan Gardu distribusi
6. JIka operasi diijinkan kenakan seluruh APD 7. Siapkan Teeelescopic Stick 20 kV dan Fuse 20
KV
8. Pasang satu persatu FCO.
9. Ukur dan periksa dan uji tegangan dan urutan fasa sisi TR pada di terminal masuk
LBS-TR, terjadi kelainan sebagai berikut :,
- Jika tegangan kurang daei 400 V,maka matikan tegangan pada trafo dan atur posisi sadapan
- Jika urutan fasa berlawanan dari arah jarum, matokan tegangan pada trafo dan perbaiki
pengawatannya
10. Jika tegangan dan urutan fasa sudah sesuai masukkan LBS-TR untuk disalurkan ke
saluran jurusan TR untuk pembebanan 11. Pembebanan pada saluran Jurusan TR
a. Masukkan fuse fasa R dan test terminal keluar dan tegangan ada, test tegangan pada
terminal kabel jurusan fasa S dan T, jika ada tegangan, Fuse TR lepas dan perbaiki
saluran jurusan dan jika tegangan tidak ada, maka lanjutkan pengoperasian fasa S
b. Masukkan fuse fasa S dan test terminal keluar jika tegangan ada, test tegangan pada
terminal kabel jurusan fasa T, jika ada tegangan, maka Fuse TR lepas dan perbaiki
saluran jurusan dan jika tida asa tegangan maka lanjutkan pangoperasian fasa T
c. Masukkan fus e fasa T dan test tegangan pada terminal keluar, maka pengoperasian
kabel jurusan dinyatan telah berhasil
12. Lakukan hal yang sama poin 2.11. untuk mengoperasikan jurusan lainnya

20
5.2 Pemeriksaan hasil pengoperasian

1. Lakukan pengukuran beban dan tegangan pada setiap fasa dan jurusan
2. Periksa hasil pengukuran, jika ada kelainnan buatlah catatan untuk digunakan sebagai laporan.

- Hasil ukur besar tegangan :

Kabel fasa R dan T = 403 Volt


Kabel fasa R dan S = 400 Volt
Kabel fasa S dan T = 401Volt

Kabel Fasa R-N = 232 Volt


Kabel Fasa S-N = 230 Volt
Kabel Fasa T-N = 231 Volt
- Tahanan Isolasi Trafo :

Body Primer = 5000Mohm


Body Sekunder = 3000Mohm
Primer – sekunder = 5000Mohm

- Tahanan Isolasi LA = 5 Ohm

- Tahanan Pentanahan/ Pembumian :

Body Trafo = 5 ohm

21
Netral Trafo = 5 Ohm

Panel PHB = 5 ohm

BAB VI KESIMPULAN

Data hasil pemeriksaan dan pengujian telah dilakukan analisis antara lain : Hasil pemeriksaan dan pengujian
gardu distribusi . Memenuhi standar isolasi sesuai ketentuan yang berlaku di PT PLN (Persero) maupun PUIL.

22
LAMPIRAN
DOKUMENTASI

23
v

Chek List Alat Kerja & APD Kerja Mengukur Urutan Fhase

Pengukuran Pengukuran
Tahanan Tahanan Isolasi
Pembumian Trafo

Pengukuran Fhasa- Pengukuran Phasa -


Fhasa Netral

24

Anda mungkin juga menyukai