BIDANG: DISTRIBUSI
PERIODE: 09 Maret – 11 Maret 2023
OLEH:
ARBI SUWANTO
([level 3)
PT. DEI
Standar Kompetensi
Kompetensi
No. Kode Unit Nama Unit
Inti/Pilihan
Melaksanakan Pengawasan
1 F.43.135.00.003.1 Pemeliharaan
Kompetensi Inti Distribusi Tenaga Listrik
Melaksanakan Pengawasan
Pemeliharaan
2 F.43.135.00.003.1 Distribusi Tenaga Listrik
2
DAFTAR ISI
3
4.2. Gardu Distribusi .................................................................................................................... 14
4.3. Jaringan Tegangan Menengah
Bab V Langkah kerja ............................................................................................................................ 20
Bab VI Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………………………………22
4
BAB I
PENDAHULUAN
Menjaga tingkat keandalan pasokan listrik merupakan salah satu tujuan perusahaan Listrik Negara
dalam meningkatkan layanan purna jualJJJ 8C ke konsumen listrik di seluruh negeri.
Untuk operasional yang handal dan kualitas yang prima, maka kualitas dan kuantitas peralatan
pembangkit, transmisi maupun distribusi harus terjamin adanya.
Mempertahankan kualitas dan keandalan penyaluran tenaga listrik kepada pelanggan sangat
ditentukan oleh kualitas dan kuantitas jaringan dalam hal ini jaringan distribusi.
Jaringan distribusi terdiri dari Saluran Udara Tegangan Menengah, Saluran kabel tanah tegangan
menengah, Gardu distribusi pasangan dalam, Gardu distribusi pasangan luar, Transformator, Jaringan
Tegangan Rendah dan Sambungan Rumah serta APP.
Kesemua komponen tersebut harus dipastikan kualitas material dan pemasangannya dengan cara
Pemeriksaan dan Pengujian, agar memenuhi standard yang ditentukan.
5
BAB II
FAKTOR K2/K3
6
2.1.4. Keselamatan ketenagalistrikan
a. Setiap usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan
b. Keselamatan ketenagalistrikan meliputi :
1. Standarisasi
2. Pengamanan instalasi dan pemanfaat TL untuk mewujudkan kondisi :
➢ Andal dan aman bagi instalasi (Keselamatan Instalasi)
➢ Aman dari bahaya bagi manusia
➢ Akrab lingkungan (Keselamatan Lingkungan)
2.1.5. Standarisasi sebagai pegangan awal melaksanakan kegiatan berpotensi berbahaya
a. Standarisasi Proses (Pemasangan dsb)
b. Standarisasi Uji (Performance Test, Komisioning, dsb)
c. Standarisasi Produk (Spesifikasi dsb)
2.1.6. Empat pilar keselamatan ketenagalistrikan
a. Keselamatan Kerja : perlindungan terhadap pegawai
b. Keselamatan Umum: perlindungan terhadap masyarakat, instalansi
c. Keselamatan Lingkungan : perlindungan terhadap lingkungan instalansi
d. Keselamatan Instalansi : perlindungan terhadap instalasi penyediaan tenaga listrik
2.2.1. Pengertian K3
a. Pengertian secara filosofis
K3 merupakan suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmani maupun rohani, tenaga kerja pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya terhadap hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.
7
Dalam ilmu pengetahuan dan penerapannya, K3 adalah usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan dan pencemaran
lingkungan.
2.2.2. Tujuan K3
K3 bertujuan untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran
lingkungan dengan memelihara dan melindungi kesehatan, keamanan dan keselamatan tenaga
kerja sehingga dapat mencegah atau mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, dan pada akhirnya dapat meningkatkan system efisiensi dan produktivitas kerja.
2.2.3. Sasaran K3
a. Menjamin keselamatan pekerja dan orang lain
b. Menjamin keamanan peralatan yang digunakan
c. Menjamin proses produksi yang aman dan lancar
2.2.4. Norma K3
a. Aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja
b. Diterapkan untuk melindungi tenaga kerja
c. Resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja
2.2.5. Dasar hukum K3
a. UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
b. UU No.21 tahun 2003 tentang pengesahan konvensi ILO
c. UU No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.PER-5/MEN/1996
2.2.6. Jenis bahaya dalam K3
a. Bahaya Jenis Kimia
8
Bahaya akibat terhirupnya atau terjadinya kontak antara manusia dengan bahan kimia
berbahaya. Contoh jenis kimia: abu sisa pembakaran bahan kimia, uap bahan kimia dan
gas bahan kimia.
b. Danger adalah tingkat bahaya akan suatu kondisi yang sudah menunjukkan peluang bahaya
sehingga mengakibatkan suatu tindakan pencegahan.
c. Risk adalah prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam siklus tertentu.
d. Incident adalah munculnya kejadian bahaya yang dapat atau telah mengadakan kontak
dengan sumber energi yang melebihi ambang batas normal.
e. Accident adalah kejadian bahaya yang disertai adanya korban dan/atau kerugian baik
manusian maupun benda.
9
2.2.9. Alat pelindung diri (APD)
APD merupakan perlengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko
kerja untuk menjaga keselamatan pekerja dan orang disekitarnya. Alat pelindung diri meliputi:
➢ Safety Goggles atau kacamata pengamanan untuk melindungi mata dari paparan
partikel yang melayang di udara, percikan benda kecil, benda panas ataupun uap
panas.
➢ Hearing Protection atau penutup telinga untuk melindungi dari kebisingan ataupun
tekanan.
➢ Safety Mask atau masker yang berfungsi sebagai alat pelindung pernafasan saat
berada di area yang kualitas udaranya tidak baik.
➢ Face Shield atau pelindung wajah untuk melindungi wajah dari paparan bahan kimia,
percikan benda kecil, benda panas ataupun uap panas, benturan atau pukulan benda
keras dan tajam.
➢ Safety Vest atau rompi keselamatan kerja yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
kontak atau kecelakaan.
➢ Safety Clothing atau alat pelindung tubuh untuk melindungi dari hal-hal yang
membahayakan saat bekerja, mengurangi resiko terluka dan juga digunakan sebagai
identitas pekerja.
10
➢ Safety Belt atau sabuk pengaman yang dipakai saat menggunakan alat transportasi
serta untuk membatasi ruang gerak pekerja agar tidak terjatuh.
➢ Safety Boot/Shoes adalah sepatu boot atau sepatu pelindung untuk melindungi kaki
dari benturan, tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau
dingin, uap panas, bahan kimia berbahaya ataupun permukaan licin.
BAB III
DAFTAR ALAT KERJA / ALAT UJI / BAHAN
Terutama untuk alat ukur diperlukan yang mempunyai kelas akurasi yang tinggi agar hasil yang
didapatkan benar-benar valid, sehingga dapat menjamin pengoperasian gardu distribusi dengan
aman.
2. Operator atau pengguna alat ukur tidak memahami cara yang benar, sehingga terjadi kesalahan
pemakaian atau cara membaca skala salah padahal alat ukur pada kondisi yang baik. Alat ukur
yang dimaksud disini selain merupakan alat yang menghasilkan nilai dengan satuan listrik
maupun mekanik, ada alat yang hanya menunjukkan indikasi benar atau tidaknya suatu
rangkaian / sirkit. Alat seperti ini disebut dengan indikator. Yang perlu diperhatikan pada alat
ukur adalah kesesuaian batas ukur alat ukur dan batas kapasitas /kemampuan peralatan yang
akan diuji. Contoh, untuk menguji tahanan isolasi trafo distribusi tegangan kerja meger yang
dapat digunakan ada 2 ( dua ) yaitu meger dengan tegangan maksimal 1.000V untuk mengukur
tahanan isolasi kumparan tegangan rendah dengan body dan tegangan maksimal 10.000 V
untuk mengukur tahanan isolasi kumparan tegangan tinggi dengan kumparan tegangan rendah
11
atau body. Bila penggunaan terbalik, maka ada 2 ( dua ) kemungkinan yang akan terjadi, yaitu
hasil uji yang tidak valid atau isolasi trafo akan bocor.
➢ Sarung tangan, kegunaannya untuk melindungi tangan dari bahaya listrik, mekanik,
kimia, panas dan lain-lain.
➢ Sepatu safety, kegunaannya untuk melindungi kaki terhadap bahaya listrik, mekanik,
kimia, panas dan lain-lain.
➢ Tongkat tester tegangan 20 kV, kegunaannya untuk memeriksa adanya tegangan pada
kabel masuk / keluar kubikel.
2. Peralatan kerja
➢ Toolkit, kegunaannya untuk membuka atau mengencangkan baut, memotong peralatan
seperti kabel dan mengukur diameter peralatan.
➢ Tang ampere.
➢ Megger Isolasi 5000 Volt, kegunaannya untuk mengukur tahanan isolasi instalasi
tegangan menengah maupun tegangan rendah. Megger Pentanahan, digunakan untuk
mengukur tahanan pentanahan kerangka kubikel dan pentanahan kabel.
➢ Alat tulis.
12
BAB IV
KAJIAN TEORI
Untuk perencanaan di suatu daerah baru, pemilihan PBO, SSO, FCO merupakan satu kesatuan
yang memperhatikan koordinasi proteksi dan optimasi operasi distribusi termasuk sistem
pembumian transformator Gardu Induk pada jaringan tersebut. Pada penyulang utama sistem
radial, disisi pangkal harus dipasang PBO dengan setiap percabangan dipasang pemutus FCO khusus
untuk sistem dengan pembumian langsung. Untuk sistem pembumian dengan tahanan tinggi tidak
direkomendasikan penggunaan FCO. Pada sistem jaringan tertutup (loop) dengan instalasi gardu
phisection, seluruh pemutus menggunakan SSO.
13
konsumen. Dalam menyalurkan tenaga listrik ke pusat beban, suatu sistem distribusi harus
disesuaikan dengan kondisi setempat dengan memperhatikan faktor beban, lokasi beban,
perkembangan dimasa mendatang, keandalan serta nilai keekonomiannya. Sebelum menuju ke
bahasan Jaringan Distribusi Listrik Tegangan Menengah, disini saya akan membagi berbagai istilah
dan penjelasan tentang distribusi tenaga listrik.
Adapun kerugiannya apabila terjadi gangguan dekat dengan sumber, maka semua
beban saluran tersebut akan ikut padam sampai gangguan tersebut dapat diatasi.
14
Jaringan pola loop adalah jaringan yang dimulai dari suatu titik pada rel daya yang
berkeliling di daerah beban kemudian kembali ke titik rel daya semula. Pola ini ditandai
pula dengan adanya dua sumber pengisian yaitu sumber utama dan sebuah sumber
cadangan. Jika salah satu sumber pengisian (saluran utama) mengalami gangguan, akan
dapat digantikan oleh sumber pengisian yang lain (saluran cadangan). Jaringan dengan
pola ini biasa dipakai pada sistem distribusi yang melayani beban dengan kebutuhan
kontinyuitas pelayanan yang baik (lebih baik dari pola radial).
Saluran kerja yang masuk ke gardu dihubungkan oleh saklar pemisah, Sedangkan
saluran yang keluar dari gardu dihubungkan oleh sebuah saklar beban. Jadi sistem ini dalam
keadaan normal bekerja secara radial dan dalam keadaan darurat bekerja secara loop
melalui saluran cadangan dan GH.
b. Gardu portal
Gardu portal adalah gardu listrik tipe terbuka (out-door) dengan memakai konstruksi dua
tiang atau lebih. Tempat kedudukan transformator sekurangkurangnya 3 meter di atas
tanah dan ditambahkan platform sebagai fasilitas kemudahan kerja teknisi operasi dan
pemeliharaan.
c. Gardu cantol
Gardu cantol mengunakan transformator yang terpasang adalah jenis CSP (Completely Self
Protected Transformer) yaitu peralatan switching dan proteksinya sudah terpasang lengkap
dalam tangki transformator.
d. Gardu kios
Kotak tempat peralatan listrik terbuat dari bahan besi. Gardu kios bukan merupakan gardu
permanen tetapi hanya merupakan gardu sementara, sehingga dapat mudah untuk
dipindah-pindahkan.
16
pelaksanaan pemeliharaan atau untuk maksud mempertahankan kontinuitas pelayanan. Isi
dari instalasi Gardu Hubung adalah rangkaian saklar beban (Load Break switch – LBS), dan
atau pemutus tenaga yang terhubung paralel. Gardu Hubung juga dapat dilengkapi sarana
pemutus tenaga pembatas beban pelanggan khusus Tegangan Menengah. Konstruksi Gardu
Hubung sama dengan Gardu Distribusi tipe beton. Pada ruang dalam Gardu Hubung dapat
dilengkapi dengan ruang untuk Gardu Distribusi yang terpisah dan ruang untuk sarana
pelayanan kontrol jarak jauh. Ruang untuk sarana pelayanan kontrol jarak jauh dapat berada
pada ruang yang sama dengan ruang Gardu Hubung, namun terpisah dengan ruang Gardu
Distribusinya.
1. Inti besi
Inti besi tersebut berfungsi untuk membangkitkan fluksi yang timbul karena arus listrik
dalam belitan atau kumparan trafo, sedang bahan ini terbuat dari lempenganlempengan baja
tipis, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi panas yang diakibatkan oleh arus eddy (eddy
current).
17
tegangan maka pada kumparan akan membangkitkan fluksi pada inti serta menginduksi
kumparan lainnya sehingga pada kumparan sisi lain akan timbul tegangan.
3. Minyak trafo
Belitan primer dan sekunder pada inti besi pada trafo terendam minyak trafo, hal ini
dimaksudkan agar panas yang terjadi pada kedua kumparan dan inti trafo oleh minyak trafo
dan selain itu minyak tersebut juga sebagai isolasi pada kumparan dan inti besi.
4. Isolator bushing pada ujung kedua kumparan trafo baik primer ataupun sekunder keluar
menjadi terminal melalui isolator yang juga sebagai penyekat antar kumparan dengan body
badan trafo.
7. Oil level
Fungsi dari oil level tersebut adalah untuk mengetahui minyak pada tangki trafo, oil level
inipun hanya terdapat pada trafo diatas 100kVA
9. Pernapasan trafo
Karena naik turunnya beban trafo maupun suhu udara luar, maka suhu minyaknya akan
berubah-ubah mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu minyak tinggi, minyak akan memuai dan
mendesak udara diatas permukaan minyak keluar dari tangki, sebaliknya bila suhu turun,
minyak akan menyusut maka udara luar akan masuk kedalam tangki. Kedua proses tersebut
18
diatas disebut pernapasan trafo, akibatnya permukaan minyak akan bersinggungan dengan
udara luar, udara luar tersebut lembab. Oleh sebab itu pada ujung pernapasan diberikan alat
dengan bahan yang mampu menyerap kelembaban udara luar yang disebut kristal zat
Hygrokopis (Clilicagel).
10. Pendinginan trafo
Perubahan temperature akibat perubahan beban maka seluruh komponen trafo akan
menjadi panas, guna mengurangi panas pada trafo dilakukan pendingin pada trafo, guna
mengurangi pada trafo dilakukan pendinginan pada trafo. Sedangkan cara pendinginan trafo
terdapat dua macam yaitu : alamiah/natural (Onan) dan paksa/tekanan (Onaf). Pada
pendinginan alamiah (natural) melalui sirip-sirip radiator yang bersirkulasi dengan udara luar
dan untuk trafo yang besar minyak pada trafo disirkulasikan dengan pompa. Sedangkan pada
pendinginan paksa pada sirip-sirip trafo terdapat fan yang bekerjanya sesuai setting
temperaturnya.
4.5. Sistem pembumian
Sistem pembumian terhadap instalasi merupakan suatu keharusan, hal ini bertujuan agar
tidak ada kesalahan karena impedansi yang diabaikan bagi logam yang ditanahkan. Untuk
menghindari bahaya terhadap peralatan dan manusia pada titik suplai, netral dihubungkan ke
tanah. Di setiap instalasi yang bekerja di atas tegangan yang sangat rendah harus tersedia suatu
penghantar pelindung rangkaian. Mungkin seluruhnya atau sebagian berupa pipa saluran dari
logam. Semua instalasi pengerjaan logam harus dihubungkan ke penghantar kontinuitas tanah,
yang pada gilirannya dihubungkan ke suatu terminal pentanahan. Terminal pentanahan pemakai
harus berdekatan dengan terminal - terminal suplai pemakai. Di setiap titik lampu dan tempat
sakelar rangkaian tambahan akhir dari penghantar tanah perlu dihubungkan ke suatu terminal
tanah. Adapun lokasi - lokasi peletakan pantekan pentanahan Ada tujuh 7 lokasi peletakan
pantekan pentanahan yaitu:
1. Trafo 1.
2. Trafo 2.
3. Panel Panel.
4. MVDP.
5. Ruang Kontrol.
19
6. LVDP.
7. CPGS.
BAB V
LANGKAH KERJA
20
5.2 Pemeriksaan hasil pengoperasian
1. Lakukan pengukuran beban dan tegangan pada setiap fasa dan jurusan
2. Periksa hasil pengukuran, jika ada kelainnan buatlah catatan untuk digunakan sebagai laporan.
21
Netral Trafo = 5 Ohm
BAB VI KESIMPULAN
Data hasil pemeriksaan dan pengujian telah dilakukan analisis antara lain : Hasil pemeriksaan dan pengujian
gardu distribusi . Memenuhi standar isolasi sesuai ketentuan yang berlaku di PT PLN (Persero) maupun PUIL.
22
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
23
v
Chek List Alat Kerja & APD Kerja Mengukur Urutan Fhase
Pengukuran Pengukuran
Tahanan Tahanan Isolasi
Pembumian Trafo
24