Anda di halaman 1dari 101

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... 1


BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan Pembelajaran .......................................................................... 3
C. Ruang Lingkup ............................................................................. ...... 3
BAB II. POKOK BAHASAN

1. Pengawasan K3 Listrik di tempat kerja................................................ 4


(a) Pola pembinaan dan pengawasan norma k3 listrik...................... 4
(b) Sejarah peraturan perundangan K3 Listrik AVE 1938, PUIL 1964
PUIL 1977,PUIL 1988, PUIL 2000................................................. 5
(c) Peraturan K3 listrik di tempat kerja ................................................ .6
(d) Pemeriksaan persyaratan K3 Listrik............................................... 7
(e) Sumber Bahaya listrik..................................................................... 9
(f) Sistem pengamanan terhadap bahaya listrik ..................................16
(g) Prosedur keselamatan kerja listrik ................................................ 22
(h) Bahaya dan pengendalian kebakaran dan peledakan akibat listrik..24
(i) Pemeriksaan keselamatan kerja listrik........................................ 28
(j) Penerapan SMK3 terkait K3 Listrik................................................. 29
2. Pengawasan K3 Sistem Proteksi Petir .......................................... 32
(a) Sistem proteksi petir.........................................................................35
(b) Bahaya sambaran petir ....................................................................36
(c) Konsep proteksi bahaya sambaran petir ....................................... 38
3. Pengawasan K3 Pesawat Lift ....... ............................................... 48
(a) Persyaratan K3 Lift ............................................................ 49
(b) Pembuatan,pemasangan,perbaikan, perawatan dan
perubahan lift ............................................................... 49
(c) Pemeriksaan dan Pengujian ................................................ .50
(d) Persyaratan Teknis Lift .................................................. 59
(e) Instalasi Listrik pada instalasi Lift ..................................... 63
BAB III. PENUTUP............................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 65
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan

upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun

rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya

dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera.

Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan

penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan

penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat

dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan

pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi

meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko

kecelakaan di lingkungan kerja.

Peraturan tersebut adalah Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang

keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik

di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada

di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja

dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,

pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan,

barang produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat

menimbulkan bahaya kecelakaan.

Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada

pelaksaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya

personil pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh

karena itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga K3


yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitra

sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar berjalan dengan

baik

Untuk meningkatkan penerapan peraturan perundangan di bidang kesehatan

kerja sebagai bagian dari keselamatan dan kesehatan kerja (K3), diperlukan

pembinaan dan pengawasan yang lebih intensif bagi ahli K3. Untuk memperluas

jangkauan pengawasan oleh pegawai pengawas yang jumlahnya terbatas

diperlukan peningkatan jumlah ahli K3 melalui pembinaan calon Ahli Keselamatan

dan Kesehatan Kerja.

Keselamatan kerja listrik adalah keselamatan kerja yang bertalian dengan

alat, bahan, proses, tempat (lingkungan) dan cara-cara melakukan pekerjaan.

Tujuan dari keselamatan kerja listrik adalah untuk melindungi tenaga kerja atau

orang dalam melaksanakan tugas-tugas atau adanya tegangan listrik disekitarnya,

baik dalam bentuk instalasi maupun jaringan.

Pada dasarnya keselamatan kerja listrik adalah tugas dan kewajiban dari, oleh

dan untuk setiap orang yang menyediakan, melayani dan menggunakan daya

listrik. Latar belakang keselamatan kerja listrik tidak lepas dari tingkat kehidupan

masyarakat baik pendidikan, sosial ekonominya dan kebiasaan akan merupakan

faktor-faktor yang banyak kaitannya dengan keselamatan kerja. Kecepatan

perkembangan perlistrikan dengan luasnya jangkauan dan besarnya daya

pembangkit melampaui kesiapan masyarakat yang masih terbatas

pengetahuannya tentang seluk beluk perlistrikan.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat memahami dan


menerapkan K3 bidang Kelistrikan

2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat mengetahui dan


menjelaskan:

(a) Pola pembinaan dan pengawasan norma k3 listrik


(b) Peraturan K3 listrik di tempat kerja
(c) Pemeriksaan persyaratan K3 Listrik
(d) Sumber Bahaya listrik
(e) Sistem pengamanan terhadap bahaya listrik
(f) Prosedur keselamatan kerja listrik
(g) Bahaya dan pengendalian kebakaran dan peledakan akibat listrik
(h) Pemeriksaan keselamatan kerja listrik
(i) Penerapan SMK3 terkait K3 Listrik
(j) Sistem proteksi petir
(k) Bahaya sambaran petir
(l) Konsep proteksi bahaya sambaran petir

C. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pembahasan mata pelajaran ini meliputi :


1. Pengawasan K3 Listrik di tempat kerja
2. Pengawasan K3 Sistem Proteksi Petir
3. Pengawasan K3 Pesawat Lift

BAB II
POKOK BAHASAN

1. PENGAWASAN K3 LISTRIK DI TEMPAT KERJA

A. POLA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN NORMA K3 LISTRIK


Undang undang no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, dalam konsideran

menimbang, tidak hanya ditunjukan untuk keselamatan tenaga kerja saja,akn tetapi

mencakup demi kelancaran dan kelangsungan proses produksi. Peraturan dan

standar K3 di bidang listrik, termasuk lift dan proteksi sambaran petir adalah berbasis

pada ilmu keteknikan (engineering), karena itu pembahasan modul ini diperlukan

pemahaman pengetahuan dasar teknik kelistrikan. Salah satu tugas pegawai

pengawas adalah menjalan kan pengawasan terhadap peraturan dan stsndar K3

listrik. Termasuk lift dan instalasi penyalur petir, mulai dari tahapan perancangan,

pemasangan dan pemanfaatanya sesuai dengan mekanisme dan ketentuan peraturan

perundang undangan dan standar yang berlaku

Adapun pola pembinaan dan pengawasan norma K3 listrik ada enam tahapan,
yakni :
− Perencanaan / gambar rencana
− Pembuatan / pemasangan
− Pengunaan
− Pemeriksaan dan pengujian
− Pemeliharaan
− Pemeriksaan dan pengujian berkala
Dalam pelaksanaan pembinaan dan pengawasan K3 Listrik di tempat kerja di
lakukan oleh
 Pengawas ketenagakerjaan
 Ahli K3 di perusahaan/tempat kerja membantu pelaksaanaannya ditingkat
perusahaan sesuai penunjukannya
 Ahli K3 di perusahaan jasa K3 melakukan kegiatan sesuai dengan bidang
penunjukan jasanya
Pada saat melakukan tugasnya, seorang pengawas ketenagakerjaan / ahli k3 di
perusahaan berwenang untuk melakukan.
- Memeriksa tempat kerja
- Menguji mesin, peralatan, instalasi, bahan , sarana kerja, lingkungan dll
terkait sumber bahaya
- Memberikan pembinaan / saran tindak perbaikan secara lisan
- Memberikan nota pemeriksaan
- Melakukan penegakan hukum dengan mengawasi pelaksanaan peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan
- Memberikan keterangan teknis dan nasehat kepada pengusaha dan
pekerja/buruh mengenai tata cara yang paling efektif dalam melaksanakan
peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan
- Memberitahukan kepada pihak yang berwenang mengenai terjadinya
penyimpangan atau penyalahgunaan yang secara khusus tidak diatur
dalam peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku

B. SEJARAH PERATURAN PERUNDANGAN K3 LISTRIK AVE 1938, PUIL

1964,PUIL 1977, PUIL 1988, PUIL 2000

Sejarah PUIL berawal dari sejak jaman belanda bernama AVE 1938 di

terjemahkan dan disempurnakan menjadi PUIL 1964, disempurnakan menjadi PUIL

1977, selanjutnya direvisi menjadi PUIL 1987 (SNI – 225 – 1987), dan terakhir PUIL

2000 (SNI 04 – 0225 – 2000). Sejak AVE 1938 sudah menjadi bagian dari standar K3

listrik, yang terakhir PUIL 2000 ditetapkan dengan keputusan menteri tenaga kerja

dan Transmigrasi no Kep 75/men/2002. PUIL berdiri sendiri adalah standard yang

Bersifat netral,sebagai panduan yang tidak mengikat secara ukum.biasanya standar di

Gunakan sebagai rujukan dalam suatu kontrak kerja, antara kontraktor/instalatir

dngan pemberi kerja.Oleh karena PUIL telah ditetapkan diberlakukan secara utuh

dengan peraturan dan keputusan menteri, maka semua persyaratan teknis maupun

administratif bersifat wajib.

C. PERATURAN K3 LISTRIK DI TEMPAT KERJA


Pengawasan peraturan k3 listrik, dan system proteksi petir Pada dasarnya

mengawasi pelaksanaan syarat- syarat K3, baik administrasi ketentuan teknik sesuai

ketentuan peraturan dan standar yang berlaku. Yang bertujuan untuk menjamin

kehandalan dan keamanan operasi instalasi dan peralatan listrik, termasuk sistim

proteksi bahaya petir adalah merupakan bentuk dari sumber bahaya yg perlu di

kendalikan sebagai mana di amanatkan dalam UU no 1 th 1970 Pasal-pasal dalam

undang-undang no 1 tahun 1970 yang berkaitan dengan batasan ruang lingkup,

tujuan, metoda pengawasan masalah k3 listrik perlu dipahami secara baik yaitu :

1. Tujuan umum K3 konsideran dan penjelasannya

2. Ruang lingkup obyek K3 pasal 2 ayat (1) huruf q;

3. Sasaran khusus K3 listrik pasal 3 ayat (1) hurup q

4. Pola tahapan penerapan k3 pasal 4;

5. Sistem pengurusannya pasal 5 UU 1 th 1970

6. Kepdirjen No. 48 Tahun 2015 tentang Teknisi K3 Listrik

7. Kepdirjen No. 47 Tahun 2015 tentang Ahli K3 Listrik

8. Permenaker No. 12 Tahun 2015 tentang K3 Listrik

9. Permenaker No. 33 Tahun 2015 tentang perubahan Permenaker No. 12 Tahun

2015 tentang K3 listrik

10. Permenaker No. 02 tahun 1989 tentang pengawasan instalasi penyalur petir

11. Permenaker No. 31 tahun 2015 tentang perubahan Permenaker No. 02 tahun

1989 pengawasan instalasi penyalur petir.

12. Kepdirjen no. Kep 407 tahun 1999 tentang persyaratan, penunjukan, Hak dan

kewajiban Teknisi Lift

13. Permenaker No. 06 Tahun 2017 Tentang K3 Elevator dan Eskalator

Dari ketentuan-ketentuan dasar tersebut diatas, lebih lanjut di tetapkan

pengaturan secara teknis mengacu sesuai perkembangan teknologi. Standard teknik


perencanaan, pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan dan

pemeriksaan/pengujian instalasi listrik, adalah mengikuti perkembangan penerbitan

peraturan umum instalasi listrik (PUIL). Edisi PUIL yang terbaru adalah “PUIL 2000”

sebagai generasi ke lima.

Ruang lingkup obyek pengawasan K3 listrik tersilat dalam Bab ll pasal 2 ayat

(2) huruf q UU 1/70,yaitu tertulis :disetiap tempat dimana di bangkitkan, diubah,

dikumpulkan, disimpan, di bagi – bagikan ataudisalurkan listrik, gas, minyak atau air

Untuk lingkup K3 listrik,yaitu mulai dari pembangkitan, jaringan transmisi

Tegangan Ekstra Tinggi (TET), tegangan Tinggi (TT), Tegangan Menengah TM dan

jaringan distribusi Tegangan Rendah (TR) sampai dengansetiap tempat

pemanfaatannya, khususnya tempat kerja Memperhatikan pasal 3 ayat (1) hurup q

UU 1/70 tertulis :dengan peraturan perundangan ditetapkan K3 untuk mencegah

terkena aliran listrik berbahaya. Menurut ketentuan PUIL 2000 listrik yg bahaya adalah

listrik yang bertegangan lebih dr 25vol di tempat yg lembab atau 50 volt di tempat yg

normal. Ruang lingkup obyek pengawasan sistem proteksi petir sesuai permenaker no

per – 02/men /1989 adalah yang di pasang di setiap tempat kerja, hanya untuk

konvensional dan system elektro statik dan hanya mengatur perlindungan sambaran

langsung

D. PEMERIKSAAN PERSYARATAN K3 LISTRIK

Instalasi listrik yang baru dipasang atau telah mengalami perubahan, harus di

periksa dan di uji dulu sesuai dengan ketentuan PUIL 2000. Pemeriksaan dan

pengujian sistem pembumian instalasi domestik dan non domestik harus mengikuti

ketentuan sistem pembumian yang di terapkan .

Pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik dilakukan antara lain mengenai hal berikut:

- Berbagai macam tanda pengenal dan papan peringatan


- Perlengkapan listrik yang di pasang

- Cara memasang perlengkapan listrik

- Polaritas

- Pembumian

- Resistans isolasi

- Kesinambungan sirkuit

- Fungsi pengamanan sistem instalasi listrik

Sistem pembumian yang di atur dalam PUIL adalah :

- Sistem TN-S, dimana penghantar pengaman terpisah di seluruh sistem

- Sistem TN-C-S, dimana fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung

dalam penghantar tunggal di sebagian sistem

- Sistem TN – C , dimana fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung

dalam penghantar proteksi nselutuh sistem

- Sistem TT, dimana BKT intalasi di hubungkan ke elektroda bumi yang

secara listrik terpisah dari elektroda bumi sistem

Pengujian sistem harus meliputi :

- Pemeriksan awal yang teliti terhadap bagian instalasi yang penting

- Pengukuran yang dapat menunjukan keefektifan sistem pengaman (a.i

pengukuran dan pengujian resistans pembumian dan berfungsinya alat

pengaman GPAS – gawai proteksi arus sisa dan GPAL – gawai proteksi

arus lebih )

Pemeriksaan awal mengenai :

- Kesesuaian ukuran penghantar fase dan pengantar arus lebih

- Luas penampang minimum, pengantar pengaman dan kesesuaian

pemasangan nya

- Kontinuitas penghantar pengaman


- Apakah penghantar pengaman tidak terhubung dengan penghantar fase

- Tanda pengenal penghantar nol dan penghantar pengaman

- Apakah kotak kontak dan tusuk kontak telah mempunyai penghantar

pengaman dengan luas penampang yang cukup dan telah terhubung

pada kotak pengaman nya?

- Apakah tegangan normal sakelar pengaman ( SPTB atau SPAS ) cocok

dengan tegangan nominal jaringan

Pemeriksaan awal mengenai :

- Kesesuaian ukuran penghantar fase dan pengaman arus lebih

- Luas penampang minimun penghantar pengaman dan kesesuaian

pemasangan nya

- Kontinuitas penghantar pengaman

- Apakah Penghantar pengaman tidak terhubung dengan penghantar fase

- Tanda penghantar nol dan tanda penghantar pengaman

- Apakah kontak kontak dan tusuk kontak telah mempunyai penghantar

pengaman dengan luas penamnpang yang cukup dan telah terhubung

pada kontak pengaman nya ?

E. SUMBER BAHAYA LISTRIK

Arus listrik antara 15-30mA sudah dapat mengakibatkan cedera karena sudah

tidak mungkin lagi untuk melepaskan pegangan. Pengaruh pengaruh lain dari arus

listrik yang mengalir melalui tubuh manusia ialah:panas yang timbul dalam tubuh, dan

pengaruh elektronika.

Adapun terdapat 4 macam bahaya listrik :

- Bahaya Kejut listrik karena tersentuh tegangan

- Bahaya kebakaran
- Bahaya panas yang dapat merusak isolasi

- Bahaya ledakan atau percikan metal panas

Kondisi tersebut terjadi antara lain karena hal-hal berikut :

- Hubung pendek terjadi tanpa pengaman atau dengan pengaman yang

salah

- Beban lebih tanpa pengaman atau dengan pengaman yang tidak sesuai

- Ledakan, percikan api atau pemanasan lokal yang timbul karena salah

pemilihan dan penggunaan perlengkapan listrik

- Peralatan tidak memenuhi persyaratan keamanan baik yang diiyaratkan

dalam standar maupun dalam PUIL

- Pelaksanaan pemasangan sistem proteksi termasuk di dalamnya

pembumian instakasi yang tidak benar

- Penggunaan identifikasi warna atau tenda lain yang tidak benar

- Kontak pada peralatan pemutus, terminal, sambungan dan pada klem

buruk kondisinya

- Hilang kontak atau netral putus yang menimbulkan tegangan tidak

berimbang

- Keadaan lingkungan instalasi yang buruk

Tegangan yang dapat dianggap aman juga ada kaitanya dengan tahanan kulit

manusia.kulit yang kering tahanan ini berkisar antara 100-500k ohm. Tetapi kulit yang

basah, misalnya karena keringat dapat memiliki tahanan sampai serendah1k ohm

,juga permukaan kulit yang menyentuh dapat mempengaruhi. Akibat sentuh

langsungmaupun tidak langsung dapat mengakibatkan kecelaakaan dan kerugian.

Arus listrik antara 15-30 mA sudah dapat mengakibatkan kematian. Pengaruh

pengaruh listrik yang mengalir melalui tusukialah panas yang timbul dalam tubuhdan

pengaruh elektronika.
Tegangan yang dianggap aman juga ada kaitanya dengan tahanan kulit

manusia. Untuk kulit kering tahanan ini berkisar antara 100-500 k ohm. Tetapi kulit

basah, misalnya karena keringat dapat memiliki tahanan serendah1k ohm.juga luas

permukaan yang menyentuhikut mempengaruhi. Klau benda bertegangan dipegang

penuh dengan tangan pada arus kurang lebih 10mAakan sulit sekali dilepaskannya.

- Kerusakan instalasi serta kelengkapanya

Jaringan instalasi listrik yang harus diaman kan dengan baik sesui ketentuan

yang berlaku ganguan listrik akan mengakibatkan:

 Kerusakan instalasi beserta kelengkapanya (kabel terbakar, panel

terbakar,kerusakan isolsi dan peralatan)

 Terjadinya kebakaran bangunan serta isisnya.

- Kerugian

Kerugian akibat kecelakaan lisrik dapat berupa:

 Kerugian materi (dalam rupiah)akibat rusaknya instalasi, bangunan serta

isinya.

 Terhentinya proses produksi.

 Mengurangi kenyamanan misalnya lampu padam,AC mati, suplay air

terganggu dan lain lain.

Pada dasarnya bahaya listrik yang menimpa manusia di sebabkan oleh:

a. Bahaya sentuh langsung

Yang di maksud sentuh langsung adalah sentuh langsung pada bagian aktif

perlengkapan instalasi aktif

Bagian aktif perlengkapan atau instalasi listrik adalah bagian konduktif yang

merupakan bagian sikkrit listriknya yang dalam keadan pelayanan normal, umumnya

bertegangan atau di aliri listrik.


Bahaya sentuh langsung dapat diatasi dengan cara:

1. Proteksi dengan isolasi bagian aktif

 Untuk perlengkapan buatan pabrik isolasi harus dengan standar yang

relepan untuk perlengkapan listrik tersebut

 Untuk perlenkapan lainya, proteksi harus dilengkapi dengan isolasi yang

mampu menahan stres yang mampu mengenainnya dalam pelayanan seprti

pengaruh mekanik, kimia listrik dan termal.

 Jika tempat kabel masuk kedalam perlengkapan listrik berada dalam

jangkauan maka lapisan isolasi dalam selubung kabel masuk kedalam kotak

hubung atau dalam hal tanpa kotak lubang ke dalam perlengkapan tersebut.

Lapisan logam pelindung kabel tidak boleh masuk kedalam kotak hubung,

tetapi kedalam mof ujung kabelatau mof sambungan kabel.

 Proteksi dengan penghalan selungkup

Proteksi yang di berikan oleh selungkupterhadap sentuh langsungke bagian

berbahaya adalah proteksi manusia terhadap:

- Sentuh dengan bagian aktif tegangan rendah yang berbahaya

- Sentuh dengan bagian mekanik yang berbahaya.

- Mendekati bagian aktif tegangan tinggiyang berbahaya di bawah jarak y

yang memadai di dalam selungkup.

Proteksi dapat diberikan:

- Oleh selungkup itu sendiri

- Oleh penghalang sebagai bagian dariselungkup atau oleh jarak didalam

selungkup

Bagian aktif harus berada di dalam selungkupatau di belakang penghalang

yang memberikan tingkat proteksi paling rendah IP 2x (akan dijelaskan sendiri).

Penghalang atau selungkup harus terpasang dengan kokoh di tempatkanya dan


mempunyai kesetabilan dan daya tahan yang memadai untuk mempertahankan

tingkat proteksi yang di persyaratkan.

Jika diperlukan untuk penghalang atau membuka selungkup atau untuk

melepas bagian selungkup, maka hal ini hanya mungkin:

- Dengan menggunakan kunci atau perkakas.

- Sesudah memutuskan suplay ke bagian aktip yang d beri proteksi oleh

penghalang atau selungkup tersebut,dan pengembalian suplai hanya sesudah

pemasangan kembali atau penutup kembali penghalang atau selungkup

 Proteksi dengan rintangan

Yang di maksud dengan rintangan di sini adalah untuk mencegah sentuh tidak

sengaja dengan bagian aktif tetapi tidak mencegah sentuh sengaja dengan cara

menghindari rintangan secara sengaja.

Rintangan harus dapat mencegah:

- Mendekatnya badan dengan tidak sengajake bagian aktif atau

- Sentuh tidak sengaja dengan bagian aktif selama opersi dari

perlengkapan aktif dalam pelayanan normal.

Rintangan dapat d lepas tanpa mengunakan kunci atau perkakas tetap harus

aman sehingga tercegah terlepasnya rintangan secara sengaja.

 Proteksi dengan penempatan d luar jsangkauan.

Proteksi dengan penempatan d luar jangkauan hanya d maksudkan untuk

mencegah sentuh yang tidak d sengaja dengan bagian aktif.

Bagian berbeda potensialyang dapat d jangkausecara simultan harus berada d

luar jangkauan tangan.

(dua bagiaan dapat di jangkau secara ssimultan jika berjarak tidak lebih dari

2,5 meterterhadap lainya)

 Proteksi tambahan dengan Gawai Gengaman Arus Sisa (GPAS)


GPAS adalah gawai yang menggunakan pemutus yang peka terhadap arus

sisa, yang daapat memutus sirkit termasuk penghantar netral nya secara otomatis

dalam waktu tertentu.apabila terjadi karena kegagalan isolasi melebihi nilai tertentu,

sehingga tercegahlah bertahanya tegangan sentuhyang terlalu tinggi.

Penggunaan GPAS disinihanya di maksudkan untuk menambah tindakan

proteksilain terhadap kejut listrik dalam pelayanan normal.

Penggunaan GPAS dengan arus operasi sisapengenal tidak lebih dari 30mA,di

kenal sebagai proteksi tambahan dari kejut listrik dalam pelayanan normal, dalam

hal ini kegagalan tindakan proteksi lainya atau karena kecerobohan pemakai.

Pengguna gawai demikian bukan lah merupakan satu satunya cara proteksi

dan tidak meniadakan perlunya penerapan salah satu tindakan proteksi yg tidak

ditentukan dalam:

- Proteksi dengan isolasi bagian aktif.

- Proteksi dengan penempatan di luar jangkauan.

b. Bahaya sentuh tidak lansung

Yang di maksud dengan bahaya sentuh tidak langsung adalah sentuh

pada BKT perlengkapan atau intalasi listrik yang menjadi bertegangan

akibat kegagalan isolasi.

BKT perlengkapan atau instalasi listrik adalah bagian konduktif yang tidak

merupakan bagian dari sirkitlistrik nya yang dalam pelayanan normal tidak

bertegangan, tetapi bisa menjadi bertegangan.

Kegagalan tersebut di atas harus di cegah yaitu dengan cara:

- Perlengkapan listrik harus di rancang dan di buat dengan sangat baik.

- Bagian aktif harus d isolasi dengan bahan yang tepat

- Instalasi harus dipasang dengan baik.


Tindakan proteksi harus dilakukan dengan sebaik baiknya agar tegangan

sentuh yang terlalu tinggi (>50 volt) karena kegagalan isolasi tidak dapat terjadi atau

tidak dapat bertahan.

Khususnya pada tempat tempat yang basah atau lembab misalnya dalam

industri pertanian tegangan sentuh yang terlalu tinggiadalah tegangan yang >25 volt

AC.

Proteksi dari sentuh tidak langsung (dalam kondisi gangguan )dapat dengan

cara:

a. Proteksi dengan pemutusan suplai secara otomatis.

b. Proteksi dengan penggunaan perlengkapan kelas Iiatau dengan

isolasi ekuivalen.

c. Proteksi dengan lokasi tidak konduktif.

d. Proteksi dengan ikatan penyama potensial lokal bebas pembumian.

e. Proteksi dengan sparasi listrik.

Penjelasan singkat dari masing masing proteksi dari sentuh tidak langsung

adalah sebagai berikut:

a. Proteksi dengan pemutusan suplai secara otomatis.

Pemutusan suplay secara otomatis dipersyaratkan jika dapat terjadi resiko efek

patofisiologi yang berbahaya dalam tubuh manusia ketika terjadi gangguan, karena

nilai dan durasi tegangan sentuh. Tindakan proteksi ini memerlukan koordinasi jjenis

pembumian sistem dan karakteristik penghantar proteksi serta gawai proteksi.

Tindakan konvensional yang dapat diambil adalah:

1. Pemasangan gawai proteksiyang ecara otomatis harus memutus suplay ke

sirkit atau perlengkapan yang di beri proteksi gawai tersebut dari sentuh tak

langsung
2. Pembumian

3. Sistem pembumian pengaman

4. Membumikan BKT dan BKT instalasi listrik sedemikian rupa sehingga

apabila terjadi kegagalan isolasi tercegah bertahanya tegangan

sentuhyang terlalu tinggi pada BKT tersebut karena terjadinya pemutusan

suplay secara otomatis dengan diberinya gawai proteksi.

b. Proteksi dengan menggunakan perlengkapan kelas II atau isolasi

ekwivalen.

Tindakan ini di maksud kan untuk mencegah timbulnya tegangan berbahaya

pada bagian perlengkapan listrik yang dapat terjangkau melalui ganguan isolasi

dasarnya.

F. SISTEM PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA LISTRIK

Sistem pengamanan listrik bertujuan selain untuk melindungi jaringan listrik dan

peralatan (beban) listrik juga untuk mencegah orang bersentuhan baik langsung

maupun tidak langsung dengan bagian yang beraliran listrik. Tetapi dalam bahasan

kali ini penulis hanya akan membahas tentang sistem pengamanan bahaya

sengatan listrik bagi manusia baik terhadap sentuhan langsung maupun sentuhan

tidak langsung.

1. Pengamanan Terhadap Sentuhan Langsung

Terdapat banyak cara atau metode pengamanan terhadap bahaya sengatan listrik dari

sentuhan langsung seperti yang dijelaskan berikut ini.

a. Menyekat dengan isolasi pengaman yang memadai

Memastikan bahwa kualitas isolasi pengaman baik dan melakukan pemeriksaan dan

pemeliharaan dengan baik agar kondisi isolasi tetap berfungsi dengan baik. serta memasang

kabel sesuai dengan peraturan dan standar yang berlaku.


Gambar 1. Pengamanan dengan meyekat menggunakan bahan isolasi

b. Menghalangi akses atau kontak langsung menggunakan enklosur,

pembatas dan penghalang

Gambar 2. Pengamanan dengan memasang pagar atau pembatas

c. Menggunakan peralatan INTERLOCKING

Peralatan ini biasa dipasang pada pintu-pintu ruangan yang di dalamnya

terdapat peralatan yang berbahaya. Jika pintu dibuka, semua aliran listrik ke

peralatan terputus (door switch).


2. Pengamanan Terhadap Sentuhan Tidak Langsung

Pentanahan (arde/grounding) merupakan salah satu cara konvensional

untuk mengatasi bahaya tegangan sentuh tidak langsung yang dimungkinkan

terjadi pada bagian peralatan yang terbuat dari logam. Untuk peralatan yang

mempunyai selungkup/rumah tidak terbuat dari logam tidak memerlukan sistem

ini. Agar sistem ini dapat bekerja secara efektif maka baik dalam

pembuatannya maupun hasil yang dicapai harus sesuai dengan standar.

Tedapat dua hal yang dilakukan oleh sistem pentanahan, yaitu :

a. Menyalurkan arus dari bagian-bagian logam peralatan yang teraliri arus

listrik liar ke tanah melalui saluran pentanahan, dan

b. Menghilangkan beda potensial antara bagian logam peralatan dan tanah

sehingga tidak membahayakan bagi yang menyentuhnya. Berikut ini contoh

potensi bahaya tegangan sentuh tidak langsung dan pengamanannya.

Tegangan sentuh (tidak langsung)

Peralatan yang digunakan menggunakan sistem tegangan fasa-satu,

dengan tegangan antara saluran fasa (L) dan netral (N) 220 V. Alat tersebut

menggunakan sekering 200 A. Bila terjadi arus bocor pada selungkup/rumah

mesin, maka tegangan/beda potensial antara selungkup mesin dan tanah

sebesar 220 V. Tegangan sentuh ini sangat berbahaya bagi manusia. Bila

selungkup yang bertegangan ini tersentuh oleh manusia maka akan ada arus

yang mengalir ke tubuh manusia tersebut sebagaimana telah diilustrasikan

pada

bahasan pertemuan sebelumnya.


Gambar 3. Kondisi tegangan sentuh pada peralatan/beban listrik

Pengamanan dari tegangan sentuh dilakukan dengan membuat saluran

pentanahan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.12. Saluran pentanahan

ini harus memenuhi standar keselamatan, yakni mempunyai tahanan

pentanahan tidak lebih dari 0,1 Ohm. Jika tahanan saluran pentanahan

sebesar 0,1 Ohm, dan arus kesalahan 200 A, maka kondisi tegangan sentuh

akan berubah menjadi : V = I x R = 200 x 0,1 = 20 V.

Gambar 4. Saluran pentanahan sebagai pengaman terhadap tegangan sentuh

Bila tegangan ini tersentuh oleh manusia maka akan mengalir arus ke

tubuh manusia tersebut maksimum sebesar : I = V / Rk (Rk = tahanan tubuh

manusia)

- Kondisi terjelek
Rk min= 200 Ohm, maka I = 20 / 200 = 0,1 A atau 100 mA

- Kondisi terbaik,

Rk maks = 1000 Kilo Ohm, maka I = 20 / 1.000.000 = 0,00002 A atau 0,02 mA.

Berdasarkan hasil perhitungan tesebut di atas terlihat demikian berbedanya

tingkat bahaya tegangan sentuh antara yang tanpa menggunakan pentanahan

dengan yang menggunakan pentanahan. Dengan saluran pentanahan

peralatan jauh lebih aman. Karena itu pulalah, saluran pentanahan ini juga

disebut SALURAN PENGAMAN.

Walaupun begitu, untuk menjamin keefektifan saluran pentanahan, perlu

diperhatikan bahwa sambungan-sambungan harus dilakukan secara sempurna

(lihat gambar 5).

- Setiap sambungan harus disekrup secara kuat agar hubungan kelistrikannya

bagus guna memberikan proteksi yang baik.

- Kabel dicekam kuat agar tidak mudah tertarik sehingga kabel dan sambungan

tidak mudah bergerak.


Gambar 5. Sambungan kabel pada steker/stop kontak yang dilengkapi

pentanahan

Dengan kondisi sambungan yang baik menjamin koneksi pentanahan

akan baik pula dan bisa memberikan jaminan keselamatan bagi manusia

(operator) yang mengoperasikan peralatan yang sudah ditanahkan (lihat

gambar 6 dan 7).

Gambar 6. Hubungan peralatan listrik dan penggunanya


Gambar 7. Aliran arus listrik ke tanah

G. PROSEDUR KESELAMATAN KERJA LISTRIK

Pekerjaan kelistrikan yaitu salah satu pekerjaan yang memiliki tingkat

kemungkinan tinggi. Kita berhubungan dengan suatu hal yg tidak terlihat, namun

keberadaannya terang untuk kita. Karena kemungkinan yang cukup tinggi ini,

maka keselamatan kerja listrik harus betul-betul dipahami agar kita tidak alami

kecelakaan saat bekerja.

Keselamatan kerja listrik semestinya jadikan sebagai bekal setiap

pekerja yang mengatasi permasalahan kelistrikan. Terlebih dengan makin

banyak perlengkapan yang memerlukan listrik sebagai sumber dayanya. Oleh

karenanya, knowledge base tentang kelistrikan semestinya jadi suatu hal

sebagai prasyarat untuk perekrutan tenaga kerja.

Semestinya, sebelumnya kita merekrut tenaga kerja, kita harus meyakini

kalau calon tenaga kerja yang sudah kita seleksi betul-betul sudah kuasai segi

keselamatan kerja listrik dengan sebagus sebaiknya. Hal semacam ini kita

dasarkan pada fakta kalau kekeliruan perlakuan pada kerja listrik, maka

mengakibatkan sangat fatal

Beberapa prosedur keselamatan kerja listrik yang umum diaplikasikan yaitu :


 Buat Ijin Kerja untuk Overhead Power Line Memerhatikan jarak/radius aman

dan aksi aman yang direferensikan ketika lifting equipment tersangkut ke kabel

listrik di atasnya.

 Hanya orang orang yang berwenang dan berkompeten dan berkompeten yang

di perbolehkan bekerja pada atau di sekitar peralatan listrik

 Menggunakan peralatan listrik sesuai dengan prosedur ( jangan merusak atau

membuat tidak berfungsinya alat pengaman

 Pakai ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker) Perlengkapan yang berperan

mengalihkan sengatan listrik lewat cara pengaliran arus yang ke badan menuju

ke grounding.

 Pasangi Semua Sirkuit dengan Pelindung ELCB. Sirkuit yang dilindungi oleh

ELCB harus diuji setiap lagi enam bln. sekali.

 Periksa Check Tag Validity. Sebelumnya memakai alat listrik portable harus

melakukan visual inspection (inspeksi kasat mata) dengan mengecek Check

Tag Validity-nya. Mungkin ada kabel mengelupas, plug tidak komplit, dsb.

 Melakukan Tagging Per-tiga Bulanan Sesuai Standard Internasional.

Mengecek semua perlengkapan listrik per-tiga bulanan, lalu mentagging alat

yang masihlah layak gunakan. Kode taggingnya : Januari-Maret warna merah,

April-Juni warna hijau, Juli-September warna biru, dan Oktober-Desember

warna kuning.

 Tutup perlengkapan listrik dengan panel/switchgear. Mempunyai tujuan

mengamankan perlengkapan listrik yg tidak mencukupi

 Jangan menggunakan tangga logam untuk bekerja di daerah instalasi listrik

 Pelihara alat dan sistem dengan baik

 Menyiapkan langkah langkah tindakan darurat ketika terjadi kecelakaan seperti

 Tombol pemutus aliran listrik ( emergency off ) harus mudah diraih


 Korban harus dipisahkan dari aliran listrik dengan cara yang aman sebelum

dilakukan pertolongan pertama

 Hubungi bagian yang berwenang untuk melakukan pertolongan pertama

pada kecelakaan . Pertolongan pertama harus dilakukan oleh orang yang

berkompeten .

Adapun beberapa tips tambahan bagi pekerja untuk Keselamatan Kerja Listrik

Beberapa tips pada keselamatan kerja listrik yaitu seperti berikut :

 Kerjakan inspeksi visual pada semua perlengkapan listrik portable.

 Pakai hanya perlengkapan listrik dengan tag yang valid.

 Alat yang rusak ditag „Out of Service. „

 Pada tempat lembab, pastikan semua alat tersambung dengan Ground-fault

Circuit Interrupter (GFCI).

 Janganlah ganti fuse dengan kawat.

 Personal berkualifikasi saja yang bisa melakukan perbaikan alat listrik.

 Janganlah sentuh kabel listrik yang jatuh/tergeletak

H. BAHAYA DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN DAN PELEDAKAN AKIBAT

LISTRIK

Penyebab Kebakaran dan Pengamanan Ukuran kabel yang tidak memadai.

Salah satu faktor yang menentukan ukuran kabel atau penghantar adalah besar arus

nominal yang akan dialirkan melalui kabel/penghantar tersebut sesuai dengan

lingkungan pemasangannya, terbuka atau tertutup. Dasar pertimbangannya adalah

efek pemanasan yang dialami oleh penghantar tersebut jangan melampaui batas. Bila

kapasitas arus terlampaui maka akan menimbulkan efek panas yang berkepanjangan

yang akhirnya bisa merusak i solasi dan atau membakar benda -benda sekitarnya.
Penggunaan adaptor atau stop kontak yang salah.

Instalasi kontak yang tidak memadai

Percikan bunga api pada peralatan listrik atau ketika memasukkan dan

mengeluarkan soket ke stop -kontak pada lingkungan kerja yang berbahaya di mana

terdapat cairan, gas atau debu yang mudah terbakar Untuk daerah -daerah seperti ini

harus digunakan peralatan anti percikan api. Kondisi abnormal sistem kelistrikan

gambar diatas mengilustrasikan arus kesalahan (abno rmal) yang sangat ekstrim yang

bisa jadi menimbulkan kebakaran dan atau peledakan, yaitu:  Terjadinya hubung

singkat antar saluran aktif L1, L2, dan L3,  Hubung singkat ke tanah (hubung tanah)

antara saluran aktif L1, L2, L3 dengan tanah  Bila ada kawat netra l bisa terjadi

hubung singkat antara saluran aktif L1, L2, L3 dengan saluran netral, Untuk
mencegah potensi bahaya yang disebabkan oleh kondisi abnormal semacam ini

adalah pemasangan alat proteksi yang tepat, seperti sekering, CB, MCB, ELCB, dll.

Pengendalian Kebakaran dan peledakan

 Penggunaan instalasi, perlengkapan dan peralatan sesuai dengan IP (indeks

protection)

 Perlindungan terhadap masuknya benda padat

 Perlindungan terhadap masuknya benda cair

 Perlindungan pada kondisi khusus


I. PEMERIKSAAN KESELAMATAN KERJA LISTRIK

Langkah- langkah konkrit mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada saat

bekerja dengan aliran listrik, berikut merupakan langkah-langkahnya:

1. Memasang / melengkapi alat penangkal petir pada lokasi – lokasi kerja tertentu

(terbuka dan atau tinggi).

2. Memberikan pelatihan kepada para pekerja antara lain meliputi: Menjelaskan

potensi bahaya yang mungkin terjadi.

3. Menjelaskan cara penggunaan APD yang benar.

4. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, antara lain : sepatu bot dari

bahan karet atau berisolasi dan tidak diperkenankan dengan kaki telanjang.

5. Memastikan tangan dan kaki tidak dalam kondisi basah pada waktu bekerja

yang berhubungan dengan instalasi listrik.

6. Memasang / memberi tanda bahaya pada setiap peralatan instalasi listrik yang

mengandung risiko atau bahaya (voltage tinggi).

7. Memastikan system pentanahan (grounding) untuk panel atau instalasi listrik

yang dipergunakan untuk bekerja sudah terpasang dengan baik.

8. . Melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap panel atau instalasi listrik

lainnya, bila petugas pemeriksa menemukan pintu panel dalam keadaan

terbuka atau tidak terkunci maka petugas tersebut harus memeriksa keadaan

panel tersebut dan segera mengunci.

9. Memeriksa kondisi kabel listrik, bila menemukan kabel listrik dalam kondisi

terkelupas atau sambungan tidak dibalut dengan isolasi harus segera

diperbaiki dengan membungkus kabel listrik tersebut dengan bahan isolator.

10. Menempatkan dan mengatur sedemikian rupa terhadap jaringan atau instalasi

listrik untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja akibat listrik.


11. Menyesuaikan ukuran dan kualitas kabel listrik yang dipergunakan disesuaikan

dengan kebutuhan.

12. Pekerja yang tidak terlatih atau tidak ahli atau bukan instalatur tidak

diperkenankan melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan instalasi

listrik.

13. Pada waktu memperbaiki instalasi listrik, memastikan aliran listrik dalam

kondisi mati dan memasang label / tanda peringatan pada panel atau switch on

/ off “Aliran listrik Jangan Dihidupkan” untuk menghindari terjadinya kecelakaan

kerja akibat aliran listrik yang dihidupkan dengan tiba-tiba oleh petugas yang

lainnya atau pekerja.

14. Memastikan bahwa alat-alat yang menggunakan aliran listrik harus sudah

dicabut dari stop kontak sebelum meninggalkan pekerjaan.

J. PENERAPAN SMK3 TERKAIT K3 LISTRIK

Lima prinsip SMK3 Meliputi :

1. Penetapan kebijakan K3

2. Perencanaan K3

3. Pelaksanaan rencana K3

4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3

5. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3

1. Penetapan Kebijakan K3

- Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko terkait

listrik

- Melakukan peninjauan terhadap kejadian yang berbahaya bterkait listrik

- Penilaian efisiansi dan efektivitas sumber daya listrik yang di sediakan

- Memastikan terdapat penilian kinerja manajemen terhadap upaya

pengendalian potensi bahaya listrik


- Kebijakan K3 memuat pengendalian potensi bahaya listrik

2. Perencanaan K3

- Melakukan identifikasi potensi bahaya listrik

- Merencanakan upaya pengendalian potensi bahaya listrik

- Merencanakan kegiatan pemeriksaan dan pengujian berkala listrik

- Menetapkan indikator pencapaian pelaksanaan k3 listrik

- Membentuk dan menetapkan pertanggungjawaban untuk memastikan

pekerjaan listrik dalam kondisi aman

3. Pelaksanaan Rencana K3

- Memastikan yang melakukan perencanaan, pemasangan, perubahan

pemeliharaan, pemeriksaan dan pengujian adalah Ahli K3 bidang listrik

yang mempunyai SKP yang masih berlaku

- Memastikan yang melakukan pemasangan dan pemeliharaan adalah

teknisi K3 listrik yang mempunyai lisensi yang masih berlaku

- Memastikan adanya prosedur informasi dan pelaporan yang

terdokumentasi dalam pemasangan, perubahan, pemeliharaan,

pemeriksaan dan pengujian listrik

- Memastikan upaya pengendalian potensi bahaya listrik menjadi bagian

dari kegiatan K3

- Memastikan adanya perencanaan / gambar rencana dalam pemasangan

dan perubahan listrik

- Memastikan adanya prosedur kerja dan instruksi kerja listrik ( Electrical

permit, log out tag out sistem LOTO )

- Memastikan pekerjaan listrik dilakukan oleh PJk3 bidang listrik yang

mempunyai SKP yang masih berlaku

- Memastikan adanya rencana tanggap darurat kecelakaan listrik


- Memastikan adanya petunjuk, rambu atau peringatan di area kerja listrik

yang mudah di pahami dan terlihat dengan jelas oleh semua pekerja dan

tamu/pelanggan / pemasok

- Memastikan adanya prosedur informasi dan pelaporan jika terjadi

gangguan listrik

- Melakukan dokumentasi terhadap pengesahan hasil pemeriksaan dan

pengujian hasil identifikasi izin kerja dan kalibrasi alat uji listrik

4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3

- Melakukan pemeriksaan dan pengujian listrik

- Mengawasi pelaksanaan riksa uji yang dilakukan oleh pihak ketiga untuk

memastikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan dan

standar kelistrikan yang berlaku

- Membuat rekomendasi perbaikan

5. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3

- Peran Ahli K3 bidang Listrik dalam peninjauan dan peningkatan kinerja

SMK3

- Melakukan updating/pembaharuan pelaksanaan K3 listrik terkait

diterbitkan nya Permenaker No 12 tahun 2015


2. PENGAWASAN K3 SISTEM PROTEKSI PETIR
REFERENSI:
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per 02/Men/1989 Tentang Instalasi
Penyalur Petir
Berlaku Untuk Sistem Proteksi Eksternal/Proteksi Bahaya Sambaran
Langsung.
2. SNI 04-0225 2000 (PUIL 2000)
Sebagai rujukan untuk sistem proteksi internal/proteksi bahaya
sambaran tidak langsung.

Instalasi penyalur petir yang tidak memenuhi syarat dapat


mengundang bahaya
PENGAWASAN K3 INSTALASI PENYALUR PETIR

APA ITU PETIR?

Petir, kilat, atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya muncul pada

musim hujan saat langit memunculkan kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan.

Beberapa saat kemudian disusul dengan suara menggelegar yang disebut guruh.

Perbedaan waktu kemunculan ini disebabkan adanya perbedaan antara kecepatan

suara dan kecepatan cahaya.

Petir merupakan gejala alam yang bisa dianalogikan dengan

sebuah kondensator raksasa, saat lempeng pertama berupa awan (bisa lempeng

negatif atau lempeng positif) dan lempeng keduanya adalah bumi (dianggap netral).

Seperti yang sudah diketahui kapasitor adalah sebuah komponen pasif pada

rangkaian listrik yang bisa menyimpan energi sesaat (energy storage). Petir juga
dapat terjadi dari awan ke awan (intercloud) yang salah satu awan bermuatan negatif

dan awan lainnya bermuatan positif.

Petir terjadi karena ada perbedaan potensial antara awan dan bumi atau dengan

awan lainnya. Proses terjadinya muatan pada awan karena dia bergerak terus

menerus secara teratur, dan selama pergerakannya dia akan berinteraksi dengan

awan lainnya sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi (atas atau

bawah), sedangkan muatan positif berkumpul pada sisi sebaliknya. Jika perbedaan

potensial antara awan dan bumi cukup besar, maka akan terjadi pembuangan muatan

negatif (elektron) dari awan ke bumi atau sebaliknya untuk mencapai kesetimbangan.

Pada proses pembuangan muatan ini, media yang dilalui elektron adalah udara. Pada

saat elektron mampu menembus ambang batas isolasi udara inilah terjadi ledakan

suara. Petir lebih sering terjadi pada musim hujan, karena pada keadaan

tersebut udara mengandung kadar air yang lebih tinggi sehingga daya isolasinya turun

dan arus lebih mudah mengalir. Karena ada awan bermuatan negatif dan awan

bermuatan positif, maka petir juga bisa terjadi antar awan yang berbeda muatan.
A. SISTEM PROTEKSI PETIR

REFERENSI:

1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per 02/Men/1989 Tentang Instalasi

Penyalur Petir

Berlaku Untuk Sistem Proteksi Eksternal/Proteksi Bahaya Sambaran

Langsung.

2. SNI 04-0225 2000 (PUIL 2000)

Sebagai rujukan untuk sistem proteksi internal/proteksi bahaya

sambaran tidak langsung.

Instalasi penyalur petir yang tidak memenuhi syarat dapat


mengundang bahaya
B. BAHAYA SAMBARAN PETIR

1. Sambaran Petir Langsung Melalui Bangunan

Sambaran petir yang langsung mengenai struktur bangunan rumah, kantor dan

gedung, tentu saja hal ini sangat membahayakan bangunan tersebut berserta isinya

karena dapat menimbulkan kebakaran, kerusakan perangkat elektrik atau elektronik

atau bahkan korban jiwa. Maka dari itu setiap bangunan di wajibkan memasang

instalasi penangkal petir atau anti petir.

Cara penanganannya adalah dengan cara

memasang terminal penerima sambaran petir serta instalasi pendukung lainnya yang

sesuai dengan standart yang telah di tentukan. Terlebih lagi

jika sambaran petir langsung mengenai manusia, maka dapat berakibat luka atau

cacat bahkan dapat menimbulkan kematian. Banyak sekali

peristiwa sambaran petir langsung yang mengenai manusia dan biasanya terjadi di

area terbuka.

2. Sambaran Petir Melalui Jaringan Listrik

Bahaya sambaran petir ini sering terjadi, petir menyambar dan mengenai

sesuatu diluar area bangunan tetapi berdampak pada jaringan listrik di dalam

bangunan tersebut, hal ini karena sistem jaringan distribusi listrik/PLN memakai kabel

udara terbuka dan letaknya sangat tinggi, bilamana ada petir yang menyambar pada

kabel terbuka ini maka arus petir akan tersalurkan ke pemakai langsung. Cara

penanganannya adalah dengan cara memasang perangkat surge arrester sebagai

pengaman tegangan lebih (over voltage). Instalasi surge arrester listrik ini dipasang

harus dilengkapi dengan grounding system. Pengamanan terhadap suatu bangunan


atau objek dari sambaran petir pada prinsipnya adalah sebagai penyedia sarana

untuk menghantarkan arus petir yang mengarah ke bangunan yang akan kita lindungi

tanpa melalui struktur bangunan yang bukan merupakan bagian dari sistem proteksi

petir atau instalasi penangkal petir, tentunya harus sesuai dengan standart

pemasangan instalasinya.

Ada 2 jenis kerusakan yang di sebabkan sambaran petir, yaitu :

1. Kerusakan Thermis, kerusakan yang menyebabkan timbulnya

kebakaran

2. Kerusakan Mekanis, kerusakan yang menyebabkan struktur

bangunan retak, rusaknya peralatan elektronik bahkan menyebabkan

kematian.
C. KONSEP PROTEKSI BAHAYA SAMBARAN PETIR

1. PERLINDUNGAN SAMBARAN LANGSUNG

Dengan memasang instalasi penyalur petir pada bangunan

Jenis instalasi:

 Sistem Franklin

 Sistem Sangkar Faraday

 Sistem Elektro Statik

2. PERLINDUNGAN SAMBARAN TIDAK LANGSUNG

Dengan melengkapi peralatan penyama tegangan pada jaringan instalasi listrik

(Arrester)

PERTIMBANGAN PEMASANGAN INSTALASI PENYALUR PETIR

INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR

A : Peruntukan bangunan (-10 – 15)

B : Struktur konstruksi (0 – 3)

C : Tinggi bangunan (0 – 10)

D : Lokasi bangunan (0 – 2)

E : Hari guruh (0 – 7)

R = A + B + C +D + E

< 11 ABAIKAN

= 11 KECIL

= 12 SEDANG
= 13 AGAK BESAR

= 14 BESAR

= 14 SANGAT BESAR

A. Peruntukan Bangunan

Rumah tinggal :1

Bangunan umum :2

Banyak orang :3

Instalasi gas, minyak, rumah sakit :5

Gudang handak : 15

B. Peruntukan Kontruksi

Steel structure :0

Beton bertulang, kerangka baja atap logam :1

Beton bertulang, atap bukan logam :2

Kerangka kayu atap bukan logam :3

C. Peruntukan Kontruksi

s/d 6m 0

12 m 2

17 m 3

25 m 4

35 m 5

50 m 6

70 m 7

100 m 8

140 m 9
200 m 10

D. Lokasi Bangunan

• Puncak bukit : 2

• Lereng bukit : 1

• Tanah datar : 0

E. Hari Guruh Per Tahun

2 0

4 1

8 2

16 3

32 4

64 5

128 6

256 7
INSTALASI PENYALUR PETIR PERMENAKER PER.02/MEN/1989

A. PENERIMA (AIR TERMINAL)

1. Dipasang pada tempat yang akan tersambar.

2. Daerah terlindung.

3. Tinggi lebih dari 15 cm dari sekitar.

4. Jumlah dan jarak harus diatur (daerah perlindungan 112 derajat)


Penerima dapat berupa:

a. Logam bulat yang terbuat dari tembaga

b. Hiasan-hiasan pada atap, tiang-tiang, cerobong logam yang disambung

dengan instalasi penyalur petir.

c. Atap-atap dar logam yang disambung secara elekteris.

B. Syarat-syarat pemasangan penghantar penurunan

a. Dipasang sepanjang bubungan ke tanah

b. Diperhitungkan pemuaian dan penyusutan

c. Jarak antara alat pemegang penghantar maximal 1,5 meter.

d. Dilarang memasang penghantar penurunan di bawah atap dalam bangunan.

e. Jika ada, penurunan dipasang pada bagian yang terdekat pohon, menonjol

f. Jika digunakan pipa logam, pada kedua ujung harus disambung secara

elektris.

g. Dipasang minimal 2 penurunan

h. Jarak antar kaki penerima dan titik percabangan penghantar maximal 5 meter.

C. Bahan penghantar penurunan

a. Kawat tembaga penampang minimal 50 mm2 & tebal minimal 2 mm.

b. Bagian atap, pilar, dinding, tulang baja yang mempunyai massa logam yang

baik.

c. Khusus tulang beton harus memenuhi:

• Sudah direncanakan untuk itu

• Ujung-ujung tulang baja mencapai garis permukaan air dibawah tanah


• Kolom beton yang digunakan sebagai penghantar adalah kolom beton

bagian luar

d. Pipa penyalur air hujan + minimal dua penghantar penurusan khusus.

e. Jarak penghantar

• Tinggi <25 m max. 20 m

• Tinggi 25 – 50 m max. (30–0,4 x tinggi bangunan)

D. SYARAT PEMBUMIAN/TAHANAN PEMBUMIAN

a. Dipasang sedemikian sehingga tahan pembumian terkecil.

b. Sebagai elektroda bumi dapat digunakan

• Tulang baja dari lantai kamar, tiang pancang (direncanakan).

• Pipa logam yang dipasang dalam bumi secara tegak.

• Pipa atau penghantar lingkar yang dipasang dalam bumi secara

mendatar.

• Pelat logam yang ditanam

• Bahan yang diperuntukkan dari pabrikan (spesifikasi sesuai standar)

c. Dipasang sampai mencapai permukaan air dalam bumi.

d. Masing masing penghantar dari suatu instalasi yang mempunyai beberapa

penghantar harus disambungkan dengan elektroda kelompok.

e. Terdapat sambungan ukur.

f. Jika keadaan alam tidak memungkinkan,

• masing-masing penghantar penurunan harus disambung dengan

penghantar lingkar yang ditanam dengan beberapa elektro tegak atau

mendatar sehingga jumlah tahan pembumian bersama memenuhi

syarat.
• membuat suatu bahan lain (bahan kimia dan sebagainya) yang ditanam

bersama dengan elektroda sehingga tahan pembumian memenuhi

syarat.

g. Elektroda bumi yang digunakan untuk pembumian instalasi listrik tidak boleh

digunakan untuk pembumian instalasi penyalur petir.

E. Bangunan yang mempunyai antena

a. Antena harus dihubungkan dengan instalasi penyalur petir dengan penyalur

tegangan lebih, kecuali berada dalam daerah perlindungan.

b. Jika antena sudah dibumikan, tidak perlu dipasang penyalur tegangan lebih.

c. Jika antena dipasang pada bangunan yang tidak mempunyai instalasi petir,

antena harus dihubungkan melalui penyalur tegangan lebih.

d. Pemasangan penghantar antara antena dan penyalur petir sedemikian

menghindari percikan bunga api.

e. Jika suatu antena dipasang pada tiang logam, tiang tersebut harus

dihubungkan dengan instalasi penyalur petir.

f. Jika antena dipasang secara tersekat pada suatu tiang besi, tiang besi ini

harus dihubungkan dengan bumi.

F. Cerobong yang lebih tinggi dari 10 meter

a. Instalasi penyalur petir yang terpasang dicerobong tidak boleh dianggap dapat

melindung bangunan yang berada disekitarnya.

b. Penerima harus dipasang menjulang min 50 cm di atas pinggir cerobong.

c. Alat penangkap bunga api dan cincin penutup pinggir bagian puncak dapat

digunakan sebagai penerima petir.


d. Instalasi penyalur petir dari cerobong min harus mempunyai 2 penurunan

dengan jarak yang sama satu sama lain.

e. Tiap-tiap penurunan harus disambungkan langsung dengan penerima.

G. Peemriksaan dan pengujian

a. Setiap instalasi penyalur petir harus dipelihara agar selalu bekerja dengan

tepat, aman dan memenuhi syarat.

b. Instalasi penyalur petir petir harus diperiksa dan diuji :

• Sebelum penyerahan dari instalatir kepada pemakai.

• Setelah ada perubahan atau perbaikan (bangunan atau instalasi).

• Secara berkala setiap dua tahun sekali.

• Setelah ada kerusakan akibat sambaran petir.

c. Dilakukan oleh pegawai pengawas, Ahli K3 atau PJK3 Inspeksi.

d. Pengurus atau pemilik wajib membantu (penyedian alat)

Dalam pemeriksaan dan pengujian hal yang perlu diperhatiakan:

a. Elektroda bumi, terutama pada jenis tanah yang dapat menimbulkan karat.

b. Kerusakan-kerusakan dan karat dari penerima, penghantar

c. Sambungan-sambungan

d. Tahanan pembumian dari masing-masing elektroda maupun elektorda

kelompok.

e. Setiap hasil pemeriksaan dicatat dan diperbaiki.

f. Tahanan pembumian dari seluruh sistem pembumian tidak boleh lebih dari 5

ohm.

g. Dilakukan pengukuran elektroda pembumian


MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 31 TAHUN 2015
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR
PER. 02/MEN/1989 TENTANG PENGAWASAN INSTALASI PENYALUR
PETIR

1. Diantara Pasal 49 dan Pasal 50 disisipkan 2 (dua) Pasal dalam BAB IX yakni

Pasal 49A dan Pasal 48B, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 49A

Pembuatan, pemasangan, dan/atau perubahan instalasi penyalur petir harus

dilakukan pemeriksaan dan pengujian oleh Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis

K3 dan/atau Ahli K3 Bidang Listrik.


Pasal 49B

Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49A

digunakan sebagai bahan pertimbangan pembinaan dan/atau tindakan hukum

oleh Pengawas Ketenagakerjaan.

2. BAB X dihapus

3. BAB XI dihapus

Pasal II

Peraturan Menteri ini dimulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap

orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini

dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 16 Oktober 2015
MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA

Ttd.

M. HANIF DHAKIRI
3. PENGAWASAN K3 PESAWAT LIFT

MENGANDUNG POTENSI BAHAYA & BERAKIBAT FATAL

Pesawat lift sebagai sarana transportasi vertikal yang dirancang dengan

perangkat pengendali otomatik dari dalam kereta atau dari lantai pemberhentian dan

penumpang dapat mengendalikan dengan mudah menuju lantai yang dikehendaki.

Aspek kehandalan dan keamanan merupakan faktor dasar dalam pertimbangan

perancangan pesawat lift.

Untuk menjamin kehandalan dan keamanan pesawat lift, telah ditetapkan syarat-

syarat K3, sebagaimana diatur dalam Undang undang No 1 th 1970 dan Peraturan

Menteri Tenaga Kerja No Per. 03/Men/1999.


TINJAUAN UNDANG UNDANG NO. 1 TH 1970

Ruang lingkup (Pasal 2)

Setiap tempat, obyek atau proses dimana mengandung potensi bahaya.

Potensi bahaya yang ada pada pesawat lift, antara lain pada tahapan :

- Pekerjaan pemasangan,

- Pemeliharaan, maupun

- Dalam penggunaan

A. PERSYARATAN K3 LIFT

 Perencanaan, pemasangan yang aman

 Penggunan yang aman

 Pemeliharaan yang teratur dan sesuai standar

 Didukung oleh personil yang kompeten

B. PEMBUATAN, PEMASANGAN, PERBAIKAN, PERAWATAN DAN

PERUBAHAN LIFT

 Harus sesua dengan gambar yang telah disahkan.

 Pembuatan harus sesuai standar yang berlaku.

 Pelaksaan harus telah mendapatkan penunjukan dari Mentri

 Teknisinya harus mempunyai keahlian dibidang K3 lift (sertifikat) dan

mempunyai ijin operasi dari Mentri.

 Ketentuan sesuai dengan Kep. 407/Men/1999 tentang kualifikasi teknisi lift.


C. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

 Setiap lift sebelum digunakan harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian.

 Setiap lift harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian secara berkala 1 (satu)

tahun sekali.

 Pelaksaan harus telah mendapatkan penunjukan dari Mentri.

 Pemeriksaan dapat dilakukan oleh pegawai pengawas atau Ahli K3.

PENGAWASAN

 Pelaksanaan pengawasan terhadap syarat K3 lift dilakukan oleh Pegawai

Pengawas atau Ahli K3.

TINJAUAN UNDANG UNDANG NO. 1 TAHUN 1970

Upaya pengendalian kecelakaan (Pasal 4)

Untuk menjamin kehandalan dan keamanan pesawat atau alat yang berbahaya (lift),

dilakukan upaya pengendalian pada setiap tahapan:

 Perencanaan

 Pembuatan

 Pemasangan

 Pemakaian

 Pemeliharaan

Tanggung jawab K3

Pelaksanaan K3 adalah tanggung jawab pengusaha dan pengurus tempat kerja.

Syarat syarat K3

Mengamanatkan kepada Pemerintah (Menteri Tenaga Kerja) untuk mengatur lebih

lanjut, baik secara teknis maupun administratif mengacu pada Pasal 2, 3, dan 4.

Penjabaran syarat K3 lift telah diatur dengan:

 Kepmen Nakertrans No Kep. 75/Men/2020


 Permenaker No Per. 03/Men/1999

 Kepmenaker No Kep. 407/M/BW/1999

TINJAUAN PERMENAKER NO: PER 03/MEN/1999

PENGENDALIAN K3 LIFT

Dasar pertimbangan

Pertimbangan teknis penetapan Peraturan K3 Lift (Menteri Tenaga Kerja No Per

03/Men/1999) adalah bahwa Pesawat lift dinilai mempunyai potensi bahaya tinggi.

Pasal 25

Pengurus yang membuat, memasang, memakai pesawat lift dan perubahan teknis

maupun administrasi harus mendapat ijin dari Menteri atau pejabat yang ditunjuknya

PERJANJIAN K3 LIFT (PERMENAKER: PER 03/MEN/1999

DESAIN LIFT IJIN K3 PERBAIKAN


LIFT

DESAIN
KONSTRUKSI
IJIN K3 PEMASANGAN
PEMASANGAN LIFT
LIFT

AS BUILT DRAWING
Test & Commissioning
IJIN K3 PEMAKAIAN
PEMERIKSAAN &
PENGUJIAN LIFT
MEKANISME PENGAWASAN K3

GAMBAR
RENCANA EVALUASI

Rekomendasi

RIKSA UJI
IJIN BERKALA
PEMASANGAN
OK

Rekomendasi
PEMASANG RIKSA
AN UJI

IJIN
PEMAKAIAN

PEMAKAI
AN
Pasal 24
DESAIN PEMBUATAN LIFT
Ayat (1)

Pembuatan dan atau pemasangan

lift harus sesuai dengan gambar


LENGKAP
rencana yang disahkan oleh

Menteri atau pejabat yang ditunjuk

Ayat (2) Analisis:


 Konsep desain
 Standart desain
Dokumen perencanaan
 Checking perhitungan
konstruksi
 Gambar Konstruksi lengkap.

 Perhituingan kontruksi.

 Spesifikasi dan sertifikasi


MEMENUHI
material. SYARAT

Ayat (3)

Proses pembuatannya harus


IJIN K3
memenuhi SNI atau Standar

internasional yang diakui

PABRIKASI LIFT
Pasal 24
PERENCANAAN PEMASANGAN
Ayat (4) LIFT

Gambar rencana pemasangan lift

terdiri:
DOC. LENGKAP
 Denah ruang mesin dan

peralatannya

 Konstruksi mesin dan


Analisis:
penguatannya  Evaluasi gambar dan
sertifikat
 Checking perhitungan
 Diagram instalasi listrik kekuatan konstruksi

 Diagram pengendali

 Rem pengaman

 Bangunan ruang luncur dan


MEMENUHI
pintu pintunya SYARAT

 Rel pemandu dan

penguatannya
IJIN K3
 Konstruksi kereta

 Governor dan peralatannya

 Kapasitas angkut,
LAIK KONTRUKSI
LIFT
kecepatan, tinggi vertikal

 Perhitungan tali baja


Pasal 30
AS BUILT DRAWING LIFT
Ayat (1)

Setiap lift sebelum dipakai harus

diperiksa dan diuji sesuai standar


Test & Commissioning:
uji yang ditentukan.  Pemeriksaan
visual/verivikasi data
 Pengujian pembebanan
 Pengujian rem & safety
devises
Standart uji K3 lift:

SNI 1718-1989-E

Bentuk Laporan:

- 38-L MEMENUHI
SYARAT
- 39-L

IJIN K3

LIFT LAIK OPERASI


MENTERI KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 32 TAHUN 2015
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR PER.
03/MEN/1999 TENTANG SYARAT-SYARAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA LIFT UNTUK PENGANGKUTAN ORANG DAN BARANG

Pasal 1

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.

03/MEN/1999 tentang Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lift Untuk

Pengangkutan Orang dan Barang, diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

1. Pasal 24 dihapus.

2. Diantara Pasal 24 dan Pasal 25 disisipkan 2 (dua) Pasal yakni Pasal 24A dan

Pasal 24B sehingga berbunyi sebagai berikut:


Pasal 24A

Pembuatan, pemasangan, pemakaian dan/atau perubahan lift harus dilakukan

pemeriksaan dan pengujian oleh Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik

dan/atau Ahli K3 bidang Listrik.

Pasal 24B

Hasil Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud dalam pasal 24A

digunakan sebagai bahan pertimbangan pembinaan dan/atau tindakan hukum oleh

Pengawas Ketenagakerjaan.

3. Pasal 25 dihapus.

4. Diantara Pasal 25 dan Pasal 26 disisipkan 1 (satu) Pasal yakni Pasal 25A

sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 25A

Pembuatan, pemasangan, dan/atau perubahan lift dilakukan oleh PJK3 sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


KLASIFIKASI & KOMPETENSI TEKNISI LIFT

KEPUTUSAN MENTERI

NO. KEP-407/M/BW/99

PENYELIA PEMASANGAN

 Mengawasi pelaksanaan pekerjaan

 Proyek pemasangan

TEKNISI (AJUSTMENT)

 Melaksanakan comissioning

PENYELIA OPERASI LIFT

 Mengawasi kelaikan operasi lift

Pasal II

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri

ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 16 Oktober 2015

MENTERI KETENAGAKERJAAN

REPUBLIK INDONESIA

Ttd.

M. HANIF DHAKIRI
D. PERSYARATAN TEKNIS MESIN DAN KAMAR MESIN

 Sesuai SNI yang berlaku

 Rem membuka dengan magnet listrik dan dapat berhenti otomatis pada saat

arus listrik putus.

 Mesin harus dilengkapi dengan rem yang bekerja dengan tenaga pegas.

MESIN DAN KAMAR MESIN

 Bangunan kamar kuat, bebas air, tahan api min 1 jam

 Luas kamar mesin ruang luncur min 1,5 x luas ruang luncur dan tinggi min 2,2

m kec. Lift perumahan atau rumah tinggal.

 Cukup penerangan dan ventilasi

 Dilengkapi jalan masuk dengan membuka ke arah luar (0,7 x 2 m) dan dapat

terkunci, tahan api (1 jam).

 Terdapat mesin, alat pengendali kerja dan hubung bagi listrik.

 Tersedia APAR min kapasitas 5 kg.

TALI BAJA DAN TEROMOL

 Teromol harus diberi alur

 Perbandingan antara garis tengah teromol dan tali baja

 Lift penumpang atau barang = 40:1

 Lift pelayan = 40:1

 Govemor = 25:1

BANGUNAN RUANG LUNCUR DAN LEKUK DASAR

 Konstruksi kuat, kokoh, tahan api tertutup rapat dari lantai bawah samapi

langit-langit ruang luncur

 Bersih, bebas dari instalasi atau peralatan yg bukan bagian dari instalasi lift
 Terdapat pintu darurat (70x140 cm), tahan api, hanya membuka

keluar

 Daun pintu ruang luncur harus tahan api min 1 jam dan menutup

rapat.

 Rangka kereta terbuat dari baja, kuat menahan tumbukan kereta dan

penyangga.

 Badan kereta harus tertutup rapat dan mempunyai pintu

 Atap kereta harus kuat menahan beban peralatan dan orang ( 2

oarang).

 Tinggi dinding min 2 meter

 Kereta harus dilengkapi pintu darurat dengan syarat :

o berengsel dan dapat dibuka dari luar sangkar.

o Tidak memnggagu instalasi di atas sangkar sewaktu dibuka.

o Ukuran min (0,35 x 045)m.

o Dapat dibuka dengan menarik pegangan tangan dan tanpa terkunci.

 Pintu darurat pada lift otomatis harus dapat tertutup sejalan dengan

operasi lift.

 Perbandingan beban dan luas lantai lihat pada lampiran 1.

KERETA LIFT

 Pintu kereta harus kuat, kokoh, aman, bekerja otomatis, tinggi min 2 meter.

 Pintu kereta harus kuat, kokoh, aman, bekerja otomatis, tinggi min 2 meter.

 Jarak antar ambang pintu kereta dan pintu ruang luncur max. 35 mm

 Harus dilengkapi peralatan tanda bahaya bel listrik dengan tenaga aki dan

telepon yang dipasang pada lantai tertentu yang dapat dioperasikan dari

dalam kereta lift.


 Mempunyai ventilasi dan penerangan ( 2 buah) yang cukup

 Terdapat saklar/peralatan di atas atap kereta yang digunakan untuk

penerangan, menjalankan dan menghentikan lift.

 Lampu penerangan darurat dan Panel operasi :

 Nama pembuat/merk dagang.

 Kapasitan beban (kg dan orang).

 Rambu dilarang merokok.

 Indikasi beban lebih (tulisan/signal visual).

 Tombol buka tutup, permintaan, bel alarm, dan tanda bahaya intercom.

GOVERNOR DAN PERLENGKAPAN PENGAMAN

 Lift harus dilengkapi dengan alat untuk memicu atau mengatur bekerjanya rem

pengaman (governor), yang bekerja jika,

 Kecepatan lift sampai 42 m/menit, Kecepatan Governor 50% lebih

besar.

 Kecepatan lift sampai 42-90 m/menit, Kecepatan Governor 40% lebih

besar.

 Kecepatan lift sampai 90-120 m/menit, Kecepatan Governor 35% lebih

besar.

 Kecepatan lift sampai 120 m/menit, Kecepatan Governor 30% lebih

besar.

 Governor lift yang berkecepatan 60 m/menit lebih, harus dilengkapi saklar

pemutus arus ke mesin sesaat sebelum governor bekerja.

 Dilengkapi rem pengaman yang dapat menghentikan kereta jika terjadi

kecepatan lebih ata goncangan atau tali baja penarik putus.


 Rem pengaman lift terdiri dari rem pengaman kerja berangsur dan rem

pengaman kerja mendadak.

 Rem kerja berangsur (progressive) untuk kec. Lif 60m/menit atau lebih.

 Rem kerja mendadak (instantaneous) untuk kec lift kurang dari 60 m/menit.

 Jarak minimal dan maksimal antara kemerosotan kereta dengan rem

pengaman :

o Kec. Sampai 105 m/menit min : 0,25 m dan max : 1.1 m.

o Kec. sampai 150 m/menit min : 0,5 m dan max : 1.8 m

o Kec. Sampai 210 m/menit min : 1,0 m dan max : 3,0 m

o Kec. Samapi 300 m/menit min : 2,0 m dan max : 5,6 m

 Rem pengaman tidak bekerja untuk peregerakan ke atas (rem

pengaman khusus).

 Rem yang dipasang lebih dari satu harus bekerja serempak

 Lif kec. 60 m/menit lebih harus memiliki sakelar pemetus arus menhentikan

motor penggerak.

 Lift otomatis harus dilengkapi dengan saklar darurat berwarna merah

(stop swicth).

 Perlengakapan yang harus ada :

o Pengaman batas (travel limit swicth) untuk menhentikan mesin sebelum

kereta / bobot mencapai perjalanan akhir.

o Alat pembatas beban lebih (over load) dan lift tidak dapat berjalan jika

beban belum dikurangi.

o Alat pengaman yang dapat menhentikan lift jika tali baja penarik

kendur.

BOBOT IMBANG, REL PEMANDU DAN PEREDAM ATAU PENYANGGA


 Bobot imbang harus terbuat dari balok/ lempengan logam/ beton

bertulang, satu sama lain harus terikat , satu kesatuan.

 Rel pemandu harus kuat manahan tekanan kereta pada beban penuh dan

terbuat dari baja.

 Bobot imbang dan kereta dilengkapi peredam/penyangga yang ditempatkan

pada lekuk dasar.

 Peredam / penyangga bersifat masif, kenyal, pegas dan hidrolik.

 Jenis peredam / penyangga disesuaikan dnegan kecepatan lift.

E. INSTALASI LISTRIK PADA INSTALASI LIFT

 Sesuai dengan SNI –0225-2000 (PUIL 2000).

 Rangkaian, pengaman dan pelayanan lift harsu sesuai dengan gamabar

rencana.

 Daya Harus diambil dari sisi utama rangkaian listrik -Dipasang intrkoneksi

dengan sistem alaram (jika ada gangguan listrik/kebakaran dapat beroperasi lift

kebakaran (bergerak ke posisi terbnwah dan berhenti dengan pintu terbuka).

BAB III
PENUTUP

Disadari dalam pelaksanaan tugas tugas pengawasan K3 bidang listrik

membutuhkan pengetahuan dan pehamaman yang mumpuni. Diharapakan dengan

adanya modul ini dapat membantu peserta dalam mengetahui seluk beluk

pengawasan K3 bidang listrik sebagai seorang Ahli K3 demi penegakan norma K3 di

perusahaan anda masing masing.

Modul ini dibuat secara singkat dan padat, namun peserta dapat

mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran ini, dengan

membaca referensi-referensi lainnya terutama referensi yang tertera pada daftar

pustaka modul ini.

Diharapkan para peserta pelatihan Ahli K3 ini semakin dapat dipahami secara

mendalam yang kemudian pengembangannyasesuai kebutuhan tugas dilapangan

sebagaimana batas wewenang Ahli K3 yang telah diatur dalam peraturan perundang

undangan K3.

DAFTAR PUSTAKA
1. Himpunan Peraturan perundangan Keselamatan dan Kesehatan kerja, Dit. PNK3 -
Ditjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan. Program perlindungan dan
Pengembangan Lembaga Tenaga Kerja – Depnakertrans RI Tahun Anggaran
2006.

2. Sumakmur PK. : Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Penerbit Toko


Gunung Agung, Jakarta, 1981.

3. Mr. A. Ramesh dkk., Electrical Machines and Appliances

4. Jerry C. Whittaker, AC Power Systems Handbook

5. Barry S.L., David H. W.: Occupional Health, 4 th Ed., Lippincott W & W.,
Philadelphia USA, 2000.

6. PT. Jamsostek (Persero) (1996) Kumpulan Peraturan Perundangan Pemerintah


Mengenai Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
LAMPIRAN 1
F-01 PL

CHECKLIST RIKSA UJI K3 PEMBANGKIT LISTRIK


Inspection Report of Power Generator Unit

No.

Pemilik
(Owner)
Lokasi Tanggal Verifikasi
(Location) (Verification Date)

I. DATA TEKNIS UNIT POWER GENERATOR

PEMBANGKIT TENAGA
URAIAN PENGGERAK MULA
LISTRIK
No. item
Pabrik Pembuat
Tipe / Model
No Seri
Tahun Pembuatan
No. Sertifikat Pabrik
Kapasitas
Putaran
Kelas Isolasi
Selungkup
Temperatur Ruang
Tegangan
Arus Nominal
Frekuensi
Faktor Daya
Tegangan Eksiter
Arus Eksiter
II. HASIL PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN UNIT POWER GENERATOR

NO OBYEK NILAI
HASIL METODE
RUJUKAN
A. PENELAAAHAN DOKUMEN
1 Gambar Diagram satu garis Ada/Tidak Ada PUIL 2011 Penilaian dokumen
2 Gambar diagram pengawatan Ada/Tidak Ada PUIL 2011 Penilaian dokumen
3 Daftar komponen Ada/Tidak Ada PUIL 2011 Penilaian dokumen
4 Gambar lay out Ada/Tidak Ada PUIL 2011 Penilaian dokumen
5 Gambar area klasifikasi Ada/Tidak Ada PUIL 2011 Penilaian dokumen
6 Data hasil uji pabrik pembuat Ada/Tidak Ada PUIL 2011 Penilaian dokumen
7 Buku manual Ada/Tidak Ada PUIL 2011 Penilaian dokumen
8 Buku pemeliharaan & operasi Ada/Tidak Ada PUIL 2011 Penilaian dokumen
9 Tanda peringatan Ada/Tidak Ada PUIL 2011 Penilaian dokumen
10 Sertifikat pabrik pembuat Ada/Tidak Ada PUIL 2011 Penilaian dokumen
B. PEMERIKSAAN VISUAL
1 Konstruksi unit pembangkit Baik/Tidak Baik Manufacture standar Penilaian
tenaga
2 Dudukan pembangkit tenaga Baik/Tidak Baik Manufacture standar Penilaian
3 Verifikasi plat nama Ada/Tidak Ada Manufacture standar Penilaian
/PUIL
4 Area klasifikasi Baik/Tidak Baik PUIL BAB 8 Penilaian
6 Perlengkapan start Ada/Tidak Ada Manufacture standar Penilaian
/PUIL
7 Perlengkapan stop Ada/Tidak Ada Manufacture standar Penilaian
/PUIL
8 Peralatan pengaman Ada/Tidak Ada Manufacture standar Penilaian
/PUIL
9 a. Instrumen Voltmeter Ada/Tidak Ada Manufacture standar Penilaian
/PUIL
b. Instrumen Ampermeter Ada/Tidak Ada Manufacture standar Penilaian
/PUIL
c. Instrumen Pengukur Lain Ada/Tidak Ada Manufacture standar Penilaian
/PUIL
10 Lampu indicator Baik/Tidak Baik PUIL Penilaian

11 Peralatan alarm Baik/Tidak Baik PUIL Penilaian


12 Fasilitas keselamatan & tanda Ada/Tidak Ada PUIL, UU No 1 th Penilaian
1970
bahaya
13 Terminal kabel utama & Ada/Tidak Ada Manufacture standar Penilaian
/PUIL
penetralan
14 Kondisi air battery (dgn start Baik/Tidak Baik PUIL Penilaian
battery)
15 Kondisi tekanan angin start (dgn Ada/Tidak Ada Manufacture standar Penilaian
start angin)
16 Minyak lumas penggerak mula Baik/Tidak Baik Manufacture standar Penilaian

17 Terminal battery Baik/Tidak Baik PUIL Penilaian

18 Penempatan battery Baik/Tidak Baik PUIL Penilaian

19 Pemanas anti kondensasi Ada/Tidak Ada Manufacture standar Penilaian

20 Kabel masuk terminal box Baik/Tidak Baik PUIL Penilaian

21 Kabel keluar terminal box Baik/Tidak Baik PUIL Penilaian

22 Air pendingin penggerak mula Baik/Tidak Baik PUIL Penilaian


NO OBYEK NILAI
HASIL METODE
RUJUKAN
2
23 Ukuran Kabel BC pentanahan Sesuai/tidak 35 mm Penilaian
sesuai
24 Gedung – Ruang Sesuai/tidak PUIL Bab 8 Penilaian
sesuai
a. Generator
b. Penerangan sirkulasi
Udara/ventilasi
c. Pintu keluar/masuk
d. Pintu darurat
e. Alat pemadam
C. PENGUJIAN
1 Pengujian Tahanan isolasi ............. MΩ PUIL 2011: Pengukuran
2000 Ω per volt + 1
penghantar Mohm dan tabel
2 Uji fungsi instalasi listrik Berfungsi / Tidak Manufacture standar Pengetesan
berfungsi
3 Pengujian fungsi local panel Berfungsi / Tidak Manufacture standar Pengetesan
berfungsi
kontrol
3a Saklar pilih local / selector Berfungsi / Tidak Manufacture standar Pengetesan
berfungsi
switch
3b Start Berfungsi / Tidak Manufacture standar Pengetesan
berfungsi
3c Stop Berfungsi / Tidak Manufacture standar Pengetesan
berfungsi
3d Lampu indicator Menyala / Tidak Manufacture standar Pengetesan
4 Relay proteksi Ada/Tidak Ada Manufacture standar Pengetesan
Berfungsi / Tidak
berfungsi
5 Tegangan & arus tanpa beban ....... V Manufacture standar Pengukuran
......... A
dan berbeban
6 Tingkat kebisingan ....... dB Permen 13/2011: Pengukuran
85 dB
7 Analisa getaran Normal/Tidak Manufacture standar Pengukuran
normal
8 Uji jalan / unjuk kerja Baik/tidak baik Manufacture standar Pengetesan
9 Uji parallel (bila ada) Baik/tidak baik Manufacture standar Pengetesan
10 Pengujian Pentanahan .... Ohm 5 Ohm Pengukuran
11 KHA penghantar utama ...... A PUIL 2011: Perhitungan
125 % x Ifl
12 Rating Proteksi utama ....... A PUIL 2011: Perhitungan
115 % x Ifl
13 Belitan Stator dan Rotor :
a. Pengujian Tahanan Isolasi (TI) ................... Ω IEEE P43-2000: Pengukuran
Phasa-Phasa, Phasa-Netral, 100 MΩ
Phasa-PE

b. Pengujian Dielectric of Ratio .................. IEEE: Pengukuran


(DAR) dan Polaritas Index DAR : < 1,6
PI:≤2
Phasa-Phasa, Phasa-Netral,
Phasa-PE

................... V IEEE 400.2, Pengukuran


c. Pengujian Hi-Pot Test Phasa-
NEMA,
Phasa, Phasa-Netral, Phasa-PE
VDE530
NO OBYEK NILAI
HASIL METODE
RUJUKAN
d. Pengujian Tangen Delta Test .................... % ANSI C Pengukuran
Phasa-Phasa,Phasa-Netral, 57.12.90
Phasa-PE NETA 100.3,
SPLN

e. Partial Discharge Test ............... pC HVM, B2 Pengukuran


Electronic
GmbH

III. HASIL PENGUJIAN UNIT POWER GENERATOR

A. Pengujian Tahanan Isolasi

- Nama Alat Ukur :


- Pabrik Pembuat :
- Rating Tegangan :

1 3 phasa – ground M


2 Phasa – Phasa (R-S) M
3 Phasa – Phasa (S-T) M
4 Phasa – Phasa (R-T) M
5 Kondisi Pengukuran Basah Kering Dingin Panas
B. Pengujian Tegangan Tinggi

- Nama Alat ukur :


- Pabrik Pembuat :
- Rating Tegangan :

1 Waktu Menit
2 Tegangan Uji Volt
3 3 Phasa – Ground
4 Phasa – Phasa (R-T)
5 Phasa – Phasa (R-S)
6 Phasa – Phasa (S-T)
C. Pengujian Kecepatan Putar Lebih
1 Kecepatan Putar Nominal RPM
2 Kecepatan Putar Lebih RPM
3 Waktu Menit
A. Analisa Getaran
1 Kecepatan Putar RPM
Deskripsi Vertikal Horizontal Axial
2 Velocity / Vrms, cm/s
B. Pengukuran Tingkat Kebisingan
1 Kecepatan Putar RPM
2 Tingkat Kebisingan dBA
C. Pengujian Urutan Phasa
1 Phasa R – Ground Ohm

Phasa S – Ground Ohm

Phasa T – Ground Ohm

IV. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN TRAFO STEP UP

NILAI
NO OBYEK HASIL RUJUKAN METODA
Sesuai/tidak
1. Name Plate a. Nama pabrik, tempat dan sesuai Manufacture Penilaian dokumen
Standar dan
pembuatan SNI
b. Jenis dan No. Seri
c. Kapasitas / Daya / Frequency
d. Primary Voltage / Secondary
Voltage
e. Primary Current / Secondary
Current
f. Vector Group
g. Impedance
h. Insulation level / Kelas Isolasi
i. Cooling system
2. Bushing a. Memeriksa kebersihan body Baik / Tidak baik Manufacture Penilaian
Standar dan
bushing SNI
b. Memeriksa fisik body yang
berkarat/gompal
c. Memeriksa kekencangan mur
baut klem terminal utama
d. Memeriksa kebocoran gasket
e. Memeriksa kesesuaian Spark
gap bushing primer
f. Memeriksa kesesuaian Spark
gap bushing skunder
3. Sistem a. Memeriksa kebersihan sirip-sirip Baik / Tidak baik Manufacture Penilaian
Standar dan
pendingin radiator SNI
b. Memeriksa kebocoran minyak
trafo
c. Memeriksa level minyak trafo
d. Memeriksa kondisi minyak trafo
4. Alat a. Memeriksa level konservator Baik / Tidak baik Manufacture Penilaian
Standar dan
Pernafasan main tank SNI
(Breather) b. Memeriksa level konservator tap
canger
c. Memeriksa wana silica gel
5. Sistem
Kontrol dan
Proteksi
5.1. Panel a. Memeriksa kekencangan mur Baik / Tidak baik Manufacture Penilaian
Standar dan
Kontrol baut terminal kontrol SNI
b. Memeriksa kebersihan kontaktor
c. Memeriksa kebersihan limit
switch
d. Memeriksa sumber tegangan
AC/DC

5.2. Relay a. Memeriksa kebersihan terminal Baik / Tidak baik Manufacture Penilaian
Bucholz b. Memeriksa kondisi seal Standar dan SNI

5.3. Relay a. Memeriksa kebersihan terminal Baik / Tidak baik Manufacture Penilaian
Jansen b. Memeriksa kondisi seal Standar dan SNI

5.4. Relay a. Memeriksa kebersihan terminal Baik / Tidak baik Manufacture Penilaian
Sudden b. Memeriksa kondisi seal Standar dan SNI
pressure c. Memeriksa kebersihan thermo
couple
d. Memeriksa kabel-kabel kontrol
dan pipa-pipa kapiler
6. OLTC a. Memeriksa kesesuaian indikator Baik / Tidak baik Manufacture Penilaian
posisi tap Standar dan SNI
b. Memeriksa pelumasan gigi
penggerak
c. Memeriksa kebersihan kontaktor
d. Memeriksa kebersihan limit
switch
e. Memeriksa kesesuaian sumber
tegangan AC/DC
f. Menguji posisi lokal dan remote
g. Memeriksa kondisi minyak
diverter switch OLTC
7. Sistem a. Memeriksa kawat pentanahan Baik / Tidak baik Manufacture Penilaian
Grounding pada titik netral primer / skunder Standar dan SNI
b. Memeriksa kawat pentanahan
pada body/enclousure/BKT trafo
c. Memeriksa kawat pentanahan
pada Arrester
d. Memeriksa kawat pentanahan
pada BKE (Bagian konduktif
ekstra)
e. Memeriksa kekencangan mur
baut terminal pentanahan
f. Mengukur/menguji nilai
pentanahan
8. Maintank a. Memeriksa kebersihan body dan Baik / Tidak baik Manufacture Penilaian
bushing Standar dan SNI
b. Memeriksa karat/gompal fisik
body
c. Memeriksa kondisi gasket
9. Kontruksi/ a. Memeriksa kondisi konstruksi Baik / Tidak baik Manufacture Penilaian
struktur bangunan, pondasi dan baut Standar dan SNI
mekanik pengikat
b. Memeriksa kebersihan
lingkungan gardu
c. Memeriksa sirkulasi udara
d. Memeriksa penerangan
e. Memeriksa pembatas/halang
rintang
f. Memeriksa Tanda Peringatan
10. Fire a. Memeriksa tekanan gas N2 Baik / Tidak baik Manufacture Penilaian

protection b. Memeriksa alarm kebakaran Standar dan SNI


c. Memeriksa sensor detector
d. Memeriksa APAR

Diperiksa /Diuji oleh


Pengawas/Ahli K3 Spesialis Listrik

(……………………………)
F-03 DS

LAMPIRAN 2

CHECKLIST RIKSA UJI K3 DISTRIBUSI

J. TRAFO DISTRIBUSI
NO OBYEK HASIL NILAI RUJUKAN METODA
1. Name Plate a. Nama pabrik, tempat dan Sesuai/tidak sesuai Manufacture Penilaian
pembuatan Standar dan SNI
b. Jenis dan No. Seri
c. Kapasitas / Daya / Frequency
d. Primary Voltage / Secondary
Voltage
e. Primary Current / Secondary
Current
f. Vector Group
g. Impedance
h. Insulation level / Kelas Isolasi
i. Cooling system
2. Bushing a. Memeriksa kebersihan body Baik / Tidak baik Manufacture Penilaian
bushing Standar dan SNI
b. Memeriksa fisik body yang
berkarat/gompal
c. Memeriksa kekencangan mur
baut klem terminal utama
d. Memeriksa kebocoran gasket
e. Memeriksa kesesuaian Spark
gap bushing primer
f. Memeriksa kesesuaian Spark
gap bushing skunder
3. Sistem a. Memeriksa kebersihan sirip-sirip Baik / Tidak baik Manufacture Penilaian
pendingin radiator Standar dan SNI
b. Memeriksa kebocoran minyak
trafo
c. Memeriksa level minyak trafo
d. Memeriksa kondisi minyak trafo
4. Alat a. Memeriksa level konservator main Baik / Tidak baik Manufacture Penilaian
Pernafasan tank Standar dan SNI
(Breather) b. Memeriksa level konservator tap
canger
c. Memeriksa wana silica gel Biru/Ungu
5. Sistem
Kontrol dan
Proteksi
5.1. Panel a. Memeriksa kekencangan mur baut Baik / Tidak baik Manufacture Penilaian
Kontrol terminal kontrol Standar dan SNI
b. Memeriksa kebersihan kontaktor
c. Memeriksa kebersihan limit switch
d. Memeriksa sumber tegangan
AC/DC

5.2. Relay a. Memeriksa kebersihan terminal Baik / Tidak baik Manufacture Penilaian
Bucholz b. Memeriksa kondisi seal Standar dan SNI

5.3. Relay a. Memeriksa kebersihan terminal Baik / Tidak baik Manufacture Penilaian
Jansen b. Memeriksa kondisi seal Standar dan SNI

5.4. Relay a. Memeriksa kebersihan terminal Baik / Tidak baik Manufacture Penilaian
Sudden b. Memeriksa kondisi seal Standar dan SNI
pressure c. Memeriksa kebersihan thermo
couple
d. Memeriksa kabel-kabel kontrol
dan pipa-pipa kapiler
6. OLTC a. Memeriksa kesesuaian indikator Baik / Tidak baik Manufacture Penilaian
posisi tap Standar dan SNI
b. Memeriksa pelumasan gigi
penggerak
c. Memeriksa kebersihan kontaktor
d. Memeriksa kebersihan limit switch
e. Memeriksa kesesuaian sumber
tegangan AC/DC
f. Menguji posisi lokal dan remote
g. Memeriksa kondisi minyak diverter
switch OLTC
7. Sistem a. Memeriksa kawat pentanahan Baik / Tidak baik Manufacture Penilaian
Grounding pada titik netral primer / skunder Standar dan SNI
b. Memeriksa kawat pentanahan
pada body/enclousure/BKT trafo
c. Memeriksa kawat pentanahan
pada Arrester
d. Memeriksa kawat pentanahan
pada BKE (Bagian konduktif
ekstra)
e. Memeriksa kekencangan mur
baut terminal pentanahan
f. Mengukur/menguji nilai
pentanahan
8. Maintank a. Memeriksa kebersihan body dan Baik / Tidak baik Manufacture Penilaian
bushing Standar dan SNI
b. Memeriksa karat/gompal fisik
body
c. Memeriksa kondisi gasket
9. Kontruksi/ a. Memeriksa kondisi konstruksi Baik / Tidak baik Manufacture Penilaian
struktur bangunan, pondasi dan baut Standar dan SNI
mekanik pengikat
b. Memeriksa kebersihan
lingkungan gardu
c. Memeriksa sirkulasi udara
d. Memeriksa penerangan
e. Memeriksa pembatas/halang
rintang
f. Memeriksa Tanda Peringatan
10. Fire a. Memeriksa tekanan gas N2 Baik / Tidak baik Manufacture Penilaian
protection b. Memeriksa alarm kebakaran Standar dan SNI
c.Memeriksa sensor detector
d. Memeriksa APAR
11. Bagian a. Pengukuran Arus Phasa R (Ir) ................... A Manufacture Pengukuran
Skunder b. Pengukuran Arus Phasa S (Is) ................... A Std. Pengukuran
Trafo c. Pengukuran Arus Phasa T (Ir) ................... A Manufacture Pengukuran
d. Pengukuran Arus Penghantar ................... A Std. Pengukuran
Netral (In) Manufacture
e. Pengukuran Arus Penghantar ................... A Std. Pengukuran
PE (Ipe) Manufacture
f. Perhitungan prosentase ................... % Std. Perhitungan
pemakaian trafo
g. Perhitungan prosentase ................... % Manufacture Perhitungan
keseimbangan beban Std.
h. Pengujian Tahanan Isolasi (TI) ................... Ω Pengukuran
Phasa-Phasa, Phasa-Netral, 80 %
Phasa-PE
8%

PUIL 2011:
2000 Ω / Volt + I
MΩ

12. Belitan a. Pengujian Tahanan Isolasi (TI) ................... Ω IEEE P43-2000: Pengukuran
Trafo Phasa-Phasa, Phasa-Netral, 100 MΩ
Phasa-PE

b. Pengujian Dielectric of Ratio .................. IEEE: Pengukuran


(DAR) dan Polaritas Index DAR : < 1,6
Phasa-Phasa, Phasa-Netral, PI:≤2
Phasa-PE

c. Pengujian Hi-Pot Test Phasa- ................... V IEEE 400.2, Pengukuran


Phasa, Phasa-Netral, Phasa- NEMA, VDE530
PE
.................... % ANSI C 57.12.90 Pengukuran
d. Pengujian Tangen Delta Test
NETA 100.3,
Phasa-Phasa, Phasa-Netral,
SPLN
Phasa-PE

............... pC HVM, B2 Pengukuran


e. Partial Discharge Test Electronic
GmbH
B. Panel Kubikel TM / Switchgear

No OBYEK METODA
NILAI
HASIL
RUJUKAN
A. Spesifikasi Switchgear
1 Rated Voltage / Frequency Sesuai/Tidak sesuai Manufacture Std. Penilaian

2 Rated power freq withstand voltage Sesuai/Tidak sesuai Manufacture Std. Penilaian

3 Rated impulse withstand voltage Sesuai/Tidak sesuai Manufacture Std. Penilaian

4 Symmetrical breaking current Sesuai/Tidak sesuai Manufacture Std. Penilaian

5 Degree of protection Sesuai/Tidak sesuai Manufacture Std. Penilaian

B. Pemeriksaan visual tampak luar Switchgear


1 Lampu indikator pada Panel Sesuai/Tidak sesuai Manufacture Std. Penilaian

2 Alat ukur atau metering berupa Ampere Sesuai/Tidak sesuai Manufacture Std. Penilaian
Meter, Volt Meter Watt meter, VAR meter,
KWH meter, Cos phi meter dan Frequency
meter pada panel
3 Nama/label dan nama perusahaan instalatir Ada/Tidak ada Manufacture Std. Penilaian
pada pintu panel
4 Tanda bahaya pada pintu panel Ada/Tidak ada Manufacture Std. Penilaian

5 Selector Switch dan kunci pintu panel Ada/Tidak ada Manufacture Std. Penilaian

C. Pemeriksaan visual tampak dalam Switchgear


1 Gambar single line diagram dan kartu Sesuai/Tidak sesuai Manufacture Std. Penilaian
riwayat perawatan
2 Kabel bonding untuk pengaman sentuh tidak Ada/Tidak ada Manufacture Std. Penilaian
langsung
3 Labeling Ada/Tidak ada Manufacture Std. Penilaian

4 Kode warna kabel Sesuai/Tidak sesuai Manufacture Std. Penilaian

5 Kebersihan Panel Baik/Tidak baik Manufacture Std. Penilaian


No OBYEK METODA
NILAI
HASIL
RUJUKAN

D. Pemeriksaan visual pada sistem terminasi


1 Busbar / penghantar Baik/Tidak baik Manufacture Std. Penilaian

2 Pengaman Sesuai/Tidak sesuai Manufacture Std. Penilaian

3 Sepatu kabel Baik/Tidak baik Manufacture Std. Penilaian

4 Sistem pembumiaan Sesuai/Tidak sesuai Manufacture Std. Penilaian

5 Jarak busbar to busbar Sesuai/Tidak sesuai Manufacture Std. Penilaian

E. Pemeriksaan visual Daerah Kerja


1. Jarak bagian depan Sesuai/Tidak sesuai SNI : 75 cm Pengukuran
2. Jarak bagian samping Sesuai/Tidak sesuai SNI: 150 cm Pengukuran
3. Jarak bagian belakang Sesuai/Tidak sesuai - Pengukuran
4. Bebas buka pintu panel Sesuai/Tidak sesuai - Pengukuran
5. Pencahayaan Sesuai/Tidak sesuai 100 Lux Pengukuran
6. Barang-barang yang tidak terpakai Sesuai/Tidak sesuai SNI Penilaian

JJ. PERLENGKAPAN LISTRIK PADA KUBIKEL TMSWITCHGEAR

NO OBYEK HASIL NILAI RUJUKAN METODA


1. PMT (Pemutus Pemeriksaan Visual : Sesuai/Tidak Manufacture Std. Penilaian
Tenaga) a. Memeriksa label sesuai
Dan b. Memeriksa kontak pemisah
PMB (LBS) c. Memeriksa relay
d. Memeriksa kawat pentanahan
Manufacture Std.
Pengujian / Pengukuran : Sesuai/Tidak Pengetesan
a. Pengukuran tahanan isolasi sesuai
b. Pemeriksaan kerja dari lokal secara
mekanis dan elektris
c. Pengukuran interlok mekanis dan
elektris
d. Pengukuran indikasi buka / tutup

2. PMS Pemeriksaan Visual : Sesuai/Tidak Manufacture Std. Penilaian


(Pemisah) a. Memeriksa kontak pemisah sesuai
b. Memeriksa relay
c. Memeriksa kawat pentanahan
Manufacture Std.
Pengujian / Pengukuran : Sesuai/Tidak Pengetesan
sesuai
a. Pengukuran tahanan isolasi
b. Pemeriksaan kerja dari lokal secara
mekanis dan elektris
c. Pengukuran interlock mekanis &
elektris

3. Trafo Arus Pemeriksaan Visual : Ada/Tidak ada Manufacture Std. Penilaian


a. Memeriksa kawat pentanahan

Pengujian / Pengukuran : Sesuai/Tidak Manufacture Std. Pengetesan


a. Pemeriksaan rasio sesuai
b. Pengukuran tahanan isolasi
4. Trafo Pemeriksaan Visual : Ada/Tidak ada Manufacture Std. Penilaian
Tegangan a. Memeriksa kawat pentanahan

Pengujian / Pengukuran : Sesuai/Tidak Manufacture Std. Pengetesan


a. Pemeriksaan rasio sesuai
b. Pemeriksaan polaritas

6. Relay Proteksi a. Pemeriksaan visual pada OCR, Ada/Tidak ada Manufacture Std. Penilaian
differnsial relay, REF, GFR, UVR,
OVR dll
Berfungsi/Tidak
b. Pengetesan pada OCR, differnsial berfungsi Manufacture Std. Pengetesan
relay, REF, GFR, UVR, OVR dll

7 Meter a. Pemeriksaan visual dan unjuk kerja Berfungsi/Tidak Manufacture Std. Penilaian
pada Ampere meter, Volt meter, Watt berfungsi
meter, VAR meter, KWH meter, Cos
phi meter dan Frequency meter Berfungsi/Tidak Manufacture Std. Penilaian
b. Pemeriksaan indikator phasa berfungsi

JJJ. JARINGAN SUTM/SKTM dan SUTR/SKTR


NO OBYEK HASIL NILAI RUJUKAN METODE
1. Tiang dan Pemeriksaan visual : Sesuai/Tidak SNI /SPLN Penilaian
Jaringan a. Kawat penghantar sesuai
b. Ruang bebas (Right of Way/ROW)
c. Pentanahan
d. Jarak aman
e. Tiang dan kelengkapannya
f. Klem pemegang kawat dan asesorisnya
g. Isolator dan asesorisnya
h. Benda asing yang terdapat pada tower ,
isolator dan kawat.

2. Sistem a. Pemeriksaan dan pengukuran .......... Ω SNI:5Ω Pengukuran


Proteksi pentanahan tiang
Sesuai/Tidak Penilaian
b. Pemeriksaan jaring-jaring pengaman sesuai SNI
c. Pemeriksaan bola-bola pengaman
(ballistor)
d. Arrester
F-04 PM

LAMPIRAN 3
CHECKLIST RIKSA UJI K3 PEMANFAATAN

DATA INSTALASI LISTRIK


:
1. PEMILIK

2. ALAMAT :

3. PEMAKAI :

K. PENGURUS KONTRAKTOR UTAMA/SUB :


KONTRAKTOR/ PENANGGUNG JAWAB
5. INSTALATIR PEMASANG :
6. ALAMAT :
7. SURAT PENUNJUKAN :
8.
AS BUILT DRAWING :

KK. KEABSAHAN SERTIFIKAT TEKNISI K3


LISTRIK
- NAMA :
- NOMOR SERITIFIKAT DAN TANGGAL :
DIKELUARKAN
- SESUAI/TIDAK SESUAI DENGAN :
KUALIFIKASINYA
10. SUMBER DAYA LISTRIK : PLN / :
PEMBANGKIT SENDIRI
11. JUMLAH PHASA :
12. FREKUENSI :
13. JENIS ARUS :
14. TEGANGAN :

NO OBYEK
HASIL NILAI RUJUKAN METODE
A. PEMERIKSAAN DOKUMEN
1. PERENCANA MEMILIKI IJIN/ PENUNJUKAN Ada/Tidak ada Mnfct. Standar/SNI Penilaian
/SLO/SURAT KETERANGAN
2. PETA LOKASI Ada/Tidak ada Mnfct. Standar/SNI Penilaian
3. GAMBAR DIAGRAM GARIS TUNGGAL Ada/Tidak ada Mnfct. Standar/SNI Penilaian
LENGKAP DENGAN BESARAN
NOMINALNYA
4. GAMBAR LAYOUT INSTALASI, Ada/Tidak ada Mnfct. Standar/SNI Penilaian
PENGKABELAN, PEMBEBANAN, SISTEM
PENGAMANAN LENGKAP DENGAN
BESARAN NOMINALNYA.
5. GAMBAR DIAGRAM PENGAWATAN Ada/Tidak ada Mnfct. Standar/SNI Penilaian
6. GAMBAR AREA KLASIFIKASI Ada/Tidak ada Mnfct. Standar/SNI Penilaian
7. DAFTAR KOMPONEN PANEL Ada/Tidak ada Mnfct. Standar/SNI Penilaian
8. PERHITUNGAN ARUS HUB. SINGKAT Ada/Tidak ada Mnfct. Standar/SNI Penilaian
9. BUKU MANUAL Ada/Tidak ada Mnfct. Standar/SNI Penilaian
10. BUKU PEMELIHARAAN & OPERASI Ada/Tidak ada Mnfct. Standar/SNI Penilaian
11. TANDA PERINGATAN Ada/Tidak ada Mnfct. Standar/SNI Penilaian
12. SERTIFIKAT PABRIK PEMBUAT Ada/Tidak ada Mnfct. Standar/SNI Penilaian
13. SPESIFIKASI TEKNIK PERALATAN DAN Ada/Tidak ada Mnfct. Standar/SNI Penilaian
PERLENGKAPAN LISTRIK.
14. SPESIFIKASI TEKNIS DAN SERTIFIKASI Ada/Tidak ada Mnfct. Standar/SNI Penilaian
PERALATAN
15. PERHITUNGAN REKAPITULASI DAYA Ada/Tidak ada Mnfct. Standar/SNI Penilaian
16. RECORD DAILY Ada/Tidak ada Mnfct. Standar/SNI Penilaian
17. DATA PENUNJANG LAIINYA Ada/Tidak ada Mnfct. Standar/SNI Penilaian

NO OBYEK HASIL NILAI RUJUKAN METODE


B. PEMERIKSAAN VISUAL
1. KONSTRUKSI UNIT LVMDP Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian

2. DUDUKAN DAN PENEMPATAN Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian

3. VERIFIKASI PLAT NAMA Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian

4. KLASIFIKASI AREA Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian

5. PERLINDUNGAN TERHADAP KEJUTAN Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian


LISTRIK & BENDA ASING
6. PINTU PANEL DILENGKAPI PENAHAN Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian
SAAT POSISI TERBUKA
7. SEMUA BAUT DAN SKRUP TELAH KUAT Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian

8. BUSBAR TERISOLASI DENGAN KUAT Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian

9. MINIMAL RUANG MAIN & JARAK RAMBAT Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian
BUSBAR
NO OBYEK HASIL NILAI RUJUKAN METODE
B. PEMERIKSAAN VISUAL
10. PEMASANGAN KABEL Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian

11. KABEL YANG TERPASANG PADA PINTU Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian
PANEL DILINDUNGI TERHADAP
KERUSAKAN
12. SEMUA SEKERING DAPAT DIGANTI Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian
DENGAN AMAN TANPA BAHAYA LISTRIK
13. TERMINAL KABEL DILENGKAPI DENGAN Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian
PELINDUNG KABEL / SOKET
14. INSTRUMEN PENGUKUR MEMPUNYAI Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian
BATAS UKUR YANG CUKUP DAN DIBERI
TANDA PADA NILAI NOMINAL
15. SEMUA PERALATAN & TERMINAL DIBERI Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian
KODE DAN NAMA INDIKASI
16. PEMASANGAN KABEL MASUK & KELUAR Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian

17. UKURAN BUSBAR Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian

18. BUSBAR & PERLENGKAPAN YANG Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian
TERPASANG BERSIH TANPA KOTORAN
DAN DEBU
19. PENANDAAN BUSBAR (PHASA) Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian

20. PEMASANGAN KABEL PEMBUMIAN Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian

21. PEMASANGAN SEMUA PINTU-PINTU Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian


PANEL
22. SUKU CADANG TELAH MEMENUHI Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian
SPESIFIKASI
23. FASILITAS KESELAMATAN DAN TANDA Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian
BAHAYA
24. PEMERIKSAAN DATA PEMUTUS DAYA Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian

- RATING ARUS Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian

- RATING TEGANGAN Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian

- RATING ARUS PEMUTUSAN Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian

- TEGANGAN KONTROL Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian

- PABRIK PEMBUAT PEMUTUS DAYA Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian

- TIPE Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian

- NO SERI Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Penilaian

C. PENGUJIAN

1. PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI PHASA- PUIL 2011: Pengukuran


PHASA, PHASA-NETRAL, PHASA-PE 2000 Ω / Volt + I
MΩ

2. PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN ....................... SNI5Ω Pengukuran


3. PENGUJIAN PERLENGKAPAN PEMUTUS Berfungsi/Tidak Mnfct. Standar/SNI Pengetesan
DAYA berfungsi
- TRAFO ARUS (CT) Berfungsi/Tidak Mnfct. Standar/SNI Pengetesan
berfungsi
- TRAFO TEGANGAN (PT) Berfungsi/Tidak Mnfct. Standar/SNI Pengetesan
berfungsi
- INSTRUMENT / METER PENGUKUR Berfungsi/Tidak Mnfct. Standar/SNI Pengetesan
berfungsi
- RATING SEKERING Berfungsi/Tidak Mnfct. Standar/SNI Pengetesan
berfungsi
- PEMUTUS DAYA MEKANIKAL Berfungsi/Tidak Mnfct. Standar/SNI Pengetesan
berfungsi
TERMINAL KABEL Berfungsi/Tidak Mnfct. Standar/SNI Pengetesan
berfungsi
- PENANDAAN TERMINAL Berfungsi/Tidak Mnfct. Standar/SNI Pengetesan
berfungsi
- SYSTEM INTERLOCK Berfungsi/Tidak Mnfct. Standar/SNI Pengetesan
berfungsi
- SAKELAR BANTU Berfungsi/Tidak Mnfct. Standar/SNI Pengetesan
berfungsi
- KERJA TRIP MEKANIS Berfungsi/Tidak Mnfct. Standar/SNI Pengetesan
berfungsi
4. UJI TRIP TEGANGAN JATUH (OVER Berfungsi/Tidak Mnfct. Standar/SNI Pengetesan
LOAD) berfungsi
5. UJI RELAY DAYA BALIK Berfungsi/Tidak Mnfct. Standar/SNI Pengetesan
berfungsi
6. UJI RELAY ARUS LEBIH Berfungsi/Tidak Mnfct. Standar/SNI Pengetesan
berfungsi
7. UJI TRIP PEMUTUS DAYA Berfungsi/Tidak Mnfct. Standar/SNI Pengetesan
berfungsi
NO OBYEK HASIL NILAI RUJUKAN METODE
B. PEMERIKSAAN VISUAL
8. PENGUKURAN TEMPERATUR ................... SNI : 70 derajat
9. UJI FUNGSI LAMPU INDICATOR Berfungsi/Tidak Mnfct. Standar/SNI Pengetesan
berfungsi
10. UJI KESALAHAN / PENYIMPANGAN Baik/Tidak baik Mnfct. Standar/SNI Pengetesan
METER
11. UJI FUNGSI SINKRONISASI (jika ada) Berfungsi/Tidak Mnfct. Standar/SNI Pengetesan
berfungsi
12. KHA PENGHANTAR ...................... A SNI : 125 % x In Perhitungan
13. RATING PROTEKSI ...................... A SNI : 115 % x In Perhitungan
14. SUSUT TEGANGAN (DROP VOLTAGE) %...................... SNI:4%
15. LOSS CONNECTION ...................... SNI : 51 derajat Pengukuran

KKK. Pemeriksaan visual Panel LVMDP

NO OBYEK
HASIL NILAI RUJUKAN METODE

A. Pemeriksaan visual tampak depan PHB

1 Lampu indikator pada Panel Sesuai/Tidak Manufacture Std. Penilaian


sesuai
2 Alat ukur atau metering berupa Ampere Ada/Tidak ada Manufacture Std. Penilaian
Meter, Volt Meter dan lainnya pada panel

3 Nama/label dan nama perusahaan Ada/Tidak ada Manufacture Std. Penilaian


instalatir pada pintu panel

4 Tanda bahaya pada pintu panel Ada/Tidak ada Manufacture Std. Penilaian

5 Selector Switch dan kunci pintu panel Ada/Tidak ada Manufacture Std. Penilaian

B. Pemeriksaan visual tampak dalam PHB

1 Cover pelindung tegangan sentuh Ada/Tidak ada Manufacture Std. Penilaian


langung

2 Gambar single line diagram dan kartu Ada/Tidak ada Manufacture Std. Penilaian
riwayat perawatan

3 Kabel bonding untuk pengaman sentuh Ada/Tidak ada Manufacture Std. Penilaian
tidak langsung

4 Labeling Ada/Tidak ada Manufacture Std. Penilaian

5 Kode warna kabel Sesuai/Tidak Manufacture Std. Penilaian


sesuai
6 Kebersihan Panel Baik/Tidak baik Manufacture Std. Penilaian

7 Kerapian Instalasi Baik/Tidak baik Manufacture Std. Penilaian

C. Pemeriksaan visual pada sistem terminasi

1 Busbar / penghantar Baik/Tidak baik Manufacture Std. Penilaian

2 Pengaman (CB, FUSE) Sesuai/Tidak sesuai Manufacture Std. Penilaian

3 Sepatu kabel Baik/Tidak baik Manufacture Std. Penilaian

4 Sistem pembumiaan Sesuai/Tidak sesuai Manufacture Std. Penilaian

5 Jarak busbar to busbar Sesuai/Tidak sesuai Manufacture Std. Penilaian

D. Pemeriksaan visual Daerah Kerja

1. Jarak bagian depan Sesuai/Tidak SNI : 75 cm Pengukuran


sesuai
2. Jarak bagian samping Sesuai/Tidak SNI: 150 cm Pengukuran
sesuai
3. Jarak bagian belakang Sesuai/Tidak - Pengukuran
sesuai
NO OBYEK
HASIL NILAI RUJUKAN METODE

4. Bebas buka pintu panel Sesuai/Tidak - Pengukuran


sesuai
5. Pencahayaan Sesuai/Tidak 100 Lux Pengukuran
sesuai
6. Barang-barang yang tidak terpakai Sesuai/Tidak SNI Penilaian
sesuai
7. Ventilasi Baik/Tidak baik SNI Penilaian

8. Tanda bahaya pintu ruang panel Ada/Tidak ada Manufacture Std. Penilaian

E. PENGUJIAN

1. Tegangan Phasa R S T .............................. Manufacture Std. Pengukuran


/ SNI

2. Arus Phasa R S T, Pengangtar Netral ................................ Manufacture Std. Pengukuran


dan PE / SNI

3. Sistem pembumian ................................ Manufacture Std. Pengukuran


/ SNI
4. Susut tegangan ................................ Beban Daya : 3 % Pengukuran dan
Beban Penerangan: perhitungan
1,5%
5. Panas penghantar/Terminasi ................................ Penghantar : 70 °C Pengukuran
Terminasi : 51°C
6. Pentanahan ............................... SNI:5Ω Pengukuran
7. KHA penghantar utama ................................ 125 % x In Perhitungan

8. Rating Proteksi utama ............................... 115 % x In Perhitungan

C. Pemeriksaan visual Panel SDP/SSDP

NO OBYEK
HASIL NILAI RUJUKAN METODE

F. Pemeriksaan visual tampak depan PHB

1 Lampu indikator pada Panel Sesuai/Tidak Manufacture Std. Penilaian


sesuai
2 Alat ukur atau metering berupa Ampere Ada/Tidak ada Manufacture Std. Penilaian
Meter, Volt Meter dan lainnya pada panel

3 Nama/label dan nama perusahaan Ada/Tidak ada Manufacture Std. Penilaian


instalatir pada pintu panel

4 Tanda bahaya pada pintu panel Ada/Tidak ada Manufacture Std. Penilaian

5 Selector Switch dan kunci pintu panel Ada/Tidak ada Manufacture Std. Penilaian

G. Pemeriksaan visual tampak dalam PHB

1 Cover pelindung tegangan sentuh Ada/Tidak ada Manufacture Std. Penilaian


langung

2 Gambar single line diagram dan kartu Ada/Tidak ada Manufacture Std. Penilaian
riwayat perawatan

3 Kabel bonding untuk pengaman sentuh Ada/Tidak ada Manufacture Std. Penilaian
tidak langsung

4 Labeling Ada/Tidak ada Manufacture Std. Penilaian

5 Kode warna kabel Sesuai/Tidak Manufacture Std. Penilaian


sesuai
6 Kebersihan Panel Baik/Tidak baik Manufacture Std. Penilaian

7 Kerapian Instalasi Baik/Tidak baik Manufacture Std. Penilaian


NO OBYEK
HASIL NILAI RUJUKAN METODE

H. Pemeriksaan visual pada sistem terminasi

1 Busbar / penghantar Baik/Tidak baik Manufacture Std. Penilaian

2 Pengaman (CB, FUSE) Sesuai/Tidak sesuai Manufacture Std. Penilaian

3 Sepatu kabel Baik/Tidak baik Manufacture Std. Penilaian

4 Sistem pembumiaan Sesuai/Tidak sesuai Manufacture Std. Penilaian

5 Jarak busbar to busbar Sesuai/Tidak sesuai Manufacture Std. Penilaian

I. Pemeriksaan visual Daerah Kerja

1. Jarak bagian depan Sesuai/Tidak SNI : 75 cm Pengukuran


sesuai
2. Jarak bagian samping Sesuai/Tidak SNI: 150 cm Pengukuran
sesuai
3. Jarak bagian belakang Sesuai/Tidak - Pengukuran
sesuai
4. Bebas buka pintu panel Sesuai/Tidak - Pengukuran
sesuai
5. Pencahayaan Sesuai/Tidak 100 Lux Pengukuran
sesuai
6. Barang-barang yang tidak terpakai Sesuai/Tidak SNI Penilaian
sesuai
7. Ventilasi Baik/Tidak baik SNI Penilaian

8. Tanda bahaya pintu ruang panel Ada/Tidak ada Manufacture Std. Penilaian

J. PENGUJIAN

1. Tegangan Phasa R S T .............................. Manufacture Std. Pengukuran


/ SNI

2. Arus Phasa R S T, Pengangtar Netral ................................ Manufacture Std. Pengukuran


dan PE / SNI

3. Sistem pembumian ................................ Manufacture Std. Pengukuran


/ SNI
4. Susut tegangan ................................ Beban Daya : 3 % Pengukuran dan
Beban Penerangan: perhitungan
1,5%
5. Panas penghantar/Terminasi ................................ Penghantar : 70 °C Pengukuran
Terminasi : 51°C
6. Pentanahan ............................... SNI:5Ω Pengukuran
7. KHA penghantar utama ................................ 125 % x In Perhitungan

8. Rating Proteksi utama ............................... 115 % x In Perhitungan

D. Instalasi Penerangan dan Perlengkapannya


- Ruang ...............................

NO OBYEK NILAI
HASIL METODE
RUJUKAN

Panel Khusus Penerangan Ada/Tidak ada Mnfc. Std. / SNI Penilaian


Penggunaan armatur Baik/Tidak baik Mnfc. Std. / SNI Penilaian
Pembumian armatur Baik/Tidak baik Mnfc. Std. / SNI Penilaian
1. Perlengkapan Instalasi
Pelabelan pada saklar Baik/Tidak baik Mnfc. Std. / SNI Penilaian
Pelabelan pada panel Baik/Tidak baik Mnfc. Std. / SNI Penilaian
Penggroupan lampu Baik/Tidak baik Mnfc. Std. / SNI Penilaian
Penempatan saklar diluar Baik/Tidak baik Mnfc. Std. / SNI Penilaian
2. Kondisi Ruangan
ruangan
NO
OBYEK NILAI
HASIL METODE
RUJUKAN

Penempatan saklar didalam Baik/Tidak baik Mnfc. Std. / SNI Penilaian


ruangan
Penempatan armatur merata Baik/Tidak baik Mnfc. Std. / SNI Penilaian
Penempatan armatur tidak Baik/Tidak baik Mnfc. Std. / SNI Penilaian
merata
Penempatan panel lampu di Baik/Tidak baik Mnfc. Std. / SNI Penilaian
ruangan
Penempatan panel lampu Baik/Tidak baik Mnfc. Std. / SNI Penilaian
diluar ruangan
Kerapian Instalasi Baik/Tidak baik Mnfc. Std. / SNI Penilaian
Kebersihan lampu Baik/Tidak baik Mnfc. Std. / SNI Penilaian
Kebersihan Armatur Baik/Tidak baik Mnfc. Std. / SNI Penilaian
Pemasangan saklar Baik/Tidak baik Mnfc. Std. / SNI Penilaian
3. Kondisi Instalasi (kokoh/tidak)
Pemasangan Lampu Baik/Tidak baik Mnfc. Std. / SNI Penilaian
(kokoh/tidak)
Pemasangan armatur Baik/Tidak baik Mnfc. Std. / SNI Penilaian
(kokoh/tidak)

E. Instalasi Daya (Beban motor)

NO OBYEK HASIL NILAI RUJUKAN METODA


1. Name Plate a. Nama pabrik, tempat dan Sesuai/tidak sesuai Manufacture Penilaian dokumen
pembuatan Standar dan SNI
b. Jenis dan No. Seri
c. Kapasitas / Daya / Frequency
d. Insulation level / Kelas Isolasi

2. Sistem a. Memeriksa kawat pentanahan Baik / Tidak baik Manufacture Penilaian


Grounding pada body/enclousure/BKT Standar dan SNI

3. Kontruksi/ a. Memeriksa kondisi konstruksi Baik / Tidak baik Manufacture Penilaian


struktur bangunan, pondasi dan baut Standar dan SNI
mekanik pengikat
b. Memeriksa Tanda Peringatan
4. Instalasi a. Arus Nominal (Ir) ................... A Manufacture Pengukuran
Motor b. Rating Over Thermal Load ................... A Std. Pengukuran
Relay SNI: ≤ In Pengukuran
c. Rating Kontaktor ................... A Pengukuran
d. Rating CB SNI : 115 % x In
e. KHA Penghantar ................... A SNI : 115 % x In Pengukuran
f. Pengujian Tahanan Isolasi (TI) SNI : 115 % x In
Phasa-Phasa, Phasa-Netral, ................... Ω Pengukuran
Phasa-PE PUIL 2011:
2000 Ω / Volt + I
MΩ

5. Belitan a. Pengujian Tahanan Isolasi (TI) ................... Ω IEEE P43-2000: Pengukuran


Trafo Phasa-Phasa, Phasa-Netral, 100 MΩ
Phasa-PE
b. Pengujian Dielectric of Ratio
(DAR) dan Polaritas Index .................. IEEE: Pengukuran
Phasa-Phasa, Phasa-Netral, DAR : < 1,6
Phasa-PE PI:≤2

Diperiksa /Diuji oleh


Pengawas/Ahli K3 Spesialis Listrik

(………………………………..)
LAMPIRAN 5
No. Dokumen

LAPORAN PEMERIKSAAN & PENGUJIAN Tanggal Pemeriksaan

K3 LIFT Revisi

1. DATA UMUM

1. Pemilik/ Pengguna/ Pengelola


2. Jenis Elevator
3. Lokasi Penggunaan
4. Tanggal pelaksanaan riksa uji
5 Diperiksa oleh
6 No. Surat Keterangan

2. DATA TEKNIS

1. Nama pabrik pembuat


2. Tempat/tahun pembuatan
3. No. Seri
4 Kapasitas angkut
5 Kecepatan angkut
6 Melayani

3. PEMERIKSAAN

NO KOMPONEN KETENTUAN HASIL MEMENUH TIDA


I K
MEM
ENUH
I
A. MESIN
1 Dudukan Mesin Kuat
2 Rem Mekanik Ada,
berfungsi baik
3 Ada,
Rem Electric (Brake Switch) berfungsi baik
4 Bebas Air, Kuat,
Konstruksi Kamar Mesin
tahan api
5 Ruang Bebas - Di depan alat
Kamar Mesin pengendali ≥ 700
mm
- Di depan barang
be r g e r a k ≥
500x600 mm
- Di at as mesin ≥
500 mm
6 Penerangan Kamar Mesin - Area kerja
≥ 100 lux
- Di antara area
kerja ≥ 50 lux
7 Ventilasi/Pendingin Ada/sesuai
8 Pintu Kamar Mesin Membuka keluar,
tahan api, lebar

1
≥7 5 c m , t i n g g i
2 meter
9 Posisi Panel Hubung Bagi Di kamar mesin
Listrik
10 Alat Pelindung Benda Ada
Berputar
11 Pelindung Lubang Tali Tinggi ≥ 50 mm
Baja/sabuk Penggantung
12 Tangga menuju kamar Permanen, pagar
mesin pengaman, tahan
api
13 Terdapat Pcrbedaan Tersedia tangga
ketinggian Iantai di kamar dan pagar
mesin > 500mm pengaman
14 Tersedia Alat isi ≥ 5kg
Pemadam Api
Ringan
15 Elevator yang tidak
memiliki kamar mesin
(roomless)
- Penempatan panel kontrol Berada di lantai
dan PHB listrik yang sama dan
berjarak tidak
lebih dari 5000
mm
- Intensitas cahaya area
≥ 100 lux
kerja di kamar mesin
- Intensitas cahaya diantara ≥ 50 lux-
area
kerja di kamar mesin
- Terdapat alat pembuka Ada dan terpasang
rem mesin secara elektrik dengan baik
ataupun mekanis (manual)
- Terdapat alat pembuka Ada dan terpasang
rem mesin secara elektrik dengan baik
ataupun mekanis (manual)
- Penempatan APAR Dekat pintu
elevator
paling atas
Terpasang di dekat
- Terdapat Emergency
dengan panel
stop switch
kontrol
B. TALI/SABUK PENGGANTUNG
1 Tidak memiliki
sambungan, kuat,
Tali / sabuk penggantung luwes dan memiliki
spesifikasi bahan
yang seragam
2 Tidak menggunakan
Tali/sabuk penggantung
rantai
3 Nilai faktor - Kec. 20 - 59
keamanan tali / sabuk m/menit ≥ 8 kali
penggantung kapasitas
angkut yang
ditentukan
- Kec. 59 - 104
m/menit ≥ 9,5
kali
- Kec. 105 - 209
m/menit ≥ 10,5
kali
- Kec. 210 - 299

2
m/ menit ≥ 11,5
kali
- Kec. Lebih dari
300 m/menit ≥
12 kali
4 Tali penggantung Kereta ≥ 6mm, ≥ 3 jalur
jenis tali dengan bobot
imbang
5 Tali penggantung Kereta ≥ 6mm, ≥ 2 jalur
tanpa Bobot imbang
6 Sabuk ≥ 3 x 30 mm, ≥ 2
jalur
7 Alat Pengaman pada Switch otomatis
elevator tanpa bobot imbangberfungsi dan
apabila alat pengantung motor penggerak
kereta penarik menjadi berhenti
kendur
C. TROMOL
1 Alur teromol Ada
2 Diameter teromol 40 : 1
Penumpang/ barang
3 Diameter teromol 25 : 1
Governor
D. BANGUNAN RUANG LUNCUR, RUANG ATAS DAN LEKUK DASAR
1 Konstruksi ruang luncur, ruang Kuat, kokoh,
atas dan lekuk dasar tahan api, dan
tertutup rapat
2 Dapat dilalui
Dinding ruang luncur, ruang orang dengan
atas dan lekuk dasar tinggi ≥ 2000
mm
3 Kuat dan
Landasan jalur tahan
kereta/elevator miring cuaca
4 Bersih, bebas
Ruang luncur, ruang atas dan dari instalasi
lekuk
dasar dan peralatan
lainnya
5 Penerangan ruang luncur,
≥ 100 lux
ruang atas dan lekuk dasar
6 Pintu darurat (Non stop) Jarak paling
jauh 1000
mm, tinggi
ambang pintu
paling jauh
300 mm
7. Ukuran pintu darurat lebar 700 mm,
tinggi 1400
mm, membuka
keluar
8. Saklar pengaman pint u darurat Tersedia
9. Jembatan Bantu dari pintu darura Tersedia, lebar
≥500 mm dan
ber paga
r
10. Ruang bebas diatas sangkar ≥ 500 mm
11 Ruang bebas lekuk dasar ≥ 500 mm,
kecuali Elevator
rumah tinggal
≥ 300 mm
12 Tangga lekuk dasar Tersedia mulai

3
dari 1000 mm
13 Syarat lekuk dasar yang - Kekuatan
dibawahnya bukan langsung tanah struktur
lantai paling
sedikit 500
N/meter
- Tersedia
rem
pengaman
- Tidak
sebagai
tempat kerja
14. Akses menuju lekuk dasar Tersedia saklar
pengaman
dengan tinggi
1500 mm,
mudah di
jangkau, dan
500 mm dari
lantai pit
15. Lekuk dasar antar 2 elevator Tersedia pit
screen dengan
tinggi mulai
dari 300 mm
dari dasr pit
sampai 3000
mm ke atas
16. Daun Pintu ruang luncur Tahan api ≥ 1
jam menutup
rapat
17 Interlock/kunci kait pintu ruang Tersedia, dapat
luncur menutup rapat,
pintu hanya
terbuka pada
zona
pemberhentian
18 Kerataan lantai < 10 mm
19 Sekat ruang luncur (2 sangkar) >500 mm
20 Elevator miring Di pasang
tangga
sepanjang rel
E.
1 Kerangka Dari baja dan
kuat

2 Badan kereta Tertutup dan ada


pintu
3 Tinggi dinding ≥ 2000 mm
4 Luas lantai Sesuai jumlah
penumpang
5 Perluasan luas kereta - Elevator
pasien max
6%
- Elevator
barang max
14%
6 Pintu kereta Kokoh, aman,
otomatis
7 Syarat Pintu kereta
a. Ukuran ≥700 x 2000 mm
b. Kunci kait dan saklar Ada

4
pengaman
c. Celah antar ambang pintu 28 ≤ celah ≤ 32
kereta dengan ruang luncur mm
8 Sisi luar kereta dengan ruang ≥ 250 mm
balok luncur
9 Alarm bell Tersedia
10 Te
Somber tenaga c a d a n g a n rs
(ARD) ed
ia
11 Intercom Tersedia
12 Ventilasi Tersedia
13 Penerangan darurat Tersedia
14 Panel operasi Tersedia
15 Petunjuk posisi sangkar Tersedia
16 Syarat Panel Operasi Tersedia
-Nama pembuat Tersedia
-Kapasitas beban Tersedia
-Rambu dilarang merokok Tersedia
-Indikasi beban lebih Tersedia
-Tombol buka dan tutup Tersedia
- Tombol lantai pemberhentian Tersedia
-Tombol bell alarm Tersedia
Intercom dua arah Tersedia
17. Kekuatan atap kereta ≥200 Kg
18 Syarat pintu darurat atap kereta: Berengsel,sakl
ar pengaman,
dapat dibuka
dari luar, tidak
mengganggu
instalasi,
ukuran ≥ 350 x
450 mm
19 Syarat pinto darurat samping Berengsel,
kereta : dapat dibuka
dari luar,
dilengkapi
Saklar
pengaman, ada
pegangan
tangan, warner
kuning,
Ukuran ≥ 350
x 1800 mm
20 Pagar pengaman atap Warner
kereta kuning ≥
90 Kg
(kekuatan)

21 Ukuran pengaman dengan celah Tinggi ≥ 700


300-850 mm mm
22 Ukuran pagar pengaman dengan Tinggi ≥ 1100
celah lebih dan 850 mm mm
23 Penerangan atap kereta ≥ 100 Lux
dengan kabel
lentur 2 meter
24 Permanen
Tombol operasi manual
dengan tombol

5
utama
25 Syarat interior kereta Bahan tidak
mudah pecah
dan
membahayakan
, serta
memperhitungk
an factor
keamanan dan
kapasitas motor
F GOVERNOR DAN REM PENGAMAN KERETA
1 Penjepit tali / sabuk governor Bekerja
2 Saklar governor Berfungsi
3 115% - 140%
Fungsi keccpatan rem
Berhenti
pengaman kereta
bertahap
4 Rem pengaman Dipasang
pada
sangkar,
berfungsi
secara
bertahap,
berangsur,
dan
/mendadak
5 Bentuk rem
pengaman Tidak
boleh
sistem
elektris,
hidrolik,
atau
pneumatis
6 Rem pengaman > 60 m/menit
berangsur
7 Rem pengaman < 60 m/menit
mendadak
8 Bekerja
kebawah,
Syarat rem Bekerja
pengaman serempak
9 Ada
Kecepatan kereta 60 m/ pemutus
menit elektrik
10 Saklar pengaman lintas Berfungsi
Batas
11 Alat pembatas beban Berfungsi
lebih
G BOBOT IMBANG, REL PEMANDU DAN PEREDAM
1 Bahan yang Beton /Steel
dipergunakan Block
2 Pernasangan sekat pengaman > 300 mm,
bobot imbang setinggi 2500 mengelilingi
mm bobot imbang
jika terdapat
celah > 300
mm
3 Konstruksi rel pernandu kereta Kuat
dan bobot imbang memandu
jalan,
Menahan

6
tekanan saat
rem pengaman
bekerja
Jenis Peredam massif
kenyal /
pegas /
hidrolik
Fungsi peredaman Meredam
secara
bertahap
Saklar pengaman untuk Tersedia
kereta kecepatan 90
m rnenit atau lebih
H Instalasi Listrik
1 SNI dan
Standar rangkaian instalasi standar
listrik, perlengkapan dan internasiona
pengaman l
2 Panel listrik Panel
khusus
untuk
elevator
3 Catu daya pengganti listrik Tersedia
otomatis
(ARD)
4 Babel grounding -Penampang
10 mm2
- 5 f (ohm)
5 Alarm kebakaran Terhubung
dan
beroperasi
otornads
6 Elevator untuk
penanggulangan
kebakaran
- catu daya cadangan Tersedia
- Pengoperasian khusus Manual,
dapat
berhenti
tiap lantai
- Saklar kebakaran - dilantai
evakuasi
-dapat
dioperasik
an manual
- Label elevator penanggulan Tersedia
kebakaran
- Ketahanan Instalasi listrik ≥ 2 jam
terhadap api
- Dinding luncur Tertutup
rapat, tahan
api 1 jam
- Ukuran sangkar ≥ 1100 x
1400 mm,
Kapasitas ≥
630 Kg
- Ukuran pintu kereta ≥ 800 x 2100
mm
- Waktu ≤ 60 detik
tempuh
- Lantai Evakuasi Tidak boleh ada
penghalang

7
7 Elevator untuk disabilitas
- Panel Operasi Huruf braile
900 mm ≤
Tinggi ≤
- Tinggi panel operasi 1100 mm
- Waktu bukaan pintu ≥ 2 menit
- Ukuran lebar bukaan pintu ≥ 1000 mm,
jika
mempunyai
2 pintu
bukaan
800 mm x 2
- Informasi operasi Bersuara
- Label "Elevator Tersedia
Disabilitas"
8 Sensor Gempa
- Lebih dari 10 lantai/40 meter Tersedia sensor
gempa
- Fungsi input signal sensor Berhenti
gempa lantai
terdekat,
pintu
terbuka,
tidak
dapat
dioperasika
n

4. KESIMPULAN

5. SARAN

8
9
LAMPIRAN 5
CHECKLIST INSTALASI PENYALUR PETIR

INSTALASI PADA : PT. ______________________________________


ALAMAT : JL. ______________________________________
PEMILIK PERUSAHAAN : _________________________________________
PENGURUS PERUSAHAAN : _________________________________________
JENIS USAHA PERUSAHAAN : _________________________________________

I. PEMERIKSAAN DOKUMEN

A. Gambar Instalasi Penyalur Petir


- SLD : Ada / Tidak
- Gambar Situasi : Ada / Tidak
- Gambar Rencana : Ada / Tidak
- Gambar Detail Dgn Keterangan : Ada /
Tidak
B. Spesifikasi : Ada / Tidak
C. Laporan Pengujian Instalasi : Ada /
Tidak
D. Laporan Inspeksi Terdahulu : Ada /
Tidak
E. Laporan Perbaikan Terdahulu : Ada /
Tidak
F. Pengesahan Pemakaian Instalasi : Ada /
Tidak
Penyalur Petir
G. Lain-lain : Ada / Tidak

II. PELAKSANAAN ADMINISTRASI

A. Perencana :
Alamat :
Surat Penunjukan :
B. Instalatir Pemasang :
Alamat :
Surat Penunjukan :
C. Pengesahan Gambar Rencana
Pemasangan Instalasi Penyalur Petir :

III. ALAT UKUR

A. Merk Alat Ukur :


B. Metode Pengukuran :

IV. HASIL INSPEKSI VISUAL

10
AIR TERMINAL

1. JENIS AIR TERMINAL :


2. JARAK / RADIUS PROTEKSI :
3. TINGGI AIR TERMINAL :
4. JUMLAH DAN JARAK :
5. KEAADAAN VISUAL AIR
TERMINAL (BERKARAT/TIDAK) :
6. GAMBAR BENTUK ATAP DAN
UKURANNYA :

DOWN CONDUCTOR

1. JUMLAH DOWN CONDUCTOR :


2. JARAK ANTAR KAKI PENERIMA
DAN TITIK PERCABANGAN :
3. LUAS PENAMPANG :
4. TEBAL PENAMPANG :
5. JARAK ANTAR PENGHANTAR
PENURUNAN DENGAN LAIN :
6. TINGGI BANGUNAN :
7. LUAS BANGUNAN :

EARTH ELECTRODE

1. JENIS ELETRODA BUMI


(BATANG/ROD, PITA, MESH) :
2. DIAMETER PENAMPANG :
3. KEDALAMAN ELEKTRODA :
4. LUAS PENAMPANG :
5. JARAK ANTAR ELEKTRODA
BUMI SATU DENGAN LAIN :

ITEMS PEMERIKSAAN HASIL KET.


NO KONDISI MATERIAL BAIK BURUK N/A
1 AIR TERMINAL
KLEM. BAUT & PENYANGGA
2 PENGHANTAR DAERAH ATAP
KLEM. BAUT & PENYANGGA
3 PENGHANTAR TURUN KE TANAH
KLEM. BAUT & PENYANGGA
4 KOTAK HUBUNG /

11
BAK KONTROL KLEM. BAUT
5 AKAR / BATANG PEMBUMIAN
KLEM, BAUT
6 PENGHANTAR AKAR KE AKAR

V. KONDISI PEMASANGAN SAMBUNGAN

ITEMS PEMERIKSAAN HASIL KET.


NO KONDISI MATERIAL BAIK BURUK N/A
1 SAMBUNGAN KEPALA
AIR TERMINAL
2 KLEM, BAUT & PENYANGGA
3 SAMBUNGAN HANTARAN
PENURUNAN
(DOWN CONDUCTOR)
KE KEPALA PENANGKAL
3 SAMBUNGAN HANTARAN
PENURUNAN (DOWN CONDUCTOR)
KE HANTARAN
4 SAMBUNGAN HANTARAN
PENURUNAN (DOWN CONDUCTOR)
KE KOTAK HUBUNG (BAK
KONTROL)
5 SAMBUNGAN HANTARAN
PENURUNAN
(DOWN CONDUCTOR)
KE PEMBUMIAN

VI. PEMERIKSAAN UMUM

ITEMS PEMERIKSAAN HASIL KET.


NO KONDISI MATERIAL BAIK BURUK N/A
1 SISTEM JARINGAN INSTALASI

DIPERIKSA OLEH
PEGAWAI PENGAWAS SPESIALIS BIDANG
LISTRIK, PETIR DAN LIFT

______________________________
Nip. …………………….

DATA-DATA INSTALASI PENYALUR PETIR


HASIL INSPEKSI UMUM

INSTALASI PADA : PT. ………………………


ALAMAT : JL. ……………………….

I. HASIL PENGUJIAN

ITEMS PEMERIKSAAN HASIL HASIL PENGUKURAN


KET.
NO KONDISI MATERIAL BAIK BURUK
1 PENGUJIAN TAHANAN Standar
R = ……. Ω
PEMBUMIAN <5Ω

12
II. HASIL PERHITUNGAN

ITEMS PEMERIKSAAN HASIL KET.


NO KONDISI MATERIAL BAIK BURUK N/A
1 RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN

CATATAN : PENGUKURAN TAHANAN SEBAIKNYA DILAKUKAN PADA MUSIM


KEMARAU DAN PERLU DILAKUKAN PENURUNAN NILAI TAHANAN
PEMBUMIAN.

DIPERIKSA OLEH
PEGAWAI PENGAWAS SPESIALIS BIDANG LISTRIK,
PETIR DAN LIFT

______________________________
Nip. …………………….

DIAGRAM RANGKAIAN

13
NO E - C E – P NILAI R ( Ω ) KET.

1 2 3 4 5
1

14
LAMPIRAN 5

15

Anda mungkin juga menyukai