Anda di halaman 1dari 67

PENGAWASAN K3

INSTALASI PENERANGAN

Ir. FIRMANSYAH PUTRA,Msi.


PENGANTAR
 Semua instalasi listrik berpotensi berbahaya yang
mengancam manusia yang berada atau bekerja di tempat
instalasi tersebut terpasang, instalasi itu sendiri maupun
lingkungannya.
 Oleh karenanya perancangan, pembangunan, pemeriksaan,
pengoperasian dan pemeliharaan instalasi listrik harus
memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian juga semua peralatan dan perlengkapan listrik
yang dipasang harus pula memenuhi standar dan
ketentuan lain yang dipersyaratkan dalam peraturan.
 Pengawasan terhadap instalasi, khususnya instalasi
penerangan adalah salah satu aspek yang harus
dilaksanakan untuk mencapai K3 Listrik di tempat kerja di
mana terdapat instalasi tersebut.
DAFTAR ISI
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
1.2 TUJUAN PEMBELAJARAN
1.3 RUANG LINGKUP
BAB II. POKOK PEMBAHASAN
2.1 UMUM
2.1.1. LATAR BELAKANG PENGAWASAN K3 INSTALASI PENERANGAN
2.1.2 PENGERTIAN YANG BERKENAAN DENGAN INSTALASI PENERANGAN
2.1.3 RUANG LINGKUP PENGAWASAN K3 INSTALASI PENERANGAN
2.2 PERSYARATAN INSTALASI PENERANGAN
2.2.1 KETENTUAN UMUM INSTALASI PENERANGAN
2.2.2 PERLENGKAPAN DAN BAHAN INSTALASI PENERANGAN
2.3. PEMASANGAN INSTALASI PENERANGAN
2.3.1 PEMASANGAN PHB
2.3.2 PEMASANGAN INSTALASI PENGHANTAR
2.3.3 PEMASANGAN INSTALASI PEMBUMIAN
2.4 PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
2.4.I PEMERIKSAAN
2.4.2 PENGUJIAN
BAB III. EVALUASI PEMBELAJARAN
BAB IV. REFERENSI INSTALASI PENERANGAN
BAB V. PENUTUP

LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

 DASAR HUKUM:
1). UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
beserta peraturan pelaksanaannya
2). UU dan peraturan perundang-undangan terkait
lainnya

 STANDAR:
1). PUIL 2000
2). Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang produk
termasuk peralatan/material listrik
3). Standar lain terkait
1.2 TUJUAN PEMBELAJARAN

 Tujuan Pembelajaran Umum.


Melalui program pembelajaran ini diharapkan peserta dapat
mempunyai pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan
pemeriksaan dan pengujian K3 Instalasi Penerangan.

 Tujuan Pembelajaran Khusus


Melalui program pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
a. Menjelaskan dasar hukum dan standar
b. Memeriksa peralatan/material instalasi penerangan meliputi
APP, PHB, saklar, kotak kontak, armatur lampu, elektroda
pembumian, kabel/pipa dan katerial/bahan pendukung lainnya.
c. Memeriksa rancangan gambar instalasi dan cara pemasangan
d. Memeriksa dan menguji Instalasi
e. Membuat laporan
Lanjutan 1.2

 Tujuan DIKLAT K3 instalasi penerangan.


Untuk memenuhi salah satu persyaratan sertifikasi
pengawas Spesialis K3 bidang listrik yang secara umum
harus mempunyai kompetensi khusus dalam menjalankan
tugas pemeriksaan instalasi listrik, khususnya harus
menguasai K3 instalasi penerangan. DIKLAT ini bertujuan
khusus untuk memelihara dan mengembangkan
kemampuan teknis dalam pemeriksaan,
pengujian/pengukuran dan pengawasan pelaksanaan K3
bidang listrik serta mengembangkan ketrampilan dalam
melakukan identifikasi potensi bahaya listrik di tempat
kerja terkait khususnya dengan instalasi penerangan.

 Manfaat.
Pelaksanaan pengawasan peraturan perundang-undangan
di bidang listrik, khususnya instalasi PHB sesuai dengan
ketentuan, sehingga tujuan K3 listrik instalasi PHB dapat
dicapai.
1.3 Ruang Lingkup Kegiatan Pembelajaran.
 Ruang lingkup kegiatan pembelajaran sesuai ruang lingkup
tugas dan fungsi pegawai pengawas meliputi pengawasan
pelaksanaan peraturan, pembinaan, pengkajian terhadap
norma, peraturan, standar,pedoman dan kriteria di bidang
K3 listrik
 Kedalaman materi meliputi pengetahuan dan ketrampilan
serta perilaku yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
sebagai pegawai pengawas spesialis K3 listrik khususnya
instalasi listrik penerangan:
- pemeriksaan rancangan instalasi
- pemeriksaan peralatan/material instalasi
- pemeriksaan pemasangan peralatan/instalasi
- Pengujian unjuk kerja instalasi
- pembuatan laporan pemeriksaan dan pengujian
1.4 Obyek Pengawasan.
• Potensi bahaya
Instalasi listrik mempunyai potensi bahaya dan dapat
mengakibatkan kecelakaan yang merugikan jiwa manusia dan
peralatan, sehingga perlu dilakukan proteksi dengan
menggunakan sistem proteksi untuk keselamatan listrik.

• Objek pengawasan.
Instalasi listrik merupakan objek pengawasan di bidang K3,
sebagaimana diamanatkan oleh UU No.1 tahun 70, yang dapat
dijelaskan sbb.:
a. Tujuan K3 adalah tesirat dalam konsideran UU 1/70, yaitu
melindungi tenaga kerja dan orang lain, sumber
produksi/peralatan dan lingkungan masyarakat;
b. Amanat UU No. 1/70 yang berkaitan dengan listrik seperti pasal
2 ayat (2) huruf q, pasal 3 ayat (1) huruf a dan n;
c. Persyaratan administrasi dan teknis diatur dalam
Kepmenakertrans No.75/Men/2002 tentang Pemberlakuan SNI
No. 0225-2000 (PUIL 2000) di tempat kerja.
Lanjutan 1.4

 Tugas dan fungsi pengawas spesialis listrik.


melakukan:
1. Pengawasan pelaksanaan peraturan
guna penyempurnaan peraturan
2. Pengkajian terhadap norma, peraturan, standar,
3. Pembinaan K3 listrik pada tenaga kerja dan pengusaha
4. Pengumpulan informasi, keterangan dan data tentang K3
listrik pedoman dan kriteria di bidang K3 listrik.

 Persyaratan pengawas.
Untuk melakukan tugasnya, pengawas harus memiliki
kompetensi yang meliputi pengetahuan, ketrampilan dan
sikap yang memadai sebagai berikut: kompetensi umum,
kompetensi khusus dan kompetensi penunjang.
BAB II. POKOK PEMBAHASAN
1. Umum
2. Persyaratan Dasar Instalasi
3. Perlengkapan dan bahan instalasi
4. Pemasangan Instalasi
4.1 Persyaratan pemasangan instalasi
4.2 Persyaratan pemasangan PHB
4.3 Pemasangan Penghantar dan
perlengkapan lain
4.5 Pemasangan Instalasi Pembumian
5. Pemeriksaan Dan Pengujian
1. UMUM
1.1 Pengertian Instalasi listrik.
 Gabungan berbagai macam peralatan dan perlengkapan listrik
yang terhubung satu dengan yang lain membentuk sistem atau
sub sistem yang berfungsi membangkitkan, menyalurkan,
mendistribusikan dan memanfaatan tenaga listrik untuk
kepentingan rumah tangga dan industri.serta maksud
penggunaan lainnya.
 Instalasi penerangan adalah instalasi yang menerima,
menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik dan selanjutnya
mengubah tenaga listrik tersebut menjadi cahaya yang digunakan
untuk pencahayaan yang baik sesuai dengan ketentuan standar
atau kriteria sesuai tujuan pemanfaatannya.

1.2 Klasifikasi
 Jenis/macam instalasi listrik:
1. Instalasi pembangkit
2. Instalasi transmisi/GI/GH
3. Instalasi ditribusi/GD
4. Instalasi pemanfaatan
SISTEM INTERKONEKSI TENAGA LISTRIK
PEMBANGKIT PLTA / PLTGU

GARDU INDUK PEMBANGKIT PLTG


STEP UP

UNIT PENGATUR
DISTRIBUSI
SALURAN
TRANSMISI
INDUSTRI
BESAR GARDU INDUK
70 kV
PEMBANGKIT
PLTD
GARDU INDUK SALURAN
150 kV TRANSMISI

KANTOR / PERTOKOAN
JARINGAN
INDUSTRI TM / TR
MENENGAH / KECIL

SEKOLAH / PERGURUAN PERUMAHAN


TINGGI
Lanjutan 1.2

 Instalasi pemanfaatan:
Menurut peruntukan lokasi.
1. Instalasi domistik
2. Instalasi non domestik
3. Instalasi industri

Menurut jenis beban pemanfaatan.


1. Instalasi penerangan/pencahayaan
2. Instalasi daya (beban motor, beban lain
bukan penerangan)
1.3 Instalasi Penerangan

 Beberapa istilah pokok dalam instalasi

1. Instalasi sirkit utama :


Instalasi antara titik pasok milik perusahaan listrik atau
panel generator sampai panel hubung bagi utama

2. Instalasi sirkit cabang.


Instalasi antara panel hubung bagi utama dengan panel
hubung bagi berikutnya dan seterusnya.

3. Instalasi sirkit akhir.


Instalasi antara panel hubung bagi akhir sampai titik
pemakaian.
Lanjutan 1.3

 Yang perlu diperhatikan untuk instalasi penerangan.

1. Kuantitas atau jumlah cahaya pada permukaan tertentu


(lighting level)
2. Distribusi kepadatan cahaya (luminance distribution)
3. Pembatasan agar cahaya tidak silau (lumination of glare)
4. Arah cahaya dan pembentukan bayangannya (light
derectionality and shadows)
5. Warna cahaya dan refleksi cahaya (light colour and
colour rendering)
6. Kondisi dan iklim ruangan.
Lanjutan 1.3

4. Arah cahaya dan pembentukan bayangannya (light


derectionality and shadows)
5. Warna cahaya dan refleksi cahaya (light colour and
colour rendering)
6. Kondisi dan iklim ruangan.

 Fungsi penerangan yang baik:

1. Harus memberikan atmosfer yang menyenangkan,


menciptakan kondisi kerja yang nikmat dan nyaman.
2. Memperhatikan segi keamanan dan kesehatan dan
lingkungan
3. Meningkatkan kualitas dekorasi ruangan
4. Memperhatikan segi ekonomis jangka panjang
 Ketentuan Instalasi Penerangan
1. Persyaratan dasar instalasi penerangan
1. Proteksi untuk keselamatan
2. Proteksi perlengkapan dan instalasi listrik
3. Persyaratan perencanaan
4. Pemilihan peralatan listrik
5. Pemeliharaan
Persyaratan secara lebih rinci ada di lampiran.
2. Penandaan/keabsyahan sertifikasi peralatan instalasi penerangan
1. Sistem standardisasi
2. Lembaga Akreditasi
2. Sistem akreditasi Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM)
3. Sistem akreditasi Lembaga Sertifikasi Produk (LS Pro)
4. Sistem akreditasi Laboratorium Uji dan Kalibrasi
5. Sistem akreditasi Lembaga Inspeksi
6. Sistem sertifikasi produk
7. Sistem sertifikasi sistem mutu
3. Keabsyahan sertifikasi instalasi penerangan
1. Peraturan perundang-undangan
2. Peraturan sertifikasi dan akreditasi
3. Lembaga Sertifikasi instalasi listrik domistik dan non domistik
1.4 Ruang lingkup lingkup pengawasan k3
instalasi penerangan

Objek pengawasan K3 Instalasi Penerangan meliputi:


• Instalasi APP (Alat Pembatas Dan Pengukur)
• Instalasi PHBK (Perlengkapan Hubung Bagi Dan Kontrol)
• Instalasi sakelar
• Instalasi kotak kontak
• Instalasi armatur lampu
• Instalasi pembumian
• Instalasi kabel/pipa
• Material pendukung lainnya di tempat kerja.
Lanjutan 1.3.3.

PHB
akhir

Sirkit cabang Sirkit akhir

Sumber/ Sirkit
APP cabang Sirkit akhir

PHB
Utama Sirkit akhir
PHB
akhir
2.1 Proteksi untuk keselamatan

 Proteksi dari kejut listrik


- Proteksi dari sentuh langsung
- Proteksi dari sentuh tak langsung
 Proteksi dari efek termal
 Proteksi dari arus lebih
- Proteksi dari bahaya arus hubung
pendek
- Proteksi dari bahaya arus beban lebih
 Proteksi dari tegangan lebih
2.2 Proteksi perlengkapan dan instalasi listrik

 Pada setiap perlengkapan listrik harus tercantum dengan


jelas: nama atau merek dagang, daya, tegangan dan atau
arus pengenal, data teknis lain sesuai persyaratan SNI
 Perlengkapan listrik yang boleh dipasang hanya yang
memenuhi persyaratan PUIL 2000
 Setiap perlengkapan listrik tidak boleh dibebani melebihi
kemampuannya
 Instalasi yang baru dipasang atau mengalami perubahan
harus diperiksa dan diuji ulang dulu sesuai ketentuan
mengenai:
- resistans isolasi,
- sistem proteksi pemeriksaan dan
- pengujian instalasi listrik
 Instalasi listrik dapat dioperasikan setelah memenuhi
syarat teknis dan mendapat ijin/sertifikat
2.3 Persyaratan perancangan

 Harus memperhatikan keselamatan dan berfungsinya instalasi


 Karakteristik suplai: macam arus, macam dan jumlah penghantar,
tindakan proteksi yang melekat pada suplai, persyaratan khusus
dari perusahaan suplai.
 Macam dan dan besar serta lokasi kebutuhan akan listrik
 Suplai darurat, bila dibutuhkan
 Kondisi lingkungan a.l.: iklim, biologis, bahan kimia aktif, bahan
mekanis aktif, cairan pengotor, kondisi mekanis, gangguan listrik
dan elektromekanis
 Luas dan macam penampang penghantar harus ditentukan sesuai
dengan: suhu maksimum yang diijinkan, susut tegangan yang
diijinkan, stres elektromagnetis yang mungkin terjadi karena
hubung pendek, stres mekanis yang mungkin dialami penghantar
 Jenis pengawatan dan cara pemasangan
 Gawai proteksi yang diperlukan
 Gawai pemisah
 Ruang kerja di sekitar perlengkapan listrik
2.4 Pemilihan perlengkapan listrik.
 Setiap bagian perlengkapan listrik yang digunakan dalam
instalasi listrik harus memenuhi PUIL 2000 dan standar
yang berlaku (SNI)
 Setiap bagian perlengkapan listrik yang dipilih harus
mempunyai karakteristik yang sesuai dengan nilai dan
kondisi yang mendasari perancangan instalasi listrik.
 Perlengkapan listrik harus mampu terhadap tegangan
kontinyu
2.5 Pemeliharaan

 Dimaksudkan agar instalasi selalu baik dan bersih sehingga


instalasi berfungsi dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
 Meliputi program pemeriksaan, perawatan, perbaikan dan
pengujian ulang
 Ketentuan pemeliharaan a.l.:
- Seluruh instalasi listrik termasuk pengaman, pelindung, papan
pengenal, rambu peringatan serta bangunan instalasinya harus
terpelihara dengan baik.
- Secara berkala instalasi harus diperiksa dan diperbaiki
- Pelindung dan pengaman yang dibuka selama pemeliharaan,
harus segera dipasang kembali
 Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan a.l.:
- Gejala kerusakan/ketidakwajaran harus segera dicari dan
diperbaiki.
- Tanda pengingat, rambu peringatan, tersedianya penerangan.
3. PEMASANGAN INSTALASI
1. Ketentuan Pemasangan Instalasi.

1.1 Gambar Instalasi.


Pemasangan instalasi dilakukan berdasarkan gambar
berikut :

1. Gambar Situasi
Letak bangunan dimana instalasi akan dipasang.
2. Gambar Instalasi
– Rencana penempatan bahan instalasi
– Rencana penyambungan
– Hubungan antara peralatan, sarana pelayanan dan PHB
3. Diagram instalasi garis tunggal
– Diagram PHB
– Bahan yang dipakai
– Ukuran dan jenis penghantar
– Sistem pembumian
Lanjutan 1.1

4. Gambar rinci bahan instalasi


• Dimensi PHB dan cara pemasangan.
• Cara pemasangan perlengkapan instalasi.
• Cara pemasangan penghantar.
• Cara kerja instalasi kontrol (kalau ada)

Contoh gambar instalasi tersebut


(Lihat gambar pada halaman tersendiri)
1.2 Ketentuan dalam pemasangan instalasi listrik :

1. Pemasangan instalasi terikat pada peraturan peraturan yang


bertujuan pada :
• Aspek pengaman terhadap manusia, barang, mahluk hidup
lain dan terhadap lingkungan yang bertitik berat pada
keamanan.
• Aspek pelayanan penyediaan tenaga listrik yang aman,
efisien dan terjaga kontinuitasnya.
2. Mengingat kedua hal diatas, maka pemasangan instalasi harus
ketat mengikuti ketentuan yang berlaku (dalam PUIL atau
peraturan-peraturan terkait lain).
3. Pada saat ini berkembang bahwa konstruksi instalasi dan
kelengkapannya juga dilihat dari segi / aspek estetika sebagai
bahan hiasan serta kemudahan dalam operasionalnya
(misalnya : remote controlled contactor).
2 Perlengkapan Instalasi Dan Bahan Instalasi

2.1. Perlengkapan instalasi harus dipasang sedemikian rupa


sehingga tidak membahayakan, harus tahan terhadap
kemungkinan kerusakan mekanis, termal, kimiawi, biologis
(jamur), kontaminasi medan elektromagnetik.

2.2. Bahan Instalasi :


2.2.1. Isolator, digunakan untuk penyangga hantaran listrik dimana
diperlukan.
Pemasangannya harus kuat, tidak ada gaya mekanis kecuali
hanya dari hantaran yang disangga. Jarak antar isolator 3 cm.
contoh : isolator rol.
Lanjutan 2.2.1.

2.2.2. Pipa instalasi.


• Untuk instalasi di dalam gedung / tembok, digunakan pipa
instalasi berupa :
- Pipa baja galvanish atau dicat meni.
Pada ujung pipa harus dipasang pelindung / selubung
masuk (tule) untuk melindungi kabel terhadap bagian
tajam pipa.
- Pipa PVC yang mempunyai sifat tahan terhadap bahan
kimia tidak menjalarkan nyala api dan mudah digunakan
serta mempunyai daya isolasi yang baik.
- Pipa fleksibel (corrugated plastic pipe).
• Pembengkokan pipa harus dilaksanakan sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi deformasi. Pembengkokan mengikuti
aturan
3 D untuk PVC.
4 D untuk pipa baja dengan ukuran 16 mm2 atau 5/8 inci.
Lanjutan 2.2.2.

• Pipa instalasi ditanam sedemikian rupa dengan sempurna dan


dijepit dengan klem yang cocok. Jarak klem/alat penopang
maksimum 1 meter.

• Khusus untuk pipa baja non seamless (kampuh terlipat) :


- Tidak boleh dibengkokan.
- Bagian yang terlipat harus menghadap ke dinding.

2.2.3. Benda bantu.


• T-Distribusi atau kotak sambung
Umum dikenal dengan nama T-doos
Penyambungan kabel dalam instalasi pipa hanya boleh
dilakukan dalam kotak sambung

Jenis-jenis kotak sambung :


• Kotak normal
Lanjutan 2.2.3.

• Kotak sentral
• Kotak banula
• Kotak rangkaian ganda
(lihat gambar)

2.2.4. Las dop.


Ikatan bagian konduktif antar kabel harus memakai pelindung.
Tidak diperkenankan bagian konduktif terlihat secara fisik. Isolasi
sambungan minimal harus menyentuh isolasi penghantar / kabel
yang disambung.
Dalam satu lasdop tidak boleh di sambung lebih dari 3 kawat.

2.2.5. Terminasi kabel.


Sambungan kabel dapat juga memakai terminal kabel dengan
ukuran yang sesuai.
Lanjutan 2.2.5.

2.2.6. Kotak dinding


Umum dikenal sebagai “mangkok KK” untuk sarana penempatan
kotak kontak pada dinding beton.
Bahannya harus baik, tahan terhadap korosi kimia.

2.2.7. Sakelar
• Sakelar adalah gawai pemutus dan penyambung rangkaian
listrik
terdiri atas :
– Pemisah, untuk memisah atau menyambung tanpa beban
atau dengan beban sangat kecil.
– Sakelar beban, Mempunyai kemampuan memutus
rangkaian listrik dalam keadaan berbeban dalam kerja
pemutusan sesaat, mempunyai kemampuan memadamkan
busur api, contoh MCB, MCCB.
Lanjutan 2.2.7.

• Jenis-jenis sakelar.
Sakelar-sakelar dapat dikelompokkan sesuai penggunaannya :
– Sakelar kotak, untuk menjalankan lampu penerangan,
antara lain sakelar satu/ganda, sakelar kecil, sakelar tukar,
sakelar silang.
– Sakelar tumpuk / paket, adalah sakelar putar jenis tutup
digunakan untuk beban-beban besar dengan rating di atas
16 A.
– Sakelar sandung, adalah sakelar untuk variasi perubahan
rangkaian listrik, misalnya hubungan lampu/motor dengan
rating beban minimum 16 A.
(lihat gambar)
– Sakelar tuas, adalah sakelar yang memiliki pisau-
pisau/kotak bergerak untuk pemakaian buka tutup
rangkaian beban berat.
contoh : Ohm sakelar
(lihat gambar)
Lanjutan 2.2.7.

– Sakelar giling, hampir sama dengan sakelar tuas, hanya


mekanisme tukarnya berbeda.
(lihat gambar).

2.2.8. Kontak tusuk


Digunakan untuk menghubungkan alat pemakai listrik yang
berpindah-pindah.
Konstruksinya terdiri dari :
• Kutub pemberi aliran.
• Kutub netral/nol/negatif.
• Kutub pembumian.
Konstruksinya sedemikian rupa, hingga bagian bertegangan tidak
terkena jari tangan.
Jenisnya terbuka (outbouw) atau tertutup (inbouw).
Variasinya banyak sekali (lihat gambar).
Lanjutan 2.2.8.

Adapun ketentuan pemasangannya adalah :


• Untuk sistem satu fasa, terminal netral ada di sebelah kanan.
• Untuk kotak dinding yang dipasang kurang dari 1,25 meter
harus dilengkapi dengan tutup atau lubang kontak yang
berputar.
• Untuk kotak lantai, ditempatkan tertutup yang dibuat khusus.
• Di dalam ruangan yang dilengkapi dengan kontak pengaman
tidak boleh ada kotak-kontak pengaman lain, kecuali sakelar
pemisah.
• Kemampuan kotak kontak sesuai dengan daya tersambung
atau minimal 10 Ampere.

2.2.9. Perlengkapan Hubung Bagi.


• Perlengkapan hubung bagi atau kerap disebut kotak hubung
bagi atau PHB merupakan titik simpul hubung bagi rangkaian
listrik.
Lanjutan 2.2.9.

• PHB harus terbuat dari bahan yang tidak dapat terbakar, tahan
lembab dan kokoh.
• Sirkit masuk dan keluar pada PHB terdiri :
- Sirkit utama.
- Sirkit cabang.
- sirkit akhir.
• Unsur terpenting PHB adalah :
- Komponen rel.
- Komponen pengaman.
- Komponen sakelar
(Contoh PHB, lihat gambar)

2.2.10. Elektroda pembumian.


• Elektroda pembumian merupakan bagian yang terpenting dari
pada sistem, baik untuk stabilitas sistem, sarana proteksi atau
keamanan lingkungan.
Lanjutan 2.2.10.

• Jenis elektroda :
- Elektroda pita : Terbuat dari penghantar berbentuk
pita atau bulat.
- Elektroda pelat : Terbuat dari logam utuh atau
berlubang, pada umumnya ditanam
secara dalam.
- Elektroda batang : Terbuat dari pipa besi, baja profil,
batang logam, yang digalvanizir atau
di lapis lapisan tembaga. Elektroda
ini dipancangkan dalam tanah.
2.2.11. Penghantar / kabel.
• Bagian terpenting dari suatu instalasi adalah penghantar, baik
terisolasi / kabel, atau tak berisolasi / telanjang.
• Jenis dan nomenlakturnya beragam (memakai istilah ex.
Jerman).
• Bahan isolasi kabel terbuat bermacam (PVC, Kertas, XLPE, PE,
dan lain-lain).
Lanjutan 2.2.11.

• Bahan penghantar terbuat dari tembaga, aluminium, aldrey,


almelec, dan saat ini yang sedang dikembangkan campuran
bahan serat keramik.
• Macamnya dapat bersifat kaku/keras atau lembut
(berpilin/fleksibel).

2.2.12. Jalur Instalasi.


Jalur instalasi dimaksudkan untuk menunjang konstruksi instalasi,
antara lain kabel trunk, rak kabel, dan lain-lain yang tujuan
utamanya adalah mencegah penghantar memikul beban mekanis.
3. Persyaratan Pemasangan PHB
Instalasi Penerangan

3.1. Perlengkapan hubung bagi meliputi :


3.1.1. Panel Hubung Bagi.
3.1.2. Kotak Kontak.
3.1.3. Kotak Kontak Biasa.
3.1.4. Kotak Hubung Bagi.

3.1.5. PHB harus dipasang :


• Terlihat rapi, teratur.
• Pada ruang yang cukup luas untuk operasi dan
pemeliharaannya, tanpa bantuan tangga, meja atau
perkakas lainnya.
(lihat gambar pada lembar lain)
Lanjutan 3.1.5.

3.1.6. Penyambungan penghantar pada PHB :


• Harus menggunakan terminal, kecuali sudah tersedia
sarana sambung pada PHB.
• Rel terminal kabel masuk harus terpisah dari rel sambungan
daya.
(lihat gambar).
• Jika dipasok dari 2 sumber berbeda, sirkit suplai harus
diberi jarak minimal 5 cm.
• Tersedia ruang yang cukp luas, untuk pemeliharaan,
pemeriksaan, perbaikan, pelayanan dan tidak mengganggu
lalu lintas.
• Untuk PHB dalam ruang khusus mengikuti ketentuan pada
gambar.
Lanjutan 3.1.5.

PHB PHB 0,75 m

1,5 m 1,5 m 1,5 m

0,75 m

0,75 m

Bangunan dalam PHB harus terbuat dari bahan tidak dapat terbakar
Lanjutan 3.1.5.

• Semua mur, baut dan komponen penyambungan yang terbuat


dari logam yang dipakai untuk konstruksi sambungan pada PHB
harus terbuat dari / atau dilapisi logam pencegah karat, guna
menjamin kontak listrik yang sempurnya.
Sambungan dua jenis logam yang berlainan harus
menggunakan konektor khusus (bimetal).

3.2. Penandaan pada konstruksi instalasi PHB :


3.2.1. Tanda-tanda/identifikasi, tujuan pelayanan/sirkit, harus terlihat
jelas/tidak mudah hapus, lengkap dengan bagan satu garis
dengan keterangannya.
3.2.2. Tanda-tanda warna, setiap fasa, netral, pembumian harus jelas
dan nyata.

(lihat gambar)
Lanjutan 3.2.2.

3.3. Pemasangan sakelar masuk.


3.3.1. PHB minimal harus dipasang satu sakelar masuk, sedangkan
pada setiap penghantar keluar setidaknya dipasang satu sakelar
pengaman proteksi arus (pengaman lebur, MCB, MCCB atau
sejenisnya)
3.3.2. Batas kemampuan sakelar masuk minimal 10 A dan arus
minimum sama dengan KHA penghantar.
3.3.3. Sakelar masuk harus diberi tanda khusus untuk membedakan
dengan yang lain atau diberi jarak minimal 5 cm terhadap
sakelar keluar.
3.3.4. Sakelar masuk tidak perlu dipasang pada kondisi :
• Berjarak 5 meter dari PHB hulunya.
• Diganti pemisah namun pada sirkit keluar dipasang sakelar
keluar.
• Bantuan dari sakelar bantu
(lihat gambar)

Pada prinsipnya pada suatu instalasi PHB harus ada sakelar


untuk memutus beban dan satu proteksi arus
Lanjutan 3.3.4.

3.4. Pemasangan sakelar keluar


Sakelar sirkit keluar PHB harus dipasang pada instalasi jika :
3.4.1. Mensuplai minimal 3 PHB disisi hilir.
3.4.2. Memasok 3 motor atau lebih dengan harga minimal diatas 1,5
kw dalam ruang yang sama.
3.4.3. Sirkit keluar mempunyai arus nominal minimal 100 A.

3.5. Konstruksi sirkit keluar PHB


Jumlah sirkit keluar PHB dibatasi dan diatur :
3.5.1. Maksimum 6 sirkit keluar.
3.5.2. Kelompok penerangan tersendiri.
3.5.3. Kelompok instalasi tenaga tersendiri.
3.5.4. Sambungan fasa tunggal/fasa tiga masing-masing tersendiri.

3.6. Konstruksi perletakan pengaman lebur, sakelar


3.6.1. Pada sirkit masuk, pengaman lebur di pasang sesudah sakelar.
3.6.2. Pada sirkit keluar, pengaman lebur dipasang, sesudah sakelar.
3.6.3. Konstruksi pengkabelan harus dihindarkan adanya induksi
magnetik yang menyebabkan panasnya kerangka pelindung
akibat arus pusar.
Lanjutan 3.6.3.

3.7. Konstruksi pemisah


3.7.1. Pemisah harus di pasang pada sirkit masuk dan semua sirkit
keluar.
3.7.2. Kedua sisi pemutus.
(lihat gambar)
Tanda “buka” (O) dan “tutup” (I) harus terlihat jelas.
3.7.3. Konstruksi pemisah tidak boleh :
• Terbuka sendiri akibat getaran
• Terbuka sendiri akibat gaya berat sendiri.

3.8. Jarak minimum bagian konduktif tak berisolasi


Jarak minimum bagian konduktif dengan bagian konduktif lain, dengan
BKT harus sekurang-kurangnya 5 cm + 2/3 X KV sistem = 5 cm + 2/3
x 1 kV ≈ 6 cm (untuk tegangan rendah), kecuali jarak dengan bagian
belakang PHB.

3.9. Konstruksi sambungan pembumian pada PHB


Sambungan kabel pembumian pada PHB harus memperhatikan sistem
pembumian yang dianut.
3.9.1. Bila rel proteksi pada PHB utama dihubung ke rel netral (sistem
TNC), rel tersebut harus dibumikan.
Lanjutan 3.9.1.

3.9.2. Bila rel proteksi pada PHB utama terpisah dari rel netral (sistem
TT), maka hanya rel proteksi saja yang dibumikan.
3.9.3. Bila sakelar masuk di lengkapi GPAS / ELCB, rel netral tidak
boleh dibumikan.

3.10. PHB tertutup.


3.10.1. Kedudukan pemisah harus dapat dilihat dengan jelas.
3.10.2. Perlindungan pemisah adalah sedemikian sehingga pada
keadaan terbuka semua bagian bertegangan cukup aman
terhadap tegangan sentuh.
3.10.3. Konstruksi pengkabelan adalah sedemikian rupa. Pengukuran,
pemeriksaan, pembumian dan penghubung singkat harus dapat
dilakukan dengan mudah.
3.10.4. Semua BKT harus dihubung ke terminal pembumian.
Penyambungan dilakukan dengan sepatu kabel. Bagian Pintu
dihubung dengan kabel pita.
3.10.5. Semua kabel-kabel di dalam PHB baik untuk penyambungan,
lampu indikator, pengukuran harus dibuat seminimum mungkin
dan teratur jalurnya.
Lanjutan 3.10.5.

3.11. Konstruksi PHB pasangan luar.


3.11.1. Semua perlengkapan PHB harus dari material tahan cuaca
(galvanized).
3.11.2. Harus dihindari adanya genangan air pada PHB.

3.12. Instalasi lemari hubung bagi, kotak hubung bagi


dan meja hubung bagi
LHB, KHB dan MHB adalah bentuk-bentuk dari PHB tertutup.
3.12.1. LHB, KHB, MHB harus dipasang pada tempat yang bebas
lembab, kering, berventilasi cukup dan tidak terkena hujan.
3.12.2. Bila pintu terbuka ke depan secara maksimal, jarak ujung
pintu dengan dinding minimal 45 cm.
3.12.3. Pada instalasi di tempat umum harus diberi dudukan minimum
setinggi 1,2 meter dari tanah.

3.13. PHB tertutup pasangan luar


Konstruksi dan penempatan, harus memperhatikan :
3.13.1. Ikatan dudukan kokoh tidak mudah roboh.
3.13.2. Lubang ventilasi di pasang, sehingga binatang kecil dan benda
kecil tidak bisa masuk / dimasukkan
Lanjutan 3.13.2.

3.13.3. Tidak ada komponen perlengkapan hubung bagi yang terlihat


dari luar, pintu lemari PHB harus dikunci.
3.13.4. Semua bagian metal (lemari PHB) non tegangan harus di bumi.
3.13.5. Lemari PHB harus dipasang pada tempat bebas banjir.

3.14. PHB terbuka pasangan dalam.


3.14.1. Lokasi PHB harus diisolasi dengan pembatas fisik
3.14.2. Jika pagar terbuat dari logam harus dibumikan
3.14.3. Tidak boleh ditempatkan dekat saluran gas.
3.14.4. Ruang bebas dibelakang PHB yang tidak terpasang pada ruang
khusus, harus dipagar terkunci.
3.14.5. Jika panjang PHB maksimum 1,2 m dan lebar ruang bebas
dibelakang lebih kurang 0,3 meter pekerjaan instalasi kabel /
terminasi harus dibuat dengan mudah.
3.14.6. Dinding di belakang PHB tidak boleh terbuat dari bahan mudah
terbakar atau logam.
3.14.7. LHB atau KHB pada perumahan dipasang minimal 1,5 meter
diatas lantai, berjarak minimal 2,5 meter dari ruang cuci dan
tidak boleh dipasang di kamar mandi/tempat cuci/kamar
kecil/diatas kompor/diatas bak air.
Lanjutan 3.14.7.

3.15. Instalasi pengkabelan pada sakelar, pemisah,


pengaman lebur dan pemutus.
3.15.1. Mekanisme buka-tutup (switching) agar diperhatikan semua
kutub fasa-netral dapat dibuka atau ditutup secara bersama.
3.15.2. Pada pengaman dengan sistem TNC (khususnya pada JTR,
penghantar netral tidak boleh diputus.
3.15.3. Pada pengaman sistem TT dan IT, semua fasa-netral dibuka-
tutup bersama, demikian pula jika transfer beban ke generator
cadangan.
3.15.4. Sambungan kabel adalah sedemikian, sehingga bagian
bergerak tidak boleh bertegangan.

3.16. Instalasi proteksi pada PHB


3.16.1. Pemasangan pemutus dan pengaman lebur harus mempunyai
daya hubung singkat, sekurang-kurangnya sama dengan daya
hubung pendek pada PHB tersebut.
3.16.2. Pengaman lebur type D dengan I nominal 25 A tidak boleh
dipasang dibelakang pengaman lebur dengan I nominal
minimum 200 A, tanpa proteksi perantara.
3.16.3. Sakelar tidak boleh dipasang pada penghantar pembumian,
kecuali pada penghantar netral atau nol.
4. Persyaratan Pemasangan Instalasi Penghantar

4.1. Persyaratan Umum

4.1.1 Pemasangan instalasi penghantar harus memakai bahan yang


sesuai dengan kegunaannya dan ketentuan pemasangannya
untuk mendapatkan unjuk kerja yang optimal

4.1.2. Ukuran penghantar dinyatakan dalam ukuran luas penampang


penghantar intinya dan satuannya dalam mm2

4.1.3. Pemakaian tegangan pengenal kabel penghantar tegangan


rendah adalah 230/400 (300) V, 300/520 (400) V, 400/690 (600)
V, 450/750 (690) V, 0,6/1 kV (1,2 kV).
Lanjutan 4.1.3.

4.2. Pemilihan instalasi kabel berdasarkan identifikasi


4.2.1. Guna mendapatkan kesamaan pengenal mengenai penggunaan
kabel pada instalasi digunakan teknik identifikasi warna atau
huruf atau lambang.

• Fasa-1 L1/R - merah - U/X


• Fasa-2 L2/S - kuning - V/Y
• Fasa-3 L3/T - hitam - W/Z
• Netral N - biru
• Pembumian PE - loreng – hijau kuning
• Kutub positip L+
• Kutub negatip L-
• Kawat tengah m

4.2.2. Kabel berwarna putih tidak dipakai untuk pemasangan luar


yang terkena matahari/hujan, namun dipakai kabel warna
gelap.
Lanjutan 4.2.2.

4.3. Kabel tanah


4.3.1. Pemasangan kabel tanah harus pada kedalaman minimum 70 cm
dengan memakai pasir minimum setebal 5 cm diatas kulit kabel.

4.3.2. Jarak mendatar dua kabel tanah diudara yang berdekatan


minimal 2 D (D = diameter luar)

4.3.3. Jarak vertikal antara dua kabel tanah diudara adalah minimum
30 cm

(lihat gambar)
Lanjutan 4.3.3.

4.4. Jalur Penghantar


4.4.1. Instalasi penghantar dipasang pada jalur kabel untuk memegang
atau menopang kawat.
Jalur penghantar dapat terbuat dari logam atau bahan isolasi
yang diizinkan. Bila terbuat dari logam, jalur tersebut harus
dibumikan.
4.4.2. Jenis-jenis jalur penghantar.
• Pemakaian datar penghantar permukaan.
• Pemakaian bawah lantai
• Jalur penghantar sel
• Jalur penghantar kerangka
• Jalur kawat
4.4.3. Pemilihan material jalur tersebut harus memenuhi syarat :
• Dilindungi terhadap korosi
• Terhindar dari kemungkinan rusak berat
• Tidak dipasang ditempat berbahaya
• Jumlah penghantar perjalur sesuai ketentuan
4.4.4. Penggunaan jalur penghantar hanya pada konstruksi bangunan
yang dirancang untuk maksud tersebut.
Lanjutan 4.4.4.

4.5. Ketentuan Instalasi Pemasangan Penghantar


4.5.1. Pemasangan instalasi kabel harus diteliti atas daerah
penggunaannya (lihat tabel PUIL 7.1-3 s/d 7.1-6).
4.5.2. Baik, aman dan terjamin kontinuitas kerjanya.
4.5.3. Tahan terhadap gaya mekanis, getaran, atau akibat hubung
pendek.
4.5.4. Terlindung terhadap kerusakan mekanis baik dengan
pemasangan yang tepat ataupun dengan pipa selubung.
4.5.5. Pada jarak yang terjangkau tangan penghantar harus diberi
pelindung yang sesuai.
4.5.6. Hanya penghantar jenis kabel boleh dimasukkan dalam pipa
4.5.7. Pada pemasangan dibawah plesteran, kabel inti tunggal harus
dimasukkan dalam pipa, kecuali kabel multicore dengan
pelindung khusus (misal : NYM, NYY).
4.5.8. Pemasangan instalasi harus tegak lurus atau mendatar
4.5.9. Pemasangan dalam pipa hanya boleh pada kabel untuk satu
sirkit saja, berikut sirkit bantunya, kecuali kabel dengan inti
banyak.
Lanjutan 4.5.9.

4.5.10. Jumlah kabel dalam pipa ditentukan secara khusus (lihat


tabel)
4.5.11. Apabila terpaksa haus memasang instalasi beberapa sirkit
daya yang berbeda, harus dipilih kabel dengan identifikasi
tegangan yang tertinggi.
4.5.12. Penghantar netral dari satu sirkit tidak boleh digunakan oleh
sirkit lain, kecuali pada rel netral PHB
4.5.13. Persilangan sirkit yang berlainan dalam kotak bagi asal tidak
terpotong tanpa isolasi tambahan
4.5.14. Sambungan kabel, selubung logam, pelindung konsentras,
lapisan pelindung mekanis harus terhubung mekanis, dan
dibumikan
4.5.15. Tidak boleh menggunakan bumi sebagai peghantar balik
(termasuk pipa air)
4.5.16. Jalur hantaran/pipa penghantar kabel listrik di dalam
bangunan harus dipasang berjarak minimal 1 cm dari jalur
telekomunikasi/instalasi arus lemah diluar bangunan harus
berjarak minimal 1 meter
4.5.17. Semua penghantar dalam instalasi bangunan harus berisolasi
masing-masing penghantar fasa, netral dan pembumian harus
terlihat jelas dan dapat diidentifikasi
4.5.18. Pemasangan kabel dalam tanah, atau kabel instalasi rumah
mengikuti ketentuan khusus. ( lihat tabel 7. 319 PUIL)
Lanjutan 4.5.18.

4.6. Ketentuan Sambungan Dan Sadapan


4.6.1. Penyambungan antar penghantar harus baik dan kuat, diberi
isolasi dan harus dilakukan di dalam kotak tarik atau kotak
hubung, kotak sambung atau mof (untuk kabel tanah)
4.6.2. Tata cara sambungan
• Selongsong dengan dan tanpa sekrup / baut.
• Dipress, disolder, dilas
• Dililit
• Dipilin
Semua sambungan harus diberi isolasi atau lasdop
4.6.3. Ukuran/penampang bahan sambungan harus sesuai dengan
ketentuan pemakaian bahan (jumlah inti, luas penampang
penghantar, jenis bahan)
4.6.4. Terminal penghubung hanya boleh untuk satu inti penghantar
4.6.5. Pemakaian terminal harus sesuai dengan spesifikasi
penggunaannnya
4.6.6. Semua sambungan kabel fleksibel harus tahan gaya gesek, gaya
tarik dan puntiran
4.6.7. Terminasi kabel flexible harus disolder
Lanjutan 4.6.7.

4.6.8. Sepatu kabel harus dijepit, sepatu kabel yang disolder tidak
boleh digunakan pada daerah yang bergetar
4.6.9. Sambungan dengan solder tidak boleh digunakan jika suhu (I²R)
dapat mencapai 120 °C
4.6.10. Sambungan kabel tanah harus memakai kontak sambung (mof)
dengan teknik tersendiri sesuai rekomendasi pabrik
4.6.11. Sambungan/hubungan hantaran berkawat banyak harus melalui
terminal kabel setelah disolder

4.7. Pemasangan kabel jenis NYA, NYAF, NGA


4.7.1. Kabel tanpa isolasi selubung (NYA,NYAF) tidak boleh di pasang
dalam/pada kayu dan tidak boleh langsung di dalam plester
harus di masukkan dalam pipa
4.7.2. Jarak minimum kabel tanpa selubung tersebut terhadap
bangunan adalah 1 cm, atau di masukkan dalam pipa yang
sesuai
4.7.3. Jarak bebas antar kabel tanpa selubung adalah 3 cm minimum,
kecuali pencabangan
4.7.4. Pemasangan dengan rol hanya boleh 1 kabel/rol dan tidak boleh
dibelitkan kecuali pada isolator ujung untuk regangan
4.7.5. Pada ruang-ruang lembab harus di masukkan dalam pipa
Lanjutan 4.7.5.

4.8. Kabel Instalasi Terselubung (Nym, Nyy)


4.8.1. Boleh dipasang langsung dalam plesteran, diruang lembab,
langsung pada bagian bangunan. Namun lapisan pelindung
tidak boleh terkelupas.
4.8.2. Jarak antar klem kabel minimal 50 cm
4.8.3. Penyambungan harus tetap pada kotak T dan diberi isolasi
(lasdop) serta tertutup
4.8.4. Apabila memakai kabel dengan pelindung logam keras
(NYRAMZ) tidak boleh pada ruang lembab

4.9. Kabel Instalasi Pipih


4.9.1. Instalasi kabel instalasi pipih hanya pada tempat kering
4.9.2. Boleh dibawah plesteran langsung
4.9.3. Tidak boleh di pasang bertumpuk- tumpuk
4.9.4. Pemasangan tidak boleh merusak isolasi
4.9.5. Penyambungan hanya boleh pada kotak T dan diberi isolasi
(lasdop).
Lanjutan 4.9.5.

4.10. Kabel Instalasi Yang Fleksibel Dan “Fleksibel”


4.10.1. Sejauh mungkin dihindari untuk instalasi bangunan, kecuali
untuk kabel lampu gantung namun harus bebas gaya mekanis
4.10.2. Perlengkapan listrik yang memakai kabel fleksibel bila
terhubung secara tetap, harus melalui klem pada kotak
permanen.
4.10.3. Bila terjadi beban tarik, kabel fleksibel harus
diklemp/diikat/dijepit.

4.11. Pemasangan Kabel Dalam Pipa


4.11.1. Jumlah jenis kabel NYA,NGA harus di masukkan dalam pipa
(lihat uraian kabel tanpa selubung)
4.11.2. Jumlah kabel dalam pipa harus sesuai ketentuan (lihat PUIL,
tabel 7.8-1 dan 7. 8-2)

4.12. Pemasangan Kabel Tanah

Lihat uraian saluran kabel tanah tegangan rendah


5. Ketentuan Pemasangan Instalasi
Pembumian

5.1. Pemasangan instalasi pembumian dilakukan dengan


elektroda bumi berupa :
5.1.1. Elektroda batang : terbuat dari pipa besi, baja profil atau
barang yang di tanam dengan kedalaman minimum 2,5 meter.
5.1.2. Elektroda pita : terbuat dari penghantar berbentuk pita atau
berpenghantar bulat, ditanam secara dangkal secara radial, jaring
dengan kedalaman 0,5 – 1,0 meter.
5.1.3. Elektroda pelat : terbuat dari bahan logam utuh, berlubang,
umumnya ditanam secara dalam dengan kedalaman 0,5 – 1,0
meter, 1 meter dibawah permukaan tanah.

5.2. Elektroda tersebut ditanam dengan bermacam cara,


sasarannya adalah mendapatkan nilai resistan
sebesar maksimum 5 ohm.

Catatan : Untuk instalasi rumah tinggal, sesuai ketentuan di negeri


Belanda, sebesar maksimum 1,6 ohm.
Lanjutan 5.2.

5.3. Pada titik sambungan elektroda dengan penghantar


pembumian harus dilakukan dengan klem anti korosi,
klem sewaktu dapat dibuka untuk maksud
pengetesan / uji nilai resistansi.

5.4. Jika diperlukan paralel dua elektroda atau lebih, jarak


elektroda adalah :
5.4.1. Elektroda pipa d = 2 X panjang pipa.
5.4.2. Elektroda pelat d = 3 meter minimal.

5.5. Pemasangan elektroda pita harus disusun simetris


dengan sudut jari-jari minimum 60
(lihat gambar)

5.6. Sambungan penghantar bumi dengan elektroda :


5.6.1. Mudah dicapai.
5.6.2. Bebas korosi.
5.6.3. Harus memakai klem / baut anti korosi minimum ukuran baut 10
4. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN INSTALASI

A. Pelaksanaan pemeriksaan/pengujian.
4.1. Pemeriksaan/pengujian meliputi :
4.1.1. Uji dokumen :
• Penyesuaian gambar rancangan dengan hasil pelaksanaan.
• Penyesuaian rencana penggunaan material dengan hasil
pelaksanaan berikut spesifikasinya.
• Penyesuaian pelaksanaan dengan ketentuan dan standard
yang berlaku.
4.1.2. Uji/pemeriksaan fisik instalasi meliputi:
* Pemeriksaan visuil terhadap keabsyahan/sertifikasi
peralatan yang dipasang dan spesifikasinya, hasil
pemasangan, penandaan, kodefikasi dengan warna/tanda.
* Resistansi pembumian
* Tahanan isolasi
* Kontinuitas pengawatan instalasi
* Polaritas instalasi
* Pengawatan pembumian
* Unjuk kerja instalasi/peralatan penerangan
Lanjutan 4.1.3.

4.2. Uji coba (power frekwensi test).

4.3. Gambar hasil pelaksanaan (as built drawing) dengan keterangan / catatan
tentang instalasi tersebut termasuk cara penggunaannya harus dimiliki
oleh pemilik bangunan untuk keperluan pemeriksaan ulang.

B. Membuat laporan/analisa pemeriksaan dan


cara
pengisian chect list pemeriksaan/penilaian
(terlampir)
BAB III. EVALUASI PEMBELAJARAN

Untuk mengukur penyerapan materi


pembelajaran instalasi penerangan,
dilakukan evaluasi pembelajaran
yang dilakukan dengan cara
memberikan pertanyaan pilihan
ganda yang mencakup kompetensi di
bidang ini.
BAB IV. REFERENSI
1. Himpunan Peraturan Perundang-
undangan K3
2. KEPMENAKERTRANS No.
75/MEN/2002
3. PUIL 2000
SISTEM SERTIFIKASI PERALATAN DAN
INSTALASI LISTRIK PENERANGAN
1. Penandaan/keabsyahan sertifikasi peralatan instalasi
penerangan
1. Sistem standardisasi
2. Lembaga Akreditasi
2. Sistem akreditasi Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM)
3. Sistem akreditasi Lembaga Sertifikasi Produk (LS Pro)
4. Sistem akreditasi Laboratorium Uji dan Kalibrasi
5. Sistem akreditasi Lembaga Inspeksi
6. Sistem sertifikasi produk
7. Sistem sertifikasi sistem mutu
2. Keabsyahan sertifikasi instalasi penerangan
1. Peraturan perundang-undangan
2. Peraturan sertifikasi dan akreditasi
3. Lembaga Sertifikasi instalasi listrik domistik dan non
domistik

Anda mungkin juga menyukai