Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

INSTALASI PENERANGAN

Disusun oleh:

Nama : Ahmad Tathmainul QulubiMutsanna


Kelas : 2-A
Absen/NIM : 22/2002321026
Nama Kelompok : Ahmad Tathmainul Qulubi Al Mutsanna
Muhammad Nuruzzaman
Grup/Kelompok : 4a
Penguji/Pembimbing : P. Jannus Marpaung dan
Ir. Benhur Nainggolan, MT.

Jurusan Teknik Mesin


Politeknik Negeri Jakarta
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Program studi teknik konversi energi adalah salah satu program studi yang
ada pada jurusan teknik mesin di politenik negeri jakarta. Program teknik konversi
energy memiliki keahlian pada bidang mesin dan kelistrikan. Untuk memenuhi
standar keahlian pada bidang listrik salah satunya yaitu praktikum instalasi listrik.

Pada materi ini, sub bab instalasi yang perlu dipahami adalah instalasi
penerangan, dan mahasiswa di tuntut agar bisa memahami dan menerapkan
gambar teknik instalasi penerangan, serta teknik instalasi penerangan itu sendiri.

Diharapkan pula, mahasiswa dapat menerapkan prinsip-prinsip dalam


perencanaan instalasi listrik sesuai Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL)
2000, dan menerapkan prinsip: keamanan, keandalan, kemudahan tercapaian,
ketersediaan, keindahan dan ekenomis.

1.2. TUJUAN PRAKTIKUM


Adapun tujuan diadakannya praktikum instalasi listrik penerangan bagi
mahasiswa adalah :

1. Mahasiswa dapat mengetahui peralatan dan bahan yang digunakan untuk


instalasi listrik beserta fungsinya.
2. Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori yang didapat pada semester
sebelumnya.
3. Mahasiswa dapat membaca dan mengaplikasikan gambar instalasi
listrik.
4. Mahasiswa dapat memperbaiki kesalahan pada rangkaian kelistrikan.
5. Mahasiswa dapat melakukan instalasi KWH meter.
6. Mahasiswa dapat membandingkan energi terukur dengan KWH meter
dan hasil pengukuran.
7. Mengevaluasi diri tentang wawasan pengetahuan dan keterampilan.
8. Bertanggung jawab dengan praktikum yang dilakukan.
9. Menghasilkan tenaga yang memiliki keahlian profesional.
1.3. KEGIATAN PRAKTIKUM
Pelaksanaan praktikum instalasi listrik penerangan teknik konversi energi
dilaksanakan secara bertahap yaitu sebagai berikut :

1. Menggambar rangkaian percobaan.


2. Pemasangan pipa untuk pelindung kabel.
3. Pemasangan kabel.
4. Pengecekan bahwa instalasi berfungsi.
5. Memperbaiki kesalahan pada rangkaian kelistrikan.
6. Pemasangan beban dan KWH meter.
7. Membandingkan hasil energi terukur dengan KWH meter dan hasil
perhitungan.

1.4. TATA TERTIB LABORATORIUM TEKNIK KONVERSI


ENERGI
1. 5(lima) menit sebelum praktikum dimulai, mahasiswa sudah berada dalam
ruang laboratorium listrik.
2. Mahasiswa harus memakai pakaian laboratorium.
3. Mahasiswa harus memakai sepatu dan tidak boleh berambut panjang.
4. Mahasiswa tidak dibenarkan memakai perhiasan dan membawa senjata
tajam atau membawa tas ke dalam ruang praktikum.
5. Tidak dibenarkan merokok, makan – makan dan membuang sampah di
dalam ruang laboratorium.
6. Mahasiswa tidak dibenarkan mengganggu atau menghidukpan mesin
sebelum ada perintah atau izin dari pembimbing.
7. Peminjaman alat atau perkakas harus dilakukan dengan mengisi formulir
yang disediakan.
8. Mahasiswa tidak dibenarkan masuk kedalam ruang alat atau toolroom.
9. Alat yang dipinjam harus sesuai dengan pekerjaan dan tidak boleh
berlebihan.
10.Selama praktikum harus mengikiuti ketentuan – ketentuan ataujobsheet
dan harus memperhatikan pengamanan dan keselamatan kerja.
11.Mahasiswa tidak dibenarkan keluar laboratorium selama jam praktek
berlangsung, kecuali seizin pembimbing yang bersangkutan.
12.Mahasiswa harus menjaga alat atau perkakas laboratorium.
13.Mahasiswa yang menghilangkan atau merusak alat harus mengganti
sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.
14.Jumlah alat perkakas yang dipakai atau digunakan harus sesuai sewaktu
mengembalikan.
15.Selesai jam pelajaran mahasiswa belum dibenarkan keluar ruangan
sebelum ruangan tersebut dibersihkan dan diatur dengan rapi.
16.Mahasiswa diperkenankan meninggalkan ruangan setelah ada intruksi dari
pembimbing atau jam praktikum sudah selesai.
BAB II
DASAR TEORI

Instalasi listrik dipergunakan untuk menyalurkan tenaga listrik ke alat-alat


yang memerlukan tenaga listrik. Instalasi listrik ini memakai perlengkapan
misalnya kawat penghantar, pengaman lebur, kotak pembagi, dan lain-lain.
Perlengkapan listrik ini ditempatkan dalam ruangan. Keadaan ruangan itu
tergantung pada tempat dan keperluan kerja. Untuk itu semua ada syarat-syarat
instalasi listrik baik untuk tegangan tinggi maupun untuk tegangan rendah.

2.1. PERATURAN INSTALASI LISTRIK YANG BERLAKU DI


INDONESIA
Maksud dan tujuan peraturan –peraturan instalasi listrik, ialah agar dapat
mewujudkan terselenggarakannya instalasidengan baik. Terutama yang
menyangkut:

1. Keselamatan manusia terhadap bahaya sentuhan serta kejutan arus.


2. Keamanan instalasi beserta peralatan listriknya.
3. Gedung serta isinya terhadap kebakaran akibat listrik.

2.1.1. PUIL 1997


PUIL 1977 adalah singkatan dari Peraturan Umum Instalasi Listrik
Indonesia tahun 1977. Peraturan dalam PUIL 1977, berlaku untuk
semua instalasi arus kuat, baik mengenai perencanaan, pemasangan,
pemeriksaan dan pengujian, pelayanan, pemeliharaan maupun
pengawasannya.

Peraturan dalam PUIL 1977 tidak berlaku:

1. Untuk bagian dari instalasi listrik dengan tegangan rendah yang


hanya dipergunakan untuk menyalurkan berita dan isyarat.
2. Untuk bagian dari instalasi listrik yang dipergunakan untuk
keperluan telekomunikasi dan untuk keperluan pelayanan kereta rel
listrik.
3. Untuk instalasi listrik dalam kapal laut, kapal terbang, kereta rel
listrik, dan kendaraan lain yang digerakkan secara mekanis.
4. Untuk instalasi listrik di bawah tanah dalam tambang.
5. Untuk instalasi listrik dengan tegangan rendah yang tidak
melebihi 25V dan daya tidak melebihi 100W.
6. Untuk instalasi listrik yang secara khusus diawasi oleh suatu
instansi yang berwenang, di bidang kelistrikan umum untuk
komunikasi, pengukuran, pengawasan, pembangkitan, transmisi
dan distribusi tenaga listrik di dalam daerah wewenang instansi
kelistrikan tersebut.

PUIL 1977 dapat juga dipergunakan untuk keperluan perasuransian.


Semua peraturan atau ketentuan lain di bidang instalasi listrik yang
berlaku sebelum ditetapkannya PUIL 1977 sepanjang tidak
bertentangan, masih tetap berlaku. Pada saat mulai diberlakukan PUIL
1977 oleh pihak yang berwenang, maka PUIL N.1.6. (AVE, N 2004)
tidak berlaku lagi.

2.1.2. PERATURAN-PERATURAN LAINNYA


Dalam memberlakukan peraturan PUIL 1977, harus pula diperhatikan
peraturan lain, yang berhubungan dengan peraturan instalasi listrik
yaitu:

1. Undang-undang dan peraturan mengenai keselamatan kerja yang


ditetapkan dalam undang-undang No. 1, tahun 1970.
2. Peraturan Bangunan Nasional.
3. PIL (Peraturan Instalasi Listrik) dan SPL (Syarat-syarat
Penyambungan Listrik) yang telah dikokohkan menjadi Peraturan
Menteri PUTL, dan ditetapkan pada tanggal 23 Maret 1978.
4. Peraturan mengenai kelistrikan yang berlaku dan tidak
bertentangan dengan PUIL 1977.

2.2. SYARAT-SYARAT INSTALASI LISTRIK


2.2.1. SYARAT EKONOMIS
Instalasi listrik harus dibuat sedemikian rupa sehingga harga
keseluruhan dari instalasi itu, ongkos pemasangan dan ongkos
pemeliharaannya semurah mungkin.Rugi-rugi daya listrik yang hilang
juga harus sekecil mungkin.

2.2.2. SYARAT KEAMANAN


Instalasi listrik harus dibuat sedemikian rupa sehingga kemung-
kinan timbul kecelakaan sangat kecil. Aman dalam hal ini berarti tidak
membahayakan jiwa manusia dan terjaminnya peralatan dan benda-
benda di sekitarnya dari kerusakan akibat adanya gangguan seperti:
gangguan hubung singkat, gangguan beban lebih, gangguan tegangan
lebih, dan sebagainya. Agar instalasi listrik tidak membahayakan jiwa
manusia, maka pemasangan instalasi listrik tersebut harus memenuhi
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Di
Indonesia peraturan-peraturan tersebut dikeluarkan oleh Departemen
PUTL, dan Jawatan Keselamatan Kerja. Apabila peraturan-peraturan
tersebut tidak dipenuhi maka Pengawas Keselamatan Kerja atau PLN
(untuk instalasi listrik yang disambung pada jaring distribusi milik
PLN) akan menolak atau tidak memberi izin pemasangan instalasi
listrik tersebut.

Untuk mengamankan instalasi listrik dari kerusakan-kerusakan


akibat gangguan-gangguan seperti hubungan singkat, beban lebih,
maupun tegangan lebih (akibat sambaran petir), pada instalasi tersebut
dipasang alat-alat pengaman yang sesuai, yaitu misalnya sekering,
otomat-otomat atau pemutus-pemutus hubungan yang digerakkan oleh
relay.

2.3. TEORI DASAR LISTRIK


Sebelum kita melangkah lebih jauh ada baiknya kita mengetahui teori
dasar listrik.Muatan listrik yang terdapat pada zat dapat digerakan dan
akhirnya menghasilkan arus listrik,hal ini karena adanya gaya yang
menggerakanya.Gaya listrik itulah yang dinamakan tegangan listrik.Satuan
tegangan listrik adalah volt(V).Volt adalah singkatan dari voltage.

2.3.1. ARUS LISTRIK


Arus listrik dalam penghantar adalah gerak elektron membawa
muatannegatif. Listrik mengalirkan arus dari tegangan yang tinggi
menuju tegangan yang lebih rendah.Benda yang menghasilkan arus
listrik di sebut sumber arus listrik.

Kuat arus adalah arus listrikyang mengalir melalui penghantar


selama satu detik dimana satuan kuat arus adalah ampere(A). Alat ukur
untuk arus listrik adalah ampere meter.

2.3.2. TAHANAN LISTRIK


Daya listrik adalah besarnya energy listrik yang diperlukan oleh
beban selama satu detik. Rumus energy listrik adalah W = V x I x t

W = Energi Listrik ( Joule ) I = Arus Listrik


( Ampere )

V = Tegangan ( Volt ) t = Waktu ( sekon )

Karena P adalah energy dalam satu detik, berarti t = 1 detik.


Sehingga rumus daya listrik adalah P = V x I

2.4. ALAT-ALAT INSTALASI LISTRIK


1. Obeng
Obeng yang digunakan pada instalasi listrik umumnya adalah obeng
minus dan obeng plus. Penamaan obeng sesuai dengan fungsi dan bentuk
ujung pada obeng. Fungsi dari obeng adalah untuk mengencangkan dan
membuka baut.

Gambar 2.4.1. Obeng minus

Gambar 2.4.2. Obeng plus


2. Tang pengupas kabel
Tang pengupas kabel berfungsi sebagai pengupas isolasi kabel. Diameter
pengupas kabel dapat disesuaikan dengan besar kabel dengan cara
memutar baut. Hal ini agar tidak terjadi bekas dari pengupasan kabel pada
tembaga.

Gambar 2.4.3. Tang pengupas kabel

3. Tang potong
Tang potong berfungsi untuk memotong kabel.

Gambar 2.4.4. Tang potong

4. Tang buaya
Tang buaya berfungsi untuk membuat mata itik. Disebut tang buaya
karena bentuknya seperti mulut buaya.
Gambar 2.4.5. Tang potong

5. Tang kombinasi
Tang kombinasi berfungsi untuk memotong kabel juga untuk melilit kabel.

Gambar 2.4.6. Tang kombinasi

6. Palu
Palu digunakan untuk memukul. Pada instalasi listrik palu digunakan
untuk memukul paku pada klem kabel.

Gambar 2.4.7. Palu

7. Meteran
Meteran berfungsi untuk mengukur panjang. Selain meteran juga dapat
digunakan mistar.

Gambar 2.4.8. Meteran

8. Test pen
Testpen berfungsi untuk mengetahui adanya aliran listrik atau tidak.
Ganbar 2.4.9. Test pen

2.5. BAHAN-BAHAN INSTALASI LISTRIK


1. Junction box
Junction box berfungsi sebagai terminal penyambung kabel, kabel hanya
boleh disambung di junction box. Disebut junction box karena berbentuk
kotak dan tempat untuk menghubungkan kabel.

Gambar 2.5.1. Junction box

2. L-bow
L-bow berfungsi untuk menghubungkan pipa yang satu dengan pipa yang
lain yang berbentuk sudut 900. Disebut L-bow karena bentuknya
menyerupai huruf L
Gambar 2.5.2. L-bow

3. Klem pipa
Klem pipa berfungsi untuk menempelkan dan memperkokoh pipa agar
tidak bergeser dari tempatnya.

Gambar 2.5.3. Klem pipa

4. Klem kabel
Berfungsi untuk menempelkan kabel agar tidak bergeser dari
kedudukannya.

Gambar 2.5.4. Klem kabel

5. Socket ( Stopkontak)
Socket dalam praktikum instalasi ini terdiri dari 2 macam yaitu socket 2
fasa dan socket 3 fasa untuk AC. Socket berfungsi untuk menyambungkan
daya listrik pada peralatan listrik.
Gambar 2.5.5. Socket 2 fasa Gambar 2.5.6. Socket 3 fasa untuk AC

6. Saklar
Saklar dalam praktikum ini terdiri dari 3 macam, yaitu saklar tunggal,
saklar seri dan saklar dua arah. Umumnya fungsi saklar adalah untuk
memutuskan dan menyambungkan aliran listrik. Fungsi saklar tunggal
adalah hanya untuk memutuskan juga menyambungkan aliran listrik dan
hanya terdapat 1 tombol. Fungsi saklar seri sama seperti saklar tunggal
hanya saja saklar seri memiliki 2 tombol. Fungsi khusus dari saklar dua
arah yaitu dapat memutus dan menyambungkan aliran listrik dari tempat
yang berbeda yang saling terhubung.

Gambar 2.5.7. saklar tunggal

Gambar 2.5.8. saklar seri


Gambar 2.5.9. saklar dua arah

7. Kabel
Kabel berfungsi sebagai penghantar listrik. Kabel dalam praktikum ini menggunakan kabel
NYA & NYM. Kabel NYM memiliki lapisan isolasi dua lapis, sehingga tingkat keamanannya
lebih baik. Kabel ini dapat dipergunakan dilingkungan yang kering dan basah, namun tidak
boleh ditanam. Sedangkan kabel NYA digunakan untuk arus yang lebih kecil , biasanya
digunakan untuk instalasi rumah dan sistem tenaga. Dalam instalasi rumah digunakan ukuran
1,5 mm2 dan 2,5 mm2. Berinti tunggal, berlapis bahan isolasi PVC, dan seringnya untuk
instalasi kabel udara. Kode warna isolasi ada warna merah, kuning, biru dan hitam. Kabel tipe
ini umum dipergunakan di perumahan karena harganya yang relatif murah. Lapisan isolasinya
hanya 1 lapis sehingga mudah cacat, tidak tahan air dan mudah digigit tikus. Agar aman
memakai kabel tipe ini, kabel harus dipasang salam pipa/conduit jenis PVC atau saluran
tertutup. Sehingga tidak mudah menjadi sasaran gigitan tikus , dan apabila ada isolasin yang
terkelupas tidak tersentuh langsung oleh orang .

Gambar 2.5.10. kabel NYM

Gambar 2.5.11 Kabel NYA

8. Main circuit breaker


Fungsi mini circuit breaker adalah sebagai pengaman. Apabila arus yang melewati atau arus yang
digunakan melebihi kapasitas mini circuit breaker maka otomatis aliran listrik tersebut akan
diputus. Mini circuit breaker biasa disebut MCB.

Gambar 2.5.12. Mini circuit breaker

9. Pipa
Pipa dalam instalasi listrik berguna sebagai pelindung kabel dan juga untuk mempermudah
perbaikan apabila ada kerusakan. Pipa instalasi harus cukup tahan terhadap tahanan mekanis,
tahan panas dan lembab serta tidak boleh menjalarkan api.

Gambar 2.5.13. Pipa

10. Kotak MCB


Kotak MCB berfungsi untuk melindungi MCB juga untuk menambah nilai estetika.

Gambar 2.5.14. Kotak MCB

11. Fiiting
Fitting adalah tempat kedudukan untuk lampu, fungsinya sebagai tempat kedudukan lampu.
Gambar 2.5.15. Fitting

12. Lampu
Lampu berfungsi sebagai penerangan, dalam praktikum ini lampu berfungsi sebagai beban.

Gambar 2.5.16. Lampu

2.6. ALAT UKUR INSTALASI LISTRIK


1. Merger
Merger digunakan untuk mengetahui berapa besarnya hambatan atau isolasi suatu rangkaian
listrik. Cara penggunaannya yaitu dengan menghubungkan kabel yang berbeda dengan penjepit
dari merger dalam 1 group atau line yang sama. Setelah itu tekan tombol test hingga angka
muncul.

Gambar 2.5.17. Merger

2. Multimeter/ Multitester
Ohm meter digunakan untuk mengetahui atau melakukan test apakah rangkaian sudah sesuai
gambar instalasi listrik atau belum. Caranya yaitu dengan melakukan kalibrasi terlebih dahulu.
Kemudian dengan meletakkan salah satu test led pada kabel yang terhubung dengan saklar dan
test led yang lainnya pada fitting atau socket.
Gambar 2.5.18. Multimeter

Gambar 2.5.19. Contoh penggunaan ohm meter

3. KWH meter
KWH meter berfungsi sebagai berapa konsumsi daya yang telah digunakan dalam satuan
kilometer perjam.

Gambar 2.5.20. KWH meter


BAB III
LANGKAH KERJA

3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Praktikum

Lokasi : Laboratorium Teknik Konversi Energi, Politeknik Negeri Jakarta


Waktu : Praktikum ini dilaksanakan setelah kami melaksanakn praktikum instalasi
motor dan dilakukan setalah uts selama 5 pertemuan

3.2. Alat dan Bahan Praktikum

No. Nama Alat Jumlah


1. Junction box 5
2. Elbow 4
3. Pipa PVC 5/8 3 meter
4. Socket 2
5. Socket AC 1
6. Fitting lampu 4
7. Klem pipa 26
8. Klem kabel 15
9. Saklar tunggal 3
10. Saklar seri 1
11. Saklar dua arah 2
12. Lampu 60 watt ; 25 5;2
watt
13. Stop kontak 2
14. Kwh Meter 1
15. Stopwatch 1
16. Avometer 1
17. Megger 1
18. MCB 6 A dan 2A 1
19. MCB 4 A 2
20. Kotak MCB 1
21. Kabel NYA line; 5 meter
grounding; netral
22. Kabel NYM 5 meter
23. Obeng (+) ; (-) 1
24. Tang kupas 1
25. Tang potong 1
26. Tang bulat 1
27. Palu 1
28. Sekrup 60
3.3. Gambar Rangkaian

1 4
5
INSTALASI PENERANGAN

6 7 8 9 10 11
INSTALASI TENAGA
KETERANGAN NOMOR:
1. PANEL DAYA 7. TERPISAH
2. PANEL PENERANGAN 8. BERURUTAN
3. INSTALASI PENERANGAN I 9. PENGUNCIAN
4. INSTALASI PENERANGAN II 10. BERGANTIAN
5. STOP KONTAK AC 11. BINTANG DELTA
6. DOL
Gambar 3.1 diagram kotak

6 4 2 2

KWH
METER

Gambar 3.2 diagram pengawatan


6 6

3 3 2 3 2

A
A C C

6 3 3

3
2 2 2
2 3 3

B B C
A D D

Gambar 3.3 diagram lokasi (single line)


PANEL PENERANGAN
A

A
6A
A
A
25 A A
n 30 mA C
B
4A
C
B
B
D
PANEL DAYA D
4A
AC
16 A
2A
16 A

Cadangan
10 A
50 A kWh
DOL

10 A
KEL I + II

16 A
Y/

16 A

Gambar 3.4 diagram distribusi daya


Gambar 3.5 diagram instalasi

Tabel KeteranganPada Gambar 3.5

No Equipment Specification Unit Qty Per Exercise Qty Total


1-2 3 4
1. Junction Box pcs - 5 - 5
2. Socket pcs - 2 - 2
3. Saklar Dua Arah pcs - 2 - 2
4. Lampu 60 W + dudukan pcs - 3 - 3
5. Lampu 25 W + dudukan pcs - 1 - 1
6. Socket AC pcs - 1 - 1
7. Kabel NYM 2 x 1.5 m - 1.6 - 1.6
8. Kabel NYM 3 x 1.5 m - 1.05 - 1.05
9. Kabel NYM 3 x 2.5 m - 0.6 - 0.6
10. Kabel NYA 2.5 L m - 16.1 - 16.1
Kabel NYA 2.5 N m - 4.0 - 4.0
Kabel NYA m - 4.0 - 4.0
11. Bush Bar PE pcs - 1 - 1
12. Bush Bar N pcs - 1 - 1
13. ELC B In 25 A, IΔn 30 mA pcs - 1 - 1
14. MCB 6 A 1Ø pcs - 1 - 1
15. MCB 4 A 1Ø pcs - 1 - 1
16. MCB 2 A 1Ø pcs - 2 - 2
17. Saklar Tunggal pcs - 2 - 2
18. Saklar Seri pcs - 1 - 1
19. MCB 16 A 1Ø pcs - 1 - 1
20. Pipa PVC 5/8” m - 5.3 - 5.3
21. MCB 10 A 3Ø pcs - 2 2
22. MCB 16 A 3Ø pcs - - 3 3
23. MCB 50 A 3Ø pcs - - 1 1
24. Terminal - - - - -
25. kWh Meter pcs - 1 - 1

3.4. Langkah Kerja

a. Standard Operational Procedur (SOP)


1. Harus sesuai layout
2. Pengawatan kabel
a. Jumlah kabel dan panjang kabel.
b. Masukan kabel secara bersamaan jika ada gunakan pegas penarik kabel.
c. Kupas kabel secukupnya kurang lebih 5 cm.
d. Hubungkan kabel sesuai dengan recana instalasi
3. Test
a. Ohmmeter
b. Isolasi
c. PLN
4. Pasang KWH meter :
- Memasang beban
- Mencatat beban
- Menghitung putaran, waktu dan membandingkan putaran dengan beban.

1. Potong bidang kotak pada pojok kiri atas papan, kemudian pasang kotak MCB.
2. Gambarkan diagram lokasi (single line) pada bidang papan, dengan menggunakan kapur.
3. Pasanglah pipa dan elbow, sesuai dengan yang telah digambarkan pada bidang papan,
kencangkan dengan dengan sekrup.
4. Kemudian pasang junction box.
5. Masukan kabel NYM dan NYA yang telah di pesan, pasang dan sambungkan masing-masing
kabel sesuai dengan gambar pengawatan (multi line). (Harap lebih teliti dalam membaca
gambar. Dan usahakan panjang kabel melebihi dari ukuran yang diperkirakan).
6. Selanjutnya, sambungkan kabel pada fiting lampu, dan stop kontak, dengan memperhatikan
gambar pengawatan (multi line). *saat di sambungkan ke kabel, kondisi semua stop kontak
dalam keadaan off*
7. Pasang kabel yang ada di kotak MCB dengan MCB 6 A; 4A; dan 2 A sesuai dengan gambar
pengawatan.
8. Pasang isolasi pada setiap sambungan kabel yang ada di junction box dan kotak MCB.
9. Lakukan test dengan menggunakan ohm meter, catat hasilnya. Test ohm meter
dilakukan dengan cara :
 Mengkalibrasi ohmmeter terlebih dahulu.
 Salah satu ujung ohmmeter diletakkan di kabel netral yang berada didalam MCB, lalu
ujung lainnya diletakkan di netral stopkontak A, lalu dipindahkan ke lampu C, stopkontak
AC, stopkontak B, lampu A dan lampu D. Apabila didapatkan hasil 0Ω maka alat tersebut
dalam keadaan baik.
 Salah satu ujung ohmmeter diletakkan di kabel grounding yang berada didalam MCB, lalu
ujung lainnya diletakkan di grounding stopkontak A, lalu dipindahkan ke stopkontak AC,
dan stopkontak B. Apabila didapatkan hasil 0Ω maka alat tersebut dalam keadaan baik.
 Salah satu ujung ohmmeter diletakkan di kabel line 6A yang berada didalam MCB, lalu
ujung lainnya diletakkan di line stopkontak A, lalu dipindahkan ke lampu A, saklar tukar A
dan saklar tukar A. Apabila didapatkan hasil 0Ω maka alat tersebut dalam keadaan baik.
 Salah satu ujung ohmmeter diletakkan di kabel line 4A yang berada didalam MCB, lalu
ujung lainnya diletakkan di line stopkontak B, lalu dipindahkan ke lampu C, lampu C,
lampu D, saklar seri C, dan saklar tunggal B. Apabila didapatkan hasil 0Ω maka alat
tersebut dalam keadaan baik.
10. Lalu test lah instalasi penerangannya dengan menggunakan alat megger, catatlah datanya.
Cara untuk melakukan test megger ialah :
 Pertama kita menjepit bagian (+) megger ke line1, dan bagian (-) megger ke kabel
grounding. Lalu bagian (+) megger dipindahkan ke line2 dan line3.
 Untuk bagian kedua, menjepit bagian (+) megger ke line 1, dan bagian (-) megger ke kabel
line2. Setelah itu line2 (-) megger dipindahkan ke line3.
 Untuk bagian ketiga, menjepit bagian (+) megger ke line 2, dan bagian (-) megger ke kabel
line3.
 Untuk bagian keempat, menjepit bagian (+) megger ke line 1, dan bagian (-) megger ke
kabel netral. Setelah line1 mendapatkan hasil, lalu (+) megger dipendahkan ke line 2.
Setelah line2 (+) megger dipindahkan ke line3.
 Lalu yang terakhir menjepit bagian (+) megger ke netral, dan bagian (-) megger ke kabel
grounding.
11. Dan yang terakhir pasanglah KWH meter beserta kelengkapannya untuk pengujian setrum
dari sumber PLN, cek-lah peralatan-peralatan pada kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3,
apakah berfungsi jika dialiri arus dari sumber PLN. Jika berfungsi semua, pasangkan lampu
pada masing-masing fitting. Hidupkan semua kelompok beban lalu perhatikan putaran pada
KWH meter sampai sepuluh kali putaran, lalu catat waktunya. Dan catat pula daya pada tiap-
tiap lampu dan jumlahkan.

Secara singkat:

1. Pembacaan gambar
Pembacaan gambar ini dilakukan agar perencanaan instalasi yang akan dipasang sesuai dengan
yang diharapkan oleh konsumen. Selain itu juga untuk membantu dalam pemasangan peralatan
pada tempat instalasi yang telah disediakan.

2. Penggambaran pada papan instalasi


Penggambaran pada papan instalasi ini digunakan agar mempermudah dalam pemasangan bahan
instalasi listrik. Dengan menggambar semua simbol – simbol yang ada pada instalasi secara benar
sesuai dengan gambar dan jarak yang terdapat pada gambar lay out.

3. Pemasangan bahan instalasi listrik


Dengan melihat lay out gambar, letak bahan instalasi sesuai dengan ukurannya pada papan.
Kemudian setelah semua simbol peralatan digambar pada papan, terlebih dahulu dipasang
junction box lalu diikuti dengan memasang fittinglampu , saklar dan pipa PVC.

4. Pemasangan kabel
Setelah semua bahan instalasi dipasang pada papan, langkah selanjutnya adalah pemasangan
kabel. Kabel yang digunakan dalam instalasi ini adalah kabel netral, line dan grounding. Untuk
pemasangan kabel ini agar tidak terjadi kekeliruan pada saat penggunaan, terlebih dahulu dilihat
gambar lay out, masukkan kabel dalam pipa yang menghubungkan ke semua peralatan tersebut
sesuai pada lay out.Pasang kabel tersebut pada semua bahan instalasi listrik tersebut, baik
itufitting, juga saklar.

5. Menghubungkan kabel ke bahan instalasi


Ujung – ujung kabel yang telah terpasang ke fittingdan saklar berada pada junction box untuk
dirangkai atau dihubungkan satu dengan yang lainnya sesuai dengan jenis kabelnya, netral
dengan netral, line dengan line, grounding dengan grounding. Untuk pemasangan kabel ini sesuai
dengan gambar yang ada. Dengan melihat gambar pengawatannya rangkaian sesuai dengan
fungsi peralatan yang ada pada lay out. Setelah semua kabel terhubung maka pasang kabel
grounding dan kabel netral ke bush bar yang berbeda.

6. Test ohm meter


Test ohm meter adalah untuk pengecekan apakah rangkaian dan pemasangan kabel sudah benar
dan sesuai lay out atau belum. Cara untuk melakukan test ohm meter adalah dengan melakukan
kalibrasi terlebih dahulu pada ohm meter. Langkah selanjutnya adalah menempelkan salah satu
leds pada kabel yang berada di stop kontak

7. Test merger
Test Merger dilakukan untuk pengetesan isolasi rangkaian listrik. Caranya, semua sambungan
atau cabang yang terhubung dengan fitting lampu,saklar dan stop kontak dilepas salah satu
kabelnya. Kemudian pengujiannya adalah semua saklar dalam posisi on atau nyala. Caranya
adalah pada setiap grup dilakukan pengetesan antara line dengan netral, line dengan grounddan
netral dengan ground. Hubungkan setiap kebel tersebut dengan penjepit alat test merger, catat
berapa hasil resistansi yang diperoleh. Apabila hasil resistansi >1000 MΩ berarti ada tahanan
yang kurang baik atau bocor.

8. Test beban
Pasang kembali kabel yang telah dilepas pada saat test merger keperalatan listrik tersebut
kembali. Test beban ini untuk melihat apakah instalasi yang telah kita buat telah berfungsi sesuai
dengan gambar instalasi atau belum. Sebelum dipasang KWH meter lakukan test dengan
memberikan beban pada setiap group, kemudian semuanya diberi beban sesuai dengan group-
nya. Lalu test apakah peralatan sudah berfungsi dengan baik. Jika pada test penyalaan tidak ada
kesalahan maka boleh dipasang KWH meter. Jika pada test penyalaan ada kesalahaan maka harus
diperbaiki terlebih dahulu.

9. Pemasangan KWH meter


Setelah mengetahui bahwa instalasi telah berfungsi dengan baik. Maka langkah selanjutnya
adalah pemasangan KWH meter. Caranya adalah sambungkan kabel yang bernomor 3 dan 6 pada
mini circuit breaker, kabel nomor 3 dihubungkan pada mini circuit breaker dan nomor 6
dihubungkan pada kabel netral yang ada pada pushbar. Selain 3 dan 6 ada nomor 1 dan 4 pada
KWH meter. Kabel nomor 1 dan 4 dihubungkan langsung pada PLN, kabel nomor 1 pada KWH
untuk positif dan nomor 4 untuk negatif.

10. Test KWH meter


Hitung berapa waktu yang dibutuhkan untuk putaran kwh dalam 12 putaran, catat berapa waktu
yang diperoleh.

11. Pembongkaran
Setelah pengetesan dengan KWH meter langkah selanjutnya adalah pembongkaran. Bongkar
semua peralatan listrik dengan urutan kebalikan dari pemasangan. Setelah dibongkar semua maka
laporkan pada petugas bahwa instalasi telah dibongkar dan mereka akan memeriksa apakah ada
kerusakan pada peralatan dan bahan yang digunakan.

BAB IV
DATA DAN ANALISA

1. Dari tes pengecekan dengan ohm meter dan megger dapat kami analisa bahwa semua
komponen berfungsi seperti yang seharusnya karena memiliki nilai hambatan lebih dari 150
MΩ. Sama halnya dari tes uji tegangan, dapat dilihat juga bahwa semua komponen
berfungsi dengan seharusnya juga. Namun, hasil perhitungan daya secara teori sedikit
berbeda dengan hasil praktek, praktikum kami menghasilkan selisih yang dapat dikatakan
sedikit, adapun alasan permasalahan tersebut diantaranya adalah :
2. Kemungkinan pada saat menghitung waktu yang dibutuhkan kami kurang tepat menekan
tombol start pada stopwatch dengan putaran pada kWh meter, sehingga terjadi selisih
perbedaan teori dan praktek.
3. Banyaknya isolasi yang kami sambung yang menghubungkan antar-kabel sehingga
menambah nilai hambatan kabel pada rangkaian listrik ini.
4. Kerja beberapa lampu yang ditunjukkan dengan nyala yang tidak normal dengan daya yang
sama pada lampu lainnya. Maksudnya, ada beberapa lampu ketika kami menyambung
dengan sumber arus, beberapa lampu 100 Watt ada yang menyala tidak normal seperti
lampu 100 Watt lainnya. Dan hal ini mungkin yang menyebabkan ada nilai atau selisih
perbedaan daya pada praktek dan teori yang kami tunjukkan.

4.1. Ohm Meter


Kelompo Stopkontak Saklar Saklar Saklar Lampu
k tukar tunggal seri
I √ √ √
II √ √ √ √
III √ (Ac)

√ = Nyala atau berfungsi dengan baik

Tabel 4.1.1. Form ohm meter

Pada percobaan diatas digunakan multimeter dengan bacaan ohm,hasil test pada pengujian tersebut
disimpulkan bahwa semua beban yang bekerja pada rangkaian bekerja dengan baik sesuai dengan
gambar instalasinya.

4.2. Uji Isolasi (merger)


Kelompok beban Arus Tahanan isolasi (MΩ)
L1 – PE >1000 MΩ
L1 – N >1000 MΩ
N – PE >1000 MΩ
1
L2 – PE >1000 MΩ
L2 – N >1000 MΩ
2
N – PE >1000 MΩ
L3 – PE >1000 MΩ
L3 – N >1000 MΩ
3
N – PE >1000 MΩ

Tabel 4.2.1. Form uji isolasi

Dalam test mergger semua hasil merger sebesar >1000MΩ menunjukkan tahanan isolasi aman dan
tidak terjadi kebocoran antara kabel yang satu maupun kabel yang lain. Dalam job sheet apabila
pada tes mergger tidak mencapai 1000 MΩ tetapi tidak kurang dari 100 MΩ sudah dapat dikatakan
tahanan isolasi dalam kondisi baik dan aman.

4.3. Test beban


Kelompok beban Nama komponen Keterangan
Stop kontak 
Saklar tukar (A) 
1
Lampu pijar (A) 
Saklar tunggal (B) 
Stop kontak (B) 
Saklar seri (C) 
Lampu pijar (C) 
2 Saklar tunggal (D) 
Lampu pijar (D) 
3 Socket AC 

√=kondisi komponen peralatan instalasi listrik bagus

Tabel 4.3.1. Form test beban


Setelah melakukan test mergger dan test dengan ohm meter,kita harus mengecek beban (test beban)
yang ada pada rangkaian terlebih dahulu untuk memastikan apa beban tersebut dapat bekerja dengan
baik atau tidak dengan menggunakan beban yang sesungguhnya. Setelah melakukan test tersebut
didapat hasil bahwa beban dapat bekerja sesuai dengan gambar instalasi pada job sheet .

4.4. Test KWH meter

LAMPU STOP KONTAK


6A
TOTAL
DAYA JUMLAH TOTAL DAYA JUMLAH TOTAL

L1
4A 100 W 1 100 W 100 W 1 600 W 200 W
10 A

L2
2A 100 W 3 300 W 25 W 1 25 W 325 W

L3
2A 60 W 1 60 W 60 W

L4
545 W

Total daya 585 W = 0,585 kW

Selama 20 putaran ditempuh selama 2'59 = 179 detik

Total Daya Keseluru h an


 Arus ada MCB Total =
220 V
350W
=
220 V
= 1.59 A

Total Daya Kelom pok 1


 Arus ada MCB Kelompok 1 =
220 V
160W
=
220 V
= 0,72 A
Total Daya Kelom pok 2
 Arus ada MCB Kelompok 2 =
220 V
325W
=
220 V
= 1,47 A

Total Daya Kelom pok 3


 Arus ada MCB Kelompok 3 =
220V
60 W
=
220V

= 0.27 A

Dari test kWh meter, di dapat waktu yang dibutuhkan selama 9 putaran ialah 1 menit 11 detik =
71 detik. Pada kWh dengan 900 putaran/kWh. Total lampu yang digunakan ialah :
Lampu 100 watt x 4 = 400 watt
Lampu 25 watt x 1 = 25 watt
Lampu 75 watt x 1 = 75 watt
Lampu 15 watt x 1 = 15 watt
+
Total = 515 watt = 0,515 kWatt
 Perhitungan secara praktek
𝑡
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑦𝑎 (𝑘W𝑎𝑡𝑡) X
3600
71
0,515 x = 0,0101 kWh
3600
 Perhitungan secara
teori
𝑁 (𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 )
𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑘Wℎ
9

900

=0,01 kWh

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari rangkaian proses praktikum instalasi penerangan hal yang dapat
disimpulkan dari praktikum antara lain :

1. Dari hasil perhitungan teori dan praktek, yang hasilnya tidak berbeda jauh,
kami dapat menduga tidak terjadi kesalahan ataupun gangguan yang
menyebabkan perbedaan yang tidak signifikan dari hasil perhitungan kami
2. Keberhasilan pengerjaan instalasi harus sesuai dengan diagram kerja dan
pengawatan.
3. Setiap pengawatan harus dikerjakan secara teliti agar tidak terjadi
hubungan singkat. Dan melakukan megger test untuk menggecek keamanan
instalasi.

5.1. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa instalasi listrik itu bukan hanya memasang atau
menyambungkan kabel, tetapi harus diperhitungkan juga biaya yang dikeluarkan.

Pada penyambungan kabel, kabel harus saling melilit satu sama lain, tidak boleh
hanya satu kabel saja yang melilit kabel satunya. Setelah kabel dililit jangan lupa untuk
memberikan isolasi pada kabel tersebut agar tidak terjadi hubungan singkat (short
circuit). Setelah semua kabel terpasang maka tutup junction box dengan menutup
junction box dapat menambah nilai estetika yang ada.

Jika pemasangan sudah selesai, cek semua beban dengan ohm meter untuk
mengetahui benar salahnya pemasangan beban tersebut ke MCB. Lalu lakukan uji isolasi
untuk mengetahui apa ada kebocoran atau tidak dalam rangkaian tersebut. Isolasi
dianggap baik apabila terbaca pada magger > 100MΩ apabila terbaca <100MΩ isolasi
dianggap bocor atau kurang baik.

Pada test KWH meter didapat waktu 2’59’’ atau 179 detik, untuk 20 putaran. Dari
hasil perhitungan presentasi kesamaan antara hasil perhitungan dengan praktik sebesar
82 %. Pada saat praktikum konsumsi daya sebesar 0,0222 KWH sementara hasil teori
konsumsi daya sebesar 0.02709861 KWh.

Perlu diingat bahwa :

Menurut persamaan diatas bahwa daya berbanding lurus dengan kerja atau usaha, dan
berbanding terbalik dengan waktu . Hubungan antara daya dan energi listrik dapat dilihat
dalam perhitungan besarnya energi listrik yang digunakan oleh suatu keluarga. Besarnya
energi listrik yang digunakan dapat dihitung dari besarnya daya suatu alat listrik,
dikalikan,dengan lamanya waktu pemakaian. Makin besar daya dari alat listrik tersebut dan
makin lama waktu pemakaiannya, maka energi listrik yang terpakai akan makin besar. Oleh
karena itu, untuk menghemat energi listrik, kamu harus menggunakan peralatan listrik yang
dayanya kecil dan meminimalkan waktu pemakaiannya.

5.2. SARAN

1. Baca dan pahami job sheet sebelum melakukan praktikum,

2. Dengarkan penjelasan dosen terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan yang dirasa
belum dipahami,

3. Menjaga peralatan instalasi agar tidak rusak,

4. Ikuti SOP yang berlaku,

5. Kerja sama tim sangat dibutuhkan,

6. Memasang seluruh peralatan listrik ke papan dengan teliti.


Lampiran

Anda mungkin juga menyukai