PEMBINAAN
CALON AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA UMUM
AK3U ) Norma[Type
( Pengawasan the document subtitle]
Kelembagaan dan Keahlian
Pengawasan Norma K3
Listrik
A. LATAR BELAKANG
Listrik adalah salah satu bentuk sumber daya atau energi potensial yang
sanggup untuk melakukan usaha atau kerja yang dapat memberikan banyak
manfaat untuk menunjang aktifitas di berbagai sektor kegiatan. Daya Iistrik
sangat ideal dan praktis dapat dimanfaalkan sebagai tenaga penggerak mekanik,
pemanas, pencahayaan dan lain sebagainya.
Di sisi lain listrik dapat menimbulkan bahaya atau bahkan bencana yang
merugikan, apabila perancangan, pemasangan, pemanfaatan sistem tenaga
listrik tidak mengikuti kaidah-kaidah teknik kelistrikan.
Setiap peralatan dan pesawat yang digerakkan dengan tenaga Iistrik,
diperlukan pengamanan yang memadai guna melindungi peralatan itu sendiri
dan pengamanan bagi operatornya atau yang menggunakannya.
Salah satu contoh, lift adalah alat transportasi vertikal digerakkan dengan
tenaga Iistrik yang dirancang bekerja secara otomatik - tanpa operator, dikontrol
dengan sistem elektronik. Kegagalan fungsi kontrol mungkin saja dapat terjadi,
dan karena itu dapat beresiko menimbulkan kecelakaan fatal.
Petir, guruh, kilat atau halilintar adalah penomena muatan listrik yang
terjadi dari alamiah. Sampai saat sekarang, petir walaupun memiliki tegangan
dan arus yang sangat besar belum dapat dimanfaatkan energinya. Arus dan
tegangan petir yang sangat besar itu sangat berbahaya. Karena itu obyek-obyek
yang rawan bahaya sambaran petir harus dilindungi dengan instalasi penyalur
petir dan peralatan Iistrik yang rawan terhadap pengaruh fluktuasi tegangan yang
tinggi harus diproteksi.
Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, dalam
konsideran menimbang, tidak hanya ditujukan untuk keselamatan tenaga kerja
saja, akan tetapi mencakup demi kelancaran dan kelangsungan proses produksi.
Peraturan dan standar K3 di bidang Iistrik, termasuk lift dan proteksi bahaya
sambaran petir adalah berbasis pada ilmu keteknikan (enginerring), karena itu
pembahasan dalam modul ini diperlukan pemahaman pengetahuan dasar teknik
kelistrikan.
Salah satu tugas seorang pegawai pengawas adalah menjalankan
pengawasan terhadap peraturan dan standar K3 Iistrik, termasuk lift dan instalasi
1
penyalur petir, mulai tahapan perancangan, pemasangan dan dalam
pemanfaatannya sesuai dengan mekanisme dan ketentuan peraturan
perundangan dan standar yang berlaku.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Melalui program pembelajaran ini diharapkan anda dapat memahami
ketentuan peraturan perundangan yang berkaitan dengan pengawasan K3
bidang Iistrik.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Melalui program pembelajaran ini diharapkan anda dapat menjelaskan :
a. pengertian pengawasan K3 listrik
b. dasar hukum K3 Listrik
c. ruang lingkup K3 Iistrik
d. sumber bahaya Iistrik, petir dan lift
e. sistem proteksi petir
f. sistem pengamanan Iistrik
g. syarat syarat K3 lift
h. sistem pengawasan K3 Iistrik, instalasi penyalur petir dan lift.
C. RUANG LINGKUP
Dalam kegiatan pembelajaran ini berorientasi sesuai ruang lingkup tugas
dan fungsi pegawai pengawas ketenagakerjaan khususnya di bidang
pengawasan peraturan perundangan K3 Listrik, yang ditinjau dari aspek normatif,
administratif dan aspek dasar teknik kelistrikan. Petir termasuk fenomena listrik,
maka sistem proteksi bahaya petir masuk dalam ruang Iingkup K3 listrik dan
demikian juga lift dikelompokkan sebagai peralatan Iistrik.
2
BAB II
DASAR HUKUM DAN PENGERTIAN
A. DASAR HUKUM
Dasar Hukum K3 Pengawasan listrik, lift dan proteksi bahaya sambaran
petir masing-masing diatur dalam peraturan tersendiri yaitu :
1. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
3. Permenaker Nomor 12 Tahun 2015 tentang K3 Listrik di Tempat Kerja
4. Permenaker Nomor 33 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan Nomor 12 Tahun 2015 tentang K3 Listrik di Tempat
Kerja
5. Permenaker Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur
Petir
6. Permenaker Nomor 31 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Permenaker
Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir
7. Permenaker Nomor 6 Tahun 2017 tentang K3 Elevator dan Eskalator
8. Keputusan Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan & K3 Nomor
Kep. 47/PPK&K3/VIII/2015 tentang Pembinaan Calon Ahli K3 Bidang Listrik
9. Keputusan Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan & K3 Nomor
Kep. 48/PPK&K3/VIII/2015 tentang Pembinaan Teknisi K3 Listrik
Listrik, lift maupun petir adalah merupakan bentuk dari sumber bahaya
yang perlu dikendalikan sebagaimana diamanatkan dalam UU No 1 Tahun 1970.
Pasal-pasal dalam Undang-Undang No 1 tahun 1970 yang berkaitan
dengan batasan ruang Iingkup, tujuan, metoda pengawasan masalah K3 Iistrik
perlu dipahami secara baik.
Tugas baca:
Pelajari UU No 1 Tahun 1970
1. Tujuan umum K3 Konsideran dan penjelasannya
2. Ruang lingkup obyek K3 listrik Pasal 2 ayat (1) huruf q
3. Sasaran khusus K3 listrik -7 Pasal 3 ayat (1) huruf q
4. Pola tahapan penerapan K3 Pasal 4
5. Sistem pengawasannya Pasal 5 UU 1 Tahun 1970
3
Dari ketentuan-ketentuan dasar tersebut diatas, lebih lanjut ditetapkan
pengaturan secara teknis mengacu sesuai perkembangan teknologi. Standar
teknik perancanaan, pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan dan
pemeriksaan/pengujian instalasi Iistrik, adalah mengikuti perkembangan
penerbitan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUlL). Edisi PUlL yang terbaru
adalah "PUlL 2000" sebagai generasi ke lima.
Sejarah PUlL berawal dari sejak jaman Belanda bernama AVE 1938
diterjemahkan dan disempurnakan menjadi PUlL 1964, disempurnakan menjadi
PUlL 1977, selanjutnya direvisi menjadi PUIL 1987 (SNI - 225 -1987), PUlL 2000
(SNI 04 - 0225 - 2000) dan terakhir adalah PUIL 2011 (SNI 0225-2011).
PUIL berdiri sendiri adalah standar yang bersifat netral, sebagai panduan
yang tidak mengikat secara hukum. Biasanya standar digunakan sebagai rujukan
dalam suatu kontrak kerja, antara kontraktor/instalatir dengan pemberi kerja.
Oleh karena PUlL telah ditetapkan dan diberlakukan secara utuh oleh
Kementerian Ketenagakerjaan RI, maka semua persyaratan teknis maupun
administratif, menjadi bersifat wajib. Di dalam PUlL juga memuat persyaratan
khusus instalasi Iistrik untuk pesawat lift dan persyaratan instalasi proteksi
bahaya sambaran petir.
B. PENGERTIAN
Beberapa pengertian teknik yang terkait dengan tugas pengawasan K3
Iistrik berikut ini, diharapkan anda dapat memahami dengan baik, antara lain:
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
2. Tempat Kerja tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber bahaya
3. Pembangkitan listrik adalah kegiatan untuk memproduksi dan
membangkitkan tenaga listrik dari berbagai sumber tenaga
4. Transmisi listrik adalah kegiatan penyaluran tenaga listrik dari tempat
pembangkit tenaga listrik sampai ke saluran distribusi listrik
5. Distribusi listrik adalah kegiatan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya
listrik besar sampai ke pemanfaatan listrik
4
6. Pemanfaatan listrik adalah kegiatan mengubah energi listrik menjadi energi
bentuk lain
7. Instalasi listrik adalah jaringan perlengkapan listrik yang membangkitkan,
memakai, mengubah, mengatur, mengalihkan, mengumpulkan atau
membangkitkan tenaga listrik
8. Perlengkapan Listrik adalah setiap benda yang digunakan untuk keperluan
pembangkitan, konversi, transmisi, distribusi atau pemanfaatan energy listrik
9. Peralatan Listrik adalah barang pemanfaatan listrik yang merupakan unit
lengkap dan dapat mengubah energi listrik menjadi energy bentuk lain
10. Besaran listrik adalah besaran - besaran yang ada dalam penyusunan atau
pengukuran yang mempengaruhi sebuah listrik. contohnya, tegangan listrik,
kuat arus, hambatan, muatan, kapasitansi, induktansi, kuat medan, dan fluks
magnet
11. Instalasi listrik adalah jaringan perlengkapan listrik yang membangkitkan,
memakai, mengubah, mengatur, mengalihkan, mengumpulkan atau
membangkitkan tenaga listrik
12. Perlengkapan Listrik adalah setiap benda yang digunakan untuk keperluan
pembangkitan, konversi, transmisi, distribusi atau pemanfaatan energy listrik
13. Peralatan Listrik adalah barang pemanfaatan listrik yang merupakan unit
lengkap dan dapat mengubah energi listrik menjadi energy bentuk lain
14. Besaran listrik adalah besaran - besaran yang ada dalam penyusunan atau
pengukuran yang mempengaruhi sebuah listrik. contohnya, tegangan listrik,
kuat arus, hambatan, muatan, kapasitansi, induktansi, kuat medan, dan fluks
magnet
15. Besaran listrik adalah besaran - besaran yang ada dalam penyusunan atau
pengukuran yang mempengaruhi sebuah listrik. contohnya, tegangan listrik,
kuat arus, hambatan, muatan, kapasitansi, induktansi, kuat medan, dan fluks
magnet
16. Bahaya sentuhan listrik adalah sentuhan yang dapat membahayakan
manusia
17. Bahaya sentuh langsung adalah menyentuh pada bagian konduktif yang
secara normal bertegangan
18. Bahaya sentuh tidak langsung adalah menyentuh pada bagian konduktif
yang secara normal tidak bertegangan, menjadi bertegangan karena adanya
kebocoran isolasi
5
19. Bahaya Sambaran petir adalah bahaya pada manusia, binatang, bangunan,
atau peralatan karena dilalui oleh arus petir baik langsung maupun tidak
langsung
20. Lift adalah sarana transportasi vertikal untuk mengangkut orang atau barang,
dengan tenaga penggerak motor listrik dan dikendalikan secara otomatik
melalui sistem kontrol elektrik.
6
BAB III
POKOK BAHASAN
Gambar 1
Dialog box
Obyek pengawasan instalasi listrik adalah mencakup semua jenis pusat
pembangkit listrik. Semua gardu listrik dan setiap tempat kerja yang
menggunakan listrik.
Menurut Undang-Undang No 1 tahun 1970, siapa yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan K3 di PLN mulai dari Pusat Pembangkit sampai pada setiap gardu
distribusi ?
7
4. Ruang Iingkup obyek pengawasan sistem proteksi petir sesuai Permenaker
Nomor Per- 02/Men/ 1989 adalah yang dipasang di setiap tempat kerja, hanya
untuk konvensional dan sistem elektro statik dan hanya mengatur
perlindungan sambaran petir.
Gambar 2
8
B. POTENSI BAHAYA LISTRIK
Instalasi listrik adalah jaringan perlengkapan listrik yang membangkitkan,
memakai, mengubah, mengatur, mengalihkan, mengumpulkan atau
membangkitkan tenaga listrik.
Gambar 3 menunjukkan sistem jaringan tenaga Iistrik milik dan tanggung
jawab PLN, yaitu mulai dari pembangkitan sampai titik meter sambungan
pelanggan. Sedangkan dari titik meter ke dalam adalah instalasi Iistrik milik dan
menjadi tanggung jawab pelanggan.
PEMBANGKITAN TRANSMISI
TET
TRANSMISI TT DISTRIBUSI TM
PELANGGAN
DISTRIBUSI TR
Gambar 3
Sistem jaringan instalasi listrik PLN
Gambar 4
10
1) Menghitung arus listrik yang dibutuhkan untuk lampu 100 W satu pase
W = E X I
Dimana:
W = Daya lampu 100 watt
E = Tegangan 220 Volt
I = Arus Listrik (Ampere)
I = W/E
= 110 / 220 Ampere
= ~ ½ Ampere
2) Menghitung arus Iistrik yang dibutuhkan untuk pompa Iistrik satu Fasa
220 V 450 W
450WW =
=220E VXx II
I = 450/220 Ampere
I = 2 Ampere
3) Menghitung arus Iistrik yang dibutuhkan untuk mesin pendingin tiga
pasel 220/380 V, 1,5 kW, Cos ҩ 0,9
W = √3 X E X I X Cos ҩ
11
Gambar 5.
Bodi lemari es ini dalam
keadaan normal tidak nyetrum.
Akan tetapi pada suatu saat bisa
tersetrum, apabila ada arus
AWAN KE AWAN
AWAN KE BUMI
Kerusakan
- Thermis
- Elektris
Gambar 6
12
T
13
Arus Iistrik antara 15 - 30 mA sudah dapat mengakibatkan kematian, karena
sudah tidak mungkin lagi untuk melepaskan pegangan. Pengaruh-pengaruh lain
dari arus listrik yang mengalir melalui tubuh manusia ialah panas yang
ditimbulkan dalam tubuh, dan pengaruh elektrokimia.
Tegangan yang dapat dianggap aman juga ada kaitannya dengan tahanan kulit
manusia. Untuk kulit yang kering tahanan ini berkisar antara 100 - 500 kilo Ohm.
Tetapi kulit yang basah, misalnya karena keringat dapat memiliki tahanan
sampai serendah 1 Kohm. Juga luas permukaan kulit yang menyentuh ikut
mempengaruhi. Aklbat sentuh langsung maupun sentuh tidak langsung dapat
mengakibatkan kecelakaan serta kerugian.
14
3. Kerugian
Kerugian akibat kecelakaan listrik dapat berupa :
a. Kerugian materi (dalam rupiah) akibat rusaknya instalasi, bangunan
beserta isinya
b. Terhentinya proses produksi
c. Mengurangi kenyamanan, misalnya lampu padam, AC mati, suplai air
terganggu dan lain-lain.
Pada dasarnya bahaya Iistrik yang dapat menimpa manusia disebabkan oleh :
1. Bahaya Sentuh Langsung
Yang disebut dengan sentuh langsung adalah sentuh langsung pada bagian
aktif perlengkapan atau instalasi listrik.
Bagian aktif perlengkapan atau instalasi Iistrik adalah bagian konduktif yang
merupakan bagian dari sirkit listriknya yang dalam keadaan pelayanan normal,
umumnya bertegangan dan atau dialiri arus Iistrik.
Bahaya sentuh lansung dapat diatasi dengan cara :
a. Proteksi dengan isolasi bagian aktif
1) Bagian aktif harus seluruhnya tertutup dengan isolasi yang dapat
dilepas dengan merusaknya.
2) Untuk perlengkapan buatan pabrik isolasi harus sesuai dengan standar
yang relevan untuk perlengkapan Jistrik tersebut.
3) Untuk perlengkapan lainnya, proteksi harus dilengkapi dengan isolasi
yang mampu menahan stres yang mungkin mengenainya dalam
pelayanan, seperti pengaruh mekanik, kimia, Iistrik dan termal.
4) Jika tempat kabel masuk ke dalam perlengkapan Iistrik berada dalam
jangkauan maka lapisan isolasi dan selubang kabel ilarus masuk ke
dalam kotak hubung, atau dalam hal tanpa kotak lubang ke dalam
perlengkapan tersebut. Lapisan logam pelindung kabel tidak boleh
dimasukkan ke dalam kotak hubung, tetapi boleh ke dalam mof ujung
kabel atau mof sambungan kabel.
17
Tindakan proteksi harus dilakukan sebaik-baiknya agar tegangan sentuh yang
terlalu tinggi (> 50 V a.b.) karena kegagalan isolasi tidak dapat terjadi atau
tidak dapat bertahan.
Khusus pada tempat-tempat lembab atau basah misalnya ruang kerja dalam
industri pertanian, tegangan sentuh yang terlalu tinggi adalah tegangan
sentuh yang > 25 V a.c. efektif.
Proteksi dari sentuh tidak langsung (dalam kondisi gangguan) dapat dengan
cara:
a. Proteksi dengan pemutusan suplai secara otomatis
b. Proteksi dengan penggunaan perlengkapan kelas II atau dengan isolasi
ekivalen
c. Proteksi dengan lokasi tidak kondusif
d. Proteksi dengan ikatan penyama potensial lokal bebas bumi
e. Proteksi dengan separasi Iistrik.
20
e. Proteksi dengan separasi listrik
Proteksi dengan separasi Iistrik adalah suatu tindakan proteksi dengan
memisahkan sirkit perlengkapan Iistrik dari jaringan sumber dengan
menggunakan transformator, pemisah atau motor generator.
Dengan demikian tercegahlah timbulnya tegangan sentuh yang terlalu
tinggi pada BKT perlengkapan yang diproteksi, bila terjadi kegagalan
isolasi dalam perlengkapan tersebut. Proteksi dengan separasi Iistrik ini
hanya akan efektif selama dalam sirkit sekunder tidak terjadi gangguan
bumi.
Yang dimaksud dengan sirkit sekunder dalam hal ini adalah sirkit sekunder
dari transformator pemisah atau sirkit generator dari motor generator.
Proteksi dengan separasi Iistrik hanya diperkenankan pada tegangan
jaringan sumber maksimum 500 Volt.
Direkomendasikan agar hasil kali tegangan nominal sirkit dalam Volt
dengan panjang sistem pengawatan dalam meter tidak boleh melebihi
100.000, dan panjang sistem pengawatan tidak boleh lebih dari 500 meter.
Kotak fleksibel dan kabel semu harus dapat terlihat semua bagian
panjangnya yang dapat terkena kerusakan mekanis, dan harus dari jenis
tertentu.
Gambar 8
Isolasi lantai kerja harus memenuhi syarat nilai tertentu dengan melakukan
pengukuran. Alat ukur yang diperlukan Volt meter yang memiliki resistan
dalam Rd 3000 Ohm.
22
Nilai resistan isolasi lantai kerja adalah R1 dihitung dengan rumus :
R1 = Rd {(V1/V2)-1} Ohm
Kawat Aktif
Kawat
sekering
Gambar 9
Pada gambar 9 kulkas dapat bekerja normal. Akan tetapi tidak menjamin orang
apabila terjadi arus bocor ke bodi. Mengapa ?
Apakah secering pasti jatuh ? Mengapa ?
Kawat
Kawat
Sekeri
Gambar 10
23
Dialog Box
Pada gambar 10, bodi kulkas dihubungkan dengan pembumian, apabila terjadi
arus bocor ke bodi maka arus akan meningkat tak terhingga.
Kawat Aktif
Sekering
Kawat Nol
Hantaran pengaman
Gambar 11
Gambar 12 A Gambar 12 B
24
Dialog box
Gambar 12 A adalah model tusuk kontak dengandua kawat, dan gambar
128 adalah model tusuk kontak tiga kawat
Model mana yang anda rekomendasikan, dan apa alasannya ?
Kawat Aktif
Sekering
Kawat Nol
Hantaran pengaman
Gambar 13
25
Jenis motor Setelan maksimum pengaman
Motor sangkar 250 % I nominal
Motor serempak 200 % I nominal
Motor rotor liIit 150 % I nominal
26
langsung mendapat catu daya pengganti khusus
(CDPK).
Kilat -----
-----
-----
Arus petir
5000 - 10.000 A -
-
Temperatur
-
30.000 °C -
Gambar 14
Fenomena Petir
Sasaran sambaran petir adalah obyek yang paling tinggi. Obyek yang
tersambar petir akan merasakan adanya arus petir sebesar 5000 - 10.000
Ampere dan panas mencapai 30.000 ˚C. Sehingga dampak yang terjadi pada
yang tersambar petir akan terjadi kerusakan mekanis, terbakar atau kerusakan
karena fluktuasi arus dan tegangan petir.
Proses Terjadinya Kilat
Awan terjadi dari udara lembab yang terkena panas yang mulai naik dari bumi
lebih 10 menit sampai 1 jam. Udara tersebut berkembang (volume besar) dan
akan menjadi dingin (temperatur akan semakin rendah). Semakin udara tersebut
naik (karena penurunan tekanan lebih kecil dibanding dengan pembesaran
volume). Karena laju penurunan tekanan udara lebih dibandingkan laju
pembesaran volume, maka temperatur udara itu akan semakin rendah (P.V.t =
konstan). Sehingga titik-titik uap itu akan terkondensasi dan disebut awan. Di
puncak awan temperaturnya turun sampai -30 ˚C dan sebagian titik-titik uap akan
menjadi dingin sekali, dan kembali menjadi es. Pada tahap itu terjadilah medan
listrik yang sangat kuat di udara sekitarnya, menandakan berlangsungan
pemisahan muatan, beda potensial antara muatan-muatan yang terkonsentrasi
27
itu akan semakin tinggi. Bila sudah dicapai keadaan jenuh, maka pelepasan
muatan, sudah dapat dimulai dengan semakin tingginya beda potensial maka
muncul saluran perintis (leader channel) yang kemudian diikuti oleh perpindahan
arus dari muatan satu ke yang lainnya.
Konsentrasi muatan yang semakin besar itu dapat menyebabkan loncatan bunga
api yang mengalir ke atas dan bertemu dengan ujung perintis awan). Besar
konsentrasi muatan itu tergantung pada besarnya medan yang terjadi di dalam
awan. Titik dimana kedua saluran (channel) itu u disebut titik sambaran dan dari
titik itu juga mulainya "sambaran kembaIi" (return stroke).
Perintis kilat membutuhkan waktu 20 msec untuk dapat mencapai bumi dengan
jarak ± 3 Km (awan-bumi). Return stroke makan waktu 100 msec untuk kembali
ke awan. Return stroke inilah yang mempunyai efek merusakkan, sehingga
harus diperhatikan untuk cara pengamanannya. Arus return stroke ini dapat
menaikkan temperatur pada bagian yang mencapai 15.000 - 20.000°C. Sehingga
udara di situ berpendar dan meledak (halilintar). Karena letak titik sambaran di
bumi tergantung pada besarnya gradien tegangan di daerah bawah saluran
perintis dan letak muatan ruang di atmosfer.
Sehingga yang menerima sambaran kilat tidak hanya objek-objek yang tinggi
(gedung, cerobong asap, pohon dan sebagainya) tapi mungkin juga dataran-
dataran rendah, lembah-Iembah dan sebagainya.
28
Tegangan langkah bisa dihitung bila L = kedalaman (elektroda pembumian)
tiang pancang diketahui.
Besarnya tegangan langkah :
Suatu elektroda batang dengan Ø d = 2a;
panjang L = L.
tahanan jenis tanah dianggap homogen =
p.
Arus gangguan yang mengalir di sekitar
Gambar 15a
batang elektroda akan berbentuk radial
homogen, sehingga bidang-bidang
ekipotensial di sekitarnya akan berbentuk
silinder-silinder yang konsentris dengan
poros batang elektroda.
Gambar 15b Tanah yang berada di antara dua silinder
dengan beda radius akan menyumbang
tahanan sebesar :
p. dr
dR =
2π rL
dimana:
a = 112 d = jari-jari batang elektroda
b = jarak suatu titik terhadap poros pipa di permukaan tanah.
P B
Vab = I. ln
2π rL A
29
Umpama :
L = 5 m = 500 cm.
b = 20 m = 2000 cm.
a = ½ d = 5/2 cm
Maka :
P 2000
Vab = I. L Volt
n
2π 500 2.5
Teori :
Gambar 16
30
Pada gambar 16 adalah instalasi penyalur petir Sistem Franklin Rod. Sistem
instalasi bekerja atas dasar menerima, menyalurkan dan membuang atau
menetralkan kebumi
Sistem ini harus dirancang dengan persyaratan tertentu antara lain:
a. Elektroda penerima harus dibuat runcing, dengan ketinggian dan jarak
tertentu sehingga masing-masing elektroda penerima melindungi
bangunan dengan sudut perlindungan 112˚
b. Hantaran penurunan dan elektroda pembumian minimal 2 buah pada
setiap bangunan dan harus dipasang sejauh mungkin dari pintu bangunan
c. Resistans pembumian minimal 5 Ohm. Bila dari hasil pengukuran resistan
pembumian tidak memenuhi syarat akan dapat mengundang bahaya,
yang disebut tegangan langkah seperti diuraikan di atas. Perhatikan
gambar 17.
Gambar 17
Dialog box
Apa pendapat anda bila grounding instalasi listrik disatukan / digabung
dengan Instalasi penyalur petir ?
31
Gambar 18
Gambar 19
32
arester tersebut dibumikan, maka arester pada penghantar netral tidak
diperlukan, tetapi penghantar buminya harus diisolasi.
Untuk mendapatkan efek proteksi yang baik dari arester, maka arester
tersebut harus dibumikan melalui penghantar pembumi yang sependek-
pendeknya, dan dengan resistans pembumian sekecil mungkin.
CATATAN : Elektroda bumi yang sudah ada, misalnya instalasi
pengangkal dan jaringan pipa air minum dari logam yang ditanam yang
masih digunakan dan memenuhi syarat, dapat dipakai untuk pembumian
arester.
Arester yang dipasang pada saluran udara tegangan rendah digunakan
untuk membatasi tegangan lebih, dan pada prinsipnya terdiri atas
rangkaian seri proteksi, tahan tidak linear dan elemen proteksi. Dengan
pemasangan aerester maka tegangan lebih impuls akibat petir secara
aman akan disalurkan ke bumi. Karakteristik arester yang biasa digunakan
pada saluran udara tegangan rendah.
Gambar 20
Test &
Commissioning Commissioning
Dialog box
Apa pendapat anda apabila pengawas dalam membuat rekomendasi kurang
teliti sehingga masih terdapat penyimpangan dari ketentuan yang berlaku ?
36
Test dan commissioning, adalah pemeriksaan dan pengujian setelah pekerjaan
pemasangan instalasi listrik selesai dilaksanakan sebelum diserah terimakan
kepada pemberi kerja.
Langkah-langkah pelaksanaan test Comissioning secara administratif meliputi :
1. Pemeriksaan kelengkapan dokumen terutama gambar purna bangun apakah
ada penyimpangan dari gambar yang telah disahkan
2. Bila ya, lakukan pemeriksaan visual kesesuaian dokumen dengan
pelaksanaannya (verifikasi terhadap spesifikasi perlengkapan
Iistrik)
3. Pemeriksaan visual meliputi cara pemasangan, penandaan sirkit, polaritas,
kesesuaian tipe perlengkapan Iistrik, dll)
4. Pengukuran resistan pembumian
5. Pengukuran resistan isolasi
6. Pengukuran resistan isolasi lantai kerja
7. Pengukuran susut tegangan dan susut arus
8. Percobaan pembebanan
Semua hasil pemeriksaan dan pengujian dicatat dan dianalisis, sehingga dapat
disimpulkan memenuhi syarat atau tidak. Terutama hal-hal yang menyimpang
harus disyaratkan dan dituangkan secara tertulis.
Kontraktor bertanggung jawab atas semua syarat dan hal-hal yang harus
diperbaiki. Apabila terjadi gangguan atau kerusakan, kontraktor bertanggung
jawab selama satu tahun. Pola pengawasan K3 baik listrik, penyalur petir
maupun lift pada dasarnya sama.
37
BAB IV
SOAL LATIHAN
38
BAB V
PENUTUP
Puslabfor Mabes Polri). Oleh karena itu potensi bahaya listrik harus diupayakan
pengendaliannya guna menekan resiko kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh arus
listrik.
dan kesehatan kerja (K3) yang mencakup upaya untuk mencegah dan
tempat kerja.
diatas, salah satunya dengan memanfaatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
prosedur yang telah ditetapkan serta melakukan pengawasan mulai dari tahapan
39