Anda di halaman 1dari 40

MODUL 

PEMBINAAN  
CALON AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA UMUM 
AK3U ) Norma[Type
( Pengawasan the document subtitle]
Kelembagaan dan Keahlian

Pengawasan Norma K3
Listrik

DIREKTORAT PENGAWASAN NORMA K3


DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
KETENAGAKERJAAN DAN K3
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN R.I

DIREKTORAT PENGAWASAN NORMA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DAN K3
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Listrik adalah salah satu bentuk sumber daya atau energi potensial yang
sanggup untuk melakukan usaha atau kerja yang dapat memberikan banyak
manfaat untuk menunjang aktifitas di berbagai sektor kegiatan. Daya Iistrik
sangat ideal dan praktis dapat dimanfaalkan sebagai tenaga penggerak mekanik,
pemanas, pencahayaan dan lain sebagainya.
Di sisi lain listrik dapat menimbulkan bahaya atau bahkan bencana yang
merugikan, apabila perancangan, pemasangan, pemanfaatan sistem tenaga
listrik tidak mengikuti kaidah-kaidah teknik kelistrikan.
Setiap peralatan dan pesawat yang digerakkan dengan tenaga Iistrik,
diperlukan pengamanan yang memadai guna melindungi peralatan itu sendiri
dan pengamanan bagi operatornya atau yang menggunakannya.
Salah satu contoh, lift adalah alat transportasi vertikal digerakkan dengan
tenaga Iistrik yang dirancang bekerja secara otomatik - tanpa operator, dikontrol
dengan sistem elektronik. Kegagalan fungsi kontrol mungkin saja dapat terjadi,
dan karena itu dapat beresiko menimbulkan kecelakaan fatal.
Petir, guruh, kilat atau halilintar adalah penomena muatan listrik yang
terjadi dari alamiah. Sampai saat sekarang, petir walaupun memiliki tegangan
dan arus yang sangat besar belum dapat dimanfaatkan energinya. Arus dan
tegangan petir yang sangat besar itu sangat berbahaya. Karena itu obyek-obyek
yang rawan bahaya sambaran petir harus dilindungi dengan instalasi penyalur
petir dan peralatan Iistrik yang rawan terhadap pengaruh fluktuasi tegangan yang
tinggi harus diproteksi.
Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, dalam
konsideran menimbang, tidak hanya ditujukan untuk keselamatan tenaga kerja
saja, akan tetapi mencakup demi kelancaran dan kelangsungan proses produksi.
Peraturan dan standar K3 di bidang Iistrik, termasuk lift dan proteksi bahaya
sambaran petir adalah berbasis pada ilmu keteknikan (enginerring), karena itu
pembahasan dalam modul ini diperlukan pemahaman pengetahuan dasar teknik
kelistrikan.
Salah satu tugas seorang pegawai pengawas adalah menjalankan
pengawasan terhadap peraturan dan standar K3 Iistrik, termasuk lift dan instalasi
1
penyalur petir, mulai tahapan perancangan, pemasangan dan dalam
pemanfaatannya sesuai dengan mekanisme dan ketentuan peraturan
perundangan dan standar yang berlaku.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Melalui program pembelajaran ini diharapkan anda dapat memahami
ketentuan peraturan perundangan yang berkaitan dengan pengawasan K3
bidang Iistrik.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Melalui program pembelajaran ini diharapkan anda dapat menjelaskan :
a. pengertian pengawasan K3 listrik
b. dasar hukum K3 Listrik
c. ruang lingkup K3 Iistrik
d. sumber bahaya Iistrik, petir dan lift
e. sistem proteksi petir
f. sistem pengamanan Iistrik
g. syarat syarat K3 lift
h. sistem pengawasan K3 Iistrik, instalasi penyalur petir dan lift.

C. RUANG LINGKUP
Dalam kegiatan pembelajaran ini berorientasi sesuai ruang lingkup tugas
dan fungsi pegawai pengawas ketenagakerjaan khususnya di bidang
pengawasan peraturan perundangan K3 Listrik, yang ditinjau dari aspek normatif,
administratif dan aspek dasar teknik kelistrikan. Petir termasuk fenomena listrik,
maka sistem proteksi bahaya petir masuk dalam ruang Iingkup K3 listrik dan
demikian juga lift dikelompokkan sebagai peralatan Iistrik.

2
BAB II
DASAR HUKUM DAN PENGERTIAN

A. DASAR HUKUM
Dasar Hukum K3 Pengawasan listrik, lift dan proteksi bahaya sambaran
petir masing-masing diatur dalam peraturan tersendiri yaitu :
1. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
3. Permenaker Nomor 12 Tahun 2015 tentang K3 Listrik di Tempat Kerja
4. Permenaker Nomor 33 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan Nomor 12 Tahun 2015 tentang K3 Listrik di Tempat
Kerja
5. Permenaker Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur
Petir
6. Permenaker Nomor 31 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Permenaker
Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir
7. Permenaker Nomor 6 Tahun 2017 tentang K3 Elevator dan Eskalator
8. Keputusan Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan & K3 Nomor
Kep. 47/PPK&K3/VIII/2015 tentang Pembinaan Calon Ahli K3 Bidang Listrik
9. Keputusan Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan & K3 Nomor
Kep. 48/PPK&K3/VIII/2015 tentang Pembinaan Teknisi K3 Listrik

Listrik, lift maupun petir adalah merupakan bentuk dari sumber bahaya
yang perlu dikendalikan sebagaimana diamanatkan dalam UU No 1 Tahun 1970.
Pasal-pasal dalam Undang-Undang No 1 tahun 1970 yang berkaitan
dengan batasan ruang Iingkup, tujuan, metoda pengawasan masalah K3 Iistrik
perlu dipahami secara baik.

Tugas baca:
Pelajari UU No 1 Tahun 1970
1. Tujuan umum K3  Konsideran dan penjelasannya
2. Ruang lingkup obyek K3 listrik  Pasal 2 ayat (1) huruf q
3. Sasaran khusus K3 listrik -7 Pasal 3 ayat (1) huruf q
4. Pola tahapan penerapan K3  Pasal 4
5. Sistem pengawasannya  Pasal 5 UU 1 Tahun 1970

3
Dari ketentuan-ketentuan dasar tersebut diatas, lebih lanjut ditetapkan
pengaturan secara teknis mengacu sesuai perkembangan teknologi. Standar
teknik perancanaan, pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan dan
pemeriksaan/pengujian instalasi Iistrik, adalah mengikuti perkembangan
penerbitan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUlL). Edisi PUlL yang terbaru
adalah "PUlL 2000" sebagai generasi ke lima.
Sejarah PUlL berawal dari sejak jaman Belanda bernama AVE 1938
diterjemahkan dan disempurnakan menjadi PUlL 1964, disempurnakan menjadi
PUlL 1977, selanjutnya direvisi menjadi PUIL 1987 (SNI - 225 -1987), PUlL 2000
(SNI 04 - 0225 - 2000) dan terakhir adalah PUIL 2011 (SNI 0225-2011).
PUIL berdiri sendiri adalah standar yang bersifat netral, sebagai panduan
yang tidak mengikat secara hukum. Biasanya standar digunakan sebagai rujukan
dalam suatu kontrak kerja, antara kontraktor/instalatir dengan pemberi kerja.
Oleh karena PUlL telah ditetapkan dan diberlakukan secara utuh oleh
Kementerian Ketenagakerjaan RI, maka semua persyaratan teknis maupun
administratif, menjadi bersifat wajib. Di dalam PUlL juga memuat persyaratan
khusus instalasi Iistrik untuk pesawat lift dan persyaratan instalasi proteksi
bahaya sambaran petir.

B. PENGERTIAN
Beberapa pengertian teknik yang terkait dengan tugas pengawasan K3
Iistrik berikut ini, diharapkan anda dapat memahami dengan baik, antara lain:
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
2. Tempat Kerja tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber bahaya
3. Pembangkitan listrik adalah kegiatan untuk memproduksi dan
membangkitkan tenaga listrik dari berbagai sumber tenaga
4. Transmisi listrik adalah kegiatan penyaluran tenaga listrik dari tempat
pembangkit tenaga listrik sampai ke saluran distribusi listrik
5. Distribusi listrik adalah kegiatan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya
listrik besar sampai ke pemanfaatan listrik
4
6. Pemanfaatan listrik adalah kegiatan mengubah energi listrik menjadi energi
bentuk lain
7. Instalasi listrik adalah jaringan perlengkapan listrik yang membangkitkan,
memakai, mengubah, mengatur, mengalihkan, mengumpulkan atau
membangkitkan tenaga listrik
8. Perlengkapan Listrik adalah setiap benda yang digunakan untuk keperluan
pembangkitan, konversi, transmisi, distribusi atau pemanfaatan energy listrik
9. Peralatan Listrik adalah barang pemanfaatan listrik yang merupakan unit
lengkap dan dapat mengubah energi listrik menjadi energy bentuk lain
10. Besaran listrik adalah besaran - besaran yang ada dalam penyusunan atau
pengukuran yang mempengaruhi sebuah listrik. contohnya, tegangan listrik,
kuat arus, hambatan, muatan, kapasitansi, induktansi, kuat medan, dan fluks
magnet
11. Instalasi listrik adalah jaringan perlengkapan listrik yang membangkitkan,
memakai, mengubah, mengatur, mengalihkan, mengumpulkan atau
membangkitkan tenaga listrik
12. Perlengkapan Listrik adalah setiap benda yang digunakan untuk keperluan
pembangkitan, konversi, transmisi, distribusi atau pemanfaatan energy listrik
13. Peralatan Listrik adalah barang pemanfaatan listrik yang merupakan unit
lengkap dan dapat mengubah energi listrik menjadi energy bentuk lain
14. Besaran listrik adalah besaran - besaran yang ada dalam penyusunan atau
pengukuran yang mempengaruhi sebuah listrik. contohnya, tegangan listrik,
kuat arus, hambatan, muatan, kapasitansi, induktansi, kuat medan, dan fluks
magnet
15. Besaran listrik adalah besaran - besaran yang ada dalam penyusunan atau
pengukuran yang mempengaruhi sebuah listrik. contohnya, tegangan listrik,
kuat arus, hambatan, muatan, kapasitansi, induktansi, kuat medan, dan fluks
magnet
16. Bahaya sentuhan listrik adalah sentuhan yang dapat membahayakan
manusia
17. Bahaya sentuh langsung adalah menyentuh pada bagian konduktif yang
secara normal bertegangan
18. Bahaya sentuh tidak langsung adalah menyentuh pada bagian konduktif
yang secara normal tidak bertegangan, menjadi bertegangan karena adanya
kebocoran isolasi
5
19. Bahaya Sambaran petir adalah bahaya pada manusia, binatang, bangunan,
atau peralatan karena dilalui oleh arus petir baik langsung maupun tidak
langsung
20. Lift adalah sarana transportasi vertikal untuk mengangkut orang atau barang,
dengan tenaga penggerak motor listrik dan dikendalikan secara otomatik
melalui sistem kontrol elektrik.

6
BAB III
POKOK BAHASAN

A. RUANG LINGKUP PENGAWASAN K3 LISTRIK


1. Ruang lingkup obyek pengawasan K3 listrik tersirat dalam Bab II Pasal 2 ayat
(2) huruf q UU Nomor 1 Tahun 1970, yaitu tertulis : di setiap tempat dimana
dibangkitkan, diubah, dikumpulkan disimpan, dibagi-bagikan atau
disalurkan Iistrik, gas, minyak atau air.

Dari ketentuan tersebut dapat digambarkan ruang Iingkup K3 Iistrik, yaitu


mulai dari pembangkitan, jaringan transmisi Tegangan Ekstra Tinggi (TET),
Tegangan Tinggi (TT), Tegangan Menengah (TM) dan jaringan distribusi
Tegangan Rendah (TR) sampai dengan setiap tempat pemanfaatannya,
khususnya tempat kerja.

PUSAT JARINGAN PARA


PEMBANGKIT TET – TT – TM - TR PELANGGAN

Gambar 1

2. Memperhatikan Pasal 3 ayat (1) huruf q UU Nomor 1 Tahun 1970 tertulis :


Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat K3 untuk mencegah
terkena aliran listrik berbahaya
3. Menurut ketentuan PUlL, Iistrik yang berbahaya adalah Iistrik yang memiliki
tegangan lebih dari 25 Volt di tempat lembab atau 50 Volt di tempat yang
normal.

Dialog box
Obyek pengawasan instalasi listrik adalah mencakup semua jenis pusat
pembangkit listrik. Semua gardu listrik dan setiap tempat kerja yang
menggunakan listrik.
Menurut Undang-Undang No 1 tahun 1970, siapa yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan K3 di PLN mulai dari Pusat Pembangkit sampai pada setiap gardu
distribusi ?

7
4. Ruang Iingkup obyek pengawasan sistem proteksi petir sesuai Permenaker
Nomor Per- 02/Men/ 1989 adalah yang dipasang di setiap tempat kerja, hanya
untuk konvensional dan sistem elektro statik dan hanya mengatur
perlindungan sambaran petir.

Gambar 2

Sambaran langsung seperti ilustrasi gambar 2 adalah pelepasan muatan listrik


dari awan kebumi melalui obyek yang tertinggi. Obyek yang dilalui arus petir
tadi adalah tersambar petir secara langsung selanjutnya akan menyebar ke
bumi ke segala arah hingga netral. Obyek yang tersambar dan dialiri arus dan
tegangan petir akan merasakan pengaruh secara langsung yaitu suhu yang
sangat tinggi bisa mencapai 30.000 ˚C, tegangan dan kuat arus yang tinggi
dapat mengakibatan kerusakan secara fisik.
Penyebaran arus dan tegangan petir di dalam bumi akan menyebar ke
berbagai penjuru. Kemungkinan dari itu dapat dirasakan oleh grounding
instalasi Iistrik pada bangunan itu sehingga penghantar bumi bertegangan
petir yang akibatnya terjadi beda potensial pada jaringan instalasi Iistrik R, S,
T bertegangan 220 V sedangkan Penghantar pengaman dan penghantar
Netral bertegangan petir. Ini yang disebut dengan sambaran tidak
langsung yang dapat merusak peralatan Iistrik dan peralatan elektronik yang
ada di dalam bangunan itu. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.
02/Men/1989 tidak mengatur syarat-syarat sistem proteksi sambaran petir
tidak langsung.

8
B. POTENSI BAHAYA LISTRIK
Instalasi listrik adalah jaringan perlengkapan listrik yang membangkitkan,
memakai, mengubah, mengatur, mengalihkan, mengumpulkan atau
membangkitkan tenaga listrik.
Gambar 3 menunjukkan sistem jaringan tenaga Iistrik milik dan tanggung
jawab PLN, yaitu mulai dari pembangkitan sampai titik meter sambungan
pelanggan. Sedangkan dari titik meter ke dalam adalah instalasi Iistrik milik dan
menjadi tanggung jawab pelanggan.

PEMBANGKITAN TRANSMISI
TET

TRANSMISI TT DISTRIBUSI TM

PELANGGAN
DISTRIBUSI TR

Gambar 3
Sistem jaringan instalasi listrik PLN

PLN ditunjuk oleh pemerintah selaku pemegang kuasa usaha penyelenggara


dan pemasok tenaga listrik kepada masyarakat luas.

Besaran listrik adalah besaran - besaran yang ada dalam penyusunan


atau pengukuran yang mempengaruhi sebuah listrik. contohnya, tegangan listrik,
kuat arus, hambatan, muatan, kapasitansi, induktansi, kuat medan, dan fluks
magnet.
Besaran-besaran Iistrik yang harus difahami adalah antara lain : tegangan
(Volt), arus (Ampere), frequensi (Hertz), daya (Watt), resistansi (Ohm).
a. Sistem klasifikasi tegangan :
1) Tegangan Ekstra Tinggi (TET)
2) Tegangan Tinggi (TT) > 35 kV
9
3) Tegangan Menengah (TM) > 1 kV - 35 kV
4) Tegangan Rendah (TR) < 1000 Volt-
5) Tegangan ekstra rendah < 50 Volt
b. Tegangan domistik adalah tegangan suplai kepada pelanggan 220/380 Volt,
yang artinya adalah nilai tegangan antara pase dengan netral 220 Volt dan
antara pase dengan pase 380 Volt. Lihat gambar 2.
R-S = 380 V; R-T = 380 V; S-T = 380 V
R-N = 220 V, S-N = 220 V; T-N = 220 V
c. Suplai daya kepada pelanggan
Setiap pelanggan dicatu dengan jumlah daya tertentu dengan dipasang
pembatas arus (Circuit Breaker) yang tidak dapat dilampaui.
Contoh : Pelanggan listrik dengan daya 450 VA, oleh PLN
dipasang pembatas arus 2 Ampere. Apabila
pemakaian lebih dari 2 Ampere, maka pembatas arus
akan otomatik jatuh.
Pelanggan diharuskan membayar pemakaian Iistrik (berapa Amper/jam) yang
tercatat pada alat meter pencatat otomatik.
Gambar 4 adalah contoh skema instalasi Iistrik pelanggan satu pase dan tiga
pase.

Gambar 4

d. Cara perhitungan arus kerja


Perhatikan pada contoh gambar 4
No. 1. Lampu 100 Watt, 220 Volt
NO.2. Pompa Iistrik satu Pase 450 Watt, 220 Volt
NO.3. Mesin Pendingin tiga Pase 2 kW, 380 Volt, Cos ҩ 0,9

10
1) Menghitung arus listrik yang dibutuhkan untuk lampu 100 W  satu pase

W = E X I

Dimana:
W = Daya lampu 100 watt
E = Tegangan 220 Volt
I = Arus Listrik (Ampere)

I = W/E
= 110 / 220 Ampere
= ~ ½ Ampere
2) Menghitung arus Iistrik yang dibutuhkan untuk pompa Iistrik  satu Fasa
220 V 450 W

450WW =
=220E VXx II

I = 450/220 Ampere
I = 2 Ampere
3) Menghitung arus Iistrik yang dibutuhkan untuk mesin pendingin  tiga
pasel 220/380 V, 1,5 kW, Cos ҩ 0,9

W = √3 X E X I X Cos ҩ

I = 1500/1,76 x 380 x 0,9 Ampere


= ........ Ampere

Bahaya sentuhan listrik adalah sentuhan yang dapat


membahayakan manusia. Nilai tegangan dan arus listrik yang dapat
mengakibatkan kematian adalah sebagai berikut :
t (detik) 1,0 0,8 0,6 0,4 0,3 0,2
E (Volt) 90 100 110 125 140 200
I (mA) 180 200 250 280 330 400

Bahaya sentuh tidak langsung adalah menyentuh pada bagian konduktif


yang secara normal tidak bertegangan, menjadi bertegangan karena adanya
kebocoran isolasi.

11
Gambar 5.
Bodi lemari es ini dalam
keadaan normal tidak nyetrum.
Akan tetapi pada suatu saat bisa
tersetrum, apabila ada arus

Bahaya Sambaran petir adalah bahaya pada manusia, binatang,


bangunan, atau peralatan karena dilalui oleh arus petir baik langsung maupun
tidak langsung.

AWAN KE AWAN

Arus : 5.000 ~ 200.000 A


Panas : 30.000 ˚C

AWAN KE BUMI

Kerusakan
- Thermis
- Elektris

Gambar 6

Lift adalah sarana transportasi vertikal untuk mengangkut orang atau


barang, dengan tenaga penggerak motor listrik dan dikendalikan secara otomatik
melalui sistem kontrol elektrik.

12
T

Sangkar lift menggantung pada tali baja, di sisi


 
Sang sebelahnya menggantung bobot imbang (counter
kar 
wight) agar motor (M) bekerja ringan.
Sangkar dan bobot imbang bergerak naik-turun
mengikuti rel. Lift dilengkapi beberapa alat
Gambar 7 pengaman (safety device) yang bekerja otomatik.

Pengaturan sistem kerja lift antara lain:


Pintu sangkar lift akan membuka atau menutup otomatik bersama pintu pada
lantai pemberhentian. Pintu hanya akan membuka seteleh sangkar berhenti
sempurna, dan sangkar akan mulai bergerak naik/turun setelah pintu menutup
sempurna. Apabila sangkar berjalan melampaui kecepatan tertentu, rem
pengaman akan bekerja otomatik.
Jenis - jenis bahaya yang mungkin dapat terjadi antara lain :
a. apabila ada gangguan suplai daya Iistrik, lift akan berhenti dan penumpang
lift tidak dapat keluar tanpa dibantu dari luar
b. apabilla terjadi kegagalan pada sistem kontrolnya
c. apabila tali baja putus dan rem tidak berfungsi dan lain-lain.

Pengawasan K3 listrik, lift dan sistem proteksi petir pada dasarnya


mengawasi pelaksanaan syarat-syarat K3, baik administratif ketentuan teknik
sesuai ketentuan peraturan dan standar yang berlaku, yang bertujuan untuk
menjamin kehandanlan dan keamanan operasi instalasi dan peralatan Iistrik,
termasuk lift dan sistem proteksi bahaya petir.

13
Arus Iistrik antara 15 - 30 mA sudah dapat mengakibatkan kematian, karena
sudah tidak mungkin lagi untuk melepaskan pegangan. Pengaruh-pengaruh lain
dari arus listrik yang mengalir melalui tubuh manusia ialah panas yang
ditimbulkan dalam tubuh, dan pengaruh elektrokimia.
Tegangan yang dapat dianggap aman juga ada kaitannya dengan tahanan kulit
manusia. Untuk kulit yang kering tahanan ini berkisar antara 100 - 500 kilo Ohm.
Tetapi kulit yang basah, misalnya karena keringat dapat memiliki tahanan
sampai serendah 1 Kohm. Juga luas permukaan kulit yang menyentuh ikut
mempengaruhi. Aklbat sentuh langsung maupun sentuh tidak langsung dapat
mengakibatkan kecelakaan serta kerugian.

Kecelakaan akibat Iistrik dapat mengakibatkan :


1. Kecelakaan pada manusia
Arus Iistrik antara 15 - 30 mA sudah dapat mengakibatkan kematian.
Pengaruh-pengaruh lain dari arus Iistrik yang mengalir melalui tusuk ialah
panas yang ditimbulkan dalam tubuh dan pengaruh elektrokimia.
Tegangan yang dianggap aman juga ada kaitannya dengan tahanan kulit
manusia. Untuk kulit kering, tahanan ini berkisar antara 100 - 500 Kohm.
Tetapi kulit basah, misalnya karena keringat dapat memiliki tahan sampai
serendah 1 Kohm.
Juga luas permukaan yang menyentuh ikut mempengaruhi. Kalau benda
bertegangan dipegang penuh dengan tangan, pada arus kurang lebih 10 mA
saja sudah akan sulit sekali untuk melepaskannya.

2. Kerusakan instalasi serta perlengkapannya


Jaringan instalasi Iistrik harus diamankan dengan baik sesuai ketentuan yang
berlaku. Gangguan listrik akan dapat mengakibatkan :
a. Kerusakan instalasi beserta perlengkapannya (kabel terbakar, panel
terbakar, kerusakan isolasi, kerusakan peralatan)
b. Terjadinya kebakaran bangunan beserta isinya.

14
3. Kerugian
Kerugian akibat kecelakaan listrik dapat berupa :
a. Kerugian materi (dalam rupiah) akibat rusaknya instalasi, bangunan
beserta isinya
b. Terhentinya proses produksi
c. Mengurangi kenyamanan, misalnya lampu padam, AC mati, suplai air
terganggu dan lain-lain.

Pada dasarnya bahaya Iistrik yang dapat menimpa manusia disebabkan oleh :
1. Bahaya Sentuh Langsung
Yang disebut dengan sentuh langsung adalah sentuh langsung pada bagian
aktif perlengkapan atau instalasi listrik.
Bagian aktif perlengkapan atau instalasi Iistrik adalah bagian konduktif yang
merupakan bagian dari sirkit listriknya yang dalam keadaan pelayanan normal,
umumnya bertegangan dan atau dialiri arus Iistrik.
Bahaya sentuh lansung dapat diatasi dengan cara :
a. Proteksi dengan isolasi bagian aktif
1) Bagian aktif harus seluruhnya tertutup dengan isolasi yang dapat
dilepas dengan merusaknya.
2) Untuk perlengkapan buatan pabrik isolasi harus sesuai dengan standar
yang relevan untuk perlengkapan Jistrik tersebut.
3) Untuk perlengkapan lainnya, proteksi harus dilengkapi dengan isolasi
yang mampu menahan stres yang mungkin mengenainya dalam
pelayanan, seperti pengaruh mekanik, kimia, Iistrik dan termal.
4) Jika tempat kabel masuk ke dalam perlengkapan Iistrik berada dalam
jangkauan maka lapisan isolasi dan selubang kabel ilarus masuk ke
dalam kotak hubung, atau dalam hal tanpa kotak lubang ke dalam
perlengkapan tersebut. Lapisan logam pelindung kabel tidak boleh
dimasukkan ke dalam kotak hubung, tetapi boleh ke dalam mof ujung
kabel atau mof sambungan kabel.

b. Proteksi dengan penghalang atau selungkup


Proteksi yang diberikan oleh selungkup terhadap sentuh langsung ke
bagian berbahaya adalah proteksi manusia terhadap:
1) Sentuh dengan bagian aktif tegangan rendah yang berbahaya
15
2) Sentuh dengan bagian mekanik yang berbahaya
3) Mendekati bagian aktif tegangan tinggi yang berbahaya di bawah jarak
bebas yang memadai di dalam selungkup.
Proteksi dapat diberikan :
1) Oleh selungkup itu sendiri
2) Oleh penghalang sebagai bagian dari selungkup atau oleh jarak di
dalam selungkup.
Bagian aktif harus berada di dalam selungkup atau di belakang
penghalang yang memberi tingkat proteksi paling rendah IP 2x (akan
dijelaskan sendiri).
Penghalang atau selungkup harus terpasang dengan kokoh
ditempatkannya dan mempunyai kestabilan dan daya tahan yang memadai
untuk mempertahankan tingkat proteksi yang dipersyaratkan.
Jika diperlukan untuk melepas penghalang atau membuka selungkup atau
untuk melepas bagian selungkup, maka hal ini hanya mungkin :
1) Dengan menggunakan kunci atau perkakas atau
2) Sesudah pemutusan suplai ke bagian aktif yang diberi proteksi oleh
penghalang atau selungkup tersebut, dan pengembalian suplai hanya
mungkin sesudah pemasangan kembali atau penutupan kembali
penghalang atau selungkup.

c. Proteksi dengan rintangan


Yang dimaksud rintangan di sini adalah untuk mencegah sentuh tidak
sengaja dengan bagian aktif tetapi tidak mencegah sentuh sengaja dengan
cara menghindari rintangan secara sengaja. Rintangan harus dapat
mencegah :
1) Mendekatnya badan dengan tidak sengaja ke bagian aktif atau
2) Sentuh tidak sengaja dengan bagian aktif selama operasi dari
perlengkapan aktif dalam pelayanan normal.
Rintangan dapat dilepas tanpa menggunakan kunci atau perkakas, tetapi
harus aman sehingga tercegah lepasnya rintangan secara tidak sengaja.

d. Proteksi dengan penempatan di luar jangkauan


Proteksi dengan penempatan di luar jangkauan hanya dimaksudkan untuk
mencegah sentuh yang tidak sengaja dengan bagian aktif.
16
Bagian berbeda potensial yang dapat terjangkau secara simultan harus
berada di luar jangkauan tangan. (Dua bagian dapat terjangkau secara
simultan jika berjarak tidak lebih dari 2,5 meter terhadap lainnya).

e. Proteksi tambahan dengan Gawai Pengaman Arus Sisa (GPAS)


GPAS ialah gawai yang menggunakan pemutus yang peka terhadap arus
sisa, yang dapat memutus sirkit termasuk penghantar netralnya secara
otomatis dalam waktu tertentu, apabila arus sisa yang timbul karena
terjadinya kegagalan isolasi melebihi nilai tertentu, sehingga tercegahlah
bertahannya tegangan sentuh yang terlalu tinggi.
Penggunaan GPAS di sini hanya dimaksudkan untuk menambah tindakan
proteksi lain terhadap kejut Iistrik dalam pelayanan normal. Penggunaan
GPAS dengan arus operasi sisa pengenal tidak lebih dari 30 mA, dikenal
sebagai proteksi tambahan dari kejut listrik dalam pelayanan normal,
dalam hal ini kegagalan tindakan proteksi lainnya atau karena
kecerobohan pemakai.
Penggunaan gawai demikian bukanlah merupakan satu-satunya cara
proteksi dan tidak meniadakan perlunya penerapan salah satu tindakan
proteksi yang tidak ditentukan dalam :
1) Proteksi dengan isolasi bagian aktif
2) Proteksi dengan penempatan di luar jangkauan.

2. Bahaya Sentuh Tidak Langsung


Yang dimaksud dengan sentuh tidak langsung adalah sentuh pada BKT
perlengkapan atau instalasi listrik yang menjadi bertegangan akibat kegagalan
isolasi. BKT perlengkapan atau instalasi listrik adalah bagian konduktif yang
tidak merupakan bagian dari sirkit listriknya yang dalam pelayanan normal
tidak bertegangan, tetapi dapat menjadi bertegangan.
Kegagalan isolasi seperti tersebut di atas harus dicegah terutama dengan
cara :
a. Perlengkapan Iistrik harus dirancang dan dibuat dengan baik.
b. Bagian aktif harus diisolasi dengan bahan yang tepat.
c. Instalasi Iistrik harus dipasang dengan baik.

17
Tindakan proteksi harus dilakukan sebaik-baiknya agar tegangan sentuh yang
terlalu tinggi (> 50 V a.b.) karena kegagalan isolasi tidak dapat terjadi atau
tidak dapat bertahan.
Khusus pada tempat-tempat lembab atau basah misalnya ruang kerja dalam
industri pertanian, tegangan sentuh yang terlalu tinggi adalah tegangan
sentuh yang > 25 V a.c. efektif.
Proteksi dari sentuh tidak langsung (dalam kondisi gangguan) dapat dengan
cara:
a. Proteksi dengan pemutusan suplai secara otomatis
b. Proteksi dengan penggunaan perlengkapan kelas II atau dengan isolasi
ekivalen
c. Proteksi dengan lokasi tidak kondusif
d. Proteksi dengan ikatan penyama potensial lokal bebas bumi
e. Proteksi dengan separasi Iistrik.

Penjelasan singkat dari masing-masing proteksi dari sentuh tak langsung


adalah sebagai berikut :
a. Proteksi dengan pemutusan suplai secara otomatis
Pemutusan suplai secara otomatis dipersyaratkan jika dapat terjadi resiko
efek patufisiologis yang berbahaya dalam tubuh manusia ketika terjadi
gangguan, karena nilai dan durasi tegangan sentuh.
Tindakan proteksi ini memerlukan koordinasi jenis pembumian sistem dan
karakteristik penghantar proteksi serta gawai proteksi.
Tindakan konvensional yang dapat diambil adalah :
1) Pemasangan gawai proteksi yang secara otomatis harus memutus
suplai ke sirkit atau perlengkapan yang diberi proteksi oleh gawai
tersebut dari sentuh tak langsung
2) Pembumian
3) Sistem Pembumian Pengaman.
4) Membumikan titik netral sistem Iistrik di sumbernya dan
5) Membumikan BKT perlengkapan dan BKT instalasi listrik sedemikian
rupa sehingga apabila terjadi kegagalan isolasi tercegahlah
bertahannya tegangan sentuh yang terlalu tinggi pada BKT tersebut
karena terjadinya pemutusan suplai secara otomatis dengan
diberinya gawai proteksi.
18
b. Proteksi dengan menggunakan perlengkapan kelas II atau dengan
isolasi ekivalen
Tindakan ini dimaksudkan untuh mencegah timbulnya tegangan
berbahaya pada bagian perlengkapan iistrik yang dapat terjangkau
melalui gangguan pada isolasi dasarnya.
Penjelasan tentang Kelas Perlengkapan :
1) Perlengkapan kelas O
Yaitu perlengkapan yang proteksinya dari kejut Iistrik mengandalkan
isolasi dasar, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada sarana untuk
hubungan bagian konduktif yang dapat terjangkau (jika ada) ke
penghantar proteksi pada pengawatan pasangan tetap instalasi,
sehingga keandalan saat terjadi kegagalan pada isolasi dasarnya
dipercayakan pada Iingkungan.
2) Perlengkapan kelas I
Yaitu perlengkapan yang proteksinya dari kejut listrik tidak hanya
mengandalkan isolasi dasarnya, tetapi juga mencakup tindakan
pencegahan keselamatan tambahan dengan cara menyediakan sarana
untuk hubungan bagian konduktif yang dapat terjangkau ke penghantar
proteksi (pembumian) pada pengawatan pasangan tetap dari instalasi,
sedemikian sehingga bagian konduktif yang dapat terjangkau tersebut
tidak dapat menjadi aktif (bertegangan) pada saat terjadinya kegagalan
isolasi dasarnya.
3) Perlengkapan kelas II
Yaitu perlengkapan yang proteksinya dari kejut listrik tidak hanya
mengandalkan isolasi dasarnya, tetapi juga diberikan tindakan
pencegahan keselamatan tambahan seperti isolasi ganda atau isolasi
diperkuat, maka tidak ada ketentuan untuk pembumian proteksi atau
ketergantungan dengan kondisi instalasi.
4) Perlengkapan kelas III
Yaitu perlengkapan yang proteksinya dari kejut listrik mengandalkan
pada suplai tegangan ekstra rendah (SELV) dan tegangan yang lebih
tinggi dari SELV tidak dibangkitkan.
Persyaratan dari proteksi dengan menggunakan perlengkapan kelas II
atau isolasi ekivalen harus dilengkapi :
19
a) Perlengkapan Iistrik yang mempunyai isolasi ganda atau diperkuat
(perlengkapan kelas II).
b) Rakitan perlengkapan Iistrik buatan pabrik yang mempunyai isolasi
total dengan lambang ® (lEC 439).

c. Proteksi dengan lokasi tidak konduktif


Yaitu tindakan proteksi untuk mencegah sentuh secara simultan dengan
bagian yang dapat berbeda potensial karena kegagalan isolasi dasar
bagian aktif. Penggunaan perlengkapan kelas O diizinkan jika semua
kondisi berikut dipenuhi.
BKT harus disusun sedemikian sehingga dalam keadaan biasa tidak akan
terjadi sentuh secara simultan antara orang dengan dua BKT atau sebuah
BKT dan aktif BKE, jika bagian ini berbeda potensial karena kegagalan
isolasi dasar dari bagian aktif.
Dalam lokasi yang tidak konduktif tidak boleh ada penghantar proteksi. Hal
ini dapat dipenuhi jika lokasi mempunyai lantai dan dinding isolasi dan
diterapkan satu atau lebih susunan sebagai berikut :
1) Jarak relatif antara BKT dan BKE sama dengan jarak antar BKT.
Jarak ini cukup jika jarak antara dua bagian tersebut tidak kurang dari 2
m, jarak ini dapat dikurangi menjadi 1,25 m di luar zona jangkauan
tangan.
2) Penyisipan rintangan efektif antara BKT dan BKE dari bahan isolasi
mempunyai kuat mekanik yang cukup dan mampu menahan tegangan
uji sekurang-kurangnya 2000 Volt.

d. Proteksi dengan ikatan penyama potensial lokal bebas bumi


lkatan penyama potensial lokal bebas bumi dimaksudkan untuk mencegah
timbulnya suatu tegangan untuk yang berbahaya.
Penghantar ikatan penyama potensial harus menginterkoneksi semua BKT
dan BKE yang dapat terjangkau secara simultan. Sistem ikatan penyama
potensial lokal tidak boleh sentuh Iistrik secara langsung dengan bumi
melalui BKT atau melalui BKE.

20
e. Proteksi dengan separasi listrik
Proteksi dengan separasi Iistrik adalah suatu tindakan proteksi dengan
memisahkan sirkit perlengkapan Iistrik dari jaringan sumber dengan
menggunakan transformator, pemisah atau motor generator.
Dengan demikian tercegahlah timbulnya tegangan sentuh yang terlalu
tinggi pada BKT perlengkapan yang diproteksi, bila terjadi kegagalan
isolasi dalam perlengkapan tersebut. Proteksi dengan separasi Iistrik ini
hanya akan efektif selama dalam sirkit sekunder tidak terjadi gangguan
bumi.
Yang dimaksud dengan sirkit sekunder dalam hal ini adalah sirkit sekunder
dari transformator pemisah atau sirkit generator dari motor generator.
Proteksi dengan separasi Iistrik hanya diperkenankan pada tegangan
jaringan sumber maksimum 500 Volt.
Direkomendasikan agar hasil kali tegangan nominal sirkit dalam Volt
dengan panjang sistem pengawatan dalam meter tidak boleh melebihi
100.000, dan panjang sistem pengawatan tidak boleh lebih dari 500 meter.
Kotak fleksibel dan kabel semu harus dapat terlihat semua bagian
panjangnya yang dapat terkena kerusakan mekanis, dan harus dari jenis
tertentu.

C. SISTEM PENGAMANAN LISTRIK


1. Prinsip pengamanan instalasi Iistrik antara lain:
a. Pengamanan kejut Iistrik baik langsung maupun tidak langsung, pada
prinsipnya :
1) mencegah mengalirnya arus Iistrik melalui tubuh manusia
2) membatasi nilai arus Iistrik dibawah arus kejut dan
3) memutuskan arus Iistrik pada saat terjadi gangguan
b. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran (efek termal)
c. Pengamanan terhadap induksi medan magnit dan medan listrik.
2. Sistem pengamanan instalasi listrik antara lain:
a. Sistem isolasi pengaman terhadap bagian yang bertegangan, sehingga
tidak mungkin orang tersentuh dengan tidak sengaja. Metoda isolasi dapat
dilakukan dengan cara :
1) Mengisolasi isolasi bagian aktif dengan isolator
2) Memberi penghalang atau selungkup
21
3) Memasang rintangan
4) Memberi jarak aman atau diluar jangkauan
b. Sistem isolasi lantai kerja dan dinding. Metoda ini diperlukan di tempat
tertentu dimana sewaktu waktu petugas harus melakukan pelayanan,
pemeliharaan dalam keadaan bertegangan. Dengan memasang isolasi
lantai kerja yang aman, maka akan terhindar adanya aliran arus Iistrik ke
bumi melalui tubuh manusia. Lihat gambar 8.

Gambar 8

Isolasi lantai kerja harus memenuhi syarat nilai tertentu dengan melakukan
pengukuran. Alat ukur yang diperlukan Volt meter yang memiliki resistan
dalam Rd 3000 Ohm.

Teknik pengukuran resistan isolasi lantai kerja sbb.:


Letakan kain basah ukuran 27 x 27 Cm, diatasnya diletakan pelat logam
ukuran 25 x 25 x 0,2 Cm, kemudian letakan kayu untuk metatakan dan
kemudian diberi pemberat 75 kg. Dan siapkan eletroda bantu ditancapkan
ke tanah,
Lakukan pengukuran terutama terhadap elektroda bantu (V1) dan catat nilai
V1. Lakukan pengukuran yang kedua terhadap pelat logan (V2) dan catat
nilai V2.

22
Nilai resistan isolasi lantai kerja adalah R1 dihitung dengan rumus :

R1 = Rd {(V1/V2)-1} Ohm

R1 man. 50 kilo Ohm

c. Sistem pembumian pengaman (PP) atau Sistem TT


Tujuan pembumian :
Bila terjadi arus bocor atau hubung singkat, arus akan tersalur ke bumi
yang akan menyebabkan meningkatnya arus sehingga pengaman
(sekering) akan terputus secara otomatik.

Kawat Aktif
Kawat

sekering

Gambar 9

Pada gambar 9 kulkas dapat bekerja normal. Akan tetapi tidak menjamin orang
apabila terjadi arus bocor ke bodi. Mengapa ?
Apakah secering pasti jatuh ? Mengapa ?

Kawat
Kawat

Sekeri

Gambar 10

23
Dialog Box

Pada gambar 10, bodi kulkas dihubungkan dengan pembumian, apabila terjadi
arus bocor ke bodi maka arus akan meningkat tak terhingga.

Apa yang akan terjadi ?

d. Sistem hantaran pengaman (HP)

Kawat Aktif
Sekering
Kawat Nol

Hantaran pengaman

Gambar 11

Gambar 11 adalah instalasi satu Fasa sistem hantaran pengaman, terdiri


dari tiga kawat yaitu kawat Aktif, Netral dan Pengaman, apabila terjadi
hubung singkat pada instalasi Iistrik, maka arus akan mengalir tak
terhingga sehingga sekering akan putus.

Gambar 12 A Gambar 12 B

24
Dialog box
Gambar 12 A adalah model tusuk kontak dengandua kawat, dan gambar
128 adalah model tusuk kontak tiga kawat
Model mana yang anda rekomendasikan, dan apa alasannya ?

e. Sistem pembumian netral pengaman (PNP) atau (TN)


Hantaran Netral dan hantaran pengaman digabung / dikopel

Kawat Aktif
Sekering
Kawat Nol

Hantaran pengaman

Gambar 13

f. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran (efek termal)


Setiap rangkaian peralatan Iistrik yang dayanya lebih dari 1,5 kW harus
diproteksi terhadap efek thermal untuk menjaga motor terbakar karena
terlampau panas. Kabel apabila dibebani melebihi kemampuannya juga
akan terjadi panas.
Sesuai dengan ketentuan, kabel harus mempunyai kemampuan hantar
arus minimal 1,25 % dari pembebanan yang dilayaninya, dan harus
dilengkapi proteksi thermal maksimum 200 % dari arus beban penuh yang
diharapkan akan segera membuka otomatik, sehingga tidak terjadi panas
yang berlebihan.
Pada rangkaian itu pula harus diamankan dengan pengaman hubung
singkat yang dapat membuka otomatik apabila terjadi gangguan.

25
Jenis motor Setelan maksimum pengaman
Motor sangkar 250 % I nominal
Motor serempak 200 % I nominal
Motor rotor liIit 150 % I nominal

g. Pengamanan efek busur listrik


Kotak kontak, sakelar pada saat dibuka maupun pada saat dihubungkan
seperti misalnya pada saat menghidupkan dan mematikan lampu atau
peralatan Iistrik lainnya akan terjadi letikan bunga api. Efek busur Iistrik ini
dapat memicu kebakaran apabila di sekitarnya terdapat uap, gas atau
debu yang mudah terbakar.
Pada ruangan yang dalam proses operasi normal terdapat uap, gas atau
debu yang melayang di udara, maka jenis perlengkapan dan peralatan
Iistrik yang digunakan harus yang memiliki proteksi kedap gas, atau kedap
debu.

D. KETENTUAN SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK UNTUK PERALATAN DAN


RUANGAN KHUSUS
1. Distribusi suplai daya Iistrik untuk lift dan proteksi kebakaran, lift dan
motor pompa hydran dan springkler atau sistem pengaman lainya harus
dapat mendapat suplai Iistrik pada saat suplai power utama terganggu.
Karena itu sistem distribusi daya listrik yaitu harus ditarik dari sisi suplai (in
coming) sebelum sakelar utama.

2. Distribusi suplai daya listrik di rumah sakit


Klasifikasi utilitas di rumah sakit :
Kelompok 1 : Instalasi untuk Utilitas bangunan, bila terputus
tidak berpengaruh langsung terhadap pasien
Kelompok 1 E : Instalasi Iistrik untuk intalasi medik, yang berfungsi
langsung dengan penderita, bila terputus dari
dalam tempo kurang 10 detik harus segera
mendapat catu daya pengganti khusus (CDPK)
Kelompok 2 E : Instalasi Iistrik untuk intalasi medik berfungsi
langsung dengan penderita, bila terputus harus

26
langsung mendapat catu daya pengganti khusus
(CDPK).

E. BAHAYA SAMBARAN PETIR


Petir adalah pelepasan muatan listrik dari awan ke awan atau dari awan ke
bumi, seperti pada gambar 14.

Kilat -----
-----
-----

Arus petir
5000 - 10.000 A -
-
Temperatur
-
30.000 °C -

Gambar 14
Fenomena Petir

Sasaran sambaran petir adalah obyek yang paling tinggi. Obyek yang
tersambar petir akan merasakan adanya arus petir sebesar 5000 - 10.000
Ampere dan panas mencapai 30.000 ˚C. Sehingga dampak yang terjadi pada
yang tersambar petir akan terjadi kerusakan mekanis, terbakar atau kerusakan
karena fluktuasi arus dan tegangan petir.
Proses Terjadinya Kilat
Awan terjadi dari udara lembab yang terkena panas yang mulai naik dari bumi
lebih 10 menit sampai 1 jam. Udara tersebut berkembang (volume besar) dan
akan menjadi dingin (temperatur akan semakin rendah). Semakin udara tersebut
naik (karena penurunan tekanan lebih kecil dibanding dengan pembesaran
volume). Karena laju penurunan tekanan udara lebih dibandingkan laju
pembesaran volume, maka temperatur udara itu akan semakin rendah (P.V.t =
konstan). Sehingga titik-titik uap itu akan terkondensasi dan disebut awan. Di
puncak awan temperaturnya turun sampai -30 ˚C dan sebagian titik-titik uap akan
menjadi dingin sekali, dan kembali menjadi es. Pada tahap itu terjadilah medan
listrik yang sangat kuat di udara sekitarnya, menandakan berlangsungan
pemisahan muatan, beda potensial antara muatan-muatan yang terkonsentrasi
27
itu akan semakin tinggi. Bila sudah dicapai keadaan jenuh, maka pelepasan
muatan, sudah dapat dimulai dengan semakin tingginya beda potensial maka
muncul saluran perintis (leader channel) yang kemudian diikuti oleh perpindahan
arus dari muatan satu ke yang lainnya.

Konsentrasi muatan yang semakin besar itu dapat menyebabkan loncatan bunga
api yang mengalir ke atas dan bertemu dengan ujung perintis awan). Besar
konsentrasi muatan itu tergantung pada besarnya medan yang terjadi di dalam
awan. Titik dimana kedua saluran (channel) itu u disebut titik sambaran dan dari
titik itu juga mulainya "sambaran kembaIi" (return stroke).

Perintis kilat membutuhkan waktu 20 msec untuk dapat mencapai bumi dengan
jarak ± 3 Km (awan-bumi). Return stroke makan waktu 100 msec untuk kembali
ke awan. Return stroke inilah yang mempunyai efek merusakkan, sehingga
harus diperhatikan untuk cara pengamanannya. Arus return stroke ini dapat
menaikkan temperatur pada bagian yang mencapai 15.000 - 20.000°C. Sehingga
udara di situ berpendar dan meledak (halilintar). Karena letak titik sambaran di
bumi tergantung pada besarnya gradien tegangan di daerah bawah saluran
perintis dan letak muatan ruang di atmosfer.
Sehingga yang menerima sambaran kilat tidak hanya objek-objek yang tinggi
(gedung, cerobong asap, pohon dan sebagainya) tapi mungkin juga dataran-
dataran rendah, lembah-Iembah dan sebagainya.

Bahaya yang terbesar bagi manusia dan binatang kebanyakan ditimbulkan


sambaran kilat tidak langsung.
1. Kilat yang menyambar gedung atau pohon dapat mengambil jalan paralel
melalui orang yang berdiri dekat dengan objek yang tersambar.
2. Kuat medan listrik dari sambaran kilat yang dapat menginduksikan arus di
dalam menyebabkan kematiannya.
3. Kilat yang sedang berhubungan dengan tanah dapat menimbulkan gradien
potensial pada seluruh permukaan tanah di sekitarnya dengan arah melalui
titik sambaran, kalau ada orang yang berdiri dengan kedua kaki yang terpisah
(dengan arah radial) maka orang tersebut akan merasakan beda potensial
yang dapat membahayakan.

28
Tegangan langkah bisa dihitung bila L = kedalaman (elektroda pembumian)
tiang pancang diketahui.
Besarnya tegangan langkah :
Suatu elektroda batang dengan Ø d = 2a;
panjang L = L.
tahanan jenis tanah dianggap homogen =
p.
Arus gangguan yang mengalir di sekitar
Gambar 15a
batang elektroda akan berbentuk radial
homogen, sehingga bidang-bidang
ekipotensial di sekitarnya akan berbentuk
silinder-silinder yang konsentris dengan
poros batang elektroda.
Gambar 15b Tanah yang berada di antara dua silinder
dengan beda radius akan menyumbang
tahanan sebesar :

p. dr
dR =
2π rL

Beda tegangan antara kedua silinder tersebut akibat mengalirnya arus


sebesar I:
I.P Dr
DV = I.dR = .
2π rL R

dimana:
a = 112 d = jari-jari batang elektroda
b = jarak suatu titik terhadap poros pipa di permukaan tanah.

P B
Vab = I. ln
2π rL A

29
Umpama :
L = 5 m = 500 cm.
b = 20 m = 2000 cm.
a = ½ d = 5/2 cm
Maka :
P 2000
Vab = I. L Volt
n
2π 500 2.5

Memperkecil I (arus yang melewati elektroda). Arus gangguan atau arus


discharge kilat yang cukup besar dapat dipecah menjadi beberapa arus cabang
dengan memparalel beberapa batang elektroda. Jadi arus yang melewati satu
batang elektroda bisa diperkecil sesuai dengan yang diperkenankan.

Teori :

1/R Total = 1/R1 + 1/R2 + … + 1/Rn

F. SISTEM PROTEKSI BAHAYA PETIR


1. Sistem proteksi eksternal adalah sistem proteksi terhadap sambaran langsung
dengan cara memasang konduktor di bagian atas obyek yang dilindungi
disebut dengan instalasi penyalur petir.

Gambar 16

30
Pada gambar 16 adalah instalasi penyalur petir Sistem Franklin Rod. Sistem
instalasi bekerja atas dasar menerima, menyalurkan dan membuang atau
menetralkan kebumi
Sistem ini harus dirancang dengan persyaratan tertentu antara lain:
a. Elektroda penerima harus dibuat runcing, dengan ketinggian dan jarak
tertentu sehingga masing-masing elektroda penerima melindungi
bangunan dengan sudut perlindungan 112˚
b. Hantaran penurunan dan elektroda pembumian minimal 2 buah pada
setiap bangunan dan harus dipasang sejauh mungkin dari pintu bangunan
c. Resistans pembumian minimal 5 Ohm. Bila dari hasil pengukuran resistan
pembumian tidak memenuhi syarat akan dapat mengundang bahaya,
yang disebut tegangan langkah seperti diuraikan di atas. Perhatikan
gambar 17.

Gambar 17

Dialog box
Apa pendapat anda bila grounding instalasi listrik disatukan / digabung
dengan Instalasi penyalur petir ?

Sistem instalasi proteksi petir dapat memanfaatkan kolom-kolom gedung


bertingkat tinggi. Sedangkan pembumiannya menggunakan tiang pancang
pada kolom-kolom tersebut. Tentu saja sambungan-sambungan antar kolom
besi betonnya harus berhubungan secara elektrik. Ini sudah digunakan di
Negeri Belanda. Metoda sistem Proteksi bahaya petir semacam ini yang
disebut dengan sistem sangkar (Faraday Cage) seperti pada gambar 18).

31
Gambar 18

2. Sistem proteksi internal adalah sistem proteksi terhadap sambaran petir


secara tidak langsung, misalnya imbas melalui grounding listrik, menyambar
jaringan listrik sehingga jaringan listrik bertegangan petir. Metoda
pengamanan terhadap sambaran tidak langsung dengan prinsip memotong
arus dan menyamakan tegang dengan memasang arester.
Penempatan arester pada saluran udara dilaksanakan sebagai berikut :
a. Arester sedapat mungkin (dipasang pada titik percabangan, dan pada
ujung-ujung saluran yang panjang, baik saluran utama maupun saluran
cabang. Jarak antara arester yang satu dan yang lain tidak boleh meJebihl
1000 meter dan di daerah banyak petir, jaraknya tidak boleh lebih dari 500
meter (lihat Gambar 19).

Gambar 19

b. Pada jaringan dengan sistem TN, arester dipasCiilg pada ketiga


penghantar fase. Penghantar bumi arester dihubungkan dengan
penghantar netral dan kemudian dibumikan.
c. Pada jaringan yang menggunakan sistem TT, selain arester seperti yang
disebutkan dalam butir b) di atas, harus dipasang pula arester tambahan
yang menghubungkan penghantar netral pada tempat pemasangan

32
arester tersebut dibumikan, maka arester pada penghantar netral tidak
diperlukan, tetapi penghantar buminya harus diisolasi.
Untuk mendapatkan efek proteksi yang baik dari arester, maka arester
tersebut harus dibumikan melalui penghantar pembumi yang sependek-
pendeknya, dan dengan resistans pembumian sekecil mungkin.
CATATAN : Elektroda bumi yang sudah ada, misalnya instalasi
pengangkal dan jaringan pipa air minum dari logam yang ditanam yang
masih digunakan dan memenuhi syarat, dapat dipakai untuk pembumian
arester.
Arester yang dipasang pada saluran udara tegangan rendah digunakan
untuk membatasi tegangan lebih, dan pada prinsipnya terdiri atas
rangkaian seri proteksi, tahan tidak linear dan elemen proteksi. Dengan
pemasangan aerester maka tegangan lebih impuls akibat petir secara
aman akan disalurkan ke bumi. Karakteristik arester yang biasa digunakan
pada saluran udara tegangan rendah.

Penempatan arester pada instalasi konsumen dilaksanakan sebagai


berikut :
a. Arester sedapat mungkin dipasang di dekat titik masuk instalasi rumah
dan sedapat mungkin ditempatkan bersama di dalam PHB utama.
Arester harus dibumikan dengan penghantar pembumian yang
sependek mungkin dan pembumian arester harus disatukan dengan
pembumian instalasi Iistrik. Penyatuan pembumian ini dianjurkan
dengan menggunakan ikatan penyama potensial (IPP) yang dibumikan.
Arseter harus dipasang di tempat yang tidak akan menjadi elemen
pemicu kebakaran.
b. Berbagai kemungkinan penempatan arester untuk sistem TN, IT dan
berlaku prinsip yang disampaikan pada gambar 25 memperlihatkan
contoh penempatan arester pada instalasi konsumen yang dipadukan
dengan gawai proteksi arus lebih (GPAL) dan memperlihatkan contoh
penempatan arester yang dipadukan dengan gawai proteksi arus sisa
(GPAS).
c. Penempatan arester pada instalasi sistem informasi dilaksanakan
sebagai berikut : Aparat elektronik pada instalasi sistem informasi
seperti aparat instrumentasi, komputer dan komunikasi sangat peka
33
terhadap pembebanan tegangan lebih dan memerlukan proteksi dari
tegangan lebih dengan menggunakan arester khusus. Arester tersebut
dapat berupa arester isi gas, varistor, zener diode atau gabungannya.
Prinsip proteksi bahaya sambaran petir sistem internal adalah semua
bagian konduktif RSTNG dipasang Arrester dibonding, sehingga
apabila terjadi sambaran petir pada jaringan instalasi listrik semua
kawat RSTN tegangannya sama tidak ada beda potensial (gambar 20).

Gambar 20

G. PENGAWASAN INSTALASI LISTRIK


(Ref. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 dan PUIL 2011)

Test &
Commissioning Commissioning

Pola pengawasan K3 sesuai pasal 4 Undang-undang No 1 Tahun 1970 seperti


dilukiskan pada chart di atas.
34
Gambar rencana instalasi Iistrik harus mendapatkan persetujuan sebelum
dipasang. Pegawai pengawas melakukan analisis gambar rencana tersebut
dengan berpedoman sesuai persyaratan PUlL 2011.
Berdasarkan Permenaker Nomor 12 Tahun 2015 :
Pengusaha dan/ atau pengurus wajib melaksanakan K3 listrik di tempat kerja,
karena pelaksanaan K3 listrik ini bertujuan: (pasal 2 dan 3)
a. Melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dan orang lain yang
berada di dalam lingkungan tempat kerja dari potensi bahaya listrik
b. Menciptakan instalasi listrik yang aman, handal dan memberikan keselamatan
bangunan beserta isinya
c. Menciptakan tempat kerja yang selamat dan sehat untuk mendorong
produktifitas

Pelaksanaan K3 Listrik meliputi : (pasal 4)


a. perencanaan, pemasangan, pengunaan, perubahan, pemeliharaan,
b. pemeriksaan dan pengujian
dan persyaratan ini dilaksanakan pada kegiatan :
a. pembangkitan listirk
b. transmisi listrik
c. distribusi listrik
d. pemanfaatan listrik yang beroperasi dengan tegangan lebih dari 50 volt arus
bolak balik atau 120 volt arus searah

Perencanaan, pemasangan, pengunaan, perubahan, pemeliharaan dilakukan


oleh Ahli K3 bidang listrik pada perusahaan atau Ahli K3 bidang listrik pada PJK3
(pasal 6); Pemasangan dan pemeliharaan dapat dilakukan oleh Teknisi K3 Listrik
pada perusahaan atau Teknisi K3 Listrik pada PJK3 (pasal 6) dan untuk
perusahaan yang memilki pembangkitan listrik lebih dari 200 (dua ratus) kilo Volt-
Ampere wajib mempunyai Ahli K3 bidang listrik (pasal 7).

Dokumen perencanaan instalasi listrik meliputi :


1. Peta lokasi
2. Gambar instalasi
a. Layout perlengkapan dan peralatan Iistrik
b. Rangkaian peralatan dan pengendaliannya
35
3. Diagram garis tunggal
4. Gambar rinci
5. Perhitungan beban
6. Tabel bahan
7. Ukuran teknis
a. Sepesifikasi & cara pasang
b. Cara menguji
c. Jadwal waktu
Mekanisme pelaksanaan evaluasi gambar rencana seperti chart sebagai berikut :

Pegawai Pengawas memeriksa dan menghitung ulang, apabila terdapat


ketidaksesuaian terhadap PUlL 2011, maka dibuat pembetulan sebagaimana
mestinya koreksi langsung pada gambar rencana dengan warna merah. Koreksi
atau rekomendasi Pegawai Pengawas bersifat mengikat wajib dilaksanakan,
karena itu harus seteliti mungkin.

Dialog box
Apa pendapat anda apabila pengawas dalam membuat rekomendasi kurang
teliti sehingga masih terdapat penyimpangan dari ketentuan yang berlaku ?

36
Test dan commissioning, adalah pemeriksaan dan pengujian setelah pekerjaan
pemasangan instalasi listrik selesai dilaksanakan sebelum diserah terimakan
kepada pemberi kerja.
Langkah-langkah pelaksanaan test Comissioning secara administratif meliputi :
1. Pemeriksaan kelengkapan dokumen terutama gambar purna bangun apakah
ada penyimpangan dari gambar yang telah disahkan
2. Bila ya, lakukan pemeriksaan visual kesesuaian dokumen dengan
pelaksanaannya (verifikasi terhadap spesifikasi perlengkapan
Iistrik)
3. Pemeriksaan visual meliputi cara pemasangan, penandaan sirkit, polaritas,
kesesuaian tipe perlengkapan Iistrik, dll)
4. Pengukuran resistan pembumian
5. Pengukuran resistan isolasi
6. Pengukuran resistan isolasi lantai kerja
7. Pengukuran susut tegangan dan susut arus
8. Percobaan pembebanan
Semua hasil pemeriksaan dan pengujian dicatat dan dianalisis, sehingga dapat
disimpulkan memenuhi syarat atau tidak. Terutama hal-hal yang menyimpang
harus disyaratkan dan dituangkan secara tertulis.
Kontraktor bertanggung jawab atas semua syarat dan hal-hal yang harus
diperbaiki. Apabila terjadi gangguan atau kerusakan, kontraktor bertanggung
jawab selama satu tahun. Pola pengawasan K3 baik listrik, penyalur petir
maupun lift pada dasarnya sama.

37
BAB IV
SOAL LATIHAN

1. Sebutkan dasar hukum yang terkait dengan Pengawasan Norma K3


Listrik!

2. Sebutkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk mencegah terkena aliran


listrik yang berbahaya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.1
Tahun 1970!
3. Sebukan tujuan dari pelaksanaan K3 listrik di tempat kerja!

4. Kapan Instalasi penyalur petir harus diperiksa dan diuji?


5. Sebutkan alat untuk mengukur tahanan isolasi kabel listrik!
6. Berapa besar nilai tahanan pembumian (grounding) keseluruhan pada
instalasi penyalur petir yang diatur dalam Permenaker No. Per.
02/Men/1989?
7. Pemasangan instalasi listrik di Indonesia pada saat ini dapat berpedoman
kepada?
8. Apa yang dimaksud dengan bahaya sentuh langsung dan bahaya sentuh
tidak langsung?
9. Sebutkan potensi bahaya pada instalasi listrik!
10. Jelaskan tugas dari Ahli K3 Listrik dan Teknisi K3 Listrik!

38
BAB V
PENUTUP

Berdasarkan kasus-kasus kebakaran yang terjadi di Indonesia,

mengindikasikan listrik sebagai pemicu utama dari kebakaran tersebut (Sumber:

Puslabfor Mabes Polri). Oleh karena itu potensi bahaya listrik harus diupayakan

pengendaliannya guna menekan resiko kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh arus

listrik.

Pengendalian ini dapat dilakukan dengan meningkatkan upaya keselamatan

dan kesehatan kerja (K3) yang mencakup upaya untuk mencegah dan

mengendalikan kecelakaan kerja, kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja di

tempat kerja.

Peranan K3 akan sangat penting guna mengantisipasi masalah tersebut

diatas, salah satunya dengan memanfaatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

berkompeten di bidang listrik dan menggunakan peralatan listrik sesuai dengan

prosedur yang telah ditetapkan serta melakukan pengawasan mulai dari tahapan

perencanaan, pemasangan, pemanfaatan dan pemeliharaannya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan dan standar K3 listrik yang berlaku.

39

Anda mungkin juga menyukai