Lembar Informasi :
1.1 Pendahuluan
Energi listrik yang ada di dunia ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu energi listrik
alam dan buatan. Energi listrik alam yang sering kita lihat / dengar adalah saat
terjadinya petir di udara yang besarannya tidak dapat diukur, munculnya kapan ?
dimana ? kita tidak mengetahui apalagi mengendalikannya.
Sedangkan energi listrik buatan bisa dibangkitkan dengan berbagai cara, bergantung
dari penggerak awalnya (misalnya PLTU, PLTA, PLTG, PLTN, dan sebagainya) yang
dikopel pada generator. Energi listrik dari generator disalurkan, dikendalikan dan dapat
diubah menjadi energi lain seperti cahaya, panas, gerak, dan sebagainya. Oleh karena itu
listrik dapat dimanfaatkan untuk menunjang kehidupan baik dalam rumah, industri,
komersial maupun pelayanan umum.
Menurut Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No : 03P/40/M.PE/1990,
instalasi ketenagalistrikan adalah bangunan-bangunan sipil dan elektromekanik, mesin-
mesin, peralatan, salinan-salinan dan perlengkapannya, yang digunakan untuk
pembangkitan, konversi, transformasi, penyaluran, distribusi dan pemanfaatan tenaga
listrik. Instalasi ketenagalistrikan terdiri dari Instalasi Pengusaha Ketenagalistrikan,
dengan batas sampai dengan alat pembatas dan pengukur (APP) dan Instalasi
Pelanggan, dalam PUIL disebut Instalasi konsumen, yaitu instalasi setelah APP.
Dalam suatu sistem tenaga listrik, beroperasinya suatu bagian mempengaruhi
bagian sistem yang lain. Jika pengaruh itu melebihi batas tertentu, misalnya
menimbulkan goncangan tegangan, goncangan frekuensi atau harmonisa yang
berlebihan, maka ada bagian sistem yang akan terganggu operasinya.
Keandalan
Keandalan atau kelangsungan kerja dalam mensuplai energi listrik ke beban / konsumen
harus terjamin dengan baik. Untuk itu pemasangan instalasi listriknya harus dirancang
sedemikian rupa, sehingga kemungkinan terputusnya aliran listrik akibat gangguan
ataupun karena untuk pemeliharaan dapat dilakukan sekecil mungkin: diperbaiki dengan
mudah dan cepat; diisoler pada daerah gangguan saja, sehingga konsumen pengguna
listrik tidak terganggu.
Ketersediaan
Ketersediaan dengan arti kesiapan suatu instalasi dalam melayani kebutuhan pemakaian
listrik lebih berupa daya, peralatan maupun kemungkinan pengembangan / perluasan
instalasi, apabila konsumen melakukan perluasan instalasi, tidak mengganggu sistem
instalasi yang sudah ada, dan mudah menghubungkannya dengan sitem instalasi yang
baru (tidak banyak merubah fdan mengganti peralatan yang ada).
Ketercapaian
Penempatan dalam pemasangan peralatan instalasi listrik relatif mudah dijangkau oleh
pengguna, mudah pengoperasiannya dan tidak rumit.
Keindahan
Pemasangan komponen atau peralatan instalasi listrik dapat ditata sedemikian rupa,
selagi dapat terlihat rapi dan indah dan tidak menyalahi peraturan yang berlaku.
Ekonomis
Perencanaan instalasi listrik harus tepay sesuai kebutuhan dengan menggunakan bahan
dan peralatan yang memenuhi standar, jumlahnya seminim mungkin, mudah
pemasangannya maupun pemeliharaannya, dan dengan daya sekecil mungkin. Dengan
demikian beaya keseluruhan instalasi listrik, baik pemasangan maupun
pemeliharaannya bisa dibuat semurah mungkin.
Sedangkan yang dimaksud dengan standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu
yang dibakukan, disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan
memperhatikan syarat-syarat kesehatan, keselamatan, lingkungan, pengembangan ilmu
4. Konsumen Komersial
Yang dimaksud konsumen komersial antara lain stasiun, terminal, KRL (Kereta Rel
Listrik), hotel-hotel berbintang, rumah sakit besar, kampus, stadion olahraga, mall,
hypermarket, apartemen. Rata-rata menggunakan sistem 3 fasa, untuk yang
kapasitasnya kecil dengan tegangan rendah, sedangkan yang berkapasitas besar
dengan tegangan menengah.
Ada tiga faktor yang menentukan tingkat bahaya listrik bagi manusia, yaitu tegangan
(V), arus (I) dan tahanan (R). Ketiga faktor tersebut saling mem-pengaruhi antara satu
dan lainnya yang ditunjukkan dalam hukum Ohm, pada Gambar3.
Tegangan (V) dalam satuan volt (V) merupakan tegangan sistem jaringan listrik atau
sistem tegangan pada peralatan. Arus (I) dalam satuan ampere (A) atau mili amper (mA)
adalah arus yang mengalir dalam rangkaian, dan tahanan (R) dalam satuan Ohm atau
megaohm adalah nilai tahanan atau resistansi total saluran yang tersambung dengan
tegangan. Sehingga berlaku:
(a) Fasa-Tunggal
Ada dua cara listrik bisa menyengat tubuh kita, yaitu melalui sentuhan lang-sung
dan tidak langsung. Bahaya sentuhan langsung merupakan akibat dari anggota tubuh
bersentuhan lang-sung dengan bagian yang bertegangan sedangkan bahaya sentuhan
tidak langsung merupakan akibat dari adanya tegangan liar yang terhubung ke bodi atau
selungkup alat yang terbuat dari logam (bukan bagian yang bertegangan) sehingga bila
tersentuh akan meng-akibatkan sengatan listrik. Gambar 6 memberikan ilustrasi tentang
kedua bahaya ini.
Ada tiga faktor yang menentukan keseriusan sengatan listrik pada tubuh manusia,
yaitu: besar arus, lintasan aliran, dan lama sengatan pada tubuh.
Besar arus listrik
Besar arus yang mengalir dalam tubuh akan ditentukan oleh tegangan dan tahanan
tubuh. Tegangan tergantung sistem tegangan yang digunakan (Gambar 1.5), sedangkan
tahanan tubuh manusia bervariasi tergantung pada jenis, kelembaban/moistur kulit dan
faktor-faktor lain seperti ukuran tubuh, berat badan, dan lain sebagainya. Tahanan
kontak kulit bervariasi dari 1000 kΩ (kulit kering) sampai 100 Ω (kulit basah).
Tahanan dalam (internal) tubuh sendiri antara 100 – 500 Ω.
Contoh:
1 Tidak terasa
Belum
menyebab-kan
2
gangguan
kesehatan
Kejang otot,
3 gangguan
pernafasan
Kegagalan
4 detak jantung,
kematian
Ada banyak cara / metoda pengamanan dari sentuhan langsung seperti yang akan
dijelaskan berikut ini.
- Isolasi pengaman yang memadai. Pastikan bahwa kualitas baik,dan dilakukan
pemeriksaan dan pemeliharaan dengan baik. Memasang kabel sesuai dengan
peraturan dan standar yang berlaku.
Bila tegangan ini tersentuh oleh orang maka akan mengalir arus ke tubuh orang
tersebut maksimum sebesar:
Dengan kondisi sambungan yang baik menjamin koneksi pentanahan akan baik pula
dan bisa memberikan jaminan keselamatan bagi orang-orang yang mengoperasikan
peralatan yang sudah ditanahkan, Gambar 1.12 (b) dan (c).
Pada saat ini sudah banyak dijumpai alat-alat proteksi otomatis terhadap tegangan
sentuh. Peralatan ini tidak terbatas pada pengamanan manusia dari sengatan listrik,
namun berkem-bang lebih luas untuk pengamanan dari bahaya kebakaran.
Jenis-jenis alat proteksi yang banyak dipakai, antara lain adalah: Residual Current
Device (RCD), Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB) dan Ground Fault Circuit
Interruptor (GFCI). Walau-pun berbeda-beda namun secara prinsip adalah sama. Yakni,
alat ini akan bekerja/aktif bila mendeteksi adanya arus bocor ke tanah. Karena
kemampuan itulah, arus bocor ini di-analogikan dengan arus sengatan listrik yang
mengalir pada tubuh manusia.
Gambar 1.15 menunjukkan gambaran fisik sebuah RCD untuk sistem fasa-tunggal dan
diagram skemanya. Prinsip kerja RCD dapat dijelaskan sebagai berikut.
Perhatikan gambar diagram skematik Gambar 1.15 b.
Iin : arus masuk
Iout : arus keluar (balik)
IR1 : arus residual yang mengalir ke tubuh
IR2 : arus residual yang mengalir ke tanah
Min : medan magnet yang dibangkit-kan oleh arus masuk
Mout : medan magnet yang dibangkit-kan oleh arus keluar.
Skema diagram untuk sistem fasa-tiga ditunjukkan pada Gambar 1.14. Prinsip kerja
pengaman otomatis untuk sistem fasa-tiga ditunjukkan pada Gambar 1.14 (a). Bila tidak
ada arus bocor (ke tanah atau tubuh manusia) maka jumlah resultant arus yang mengalir
dalam keempat penghantar sama dengan nol. Sehingga trafo arus (CT) tidak mengalami
induksi dan trigger elektromagnet tidak aktif. Dalam hal ini tidak terjadi apa-apa dalam
sistem.
Namun sebaliknya bila ada arus bocor, maka jumlah resultant arus tidak sama
dengan nol, CT menginduksikan tegangan dan mengaktifkan trigger sehingga alat
pemutus daya ini bekerja memutuskan beban dari sumber (jaringan).
1.7 Rangkuman
1) Sumber energi listrik dibedakan menjadi dua yaitu energi
listrik alam (contoh petir) dan suber energi listrik buatan (contoh PLTA,
PLTG, PLTU, PLTD, PLTN, dll).
2) Menurut peraturan Permentamben no: 03 P/40/MPE/1990,
instalasi ketenagalistrikan adalah bangunan-bangunan sipil dan
elektromekanik, mesin-mesin, peralatan dan perlengkapan yang digunakan
untuk pembangkit, konversi, transformasi, pengatur, distribusi dan
pemanfaatan tenaga listrik.
3) Prinsip dasar instalasi listrik agar dapat digunakan secara
optimum antara lain dapat memenuhi keamanan, keandalan, ketersediaan,
ketercapaian, keindahan dan ekonomis.
4) Menurut IEC 364-1, prinsip dasar instalasi listrik bangunan
mencakup: proteksi untuk keselamatan; perancangan; pemilihan
perlengkapan; pemasangan perlengkapan; dan pengujian instalasi listrik.
5) Peranan energi listrik dapat dikonversi menjadi energi
cahaya (penerangan), energi panas (pemanas), energi putar (motor) dll.
6) Konsumen listrik di Indonesia dapat dibedakan : konsumen
rumah tangga, penerangan jalan umum (PJU), konsumen pabrik, dan
konsumen komersial.
7) Bahaya listrik dibedakan menjadi dua yaitu bahaya primer
dan sekunder.
8) Tiga faktor penentu tingkat bahaya listrik bagi manusia
adalah tegangan, arus dan tahanan.
9) Proses terjadinya sengatan listrik ada dua yaitu melalui
sentuhan langsung dan tidak langsung.
10) Tiga faktor penentu keseriusan akibat sengatan listrik
adalah besarnya arus, lintasan aliran, dan lama sengatan.
11) Daerah 1 dan 2 merupakan daerah arus sengatan yang
aman bagi tubuh manusia, sehingga pengaman arus bocornya ≤ 30 mA.
12) Pengaman terhadap sentuhan langsung antara lain dengan
pemasangan isolasi pengaman, pemagaran, dan peralatan inter-locking.
13) Pengaman terhadap sentuhan tidak langsung adalah dengan
pemasangan pentanahan, dengan pemasangan alat proteksi otomatis
(RCD/ELCB).