Anda di halaman 1dari 24

Instalasi listrik berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik ke alat-alat listrik yang

memerlukan tenaga listrik, seperti : lampu listrik, alat pemanas listrik, setrika listrik,
dispencer, rice cooker dan lain-lain. Instalasi listrik pada dasarnya dapat digolongkan
menjadi beberapa macam, antara lain : Instalasi arus searah (DC), umumnya memakai
tegangan 110V, 220V, 440V, dan Instalasi arus bolak-balik (AC), umumnya digunakan pada
peralatan elektronika dan alat rumah tangga. tegangan yang dipergunakan adalah 220V,
380V, 6000V, 15.000 V.  

Prinsip-prinsip Instalasi Listrik

Untuk mewujudkan instalasi listrik yang dapat menjamin pemanfaatan energi listrik yang
baik, maka ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan ketika perancangan dan
pemasangan instalasinya. Prinsip-prinsip instalasi listrik adalah:
1. Safety ( Keamanan)
2. Reliability ( Keandalan)
3. Accessibility (Kemudahan)
4. Availibility (Ketersediaan)
5. Impact of Environment (pengaruh lingkungan)
6. Economic (Ekonomi)
7. Esthetic (Keindahan)
1. Safety (Keamanan)

Instalasi listrik harus dipasang dengan benar berdasarkan standar dan peraturan yang
ditetapkan oleh SPLN, PUIL-2000 serta IEC (International Electrotechnical Commission)
dengan tujuan untuk keamanan dan keselamatan bagi pengguna, harta benda dan
instalasi listrik itu sendiri.
Sistem instalasi listrik dinyatakan aman bila dilengkapi dengan sistem proteksi yang sesuai
dan mempunyai keandalan yang tinggi dalam merespon gangguan yang terjadi
baik secara langsung maupun tidak langsung.

Contoh:
Suatu sistem instalasi listrik harus dilengkapi dengan sistem pentanahan/pembumian
agar manusia terhindar dari sentuhan tidak langsung akibat kejutan listrik yang tidak
terduga, karena adanya kebocoran arus listrik pada body peralatan listrik.

2. Reliability (Keandalan)

Suatu sistem instalasi listrik dinyatakan andal bila operasi sistem kelistrikan dapat bekerja
dalam waktu yang cukup lama dan bila terjadiganngguan dapat dengan cepat
diatasi.Keandalanyang diperlukan meliputi unjuk kerja sistem, pengoperasian sistem dan
juga peralatan yang digunakan.
3. Accessibility (Kemudahan)
Contoh: Agar memudahkan dalam mencari trouble pada suatu
sistem kontrol, maka sistem instalasi panel kontrol harus
dilengkapi label pada peralatan listrik yang terpasang, adanya
penomoran pada terminal, kabel dan pengawatan peralatan
yang disesuaikan dengan gambar/diagram kontrol dan
instalasi.
Kemudahan pada sistem instalasi listrik maksudnya adalah sistem tersebut dapat
diperasikan dengan mudah,tidak memerlukan skill tinggi. Pemasangan peralatan sistem
dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Demkian juga perawatan dan perbaikan
dapat dilaksanakan dengan mudah.
Secara garis besar kemudahan yang diharapkan berlaku dalam hal :
• Pengoperasian, Perawatan & Perbaikan sistem
• Pemasangan dan penggantian peralatan sistem
• Pengembangan dan perluasan sistem

Contoh:
Agar memudahkan dalam mencari trouble pada suatu sistem kontrol, maka sistem
instalasi panel kontrol harus dilengkapi label pada peralatan listrik yang terpasang,
adanya penomoran pada terminal, kabel dan pengawatan peralatan yang disesuaikan
dengan gambar/diagram kontrol dan instalasi.
4. Availibility (Ketersediaan)

Merupakan hal yang penting dalam suatu sistem instalasi listrik, karena berkaitan dengan
kemungkinan pengembangan ataupun perluasan proses kontrol/mesin yang meliputi
ketersediaan alat, tempat/ruang dan daya.

Suatu sistem instalasi listrik dinyatakan mempunyai ketersediaan apabila :

 Adanya cadangan peralatan listrik sebagai alat pengganti bila terjadi kerusakan
pada peralatan yang dalam kondisi operasi, baik yang telah tersedia dilapangan
umum maupun yang dengan mudah didapat dipasaran.

 Adanya cadangan tempat atau ruang yang diperlukan untuk menempatkan


peralatan tambahan, karena adanya pengembangan ataupun perluasan sistem.

 Adanya cadangan daya pada sistem instalasi yang dapat langsung digunakan tanpa
harus mengganti ataupun menambah kabel pada sistem instalasi
5. Impact of Environment (Pengaruh lingkungan)

Perencanaan sistem instalasi listrik harus mempertimbangkan


dampak yang terjadi pada lingkungan sekitar dimana sistem
instalasi dipasang yang meliputi :
 Pengaruh Lingkungan terhadap peralatan
 Pengaruh Peralatan terhadap lingkungan

• Bila peralatan listrik dipasang pada lingkungan tertentu,


harus dipertimbangkan, apakah peralatan itu mempunyai
pengaruh negatip terhadap lingkungan sekitarnya.
• Bila ada kemungkinan mengganggu atau merusak
lingkungan maka harus dirancang agar pengaruh negatip
yang ditimbulkan oleh peralatan listrik dapat
dihilangkanatau diperkecil.
6. Economic (Ekonomi)
Kondisi ekonomis pada suatu sistem instalasi dikatakan berhasil bila efisien dan
efektip dalam hal penggunaan daya listrik, peralatan yang digunakan cukup andal
dan kecilnya delay time pada pengoperasian proses produksi.

Perencanaan sistem instalasi listrik perlu mempertimbangkan kondisi operasional


jangka panjang agar dapat dihemat biaya-biaya yang dikeluarkan terhadap :

 Pemeliharaan dan perluasan sistem


 Pemakaian/penggantian peralatan
 Pengoperasian sistem

Contoh:
Bila proses produksi banyak menggunakan beban induktif, agar penggunaan daya
listrik efektip maka sistem instalasi listriknya harus dilengkapi dengan kompensasi
daya listrik yaitu dengan memasang Capasitor Bank.
7. Esthetic (Keindahan)
Kerapian dalam pemasangan dan pengawatan dapatmenimbulkan kemudahan
dan kejernihan pikiran dalam melaksanakan perawatan dan perbaikan pada
sistem instalasi.

Keserasian dalam pemilihan dan penggunaan/pemilihan peralatan yang


disesuaikan dengan ukuran, bentuk dan warna yang sedemikian rupa, sehingga
menimbulkan pemandangan yang indah dan nyaman.

Keserasian dan keindahan tata letak akan menimbulkan mosaik yang memberikan
kenyamanan serta menghindari kebosanan bagi pelaksana operasi pada ruang
dimana suatu kendali sistem kontrol dipasang.

Kondisi tersebut diatas akan menimbulkan gairah dan ketenangan kerja serta
disiplin kerja akan selalu terjaga.
Peraturan/perundangan tentang kelistrikan

Peraturan ketenaga-listrikan sangat diperlukan sebagai pegangan bagi pihak-pihak


yang berkaitan dengan ketenagalistrikan.

Pihak-pihak tersebut meliputi: para pengguna agar dapat mengetahui aturan dan
hak-haknya dalam berlangganan dan menggunakan energi listrik. Bagi pengusaha
bidang kelistrikan aturan ini sangat diperlukan sebagai pedoman untuk
menerapkan standar kualitas pelayanan listrik yang aman bagi para pelanggan.

Pihak yang lain adalah Perusahaan Listrik Negara atau PT. PLN sebagai wakil
pemerintah memerlukan pedoman untuk mengawasi penggunaan energi listrik di
seluruh wilayah.
Peraturan kelistrikan di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan
teknologi dan kondisi negara:

1. Peraturan Instalasi listrik ditulis pada tahun 1924- 1937 pada zaman
Belandadengan nama Algemene Voolschriften voor elechische sterkstroom instalaties
(AVE)

2. Tahun 1956 diterjemahkan kebahasa Indonesia menjadi Peraturan UmumInstalasi


Listrik (PUIL-64) oleh Yayasan Dana Normalisasi Indonesia yangselesai tahun 1964.

3. Pada tahun 1977 PUIL-64 direvisi menjadi PUIL-77.

4. Sepuluh tahun kemudian direvisi lagi menjadi PUIL- 87 dan diterbitkan sebagaiSNI
No : 225-1987

5. Pada tahun 2000, Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL-87) diubah menjadi
Persyaratan Umum Instalasi Listrik. Disingkat PUIL-2000 yang berorientasi untuk
instalasi tegangan rendah dan menengah di dalam bangunan, serta memuat sistem
pengaman bagi keselamatam manusia secara teliti.

6. Selanjutnya PT.PLN mengeluarkan beberapa peraturan yang lebih detil berupa


Standar PLN atau sering disingkat dengan SPLN untuk hal-hal yang lebih spesifik.
 Peraturan Instalasi Listrik
Sistem penyaluran dan cara pemasangan instalasi listrik di Indonesia harus mengikuti
aturan yang ditetapkan oleh  Peraturan umum Instalasi Listrik (PUIL) yang diterbitkan
tahun 1977 kemudian direvisi tahun 1987 dan terakhir tahun 2000. Tujuan dari
Peraturan umum Instalasi Listrik di Indonesia adalah :
- Melindungi    manusia    terhadap   bahaya   sentuhan   dan  kejutan  arus listrik.
- Keamanan instalasi dan peralatan listrik.
- Menjaga gedung serta isinya dari bahaya kebakaran akibat gangguan listrik.
- Menjaga ketenagaan listrik yang aman dan efisien.

Peraturan instalasi listrik yang pertama kali digunakan sebagai pedoman beberapa
instansiyang berkaitan dengan instalasi listrik adalah AVE (Algemene Voorschriften
voor 19 ElectrischeSterkstroom Instalaties) yang diterbitkan sebagai Norma N 2004
oleh Dewan NormalisasiPemerintah Hindia Belanda. Kemudian AVE N 2004 ini
diterjemahkan ke dalam bahasaIndonesia dan diterbitkan pada tahun 1964 sebagai
Norma Indonesia NI6 yang kemudian dikenal sebagai Peraturan Umum Instalasi Listrik
disingkat PUIL 1964, yang merupakanpenerbitan pertama dan PUIL 1977 dan 1987
adalah penerbitan PUIL yang kedua dan ketigayang merupakan hasil penyempurnaan
atau revisi dari PUIL sebelumnya, maka PUIL 2000ini merupakan terbitan ke 4. Jika
dalam penerbitan PUIL 1964, 1977 dan 1987 nama buku ini adalah Peraturan Umum
Instalasi Listrik, maka pada penerbitan sekarang tahun 2000,namanya menjadi
Persyaratan Umum Instalasi Listrik dengan tetap mempertahankansingkatannya yang
sama yaitu PUIL.
PUIL 2000 merupakan hasil revisi dari PUIL 1987, yang dilaksanakan oleh Panitia
RevisiPUIL 1987 yang ditetapkan oleh Menteri Pertambangan dan Energi dalam Surat
KeputusanMenteri No:24-12/40/600.3/1999, tertanggal 30 April 1999 dan No:51-
12/40/600.3/1999,tertanggal 20 Agustus 1999. Anggota Panitia Revisi PUIL tersebut
terdiri dari wakil dariberbagai Departemen seperti DEPTAMBEN,DEPKES, DEPNAKER,
DEPERINDAG, BSN,PT PLN, PT Pertamina, YUPTL, APPI, AKLI, INKINDO, APKABEL,
APITINDO, MKI, HAEI,Perguruan Tinggi ITB, ITI, ISTN, UNTAG, STTY-PLN, PT Schneider
Indonesia dan pihakpihak lain yang terkait.

PUIL 2000 berlaku untuk instalasi listrik dalam bangunan dan sekitarnya untuk
teganganrendah sampai 1000 V a.b dan 1500 V a.s, dan gardu transformator
distribusi teganganmenengah sampai dengan 35 kV. Ketentuan tentang
transformator distribusi teganganmenengah mengacu dari NEC 1999.

Untuk menampung perkembangan di bidang instalasi listrik misalnya karena


adanyaketentuan baru dalam IEC yang 21 dipandang penting untuk dimasukkan dalam
PUIL, ataukarena adanya saran, tanggapan dari masyarakat pengguna PUIL, maka
dikandung maksudbila dipandang perlu akan menerbitkan amandemen pada PUIL
2000. Untuk menangani hal-hal tersebut telah dibentuk Panitia Tetap PUIL.
Panitia Tetap PUIL dapat dimintapendapatnya jika terdapat ketidakjelasan dalam
memahami dan menerapkan ketentuanPUIL 2000. Untuk itu permintaan penjelasan
dapatditujukan kepada Panitia Tetap PUIL
Simbol - Simbol Kelistrik berdasarkan PUIL 2000

Fungsi dari simbol instalasi listrik adalah mempermudah pembaca untuk mengetahui
komponen-komponen listrik serta jalur-jalur pengkabelan apa saja yang telah terpasang
pada instalasi rumah maupun bangunan.

Semua simbol ini dapat dibaca dan ditunjukkan dari sebuah denah instalasi dengan
design perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Biasanya sebuah denah instalasi
listrik sendiri dibuat pada rumah besar bertingkat yang memang membutuhkan
perencanaan instalasi listrik yang matang.

Bagi para teknisi listrik yang profesional, menguasai dan mengerti seluruh simbol
kelistrikan merupakan hal yang sangat penting. Hal ini karena mereka akan melakukan
perencaan sebelum menginstalasi, sehingga mereka akan mendesign simbol-simbol
instalasi. Tujuannya agar pekerjaan instalasi listrik menjadi lebih mudah dan cepat.

Simbol-simbol kelistrikan dapat dibagi menjadi 3 yaitu ;

Simbol Gambar Diagram Saluran Arus Kuat


Simbol Gambar Diagram Untuk Instalasi Pusat dan Gardu Induk
Simbol Gambar Untuk Gambar Instalasi Bangunan
Simbol Gambar Diagram Saluran Arus Kuat
Arus listrik dapat diartikan sebagai besarnya jumlah muatan listrik yang mengalir dari
satu titik yang berpotensial tinggi ke titik yang berpotensial rendah dalam waktu satu
detik. Simbol dari arus listrik yaitu “I”, dan dibagi menjadi dua antara lain arus listrik
searah (dc) dan arus listrik bolak balik (ac)
Simbol Gambar Diagram Untuk Instalasi Pusat dan Gardu Induk

Gardu Induk merupakan sebuah instalasi yang terdiri dari peralatan listrik dimana
merupakan pusat beban yang diambil dari saluran transmisi. Beberapa fungsi dari
gardu induk :
Mentransformasi tenaga listrik dari suatu tegangan tinggi ke tegangan tinggi lain atau
juga dari tegangan tinggi ke tengangan menengah.
Pengukuran, pengawasan operasi, pengendalian serta pengaturan dari pengamanan
sistem tenaga listrik.
Simbol Gambar Untuk Gambar Instalasi Bangunan

Dalam membuat dan menggambar rancangan instalasi listrik bangunan diperlukan


penerangan dan tenaga. Tak hanya itu saja, juga diperhatikan betul melalui analisa
data perhitungan teknis mengenai susut tegangan, beban terpasang dan kebutuhan
beban maksimum, serta arus hubung singkat dan daya hubung singkat pada proses
pemasangannya.
 Keselamatan Kerja

Dalam pemasangan instalasi listrik, biasanya rawan terhadap terjadinya


kecelakaan. Kecelakaan bisa timbul akibat adanya sentuh langsung dengan
penghantar beraliran arus atau kesalahan dalam prosedur pemasangan instalasi.
Oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan bahaya listrik
serta tindakan keselamatan kerja.

Anda mungkin juga menyukai