Anda di halaman 1dari 4

Program Studi Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya


Mata Kuliah K3 Listrik
Dosen: Nasori

Nama : Firmansyah Ilham S.D.

NIM : 2440018015

Prodi / Semester : D-IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja / 3

Petunjuk:
Sifat Ujian: Take home
Durasi: 2 hari
Dikumpulkan pada PJMK

Jelaskan dengan menguraikan pertanyaan berikut.

1. Apa dasar-dasar keselamatan listrik?


2. Apa risiko keamanan listrik di laboratorium yang menggunakan sumber tegangan tinggi AC?
3. Apa risiko keamanan listrik pada bangunan yang tidak memiliki grounding?
4. Seberapa sering pelatihan keselamatan listrik ditawarkan?
5. Apa standar keselamatan listrik dan siapa yang menegakkannya?
6. Bagaimana komunikasi visual dapat meningkatkan keamanan listrik?

TugasRancang:

Rancanglah sistem K3 listrik dari mulai master plan sampai perhitungan detail untuk rumah
berukuran 10 m x 12 m dengan 2 lantai dengan menggunakan sumber tegangan PLN. Dengan
mengacu pada PUIL 2000 dan PUIL 2011.

SelamatBekerja
JAWABAN

1. Dasar hukum mengenai persyaratan keselamatan listrik tertuang pada


 Undang – Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
 Undang – Undang Nomor 15 tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan
 Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan
Tenaga Listrik
 Permen Tenaga Kerja No.Per.04/MEN/1988. Prinsip-prinsip keselamatan
pemasangan listrik antara lain:
a. Harus sesuai dengan gambar rencana yang telah disyahkan.
b. Mengindahkan syarat-syarat yang telah ditetapkan (PUIL).
c. Harus menggunakan tenaga terlatih.
d. Bertanggung-jawab dan menjaga keselamatan dan kesehatan tenaga kerjanya.
e. Orang yang diserahi tanggung-jawab atas pelaksanaan pekerjaan pemasangan instalasi
listrik harus ahli di bidang listrik, memahami peraturan listrik dan memiliki sertifikat
dari instansi yang berwenang.
 Ketentuan Lain Mengenai Persyaratan Keselamatan Kerja Bidang Tenaga Listrik :
a. Instalasi listrik yang telah selesai dipasang harus diperiksa dan diuji sebelum dialiri
listrik oleh pegawai pengawas spesialis lstrik.
b. Instalasi listrik yang telah dialiri listrik, instalatir masih terikat tanggung-jawab satu
tahun atas kecelakaan termasuk kebakaran akibat kesalahan pemasangan instalasi.
c. Harus ada pemeriksaan yang rutin terhadap isolator. Isolator yang retak, terutama untuk
tegangan menengah dan/ atau tegangan tinggi yang dapat mengakibatkan gangguan
pada perusahaan atau dapat menimbulkan kecelakaan.
d. Seluruh instalasi listrik, tidak hanya bagian yang mudah terkena gangguan saja, tetapi
juga pengaman, pelindung dan perlengkapannya harus terpelihara dengan baik.
e. Jangan membiarkan instalasi yang aus, penuaan atau mengalami kerusakan. Segera
dilakukan penggantian.
f. Isolator saklar minyak, transformator dan sebagainya pada waktunya harus dibebaskan
dari air, debu, arang dan zat asam, antara lain dengan cara penyaringan.
g. Perlengkapan seperti relai lebih cepat mengalami kerusakan. Oleh sebab itu harus sering
dilakukan pengujian terhadapnya.
h. Dalam melakukan pemeliharaan, dilarang menggunakan perkakas kerja dan bahan
magnetic dekat dengan medan magnet perlengkapan listrik.
i. Pelindung dan pengaman, yang selama pemeliharaan dibuka/ dilepas, harus dipasang
kembali pada tempatnya.
j. Dilarang menyimpan bahan yang mudah terbakar di daerah yang dapat membahayakan
instalasi listrik.
k. Diruang dengan bahaya ledakan tidak diijinkan mengadakan perbaikan dan perluasan
instalasi pada keadaan bertegangan; dan dalam keadaan aman, perlengkapan listrik
harus terpelihara dengan baik.
2. Jika listrik pada laboratorium menggunakan sumber tegangan tinggi AC, dapat
menyebabkan fibrilasi ventrikel (masalah pada detak jantung) sehingga berisiko
kematian. Besarnya tegangan yang menghasilkan arus, dapat berisiko fatal.
Bergantung pada resistansi kulit. Kulit basah dapat memiliki resistansi150Ω. Nilai
resistansi tangan dan kaki diperkirakan sebesar 100Ω dan tubuh 200Ω.

3. Bangunan yang tidak memiliki grounding dapat menimbulkan suatu risiko tersambar
petir yang mengakibatkan yaitu runtuhnya bangunan tinggi maupun bangunan rendah,
menimbulkan kematian pada manusia atau makhluk hidup, dan rusaknya peralatan
elektronik yang dikarenakan lonjakan arus atau tingginya kekuatan daya arus listrik
hingga ribuan ampere yang masuk ke dalam gedung. Oleh sebab itu Pentingnya
Grounding penting bagi instalasi sebagai pencegah kontak langsung manusia atau
mahkluk hidup dengan tegangan listrik berbahaya.

4. Pelatihan keselamatan listrik diadakan setiap 1 atau 2 kali dalam sebulan. Selama 5
hari (3 hari di Jakarta dan 2 hari di Bandung) sesuai anjuran dari Kepmenaker RI
Kegiatan peserta yang dilakukan saat pelatihan dari hari ke 1 hingga hari ke 5: Hari
ke-1, penjelasan teori Kemenaker tentang peraturan dan undang-undang yang
mengatur tentang standarisasi mengenai listrik dan puil 2011 Hari ke-2 dan ke-3,
penjelasan teori teknis yang dibimbing oleh instruktur praktisi yang sudah
berpengalaman di bidang listrik Hari ke-4, peserta menuju kota Bandung yang akan
diberi teori oleh praktisi yang berbeda Hari ke-5, peserta pelatihan praktek di Lab.
Elektro Politeknik Negeri Bandung (POLBAN). Kemudian peserta diberikan
pemahaman mengenai panel listrik dan grounding yang dibimbing oleh instruktur
praktisi. Setelah itu peserta akan diberikan ujian untuk menentukan apakah
peserta pelatihan lulus atau tidak dalam pelatihan tersebut.

5. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2015


a. Standar Nasional indonesia
b. Standar Internasional
c. Standar nasional negara lain yang ditentukan oleh pengawas ketenagakerjaan
spesialis K3 Listrik
Sejak AVE 1938 sudah menjadi bagian dari standar K3 listrik, yang terakhir PUIL
2000 ditetapkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Kep
75/MEN/2002 PUIL berdiri sendiri adalah standard yang bersifat netral, sebagai
panduan yang tidak mengikat secara hukum. Biasanya standar digunakan sebagai
rujukan dalam suatu kontrak kerja, anatar kontraktor/instalatir dengan pemberian
kerja. Maka Keputusan menteri semua persyaratkan teknis maupun administrasi
yang bersifat wajib. PUIL 1964 Peraturan Khusus B, PUIL 1977 Peraturan 04/78,
PUIL 1987 Peraturan 04/88 SNI 225 1987, PUIL Terbaru SNI 04-0225-2000.

6. Buat izin kerja untuk teknisi yang akan bekerja di instalasi listrik, Sebelum memakai
alat listrik portable harus melakukan visual inspection (inspeksi kasat mata) dengan
mengecek Check Tag Validity-nya, Pasang semua sirkuit dengan pelindung ELCB,
Tutup perlengkapan panel listrik dengan panel yang bertujuan untuk mengamankan
perlengkapan listrik yang tidak mencukupi, melakukan kode tagging pada alat yang
digunakan sesuai dengan standart internasional selama 3 bulan sekali untuk mengecek
layak tidak nya alat – alat tersebut digunakan.

Anda mungkin juga menyukai