UJI SERTIFIKASI
BIDANG: DISTRIBUSI
PELAKSANA MADYA PEMELIHARAAN DISTRIBUSI
TEGANGAN MENENGAH
(F.43.135.01.KUALIFIKASI.2.DISTEM)
PERIODE: 13-15 MARET 2023
OLEH:
RIKI PUJIANTO
JAKARTA
2023
Kode dan Nama Okupasi Jabatan
Bidang : Distribusi
Nama Jabatan
No Nama Kode Okupasi Jabatan
Okupasi
Pelaksana Madya
Riki Pujianto Pemeliharaan
1 F.43.135.01.KUALIFIKASI.2.DISTEM
Distribusi Tegangan
Menengah
Kompetensi
No. Kode Unit Nama Unit
Inti / Pilihan
Kompetensi
Pilihan
F.43.135.00.002.1
2 Melaksanakan Pemeliharaan Sistem
Pembumian
i
DAFTAR ISI
ii
4.5 Sistem pembumian................................................................................. 18
BAB V LANGKAH KERJA................................................................................ 19
5.1 Pemeliharaan Peralatan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB TR) 19
5.2 Pemeliharaan Sistem Pembumian......................................................... 22
BAB VI KESIMPULAN...................................................................................... 24
LAMPIRAN.......................................................................................................... 3
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Listrik sangat dibutuhkan di dalam kehidupan sehari hari dan banyak dimanfaatkan
dalam kehidupan manusia, baik dalam rumah tangga, usaha, industri, sosial, peribadatan
dan lain lain. Demikian pentingnya energi listrik sehinga harus dijaga mutu dan
keandalannya. Untuk operasional yang handal dan kualitas yang prima, maka kualitas dan
kuantitas peralatan pembangkit, transmisi maupun distribusi harus terjamin adanya. Energi
listrik harus dibangkitkan pada saat dibutuhkan dikarenakan listrik sulit disimpan. Maka
dari itu kontinuitas suplai listrik merupakan masalah utama untuk manajemen kelistrikan
baik dari segi operasi maupun dari segi perencanaan. Peranan SDM merupakan faktor
yang penting dari aspek penggelolaan kelistrikan khususnya dalam menjamin kestabilan
atau kontinuitas suplai energi listrik dari proses pembangkitan, transmisi, distribusi sampai
ke konsumen.
Bidang ketenagalistrikan diatur sesuai dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2009 pasal 44 tentang ketenagalistrikan menyakatan bahwa setiap tenaga teknik dalam
usaha ketenagalistrikan wajib memiliki Sertifikat Kompetensi, untuk memenuhi ketentuan
keselamatan ketenagalistrikan guna mewujudkan kondisi instalasi tenaga listrik yang
aman, andal dan ramah lingkungan.
Untuk menjaga keandalan sistem jaringan distribusi tenaga listrik dalam
menyalurkan tenaga listrik yang baik ke konsumen, maka dilakukan inspeksi jaringan atau
pemeliharaan pada jaringan distribusi.
4
BAB II
FAKTOR K2/K3
5
2.1.4 Keselamatan ketenagalistrikan
a. Setiap usaha ketenagalistrikan wajib memnuhi ketentuan keselamatan
ketenagalistrikan.
b. Keselamatan ketenagalistrikan meliputi:
Standarisasi
Pengamanan instalasi dan pemanfaat TL untuk mewujudkan kondisi:
c. Andal dan aman bagi instalasi (Keselamatan Instalasi)
d. Aman dari bahaya bagi manusia
e. Akrab lingkungan (Keselamatan Lingkungan)
2.2.1 Pengertian K3
a. Pengertian secara filosofis
K3 merupakan suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmani maupun rohani, tenaga kerja pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya terhadap hasil karya dan
6
budaya menuju masyarakat adil dan makmur
b. Pengertian secara keilmuan
Dalam ilmu pengetahuan dan penerapannya, K3 adalah usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran,
peledakan dan pencemaran lingkungan.
c. Pengertian secara OHSAS 18001:2007 (Occupational Health and Safety
Assessment Series)
K3 adalah semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan
dan kesehatan kerja dari tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok,
pengunjung dan tamu) di tempat kerja.
2.2.2 Tujuan K3
K3 bertujuan untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari
pencemaran lingkungan dengan memelihara dan melindungi kesehatan, keamanan dan
keselamatan tenaga kerja sehingga dapat mencegah atau mengurangi terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dan pada akhirnya dapat meningkatkan sistem
efisiensi dan produktivitas kerja.
2.2.3 Sasaran K3
a. Menjamin keselamatan pekerja dan orang lain
b. Menjamin keamanan peralatan yang digunakan
c. Menjamin proses produksi yang aman dan lancar
2.2.4 Norma K3
a. Aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja
b. Diterapkan untuk melindungi tenaga kerja
c. Resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja
7
2.2.6 Jenis bahaya dalam K3
a. Bahaya jenis kimia
Bahaya akibat terhirupnya atau terjadinya kontak antara manusia dengan bahan
kimia berbahaya. Contoh jenis kimia: abu sisa pembakaran bahan kimia, uap
bahan kimia dan gas bahan kimia.
b. Bahaya jenis fisika
Bahaya akibat suatu temperatur udara yang terlalu panas maupun terlalu dingin
serta keadaan udara yang tidak normal yang menyebabkan terjadinya
perubahan atau mengalami suhu tubuh yang tidak normal. Bahaya akibat
keadaan yang sangat bising yang menyebabkan terjadi kerusakan pendengaran.
c. Bahaya jenis proyek/pekerjaan
Bahaya akibat pencahayaan atau penerangan yang kurang menyebabkan
kerusakan penglihatan. Bahaya dari pengangkutan barang serta penggunaan
peralatan yang kurang lengkap dan aman yang mengakibatkan cedera pada
pekerja dan orang lain.
8
c. Pengamanan listrik yang harus dicek secara berkala
d. Pengamanan ruangan, meliputi sistem alarm, alat pemadam kebakaran,
penerangan yang cukup, ventilasi yang baik dan jalur evakuasi khusus yang
memadai
9
arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan, dan goresan benda tajam.
2. Safety Belt atau sabuk pengaman yang dipakai saat menggunakan alat
transportasi serta untuk membatasi ruang gerak pekerja agar tidak terjatuh.
3. Safety Boot/Shoes adalah sepatu boot atau sepatu pelindung untuk
melindungi kaki dari benturan, tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam,
terkena cairan panas atau dingin, uap panas, bahan kimia berbahaya
ataupun permukaan licin.
1
0
BAB III
DAFTAR KERJA / ALAT UJI / BAHAN
11
3.2 Macam-macam Alat Kerja dan Penggunaannya
Dalam pemeliharaan ditribusi tegangan rendah, peralatan yang digunakan
diantaranya:
1. Perlengkapan APD
a. Helm pelindung, berfungsi untuk melindungi kepala terhadap bahaya listrik,
mekanik, atau kimia panas. Terbuat dari bahan polyethylene, plastik, katun,
alumunium, dan bahan sistetis lainnya.
c. Sarung tangan, berfungsi untuk melindungi tangan dan lengan terhadap bahaya
listrik, mekanik, kimia, panas, dan lainnya.
12
d. Sepatu Safety, berfungsi untuk melindungi kaki terhadap bahaya listrik,
mekanik, kimia, dan panas.
2. Peralatan Kerja
a. Toolkit, berfungsi untuk membuka atau mengencangkan baut,
memotong peralatan, seperti kabel, dan mengukur diameter peralatan.
13
d. Earth tester, berfungsi untuk mengukur tahanan pentanahan kerangka kabel
dan pentanahan kabel.
14
BAB IV
KAJIAN TEORI
15
a. Sistem jaringan tegangan primer atau Jaringan Tegangan Menengah (JTM), yaitu
berupa Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) atau Saluran Udara Tegangan
Menengah (SUTM). Jaringan ini menghubungkan sisi sekunder trafo daya di Gardu
Induk menuju ke Gardu Distribusi, besar tegangan yang disalurkan adalah 6 kV, 12
kV atau 20 kV.
b. Jaringan tegangan distribusi sekunder atau Jaringan Tegangan Rendah (JTR),
salurannya bisa berupa SKTM atau SUTM yang menghubungkan Gardu
Distribusi/sisi sekunder trafo distribusi ke konsumen. Tegangan sistem yang
digunakan adalah 220 Volt dan 380 Volt.
16
3. Jaringan distribusi pola grid
Pola jaringan ini mempunyai beberapa rel daya dan antara rel-rel tersebut
dihubungkan oleh saluran penghubung yang disebut tie feeder. Dengan demikian
setiap gardu distribusi dapat menerima atau mengirim daya dari atau ke rel lain.
4. Jaringan distribusi pola spindel
Jaringan primer pola spindel merupakan pengembangan dari pola radial dan loop
terpisah. Beberapa saluran yang keluar dari gardu induk diarahkan menuju suatu
tempat yang disebut gardu hubung (GH), kemudian antara GI dan GH tersebut
dihubungkan dengan satu saluran yang disebut express feeder. Sistem gardu
distribusi ini terdapat disepanjang saluran kerja dan terhubung secara seri.
Saluran kerja yang masuk ke gardu dihubungkan oleh saklar pemisah, sedangkan
saluran yang keluar dari gardu dihubungkan oleh sebuah saklar beban. Jadi sistem ini
dalam keadaan normal bekerja secara radial dan dalam keadaan darurat bekerja secara loop
melalui saluran cadangan dan GH.
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) merupakan jaringan kawat tanpa isolasi
yang terentang diudara yang disangga oleh tiang penyangga. Secara umum SUTM
digunakan pada daerah dengan kepadatan beban rendah seperti pedesaan san di kota-kota
kecil.
17
4.4 Sistem pembumian
Sistem pembumian terhadap instalasi merupakan suatu keharusan, hal ini bertujuan
agar tidak ada kesalahan karena impedansi yang diabaikan bagi logam yang ditanahkan.
Untuk menghindari bahaya terhadap peralatan dan manusia pada titik suplai, netral
dihubungkan ke tanah. Di setiap instalasi yang bekerja di atas tegangan yang sangat
rendah harus tersedia suatu penghantar pelindung rangkaian. Mungkin seluruhnya atau
sebagian berupa pipa saluran dari logam. Semua instalasi pengerjaan logam harus
dihubungkan ke penghantar kontinuitas tanah, yang pada gilirannya dihubungkan ke
suatu terminal pentanahan. Terminal pentanahan pemakai harus berdekatan dengan
terminal - terminal suplai pemakai. Di setiap titik lampu dan tempat sakelar rangkaian
tambahan akhir dari penghantar tanah perlu dihubungkan ke suatu terminal tanah.
Adapun lokasi - lokasi peletakan pantekan pentanahan Ada tujuh (7) lokasi peletakan
pantekan pentanahan yaitu:
a. Trafo 1
b. Trafo 2
c. Panel Panel
d. MVDP
e. Ruang Kontrol
f. LVDP
g. CPGS
18
BAB V
LANGKAH KERJA
Kordinasi :
1. Koordinator Perencanaan Pemeliharaan
2. Koordinator Pemeliharaan Gardu Distribusi
3. Koordinator Logistik / Perbekalan
4. Asman Pemeliharaan
5. Pelanggan
Peralatan Kerja :
1. Radio Komunikasi (HT)
2. Tang Kombinasi
3. Tespen
4. Kunci pas-ring (12-13 mm)
5. Cangkul
6. Linggis
7. Ember Plastik
8. Earth Tester
9. Alat Tulis
Perlengkapan K3 :
1. Pakaian Kerja
2. Helm Safety
3. Sarung Tangan Kulit
4. Sepatu Safety
5. Rambu Peringatan
19
Material :
1. Pasak
2. BC 50 atau A3C 70 mm2
3. Konector 50/70
Langkah Kerja:
1. Berdasarkan PK yang diterima, pemeliharaan melakukan :
a. Menyiapkan material
b. Menyiapkan peralatan kerja dan peralatan K3 yang diperlukan untuk
perbaikan pembumian
2. Menuju ke lokasi kerja sesuai intruksi kerja / PK
3. Lapor ke piket setempat untuk menginformasikan pekerjaan perbaikan
pentanahan sudah siap
4. Mengukur nilai pembumiannya dengan mengunakan alat eath tester, dengan cara
kabel probe hijau disambung ke gardu, probe kuning dipasang pada pasak diluar
gardu yang akan diukur pembumiannya dan kabel probe merah lebih jauh lagi
dipasang pada pasak dari tempat kabel probe kuning dipasang. Dimana pasak
kabel probe kuning dan pasak kabel probe merah ditancapkan di tanah secara
sejajar dari arah gardu.
5. Dari hasil pengukuran pembumian, sesuai standar bila lebih besar dari 5 ohm
harus dilakukan perbaikan
6. Perbaikan nilai pembumian dengan cara menambahkan ground rod
7. Membereskan peralatan kerja dan peralatan K3 serta pengecekan ulang
peralatan kerja dan peralatan K3
8. Lapor ke piket setempat bahwa pekerjaan telah selesai
9. Kembali ke kantor dan membuat laporan.
20
BAB VI
KESIMPULAN
21
Lampiran Job Safety Analyst (JSA)
22
Lampiran 4 SOP / IK Pemeliharaan Sistem Pembumian
23
24
Lampiran 5 Dokumentasi
25