PESERTA UJI
1
KATA PENGHANTAR
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan menyatakan
bahwa setiap tenaga teknik dalam usaha ketenagalistrikan wajib memiliki Sertifikat Kompetensi,
guna mewujudkan kondisi instalasi tenaga listrik yang aman, andal dan ramah lingkungan.
Penerbitan Sertifikat Kompetensi dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Kompetensi yang
mendapatkan akreditasi atau penunjukan dari Menteri ESDM yang dilaksanakan secara objektif
melalui penilaian yang adil, sah dan andal, dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan lain agar
memberikan keyakinan dan kepercayaan bagi pemangku kepentingan.Dalam melaksanakan
sertifikasi kompetensi.
Lembaga Sertifikasi Kompetensi harus berpedoman pada Standar Kompetensi Tenaga Teknik
Ketenagalistrikan(SKTTK) yang telah dikemas dalam okupasi jabatan sesuai jenjang kualifikasi
ketenagalistrikan. Rancangan SKTTK pada Pekerjaan Pemeriksaan dan PengujianPembangkit
Tenaga Listrik yang disusun dan dikemas dalam okupasi jabatan oleh Tim Perumus Standar
Kompetensi telah mendapatkan aklamasi pada Forum Konsensus yang diselenggarakan pada
tanggal 30 November 2017 di Jakarta. Sesuai Pasal 14 ayat 3 Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 46 Tahun 2017 tentang Standardisasi Kompetensi Tenaga Teknik
Ketenagalistrikan, menyatakan bahwa SKTTK hasil Forum Konsensus dapat digunakan sebagai
pedoman oleh pemangku kepentingan ketenagalistrikan sampai dengan rancangan SKTTK
ditetapkan dan diberlakukan oleh Menteri ESDM, Oleh karena itu, Direktur Jenderal
Ketenagalistrikan perlu menetapkan“Pedoman Standar Kompetensi Tenaga Teknik
Ketenagalistrikan Pada Pekerjaan Pemeriksaan dan Pengujian Pembangkit TenagaListrik”
sebagai acuan dalam melaksanakan sertifikasi kompetensi terhadap tenaga Teknik
Ketenagalistrikan.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 4
4.2 Saran............................................................................................................. 22
LAMPIRAN................................................................................................................... 23
3
BAB I
PENDAHULUAN
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam suatu perusahaan.
Dalam menghadapi arus globalisasi, berhasil atau tidaknya perusahaan dalam mencapai tujuan,
sangat tergantung pada kemampuan SDM dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan oleh
perusahaan. Karena SDM merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu
perusahaan disamping faktor lain seperti modal. Oleh Karena itu perusahaan harus merekrut
seorang karyawan yang kompeten atau sebaliknya melatih karyawan untuk menjadi kompeten
dalam bidang pekerjaannya. Perusahaan hams dapat menciptakan suasana yang dapat
memotivasi karyawan untuk meningkatkan prestasi kerja.
Agar tepat sasaran maka perusahaan berlomba-lomba mendaftarkan para karyawannya untuk
mengikuti uji sertifikasi kompetensi sehingga perusahaan dapat mengetahui dan mengukur
apakah karyawan mereka lulus atau tidak dalam uji kompetensi dan memang benar kompeten I
ahli dalam bidang pekerjaannya.
1.2 TUJUAN
a. Mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki
para karyawan, bebas dari bahaya fisik, risiko atau keragu-raguan.
b. Yaitu kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan
memuaskan.
F.43.125.03.045.1
Melaksanakan Pemeliharaan Proteksi Switchgear
F.43.125.03.042.1
Melaksanakan Pemeliharaan Peralatan Pemutus Daya
4
KODE UNIT KOMPETENSI PILIHAN :
F.43.125.03.043.1
Melaksanakan Pemeliharaan Peralatan Pemisah (PMS)
a. Peraturan Presiden :
b. Peraturan Menteri :
1. Peraturan Menteri ESDM Nomor 28 Tahun 2014 tentang Kualifikasi Usaha Jasa
Penunjang Tenaga Listrik
2. Peraturan Menteri ESDM Nornor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Permen ESDM No.
05 Tahun 2014 tentang Tata Cara Akreditasi dan Sertifikasi Ketenagalistrikan.
5
BAB II
MELAKSANAKAN PEMELIHARAAN PERALATAN PEMUTUS DAYA
2.1 Persiapan
2. Dokumen Penunjang :
6
Wearpack Body Hardness Safety Gloves Handy Talkie
2. Tool set
3. Insulation tester
4. WD 40
5. Kain majun
Berdasarkan fungsinya dan kondisi peralatan bertegangan atau tidak, jenis pemeliharaan pada
Pemutus dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. In Service / Visual Inspection
2. In Service Measurement / On Line Monitoring
3. Shutdown Measurement / Shutdown Function Check/Treatment
4. Conditional (Pasca relokasi / Pasca Gangguan / bencana alam)
5. Overhaul
In Service Inspection, In Servise Measurement / On Line Monitoring, Shutdown Measurement/
Shutdown Function Check, Conditional dan Overhaul sebagaimana dimaksud dalam butir 1 s/d 5
di atas, merupakan bagian dari uraian kegiatan pemeliharaan yang tertuang dalam KEPDIR
114.K/DIR/2010. Periode pemeliharaan shutdown measurement dan shutdown function check
dilaksanakan setiap 2 Tahun dan kegiatan pemeriksaan maupun pengujian mengacu kepada
Failure Mode Effect Analysis (FMEA) dari setiap komponen peralatan tersebut.
1. In Service / Visual Inspection
7
In Service Inspection adalah inspeksi/pemeriksaan terhadap peralatan yang dilaksanakan
dalam keadaan peralatan beroperasi/bertegangan (on-line), dengan menggunakan 5 panca indera
(five senses) dan metering secara sederhana, dengan pelaksanaan periode tertentu (Harian,
Mingguan, Bulanan, Tahunan). Inspeksi ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui/memonitor
kondisi peralatan dengan menggunakan alat ukur sederhana/umum (contoh Thermo Gun) yang
dilaksanakan oleh petugas operator/asisten supervisor di gardu induk (untuk Tragi/UPT PLN
P3B Sumatera/Wilayah) atau petugas pemeliharaan/supervisor gardu induk (untuk APP PLN
P3B JB).
Review KEPDIR 114.K/DIR/2010
Pemeriksaan yang dilaksanakan secara periodik Harian / Mingguan, Triwulan dan
Tahunan berdasarkan uraian formulir inspeksi berdasarkan FMEA / FMECA terbaru sebagai
berikut :
1) Pemeriksaan Harian
Misalnya meliputi :
• Pemeriksaan Tekanan Hidrolik pada PMT sistem penggerak hidrolik
• Pemeriksaan Tekanan Udara pada PMT sistem penggerak pneumatik
• Pemeriksaan tekanan SF6 pada PMT dengan media pemadam busur api gas SF
2) Pemeriksaan Mingguan
Misalnya meliputi :
• Pemeriksaan Indikator Kondisi pegas pada PMT sistem penggerak pegas (H-M)
• Pemeriksaan Counter kerja Pompa pada PMT sistem penggerak hidrolik
• Pemeriksaan Level minyak Hidrolik pada PMT sistem penggerak hidrolik
• Pemeriksaan Kerja motor kompresor pada PMT sistem penggerak pneumatik
• Pemeriksaan Level minyak kompresor pada PMT sistem penggerak pneumatik
• Pemeriksaan/Pembuangan Air pada tangki kompresor pada PMT system penggerak
pneumatik
• Pemeriksaan Supply AC / DC pada Lemari Mekanik
3) Pemeriksaan Bulanan
Misalnya meliputi :
• Pemeriksaan Heater pada lemari mekanik
• Pemeriksaan Penunjukan Level minyak pada PMT dengan media pemadam busur api
minyak
8
• Pemeriksaan Penunjukan tekanan N2 pada PMT dengan media pemadam busur api minyak
4) Pemeriksaan Triwulan
Misalnya meliputi :
• Pemeriksaan Warna minyak pada PMT dengan media pemadam busur api minyak
• Pemeriksaan Posisi Indikator ON / OFF pada lemari mekanik
• Pemeriksaan / pencatatan Stand Counte pada lemari mekanik
• Pemeriksaan seal Pintu lemari mekanik
• Pemeriksaan Kondisi dalam lemari mekanik
• Pemeriksaan Kondisi Pintu Lemari mekanik
• Pemeriksaan Lubang kabel pada lemari mekanik
• Pemeriksaan Fisik Grading Cap pada lemari mekanik
• Pemeriksaan Fisik Closing Resisor pada lemari mekanik
5) Pemeriksaan Tahunan
Meliputi :
• Pemeriksaan Kopel / Rod mekanik penggerak pada rod mekanik penggerakan PMT sistem
penggerak pegas
• Pemeriksaan Kondisi pelumas roda gigi pada PMT sistem penggerak pegas
• Pemeriksaan Kondisi ventbelt kompresor pada PMT sistem penggerak pneumatik
• Pemeriksaan Tangki kompresor pada PMT sistem penggerak pneumatik
• Pemeriksaan terminal wiring
• Pemeriksaan kabel kontrol
• Pemeriksaan keretakan isolator
• Pemeriksaan terhadap Terminal Utama, Jumperan dan daerah bertegangan PMT terhadap
benda asing
2. In Service Measurement / On Line Monitoring
Merupakan pengukuran yang dilakukan pada periode tertentu dalam keadaan peralatan
bertegangan (On Line). Pengukuran dan/atau pemantauan yang dilakukan bertujuan untuk
mengetahui/memonitor kondisi peralatan dengan menggunakan alat ukur yang canggih (seperti
Thermal Imager) yang dilakukan oleh petugas pemeliharaan.
1) Pemeriksaan 2 (dua) Mingguan
Meliputi :
• Pengukuran Suhu (Thermovisi) Isolator interupting chamber tegangan >150 kV
9
• Pengukuran Suhu (Thermovisi) Grading Capacitor tegangan > 150 kV
• Pengukuran Suhu (Thermovisi) Isolator Closing Resistor tegangan > 150 kV
• Pengukuran Suhu (Thermovisi)Terminal Utama tegangan > 150 kV
2) Pemeriksaan Bulanan
Meliputi :
• Pengukuran Suhu (Thermovisi) Isolator interupting chamber tegangan < 150 kV
• Pengukuran Suhu (Thermovisi) Isolator Closing Resistor tegangan < 150 kV
• Pengukuran Suhu (Thermovisi)Terminal Utama tegangan > 150 kV
3. Shutdown Measurement / Shutdown Function Check
Merupakan pengukuran yang dilakukan pada periode 2 tahunan dalam keadaan peralatan
tidak bertegangan (Off Line). Pengukuran dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi
peralatan dengan menggunakan alat ukur sederhana serta advanced yang dilakukan oleh petugas
pemeliharaan.
a. Shutdown Mesurement (2 tahunan)
Meliputi :
• Pengukuran tahanan isolasi terminal
• Pengukuran tahanan kontak PMT
• Pengukuran waktu buka PMT
• Pengukuran Waktu tutup PMT
Proses pengukuran meliputi kesiapan alat ukur dan kesiapan obyek yang diukur. Kesiapan alat
ukur dapat mengacu pada instruksi kerja masing – masing peralatan uji. Sedangkan kesiapan
obyek yang diukur adalah merupakan kegiatan yang tujuannya membebaskan obyek ( misal =
PMT ) dari tegangan sesuai Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan Pada Insatalasi Listrik Tegangan
Tinggi/Ekstra Tinggi (Dokumen K3/Buku Biru) dan dilanjutkan dengan pelepasan klem-klem
terminal atas dan terminal bawah. Kesiapan obyek yang akan diukur dilakukan dengan urutan
sebagai berikut:
1. Pemasangan pentanahan lokal (Local Grounding) disisi terminal atas dan terminal bawah
dengan tujuan membuang tegangan sisa (Residual) yang masih ada.
2. Pembersihan permukaan porselin bushing memakai material cleaner + lap kain yang
halus dan tidak merusak permukaan isolator dengan tujuan agar pengukuran memperoleh
nilai (hasil) yang akurat.
10
3. Melakukan pengukuran tahanan isolasi PMT kondisi terbuka (open) antara:
a. Terminal atas ( Ra, Sa, Ta ) terhadap Cashing ( body ) / tanah.
b. Terminal bawah ( Rb, Sb, Tb ) terhadap cashing ( body ) / tanah.
c. Terminal fasa atas – bawah (Ra-Rb, Sa-Sb, Ta-Tb)
4. Melakukan pengukuran tahanan isolasi PMT kondisi tertutup (closed):
a. Terminal fasa R / merah ( Ra+Rb ) terhadap tanah.
b. Terminal fasa S / Kuning ( Sa+Sb ) terhadap tanah.
c. Terminal fasa T / Biru ( Ta+Tb) terhadap tanah.
5. Mencatat hasil pengukuran tahanan isolasi serta suhu / temperatur sekitar.
6. Hasil pengukuran ini merupakan data terbaru hasil pengukuran dan sebagai bahan
evaluasi pembanding dengan hasil pengukuran sebelumnya. Contoh blangko adalah
terlampir ( “lembar hasil pengukuran tanahan isolasi pemutus tenaga” ).
7. Memasang kembali terminasi atas dan bawah seperti semula.
8. Melepas pentanahan lokal sambil pemeriksaan final untuk persiapan pekerjaan
selanjutnya.
2. Pengukuran Tahanan Kontak
Alat ukur tahanan kontak terdiri dari sumber arus dan alat ukur tegangan (drop Tegangan pada
obyek yang diukur). Dengan sistem elektronik maka pembacaan dapat diketahui dengan baik dan
ketelitian yang cukup baik pula (digital). Digunakannya arus sebesar 100 amp karena pembagi
dengan angka 100 akan memudahkan dalan menentukan nilai tahanan kontak dan lebih cepat.
Dalam melakukan pengukuran skala yang digunakan harus diperhatikan jangan sampai arus yang
dibangkitkan sama dengan batasan skala sehingga kemungkinan akan terjadi overload dan hasil
penunjukan tidak sesuai dengan kenyataannya.
3. Pengukuran keserempakan
Berdasarkan cara kerja penggerak, maka PMT dapat dibedakan atas jenis three pole
(penggerak PMT tiga fasa) dan single pole (penggerak PMT satu fasa). Untuk T/L Bay biasanya
PMT menggunakan jenis single pole dengan maksud PMT tersebut dapat trip satu fasa apabila
terjadi gangguan satu fasa ke tanah dan dapat reclose satu fasa yang biasa disebut SPAR (Single
Pole Auto Reclose). Namun apabila gangguan pada penghantar fasa – fasa maupun tiga fasa
maka PMT tersebut harus trip 3 fasa secara serempak. Apabila PMT tidak trip secara serempak
akan menyebabkan gangguan, untuk itu biasanya terakhir ada sistem proteksi namanya pole
discrepancy relay yang memberikan order trip kepada ketiga PMT pahasa R,S,T.
11
Hal yang sama juga untuk proses menutup PMT maka yang tipe single pole ataupun three
pole harus menutup secara serentak pada fasa R,S,T, kalau tidak maka dapat menjadi suatu
gangguan didalam sistem tenaga listrik dan menyebabkan sistem proteksi bekerja.
Pada waktu PMT trip akibat terjadi suatu gangguan pada sistem tenaga listrik diharapkan
PMT bekerja dengan cepat sehingga clearing time yang diharapkan sesuai standard SPLN No
52-1 1983 untuk system 70 KV = 150 milli detik dan SPLN No 52-1 1984 untuk system 150 kV
= 120 milli detik, dan Grid Code Jawa Bali untuk sistem 500 kV = 90 milli detik dapat
terpenuhi.
Langkah pengukuran keserempakan beserta konfigurasi alat uji dengan PMT dapat mengacu
pada instruksi kerja alat uji keserempakan PMT. Perbedaan waktu yang terjadi antar phasa R ,
S , T pada waktu PMT membuka dan menutup kontak dapat diketahui dari hasil pengukuran.
Sehingga pengukuran keserempakan pada umumnya sekaligus meliputi pengukuran waktu buka
tutup PMT. Nilai yang dapat diketahui dalam pengukuran keserempakan adalah Δt yang
merupakan selisih waktu tertinggi dan terendah antar phasa R, S, T sewaktu membuka atau
menutup kontak.
4. Pengukuran tahanan pentanahan
Pengukuran tahanan pentanahan bertujuan untuk menentukan tahanan antara besi atau plat
tembaga yang ditanam dalam tanah yang digunakan untuk melindungi peralatan listrik terhadap
gangguan petir dan hubung singkat. Dengan demikian pelat tersebut harus ditanam hingga
mendapatkan tahanan terhadap tanah yang sekecil-kecilnya. Untuk mengukur tahanan
pentanahan digunakan alat ukur tahanan pentanahan (Earth Resistance Tester)
Pelaksanaan :
12
c. Untuk mengecek kondisi batrai dapat dilakukan dengan Putar selector ke skala
BATT.CHECK, Kemudian tekan dan putar tombol TEST, Lihat skala penunjukan earth
tester, jika jarum penunjuk bergerak ke BATT.GOOD, maka baterai dari earth tester yang
digunakan dalam kondisi baik, jika jarum penunjuk tidak sampai menujuk BATT.GOOD,
maka kondisi baterai buruk dan harus diganti dengan yang baru.
d. Hubungkan alat ukur dengan elektroda bantu dan kawan grounding sesuai dengan
gambar wiring diagram diatas menggunakan kabel probe merah, kuning, dan hijau.
e. Hidupkan digital earth tester dengan memutar skala pengukurannya. Pilih skala
pengukuran sesuai kebutuhan. Skala pengukuran x 1 Ω
f. Tekan tombol press to test dan lihatlah hasil penunjukan earth tester
g. Catat atau foto hasil pengukuran pentanahan tower
h. Putar skala pengukuran kembali ke posisi off. Lakukan proses yang sama untuk tower
yang lainnya.
59,4 ms
59,3 ms
Keserempakan 0,3 ms
44,1 ms
Waktu Close Setiap Fasa
44 ms
13
43,9 ms
Keserempakan 0,2 ms
Terdapat hasil pengukuran yang tidak memenuhi standar yaitu pada pengujian tahanan
pentanhan. Nilai pengukuran sebesar 10 ohm yang nilainya jauh diatas standar yang berlaku
yaitu < 1 ohm. Hasil tersebut diakibatkan oleh tidak adanya elektroda yang dipasang pada
penyangga peralatan. Oleh karena itu perlu ditambahkan elektroda yang terhubung dengan kaki
peralatan. Secara keseluruhan hasil pemeliharaan yang dilakukan telah memenuhi standar.
2.4 Dokumentasi
14
Pengecekan peralatan
Safety briefing
15
Pembersihan isolator pada PMT 150
KV
Pengukuran pentanahan
16
BAB III
MELAKSANAKAN PERALATAN PEMISAH
3.1 Persiapan
2. Dokumen Penunjang :
17
Wearpack Body Hardness Safety Gloves Handy Talkie
2. Tool set
3. Insulation tester
4. WD 40
5. Kain majun
6. Earth Tester
18
Pengukuran tahanan isolasi pemisah (PMS) ialah proses pengukuran dengan suatu alat ukur
untuk memperoleh nilai tahanan isolasi PMS antara terminal utama tiap phasa terhadap
body(base plat) yang ditanahkan. Pengukuran tahanan isolasi dimaksudkan untuk mengetahui
secara dini kondisi isolasi/isolator pemisah dan mengetahui nilai tahanan isolasi. Pengukuranan
tahanan isolasi dilakukan. Kesiapan obyek yang akan diukur dilakukan dengan urutan sebagai
berikut :
a) Pemasangan pentanahan lokal (Local Grounding) dikedua terminal utama tiap phasa dengan
tujuan membuang tegangan sisa (Residual) yang masih ada.
b) Lepas koneksi konduktor dari kedua sisi terminal utama.
c) Bersihkan permukaan porselin bushing memakai material cleaner + lap kain yang halus dan
tidak merusak permukaan isolator dengan tujuan agar pengukuran memperoleh nilai (hasil)
yang akurat.
d) Melakukan pengukuran tahanan isolasi PMS kondisi tertutup (closed) antara terminal utama(
R, S, T ) terhadap body/base plat.
e) Mencatat hasil pengukuran tahanan isolasi serta suhu/temperatur sekitar.
f) Hasil pengukuran ini merupakan data terbaru hasil pengukuran dan sebagai bahan evaluasi
pembanding dengan hasil pengukuran sebelumnya.
g) Memasang kembali terminasi dikedua sisi seperti semula.
20
Tahanan Isolasi 82 Giga Ohm
Terdapat hasil pengukuran yang tidak memenuhi standar yaitu pada pengujian tahanan
pentanhan. Nilai pengukuran sebesar 10 ohm yang nilainya jauh diatas standar yang berlaku
yaitu < 1 ohm. Hasil tersebut diakibatkan oleh tidak adanya elektroda yang dipasang pada
penyangga peralatan. Oleh karena itu perlu ditambahkan elektroda yang terhubung dengan kaki
peralatan. Secara keseluruhan hasil pemeliharaan yang dilakukan telah memenuhi standar
3.4 Dokumentasi
Pengecekan peralatan
21
Safety briefing
Pengukuran pentanahan
22
Komunikasi dengan Operator
23
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
24
LAMPIRAN 1 SURAT
TUGAS
25
26
LAMPIRAN 2
JOB SAFETY ANALYSIS
27
LAMPIRAN 3 STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP)
28
Lampiran 4 Dokumentasi Kegiatan
29