Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2019), Volume 6, No.

1:38 –46 p-ISSN : 2355-9942, e-ISSN:2656-792X


Nalle & Tiro: Analisis biaya transaksi ……………

ANALISIS BIAYA TRANSAKSI DALAM RANTAI PASOK TERNAK SAPI


POTONG DI TIMOR BARAT, NUSA TENGGARA TIMUR

(ANALYSIS OF TRANSACTION COST IN BEEF CATTLE SUPPLY CHAIN IN WEST TIMOR,


EAST NUSA TENGGARA PROVINCE)

Agus A. Nalle, Melkianus Tiro


Fakultas Peternakan, Universitas Nusa Cendana
agustfio@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian bertujuan menganalisis macam dan besarnya biaya transaksi dalam sistem dan mekanisme
rantai pasok komoditas ternak sapi potong di Timor Barat, serta menganalisis faktor yang dominan dari
macam biaya transaksi terhadap pilihan peternak dalam memilih lokasi penjualan ternak sapi potong. Waktu
penelitian Juli s/d Desember 2015. Pendekatan deskriptif digunakan untuk menghitung macam dan besarnya
biaya transaksi dalam rantai pasok ternak sapi potong. Demikian juga model persamaan logit digunakan
untuk menganalisis faktor yang dominan dari macam biaya transaksi terhadap pilihan peternak dalam
memilih lokasi penjualan ternak sapi potong. Sampel penelitian sebanyak 60 responden peternak yang
diambil secara acak sederhana dengan kriteria bahwa mereka selama 1-2 tahun terakhir pernah menjual
ternak sapi. Hasil penelitian menemukan bahwa macam dan besarnya biaya retribusi pasar hewan, biaya
pengadaan pakan ternak dan konsumsi peternak merupakan faktor dominan yang mendeterminasi peternak
untuk memilih menjual ternak sapi potong di tempat usaha/lokasi pemeliharan melalui pedagang perantara.
_________________________________________________
Kata Kunci : Sapi Potong, Rantai Pasok, Biaya Transaksi

ABSTRACT

The aim of this study is to analyse kinds and magnitude of transaction cost in the supply chain of beef
cattle commodity in West Timor; and to analyse the dominant factors of kinds of transaction costs on the
choice of the farmers in choosing beef cattle sale location. This study was conducted on july to December
2015. The descriptive approach is used to calculate the kinds and magnitude of transaction cost in the supply
chain of beef cattle. Meanwhile the analysis of the logit equation model is applied to analyse the dominant
factors of the kinds of transaction cost on the choice of the farmers in choosing the beef cattle sale location.
The study sample was 60 respondents farmers that was taken a simple random criteria that they are sell beef
cattle for 1-2 years. The study found that the kinds and magnitude of the animals market retribution cost; the
cost of procurement of fodder and consumption of farmers are the dominant factors determining farmers
choice to sell beef cattle at the place of business/location maintenance through intermediate traders.
_________________________________________________
Keywords : beef cattle; supply chain, transaction cost

PENDAHULUAN

Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai dengan pola penggemukan dan pembibitan
salah satu wilayah pemasok kebutuhan daging oleh seorang peternak. Pola penggemukan
sapi nasional telah menunjukan perannya dilakukan dengan system ikat, yang mana
melalui kegiatan pengiriman ternak sapi pakan diberikan secara cut and carry. Pola
potong bagi pemenuhan kebutuhan daging sapi pembibitan dilakukan dengan system lepas,
nasional. Profil usaha ternak sapi potong di yakni ternak sapi di lepas di areal padang
NTT umumnya dan Timor Barat khususnya rumput atau areal lading/kebun sisa panen
merupakan usaha campuran yang ditunjukan tanpa atau dengan pengawasan terbatas.
38
Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2019), Volume 6, No. 1:38 –46 p-ISSN : 2355-9942, e-ISSN:2656-792X
Nalle & Tiro: Analisis biaya transaksi ……………

Demikian juga terkait dengan pengusahaan dalam Ginting, dkk, 2018). Oleh Aini (2016)
ternak sapi potong di Timor Barat bahwa hal menyatakan bahwa biaya transasksi cenderung
penting yang diduga kuat berpengaruh tersembunyi dan diabaikan oleh para peternak
terhadap efisiensi dan keuntungan yang dapat karena tidak dianggap sebagai biaya padahal
diraih peternak adalah rantai pasok jenis dapat mempengaruhi penerimaan dan
komoditi bersangkutan bagi pemenuhan menurunkan daya saing. Umunya peternak
kebutuhan permintaanregional/lokal dan skala kecil mengeluarkan biaya tranksaksi
nasional. yang lebih besar disbanding dengan peternak
Jumlah pengeluaran ternak sapi dari NTT skala besar karena sulitnya mengakses
antara tahun 2004-2010 cenderung informasi pasar.
berfluktuasi, dengan pertumbuhan yang relatif Kolaborasi horizontal yang melibatkan
rendah yakni sebesar 3,17%/tahun. Pada tahun peternak seringkali memilikikonfigurasi yang
2004, jumlah pengiriman sapi asal NTT terfokus pada hubungansosial untuk aktivitas
sebanyak 78.327 ekor, meningkat menjadi jual beli (McAdam etal., 2016). Hubungan
82.634 ekor pada tahun 2005. Selanjutnya sosial yang membentukjaringan sosial terdiri
118.280 ekor pada tahun 2008 yang kemudian dari tiga macam yaitu:(1) jaringan kekuasaan
menurun menjadi 112.443 ekor pada tahun (power) yaituhubungan sosial yang bermuatan
2009 dan menurun lagi hanya sebanyak 81.471 kekuasaan;(2) jaringan kepentingan (interest)
ekor pada tahun 2010. Pada tahun 2011, yaituhubungan sosial yang bermakna pada
jumlah pengeluaran ternak sapi potong asal tujuankhusus; dan (3) Jaringan
NTT tercatat sebanyak 59.670 ekor, yang perasaan(sentiment), terbentuk atas dasar
kemudian menurun menjadi sebesar 55.000 hubungansosial yang bermuatan perasaan
ekor pada tahun 2012 (Dinas Peternakan (Agusyanto,2007).Berdasarkan gambaran latar
Provinsi NTT, 2013). Purba dan Hadi (2012) belakang, maka telah dilakukan suatu kajian
mengemukakan bahwa kegiatan pemasaran yang komprehensif terkait dengan analisis
hasil sangat diperlukan untuk mendorong biaya transaksi dalam rantai pasok ternak sapi
ekspansi produksi suatu komoditas hingga potong di Timor Barat khususnya dan NTT
melampaui batas subsistensi. Dalam konteks pada umumnya.
pemasaran ternak sapi potong di NTT, telah Permasalahan penelitian ini adalah : apa
banyak dilaksanakan kajian dengan ragam macam dan besar biaya transaksi dalam rantai
kesimpulan, terutama pada fokus kajian pasok ternak sapi potong di Timor Barat
tentang rantai pemasaran, efisiensi, market khususnya dan Nusa Tenggara Timur pada
share dan integrasi pasar. Analisis biaya umumnya, dan faktor apa saja yang paling
transaksi (transaction cost) pada sistem dan dominan menentukan jenis dan besarnya biaya
mekanisme pemasaran hampir tidak pernah transaksi yang mempengaruhi pilihan peternak
dilakukan. pada mekanisme rantai pasok ternak sapi
Keberadaan biaya transaksi umumnya potong di Timor Barat, khususnya dan NTT
berdampak langsung pada efisiensi, walaupun pada umumnya ?.
tidak berkontribusi secara langsung dalam Berdasarkan permasalahan di atas, maka
proses menghasilkan produksi. Biaya transaksi tujuan kajian ini adalah : menganalisis macam
muncul karena adanya kegiatan transaksi dan besarnya biaya transaksi dalam rantai
termasuk biaya mencari mitra untuk pasok ternak sapi potong di Timor Barat
bertransaksi, menyeleksi mitra yang khususnya dan Nusa Tenggara Timur pada
terpercaya, negosiasi dengan mitra untuk umumnya, dan menganalisis faktor yang paling
mencapai kesepakatan, mwngirimkan produk, dominan dari macam dan besarnya biaya
memantau kerjasama, dan menjalankan transaksi terhadap pilihan peternak dalam
kesepakatan transasksi (Holloway et al, 2000 memilih lokasi penjualan ternak sapi potong.

39
Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2019), Volume 6, No. 1:38 –46 p-ISSN : 2355-9942, e-ISSN:2656-792X
Nalle & Tiro: Analisis biaya transaksi ……………

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi lembaga terkait, dengan berpedoman kepada


Waktu pelaksanaan penelitian yang “data list” yang dipersiapkan sbelumnya.
terpetakan atas pengambilan data, analisis data
dan penulisan laporan selama 6 (enam) bulan, Analisis Data
yakni dari Juli s/d Desember 2015. Lokasi Untuk mencapai tujuan pertama dari
penelitian adalah wilayah Kabupaten Kupang, penelitian ini maka digunakan analisis
yang meliputi Kecamatan Amarasi Barat dan deskriptif dengan pendekatan tabel silang.
Fatuleu. Pemilihan dan penetapan wilayah Selanjutnya untuk tujuan kedua difokuskan
kecamatan contoh didasarkan pada pertimbangan pada pendekatan analisis biaya transaksi
bahwa kedua wilayah tersebut selama ini (transaction cost) yang harus dikeluarkan
merupakan wilayah potensial untuk peternak dan lembaga pemasaran antara yang
pengembangan ternak sapi potong, dan letaknya terlibat di dalam rantai pasok yang ada. Untuk
mewakili kecamatan terdekat dan terjauh dari itu diadopsi pendekatan perhitungan efektifitas
pasar hewan yang ada di Kabupaten Kupang. jenis komponen dan besarnya biaya transaksi
yang harus dikeluarkan peternak dalam
Penentuan Contoh memasarkan komoditi ternak sapi potong yang
Penarikan contoh dilakukan secara bertahap, diusahakan, dilakukan dengan perhitungan
yakni dimulai dengan penarikan desa contoh sebagai berikut :
secara purposive. Dipilih 2 buah desa (25%)
dari setiap kecamatan di mana desa yang dipilih TrCj = ∑ Sij .................................................. (1)
adalah desa terjauh dan terdekat dengan pusat
kecamatan. Pemilihan desa-desa contoh ini Di mana : TrCj adalah biaya transaksi
didasarkan pada fakta dan kriteria bahwa jumlah dalam rantai pasok ternak sapi di Timor Barat
ternak sapi potong cukup dominan dengan pola khususnya dan NTT umumnya; Sij adalah
pemeliharaan beragam (sistem lepas dan sistem macam dan besarnya biaya transaksi yang
ikat) termasuk pola pemilikannya cukup harus dikeluarkan dalam proses pemasaran
bervariasi. Desa contoh yang terpilih adalah desa ternak sapi. Adapun biaya transaksi yang
Merbaun dan Tunbaun di kecamatan Amarasi diperkirakan ada dan menyertai aktivitas
Barat, dan desa Camplong I dan desa Silu di pemasaran ternak sapi potong meliputi : biaya
kecamatan Fatuleu. negosiasi, biaya transportasi, pajak dan
Jumlah responden peternak sebanyak 60 retribusi, serta komponen biaya tidak langsung
peternak yang dilakukan dengan metode acak lainnya.
sederhana dengan kriteria bahwa peternak contoh Rasio masing-masing komponen biaya
tersebut adalah mereka yang dalam 1-2 tahun transaksi terhadap total biaya transaksi (z) di
terakhir pernah menjual ternak sapi potong yang hitung dengan menggunakan rumus (Suhana,
diusahakannya. 2008 dan Marasabessy, 2011) :

Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan Sij
dengan teknik survei dan observasi Zij = ---------; di mana : ∑ Zij = 1 ............... (2)
(pengamatan langsung) di lapangan. Pada saat TrCij
yang sama dilaksanakan wawancara mendalam
secara langsung dengan responden dengan Untuk memprakirakan pengaruh biaya
berpedoman kepada kuisioner/daftar transaksi terhadap pilihan peternak dalam
pertanyaan terstruktur. memasarkan komoditi sapi potong yang
Pengumpulan data sekunder dialukan atas diusahakan, digunakan model analisis
koleksi data tertulis pada instansi dan atau
40
Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2019), Volume 6, No. 1:38 –46 p-ISSN : 2355-9942, e-ISSN:2656-792X
Nalle & Tiro: Analisis biaya transaksi ……………

persamaan logit. Model ini mengidentifikasi ternak melalui perantara di pasar ternak.
jenis komponen biaya transaksi yang
dikeluarkan peternak saat melakukan Yi=f (TC, NC, RetC, NonDirc) ............... (3)
pemasaran ternak sapi potong. Keputusan di mana :
peternak untuk menjual melalui perantara di Yi = Keputusan peternak untuk memilih
lokasi pemeliharaan atau di pasar ternak rantai pasok ternak sapi potong.
merupakan kejadian biner, yang bernilai 1 dan TC= biayat ransportasi (rupiah/ekor)
0. Bentuk model logit adalah: NC= biaya negosiasi (rupiah)
Yi=1 untuk peternak sapi potong yang menjual RetC= biaya retribusi (rupiah/ekor)
ternak sapi melalui perantara di lokasi NonDirc = biaya tidak langsung (rupiah)
pemeliharaan.
Yi= 0untuk peternak sapi potong yang menjual

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identitas Responden mengembangkan dan meningkatkan kinerja


Rataan umur responden sebesar 48,63 ± usaha yang dijalankannya.
12,74 tahun, dengan kisaran 29 – 75 tahun. Rata-rata pengalaman usaha peternak sapi
Berdasarkan rataan dan kisaran umur yang ada, potong selama 17,93 ± 8,23 tahun, dengan
dapat dikatakan bahwa responden terkategori lama minimum 8,00 tahun dan maksimum
kedalam rataan umur produktif. Hal ini 40,00 tahun. Tingginya pengalaman usaha
memberikan pemaknaan bahwa tersedia peternak responden diduga berkaitan dengan
peluang dan potensi sumberdaya manusia pilihan usaha ternak sapi potong telah
produktif di tingkat peternak yang dapat merupakan pilihan prioritas karena didukung
dioptimalkan dalam mendukung peningkatan oleh tersedianya sumberdaya alam pada
produktivitas usaha yang dilaksanakan. sebagian besar wilayah. Kombinasi
Responden peternak dengan prosentase pengalaman usaha dengan tingkat pendidikan
sebanyak 47,50% mengenyam pendidikan yang dimiliki peternak, secara paralel
dasar, kemudian sebanyak 22,50% diperkirakan sebagai sarana terbaik bagi
berpendidikan sekolah menengah pertama dan pengembangan usaha di tingkat peternak.
20,00% berjenjang pendidikan menengah atas. Kedua aspek ini saling melengkapi, di mana
Hal yang cukup positip terkait jenjang walaupun tingkat pendidikan formal yang
pendidikan responden bahwa terdapat 2,50% dikuasai relatif rendah, akan tetapi ketika
yang mengenyam pendidikan setingkat pengalaman usaha cukup baik, dapat dipastikan
akademi. Namun demikian masih juga akan berpengaruh positip bagi keberhasilan
ditemukan sebanyak 7,50% yang tidak usaha ternak yang dijalankan, demikian pula
mengenyam pendidikan formal. Semakin sebaliknya.
tinggi derajad pendidikan yang dimiliki, dapat
dipastikan yang berangkutan memiliki Alasan Penjualan Ternak Sapi Potong
kemampuan intelektual yang lebih baik relatif Alasan peternak untuk menjual ternak sapi
dibanding dengan kelompok orang dengan potong yang diusahakan pada hakekatnya
derajad pendidikan yang lebih rendah. Dan bervariasi di antara peternak. Untuk peternak
pada kondisi derajad pendidikan yang lebih yang memelihara ternak sapi milik orang
tinggi, kemungkinan akan memberikan hampir 100% alasan dan saat penjualan sangat
peluang kepada yang bersangkutan untuk ditentukan oleh pemodal/pemilik ternak sapi
terbuka merespons perubahan yang mungkin tersebut. Hal ini disebabkan karena peternak
terjadi, termasuk kaitannya dengan upaya yang memelihara ternak milik orang telah
memiliki kesepakatan bahwa terkait waktu

41
Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2019), Volume 6, No. 1:38 –46 p-ISSN : 2355-9942, e-ISSN:2656-792X
Nalle & Tiro: Analisis biaya transaksi ……………

penjualan merupakan keputusan mutlak yang disepakati tidak akan berbeda jauh
pemilik. dengan harga pasar yang berlaku.
Untuk ternak sapi milik sendiri, alasan dan Kategori pedagang perantara yang
saat penjualan sepenuhnya ditentukan oleh melakukan pembelian ternak di lokasi
peternak tersebut. Alasan untuk membiayai pemeliharaan, tercatat sebanyak 40%
pendidikan anak menempati ranking pertama, merupakan pedagang pengumpul lokal yang
dalam hal ini disampaikan oleh 50% peternak. membeli dan kemudian dijual di pasar hewan,
Selanjutnya ranking kedua adalah untuk kemudian sebanyak 10% adalah pedagang
pemenuhan kebutuhan harian yang antar pulau dan sisanya sebanyak 50% adalah
disampaikan oleh 32,50% peternak. pedagang pengumpul lokal yang membeli dan
Selanjutnya secara berturut-turut alasan langsung dijual ke Rumah Potong Hewan
pemenuhan untuk biaya perbaikan rumah, adat (RPH) untuk disembelih, terutama RPH di
kematian, biaya kesehatan dan terakhir untuk Kota Kupang. Pilihan terhadap lokasi
pernikahan anak. Berdasarkan hasil di atas, penjualan melalui pedagang perantara dilatar
dapat disimpulkan sementara bahwa ternak belakangi dengan alas an bahwa sebanyak 31%
sapi potong merupakan suatu aset ekonomi peternak mengatakan bahwa mereka telah lama
penting saat ini terutama untuk mengatasi mengenal, 4% pedagang perantara pernah
kebutuhan jangka pendek, walaupun oleh membantu pemenuhan kebutuhan peternak,
sebagian besar peternak yang lain juga dan bahkan sebanyak 8% adalah selain sebagai
memperlakukan komoditi ternak sapi sebagai pedagang perantara juga sebagai pemilik
aset untuk pemenuhan kebutuhan jangka modal. Berdasarkan temuan di atas, dapat
panjang. dikatakan bahwa keputusan peternak untuk
menjual ternak sapi apakah di lokasi
Pilihan Lokasi Penjualan Ternak Sapi pemeliharaan/di rumah ataukah di pasar hewan
Potong terdekat sangat ditentukan oleh tingkat
Pada hakekatnya pilihan lokasi penjualan pengetahuannya dengan pedagang perantara
ternak sapi bagi peternak hanya pada dua sebagai penghubung dengan konsumen.
pilihan, apakah menjual di rumah atau lokasi Semakin besar derajad pengetahuan dan
pemeliharaan melalui jasa pedagang perantara perkenalannya dengan pedagang perantara,
ataukah langsung dijual ke pasar hewan semakin kuat keputusannya untuk menjual
terdekat. Keputusan untuk memilih dimana ternak sapi yang diusahakan langsung dilokasi
lokasi penjualan tentunya akan berkonsekuensi usaha. Temuan penelitian ini semakin
terhadap aspek sosial maupun ekonomi. memperkuat pendapat Yeager (1999) yang
Secara proporsional pilihan peternak dikutip Yustika (2012) bahwa
untuk menjual ternak di rumah/lokasi institusional/kelembagaan sebagai aturan main
pemeliharaan melalui pedagang perantara sama dalam masyarakat, di mana aturan main
besar dengan pilihan lokasi di pasar hewan tersebut mencakup berbagai regulasi yang
terdekat, yakni masing-masing sebesar 50%. memapankan masyarakat untuk melakukan
Alasan yang kuat ketika menjual di lokasi interaksi.
pemeliharaan pada hakekatnya juga terkait erat
dengan derajad pengetahuannya tentang siapa Rantai Pasok Ternak Sapi Potong
pedagang perantara. Sebanyak 45% peternak Rantai pasok atau pemasaran ternak sapi
telah mengenal dan mengetahui dengan baik potong di Timor Barat sangat bervariasi di
pedagang perantara yang membeli ternak sapi mana paling tidak melibatkan berbagai
yang dijual. Hal ini karena selain telah lama komponen dalam hal ini Pedagang Pengumpul
pedagang tersebut mencari dan membeli di Lokal (PPL), institusi pasar hewan, institusi
lokasi desa tersebut, bahkan sebagian adalah Rumah Potong Hewan (RPH), Pedagang Antar
penduduk asli desa bersangkutan. Pada kondisi Pulau (PAP) dan Industri Pengolahan Rumah
yang demikian sangat diyakini bahwa harga Tangga (IPR).
42
Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2019), Volume 6, No. 1:38 –46 p-ISSN : 2355-9942, e-ISSN:2656-792X
Nalle & Tiro: Analisis biaya transaksi ……………

Rantai pasok yang dapat diidentifikasi industri pengolahan rumah tangga, ataukah
adalah sebagai berikut : untuk langsung dikonsumsi. Demikian juga
1. Peternak --- Pasar Hewan --- RPH --- konsumen akhir adalah mereka yang berlokasi
Konsumen Akhir di luar wilayah NTT (Jakarta atau Kalimantan
2. Peternak --- PPL --- Pasar Hewan --- PAP -- Timur) yang selama ini memasok ternak sapi
- Konsumen Akhir potong dari NTT untuk kebutuhan konsumsi.
3. Peternak --- PPL --- Pasar Hewan --- IPRT - Panjang dan atau pendeknya rantai pasok,
-- Konsumen Akhir secara teoritis akan sangat mempengaruhi
4. Peternak --- Pasar Hewan --- IPRT --- besar kecil margin yang bisa diraih dari setiap
Konsumen Akhir lembaga pemasaran yang terlibat.
5. Peternak --- PPL --- PAP --- Konsumen
Akhir
6. Peternak --- PPL --- Pasar Hewan --- RPH - Macam dan Besarnya Biaya Transaksi
-- Konsumen Akhir Kurang lebih terdapat 7 (tujuh) jenis biaya
7. Peternak --- PPL --- IPRT --- Konsumen transaksi yang harus dikeluarkan seorang
Akhir peternak ketika ia memutuskan untuk menjual
8. Peternak --- PAP --- Konsumen Akhir ternak di lokasi usaha ataukah di pasar ternak.
Adapun biaya dimaksud meliputi biaya
Dari delapan alternatif rantai pasok ternak pencarian informasi, transpor ternak, konsumsi
sapi potong di Timor Barat, NTT, untuk peternak saat menjual ke pasar, retribusi pasar,
alternatif nomor 1 dan 4, peternak langsung retribusi desa, biaya pakan dan biaya lainnya.
menjualnya ke pasar hewan/ternak. Untuk Ketika seorang peternak berkeputusan untuk
alternative lainnya, peternak langsung menjual ternak sapi di lokasi usaha, maka yang
menjualnya di lokasi pemeliharaan. Pilihan bersangkutan hanya mengeluarkan rata-rata
peternak untuk menjual ke pasar hewan akan biaya pencarian informasi sebesar dan biaya
berpeluang untuk peternak harus menanggung retribusi desa rata-rata sebesar Rp.24.750,-
sejumlah biaya transaksi seperti biaya transport (18,35%). Sebaliknya ketika peternak
ternak, retribusi pasar hewan, dsb. Dan apabila bersangkutan berkeputusan untuk menjualnya
peternak berkeputusan untuk menjual di lokasi sendiri ke pasar hewan, maka peluang peternak
pemeliharaan, maka macam dan jumlah biaya harus mengeluarkan biaya sebesar Rp.110.125
tersebut akan diambil alih oleh pedagang (81,65%) dari total biaya transaksi. Komponen
perantara. biaya dimaksud meliputi biaya transport
Berdasarkan varian kemungkinan saluran ternak; konsumsi peternak selama di pasar
pasok yang ada, pada hakekatnya dapat ternak; retribusi pasar ternak; biaya pakan dan
dibedakan lokasi konsumen akhir, apakah biaya lainnya yaitu untuk pembelian rokok dan
konsumen domestik dalam hal ini peternak sirih pinang. Untuk jelasnya tersaji pada Tabel
yang akan memanfaatkannya pada usaha lebih 1.
lanjut (usaha penggemukan atau perbibitan),

Tabel 1. Jenis dan besarnya biaya transaksi penjualan ternak sapi potong di Timor Barat, NTT

Besar
Macam Biaya Transaksi Satuan Proporsi (%)
Biaya
Rp/akses
Pencarian Informasi 6.500 4,82
info
Tranpor Ternak Rp/ekor 23.750 17,61
Konsumsi Peternak Rp/hari 31.875 23,63
Retribusi Pasar Rp/ekor 13.125 9,73
43
Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2019), Volume 6, No. 1:38 –46 p-ISSN : 2355-9942, e-ISSN:2656-792X
Nalle & Tiro: Analisis biaya transaksi ……………

Retribusi Desa Rp/ekor 18.250 13,53


Biaya Pakan Rp/ekor 12.750 9,45
Lainnya (rokok dan sirih pinang) Rp/hari 28.625 21,22
Total Biaya 134.875 100

Sumber : Data Primer, (diolah)


Biaya konsumsi peternak mengambil porsi mencermati fenomena proses dan mekanisme
terbesar (23,63%) Hal ini disebabkan ketika transaksi penetapan harga yang berlaku, maka
peternak menjual ternak sapi di pasar ternak, tetap diperlukan strategi dan kebijakan yang
mereka harus menunggu selama hampir tepat sehingga dapat memperkecil
seharian (24 jam) sejak dari tiba sampai ternak kemungkinan kerugian yang dterima akibat
terjual. Untuk itu peternak harus mengeluarkan lemahnya posisi tawar yang dihadapi.
sejumlah biaya untuk kebutuhan makan dan
minum. Demikian juga komponen biaya Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
lainnya yaitu dalam bentuk biaya pembelian Keputusan Lokasi Penjualan Ternak Sapi
rokok dan sirih pinang yang mengambil porsi Faktor-faktor yang dianalisis meliputi :
relative cukup besar. keputusan untuk memilih tempat penjualan
Berdasarkan gambaran hasil di atas, dapat (Yi), di mana Yi=1 untuk peternak sapi potong
dikatakan bahwa sangat rasional ketika seorang yang menjual ternaknya melalui perantara di
peternak memilih menjual ternak sapi yang lokasi pemeliharaan, dan Yi= 0 untuk peternak
diusahakan di lokasi pemeliharaan karena yang sapi potong yang menjual ternaknya melalui
bersangkutan akan terbebas dari sejumlah perantara di pasar ternak. Selanjutnya X 1
biaya yang harus dikeluarkan ketika ia menjual adalah besarnya biaya transpor ternak yang
ke pasar ternak. Pingali at al (2005) yang harus dikeluarkan untuk mengangkut ternak
dikutip Shiimi, et al (2010) menyatakan dari tempat usaha/pemeliharaan sampai ke
bahwa usahatani-ternak skala kecil sulit untuk pasar hewan atau tempat pembeli; X2 adalah
menghindar dari bentuk komersialisasi, dan biaya retribusi pasar yang harus dibayarkan
terus meningkat perbedaanya pada barang- saat menjual ternak sapi di pasar hewan; X3
barang publik yang menghambat pertukaran adalah biaya untuk membayar retribusi desa di
pasar akibat biaya transaksi yang muncul. mana peternak berdomisili; X4 adalah biaya
Anwar dan Siregar (1993) bahwa pedagang pembelian/pengadaan pakan saat menunggu
perantara selain dapat memperlancar transaksi pembeli di pasar hewan; X5 adalah biaya
komoditi yang diperdagangkan juga dapat konsumsi peternak saat melakukan penjualan
mengambil alih biaya transaksi bahkan transfer di pasar hewan, dan X6 adalah biaya pencarian
risiko yang mungkin harus ditanggung oleh berbagai informasi terkait pemasaran ternak
pemilik produk/komoditi yang sapi seperti informasi tentang harga,
diperdagangkan. permintaan ternak sapi, pembeli, dsb.
Pada saat seorang peternak menjual ternak Hasil analisis menunjukan bahwa variabel
sapi di lokasi usaha, maka tersedia biaya retribusi pasar hewan (X2), biaya pengadaan
terluang (opportunity cost) yang ditanggung pakan ternak (X4) dan konsumsi peternak (X 5)
pembeli sebesar kurang lebih Rp.110.125,-. saat melakukan penjualan di pasar hewan
Atau dengan lain perkataan bahwa peternak merupakan variabel yang paling menentukan
akan menghemat biaya atau meraih keputusan peternak untuk tidak menjual di
keuntungan sebesar biaya terluang tersebut. pasar hewan. Variabel yang lain walaupun juga
Hal ini juga berarti bahwa pilhan peternak menjadi pertimbangan peternak untuk
untuk menjual ternak sapi potong di lokasi pengambilan keputusan dimana lokasi
usaha, secara ekonomi merupakan pilihan penjualan ternak sapi potong, akan tetapi tidak
rasional untuk diterapkan. Namun demikian atau bukan variabel yang dominan

44
Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2019), Volume 6, No. 1:38 –46 p-ISSN : 2355-9942, e-ISSN:2656-792X
Nalle & Tiro: Analisis biaya transaksi ……………

mempengaruhi keputusan lokasi penjualan. aspek biaya transaksi relatif rendah, akan tetapi
Berdasarkan gambaran hasil analisis, saat transaksi penetapan harga jual, peternak
terkait pengaruh komponen biaya transaksi cenderung berhadapan dengan situasi
bagi peternak untuk pengambilan keputusan oligopsoni bahkan mengarah pada monopsoni.
tentang lokasi penjualan ternak sapi potong, Bahkan ketika lokasi usaha/permukiman
memberikan pemahaman bahwa perlunya peternak jauh dari lokasi pasar dengan kondisi
pengelolaan yang berkenaan dengan rantai kualitas infrastruktur yang rendah dan terbatas,
pasok di Timor Barat, NTT. Hal ini penting menyebabkan ketergantungan yang tinggi
mengingat ketika keputusan menjual hanya kepada pedagang perantara yang datang
berlangsung di tempat usaha, walaupun dari dan membeli ternak sapi yang diusahakan.

Tabel 2. Hasil pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan peternak sapi


potong dalam memilih lokasi pemasaran

No Parameter Estimate P-Value t-hitung


1. Biaya transpor 0,0156 0,1342 1,5355
2. Biaya retribusi pasar 0,0821 2,5E-08 7,2604
3. Biaya retribusi desa 0,0024 0,8263 0,2212
4. Biaya pengadaan pakan 0,0212 0,0019 3,3592
5. Biaya konsumsi peternak 0,0110 4,7E-06 5,4581
6. Biaya pencarian informasi 0,0004 0,6319 0,4834
Sumber : Data Primer, Tahun 2015 (diolah)

Penataan terhadap rantai pasok yang lebih dikembangkan, yang dimulai dengan tahapan
mengarah pada perkuatan kelembagaan di sosialisasi dan persiapan yang matang dengan
tingkat peternak dapat saja berupa tetap melibatkan seluruh komponen, tidak saja
pengembangan semacam asosiasi peternak peternak akan tetapi para pemangku
dengan perluasan aktivitas tidak saja berkaitan kepentingan lain seperti tokoh masyarakat,
dengan aspek teknis budidaya, akan tetapi tokoh adat, tokoh agama, pihak pemerintah
sampai kepada pengaturan sistem dan yang selama ini sangat berperan di wilayah
mekanisme transaksi harga dan pemasarannya. perdesaan Timor Barat, NTT.
Untuk itu rekayasa sosial (social enginering)
merupakan suatu bentuk ideal yang dapat

KESIMPULAN

Alasan yang melatar belakangi keputusan ternak, retribusi desa, retribusi pasar
seorang peternak untuk menjual komoditi hewan, konsumsi peternak, biaya pakan
ternak sapi potong yang diusahakan, antara lain dan biaya-biaya lainnya. Kesemua jenis
untuk pemenuhan kebutuhan biaya pendidikan, komponen biaya ini pada hakekatnya
kebutuhan harian, biaya perbaikan rumah, adat merupakan biaya yang penting dalam
kematian, biaya kesehatan dan biaya mempengaruhi keputusan peternak untuk
pernikahan anak. apakah menjual di tempat usaha/lokasi
1. Komponen biaya transaksi yang muncul pemeliharaan melalui pedagang perantara
dalam rantai pasok ternak sapi potong di atau langsung sendiri menjualnya ke pasar
Timor Barat, NTT meliputi antara lain : hewan terdekat.
biaya pencarian informasi, transpor

45
Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2019), Volume 6, No. 1:38 –46 p-ISSN : 2355-9942, e-ISSN:2656-792X
Nalle & Tiro: Analisis biaya transaksi ……………

2. Biaya retribusi pasar hewan, biaya melalui pedagang perantara. Sementara


konsumsi pakan ternak dan konsumsi faktor biaya transpor ternak, retribusi
peternak merupakan faktor yang paling desa, dan biaya pencarian informasi
dominan mendeterminasi peternak untuk walaupun turut berperan akan tetapi tidak
memutuskan menjual ternak sapi potong nyata dalam mempengaruhi keputusan
di tempat usaha/lokasi pemeliharan peternak.

DAFTAR PUSTAKA

Agusyanto R. 2007. Jaringan sosial dalam perspective. Regional Studies 50(8): 1316-
organisasi. Rajawali Pers : Jakarta. 1329.
Anwar A, Siregar H, 1993. Memahami Purba HJ, Hadi PU. 2012. Dinamika dan
Kelembagaan Asuransi Pertanian dalam Kebijakan Pemasaran Produk Ternak Sapi
Kegiatan Agribisnis di Wilayah Pedesaan. Potong di Indonesia Timur. Pusat Sosial
Makalah. Disampaikan pada Simposium Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.
Nasional Asuransi Agribisnis di Aula Analisis Kebijakan Pertanian 10(4); 361-
GMSK Dramaga Bogor, Bogor. Tanggal 4 373.
Desember 1993 (tidak dipublikasikan). Shiimi T, Taljaard PR, Jordaan H. 2010.
Aini AN. 2016. Analisis Biaya Transaksi pada Transaction Costs and Cattle Farmer’s
Usaha Sapi Perah di Kabupaten Boyolali, Choice of Marketing Channels in North-
Jawa Tengah. Tesis. IPB, Bogor. Central Namibia. Contributed Paper
Ginting LN, Kusnadi N, Pambudi R. 2018. presented at the Joint 3rd, African
Biaya Transaksi Explisit dan Implisit Association of Agricultural Economists
dalam Usaha Ternak Sapi Perah di (AAAE) and 48th Agricultural
Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Ilmu Economists Association of South Africa.
Pertanian Indonesia 23 (3) : 246-258. (AEASA) Conference, Cape Town, South
Marasabessy AZ. 2011. Analisis Biaya Africa, September 19-23, 2010.
Transaksi (Transaction Cost) Pengelolaan Suhana. 2008. Analisis ekonomi Kelembagaan
Sumberdaya Perikanan (Studi Kasus: dalam Pengelolaan Sumberdaya Ikan
Kecamatan Leihitu) Kabupaten Maluku Teluk Palabuhanratu Kabupaten
Tengah. Jurnal Ilmu Ekonomi Advantage, Sukabumi. Sekolah Pascasarjana, Institut
2(3):123-130. Pertanian, Bogor. Thesis, Tidak
McAdam, M., R. McAdam, A. Dunn, and dipublikasikan.
C.McCall. 2016. Regional horizontal Yustika AE. 2013. Ekonomi Kelembagaan.
networks within the SME agri-foodsector: Paradigma, Teori dan Kebijakan. Penerbit
An innovation and socialnetwork Erlangga, Jakarta.

46

Anda mungkin juga menyukai