Pengertian Usaha Tani Menurut Soekartawi (2011) adalah ilmu yang mempelajari bagaikan
mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki petani agar berjalan secara efektif dan efisien, serta
memanfaatkan sumberdaya tersebut agar memperoleh keuntungan yang setinggi-tingginya.
Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya,
dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang
melebihi input.
1. Sistem penggunaan lahan. merupakan suatu sistem dalam usahatani dimana petani menggunaan
lahan untuk melakukan kegiatan penanaman terhadap tanaman seperti menanam padi, menanam
cabe dan lain-lain
2. Sistem produksi ternak pada sistem kedua ini petani menggunakan lahannya untuk beternak atau
memelihara hewan baik hewan ternak maupun ikan
3. Sistem rumah tangga petani pada sistem ini para petani tidak melakukan kegiatan pertanian (off
farm) mereka melakukan usaha diluar kegiatan pertanian. Hal ini dikarenakan setiap petani memiliki
karakteristik yang berbeda sehingga kegiatan usahatani yang mereka lakukan relatif berbeda sesuai
karakter dan keinginan masing masing petani.
Dalam ilmu usahatani ada empat faktor produksi yang memegang peranan penting yaitu tanah,
modal, tenaga kerja dan manajemen, sehingga pendapatan Usahatani merupakan balas jasa dari
penyusutan empat faktor produksi tersebut.
1. Tanah
merupakan salah satu unsur usahatani atau disebut juga faktor produksi yang mempunyai
kedudukan penting. Kedudukan penting dari lahan sebagai faktor produksi terkait dengan
kepemilikan dan pemanfaatannya sebagaitempat atau wadah proses produksi berlangsung.
A. Sumber pemilikan tanah dapat diperoleh dari beberapa sumber, antara lain:
a. Beli Tanah yang dibeli merupakan tanah milik, yang memiliki ketentuanketentuan sebagai
berikut:
• Dibuktikan dengan bukti kepemilikan yaitu sertifikat yang dikeluarkan oleh negara melalui Kantor
Pertanhan Nasional
• Jual beli tanah milik harus memenuhi ketentuan yang berlaku secara administratif dan proseduriil
• Jual beli dapat dilakukan melalui pembuat akta tanah yang ditetapkan pemerintah, yaitu notaris
atau camat sebagai PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah
• Setelah akta jual beli ini diperoleh, baru diajukan ke kantor agraria kabupaten untuk
disertifikatkan.
b. Sewa
c. Sakap
d. Pemberian oleh negara Tanah pemberian oleh negara dapat diperoleh melalui :
• Pelaksanaan UUPA (Undang-undang Pokok Agraria)
• Transmigrasi
• PIR (Program Perkebunan Inti Rakyat)
• TIR (Program Tambak Inti Rakyat)
e. Warisan: tanah yang karena hukum agama dibagikan kepada ahli warisnya.
f. Wakaf: tanah yang diberikan atas seseorang atau badan kepada pihak lain (misalnya untuk
kegiatan sosial).
g. Membuka lahan sendiri Tanah ini terjadi pada tanah dengan hak ulayat pada perladangan
berpindah, penggarapan lahan. Hak ulayat adalah hak yang diberikan para ahli hukum pada
lembaga hukum dan hubungan hukum kongkret antara masyarakat hukum adat dengan tanah
dalam wilayahnya.
B. Status Tanah Status
Hubungan tanah usaha tani dengan pengolahannya dengan adanya status, maka akan memberikan
kontribusi bagi pengelolanya. Terdapat beberapa macam status tanah, antara lain:
a. Tanah Hak Milik Tanah milik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
• Bebas diolah oleh petani
• Bebas untuk merencanakan dan menentukan cabang usaha di atas tanah tersebut
• Bebas menggunakan teknik dan cara budidaya yang paling dikuasai dan disenangi oleh petani
• Bebas diperjualbelikan
• Dapat menumbuhkan menurut tanggungjawab atas tanah tersebut
• Dapat dijaminkan sebagai agunan
b. Tanah Sewa adalah tanah yang disewa oleh petani kepada pihak lain, karena itu petani
mempunyai kewenangan seperti tanah milik di luar jangka waktu sewa yang disepakati, tetapi
penyewa tidak boleh menjual dan menjadikan sebagai agunan.
c. Tanah Sakap adalah tanah orang lain yang atas persetujuan pemiliknya, digarap atau dikelola
oleh pihak lain. Pengelolaan usahataninya, seperti penentuan cabang usaha dan pilihan teknologi
harus dikonsultasikan dengan pemiliknya.
d. Tanah Gadai adalah pengalihan penguasaan hak garap tanah dari pemilik tanah kepada
pemilik uang.
e. Tanah Pinjaman
C. Tanah Sebagai Ukuran Usahatani
Total tanah usahatani: jumlah luas tanah yang digunakan untuk usahatani (ha).
Misalnya: petani A memiliki tanah di 3 tempat untuk usahataninya. Setiap tanah di suatu tempat
disebut persil. Persil 1 = 3 ha, Persil 2 = 0,5 ha, Persil 3 = 0,8 ha, sehingga totalnya adalah 4,34 ha.
Total luas pertanian adalah jumlah luas per tanaman pada tanah usahatani yang diusahakan dalam
waktu satu tahun.
D. Landreform
sebagai langkah dari pemerintah yang bertujuan untuk mengadakan perombakan dalam pemilikan
tanah pertanian sedemikian rupa, sehingga kepada tiap tanah usaha diberi luas yang cukup, bentuk
dan bangunan yang paling layak serta hubungan langsung dengan jalan umum.
2. Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah energi yang dicurahkan dalam suatu proses kegiatan untuk
menghasilkan suatu produk. Besar kecilnya peranan tenaga kerja terhadap hasil usahatani
dipengaruhi oleh keterampilan kerja yang tercermin dari tingkat produktivitasnya.
Jenis tenaga kerja dalam usahatani dibagi atas tenaga kerja manusia, tenaga ternak dan tenaga
mesin.
3. Modal merupakan salah satu faktor produksi yang berasal dari kekayaan seseorang yang
digunakan untuk menghasilkan pendapatan bagi pemiliknya. Terdapat beberapa contoh modal
dalam usahatani, misalnya : tanah, bangunan, alat-alat pertanian, tanaman, ternak, saprodi, piutang
dari bank dan uang tunai.
Sumber pembentukan modal dapat berasal dari milik sendiri, pinjaman (kredit dari bank, dari
tetangga atau famili), warisan, dari usaha lain dan kontrak sewa.
4. Faktor Manjemen Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani dalam merencanakan,
mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi faktor produksi yang
dikuasai/dimiliknya sehingga mampu memberikan produksi seperti yang diharapkan. Langkah-
langkah yang diperlukan dalam mendorong peran serta petani dalam penyediaan modal/investasi
untuk pengembangan usahatani antara lain:
1. Memberikan penyuluhan/informasi
2. Insentif dan kondisi yang kondusif agar petani mampu memanfaatkan sumber permodalan dan
sumber daya lainnya secara optimal.
Curahan Waktu Kerja Waktu merupakan suatu sumber daya yang bersifat langka bagi rumah
tangga. Dalam kehidupan rumah tangga hampir 50 persen waktu yang tersedia digunakan untuk
kegiatan rumah tangga dalam bentuk istirahat, memasak, rekreasi, dan lain-lain. Karena sebagian
waktu digunakan untuk kegiatan tersebut maka persoalan alokasi dan efisiensi waktu menjadi
penting dalam mempelajari kesejahteraan rumahtangga. Waktu sebagai sumberdaya ekonomi
rumah tangga petani diklasifikasikan pada pengalokasikan kegiatan sebagai berikut (Sajogjo, 2002)
: 1. Kegiatan yang menghasilkan pendapatan
3. Santai (leisure)
Menurut (Mastuti, 2008) alokasi waktu kerja adalah proporsi kerja untuk urusan rumah tangga,
sosial maupun mencari nafkah yang dilakukan oleh tenaga kerja, yang dianalisis melalui nilai
waktu dan dihitung dengan melihat banyaknya waktu yang dicurahkan. Rumahtangga petani
sebagai sumber tenaga kerja, akan menggunakan curahan kerja untuk memperoleh upah atau
kegiatan usahatani keluarga, sebagai produsen akan memproduksi komiditi dengan
mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki, dan sebagai konsumen akan memenuhi semua
kebutuhan keluarga terutama konsumsi pangan dengan memperhatikan pendapatan yang
tersedia (Husin Laila, 2008)
Keuangan pertanian dimana pembiayaan perusahaan agribisnis di dalamnya berhubungan dengan soal-
soal keuangan di sektor pertanian. Keuangan pertanian berhubungan dengan permintaan, penawaran,
pengaturan dan permohonan modal di sektor pertanian, sedangkan pembiayaan perusahaan agribisnis
berhubungan dengan semua keperluan dan pengaturan serta pengontrolan keuangan untuk
membiayai status perusahaan/kegiatan di sektor pertanian. Perusahaan di sektor pertanian disebut
usahatani, selama semua hasil usahatani tersebut ditujukan untuk pasaran, walaupun peringkat
usahanya masih tradisional dan sederhana, masih subsisten, maupun sudah moderan dan komersil.
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk maka akan diikuti dengan upaya pemenuhan
sandang dan papan. Seiring peningkatan jumlah penduduk maka pemukiman penduduk juga akan
semakin meningkat
Pertumbuhan penduduk akan dikuti dengan pemenuhan tempat tinggal atau pemukiman
sehingga akan memicu terjadinya alih fungsi lahan. Alih fungsi lahan ini terjadi secara dinamis dan
perubahannya cenderung searah dengan meningkatnya jumlah populasi penduduk. Jumlah penduduk
yang terus meningkat dan aktifitas pembangunan yang dilakukan telah banyak menyita fungsi lahan
pertanian.
Kerugian lain akibat konversi lahan sawah dari fungsinya lahan sawah yang diperuntukan
memproduksi padi adalah turunnya produksi padi nasional. Juga kerugian berupa investasi, dimana
tentunya sudah banyak modal dari proses diinvestasikannya dana untuk mencetak sawah, membangun
waduk, dan sistem irigasi. Alihfungsi lahan sawah ke penggunaan lain telah menjadi salah satu ancaman
yang serius terhadap keberlanjutan swasembada pangan
Menurut Friyanto (2004) dampak alih fungsi lahan pertanian dapat dipandang dari dua sisi,
yaitu: pertama, dari sisi fungsinya, lahan sawah diperuntukan untuk memproduksi padi, sehingga
adanya alih fungsi lahan pertanian ke fungsi lain akan meyebabkan menurunnya produksi padi
nasional yang mengakibatkan terancamnya ketahanan pangan nasional. Kedua, dari bentuknya
perubahan lahan pertanian ke permukiman, perkantoran, prasaranan jalan, industri dan jasa
berimplikasi pada besarnya kerugian akibat sudah diinvestasikannya dana untuk mencetak sawah,
membangun waduk dan sistem irigasi.
Daftar Pustaka
Idawati. (2005). ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA TANI DENGAN SISTEM KONDOMISASI
PADABUAH KAKAO, VOLUME 3 NO.3 : Universitas Andi Djemma
Nurmala ; Zulfikar ; Soetoro (2016) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI KUBIS, Jurnal
Ilmiah Mahasiswa : AGROINFO GALUH Volume 2 Nomor 2
P, Rossi ; Aziz ; Sudarno (2020). PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN.
Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian.
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 02 Tahun 2016 Marchel Christian Pangkey 233
PERBANDINGAN TINGKAT PENDAPATAN PETANI KELAPA DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN ( STUDI
KASUS DI DESA ONGKAW I DAN DESA TINIAWANGKO KECAMATAN SINONSAYANG ) COMPARISON OF
THE COCONUT FARMERS’ INCOME IN MINAHASA DISTICT SOUTH ( A CASE STUDY IN THE VILLAGE
ONGKAW I AND RURAL DISTRICTS TINIAWANGKO SINONSAYANG) Marchel Christian Pangkey1 , Vecky A.
J. Masinambow2 dan Albert T. Londa 3 1,2 ,3Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115, Indonesia
JURNAL VISIONER & STRATEGIS Volume 6, Nomor 2, September 2017 ISSN : 2338-2864 p. 9-23
Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT) ILMU USAHATANI UB Press Cetakan
Pertama, April 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang All Right Reserved Penulis : Ir. Agustina Shinta,
M.P.