Anda di halaman 1dari 117

OPTIMALISASI PENINDAKAN PELANGGARAN

LALU LINTAS MELALUI ETLE MOBILE OLEH UNIT


GAKKUM GUNA MENGURANGI PELANGGARAN
LALU LINTAS DI WILAYAH HUKUM POLRES
SRAGEN

TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Melengkapi
Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Terapan Ilmu Kepolisian (S.Tr.K)

Oleh :
KANIA BRIANNE
No. Ak. 19.247

AKADEMI KEPOLISIAN
SEMARANG
2023
Tugas Akhir Taruna Akademi Kepolisian KANIA BRIANNE telah
dipertahankan dihadapan sidang Dewan Penguji
Pada tanggal 10 April 2023

Ketua Penguji,

Dr. ADI NUGROHO, M.Si.


NIP 196510171993111001

Penguji 1, Penguji 2,

Drs. MUHAMAD KHOSIM, M.Hum. WIDIYANTO H.S, S.I.K., M.Si.


KOMBESPOL NRP 66080561 AKBP NRP 78020898

ii
Disetujui untuk dipertahankan:

iii
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : KANIA BRIANNE
No. Ak : 19.247
Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir ini benar-benar
merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai karya
ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga lain.
Jika kemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka
saya bersedia diberikan sanksi akademis sesuai ketentuan yang berlaku.

Semarang,10 April 2023


Penulis

KANIA BRIANNE
BRIGTAR NO AK 19.247

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa


karena atas berkat rahmat dan perlindungan-Nya, penulis dapat
menyelesaikan penulisan tugas akhir tepat pada waktunya yang berjudul
“Optimalisasi Penindakan PeIanggaran LaIu Lintas meIaIui ETLE MobiIe
OIeh Unit Gakkum Guna Mengurangi PeIanggaran LaIu Lintas di WiIayah
Hukum PoIres Sragen”. Penulisan tugas akhir ini disusun untuk
memperoleh gelar Sarjana Terapan Kepolisian.
Pada kesempatan yang baik ini perkenankan penulis menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih kepada:
1. Gubernur Akademi Kepolisian Irjen Pol. Drs. Suroto, M.Si., beserta
jajaran yang telah mengizinkan penulis dalam menempuh studi di
Akademi Kepolisian.
2. Wakil Gubernur Akademi Kepolisian Brigjen Pol. Drs. Awi Setiyono,
S.I.K., M.Hum., yang telah membimbing dan mengayomi penulis
selama menempuh pendidikan di Akademi Kepolisian.
3. Danmentarsis Kombes Pol. Suharjimantoro SIK, M.H., yang telah
memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan
tugas akhir.
4. Ajun Komisaris Besar Polisi Supriyanto, S.I.K., M.Si., selaku
Danyontar Taruna Tk. IV yang selalu mendampingi dan memberikan
dukungan selama melaksanakan pendidikan di Akademi Kepolisian.
5. Ajun Komisaris Besar Polisi Widiyanto Hadi Saputro, S.I.K., M.Si.,
Selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan dukungan dan
arahan selama bimbingan penyusuna tugas akhir.
6. Ajun Komisaris Besar Polisi Piter Yanottama, S.H., S.I.K., M.H.,
selaku Kapolres Sragen karena sudah mengizinkan penulis untuk
melaksanakan penelitian di Polres Sragen.
7. Ajun Komisaris Polisi Abipraya Guntur Sulatiasto, S.I.K., M.Si., selaku
Kasatlantas Polres Sragen yang sudah memberikan arahan dan

v
8. memotivasi dalam penyusunan laporan hasil penelitian selama penulis
melaksanakan penelitian di Polres Sragen.
9. Seluruh staf, dosen dan perwira yang telah membimbing serta
memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dalam
penyusunan tugas akhir.
10. Seluruh pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu
karena telah membimbing dan menuntun penulis dalam penyusunan
tugas akhir.
11. Seluruh rekan-rekan Taruna Tk. IV Angkatan 54 Batalyon Promoter
sebagai rekan diskusi dalam penyusunan tugas akhir ini.
12. Ayahanda Dr. Eko Budi Sampurno, M.Si., dan Ibunda tersayang
Nenny Liestiani serta saudara-saudaraku tercinta yang selalu
memberikan semangat, bimbingan dan doa selama melaksanakan
pendidikan di Akademi Kepolisian.
Penulis sangat menyadari berbagai keterbatasan yang dimiliki, sehingga
kritik dan saran membangun diperlukan untuk evaluasi kedepan. Semoga
tulisan ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Semarang,10 April 2023


Penulis

KANIA BRIANNE
BRIGTAR NO AK 19.247

vi
MOTTO DAN DEDIKASI

Motto:

“Tidak mudah bukan berarti tidak bisa”


(Dr. Eko Budi Sampurno, M.Si.)

Persembahan:
Dengan tidak mengurangi rasa
syukur, rasa cinta dan sayangku,
kupersembahkan kepada:

a. Ayahanda dan Ibunda tercinta,


Pak Eko Budi dan Ibu Nenny
b. Saudaraku Kakak Kayla, Ais,
Debolin dan si Kecil Atta
c. Teman seperjuanganku, Korjak
dan Naomi Shofura
d. Kepolisian Negara Republik.
Indonesia
e. Almameter Akademi Kepolisian
Den 54 Promoter

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................... v
MOTTO DAN DEDIKASI ..................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xii
ABSTRAK ........................................................................................... xiii
ABSTRACT ......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................... 1
1.2 Permasalahan ............................................................ 6
1.3 Maksud dan Tujuan ................................................... 6
1.4 Ruang Lingkup ........................................................... 7
1.5 Metode Penelitian ...................................................... 7
1.6 Sistematika Penulisan ............................................... 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 18
2.1 Kepustakaan Penelitian ............................................. 18
2.2 Kepustakaan Konseptual ........................................... 21
2.3 Kerangka Berpikir ...................................................... 28
BAB III KONDISI FAKTUAL ............................................................... 31
3.1 Kondisi Awal .............................................................. 31
3.1.1 Pelaksanaan Unitgakkum melalui ETLE Mobile
dalam menekan Angka Pelanggaran Lalu Lintas di
Wilayah Hukum Polres Sragen .................................. 49

viii
ix

3.1.2 Deskripsi Mengenai Kompetensi Unit Gakkum .......... 56


3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ............................ 62
3.2.1 Faktor Internal ............................................................ 62
3.2.2 Faktor Eksternal ......................................................... 64
BAB IV LANGKAH-LANGKAH PEMECAHAN MASALAH .................. 66
4.1 PeIaksanaan Penindakan PeIanggaran meIaIui
ETLE MobiIe daIam Menekan Angka PeIanggaran
LaIu Lintas .................................................................. 66
4.1.1 Kondisi yang diharapkan ........................................... 66
4.1.2 Pemecahan masalah dari penindakan pelanggaran
melalui ETLE Mobile .................................................. 75
4.2 Kompetensi Anggota Unit Gakkum ............................ 81
4.2.1 Kondisi yang diharapkan ........................................... 81
4.2.2 Pemecahan masalah dari kompetensi anggota Unit
Gakkum ..................................................................... 86
BAB V PENUTUP .............................................................................. 90
5.1 Simpulan ................................................................... 90
5.2 Saran ......................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 95
LAMPIRAN
x

DAFTAR TABEL

Halaman

Table 2.1 : Kepustakaan Penelitian ............................................................. 20


Table 3.1 : Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ................ 32
Table 3.2 : Jumlah Personel Satuan Lalu Lintas Polres Sragen .................. 39
Table 3.3 : Jumlah Personel Pendidikan Kejuruan FT.Lantas ..................... 40
Table 3.4 : Tabel Sarana dan Prasarana Satlantas Polres Sragen ............. 41
Table 3.5 : Sarpras Posko ETLE Mobile Satlantas Polres Sragen .............. 44
Table 3.6 : Tabel Pelanggaran Lalu Lintas Wilayah Sragen TH 2021 ......... 44
Table 3.7 : Data Pelanggaran Berdasarkan Pendidikan Januari 2021......... 46
Table 3.8 : Data Personel Unit Gakkum Dikjur Ft. Lantas ........................... 57
Table 3.9 : Data Personel Unit Gakkum Pendidikan Umum ....................... 58
Table 3.10 : Sarpras ETLE Mobile Satlantas Polres Sragen ......................... 60
Table 3.11 : Sarana dan Prasarana ETLE Mobile Satlantas Polres Sragen .. 62
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 : Kerangka Berpikir ................................................................. 29
Gambar 3.1 : Peta Wilayah Kabupaten Sragen.......................................... 31
Gambar 3.2 : SOTK Polres Sragen ............................................................ 33
Gambar 3.3 : Struktur Organisasi Satlantas Polres Sragen........................ 36
Gambar 3.4 : Mekanisme ETLE Mobile GOSIGAP .................................... 48
Gambar 3.5 : Surat Konfirmasi Pelanggaran ETLE Mobile......................... 49
Gambar 3.6 : Dipa anggaran ETLE Mobile ................................................ 51
Gambar 3.7 : Foto Penilangan menggunakan ETLE Mobile....................... 54
Gambar 3.8 : Daftar peringkat hasil penilangan 18 Februari 2023 ............. 56
Gambar 3.9 : PersoneI UrtiIang Unitgakkum SatIantas Sragen.................. 63
Gambar 3.10 : PersoneI Dikjur UrtiIang Unitgakkum
SatIantas Sragen.................................................................. 64

xi
DAFTAR LAMPIRAN

xii
ABSTRAK
OPTIMALISASI PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS MELALUI
ETLE MOBILE OLEH UNIT GAKKUM GUNA MENGURANGI
PELANGGARAN LALU LINTAS DI WILAYAH POLRES SRAGEN
Kania Brianne, 19.247, email: Kania.brianne.kb@gmail.com
Maraknya pelanggaran yang terjadi menyebabkan tingginya angka
kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum Polres Sragen. ETLE Mobile
merupakan sistem canggih yang diharapkan dapat mengurangi
pelanggaran lalu lintas, tetapi penggunaan ETLE Mobile dibilang belum
efektif untuk penindakan pelanggaran lalu lintas di wilayah hukum Polres
Sragen. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pelaksanaan yang
dilakukan oleh Unit Gakkum melalui ETLE Mobile dalam mengurangi
pelanggaran lalu lintas di wilayah hukum Polres Sragen dan kompetensi
personel Unit Gakkum dalam penggunaan ETLE Mobile untuk mengurangi
pelanggaran lalu lintas di wilayah hukum Polres Sragen.

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah dengan pendekatan


kualitatif, sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
lapangan (field research). Lokasi penelitian adalah Polres Sragen yang
telah ditetapkan oleh Akademi Kepolisian. Sumber data adalah data
primer sebagai data utama, serta data sekunder sebagai pelengkap. Data
diatas diambil melalui observasi, wawancara, dan studi dokumen. Setelah
itu divaliditas melalui triangulasi data. Analisis data dilakukan secara
kualitatif yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/
verifikasi. Dengan didasarkan pada teori manajemen George R. Terry dan
Teori kompetensi sebagai pisau analisisnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengoptimalan Unit Gakkum


dalam melakukan penindakan pelanggaran lalu lintas menggunakan ETLE
MobiIe di Polres Sragen dalam mengurangi pelanggaran lalu lintas masih
terdapat kekurangan dan keterbatasan seperti tidak adanya rencana
kegiatan, SOP mengenai ETLE Mobile, minimnya personel Unit Gakkum
yang sudah mengikuti dikjur dan pendidikan umum, sehingga akan
dibahas dengan menggunakan Teori Manajemen (POAC) dan Teori
Kompetensi (Skill, Knowledge, Attitude).

Kata Kunci: Pelanggaran Lalu Lintas, ETLE Mobile, Polres Sragen,


Kompetensi, POAC

xiii
ABSTRACT
OPTIMIZATION OF TRAFFIC VIOLATION ENFORCEMENT THROUGH ETLE MOBILE
BY GAKKUM UNIT TO REDUCE TRAFFIC VIOLATIONS IN THE SRAGEN POLICE AREA
Kania Brianne, 19.247, email: Kania.brianne.kb@gmail.com

The rampant violations that occur cause a high number of traffic


accidents in the jurisdiction of Sragen District Police. ETLE Mobile is a
sophisticated system that is expected to reduce traffic violations, but the
use of ETLE Mobile is arguably not yet effective for prosecuting traffic
violations in the jurisdiction of Sragen District Police. This study aims to
explain the implementation carried out by the Gakkum Unit through ETLE
Mobile in reducing traffic violations in the jurisdiction of Sragen District
Police and the competence of Gakkum Unit personnel in using ETLE
Mobile to reduce traffic violations in the jurisdiction of Sragen District
Police.
The research method that the author uses is a qualitative approach,
while the type of research used is field research. The location of the study
is the Sragen Police Station which has been established by the Police
Academy. The data source is primary data as the primary data, as well as
secondary data as a supplement. The above data was taken through
observation, interviews, and document studies. After that it is validated
through data triangulation. Data analysis is carried out qualitatively,
namely data reduction, data presentation, and conclusion drawing /
verification. It is based onGeorge R. Terry's theory of management and
competence theory as its analytical knife.
The results of the study show that optimizing the Gakkum Unit in
taking action against traffic violations using ETLE Mobile in reducing traffic
violations in Sragen District Police still has deficiencies and limitations
such as the absence of an activity plan, SOP regarding ETLE Mobile, the
lack of Unit Gakkum personnel who have attended Dikjur and general
education, so will be discussed using Management Theory (POAC) and
Competency Theory (Skill, Knowledge, Attitude).
Keywords: Traffic Violations, ETLE Mobile, Sragen Police,
Competence, POAC

xiv
xv
xvi
x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara
sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002
Pasal 13 dimana disebutkan bahwa Polri berperan dalam memelihara
kemanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum; serta
memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat. Polri
mempunyai wewenang di bidang lalu lintas dan angkutan jalan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, undang-undang
tersebut berisi aturan dan larangan bagi pengguna jalan dan tata cara
berlalu lintas yang baik dan benar. Polisi yang melaksanakan tugas di
bidang lalu lintas disebut dengan Polisi Lalu Lintas (Polantas) meliputi
kegiatan dalam pengendalian lalu lintas termasuk usaha pencegahan dan
penindakan segala gangguan serta ancaman lalu lintas.
Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten yang berada
di antara provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kabupaten Sragen
berbatasan dengan Kabupaten Grobogan sebelah utara dan Kabupaten
Karanganyar sebelah timur. Luas wilayah Kabupaten Sragen seluas
941,55 Kilometer Persegi dengan total penduduk sejumlah 1.154.892 jiwa
dengan mayoritas bekerja sebagai buruh. Kabupaten Sragen memiliki
jumlah kendaraan bermotor sebanyak 584.000 Unit yang didominasi oleh
kendaraan roda dua, dengan banyaknya jumlah kendaraan bermotor di
Kabupaten Sragen membuat semakin tinggi potensi masyarakat untuk
melakukan pelanggaran lalu lintas di setiap tahunnya.
Permasalahan yang sering terjadi di Kabupaten Sragen yaitu
masalah lalu lintas, seiring berkembangnya waktu maka semakin
berkembangnya pula jumlah kendaraan bermotor, tetapi

1
2

perkembangannya tidak disertai dengan perluasan jalan raya sehingga


luas jalan tidak dapat menampung banyaknya kendaraan dan
mengakibatkan banyaknya pengendara kendaraan bermotor yang
melanggar peraturan yang sudah ditetapkan. Karakteristik yang dimiliki
oleh lalu lintas harus dikembangkan dan dimanfaatkan agar dapat
menyelaraskan pengemudi dengan peraturan-peraturan yang sudah
dibuat sedemikian rupa agar terciptanya keamanan dan ketertiban dalam
berlalu lintas. Dengan terciptanya keamanan dan ketertiban dalam
berkendara maka akan berkurangnya juga potensi pelanggaran lalu lintas.
Faktanya masih banyak pengendara yang melakukan pelanggaran
lalu lintas dan masih banyak yang tidak mengetahui bahwa penyebab dari
kecelakaan lalu lintas yaitu pengendara yang tidak mematuhi peraturan
yang berlaku. Polisi dan pemerintah harus bekerja sama dalam
mengurangi pelanggaran lalu lintas, menertibkan pengendara yang tidak
menaati peraturan dan memberikan edukasi tentang peraturan IaIu Iintas
serta edukasi akibat dari pengendara yang tidak menaati peraturan.
Pelanggaran lalu lintas jalan menurut Ramdlon Naning. yakni
perbuatan atau tindakan yang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan
peraturan perundang-undangan lalu lintas. Sebagaimana diatur dalam
Pasal 105 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 yang berbunyi:
1. Berperilaku tertib dan/atau
2. Mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan keamanan
dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan atau yang dapat
menimbulkan kerusakan jalan.
Pelanggaran lalu lintas adalah perbuatan atau tindakan yang
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-
undangan lalu lintas (Naning, 1983:57). Pelanggaran yang dilakukan
bukan hanya oleh pengendara bermotor tetapi pejalan kaki dan kendaraan
umum juga dapat dikenakan sanksi apabila melakukan tindakan yang
bertentangan dengan undang-undang. Maka dari itu setiap masyarakat
harus tertib dalam berlalu lintas karena budaya tertib merupakan cerminan
3

dari bangsa itu sendiri, sehingga apabila masyarakat tertib dalam berlalu
lintas, maka akan semakin mudah dalam terwujudnya keamanan dan
ketertiban dalam berkendara.
Beberapa penyebab yang dari banyaknya pelanggaran lalu lintas
yaitu seperti kurangnya pengetahuan masyarakat tentang peraturan
dalam berkendara, kurangnya edukasi masyarakat dalam mengetahui
rambu-rambu lalu lintas, kurangnya kesadaran hukum baik pengendara
kendaraan bermotor dan pejalan kaki membuat pelanggaran menjadi
meningkat. Maraknya masyarakat yang masih menyepelekan tentang
peraturan yang sudah dibuat dengan maksud untuk mengurangi fatalitas
dari kecelakaan lalu lintas. Oleh sebab itu, pengawasan yang dilakukan
oleh polisi lalu lintas harus ditingkatkan demi terciptanya keselamatan
dalam berkendara.
Selain dari pengawasan dari Polri harus ditingkatkan, penegakan
hukum di jalan raya yang dilakukan oleh polisi lalu lintas harus
ditingkatkan sedemikian rupa, agar peraturan lalu lintas berjalan sesuai
dengan ketentuan yang sudah berlaku sehingga terciptanya ketertiban
dan keamanan dalam berkendara, mengurangi fatalitas kecelakaan lalu
lintas serta mencegah terjadinya kecelakaan dalam berkendara.
Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang
menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang
dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana
terhadap peraturan-peraturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan, yaitu
dengan hukuman tertentu (J.C.T. Simorangkir, Woerjono Sastropranoto,
1962:38). Dengan adanya hukum yang sudah dibuat oleh kepolisian
mengharuskan masyarakat menaati peraturan tersebut. Peraturan yang
dibuat oleh polisi dibagian lalu lintas ditujukan untuk para pengguna jalan
raya dan penegakkan hukum dilakukan dengan usaha preventif dan
represif terhadap penanggulangan kecelakaan lalu lintas, usaha preventif
yang dilakukan oleh Satuan Lalu Lintas yaitu dengan melaksanakan
pendidikan masyakat (dikmas) oleh Unit Kamsel. Sedangkan untuk usaha
4

represif yang dilakukan yaitu penindakan penyelidikan terhadap


kecelekaan lalu lintas meliputi penindakan dengan menggunakan sistem
tilang.
Dilansir dari laman media online cnnindonesia.com, dimuat dalam
surat telegram Nomor: ST/2264/X/HUM.3.4.5./2022, per tanggal 18
Oktober 2022 yang ditandatangani Kakorlantas Polri Irjen Firman
Shantyabudi atas nama Kapolri, dalam poin nomor lima surat telegram
disebutkan bahwa “Penindakan pelanggaran lalu lintas tidak
menggunakan tilang manual. Namun hanya dengan menggunakan ETLE
baik statis maupun mobile dan dengan melaksanakan teguran kepada
pelanggar lalu lintas” dan juga Satlantas Polres-Polres jajaran Polda Jawa
Tengah diperintahkan oleh Kapolri Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit
Prabowo, M.Si., menyatakan dalam kebijakannya bahwa penindakan
pelanggaran lalu lintas terfokus kepada tilang elektronik dengan maksud
mengurangi maraknya pungli yang meresahkan masyarakat dalam tubuh
Polri (Makki, 2022).
Sehingga Satuan Lalu Lintas Polres Sragen menghilangkan tilang
manual atau konvensional dan mengganti penilangan dengan berbasis
elektronik atau biasa disebut dengan ETLE (Electronic Traffic Law
Enforcement). Dilansir dari laman media online Sonora.id, dimuIai dari
tahun 2021, Polres Sragen dalam melakukan penindakan pelanggaran
lalu lintas sudah menggunakan ETLE (Electronic Traffic Law
Enforcement). tetapi diiringi dengan penindakan menggunakan penilangan
manual atau konvensional (Rizqiya, 2023). ETLE (Electronic Traffic Law
Enforcement) dibagi menjadi 2 yaitu, ETLE Statis dan ETLE Mobile. Untuk
Polres Sragen tersendiri belum mengoperasionalkan ETLE Statis,
sehingga dalam pelaksanaan penindakan pelanggaran lalu lintas
menggunakan ETLE Mobile yang dimana petugas atau personel Satlantas
Polres Sragen menggunakan kamera untuk merekam segala bentuk
pelanggaran yang terjadi di jalan raya. Hasil rekaman yang berisi
pelanggaran dari pengguna jalan dapat dijadikan sebagai bukti tindak
5

pidana yang dilakukan. Data hasil rekaman pelanggaran di masukan ke


dalam Electronic Registration and Identification (ERI) untuk mengetahui
keabsahan kepimilikan dan asal-usul dari kendaraan bermotor, setelah itu
apabila sudah valid, surat konfirmasi tersebut langsung ditujukan kepada
alamat pelanggar sesuai dengan yang sudah terdaftar di Surat Tanda
Nomor Kendaraan (STNK).

Banyaknya masyarakat Kabupaten Sragen yang tidak mengetahui


tentang penindakan pelanggaran menggunakan ETLE Mobile
menyebabkan pengendara bermotor lalai dan merasa aman karena yang
masyarakat ketahui bahwa tilang konvensional sudah dihapuskan dan
sudah tidak ada polisi melakukan razia kendaraan, sehingga
meningkatnya pengendara bermotor yang melakukan pelanggaran.

Kebanyakan pelanggaran yang terjadi yaitu pelanggaran


kendaraan bermotor dimana pelanggar tidak memerhatikan keselamatan
berlalu lintas seperti menggunakan helm, melawan arus, mengendarai
motor 2(dua) orang atau lebih, dan yang lainnya, sehingga membuat
banyaknya kecelakaan lalu lintas yang terjadi. UU No 22 Tahun 2009
Pasal 1 angka 24 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berisi
tentang pengertian kecelakaan lalu lintas yaitu
Suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja
melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang
mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda.
Pengendara kendaraan perlu menyadari bahwa kecelakaan
bermula dari pengendara yang tidak mematuhi peraturan yang
sudah dibuat oleh Lembaga Kepolisian.

UU No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan


mengatur tentang ketentuan berrkendara agar terciptanya keamanan,
ketertiban, kelancaran lalu lintas. Adanya peraturan yang berlaku maka
pengendara diharapkan mematuhi agar terhindar dari kecelakaan lalu
lintas. Maraknya pelanggaran yang terjadi menyebabkan tingginya angka
kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum Polres Sragen. ETLE Mobile
merupakan sistem canggih yang diharapkan dapat mengurangi
6

pelanggaran lalu lintas, tetapi penggunaan ETLE Mobile dibilang belum


efektif dan optimal untuk penindakan pelanggaran lalu lintas di wilayah
hukum Polres Sragen. Karena hal tersebut maka penulis membuat tugas
akhir dengan judul “OPTIMALISASI PENINDAKAN PELANGGARAN
LALU LINTAS MELALUI ETLE MOBILE OLEH UNIT GAKKUM GUNA
MENGURANGI PELANGGARAN LALU LINTAS DI WILAYAH POLRES
SRAGEN”.
1.2 Permasalahan
Sesuai dengan latar belakang di atas maka pokok permasalahan
yang akan dibahas oleh penulis adalah “MENGAPA PENINDAKAN
PELANGGARAN LALU LINTAS MELALUI ETLE MOBILE OLEH UNIT
GAKKUM DI WILAYAH HUKUM POLRES SRAGEN BELUM OPTIMAL?”,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan penindakan pelanggaran lalu lintas melalui
ETLE Mobile oleh Unit Gakkum guna mengurangi pelanggaran lalu
lintas di wilayah hukum Polres Sragen?
2. Bagaimana optimalisasi penindakan pelanggaran lalu lintas melalui
ETLE Mobile oleh Unit Gakkum guna mengurangi pelanggaran lalu
lintas di wilayah hukum Polres Sragen?

1.3 Maksud dan Tujuan


Sesuai dengan permasalahan di atas, maka maksud dan tujuan
dari penulisan ini antara lain:
1. Maksud
Maksud dari penulisan ini adalah untuk menjelaskan tentang
pelaksanaan penindakan pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh
Unit Gakkum Satlantas Polres Srangen dengan menggunakan ETLE
Mobile yang bertujuan untuk mengurangi pelanggaran lalu lintas di
wilayah hukum Polres Sragen.
7

2. Tujuan
Berdasarkan dengan latar belakang penulisan dan permasalahan,
maka tujuan dari penuIisan ini adaIah
a. Menjelaskan pelaksanaan yang dilakukan oleh Unit Gakkum melalui
ETLE Mobile dalam mengurangi pelanggaran lalu lintas di wilayah
hukum Polres Sragen.
b. Menjelaskan optimalisasi penindakan pelanggaran lalu lintas oleh
Unit Gakkum dalam penggunaan ETLE Mobile untuk mengurangi
pelanggaran lalu lintas di wilayah hukum Polres Sragen.

1.4 Ruang Lingkup


Dalam penulisan tugas akhir perlu adanya ruang lingkup agar
pembahasan menjadi lebih terarah, penulisan tugas akhir ini termasuk
kedalam penelitian kualitatif yang memfokuskan kepada kegiatan
penindakan pelanggaran menggunakan ETLE Mobile oleh Unit Gakkum
Satlantas Polres Sragen dan optiamalisasi penindakan pelanggaran lalu
lintas oleh Unit Gakkum Satuan Lalu Lintas Polres Sragen.
Meningkatnya jumlah pelanggaran lalu lintas di wilayah hukum
Polres Sragen menjadi permasalahan yang tidak kunjung usai, dengan
demikian diperlukan batasan untuk pembahasan permasalahan di atas.

1.5 Metode Penelitian


Metode penelitian digunakan penulis untuk mengumpulkan
informasi dan data yang dibutuhkan terkait dengan permasalahan yang
terjadi, sehingga penulis dapat melengkapi penulisan tugas akhir.
Beberapa metode penelitian yaitu pendekatan, jenis penelitian, fokus
penelitian, lokasi penelitian, sumber data dan informasi, teknik
pengumpulan data, validalitas data dan teknis analisis.
8

1.5.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian


a. Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian merupakan hal yang penting dalam
melakukan penulisan karena sangat membantu dalam mempermudah
menentukan masalah dan jenis penelitian, sehingga setelah memahami
pengertian tentang pendekatan penelitian maka akan lebih mudah untuk
membuat laporan hasil penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan
dalam penulisan tugas akhir ini adalah pendekatan penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor merupakan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
(J.Moleong, 2013:04). Penulis mengambil penelitian kualitatif karena ingin
mempelajari lebih dalam tentang optimalisasi unit gakkum melalui ETLE
Mobile dalam mengurangi dan menekan angka pelanggaran lalu lintas
yang terjadi di wilayah hukum Polres Sragen.

b. Jenis penelitian
Jenis penelitian dalam penyusunan tugas akhir ini menggunakan
metode penelitian lapangan (field research), metode penelitian lapangan
ini membuat penelitian menjadi lebih akurat dalam memutuskan ke arah
mana penelitiannya berdasarkan konteks. Metode penelitian lapangan
dipilih oleh penulis karena penulis ingin mendapatkan data yang akurat
dan sesuai dengan fakta yang ada dengan cara terjun langsung ke
lapangan atau melakukan observasi lapangan dan melakukan
wawancara. Selain itu, penulis melakukan pengumpulan data dengan
terlibat langsung dengan objek yang diteliti dan memperoleh sudut
pandang objek yang diteliti sekaligus mempertahankan perspektif diri
sendiri.
9

1.5.2 Fokus Penelitian


Fokus penelitian mempermudah penulis sebelum melaksanakan
observasi atau penelitian lapangan. Fokus penelitian merupakan hal yang
penting untuk seorang peneliti untuk mempunyai arah dan fokus dalam
melakukan penelitian. Fokus penelitian penulis yaitu optimalisasi dalam
penindakan pelanggaran lalu lintas dengan menggunakan ETLE Mobile
yang dilakukan oleh Unit Gakkum Satlantas Polres Sragen dalam
mengurangi angka pelanggaran lalu lintas yang dilakukan di wilayah
hukum Polres Sragen.

1.5.3 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian merupakan tempat atau wilayah yang ditetapkan
oleh penulis untuk melakukan penelitian. Penulis melakukan penelitian
terhadap Unit Gakkum Satuan Lalu Lintas Polres Sragen yang berada di
wilayah hukum Polres Sragen yang sudah ditetapkan oleh Lembaga
Akademi Kepolisian.

1.5.4 Sumber Data dan Informasi


a. Sumber data primer
Sumber data primer atau biasanya disebut oleh data basis dan
utama merupakan pengumpulan data secara langsung yang didapatkan
dari sumber utamanya, sumber data primer dapat didapatkan melalui
wawancara yang merupakan kegiatan tanya-jawab untuk mendapatkan
informasi sesuai dengan fakta. Bentuk informasi ini kemudian dituangkan
dalam bentuk tertulis, visual maupun audio visual. Narasumber
diharapkan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dengan
mempertimbangkan kemampuan dan kapasitas dalam memberikan
informasi. Berikut merupakan sumber informasi yang menjadi sampel
dalam penulisan tugas akhir ini:
1. Kepala Kepolisian Resort Sragen, AKBP Pieter Yanottama, S.H.,
S.I.K., M.H.
10

Kapolres Sragen akan digali informasi tentang keadaan


pelanggaran lalu lintas di Polres Sragen dan memberikan pendapat
mengenai inovasi penindakan pelanggaran menggunakan ETLE Mobile
guna mengurangi pelanggaran lalu lintas di Polres Sragen.
2. Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Sragen, AKP Abipraya Guntur
Sulatiasto, S.I.K., M.Si.
Wawancara yang dilakukan dengan Kasatlantas bertujuan agar
mendapatkan informasi mengenai penindakan pelanggaran melalui ETLE
Mobile dan mendapatkan informasi mengenai pengawasan dan sumber
daya manusia di dalam Unit Gakkum Satlantas Polres Sragen.
Diharapkan informasi yang didapatkan dapat menjawab persoalan yang
ada di tugas akhir ini.
3. Kanitgakkum Lalu Lintas Polres Sragen, IPTU Irwan Marviyanto,
S.H.
Melakukan wawancara dengan Kanitgakkum dengan tujuan agar
mendapatkan tentang sistematika ETLE Mobile, pengawasan yang
dilakukan oleh Kanitgakkum sendiri terhadap pelaksanaan, dan menggali
informasi mengenai kompetensi personel dan sejauh mana Kanitgakkum
dapat memotivasi personel.
4. Banitgakkum Operator Back Office ETLE Mobile, Brigadir M. Azis
Dwi Raharjo, S.H. dan Bripka Agung Istanto
Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai
gambaran pelaksanaan kegiatan Unit Gakkum Polres Sragen dalam
menegakkan hukum pelanggaran lalu lintas dan mendapatkan informasi
tentang kendala-kendala yang dihadapi.
5. Masyarakat yang Pernah Mengalami Pelanggaran Lalu Lintas
Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai
pandangan masyarakat terhadap penegakan hukum pelanggaran lalu
lintas, serta dapat menggali tentang keluhan-keluhan yang terjadi dalam
pelaksanakan penindakan pelanggaran dengan ETLE Mobile.
11

b. Sumber Data Sekunder


Sumber data sekunder merupakan data yang diambil oleh peneliti
melalui pihak yang sudah mengumpulkan data sebelumnya, sehingga
data sudah dikumpulkan sebelumnya dan digunakan peneliti untuk
disimpan untuk keperluan peneliti-peneliti yang lain. Sumber data
sekunder diperoleh dari dokumen, laporan, buku-buku referensi dan
sumber-sumber lainnya. Dalam penulisan tugas akhir ini penulis
menggunakan beberapa dokumen sebagai berikut:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
2. Intelijen Dasar dari Polres Sragen
3. Berita media masssa kegiatan Unit Gakkum Satlantas Polres Sragen di
Kabupaten Sragen
4. Surat telegram Kakorlantas Polri

1.5.5 Teknik Pengumpulan Data


Dalam melakukan pengumpulan data harus dilakukan dengan
benar dan sesuai dengan fakta yang sudah ada di lapangan. Kesalahan
yang dilakukan dalam pengumpulan data maka akan mempersulit proses
dalam melakukan analisis data, pengumpulan data harus dilakukan
dengan sebaik-baiknya agar mempermudah dalam melakukan tahapan
penulisan selanjutnya. Teknik pengumpulan data harus dilengkapi dengan
kuisioner, wawancara, observasi, pengamatan dan pedoman pemeriksaan
dokumen (Teniwut, 2022). Penulis menggunakan beberapa teknis dalam
mengerjakan tugas akhir ini, sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi merupakan pengamatan secara langsung terhadap
objek yang diteliti, pengamatan harus dilakukan secara faktual dengan
kondisi yang ada di lapangan, pengamatan harus dilakukan secara detail
12

agar mendapatkan informasi yang akurat. Kesalahan dalam observasi


akan membuat kerancuan data dalam mengamati objek. Observasi
merupakan teknik melihat dan mengamati perubahan dari fenomena
sosial yang tengah berkembang dan tumbuh. Selanjutnya perubahan bisa
dilakukan berdasarkan penilaian tersebut (Margono, 2007).
Pada saat melakukan observasi keberadaan penulis dalam
mendapatkan dan mengumpulkan data menjadi lebih akurat dan
terperinci. Dalam melakukan observasi atau pengamatan secara langsung
terhadap objek dapat melakukan pencatatan secara tersusun dan
sistematis. Penulis langsung melihat kegiatan di lapangan serta
mengetahui sejauh mana Unit Gakkum Satlantas Polres Sragen melalui
ETLE Mobile dalam menekan angka pelanggaran lalu lintas yang terjadi di
wilayah hukum Polres Sragen. Observasi yang dilakukan mengharapkan
penulis mendapatkan data yang sesuai dan lebih rinci yang tidak bisa
dilakukan oleh teknik wawancara. Oleh karena itu, penulis harus
menghasilkan hasil penelitian yang bersifat objektif dan sesuai dengan
fakta yang ada di lapangan.
Beberapa kegiatan observasi yang penulis lakukan dilapangan
yaitu berupa mekanisme penilangan dengan menggunakan sistem ETLE
Mobile, melihat bagaimana proses validasi dan proses pengiriman surat
terhadap pelanggar, bagaimana proses penilangan yang dilakukan
dengan menggunakan perangkat ETLE Mobile, dan sarana prasarana
yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan penindakan pelanggaran
menggunakan sistem tersebut.
b. Studi dokumen
Studi dokumen sering disebut dengan teknik dokumentasi yang
artinya pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan dokumen
dari sumber-sumber tertulis. Dilansir dalam laman online
gurupendidikan.co.id, dokumen adalah surat penting atau berharga yang
sifatnya tertulis atau tercetak yang berfungsi atau dapat dipakai sebagai
bukti ataupun keterangan yang menguatkan (Setiawan, 2023) .
13

Setelah melakukan pengumpulan data melalui teknik dokumentasi,


lalu penulis dapat melakukan analisis terhadap data yang sudah
dikumpulkan, bertujuan agar memperoleh hasil penelitian yang diinginkan.
Apabila terjadi penyimpangan dalam memperoleh data atau menyimpang
maka analisis selanjutnya yang akan dilakukan penulis menjadi
menyimpang, sehingga data tidak sesuai dengan fakta yang ada. Untuk
mengetahui penyimpangan tersebut penulis dapat melakukan dengan
teknik wawancara atau observasi.
Studi dokumen yang dilakukan penulis untuk memahami dokumen
apa saja yang digunakan dalam penindakan pelanggaran lalu lintas
adalah mengetahui tentang mekanisme pelaksanaan penilangan
menggunakan ETLE Mobile, mengetahui jumlah surat tilang yang
dikirimkan kepada pelanggar, mengetahui surat penilangan yang akan
dikirimkan kepada pelanggar serta mengetahui administrasi apa saja yang
harus disertakan sebelum meminta konfirmasi pelanggaran kepada
pelanggar.
c. Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh
dua orang untuk memperoleh suatu informasi yang diinginkan, kegiatan
wawancara merupakan cara yang sederhana dan mengumpulkan data
dengan cepat dan mendalam. Dengan melakukan teknik wawancara yang
terstruktur dalam setiap pertanyaannya, dapat menggali setiap informasi
sampai ke akarnya. Wawancara juga dapat diartikan dengan bertanya dan
menjawab secara tatap muka untuk mengumpulkan bahan keterangan
melalui tatap muka, secara lisan dan sepihak dengan tujuan untuk
mendapatkan keterangan. Sehingga penulis memilih untuk melakukan
penulisan tugas akhir ini menggunakan metode wawancara.

1.5.6 Validalitas dan Realibilitas


Validalitas data atau konfirmasi data dilakukan agar informasi
tersebut memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sehingga informasi yang
14

dimasukan ke dalam basis data dapat diketahui dan dapat dijelaskan


sumber dan keakuratannya. Untuk mengukur keabsahan dari sebuah
informasi yang diperoleh, penulis menggunakan metode triangulasi yaitu
dengan mengecek data kembali dengan menggunakan metode, sumber
data, serta konsep dan teori. Triangulasi yaitu menggali kebenaran
informasi dengan menggunakan berbagai sumber seperti arsip, dokumen,
hasil wawancara dan hasil observasi dengan melakukan wawancara tidak
dengan satu subjek, tetapi dengan subjek yang berbeda dengan sudut
pandang yang berbeda.
Menurut Wijaya, Triangulasi data merupakan teknik pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
Maka terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data
dan triangulasi waktu, yaitu sebagai berikut:
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber bertujuan untuk menguji kebenaran dan
kredibilitas dari suatu data dengan melakukan pengecekan terhadap suatu
data yang diperoleh dari sumber-sumber data seperti hasil dari
wawancara, arsip, dan dokumen-dokumen lainnya.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik bertujuan untuk menguji keabsahan data dan
kredibilitas dari suatu data yang dilakukan dengan melakukan pengecekan
terhadap data yang diperoleh dari berbagai sumber yang menggunakan
teknik yang berbeda yaitu, data hasil observasi, lalu dilakukan
pengecekan Kembali untuk dicocokan dengan data yang didapatkan dari
hasil wawancara
c. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu dapat mempengaruhi daripada suatu data. Data
yang diperoleh dengan melakukan wawancara dengan waktu
dilaksanakan wawancara yaitu pagi hari dapat memberi pengaruh
terhadap hasil wawancara. Karena pada saat pagi hari kondisi tubuh
manusia mengalami penurunan emosi sehingga dapat dilakukan dengan
15

mudah dan mendapatkan hasil yang maksimal dan valid (Wijaya,


2018:120-121)
Sehingga penulis menggunakan teknik validalitas dan realibilitas
untuk mengetahui basis data dan menjelaskan sumber terhadap
kebenaran data yang diteliti.

1.5.7 Teknis Analisis Data


Menurut Bogdan dan Biklen, analisis data merupakan upaya yang
dilaksanakan dengan cara bekerja dengan data, mengumpulkan data,
memisah data, mencari serta menemukan pola, menemukan suatu hal
yang penting dan yang dibutuhkan (Moleong, 2014:248). Dari hasil data
yang diperoleh dan dikumpulkan melalui hasil dari wawancara terhadap
objek, observasi dan studi dokumen yang dilakukan di lapangan
selanjutnya dapat dituangkan dan dideskripsikan dalam sebuah laporan
hasil. Penelitian kualitatif menggunakan metode analisis data dan terdapat
3 (tiga) unsur utama, yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi data dapat diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan. Pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang. Tidak perlu
(Sugiyono, 2013:338). Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya banyak
dan masih kasar sehingga reduksi data membuatnya menjadi lebih jelas
dan mudah untuk diteliti. Reduksi data dilakukan dengan memilih dan
menyeleksi setiap data-data yang diperoleh dari hasil wawancara,
observasi dan diolah dan memfokuskan data mentah agar lebih
bermakna.
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah bentuk pengemasan suatu data secara. Virtual
sedemikian sehingga data lebih muda dipahami (Juniardi, 2022). Dalam
penyajian data harus jelas, sederhana, singkat dan padat agar mudah
16

untuk dianalisis dan dibaca. Penyajian data dapat menjadi acuan dalam
penarikan kesimpulan. Karena di dalam penyajian data, penulis
memahami apa yang terjadi di lapangan dan mengerjakan sesuatu yang
mengacu pada hasil dari analisis data.
Ada beberapa jenis penyajian data seperti bentuk gambar, skema,
matriks, tabel dan jaringan kerja, dengan banyaknya jenis dan bentuk dari
penyajian data dapat membantu penulis dalam Menyusun kesimpulan dari
sebuah penulisan, karena pada dasarnya penyajian data disusun dan
dirancang dengan sistematika yang jelas agar suatu informasi mudah
dilihat dan dipahami oleh penulis.
3. Kesimpulan/Verifikasi
Proses kesimpulan dan verifikasi merupakan sebuah bagian yang berada
di posisi paling akhir pada suatu hal, atau menjadi yang paling akhir dari
sebuah hasil. Menulis kesimpulan dan verifikasi merupakan langkah dan
proses terakhir dalam proses penulisan untuk memberikan arti dan makna
terhadap data yang sudah dianalisis.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kesimpulan
adalah keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berpikir induktif
dan deduktif. Kesimpulan merupakan pernyataan singkat terkait hasil
analisis dan pembahasan tentang hasil yang dilakukan. Upaya Unit
Gakkum Satlantas Polres Sragen melalui penggunaan ETLE Mobile
dalam menekan angka pelanggaran lalu lintas di wilayah hukum Polres
Sragen ditarik kesimpulan dan diverifikasi kembali kepada informan yang
telah dimintai data seperti Kapolres Sragen, Kasatlantas Sragen,
Kanitgakkum Satlantas Sragen, dan anggota Unit Gakkum Satlantas
Sragen.
Dengan tahap-tahap yang sudah dilakukan, maka diharapkan penulis
dalam melakukan pengumpulan data dan mengolah data dapat memenuhi
kriteria dari suatu penulisan.
17

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan pada tugas akhir berjudul OPTIMALISASI
PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS MELALUI ETLE MOBILE
OLEH UNIT GAKKUM GUNA MENGURANGI PELANGGARAN LALU
LINTAS DI WILAYAH HUKUM POLRES SRAGEN akan terbagi dalam 5
(lima) bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan tentang penjelasan mengenai latar belakang,
permasalahan, maksud dan tujuan, ruang lingkup, metodologi, dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Pada bab ini berisi tentang informasi penelitian terdahulu, dan
berisikan teori dan konsep yang digunakan dalam pengumpulan data
penelitian dan pemecahan masalah.
BAB III KONDISI FAKTUAL
Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai kondisi awal persoalan
yang digunakan untuk mengumpulkan data dan faktor-faktor yang
mempengaruhi.
BAB IV LANGKAH LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
Pada bab ini berisikan tentang kondisi yang diharapkan dari setiap
persoalan dan langkah-langkah penyelesaian permasalahan untuk
mencapai kondisi yang diharapkan.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisikan mengenai penutup yang terdiri dari simpulan
dan saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka dijadikan referensi dari peneliti sebelum-


sebelumnya, untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang topik
yang diteliti. Menurut sumbernya, tinjauan Pustaka dibagi menjadi 2 (dua),
yaitu kepustakaan koseptual dan kepustakaan penelitian.

2.1 Kepustakaan Penelitian


Penelitian yang dilakukan terkait dengan optimalisasi melalui ETLE
Mobile masih belum banyak dilakukan, kepustakaan penelitian menyajikan
informasi yang dibuat oleh institusi Polri terdahulu maupun institusi atau
lembaga lainnya. Kepustakaan penelitian menyajikan data-data dan
manfaat dari hasil riset yang dilakukan oleh peneliti terdahulu. Berikut
merupakan kepustakaan penelitian yang akan digunakan oleh peneliti,
yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Annisa Chandra N.A pada tahun
2019 yaitu dengan judul “Upaya Penegakan Hukum Terhadap
Peningkatan Pelanggaran Lalu Lintas di Kota Magelang”. Penelitian ini
menggunakan metode yuridis empiris dengan pendekatan kualitatif,
serta analisis data menggunakan metode induktif, yaitu dengan
menganalisis data yang telah dikumpulkan berupa contoh-contoh
konkrit dan fakta-fakta diuraikan terlebih dahulu, baru kemudian
dirumuskan menjadi suatu kesimpulan. Hasil dari penelitian ini adalah:
a. Permasalahan pelanggaran lalu lintas oleh Satuan Lalu Lintas Kota
Magelang dianggap belum efektif.
b. Satlantas Polres Kota Magelang dalam menanggulangi peningkatan
pelanggaran lalu lintas yang terjadi di Kota magelang dengan
penegakan hukum penal dan non penal.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Annisa Chandra N.A
dengan penelitian yang akan dilakukan ini adalah keduanya memiliki focus

18
19

penelitian yang sama, perbedaan penelitian oleh penelitian Annisa


Chandra N.A yaitu perbedaan tempat pelaksanaan penelitian dan metode
yang digunakan oleh peneliti dengan penelitian yang akan dilakukan,
kebaruan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah saran solusi
pemecahan masalah peneliti.
2. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti Vita Mayastinasari dan
Benyamin Lufpi yang dibuat pada tahun 2022 berjudul “Efektifitas
Electronic. Traffic Law Enforcement“. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan maksud memberikan gambaran mengenai
objek yang diteliti secara jelas dan rinci. Hasil dari penelitian ini adalah:
a. Mengembangkan ETLE Mobile dengan membangun jaringan dengan
institusi lain
b. Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) mempengaruhi hasil
penindakan pelanggaran lalu lintas menggunakan ETLE
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Vita Mayastinasari dan
Benyamin Lufpi dengan penelitian yang akan dilakukan adalah keduanya
memiliki fokus penelitian yang sama yaitu mengurangi pelanggaran lalu
lintas dengan menggunakan ETLE.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Farid Azis Abdullah dan Feny
Windiyastuti tahun 2022 dengan judul “Electronic Traffic Law Enforcement
(ETLE) Sebagai Digitalisasi Proses Tilang “. Penelitian ini menggunakan
penelitian kualitatif dengan memaparkan cara menggabungkan data yang
diperoleh di lapangan. Hasil dari penelitian ini adalah:
a. Menggunakan sistem E-Ticket dan ETLE dalam mengurangi
pelanggaran lalu lintas
b. Banyaknya masyarakat Indonesia yang tidak taat peraturan sehingga
banyak cara agar kendaraan pelanggar tidak dapat direkam
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Farid Azis
Abdullah dan Feny Windiyastuti dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah keduanya menggunakan pendekatan kualitatif, perbedaan nya
adalah lokasi penelitian dan metode pendekatan, kebaruan dalam
20

penelitian yang akan dilakukan adalah menggunakan kepada penelitian


hukum normatif.

Tabel 2.1
Kepustakaan Penelitian

NO JUDUL HASIL PERSAMAAN PERBEDAAN KEBARUAN


PENELITI
1 Upaya Upaya untuk Pendekatan Penelitian Membahas
Pengegaka
penegakan yang dilakukan di Penegakan
n Hukum
Terhadap hukum terhadap digunakan Kota hukum lalu
Peningkatan
peningkatan adalah Magelang lintas
Pelanggara
n Lalu pelanggaran lalu pendekatan dan lebih terhadap
Lintas di
lintas dengan penelitian berfokus peningkatan
Kota
Magelang penindakan kualitatif dan kepada pelanggaran
hukum secara penulisan penegakan lalu lintas
(Annisa
Chandra,201 edukatif dan terfokus hukum dengan
9)
penindakan kepada Unit dengan upaya
hukum secara Gakkum hukum penal preventif
yuridis Satlantas dan non yaitu
penal sosialisasi
millennial
road safety
2 Efektivitas Upaya yang Pendekatan Penelitian ini Membahas
Electronic dilakukan untuk yang memfokuskan koordinasi
Traffic Law mengembangka digunakan kepada dengan
Enforcemen n ETLE Mobile yaitu kapasitas pemerintahan
t yaitu pendekatan Sumber Daya daerah dalam
membangun penelitian Manusia penggunaan
(Vita jaringan kepada kualitatif dan dalam ETLE
Mayastinas institusi lain dan memfokuskan menggunaka
ari, memperbanyak kepada n ETLE
Benjamin kamera penindakan
Lufpi, 2022) statisioner dan pelanggaran
kamera mobile menggunaka
n Electronic
Traffic Law
21

Enforcement
3 Electronic Upaya yang Pendekatan Sumber data Lebih
Traffic Law dilakukan untuk yang yang memfokuska
Enforcemen mengurangi digunakan digunakan n kepada
t (ETLE) pelanggaran lalu yaitu yaitu sumber penelitian
Sebagai lintas yaitu pendekatan data primer, hukum
Digitalisasi dengan kualitatif dan sekunder dan normatif
Proses menerapkan memfokuskan tersier. Dan
Tilang sistem E-Ticket kepada memfokuskan
dan sistem ETLE penggunaan untuk
(Farid Azis yang diyakini ETLE yang mengurangi
Abdullah, dapat merupakan praktik pungli
Feny mengurangi digitalisasi dalam
Windiyastuti praktik pungli. tilang penindakan
, 2022) pelanggaran
Sumber: Diolah Oleh Penulis

2.2 Kepustakaan Konseptual


Kepustakaan konseptual dapat menjadi acuan dan pedoman
dalam melakukan suatu penelitian, tujuannya agar penulis dalam
menggunakan konsep dan teori menjadi terarah sesuai dengan tujuan dari
suatu penulisan yang sudah ditetapkan.

2.2.1 Konsep
Untuk memahami arti dan maksud dari rangkaian kata-kata yang
digunakan dalam penulisan ini, maka disajikanlah beberapa konsep dari
penulisan ini
a. Konsep Optimalisasi
Menurut Menurut Winardi, optimalisasi adalah ukuran yang
menyebabkan tercapainya tujuan. Secara umum, optimalisasi merupakan
suatu proses yang menemukan solusi yang terbaik untuk dilakukan demi
mencapai hasil yang terbaik dan efektif dengan memanfaatkan sumber
daya yang ada sebaik mungkin. Optimalisasi digunakan apabila
seseorang menginginkan suatu hasil yang maksimal dan sesuai dengan
22

tujuan, sehingga seseorang tersebut mengambil langkah yang efektif,


strategis, dan menguntungkan (Winardi, 1996:363).
Menurut departemen pendidikan dan kebudayaan, Optimalisasi
berasal dari kata optimal berarti terbaik, tertinggi, sedangkan optimalisasi
berarti suatu proses meninggikan atau meningkatkan ketercapaian dari
tujuan yang diharapkan sesuai dengan kriteria yang telah di tetapkan
(Depdikbud, 1995:628). Dengan mengerti dari konsep optimalisasi maka
penulis dapat mengatasi permasalahan dari dalam artinya memanfaatkan
dengan maksimal sumber daya yang ada, melalui optimalisasi penulis
dapat mendapatkan beberapa informasi penting terkait permasalahan
dengan meminimalisir waktu agar menghasilkan hasil yang terbaik.
b. Konsep Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas
Pelanggaran lalu lintas masih sering terjadi di perkotaan maupun
pedesaan, banyaknya pengendara yang tidak menyadari bahwa
kecelakaan lalu lintas berawal dari pelanggaran lalu lintas, itu disebabkan
pelanggar menyepelekkan aturan dan menganggap bahwa tindak pidana
yang dilakukan lebih ringan daripada tindak pidana kejahatan umum.
Pemerintah dan kepolisian sudah membuat peraturan-peraturan terkait
dengan penggunaan jalan raya tetapi masih ada saja pengguna jalan
yang melanggar peraturan tersebut.
Pelanggaran lalu lintas merupakan perbuatan atau tindakan yang
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-
undangan lalu lintas. Sebagaimana diatur dalam Pasal 105 Undang-
undang Nomor 22 Tahun 2009 yang berbunyi:
1. Berperilaku tertib dan/atau
2. Mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan keamanan
dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan atau yang dapat
menimbulkan kerusakan jalan.
c. Konsep ETLE Mobile
ETLE atau Electronic Traffic Law Enforcement merupakan
penindakan pelanggaran lalu lintas menggunakan perantara elektronik.
23

Dalam pasal 272 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 menyebutkan


bahwa untuk mendukung kegiatan penindakan pelanggaan di bidang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, dapat digunakan peralatan elektronik. ETLE
Mobile merupakan inovasi untuk memfokuskan kepada penindakan
pelanggaran lalu lintas dengan menggunakan elektronik menuju Polri
yang PRESISI.
Penggunaan kamera pemantau atau ETLE dapat menjadi alat
pengontrol apa yang terjadi di jalan raya. ETLE dikembangkan menjadi
ETLE Mobile dimana penindakan pelanggaran lalu lintas dengan sistem
kamera portabel atau dengan bergerak dan berpindah-pindah tempat
(mobiling). Tilang Mobile atau ETLE Mobile merupakan metode
penilangan berjalan dengan memanfaatkan kamera yang dipegang oleh
petugas, menempel di mobil, motor maupun seragam petugas sebagai
bagian dari pengawasan.
Cara kerja ETLE Mobile tidak jauh dengan ETLE yang terdapat di
tiang-tiang lampu atau ETLE Statis, apabila terjadi pelanggaran yang
dilakukan oleh pengendara di jalan raya maka petugas langsung
memotret dan merekam plat nomor beserta pelanggaran yang dilakukan,
lalu langsung dikirimkan kepada petugas di back office untuk melakukan
verifikasi kendaraan dan pengendara selanjutnya akan dikirimkan surat
konfirmasi kepada pelanggaran dengan tetap memerhatikan mekanisme
yang berlaku.
ETLE Mobile memanfaatkan kamera anggota atau petugas yang
fleksibal sehingga kamera tersebut menjadi alat untuk penindakan
pelanggaran lalu lintas. Berikut penjelasan cara kerja ETLE Mobile:
1. Polisi yang sedang berpatroli memotret dan merekam pelanggaran lalu
lintas menggunakan ponsel yang terhubung dengan aplikasi GO-Sigap.
2. Bukti pelanggaran secara otomatis akan terkirim ke perangkat back
office untuk dilakukan verifikasi dan identifikasi kendaraan.
24

3. Pihak kepolisian akan membuat surat konfirmasi yang berisi foto


pelanggaran beserta keterangan pelanggaran yang dibuat ke alamat
pelanggar.
4. Kemudian, pelanggar dapat melakukan konfirmasi sebagaimana yang
sudah dijelaskan pada surat konfirmasi tersebut.
Namun yang harus digarisbawahi bahwa tidak semua petugas
dapat melakukan penilangan dengan ETLE Mobile. Petugas kepolisian
yang dapat melakukan penilangan hanyalah yang sudah mengikut
pendidikan pengembangan spesialisasi lalu lintas.

2.2.2 Teori
Untuk menganalisis hasil dari sebuah penulisan ini, penulis
menggunakan beberapa teori yang dijadikan sebagai pisau analisis dari
penelitian yang telah dilakukan agar dapat di pertanggungjawabkan.
a. Teori Manajemen
Manajemen adalah proses kerja sama antara individu maupun
kelompok dalam mencapai sebuah tujuan organisasi. Manajemen
merupakan proses kerja sama antara pimpinan atau pemimpin dan
anggota bawahannya dalam mewujudkan tercapainya tujuan organisasi.
Dalam pelaksanaannya dengan menggunakan teori manajemen maka
tujuan organisasi akan tercapai secara efektif dan efisien. George R.Terry
dalam buku Principles of Management, menyatakan bahwa manajemen
adalah pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan melalui atau
bersama-sama usaha orang lain, manajemen dibagi menjadi 4 (empat)
fungsi dasar manajemen, yaitu Planning (Perencanaan), Organizing
(Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan), dan Controlling
(Pengawasan). POAC merupakan alat atau instrument yang digunakan
pemimpin atau manajer dalam menjalankan suatu perusahaan sekaligus
merupakan pembeda ciri-ciri seorang manajer dan seorang bukan
manajer, karena dalam dunia bisnis atau pengusaha, manajemen
dilakukan untuk mencapai tujuan sebuah perusahaan dengan efektif,
25

efisien dan tepat sasaran. Proses manajemen menurut George R. Terry


yaitu:
1. Planning (Perencanaan)
Planning atau Perencanaan merupakan proses yang diperlukan
dalam sebuah organisasi untuk menjalankan semua aktivitas organisasi
dengan lancar, untuk mencapai tujuan organisasi dibutuhkan
perencanaan yang matang dengan melibatkan pemimpin dan anggota
organisasi. Dalam merencanakan sesuatu maka dibutuhkan apa yang
ingin dilakukan oleh organisasi, bagaimana cara melakukannya agar
tujuan organisasi tercapai dan siapa yang akan melakukan kegiatan di
organisasi untuk menyukseskan tujuan yang sudah dibuat.
Fungsi manajemen menurut George R. Terry adalah pemilihan dan
penghubungan fakta-fakta dari sebuah asumsi dan perkiraan untuk
kejadian di masa depan dengan menggambarkan dan merumuskan
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk membuat organisasi
mencapai hasil yang diinginkan.
2. Organizing (Pengorganisasian)
Organizing atau pengorganisasian merupakan pengelompokan dan
penyusunan dari macam-macam kegiatan yang sudah direncanakan demi
mencapai tujuan sebuah organisasi. Pengorganisasian dilakukan dengan
menyesuaikan dengan tujuan yang sudah direncanakan, seperti tata cara
kerja, wewenang, dan kewajiban bagi setiap orang didalam sebuah
organisasi. Dengan membagi pekerjaan masing-masing tugas dan
menentukan siapa yang memiliki wewenang untuk mengerjakan beberapa
tugas maka suatu organisasi akan lebih mudah untuk mencapai
tujuannya.
Agar tercapainya sebuah tujuan organisasi, maka didalam organisasi
tersebut dibuatlah sebuah bagan, yang bertujuan agar jelas dalam
pembagian tugas, wewenang, tanggungjawab dalam mengemban sebuah
tugas dan jabatan. Menurut George R.Terry pengorganisasian merupakan
penentuan, pengelompokkan, dan penyusunan macam-macam kegitan
26

yang diperlukan untuk mencapai tujuan, penempatan orang-orang,


terhadap kegiatan-kegiatan, penyediaan faktor-faktor fisik yang cocok bagi
keperluan kerja dan penunjukan hubungan wewenang, yang dilimpahkan
terhadap setiap orang dengan pelaksanaan setiap kegiatan yang
diharapkan.
3. Actuating (Pelaksanaan)
Menurut George R. Terry pelaksanaan dan penggerakan adalah
membangkitkan dan mendorong semua anggota kelompok agar supaya
berkehendak dan berusaha dengan keras untuk mencapai tujuan dengan
ikhlas serta serasi dengan perencanaan dan usaha-usaha
pengorganisasian dari pihak pimpinan.
Penggerakan tanpa rencana tidak akan berjalan efektif, maka dari itu
dalam pelaksanaan suatu kegiatan harus bergerak dari atas sampai
bawah, artinya pimpinan dan anggota-anggota organisasi harus bergerak
terarah kepada tujuan dari organisasi.
4. Controlling (Pengawasan)
Pengawasan merupakan hal yang penting yang dilaksanakan oleh
anggota kelompok dalam organisasi agar terarah dan berjalan sesuai
dengan yang sudah direncanakan. Walaupun perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan sudah terlaksana dengan baik, tetapi
apabila pengawasan tidak dilaksanakan maka tidak akan tercapainya
sebuah tujuan organisasi. Dengan demikian, pengawasan harus sesuai
dengan visi, misi dan tujuan organisasi agar tepat pada tujuan dan
sasaran yang sudah ditetapkan.
Untuk melengkapi pengertian di atas, menurut George R.Terry
pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa yang
dicapai yaitu standart, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan,
menilai pelaksanaan, dan perlu melakukan perbaikan, sehingga sesuai
dengan rencana, yaitu selaras dengan standard (Sukarna, 2005).
27

b. Teori Kompetensi
Kompetensi menurut Benjamin Bloom (1956) mencakup 3
komponen, yang terdiri dari:
1. Knowledge (Pengetahuan)
Knowledge atau pengetahuan merupakan komponen yang berfokus
kedalam pemahaman seseorang dalam menguasai ilmu maupun teori dan
mendalami pemahaman yang diperoleh melalui pengalaman dan
pendidikan.
2. Skill (Keahlian)
Pemahaman terhadap suatu pengetahuan untuk melakukan suatu
pekerjaan sesuai dengan yang dibutuhkan organisasi. Pemahaman
tentang pekerjaan apa yang harus dilakukan oleh seseorang anggota
organisasi perlu dipahami dan dimengerti untuk hasil kegiatan yang
dilakukan menjadi lancar, efektif dan efisien sesuai dengan waktu yang
ditargetkan.
3. Attitude (Sikap Perilaku)
Attitude atau Sikap Perilaku merupakan hal yang terpenting dalam
produktivitas dari suatu pekerjaan, karena apabila sikap perilaku yang
dimiliki seorang anggota baik, maka produk yang dihasilkan juga baik,
tetapi jika sikap perilaku yang dimiliki seorang anggota tidak baik, maka
dapat menyebabkan penurunan produktivitas (Bloom, 1956).
c. Teori SWOT
Teori SWOT terdiri dari Strength yang berarti kekuatan, Weakness
yang berarti kelemahan, Opportunity yang berarti kesempatan atau
peluang dan yang terakhir yaitu Threats yang berarti ancaman. Analisis
SWOT berguna untuk menggambarkan dan membandingkan suatu
metode yang membandingkan kondisi dan cara untuk dapat mengevaluasi
suatu permasalahan berdasarkan faktor internal maupun eksternal.
Faktor Internal didapatkan dari peluang Strength (Kekuatan) dan
Weakness (Kelemahan) Sedangkan faktor eksternal didapatkan dari
peluang Opportunity (Kesempatan) dan Threats (Ancaman) yang didapat
28

dari analisis didalam institusi sendiri atau institusi lain. Dalam penelitian
ini, analisis SWOT digunakan terhadap data yang sudah didapatkan dari
hasil penelitian yang dilakukan penulis, sehingga peluang dan strategi
yang digunakan akan membuat lebih optimal dan menimilkan kelemahan
dan ancaman.

2.3 Kerangka Berpikir


Kerangka berpikir merupakan suatu diagram atau penggabungan
konsep, teori, dan materi yang akan dijelaskan disuatu karya ilmiah,
dengan tujuan untuk lebih mudah dalam memahami dan menyampaikan
isi dari karya ilmiah tersebut. Tingginya pelanggaran lalu lintas di
Kabupaten Sragen cukup tinggi. Oleh karena hal tersebut maka Unit
Gakkum Satlantas Polres Sragen perlu memperhatikan untuk dapat
mengatasinya, sehingga persoalan yang dibuat penulis yaitu optimalisasi
penindakan pelanggaran lalu lintas oleh Unit Gakkum melalui ETLE
Mobile guna mengurangi pelanggaran lalu lintas di wilayah hukum Polres
Sragen dengan menggunakan konsep optimalisasi, konsep penindakan
pelanggaran lalu lintas dan konsep ETLE Mobile serta menggunakan
Teori Manajemen dan Teori Kompetensi untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut. Penyebab dari tingginya pelanggaran lalu lintas di
Kabupaten Sragen disebabkan oleh beberapa faktor-faktor, yang terdiri
dari faktor internal meliputi Sarana dan Prasarana, Sumber Daya Manusia
(SDM), Kemampuan personel dan faktor eksternal meliputi dukungan
instansi lain dan kurangnya kesadaran masyarakat, sehingga faktor-faktor
tersebut dianalisis dengan menggunakan Teori SWOT.
Dalam melakukan penindakan pelanggaran lalu lintas sesuai
dengan peran yang dimiliki oleh Unit Gakkum, penulis mengacu kepada
1. Undang-Undang No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
2. Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
29

3. Peraturan Pemerintah No. 88 Tahun 2012 Tentang Tata Cara


Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
4. Peraturan Kepolisian RI No. 7 Tahun 2021 Tentang Registrasi dan
Identifikasi Kendaraan Bermotor
Di bawah ini merupakan kerangka berpikir yang memudahkan
pembaca dalam memahami isi tugas akhir yang disusun oleh penulis:

Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Internal
Tingginya Pelanggaran 1. Sarana dan Prasarana
Lalu Lintas di 2. SDM
Kabupaten Sragen 3. Kemampuan personel

Teori SWOT

Situasi dan Kondisi


Lalu Lintas di Faktor-Faktor yang
Kabupaten Sragen Memengaruhi
- Faktor Internal
- Faktor Eksternal

-Teori Manajemen Optimalisasi Penindakan


- Teori Kompetensi Pelanggaran Lalu Lintas
Oleh Unit Gakkum melalui
ETLE Mobile Guna
Mengurangi Pelanggaran Eksternal
- Konsep Optimalisasi Lalu Lintas 1. Dukungan Instansi Lain
- Konsep Penindakan 2. Kurangnya Kesadaran
Pelanggaran Lalu Masyarakat
Lintas 1. Meningkatkanya
- Konsep ETLE Mobile Profesionalisme Anggota
Unit Gakkum Satlantas
Polres Sragen
2. Meningkatnya Kesadaran
Pengendara dalam Berlalu
Lintas

Pelanggaran Lalu Lintas di


Wilayah Hukum Polres
Sragen Menurun

Keterangan: Ruang Lingkup


Rekomendasi Penelitian (Feedback jika
pelanggaran lalu lintas masih tinggi)

Dengan itu, diharapkan Unit Gakkum Satlantas Polres Sragen


dapat meningkatkan profesionalisme anggotanya dan meningkatkan
kesadaran pengendara dalam berlalu lintas. Tetapi apabila tidak terdapat
30

upaya perubahan, maka Polri melalui Unit Gakkum Satlantas Polres


Sragen melakukan tindakan ulang berupa penindakan pelanggaran lalu
lintas dengan pisau analisis teori dan konsep serta faktor-faktor yang
memengaruhi seperti faktor internal dan faktor eksternal, sehingga
menghasilkan situasi dan kondisi Kabupaten Sragen menjadi menurunya
pelanggaran lalu lintas.
BAB III
KONDISI FAKTUAL

3.1 Kondisi Awal


Dalam bab ini penulis akan menyajikan dan menggambarkan hasil
yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan di Polres Sragen. Untuk
mengetahui kondisi dan gambaran umum wilayah Kabupaten Sragen,
maka disajikanlah dan digambarkanlah gambaran umum wilayah
penelitian dengan menggunakan data yang ditemukan dan dituangkan
oleh penulis yang diambil di wilayah Polres Sragen dengan penulis
memfokuskan kepada Unit Gakkum Satuan Lalu Lintas Polres Sragen.
Kabupaten Sragen berbatasan dengan Kabupaten Grobogan sebelah
Utara, Kabupaten Ngawi Provinsi Jawa Timur sebelah Timur, Kabupaten
Karanganyar sebelah Selatan, dan Kabupaten Boyolali sebelah Barat.
Kabupaten Sragen merupakan salah satu wilayah yang mempunyai
sejarah penting yaitu mengenai penemuan situs purbakala, para peneliti
menganggap bahwa Sangiran merupakan peradaban besar dunia
terhadap situs purbakalanya. Mayoritas penduduk Kabupaten Sragen
yaitu buruh dan petani, Berikut adalah peta dari wilayah Kabupaten
Sragen:
Gambar 3.1
Peta Wilayah Kabupaten Sragen

Sumber:Intel Dasar Tahun 2021

31
32

Bila dilihat dari kondisi geografi Kabupaten Sragen pada gambar


3.1, Kecamatan Sragen terletak di tengah-tengah wilayah Kabupaten
Sragen sehingga segala kegiatan terpusat di Kecamatan Sragen Kota.
Tabel 3. 1
Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: Intel Dasar Tahun 2019


Berdasarkan data di atas, Kabupaten Sragen memiliki jumlah
penduduk sebanyak 890.518 jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-rata
890 jiwa / Km, dengan rincian penduduk berjenis kelamin Laki-Laki
sejumlah 436.180 jiwa dan berjenis kelamin perempuan sebanyak
454.338 jiwa, dengan paling rendah jumlah penduduk di Kecamatan Gesi
sebanyak 19.934 dan penduduk paling tinggi di Kecamatan Sragen.
Karena Kecamatan Sragen merupakan pusat dari segala aktivitas
masyarakat di Kabupaten Sragen, tingginya arus lalu lintas membuat jalan
raya semakin raya dan mengakibatkan tingginya kecelakaan lalu lintas
yang bermula dari pelanggaran lalu lintas.
Polres merupakan singkatan dari Kepolisian Resor yang
merupakan jajaran dari Polda dan dipimpin oleh Kepala Kepolisian Resor
atau seorang Kapolres. Polres Sragen merupakan salah satu polres yang
berkedudukan di jajaran Polda Jawa Tengah, terletak di Jalan
Bhayangkara Magero Kabupaten Sragen, Kecamatan Sragen, Jawa
Tengah. Polres Sragen mempunyai slogan yaitu “anti narkoba, siap
33

melayani masyarakat”. Polres Sragen memberikan pelayanan kepada


masyarakat melalui call center polres apabila masyarakat ingin
memberikan informasi sesuatu dan pengaduan, call center tersendiri
tersambung langsung kepada Kapolres Sragen, sehingga pengaduan
yang diberikan langsung tersampaikan.
Polres Sragen dalam menjalankan tugas nya sesuai dengan
Peraturan Kepolisian Nomor 2 Tahun 2021 Tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja pada Tingkat Polres dan Polres, Sesuai dengan yang
sudah ditetapkan dalam peraturan tersebut bahwa Polres dalam
menyelenggarakan tugas pokok Polri yaitu memelihara kemanan dan
ketertiban masyarakat, melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat
serta meneggakan hukum yang berlaku sesuai dengan Peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku di Indonesia. Berikut adalah Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Polres Sragen.
Gambar 3.2
STRUKTUR ORGANISASI POLRES SRAGEN
SOTK Polres Sragen
KAPOLRES
WAKAPOLRES
UNSUR PIMPINAN

SIWAS SIPROPAM SIHUMAS SIKUM SI TIK SIUM

BAGOPS BAGREN BAG SDM BAGLOG

SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG
BINOPS DALOPS KERMA STRAJEMEN RENPROGAR DALPROGAR BINKAR WATPERS DALPERS BEKPAL FASKON
DAN RB
UNSUR PENGAWAS DAN PEMBANTU PIMPINAN/PELAYAN

SPKT SATINTELKAM SATRESKRIM SATRESNARKOBA

SATBINMAS SATSAMAPTA SATLANTAS SATTAHTI


UNSUR PELAKSANA TUGAS POKOK

SIKEU SIDOKKES

UNSUR PENDUKUNG

POLSEK

UNSUR PELAKSANAN TUGAS KEWILAYAHAN

Sumber: Urmintu Polres Sragen


Polres Sragen merupakan polres tipe D, Polres Sragen mempunyai
struktur komandan di wilayah kabupaten atau kota. Dalam Struktur di atas
bahwa Polres Sragen dipimpin oleh seorang perwira berpangkat Ajun
34

Komisaris Besar Polisi (AKBP) yang berada di bawah dan bertanggung


jawab kepada Kapolda, sedangkan untuk tugas Kapolres sendiri yaitu
memimpin, membina, mengawasi/ mengandalakan satuan-satuan
organisasi dalam lingkungan Polres serta memberikan saran
pertimbangan dan melaksanakan tugas lain sesuai dengan perintah
Kapolda. Kapolres dibantu tugasnya oleh Wakapolres sebagai unsur
pimpinan di wilayah Polres Sragen, dengan tugas Wakapolres yaitu
membantu Kapolres dalam melaksanakan tugasnya dengan
mengendalikan pelaksanaan tugas-tugas staf seluruh satuan organisasi
dalam jajaran Polres, dan dalam batas kewenangannya memimpin Polres
dalam hal Kapolres berhalangan serta melaksanakan tugas lain sesuai
dengan perintah Kapolres.
Berdasarkan dengan (Peraturan Kepolisian Nomor 2 Tahun 2021
Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Polres dan
Polres, 2021) Dalam pelaksanaakan tugasnya, Kepala Kepolisian Resor
(Kapolres) Sragen membawahi unsur pengawas dan unsur pembantu
pimpinan, unsur pelaksana tugas pokok dan unsur pendukung. Dengan
jumlah unsur pengawas dan unsur pembantu pimpinan yang diemban
oleh Bagian Operasional (BagOps), Bagian Perencanaan (BagRen),
Bagian Sumber Daya Manusia (BagSDM), Bagian Logistik (BagLog).
Unsur pelaksana tugas pokok di Polres Sragen terdiri dari SPKT,
Satintelkam, Satreskrim, Satresnarkoba, Satbinmas, Satsamapta,
Satlantas, Sattahti, dan dengan pelaksanaan tugas didukung oleh Seksi
Keuangan (Sikeu) dan Seksi Dokter Kesehatan (Sidokkes).
Setelah unsur pendukung, pelaksanaan tugas di Polres Sragen
dibantu oleh pelaksana tugas kewilayahan yaitu Polsek. Polsek di wilayah
Kabupaten Sragen terdiri dari 20 Polsek yang dibagi menjadi beberapa
kecamatan. Polsek-Polsek di wilayah hukum Polres Sragen mempunyai
peranan penting dalam melakukan tugas di masing-masing wilayah
hukum yang diembannya. Dengan begitu, kepolisian akan lebih mudah
dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan
35

hukum; dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan


kepada masyarakat. Oleh karena itu, dengan adanya kerja sama yang
baik antara Polres Sragen dan Polsek-Polsek di wilayah jajaran Polres
Sragen, maka akan menunjang berhasilnya visi dan misi Polres Sragen.
Satuan Lalu Lintas adalah unsur pelaksana tugas pokok polres
yang berada di bawah Kapolres. Satuan Lalu Lintas Polres Sragen
dipimpin oleh Kepala Satuan Lalu Lintas yang disingkat Kasatlantas
dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP). Dalam pelaksanaan
tugasnya Kasatlantas bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres. Kantor
Satlantas Polres Sragen berada di Jalan Bhayangkara, Magero, Sragen
Tengah, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Satuan
Lalu Lintas Polres Sragen bertugas untuk menyelenggarakan tugas pokok
Polri dalam memelihara kemanan, keselamatan, ketertiban, Kelancaran
Lalu Lintas dan Penegakkan Hukum, serta memberi perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada Masyarakat dalam wilayah hukum
Polres Sragen sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan.
Satuan Lalu Lintas Polres Sragen menjalani tugasnya sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, 2009.
Selain melaksanakan tugas pokok Polri, Satlantas Polres Sragen
bertugas melaksanakan Pengaturan, Penjagaan, dan Pengawalan
(Turjawali) Lalu Lintas; Pendidikan Masyarakat (Dikmas Lantas);
Pelayanan Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor dan
Pengemudi; Melakukan Penyidikan Kecelakaan Lalu Lintas dan
Penegakkan Hukum di Bidang Laliu Lintas.
36

Gambar 3.3
Struktur Organisasi Satlantas Polres Sragen

Sumber: Urmintu Satlantas Polres Sragen


Seperti gambar di atas yaitu Struktur Organisasi Satlantas Polres
Sragen, bahwa Satlantas Polres Sragen dipimpin oleh Kasatlantas, yang
membawahi beberapa unit, yaitu Unit Penegakkan Hukum (Gakkum), Unit
Keamanan dan Keselamatan (Kamsel), Unit Regident dan Unit
Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan dan Patroli (Turjawali) yang dijabat
oleh perwira yang berpangkat Inspektur Polisi Tingkat Dua (IPDA). Kanit-
Kanit bertugas untuk menjalankan fungsi Lalu Lintas dengan baik dengan
dibantu oleh anggota masing-masing unit, karena seorang kanit dalam
pelaksanaan tugasnya dengan dibantu oleh anggota yang berada di unit
tersebut.
Berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No
2 Tahun 2021 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat
37

Kepolisian Resor dan Sektor bahwa masing-masing jabatan mempunyai


tugas dan kewajiban sebagai berikut:
a. Kasatlantas
Kasatlantas merupakan Kepala dari Satuan Lalu Lintas di Polres
Sragen yang dijabat oleh Ajun Komisaris Polisi Abipraya Guntur
Sulatiasto, S.I.K., M.Si. Kasatlantas merupakan unsur pelaksana utama
polres yang berada di bawah Kapolres, dan memiliki tugas sebagai
berikut:
1. Menyelenggarakan atau membina fungsi lalu lintas kepolisian yang
meliputi penjagaan, pengaturan, pengawalan dan patroli; penidikan
masyarakat dan rekayasa lalu lintas, registrasi dan identifikasi pengemudi
atau kendaraan bermotor; penyidikan kecelakaan lalu lintas dan
penegakan hukum dalam bidang lalu lintas guna memelihara keamanan
dan ketertiban serta kelancaran lalu lintas.
2. Dalam melaksanakan tugas berhubungan dengan masyarakat dibidang
dikmas lantas serta peningkatan kesadaran dan ketertiban hukum
masyarakat dalam berlalu lintas, dapat berkoordinasi dengan Kasat
Binmas.
b. Kaur Bin Ops (KBO) Lantas
KBO Lantas atau singkatan dari Kaur Bin Ops Lalu Lintas dijabat
oleh Inspektur Polisi Tingkat Satu Supriyanto, S.H. KBO Lantas
bertanggung jawab langsung kepada Kasatlantas, berikut merupakan
tugas dari Kaur Bin Ops Lalu Lintas Polres Sragen:
1. Melaksanakan pembinaan manajemen operasional dan pelatihan
2. Mengembangkan sistem teknologi dan informasi
3. Penyelenggaraan analisis dan evaluasi serta pengelolaan informasi
dan dokumentasi
c. Kaur Mintu
Kaur Mintu atau singkatan dari Kepala Urusan Administrasi dan
Ketatausahaan Polres Sragen dijabat oleh Inspektur Polisi Tingkat Satu
Joni Kurniawan, S.H. bertanggung jawab langsung kepada Kasatlantas.
38

Dengan tugas menyelenggarakan kegiatan administrasi pegawai negeri


pada Polri, logistic serta administrasi umum dan ketatausahaan.
d. Kanit Turjawali
Kanit Turjawali atau Kepala Unit Pengaturan Penjagaan,
Pengawalan dan Patroli dijabat oleh Inspektur Polisi Tingkat Dua Kemi
Suwarno Putro, S.H. yang dalam tugasnya bertanggung jawab langsung
kepada Kasatlantas dan KBO Lantas, yang bertugas melaksanakan
pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patrol, melakukan penindakan
terhadap pelanggaran lalu lintas dalam rangka penegakan hukum.
e. Kanit Kamsel
Kanit Kamsel atau Kepala Unit Keamanan dan Keselamatan yang
dijabat oleh Inspektur Polisi Tingkat Dua Iwan Subekti, S.H. Dalam
pelaksanaan kegiatan di lapangan Kanit Kamsel di bawah naungan
Kasatlantas dan KBO Lantas. Kanit Kamsel bertugas melaksanakan
analisis dampak lalu lintas, kerja sama di bidang lalu lintas serta
menyelenggarakan pendidikan masyarakat lalu lintas,
mengoperasionalkan rekayasa lalu lintas dan angkutan jalan serta
melaksanakan audit dan inspeksi di bidang lalu lintas.
f. Kanit Regident
Kanit Regident atau Kepala Unit Registrasi dan Identifikasi Lalu
Lintas yang dijabat oleh Inspektur Polisi Tingkat Dua Hendria Nataria, S.H,
M.M. bertanggung jawab langsung kepada Kasatlantas dan KBO Lantas.
Bertugas melayani administrasi, registrasi dan identifikasi kendaraan
bermotor serta pengemudi.
g. Kanitgakkum
Kanitgakkum atau Kepala Unit Penegakan Hukum Polres Sragen
dijabat oleh Inspektur Polisi Tingkat Dua Irwan Marviyanto, S.H.
Bertanggungjawab langsung kepada Kasatlantas di bawah pengawasan
KBO Lantas, Kanitgakkum bertugas melakukan penegakan hukum
terhadap kecelakaan lalu lintas, administrasi kecelakaan lalu lintas dan
pelanggaran hukum lalu lintas.
39

Untuk menciptakan keamanan dan ketertiban dalam berlalu lintas,


maka masing-masing unit di Satuan Lalu Lintas Polres Sragen
memerlukan sumber daya manusia yang mencukupi dan mempunyai
kompetensi agar tugas didalam unit tersebut lebih mudah dan selesai
dengan tepat waktu. Kanit-kanit dari Unit tersebut wajib melakukan
laporan dalam setiap selesainya kegiatan yang dilakukan, sehingga
Kasatlantas dapat melakukan pengawasan terhadap kinerja anggota
Satlantas Polres Sragen. Dengan pembagian secara merata dan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki personel, maka akan lebih mudah
dalam mencapai target yang ditargetkan dari pimpinan. Dari hasil
penelitian yang dilakukan di Polres Sragen, berikut merupakan rincian
jumlah personel Satuan Lalu Lintas Polres Sragen.
Tabel 3. 2

Jumlah Personel Satuan Lalu Lintas Polres Sragen

NO UNIT JUMLAH
1 KASATLANTAS 1
2 URUSAN BIN OPS 1
3 URUSAN MIN TU 2
4 URUSAN MIN OPS 2
5 UNIT GAKKUM 19
6 UNIT KAMSEL 4
7 UNIT TURJAWALI 31
8 REGIDENT 3
9 STNK 13
10 SIM 13
11 BPKB 11
12 PNS 6
JUMLAH 106
Sumber: Min Ops Satlantas Polres Sragen

Berdasarkan tabel di atas, jumlah personel Satuan Lalu Lintas


Polres Sragen berjumlah 106 (seratus enam) personel, dengan jumlah
anggota Polri 100 (seratus delapan) yang terdiri dari 6 (enam) personel
perwira, 94 (Sembilan puluh empat) personel bintara, dan 6 (enam)
personel dari PNS Polri dengan tugasnya masing-masing. Dengan jumlah
kekuatan dari Satlantas Polres Sragen, maka dapat dilakukan kerja sama
40

agar pekerjaan menjadi efektif dan efisien. Kasatlantas berperan penting


dalam mengatur dan memberdayakan personel dan sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki oleh masing-masing personel agar dapat
berkoordinasi sehingga tugas dan pekerjaan masing-masing unit dapat
selesai tepat waktu.
Tabel 3. 3
Jumlah Personel Berdasarkan Pendidikan Kejuruan FT.Lantas

NO PENDIDIKAN KEJURUAN JUMLAH


1 DIKBANGPES KASATLANTAS 1
2 DIKBANG MANAJEMEN LANTAS 2
3 DIKJUR REGIDENT RANMOR 5
4 DIKJUR PENGAWALAN 3
5 DIKJUR DIKYASA 2
6 DIKJUR UJI SIM 2
7 DIKJUR IDIK LAKA 2
8 DIKJUR DAKGAR 1
9 HARKAMTIBMAS FT.LANTAS 1
10 DIKJUR TURJAWALI 1
JUMLAH 20
Sumber: Urmintu Satlantas Polres Sragen

Berdasarkan data di atas, jumlah personel Satuan Lalu Lintas


sebanyak 106 (seratus enam) personel, tetapi untuk yang sudah
mengikuti pendidikan kejurusan atau pendidikan pengembangan Fungsi
Teknis Lalu Lintas hanya sebanyak 20 (dua puluh) Personel. Perbedaan
personel yang sudah mengikuti pendidikan akan berbeda dengan
personel yang belum mengikuti pendidikan, sehingga kualitas yang dimiliki
personel belum bisa memadai dan belum bisa memberikan inovasi
terhadap tugas yang diberikan. Seiring berkembangnya waktu lalu lintas
dan jalan raya semakin berkembang sehingga kualitas personel Satuan
Lalu Lintas Polres Sragen harus dapat menyanggupi perkembangan
41

jaman tersebut. Dengan personel yang sudah mengikuti pendidikan


Fungsi Teknis Lalu Lintas maka akan lebih mudah melakukan pemecahan
masalah terhadap permasalahan yang muncul akibat perkembangan
jaman.

Tabel 3.4

Tabel Sarana dan Prasarana Satlantas Polres Sragen

Sumber:Urmintu Satlantas Polres Sragen

Berdasarkan tabel di atas, banyaknya jumlah sarana dan prasaran


yang dimiliki oleh Satuan Lalu Lintas Polres Sragen dapat memudahkan
dalam segala aktivitas yang dilakukan, khususnya pada pelaksaan
42

penindakan pelanggaran menggunakan ETLE Mobile, dimana penindakan


pelanggaran dengan ETLE Mobile menggunakan sarana kendaraan roda
4 (empat) yang dimiliki oleh Satlantas Polres Sragen sebanyak 9
(sembilan) Unit Kendaraan Roda 4 (empat). Pemakaian kendaraan akan
mempermudah dalam melakukan penilangan secara elektronik (ETLE
Mobile) sehingga personel Satlantas Polres Sragen dapat melakukannya
dengan maksimal karena sudah terdapat akomodasi yang memudahkan
dalam berpindah dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya.
Saat melakukan penelitian di Satlantas Polres Sragen, penulis
menemukan bahwa penindakan pelanggaran lalu lintas dengan ETLE
Mobile sudah menggunakan Handphone sebanyak 3 (tiga) Unit. Sesuai
dengan keadaan dilapangan, bahwa handphone digunakan untuk
melakukan perekaman terhadap pelanggaran lalu lintas yang terjadi di
jalan raya sekitar Kabupaten Sragen, sehingga dengan adanya 3 (tiga)
Handphone yang dimiliki oleh Satlantas Polres Sragen dapat
memudahkan personel dalam menemukan jumlah pelanggaran lalu lintas
yang ada. Unit Gakkum (Penegakan Hukum) merupakan bagian dari
Satuan Lalu Lintas Polres Sragen. Unit Gakkum tersendiri merupakan
bagian dari penegakan hukum lalu lintas termasuk salah satunya yaitu
penilangan manual maupun elektronik. ETLE Mobile masuk kedalam
kategori penilangan menggunakan elektronik karena penindakan
pelanggaran yang dilakukan menggunakan Handphone dari personel
Satlantas Polres Sragen. Peraturan Perundang-Undangan Nomor 2
Tahun 2021 Pasal 41 ayat (2) huruf d Tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja pada Kepolisian Resor dan Sektor yang berbunyi,
“Pelaksanaan penegakan hukum meliputi penyelidikan dan penyidikan lalu
lintas, penanganan kecelakaan, pelanggaran lalu lintas dan tindakan
pertama di tempat kejadian perkara lalu lintas”. Seperti yang disebutkan
sebelumnya, bahwa Unit Gakkum merupakan unit yang menangani
masalah penindakan pelanggaran lalu lintas dan dipimpin oleh seorang
43

pama dengan berpangkat Inspektur Polisi Tingkat Dua (IPDA) dan


bertanggung jawab langsung kepada Kasatlantas.
Pada Peraturan Perundang-Undangan Nomor 2 Tahun 2021 Pasal
76 ayat (2) huruf c tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada
tingkat Kepolisian Resor dan Sektor yang berbunyi, “Pelaksanaan
penindakan pelanggaran serta penanganan kecelakaan lalu lintas dalam
rangka penegakan hukum”.
Berikut merupakan tugas Unit Gakkum yaitu melaksanakan
penegakan hukum terhadap para pelanggar jalan raya. Dalam
pelaksanaan penindakan pelanggaran lalu lintas, Polres Sragen
menggunakan sistem tilang elektronik (ETLE Mobile) yang sudah
beroperasi sejak tahun 2019. Para pelanggar lalu lintas tidak menyadari
bahwa kecelakaan lalu lintas berawal dari para pengendara yang tidak
mematuhi lalu lintas, sehingga masih banyak masyarakat wilayah Sragen
tidak mematuhi peraturan yang sudah berlaku. Oleh karena itu, disinilah
dibutuhkan personel anggota Unit Gakkum untuk melaksanakan tugasnya
dengan dibantu oleh Sarana dan Prasarana dari Satuan Lalu Lintas itu
sendiri.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis di Unit
Gakkum Satlantas Polres Sragen, berikut beberapa sarana dan prasarana
yang dibutuhkan dalam penindakan pelanggaran lalu lintas menggunakan
sistem tilang elektronik atau biasa disebut dengan ETLE Mobile. Sarana
dan prasarana yang dimiliki oleh kantor ETLE Mobile Unit Gakkum
Satlantas Polres Sragen dalam keadaan baik, anggaran yang dikeluarkan
untuk keperluan penindakan pelanggaran dengan ETLE Mobile sudah
memiliki rincian yang jelas agar pelaksanaanya dapat berjalan dengan
baik dan berjalan tanpa hambatan apapun. Selain kondisi sarana dan
prasarana ETLE Mobile yang sudah baik, dibutuhkan kotak saran. Kotak
saran berguna sebagai bahan dari evaluasi eksternal yang bermanfaat
untuk perbaikan suatu sistem pelayanan, namun Unit Gakkum Satlantas
Polres Sragen belum memiliki kotak saran tersebut.
44

Tabel 3.5

Sarana dan Prasarana Posko ETLE Mobile Satlantas Polres Sragen

JUMLAH KONDISI
NO NAMA BARANG
BARANG BARANG
1 HANDPHONE 3 Baik
2 PRINTER 2 Baik
3 KOMPUTER 2 Baik
4 MEJA 3 Baik
5 KURSI 5 Baik
6 AIR CONDITIONER 1 Baik
7 REMOTE AIR CONDITIONER 1 Baik
8 POSTER MOBILE SIGAP 1 Baik
9 POSTER MEKANISME ETLE MOBILE 1 Baik
10 STEMPEL 4 Baik
11 RUANGAN 5x5 Baik
12 WIFI 1 Baik
Sumber: Min Ops Sat Llantas Polres Sragen

Pelanggaran lalu lintas adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh


pengguna jalan raya dengan cara melanggar peraturan perundang-
undangan yang telah berlaku. Polisi Lalu Lintas hadir untuk mengurangi
pelanggaran lalu lintas, jika pelanggaran lalu lintas berkurang maka
kemungkinan potensi akan terjadinya kecelakaan akan mengecil. Setelah
melaksanakan penelitian, melakukan observasi dan mengumpulkan data
yang didapat dari Satuan Lalu Lintas Polres Sragen pada bagia urusan
administrasi mengenai keadaan lalu lintas di wilayah hukum Polres
Sragen, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3. 6

Tabel Pelanggaran Lalu Lintas Wilayah Sragen Tahun 2021


JUMLAH MINI RODA
NO BULAN SEDAN
TILANG BUS 2
1 JANUARI 297 115 - 182
2 FEBRUARI 294 113 - 181
3 MARET 393 147 - 246
4 APRIL 402 169 - 233
5 MEI 175 61 - 114
6 JUNI 2.702 1.054 - 1.645
7 JULI 828 302 - 526
8 AGUSTUS 583 216 - 367
45

9 SEPTEMBER 1.394 581 - 813


10 OKTOBER 778 299 - 479
11 NOVEMBER 1.032 301 1 720
12 DESEMBER 525 136 - 389
- 9.403 3.494 1 5.895
Sumber: Urmintu Satlantas Polres Sragen

Berdasarkan data di atas bahwa angka pelanggaran lalu lintas di


wilayah hukum Polres Sragen masih meningkat. Berdasarkan wawancara
bersama Kanitgakkum Satlantas Polres Sragen IPDA Irwan Marviyanto,
S.H.;

“Karena alat transportasi massa untuk ke desa-desa masih kurang,


sehingga banyak dari anak-anak itu akhirnya berangkat ke sekolah
naik sepeda motor, jadi pelanggaran lalu lintas yang dilakukan
selain masyarakat yang usia produktif, terdapat banyak anak-anak
juga.” (wawancara dengan Kanitgakkum Satlantas Polres Sragen,
17 Oktober 2022).

Kecelakaan lalu lintas bermula dari pelanggaran lalu lintas,


sehingga dapat disimpulkan bahwa penindakan pelanggaran lalu lintas
yang dilakukan di wilayah hukum Polres Sragen belum optimal.
Penindakan pelanggaran lalu lintas di wilayah hukum Polres Sragen
sudah menggunakan sistem tilang elektronik atau ETLE Mobile yang
dimana merupakan sistem penilangan dengan teknologi yang sudah
modern, ETLE Mobile merupakan kamera pengintai yang melekat kepada
personel anggota Satuan Lalu Lintas yang dapat merekam segala bentuk
pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh pengendara kendaraan di
jalan raya. ETLE Mobile dalam proses penilangan dan validasi data
menggunakan aplikasi Go-Sigap dan untuk personel yang dapat
menggunakanya hanya personel Satlantas yang sudah diperintahkan
melalui sprin Polda Jawa Tengah.
46

Tabel 3. 7

Data Pelanggaran Berdasarkan Pendidikan Bulan Januari 2021

Sumber: Urmintu Satlantas Polres Sragen

Berdasarkan tabel di atas, bahwa pelanggaran lalu lintas terbanyak


dilakukan pada golongan pendidikan SMA Sederajat. Banyaknya
pelanggaran lalu lintas yang dilakukan masyarakat Sragen kebanyakan
dilakukan oleh anak-anak seusia SMA dan sederajat, dikarenakan
jarangnya transportasi umum yang menjangkau sampai ke desa-desa
menyebabkan banyaknya orang tua memperbolehkan anaknya
menggunakan kendaraan meskipun belum cukup umur. Tingginya tingkat
pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh para remaja karena kurangnya
pengawasan dari orangtua.
Pelanggaran lalu lintas yang direkam oleh ETLE Mobile sama seperti
dengan penilangan menggunakan ETLE Statis, terdapat beberapa
pelanggaran lalu lintas yang ditindaklanjuti dalam tilang elektonik atau
ETLE Mobile antara lain:
1. Pelanggaran Traffic Light
2. Pelanggaran Marka Jalan
3. Pelanggaran Melawan Arus
4. Pelanggaran Menggunakan Ponsel Saat Berkendara
5. Pelanggaran Tidak Memakai Helm
47

6. Pelanggaran Sepeda Motor Berbonceng Tiga


7. Pelanggaran Keabsahan STNK
8. Pelanggaran Tidak Menggunakan Sabuk Pengaman
9. Pelanggaran Pembatasan Jenis Kendaraan Tertentu

Pelanggaran-pelanggaran di atas merupakan jenis pelanggaran


yang sering terjadi tetapi tidak disadari oleh pengendara. ETLE (Electronic
Traffic Law Enforcement) Mobile di Polres Sragen sudah ditetapkan sejak
tahun 2019. Selain adanya ETLE Mobile di Polres Sragen juga telah
menggunakan sistem KOPEK (Kamera Portabel Penindakan Pelanggaran
Kendaraan Bermotor). Program KOPEK sendiri sudah mulai beroperasi
sejak Bulan Maret tahun 2021, merupakan program penilangan yang
menggunakan kamera yang terletak di helm petugas atau personel
Satuan Lalu Lintas yang sedang berpatroli mencari pelanggaran lalu
lintas, namun penilangan dengan KOPEK tidak berjalan lagi di Polres
Sragen dikarenakan dalam pelaksanaanya kamera yang digunakan tidak
merekam gambar yang jelas sehingga kamera tidak dapat menangkap
plat nomor kendaraaan pelanggar.
Setelah itu, Program KOPEK berubah dan mengganti nama
menjadi Mobile Sigap atau lebih banyak dikenal dengan ETLE Mobile,
merupakan sistem penegakkan hukum yang dilakukan dengan berbasis
teknologi di bidang lalu lintas yang berfungsi untuk melakukan penindakan
kepada pelanggar lalu lintas. Terdapat proses-proses dalam melakukan
penindakan pelanggaran menggunakan ETLE Mobile, dimulai dari tahap
petugas merekam pelanggar yang melanggar lalu lintas sampai tahap
pengakhiran, dimana pelanggar akan dikirimkan surat yang berisi bukti
pelanggaran yang dilakukan dan pasal yang dikenakan, kemudian dalam
pelaksanaanya, terdapat Langkah-langkah atau mekanisme dalam cara
kerja dari program ETLE Mobile.
48

Gambar 3.4
Mekanisme ETLE Mobile GOSIGAP

Sumber: Urmintu Polres Sragen

Diagram diatas merupakan mekanisme dan bagaimana cara kerja


dari program ETLE Mobile GOSIGAP:
1. Pelanggaran akan di foto oleh petugas Mobile Sigap
2. Data akan diinput di Back Office Mobile Sigap
3. Daftar ranmor diverifikasi oleh petugas yang kemudian akan dicetak
barcodenya serta surat konfirmasinya
4. Surat konfirmasi kemudian akan dikirim kurir ke alamat pelanggar
5. Konfirmasi harus dilakukan pelanggar maksimal 7 hari kerja sejak surat
dikirim
6. Petugas kemudian membuatkan blanko tilang dan pelanggar wajib
membayarkan tilang melalui BRIVA
7. Apabila pelanggar tidak melakukan konfirmasi maka STNK akan
diblokir.
Setelah petugas membuatkan blanko tilang berdasarkan
pelanggaran yang dilanggar, maka dibuatkanlah surat konfirmasi
kepada pelanggar. Pelanggar wajib membayarnya melalui BRIVA.
Berikut adalah contoh surat konfirmasi pelanggaran ETLE Mobile:
49

Gambar 3.5
Surat Konfirmasi Pelanggaran ETLE Mobile

Sumber: Urmintu Polres Sragen


Surat konfirmasi digunakan sebagai bukti dari pelanggaran lalu
lintas yang sudah direkam oleh petugas dengan menggunakan ETLE
Mobile, terdapat barcode di surat konfirmasi yang bertujuan untuk mengisi
data didalam google form yang sudah dibuat, apabila tidak membayar
denda tilang maka otomatis STNK pelanggar akan di blokir oleh SAMSAT.

3.1.1 Pelaksanaan unitgakkum melalui ETLE Mobile dalam menekan


angka pelanggaran lalu lintas di wilayah hukum Polres Sragen
Program menggunakan ETLE Mobile tertuang didalam Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Pada pasal 272 disebutkan, untuk mendukung kegiatan penindakan
pelanggaran di bidang lalu lintas dan angkutan jalan bisa digunakan
peralatan elektronik. Peralatan elektronik tersebut akan dijadikan alat bukti
yang sah dan merupakan alat perekam kejadian untuk menyimpan
informasi. Selain Undang-Undang tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, terdapat peraturan yang mengatur tentang penindakan pelanggaran
lalu lintas dan angkutan jalan yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 80
Tahun 2012 Pasal 23 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan
50

Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan


Jalan. Di dalam pasal tersebut disebutkan bahwa penindakan
pelanggaran lalu lintas dan angkutan jalan didasarkan atas hasil temuan
dalam proses pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan, laporan dan
rekaman peralatan elektronik.
ETLE Mobile merupakan inovasi terbaru yang dibuat oleh Korlantas
Polri yang bertujuan agar dalam pelaksanaan penindakan pelanggaran
lalu lintas dilaksanakan dengan efektif dan menghindari pungli. Program
ETLE Mobile dikendalikan oleh operator yang terdiri dari 2 personel,
dalam pelaksanaan tugasnya dipimpin oleh Kanitgakkum Satlantas Polres
Sragen IPDA Irwan Marviyanto, S.H. Salah satu tugas seorang
Kanitgakkum yaitu mengawasi dan mengontrol kegiatan agar berjalan
sesuai dengan yang diharapkan. Selanjutnya, hasil kegiatan penindakan
pelanggaran dilaporkan kepada Kasatlantas sebagai bentuk dari
pertanggungjawaban atas kegiatan yang dilaksanakan sehingga
Kasatlantas dapat lebih mudah untuk mengawasi kegiatan tersebut.
Pembahasan penulisan difokuskan kepada kegiatan penindakan
pelanggaran melalui ETLE Mobile dalam menekan angka pelanggaran
lalu lintas oleh Unitgakkum Satlantas Polres Sragen. Dalam membahas
persoalan tersebut, penulis menggunakan teori manajemen yang
ditemukan oleh George R Terry dimana teori tersebut terdiri dari
Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Pelaksanaan
(Actuating), Pengawasan (Controling).

a. Perencanaan (Planning)
Perencaan merupakan sebuah perumusan dari kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan dengan tujuan agar tercapainya hasil yang
diiinginkan. Anggaran termasuk kedalam sebuah perencanaan,
pelaksanaan penindakan pelanggaran menggunakan ETLE Mobile
dilakukan setiap hari dari awal tahun sampai akhir tahun.
51

Gambar 3.6
Dipa anggaran ETLE Mobile

Sumber: Urmintu Satlantas Polres Sragen

Kegiatan penindakan pelanggaran lalu lintas menggunakan ETLE


Mobile selalu didukung dengan dipa anggaran yang sudah diberikan agar
kegiatan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hasil dari wawancara
dengan Kanitgakkum Satlantas Polres Sragen yaitu IPDA Irwan
Marviyanto, S.H., sebagai berikut:
“Untuk anggaran pengiriman dalam kota itu Rp6.000, untuk dala
kota itu merupakan satu kabupaten, demikian dengan pengiriman
luar kota sejumlah Rp12.000, bisa dikirim ke Tegal atau Semarang,
tetap ongkosnya Rp12.000” (Wawancara Baurtilang, Rabu 18
Oktober 2022).

Berdasarkan gambar dan hasil wawancara di atas, anggaran yang


dipakai untuk penindakan menggunakan ETLE Mobile terdiri 2 jenis
pengiriman, yaitu pengiriman dalam kota dan luar kota. Sebelum adanya
program ETLE Mobile (tilang elektronik) terdapat penilangan konvensional
(penilangan manual) sehingga anggaran untuk ETLE Mobile baru saja
dibuat dan daIam peIaksanaan penindakan dengan ETLE Mobile oleh
Kasatlantas Polres Sragen dibatasi minimal dan maksimal 100
peIanggaran.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan salah satu bagian dari manajemen
yang sangat penting agar mendapatkan hasil yang baik.
Pengorganisasian bertujuan agar penetapan tugas masing-masing dapat
berjalan dengan baik tanpa terjadi adanya penumpukan tugas. Hasil
wawancara dengan Baurtilang Bripka Agung
“Saat ini sistem ETLE Mobile masih mengalami kendala sistem
jaringan dan kendala personel,untuk personel tilang sendiri terdapat
4 personel yang terdiri dari 3 back office dan 1 pns sehingga dalam
52

penindakan menggunakan handphone ETLE Mobile


dilimpahtugaskan kepada beberapa unit SIM, BPKB, STNK, Pos
kota, dan lainnya” (wawancara 18 Oktober 2022).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis, dalam


pelaksanaan dakgar kurangnya personel menyebabkan terkendalanya
proses dakgar yang dilakukan. Kinerja Unit Gakkum berpijak kepada SOP
tetapi Satlantas Polres Sragen sendiri tidak mempunyai SOP mengenai
penggunaan ETLE Mobile, sehingga anggota lantas Sragen tidak
mempunyai pedoman dalam melakukan kegiatan. Kanitgakkum
bertanggungjawab atas penyelesaian kendala yang terjadi dilapangan,
pemberian APP termasuk kedalam salah satu dari penyelesaian dari
permasalahan, dengan tujuan tidak terjadi kesalahpahaman terhadap
suatu informasi, Kanitgakkum bertugas untuk meluruskan jika terjadi
penyimpangan informasi.
Menurut observasi yang dilakukan kurangnya pemberian APP oleh
Kanitgakkum menyebabkan tidak terkontrol dan tidak terorganisirnya
suatu penindakan pelanggaran yang dilakukan sehingga upaya yang
dilakukan untuk mengurangi garlantas menjadi belum optimal.
c. Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan atau Actuating merupakan fungsi yang paling dasar
dalam proses manajemen. Pelaksanaan bertujuan untuk memotivasi
anggota untuk mencapai tujuan dari sebuah organisasi. Manajer atau
dalam hal ini pimpinan harus dapat meyakinkan anggota untuk mau
berpartisipasi dalam mecapai tujuan. Sosialisasi mengenai ETLE Mobile
sudah dilakukan dengan objek yaitu masyarakat melalui beberapa
platform seperti media massa, media sosial, televisi, dan radio-radio yang
tersebar di seluruh Indonesia.
Satlantas Polres Sragen sudah memberikan sosialisasi melalui
dikmas lantas dan akun media sosial yang dimiliki oleh kepolisian di
Wilayah Sragen. Satlantas Polres Sragen juga memberikan penyuluhan
dan sosialisasi mengenai ETLE Mobile melalui AG PG atau Ambang
53

Gangguan Pagi dimana polisi lalu lintas melakukan pengaturan di jalan


raya sambil membagikan brosur tentang mekanisme penilangan ETLE
Mobile. Pelaksaan penilangan harus didukung oleh sarana dan prasarana,
karena tanpa adanya sarpras kegiatan kepolisian tidak berjalan efektif.
Berdasarkan wawancara dengan Baurtilang Brigpol Aziz Dwi, S.H.,
sebagai berikut
“Bahwa untuk computer dan internet sudah berjalan sangat baik
dan tidak ada kendala, tetapi untuk handphone yang dimiliki Polres
Sragen hanya 2 dimana pelaksanaan penindakan menggunakan
ETLE Mobile tidak seimbang dengan banyaknya pelanggaran lalu
lintas yang dilakukan oleh pengendara, sehingga masih perlu
ditingkatkan untuk banyaknya handphone untuk pelaksanaan
penindakan”. (wawancara Baurtilang, Selasa 18 Oktober 2022).

Pelaksanaan penindakan pelanggaran menggunakan ETLE Mobile


harus dilakukan dengan mekanisme yang sudah ditentukan oleh Korlantas
Polri, berikut adalah mekanisme penindakan pelanggaran dengan ETLE
Mobile:
1. Pelanggar merekam atau memfoto pelanggaran lalu lintas yang
dilakukan oleh pengendara bermotor yang dilakukan oleh anggota
personel Satlantas Polres Sragen. Pada saat merekam pelanggaran
yang dilakukan, anggota personel harus melakukan pembesaran
terhadap gambar agar mudah terdeteksi oleh kamera untuk
mempermudah proses identifikasi kendaraan.
2. Operator atau back office akan melakukan identifikasi dan verifikasi,
setelah nomor plat kendaraan dimasukan kedalam sistem Go-Sigap
maka akan keluar data-data seperti jenis kendaraan, pemilik
kendaraan, plat nomor kendaraan, kemudian operator mencocokan
kesesuaian antara plat nomor pelanggar dengan data-data yang sudah
terdaftar di samsat. Apabila data nya cocok maka akan dikirimkan surat
konfirmasi pelanggar kepada alamat tujuan sesuai dengan Surat Tanda
Nomor Kendaraan (STNK).
3. Apabila sudah terkirim maka akan dikirimkan surat yang berisikan
tentang nomor tilang pelanggar, hasil jepretan kamera pelanggaran
54

yang dilakukan dan barcode yang dapat di scan melalui aplikasi


whatsapp untuk melakukan konfirmasi.
4. Kemudian surat akan dikirimkan ke alamat tujuan melalui kurir yang
sudah dipercaya oleh kepolisian. Pengiriman dilakukan selama 3 hari
sejak pelanggar melakukan pelanggaran.
5. Setelah surat pelanggaran sudah sampai di rumah pelanggar, maka
diharuskan untuk membayar denda melalui BRIVA maksimal 10 hari
setelah pelanggaran dilakukan. Apabila pelanggar tidak membayar
selama 14 hari maka STNK akan diblokir melalui samsat.
Pada saat pelaksanaan penelitian, peneliti diberikan kesempatan
untuk melaksanakan hunting pelanggaran lalu lintas dengan
menggunakan handphone yang dimiliki oleh personel Satlantas Polres
Sragen, melakukan indentifikasi dan konfirmasi terhadap pelanggar,
melakukan pelayanan terhadap pelanggar yang datang untuk pengaduan
ketidaksesuaian plat nomor dengan pengguna kendaraan.
Berikut beberapa dokumentasi dari pelaksanaan penelitian
menggunakan ETLE Mobile tersebut.
Gambar 3.7
Foto Penilangan menggunakan ETLE Mobile

Sumber: Dokumentasi Penulis


Gambar di atas menunjukan bagaimana proses merekam
pelanggaran lalu lintas menggunakan handphone atau mobile.
Kebanyakan pelanggaran yang dilakukan di wilayah Kabupaten Sragen
55

yaitu tidak memakai helm, karena kebanyakan wilayah Sragen merupakan


wilayah pedesaan sehingga para pengendara tidak memperhatikan
keselamatan dengan alasan rumah pengendara dekat. Banyak sekali
pengendara yang melakukan pelanggaran tidak mengetahui bahwa
mereka sedang direkam oleh anggota dan peneliti sehingga pada saat itu
penulis mendapatkan banyak sekali pelanggaran lalu lintas yang
didominasi oleh pengendara roda dua, tak jarang pula kendaraan yang
berasal dari luar daerah melakukan pelanggaran. Sistem yang dimiIki oIeh
ETLE MobiIe beIum dapat mengirim peIanggaran yang berdomisiIi Iuar
daerah Jawa Tegah, sehingga peIaksanaannya beIum optimal.
d. Pengendalian (Controling)
Pengendalian merupakan pendukung dalam pencapaian dari apa
yang ditetapkan untuk memastikan bahwa segala kegiatan yang sudah
direncanakan terlaksana sesuai dengan yang diharapkan. Pengendalian
dilakukan secara langsung dan tidak langsung dengan melakukan
pengawasan terhadap kinerja personel seperti prestasi kerja, tanggung
jawab, dan sikap yang dimiliki masing-masing individu. Dilakukannya
pengawasan bertujuan untuk mencegah atau untuk memperbaiki
kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian, penyelewengan dan lainnya
yang tidak sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan.
Pengawasan setingkat Polres dilakukan oleh Kasatlantas, Kanitgakkum
dan operator ETLE Mobile tersendiri terhadap kelancaran berjalannya
program tersebut.
Selaku Kasatlantas Polres Sragen penilaian kinerja ETLE Mobile
dinilai berdasarkan sistem yang sudah terjalankan di Ditlantas Jawa
Tengah, sehingga setiap harinya dikirimkan peringkat hasil dari
penilangan. Kasatlantas selalu memantau hasil dari peringkat jajaran
Polres-Polres di Jawa Tengah. Kanitgakkum dalam melaksanakan
pengawasan selalu memonitor melalui hasil laporan ETLE Mobile, tugas
Kanitgakkum yaitu memberi petunjuk terhadap kegiatan yang akan
56

dilaksanakan dan mengawasi pelaksanaannya agar berjalan sesuai yang


diinginkan.

Gambar 3.8
Daftar peringkat hasil penilangan 18 Februari 2023

Sumber: Urmintu Polres Sragen


Pengawasan yang dilakukan dapat berupa melaksanakan
dokumentasi terhadap kegiatan yang sedang dilakukan, tetapi kegiatan
tersebut hanya dilakukan sekedar formalitas dan sekedar sudah memiliki
bukti bahwa kegiatan sudah dilaksanakan. Dalam pelaksanaan setiap
harinya, operator ETLE Mobile dalam melaksanakan kegiatan dari pagi
sampai sore tidak membuat laporan kepada pimpinan, sehingga
kurangnya pengawasan yang dilakukan membuat hasil kerja tidak
maksimal.
3.1.2 Optimalisasi penindakan pelanggaran lalu lintas melalui ETLE
Mobile guna mengurangi pelanggaran lalu lintas di wilayah hukum
Polres Sragen
Anggota Unit Gakkum terdiri dari anggota dari bagian laka dan
bagian tilang, sehingga jumlah Anggota Unit Gakkum tersendiri sebanyak
16 personel, yang terdiri dari 1 (satu) Kepala Unit Gakkum, 3 (tiga)
Anggota bagian tilang, dan sebanyak 13 (tiga belas) Anggota bagian laka.
57

Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan dengan Baur


Tilang Bripka Agung Istanto:
“Untuk personel backoffice ETLE Mobile tersendiri hanya ada 2
(dua), saya dengan mas aziz, sedangkan untuk yang biasa
berpatrol bergantian, terdapat jadwal yang sudah disusun untuk
pergantian memegang handphone yang dipakai untuk ETLE
Mobile.” (Wawancara tanggal 8 Desember 2022)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka dapat disimpulkan


bahwa anggota backoffice ETLE Mobile hanya terdapat 2 anggota yang
dimana jumlah handphone untuk penggunaan penindakan pelanggaran
lalu lintas sebanyak 3 handphone, sehingga terdapat kekurangan anggota
untuk pelaksanaan penindakannya.
Jumlah personel unit gakkum yang sudah mengikuti pengarahan
tentang mekanisme ETLE Mobile yaitu sebanyak 15 personel yang
mencakupi Bagian STNK, SIM, BPKB, POS KOTA, POS GEMOLONG,
PATWAL dan GAKKUM. Sehingga dalam pelaksanaan penindakan
pelanggaran lalu lintas menggunakan ETLE Mobile dapat dilakukann oleh
masing-masing anggota Satlantas Polres Sragen yang sudah mengikuti
pengarahan oleh Polda Jawa Tengah. Berikut merupakan jadwal piket
penggunaan handphone untuk dakgar menggunakan ETLE Mobile:
Tabel 3. 8
Data Personel Unit Gakkum Dikjur Ft. Lantas
NO HARI BAGIAN
1 SENIN STNK
2 SELASA SIM
3 RABU BPKB
4 KAMIS POS KOTA
5 JUMAT POS GEMOLONG
6 SABTU PATWAL
7 MINGGU GAKKUM

Sumber: Diolah oleh Penulis


58

Dari data di atas yang didapatkan pada saat wawancara dengan


Baur Tilang Brigadir Polisi. Muhammad Azis S.H., bahwa dalam
pelaksanaan penindakan tidak sepenuhnya dilimpahtugaskan kepada
anggota di Unit Gakkum tetapi agar pelanggaran yang didapat tidak hanya
satu wilayah saja maka dibuatlah jadwal piket penggunaan handphone
ETLE Mobile.
Yang melaksanakan penindakan pelanggaran menggunakan ETLE
Mobile harus anggota yang sudah mengikuti pengarahan tentang ETLE
Mobile. Sedangkan untuk anggota yang baru mendapatkan pengarah
tentang penggunaan ETLE Mobile dan aplikasinya hanya 4 personel di
urusan tilang, sedangkan untuk handphone untuk penindakan
pelanggaran digunakan juga oleh personel yang belum mendapatkan
pengarahan tentang ETLE Mobile, dengan demikian penindakan
pelanggaran lalu lintas di Polres Sragen belum maksimal.

a. Keterampilan (Skill)
Keterampilan atau Skill merupakan sebuah kemampuan yang
dimiliki seseorang dengan menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk
menyelesaikan pekerjaan atau sesuatu dengan tepat dan cepat,dengan
memiliki keterampilan yang tinggi, maka seseorang akan memiliki banyak
ide, kreativitas, dan inovasi sehingga pekerjaan akan tercapai seperti yang
diinginkan. Anggota Satuan Lalu Lintas Polres Sragen dapat dikatakan
memiliki keterampilan apabila sudah mengikuti Pendidikan Kejuruan Lalu
Lintas atau Dikjur Lantas. Berikut Data Personel Unit Gakkum yang sudah
mengikuti Dikjur Lantas.
Tabel 3. 9
Data Personel Unit Gakkum Berdasarkan Pendidikan Kejuruan Ft. Lantas

No Nama Pangkat Jabatan Pendidikan


Kejuruan
1 Lilik Pramono Jatmiko, Aiptu Baur Tilang Sudah Dikjur
SH
2 Zefanya Ardian Bripka Bamin Laka Sudah Dikjur
59

Permana, SH
3 Ayom Panji Lukito, SH Briptu Bamin Laka Sudah Dikjur
4 Harry Septyana Herdani Bripda Bamin Laka Sudah Dikjur
Sumber: Min Ops Satlantas Polres Sragen

Dari tabel di atas, Personel unit gakkum yang sudah mengikuti


pendidikan kejuruan sebanyak 4(empat) personel, dengan rincian 3(tiga)
personel Bamin Laka dan 1(satu) personel urtilang. Pendidikan Kejuruan
bertujuan untuk memantapkan dan menyiapkan personel yang siap kerja
demi menjunjung keberhasilan kinerja Polri. Dapat disimpulkan bahwa dari
data personel yang sudah mengikuti pendidikan kejuruan, anggota
Urtilang Unitgakkum Satlantas Polres Sragen hanya 1 (satu) personeI
yang baru mengikuti pendidikan kejuruan, sehingga tugas dan kinerja
yang dilakukan oleh personel belum maksimal.
Kompetensi dan pengetahuan yang dimiliki oleh personel yang
sudah mengikuti pendidikan kejuruan dan yang belum mengikuti
pendidikan kejuruan tentu berbeda, hasil yang akan dicapai dan efektifitas
terhadap keterampilan yang dilakukan oleh personel akan memiliki hasil
yang maksimal apabila personel sudah mengikuti pendidikan kejuruan,
dengan banyaknya kompleksitas di lapangan, akan lebih mudah
dipecahkan atau dicari suatu problem solving apabila sudah mengerti dan
mendalami tentang pekerjaan masing-masing. Oleh karena itu, minimnya
pendidikan kejuruan yang dimiliki oleh Unitgakkum Satlantas Polres
Sragen akan berdampak terhadap kinerja Unit tersebut.

b. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hal terpenting dalam melakukan sebuah
pekerjaan, pada dasarnya personel yang memiliki pengetahuan dapat
mengembangkan pelayanan masyarakat agar semakin maju dan
berdampak baik lingkungan sekitarnya. Dalam pembagian tugasnya,
Satlantas Polres Sragen membagi tugas sesuai dengan kemampuan dan
pendidikan masing-masing personel, diharapkan dengan begitu maka
60

personel dapat menguasai dan menghadapi segala kendala yang


dihadapi.
Tabel 3.110
Data Personel Unit Gakkum Berdasarkan Pendidikan Umum

No Nama Pangkat Jabatan Jurusan Pendidikan.


Perguruan Pembentukan
Tinggi
1 Irwan Iptu Kanit Sarjana Hukum -
Marviyanto, SH Gakkum
2 M.Azis Dwi Brigadir Anggota Sarjana Hukum -
Raharjo, SH
3 Y.Lilik Aiptu Anggota Sarjana Hukum -
Suherman, SH
4 Lilik Pramono Aiptu Anggota Sarjana -
Jatmiko, S.Pd Pendidikan
5 Ika Aipda Anggota Sarjana Hukum -
Widiyatmoko,
SH
6 Zefanya Ardian Bripka Anggota Sarjana Hukum -
Permana, SH
7 Ayom P, SH Briptu Anggota Sarjana Hukum -
Sumber: Min Ops Satlantas Polres Sragen

Sesuai dengan Tabel 3.10 dapat disimpulkan bahwa personel unit


gakkum total keseluruhan terdiri dari 19(sembilan belas) personel dan
sebanyak 7(tujuh) personel sudah melaksanakan pendidikan umum
dengan jurusan hukum. Sesuai dengan data yang tertera di atas, bahwa
hanya 1(satu) personel yang melalui pendidikan pembentukan
SECAPA(Sekolah Calon Perwira) yaitu Kanitgakkum Satlantas Sragen
IPTU Irwan Marviyanto, SH., sedangkan 6(enam) personel yang lainnya
melalui pendidikan pembentukan bintara.
Sesuai data yang penulis peroleh pada saat melakukan penelitian,
bahwa sebanyak 7(tujuh) personel dari Unit Gakkum Satlantas Polres
Sragen telah melaksanakan pendidikan umum yaitu S1(Strata-1),
61

sehingga mendapatkan gelar Sarjana Hukum. Dengan menempuh


pendidikan umum, maka para personel dalam melaksanakan tugasnya
lebih memahami terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan kepolisian. Menurut teori kompetensi, bahwa aspek pengetahuan
merupakan komponen yang berfokus terhadap pemahaman seseorang
terhadap ilmu maupun teori yang diperoleh melalui pendidikan atau
pengalaman.
Pentingnya pemahaman terhadap peraturan perundang-undangan
sangat penting dalam melayani masyarakat, sehingga dalam pelaksanaan
tugasnya, personel Unitgakkum Satlantas Polres Sragen dapat
menangani, memahami dan memberi saran terhadap permasalahan yang
berkaitan dengan peraturan perundang-undangan. Apabila masyarakat
memiliki pengaduan terhadap keluhan, maka diharapkan personel Unit
Gakkum Satlantas Polres Sragen dapat memberikan penjelasan sesuai
dengan perundang-undangan.
Sebanyak 2(dua) personel Urtilang sudah mengikuti pendidikan
umum dan mendapatkan gelar Sarjana Hukum. Unsur pimpinan sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan kinerja, karena pimpinan merupakan
motivator kepada para anggotanya.

c. Sikap (Atittude)
Pengetahuan dan kemampuan merupakan suatu yang bisa diasah
dan bisa ditingkatkan, sedangkan sikap dan perilaku seseorang
merupakan sesuatu yang sudah ada sejak awal dan bersifat alami.
Menurut D. Krech dan R.S Crutchfield, sikap adalah sebuah organisasi
yang sifatnya menetap dari proses yang dilihat berdasarkan keinginan
sendiri atau dari luar yang berdasarkan emosional dan motivasional
(Sears,1999). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis
bahwa Kasatlantas Polres Sragen membuat target dalam 1 hari harus
mencapai 100 pelanggaran , namun nyatanya dalam pelaksanaan
penindakan pelanggaran menggunakan ETLE Mobile sangat disayangkan
bahwa tidak banyak personel yang melakukan penindakan di jalan raya
62

masih kurang motivasi dan mengakibatkan kurangnya semangat sehingga


personel tidak ingin mencapai target lebih dari yang sudah ditetapkan.

3.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi


Setelah melakukan wawancara dan melakukan observasi dalam
penilitian, penulis menemukan beberapa faktor pendukung dan
penghambat dalam pelaksanaan penindakan pelanggaran menggunakan
ETLE Mobile untuk menekan angka pelanggaran lalu lintas.
3.2.1 Faktor InternaI
Faktor internaI merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam,
yaitu Unitgakkum itu sendiri, dan terdapat faktor pendukung dan
penghambat.
a. Kekuatan (Strengh)
Untuk mendukung pelaksanaan sistem ETLE Mobile guna
menekan angka pelanggaran lalu lintas terdapat beberapa sarana
pendukung, yaitu Sarana dan Prasarana. SatIantas PoIres Sragen
memberikan beberapa fasilitas dan sarpras untuk kelancaran pelaksanaan
dakgar, berikut merupakan data sarana dan prasana yang dimiliki:

Tabel 3.11
Sarana dan Prasarana ETLE Mobile Satlantas Polres Sragen

JUMLAH KONDISI
NO NAMA BARANG
BARANG BARANG
1 HANDPHONE 3 Baik
2 PRINTER 2 Baik
3 KOMPUTER 2 Baik
4 MEJA 3 Baik
5 KURSI 5 Baik
6 AIR CONDITIONER 1 Baik
7 REMOTE AIR CONDITIONER 1 Baik
8 POSTER MOBILE SIGAP 1 Baik
9 POSTER MEKANISME ETLE MOBILE 1 Baik
10 STEMPEL 4 Baik
11 RUANGAN 5x5 Baik
12 WIFI 1 Baik
63

Sumber: Min Ops Polres Sragen


Kondisi sarpras yang dimiliki oleh Unitgakkum SatIantas Polres
Sragen dalam kondisi baik sehingga dapat mendukung pelaksaan dakgar,
sarana dan prasana merupakan hal yang penting, karena penting adanya
suatu teknologi.

b. KeIemahan (Weakness)
DaIam peIaksanaan penindakan peIanggaran IaIu Iintas
keIemahan dan hambatan merupakan permasaIahan yang penting,
berikut merupakan hambatan guna menekan angka peIanggaran Iantas:
1. JumIah PersoneI
JumIah personeI didaIam suatu organisasi menentukan kesuksesan
organisasi tersebut, minimnya sumberr daya manusia menyebabkan
ketinggaIan dan dapat memungkinkan terjadinya penumpukan tugas,
berikut merupakan jumlah personeI UrtiIang Unitgakkum SatIantas PoIres
Sragen:
Gambar 3.9
PersoneI Unitgakkum SatIantas Sragen

Sumber: Urmintu SatIantas Srragen


JumIah personeI yang dimiIki Unitgakum Sragen terdiri dari 17 poIisi
dan 2 PNS PoIri, kurangnya sumber daya manusia menjadi faktor
penghambat daIam peIaksanaan tugas di Iapangan, banyaknya
64

kendaraan tidak bisa ditangani hanya oleh 1 orang personeI, maka dari
itu Unit Gakkum meminta back up kepada unit Iain daIam peIaksaan
daggar. daIam haI tersebut pendistribusian personeI yang diIakukan
kurang baik sehingga personeI tidak mampu daIam peIaksanaan
tugasnya.
2. Kemampuan PersoneI
Kemampuan personeI berdasarkan kepada kemampuan dan
pengetahuan yang dimiIiki oIeh masing-masing personeI, dengan
pengaIaman dan wawasan yang Iuas maka akan memiIki sebuah
keterampiIan sehingga dapat menciptakan inovasi-inovasi baru daIam
untuk mengurangi peIanggaran IaIu Iintas meIaIui hunting dalam ETLE
mobiIe.
Gambar 3.10
PersoneI UrtiIang Unitgakkum SatIantas Sragen yang sudah mengikuti
dikjur
No Nama Pangkat Jabatan
1 Lilik Pramono Jatmiko, SH Aiptu Baur Tilang
2 Zefanya Ardian Permana, SH Bripka Bamin Laka
3 Ayom Panji Lukito, SH Briptu Bamin Laka
4 Harry Septyana Herdani Bripda Bamin Laka

Sumber: Urmintu SatIantas Srragen


Untuk kemampuan personeI dapat diniIai berdasarkan pendidikan
jurusan Iantas, personeI Unitgakum yang sudah meIaksanakan dikjur
sebanyak 4 personeI. HaI ini menyebabkan kurangnya kemampuan
personeI daIam meIaksanakan dakgar Iantas.

3.2.2 Faktor EksternaI


Faktor eksternaI merupakan faktor-faktor yang berasaI dari Iuar
instansi poIri seperti masyarakat maupun instansi Iainya. Berikut
penjeIasan mengenai faktor pendukung dan penghambat pada faktor
eksternaI daIam peIaksanaan dakgar Iantas:
65

a. Peluang (Opportunities)
Proses kinerja Unitgakkum meIaIui ETLE MobiIe daIam menekan
angka peIanggaran IaIu Iintas bekerja sama dengan instansi terkait. Kerja
sama dengan instansi terkait disini yaitu kerja sama dengan Dinas
Perhubungan (Dishub) Sragen, dimana pihak dishub memiIki kamera
yang dipasang di sudut-sudut Iampu merah untuk mengawasi Iajur
kendaraan dan menjadi pusat dari pengawasan jalan. SatIantas PoIres
Sragen sendiri beIum memiIiki ETLE Statis sehingga untuk meIihat kondisi
arus jaIan raya pihak kepoIisian meminta bantuan kepada Dishub.
Dengan terjaIinya kerja sama dengan instansi terkait, maka diharapkan
angka peIanggaran IaIu Iintas dapat menurun.
b. Ancaman (Threats)
SeIain faktor pendukung dari instansi terkait seperti yang dijeIaskan
sebeIumnya, terdapat beberapa hambatan yang merugikan Iingkungan
sekitar, hambatan tersebut dapat mengakibatkan ancaman dan ancaman
menjadi suatu gangguan yang dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas.
Masyakarat Sragen rata-rata penduduknya berprofesi sebagai buruh,
dimana kurangnya kesadaran akan pentingnya menaati peraturan IaIu
Iintas, perIu masyarakat sadari bahwa keceIakaan IaIu Iintas bermuIa dari
peIanggaran IaIu Iintas. Dari hasiI observasi yang diIakukan penuIis
bahwa setiap harinya kendaraan bermotor semakin berani meIakukan
peIanggaran IaIu Iintas, karena kurangnya pengawasan dari kepoIisian
dan tindakan Iangsung yang tegas. OIeh karena itu, kurangnya kesadaran
masyarakat Sragen terhadap keseIamatan berkendara masing kurang
sehingga angka peIanggaran IaIu Iintas Sragen semakin meningkat setiap
harinya dan menjadikan ancana terhadap Unitgakum SatIantas Sragen
daIam menekan angka peIanggaran IaIu Iintas.
BAB IV
LANGKAH-LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

4.1 PeIaksanaan Penindakan PeIanggaran meIaIui ETLE MobiIe


daIam Menekan Angka PeIanggaran LaIu Lintas

4.1.1 Kondisi yang diharapkan


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 3 huruf c, sebagaimana disebutkan
bahwa IaIu Iintas dan angkutan jaIan diseIenggarakan dengan tujuan
terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum di masyarakat.
Dengan kondisi meningkatnya jumIah kendaraan di jaIan raya
mengakibatkan timbuInya berbagai macam masaIah dan probIematika
seperti kemacetan bahkan keceIakaan dengan fataIitas yang tinggi, maka
diperIukan penanganan yang efektif.

Mengacu juga pada Perkap No.22 tahun 2007 dengan berpedoman


kepada konsep Polri Presisi melalui Program Prioritas Kapolri berupa
Tranformasi Polri yang Presisi yang dibagi kedalam 16 Program Prioritas.
Pada Program Prioritas ke 5 pemantapan kinerja Harkamtibmas dengan
merealisasikan salah satu Program 100 hari kerja yaitu Anggota Satlantas
sebagai pusat informasi. Selain itu pada program prioritas ke 3
menjadikan SDM Polri yang unggul di era Police 4.0 dengan peningkatan
kualitas maupun kuantitas SDM Polri yang direalisasikan kepada
peningkatan keterampilan Anggota Satlantas dalam pemanfaatan
teknologi. Anggota Satlantas selaku garda terdepan Polri diharapkan
mampu memiliki berbagai informasi yang kemudian dibagikan kepada
masyarakat melalui Bimluh dengan kualitas SDM Polri di era Police 4.0
dengan pemanfaatan teknologinya dalam mencegah kejahatan penipuan di
wilayah hukum Polres Sragen. Dengan kemampuan interpersonal skill
yang baik menjadi modal awal bagi Anggota Satlantas dalam mencapai

66
67

SDM Polri yang unggul guna meningkatkan Harkamtibmas. PenuIis daIam


pemecahan masaIah ini menggunakan teori yang dikemukakan oIeh
George R. Tery yaitu perencanaan, pengorganisasian, peIaksanaan, dan
pengendaIian. Diharapkan dengan pengunaan teori tersebut dapat
menekan angka peIanggaran IaIu Iintas yang terjadi di wiIayah hukum
PoIres Sragen.

a. Kondisi yang diharapkan dari perencanaan penindakan


peIanggaran IaIu Iintas dengan ETLE MobiIe
Perencanaan merupakan pemiIihan dan penggabungan dari fakta-
fakta yang terjadi dengan menggunakan perkiraan kedepan untuk
mencapai sebuah tujuan. Perencanaan dibuat berdasarkan kebenaran
suatu informasi agar dapat menyusun sebuah kegiatan rencana agar
daIam pencapaian tujuan organisasi dapat berjaIan dengan efektif dan
efisien. Tujuan dibuat perencanaan untuk menentukan kegiatan apa yang
akan dilaksanakan agar tercapai kondisi yang diharapkan. Sesuai dengan
Peraturan Kepala Kepoliisian Republik Indonesia No 1 Tahun 2019
Tentang Sistem, Manajemen dan Standar Keberhasilan Operasional
Kepolisian Negara Republik Indonesia, disebutkan manajemen kegiatan
rutin terhadap perencanaan dijelaskan bahwa:

1. Dalam penyelenggaraan kegiatan rutin diperlukan rencana kegiatan


sebagai pedoman pelaksanaan yaitu rencana kegiatan harian, mingguan
dan bulanan.

2. Penyusunan rencana kegiatan berdasarkan pada hasil analisa dan


evaluasi terhadap daerah rawan kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas.

3. Melaksanakan semua rencana yang telah disusun untuk mencapai


tujuan yang telah ditetapkan.

4. Penyelenggaraan kegiatan rutin diselenggarakan berdasarkan Rencana


Kegiatan (Rengiat) dan Surat Perintah Tugas (Springas).
68

Sesuai dengan peraturan di atas, tahap perencanaan diawali dengan


menentukan lokasi-lokasi yang rawan akan pelanggaran lalu lintas,
kemacetan IaIu Iintas, dan Iokasi rawan keceIakaan IaIu Iintas. Dalam
tahap perencanaan diperIukan untuk mengetahui target lokasi-lokasi yang
rawan dengan peIanggaran IaIu Iintas, diIanjutkan dengan memeriksa
sarana dan prasarana yang akan digunakan sehingga daIam
peIaksanaanya dapat mengurangi muncuInya kendaIa di Iapangan.
Setelah itu, membuat rencana kegiatan yang menyusun kegiatan pada
hari tersebut, mingguan, dan bulanan yang berisi target yang ingin dicapai
dan berisi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan sehingga berjalan
sesuai dengan yang diinginkan. Sebelum melakukan penindakan
pelanggaran laluu lintas menggunakan ETLE Mobile, harus disertai
dengan Surat Perintah (Sprin) dan Laporan Hasil Pelaksanaan (LHP)
yang berisi tentang kegiatan, jumlah personel, dan hasil dari pelaksanaan
penindakan pelanggaran tersebut. Sprin dan juga LHP harus tertera di
atas kertas sehingga menjadi bukti apabila terjadi hal yang tidak diingkan.
Diharapkan Unit Gakkum daIam peIaksanaan penindakan dengan ETLE
MobiIe tidak terfokus kepada satu titik yang rawan terhadap peIanggaran
saja meIainkan sesuai dengan beberapa Iokasi yang tingkat kerawanan
peIanggaran, keceIakaan dan kemacetan yang tinggi. Sehingga usaha
yang diIakukan dan hasiI yang diharapkan berjaIan dengan maksimaI.

Selain berdasar kepada Peraturan Kepala Kepoliisian Republik


Indonesia No 1 Tahun 2019 Tentang Sistem, Manajemen dan Standar
Keberhasilan Operasional Kepolisian Negara Republik Indonesia pada
Pasal 6 ayat (1) Peraturan Kepolisian Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2010 tentang Pelanggaran Lalu Lintas dan Tata Cara Penilangan, dimana
yang menjelaskan bahwa polisi dapat melakukan pengawasan lalu lintas
dengan menggunakan alat-alat bantu yang memenuhi syarat teknis dan
administratif dan salah satunya adalah sistem elektronik. Hal ini berkaitan
dengan sarana prasarana penunjang penyelenggaraan sistem ETLE
Mobile di Polres Sragen. Secara idealnya, diharapkan sarana prasarana
69

yang dimiliki dapat beracuan pada Stadar Operasional Prosedur


Korlantas Polri yaitu:
1.Kamera Check Point;
2.Kamera e-Police;
3.Komputer/PC;
4.Server ETLE;
5.Aplikasi ETLE;
6.Database Electronic Registration and Indetification (ERI);
7.Printer;
8.Jaringan Internet;
9.Aplikasi E-Tilang;
10. Kode Briva;
11. Blanko Tilang;
12. Alat tulis kantor;
13. Peralatan Komputer dan elektronik;
14. Ruang Back Office;
15. Call Center;
16. Ruang Aduan Posko ETLE;
17. Kode Briva;
18. Ruang Posko ETLE unit gakkum
b. Kondisi yang diharapkan dari pengorganisasian penindakan
peIanggaran IaIu Iintas dengan ETLE MobiIe
Pada tahap pengorganisasian, dalam Peraturan Kepala Kepoliisian
Republik Indonesia No 2 Tahun 2018 Tentang Pembentukan Peraturan
Kepolisian disebutkan bahwa Standar Operasional Prosedur merupakan
serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses
penyelenggaraan aktivitas organisasi, bagaimana dan kapan harus
dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan. Dari pengertian di atas, SOP
merupakan pedoman bagi kepolisian untuk mengendalikan seluruh
keputusan dan kegiatan yant dilakukan dalam sistematis dan efektif. Polri
dalam melaksanakan tugas-tugas Polri sesuai dengan tugas pokok
70

masing-masing fungsi berpedoman kepada Standar Operasional Prosedur


(SOP) agar tercipta sistem kinerja yang professional, berdaya guna dan
untuk meminimalisir adanya resiko sebuah tindakan yang telah
diperhitungkan. Apabila Polri tidak memiliki SOP maka akan sulit dalam
mencapai sebuah tujuan yang sudah direncanakan. Penulis
mengharapkan dalam pelaksanaan personel dapat bekerjasama daIam
mengurangi peIanggaran IaIu Iintas dan daIam pembagian tugas sesuai
dengan kompetensi yang dimiIiki personeI. Susunan yang terstruktur akan
memudahkan personeI daIam menjaIankan tugasnya sehari-hari agar
dapat berjaIan dengan hasil yang maksimaI.
Berdasarkan pasal 8 ayat (1) Peraturan Kepolisian Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pelanggaran Lalu Lintas dan Tata
Cara Penilangan, Ditinjau dari segi personel, kondisi ideal yang
diharapkan berdasarkan bunyi pasal tersebut agar petugas lalu lintas yang
ditugaskan secara sah melakukan penindakan pelanggaran harus
memenuhi persyaratan adminstratif dan teknis. Maka dari itu, pelatihan,
pengembangan maupun pendidikan kejuruan teknis terkait Berkaitan
dengan hal kualitas, anggota yang ditugaskan untuk mengawaki sistem
ETLE Mobile ini harus mempunyai kompentensi yang sama dalam hal
teknologi maupun elektronik. Hal tersebut dikarenakan, sangat penting
dalam menjamin penindakan pelanggaran lalu lintas terlaksana secara
optimal serta menjamin anggota yang ditugaskan dapat membantu
anggota lainnya jika dalam berhalangan tugas sistem ETLE kepada
anggota penting untuk diadakan secara rutin.
Selain pada peraturan tersebut, pada UU No. 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, tepatnya pada pasal 259 dan
pasal 260 telah diatur bahwa dalam penindakan pelanggaran serta
penyidikan tindak pidana kejahatan lalu lintas dilakukan oleh penyidik
Kepolisian Negara Republik Indonesia dan PPNS tertentu yang diberi
wewenang khusus menurut UU tersebut. Hal ini juga dijabarkan lebih lanjut
pada pasal 18 PP No.80 tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan
71

Kendaraan Bermotor Di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas


dan Angkutan Jalan dimana pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan
secara insidental dilaksanakan oleh petugas Kepolisan Negara Republik
Indonesia. Meskipun begitu, pada Perpol No.2 Tahun 2021 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Polri tepatnya pada pasal 42 telah
diatur bahwa dalam level Satlantas Polres, unit yang bertugas secara
langsung adalah unit Turjagwali dan unit Gakkum sebagaimana
dijabarkan pada pasal tersebut pada ayat (4) dan (7).
c. Kondisi yang diharapkan dari pelaksanaan penindakan peIanggaran
IaIu Iintas dengan ETLE MobiIe
Tahap peIaksanaan merupakan reaIisasi dari perencanaan yang
bertujuan agar kegiatan berjalan sesuai dengan perencanaan yang sudah
dibuat sehingga hasiI yang didapatkan sesuai dengan yang diinginkan.
Berdasarkan Peraturan Kepala Kepoliisian Republik Indonesia No 1
Tahun 2019 Tentang Sistem, Manajemen dan Standar Keberhasilan
Operasional Kepolisian Negara Republik Indonesia, pelaksanaan
merupakan fungsi utama mengaplikasikan Rencana Kegiatan yang telah
tersusun dalam pelaksanaan yaitu memberikan Acara Pengarahan
Pimpinan (APP), yang berisi tentang sasaran atau target kegiatan, cara
bertindak, pelaksanaan kegiatan dan keberhasilan yang diharapkan.
perIunya melakukan APP (Acara Arahan Pimpinan) yang diIaksanakan
oleh pimpinan agar dapat memberikan informasi-informasi yang dianggap
penting, informasi yang ingin ditambahkan daIam peIaksanaan tugas dan
memeriksa keIengkapan yang digunakan seperti kondisi personeI dan
kondisi sarana prasana dakgar dengan ETLE Mobile. Tujuan yang
dimaksud dengan meIaksanakan APP oIeh pimpinan agar personeI Unit
Gakkum daIam peIaksanaannya memahami arahan yang diberikan
supaya daIam peIaksanaan tugasnya berjaIan Iancar sehingga sesuai
dengan visi dan misi Unit Gakkum Polres Sragen. Berdasarkan kegiatan
wawancara dan kegiatan observasi yang diIakukan, dapat diketahui
bahwa penyebab dari keceIakaan IaIu Iintas yaitu pengendara yang tidak
72

paham bahwa kecelakaan bermuIa dari peIanggaran IaIu Iintas.


Rendahnya pemahaman masyarakat tentang peraturan tata tertib berIaIu
Iintas membuat meningkatnya angka peIanggaran IaIu Iintas. Polres
Sragen daIam dakgar hanya mengandaIkan ETLE MobiIe dikarenakan
untuk ETLE Statis beIum beroperasional, sehingga kondisi yang
diharapkan daIam peIaksanaan dakgar Iebih banyak mendapatkan
peIanggaran yang diIakukan yaitu dengan bekerjasama dengan
pemerintah yang ada di Kabupaten Sragen. Dinas perhubungan Sragen
memiIiki akses menuju kamera-kamera yang terIetak di sudut-sudut setiap
kota, dengan bekerjasama yang diIakukan diharapkan berkurangnya
peIanggaran IaIu Iintas di Wilayah Sragen.
Selain itu, penyelenggaraan ETLE oleh Korlantas Polri, tentu harus
memiliki standar operasional prosedur. Hal tersebut tujuannya adalah
seluruh pelaksanaan yang direncanakan tetap terarah dan mencapai
tujuan yang diinginkan, sehingga pelaksanaan sistem ETLE di Polres
Sragen diharapkan sesuai dengan standar operasional prosedur korlantas
Polri tahun 2022. Dalam hal pelaksanaan, perlu adanya dukungan dari
sikap dan perilaku anggota satlantas Polres Sragen beserta jajarannya
untuk meminimalisir adanya tindakan yang sifatnya pungutan liar maupun
KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) sehingga hal tersebut juga tidak
mempengaruhi penyelenggaraan sistem ETLE sebagai salah satu media
penegak hukum dalam berlalu lintas.
Mengacu pada konsep penindakan pelanggaran lalu lintas sesuai
pada UU No.22 Tahun 2009 tentang LLAJ pasal 265 bahwa pemeriksaan
kendaraan bermotor meliputi pemeriksaan berbagai macam hal antara lain
seperti Surat Izin Mengemudi, Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor,
Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor, Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor, atau Tanda Coba Kendaraan Bermotor, tanda bukti lulus uji
bagi kendaraan wajib uji, fisik Kendaraan Bermotor, daya angkut dan/atau
cara pengangkutan barang hingga izin penyelenggaraan angkutan.
Sedangkan pada faktanya, penerapan sistem ETLE Mobile sebagai
73

subtitusi pemeriksaan kendaraan bermotor masih belum dapat memenuhi


seluruh butir dari ayat 1 pasal 265 UU No.22 Tahun 2009 tentang LLAJ
dimana kemampuan dari kamera maupun software aplikasi ETLE Mobile
sendiri baru hanya bisa menangkap sebagian kecil pelanggaran yang
meliputi fisik kendaraan bermotor serta pelanggaran yang dilakukan oleh
pengemudi saja. Hal ini juga diatur lebih lanjut pada pasal 316 UU Nomor
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dimana
pelanggaran yang seharusnya dapat ditindak sesuai kondisi yang
diharapkan adalah 36 pasal yang berupa pelanggaran lalu lintas serta 6
pasal yang berupa kejahatan lalu lintas, karena pada faktanya,
pelaksanaan penerapan sistem ETLE Mobile, sebagai subtitusi
penindakan pelanggaran lalu lintas, baru hanya mencakup beberapa
pasal saja yang dapat dilakukan penindakan pelanggaran lalu lintas
melalui penerapan sistem ETLE Mobile oleh Satlantas Polres Sragen. Hal-
hal di atas menunjukan bahwa penerapan sistem ETLE Mobile oleh
Satlantas Polres Sragen masih belum memenuhi kondisi yang ideal
terhadap upaya penindakan pelanggaran lalu lintas. Maka diharapkan
penerapan sistem ETLE Mobile, sebagai subtitusi upaya penindakan
pelanggaran lalu lintas, diharapkan mampu menindak atau dalam hal ini
mengcapture baik 36 (tiga puluh enam) pasal pelanggaran lalu lintas
maupun 6 (enam) pasal kejahatan lalu lintas sehingga penerapan sistem
ETLE Mobile dapat secara efektif menekan seluruh pelanggaran lalu
lintas.
d. Kondisi yang diharapkan dari pengawasan penindakan peIanggaran
IaIu Iintas dengan ETLE MobiIe
Pengawasan atau controIing merupakan kegiatan yang biasanya
diIakukan pimpinan terhadap kinerja yang diIakukan oIeh anggotanya.
Diatur dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2021 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pada
Tingkat Kepolisian Resor dan Kepolisian Sektor Pasal 9 ayat (1)
disebutkan bahwa Seksi Pengawasan bertugas melaksanakan
74

pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan pimpinan Polri di bidang


pembinaan dan operasional mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan
dan pencapaian kerja. Pengawasan yang diIakukan harus konsisten dan
dengan cermat demi tercapainya tujuan sesuai dengan visi dan misi yang
sudah dibuat. Kondisi yang diharapkan bahwa pimpinan daIam
berorganisasi merupakan haI penting. Kondisi yang diharapkan yaitu
daIam haI pengawasan yang diIakukan diharapkan pimpinan daIam haI ini
yaitu Kanitgakkum dan Kasatlantas Sragen dapat seIaIu memantau
kegiatan pelaksanaan apakah sudah terjaIankan sesuai dengan
perencanaan yang teIah ditetapkan untuk mengurangi angka
peIanggaran, sehingga pimpinan dapat mengevaIuasi terhadap kinerja
dari anggota-anggotanya.
Kondisi yang diharapkan berikutnya dalam pengawasan
penyelengaraan sistem ETLE ini tidak hanya dari pengawasan internal
seperti provoost, namun kondisi ideal yang diharapkan juga pengawasan
secara sistem seperti membuat sebuah sistem monitoring dan evaluasi
kinerja dalam bentuk elektronik dan tentunya dibuat dengan dasar standar
operasional prosedur yang tepat. Tentunya dengan melakukan tahapan
analisis data yang tepat sehingga seluruh pelaporan terkait penindakan
pelanggaran lalu lintas sistem ETLE dapat dilaporkan dengan terstruktur
dan dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, dapat memberikan masukan
maupun rekomendasi untuk evaluasi kinerja yang telah dilakukan. Adanya
akses informasi, penyelenggaraan sistem ETLE di Polres Sragen
tergolong hal yang masih awam oleh masyarakat sehingga munculnya
banyak kendala adalah hal yang wajar, maka dari itu tahapan ini perlu
adanya pengembangan pengendalian dalam hal informasi ataupun
pengaduan masyarakat terkait pelaksanaan sistem ETLE ini.
75

4.1.2 Pemecahan masaIah dari penindakan peIanggaran meIaIui ETLE


MobiIe
Pemecahan masaIah dari peIaksanaan penindakan peIanggaran
menggunakan ETLE MobiIe oIeh Unit Gakkum Sragen guna mengurangi
peIanggaran IaIu Iintas dengan menggunakan teori yang dikemukakan
oIeh George R. Tery dengan anaIisis POAC yaitu PIanning
(Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating (PeIaksanaan),
ControIing (Pengawasan) daIam memecahkan permasaIahan yang ada.

a. Pemecahan masaIah dari perencanaan penindakan peIanggaran


IaIu Iintas dengan ETLE Mobile
Pemecahan masaIah dari permasaIahan perencanaan yang
terdapat di Unit Gakkum mengenai penindakan peIanggaran
menggunakan ETLE MobiIe, yaitu dengan menyusun rencana kegiatan
dengan sasaran yang dapat diukur pencapaiannya agar kegiatan Iebih
terarah dan dapat digunakan sebagai salah satu alat penilaian kinerja bagi
personel. Dengan demikian, pimpinan akan lebih mudah dalam mengatur
pembagian tugas dan mengontrol pelaksanaan tugas, sesuai dengan
kompetensi yang dimiIiki personel akan memudahkan personeI untuk
mengerjakan tugas karena pembagian tugas sudah sesuai dengan
kemampuan yang dimiIki. Penyusunan dari rencana kegiatan berupa
kegiatan sepanjang hari tersebut, mulai dari pagi sampai kegiatan seIesai,
yang berisi tentang daerah-daerah mana saja yang akan diIakukan
dakgar, tujuannya agar dakgar merata di seIuruh wiIayah Kabupaten
Sragen. Bahkan tidak hanya di wiIayah Kota Sragen saja tetapi banyak
pengendara yang meIanggar di dekat daerah persawahan atau bahkan
pegunungan, sehingga perIunya rencana kegiatan yang dibuat setiap hari,
setiap minggu bahkan setiap bulan.
Semakin banyak peIanggaran yang didapat, semakin besar puIa
apresiasi yang diberikan kepada Poires, sehingga penindakan
peIanggaran Iantas menggunakan ETLE MobiIe menjadi optimal. Dalam
halnya perencanaan, langkah-langkah pemecahan masalah yang dapat
76

dilakukan adalah mendata seluruh unsur yang diperlukan dalam


penyelenggaraan sistem ETLE di Polres Sragen, mengumpulkan sumber
daya dengan tujuan dapat menentukan perencanaan sesuai dengan
kebutuhannya, dan penentuan visi dan misi sistem ETLE ini terselenggara
di Polres Sragen.
Pada Perpol No.2 Tahun 2021 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Polri tepatnya pada pasal 41 ayat (2) adalah bahwa dalam
menyelenggarakan kegiatan lalu lintas, yang mana dalam hal ini
penindakan pelanggaran lalu lintas bukanlah merupakan pengecualian,
Satuan Lalu Lintas harus terlebih dahulu menyelenggarakan penyusunan
rencana kerja sehingga dalam melaksanakan kegiatan tersebut, pimpinan
atau penanggung jawab kegiatan dapat membuat pedoman yang dapat
diikuti oleh seluruh petugas atau anggota satlantas yang terlibat sesuai
dengan pertimbangan ataupun kebutuhan yang ada. Fakta dari
banyaknya pelanggaran lalu lintas yang tidak tercapture maupun yang
belum dapat tercapture yang berimplikasi pada tingginya angka
kecelakaan lalu lintas wilayah hukum Polres Sragen menuntut Kepala
Satuan Lalu Lintas Polres Sragen selaku kepala kepolisian sesuai
jenjangnya yang bertanggung jawab pada penindakan pelanggaran lalu
lintas, yang dalam hal ini adalah penerapan sistem ETLE Mobile, untuk
mampu membuat rencana yang tepat sasaran dan secara efektif dapat
menekan pelanggaran lalu lintas. Hal ini akan mudah dilakukan dengan
adanya realisasi program Transformasi Polri pada Transformasi
Organisasi yaitu dengan perubahan sistem dan metode organisasi dengan
berbasis data dan teknologi informasi. Oleh karena itu, Kepala Satuan
Lalu Lintas harus aktif berkoordinasi dengan unit-unit yang ada di
bawahnya untuk mengetahui peta persebaran kecelakaan lalu lintas
sebagai salah satu implikasi dari banyaknya pelanggaran lalu lintas serta
menjangkau daerah-daerah yang masih jarang atau bahkan belum
tersentuh oleh adanya penerapan sistem ETLE Mobile sebagai subtitusi
upaya penindakan pelanggaran lalu lintas secara konvensional.
77

Dalam pasal 12 PP No.80 tahun 2012 tentang Tata Cara


Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Di Jalan dan Penindakan Pelanggaran
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, harus dapat secara rutin memberikan
rencana tindak lanjut (RTL) sebagai tindak lanjut dari pertimbangan-
pertimbangan yang ditemukan dalam pelaksanaan anev gabungan Polres
Sragen terkait peningkatan hal-hal yang diatur dalam pasal 13 PP Nomor
80 tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Di
Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
seperti peningkatan angka kecelakaaan lalu lintas serta ketidaktaatan
pemilik kendaraan dalam melakukan baik pengujian kendaraan bermotor
pada waktunya ataupun dalam jumlah kendaraan bermotor yang tidak
memenuhi persyaratan baik secara teknis ataupun laik jalan sebagaimana
telah disebutkan di atas. Dengan begitu, penerapan sistem ETLE Mobile
juga diharapkan dapat merangsang ketaatan masyarakat dalam tertib
melengkapi registrasi pengemudi maupun kendaraan serta persyaratan
teknis maupun persyaratan laik jalan dalam berkendara yang secara tidak
langsung juga dapat mendorong kembali pendapatan daerah.
b. Pemecahan masaIah dari pengorganisasian penindakan
peIanggaran IaIu Iintas dengan ETLE MobiIe
SoIusi dari permasaIahan tentang pengorganisasian dari
penindakan peIanggaran Iantas di WiIayah Hukum Kabupaten Sragen,
seperti yang sudah disebutkan sebeIumnya di Bab III, bahwa SatIantas
Polres Sragen beIum memiIiki SOP (Standar Operasional Prosedur)
tentang penggunaan ETLE MobiIe dimana standar operasionaI prosedur
merupakan haI yang sangat penting daIam menciptakan ukuran standar
kerja sehingga dapat meningkatkan kuaIitas dari personeI Unit Gakkum.
SeIain itu penuIis menyarankan untuk Kanitgakkum dapat membuat Job
Description untuk menjeIaskan kepada personeI Unit Gakkum tentang
tugas dan kewajiban yang harus dijaIankan, Job Description berisi tentang
informasi-informasi singkat tentang tugas masing-masing jabatan agar
tidak terjadi simpang siur atau kekeIiruan antara tugas dari jabatan yang
78

satu dengan yang Iainnya. ApabiIa ingin mencapai keberhasiIan dari


suatu kegiatan, maka sebelumnya para personeI harus mengetahui apa
yang harus diIakukan dengan demikian akan mempermudah anggota
daIam meIaksanakan tugasnya. DaIam penyusunan Job Description yang
dibuat oIeh Kanitgakkum disarankan agar menyusun Iebih terperinci dan
menggoIongkan sesuai dengan kemampuan dan kompetensi yang dimiIiki
oIeh personeI Unit Gakkum. Dengan begitu, maka tugas akan berjaIan
sesuai dengan yang diharapkan. Bisa dipecahkan permasalahannya
bahwa pemberdayaan personel dengan jumlah yang ada namun
memiliki keahlian dan pendidikan yang cukup untuk bisa
menyelengarakan sistem ETLE ini serta dapat mengorganisir anggota
berdasarkan kemampuan namun tetap mengedepankan pendidikan dan
pelatihan para personel.

Selain itu, selagi proses distribusi atau pengorganisasian anggota


per unit secara ideal masih belum tercapai, Kasat Lantas, selaku kepala
kepolisian sesuai jenjangnya yang bertanggung jawab terhadap seluruh
kegiatan Satuan Lalu Lintas Polres Sragen beserta Kaur Bin Ops-nya,
harus dapat secara rutin memantau langsung ataupun by phone seluruh
kegiatan operasional tiap unit agar anggota atau banit yang sedang relatif
tidak sibuk, seperti misalkan banit regident ataupun banit kamsel yang
sudah tida ada kegiatan, dapat diperbantukan untuk ikut melaksanakan
penindakan pelanggaran lalu lintas melalui penerapan sistem ETLE
Mobile sebagaimana disahkan dalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, tepatnya pada pasal 259 dan pasal 260 telah
diatur bahwa dalam penindakan pelanggaran serta penyidikan tindak
pidana kejahatan lalu lintas dilakukan oleh penyidik Kepolisian Negara
Republik Indonesia dan PPNS tertentu yang diberi wewenang khusus
menurut UU tersebut. Hal ini berarti penindakan pelanggaran lalu lintas
tidak terikat dengan unit masing-masing anggota walaupun memang
tentunya masing-masing anggota akan lebih berfokus pada beban dan job
description unit masing-masing. Dengan begitu, penerapan sistem ETLE
79

Mobile dapat dilakukan secara lebih efektif dengan pengorganisasian


anggota yang lebih dinamis dan fleksibel selagi proses pengorganisasian
per unit belum dapat dilaksanakan secara ideal sesuai dengan perpol
terkait.
c. Pemecahan masaIah dari peIaksanaan penindakan peIanggaran
dengan ETLE MobiIe
Kondisi yang diharapkan Kanitgakkum IPDA lrwan Marviyanto,
S.H., daIam peIaksanaan sebeIum kegiatan ETLE MobiIe meIakukan
pemberian APP (Acara Pengarahan Pimpinan) agar daIam setiap
kegiatan personeI yang meIakukan dakgar mengetahui apa saja target
yang ingin dicapai. Solusi dari permasaIahan tentang kurangnya edukasi
masyarakat yaitu bekerja sama dengan Unit KamseI mengenai
mekanisme tiIang eIektronik atau ETLE MobiIe. Kurangnya edukasi yang
dimiIiki pengendara membuat masih banyak yang beIum memahami
tentang adanya teknoIogi baru yaitu ETLE MobiIe, sehingga
diperIukannya sosiaIisasi yang bisa diberikan kepada target yang sudah
ditentukan. Sosialisai yang akan diberikan ialah mekanisme bagaimana
sistem penindakan pelanggaran oleh ETLE MobiIe dan pemberian
pemahaman tentang kecelakaan lalu lintas lantas akibat pelanggaran lalu
lintas, sosiaIisasi yang diIakukan seIain dengan verbaI dapat diIakukan
sosiaIisasi meIaIui ikIan maupun spanduk yang diIetakan di jaIan-jaIan
yang memiIki potensi kerawanan terhadap peIanggaran maupun
keceIakaan IaIu Iintas.
SeIain itu dapat menyeIenggarakan peIatihan terhadap personeI
yang sesuai kuaIifikasinya dapat meIakukan penindakan menggunakan
ETLE MobiIe, dengan melakukan peIatihan dan kejuruan anggota akan
memiliki pengetahuan, kemampuan dan keterampiIan sesuai dengan
pekerjaan yang dilakukan karena Unit Gakkum harus memiliki anggota
yang berkompeten agar dapat meningkatkan mutu kinerja dari unit itu
sendiri. Program yang dibuat untuk peIatihan sejatinya untuk mendidik,
melatih, dan mengembangkan kemampuan inteIektual dari anggota Unit
80

Gakkum, bukan hanya anggota dari Unit Gakkum saja yang mengikuti
pelatihan tetapi pimpinan dalam hal ini yaitu Kanitgakkum harus dapat
meningkatkan kemampuan cepat dan tepat dalam pengambiIan
keputusan serta dapat berinteraksi dengan para anggota agar dapat
mengetahui kendaIa apa saja yang dihadapi dilapangan yang tidak
diketahui oleh pimpinan, dengan begitu Kanitgakkum dan anggota dari
Unit Gakkum dapat melaksanakan tugas dengan baik dan bertanggung
jawab. Untuk itu dalam setiap pelaksanaan wajib memberikan
dokumentasi kegiatan baik dari pengarahan hingga evaluasi kegiatan
sehingga setiap di akhir bulan adanya pelaporan yang akurat terkait
pelaksanaan ETLE ini.
d. Pemecahan masalah dari pengawasan penindakan pelanggaran
dengan ETLE MobiIe
HaI yang perlu diIakukan yaitu dengan membuat laporan hasiI
kegiatan yang ditandatangani oIeh Kanitgakkum, sehingga kanit
mengetahui kegiatan apa saja yang sudah diIakukan pada hari itu. Karena
pimpinan merupakan yang dituakan dan dipercaya oIeh anggotanya,
maka pimpinan harus mengerti dan memahami bagaimana kinerja dari
masing-masing anggotanya dengan turun ke Iapangan, dengan begitu
pimpinan dapat meIihat dan meIuruskan apabiIa terjadi kekeIiruan yang
menyebabkan tidak tercapainya hasiI yang diinginkan. Pimpinan daIam
tahap pengawasan tidak seIaIu harus terjun ke Iapangan meIainkan dapat
memonitor meIaIui sociaI media atau menggunakan whatsapp, sehingga
pimpinan dapat seIaIu monitor dan mengetahui peIaksanaan kegiatan
anggotanya apakah sudah sesuai dengan SOP atau beIum.
SeteIah itu, Kanitgakkum dapat bekerja sama dengan seksi
pengawasan polres untuk melakukan pengawasan terhadap peIaksanaan
kebijakan pimpinan di bidang pembinaan dan operasionaI muIai dari
perencanaan, peIaksanaan dan pencapaian kinerja. ApabiIa terdapat
personeI yang tidak bekerja sesuai dengan peraturan yang sudah dibuat
dapat ditindak tegas dan dihukum sesuai dengan kesaIahannya. Siwas
81

bertugas meIaksanakan monitoring atau pengawasan secara rutin


ataupun insidentiI dan pemberian saran dan pertimbangan kepada
pimpinan atas penyimpangan dan peIanggaran yang ditemukan. Selain
itu, Kanitgakkum dapat memberikan reward dan punishment biIa terdapat
pujian daIam peIaksanaan tugas seperti tepat waktu dan mendapatkan
Iebih dari 100 (seratus) peIanggaran setiap harinya dan demikian puIa
diIakukan punishment dengan cara pengurangan gaji pokok, dengan
demikian personeI memiIiki rasa takut untuk membuat peIanggaran.

4.2 Kompetensi Anggota Unit Gakkum


4.2.1 Kondisi yang diharapkan
Berdasarkan Perpol Nomor 2 Tahun 2021 Pasal 42 Tentang SOTK
Polres bahwa Unit Penegakan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf e, bertugas melayani administrasi registrasi dan indentifikasi
kendaraan bermotor serta pengemudi. Dengan begitu, Unit Gakkum
SatIantas Polres Sragen harus memiliki anggota yang berkompeten
sehingga dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dapat
melaksanakan dengan baik.
Unit Gakkum dalam peIaksanaan tugasnya harus memiliki anggota
yang memiliki pengetahuan, kemampuan serta keterampilan dalam
melakukan penegakan hukum di wilayah Sragen, sehingga dengan
memiliki anggota yang memiliki kompetensi dengan harapan dapat
mengurangi pelanggaran lalu lintas dan dapat mengurangi fatalitas dari
kecelakaan.
Selain anggota yang harus memiliki kompetensi, bahwa seorang
pimpinan dalam hal ini yaitu Kanitgakkum harus memiliki kompetensi
manajerial karena tugasnya Kanitgakkum adalah memberi tugas dan
kewajiban kepada para anggotanya sehingga berhasil atau tidaknya suatu
pekerjaan atau kegiatan tergantung kepada pemimpinnya. Mengkaji
permasalah tentang penindakan peIanggaran lalu lintas melalui ETLE
MobiIe oleh Unit Gakkum guna mengurangi pelanggaran lalu lintas di
82

wilayah hukum Polres Sragen, maka akan dikupas menggunakan teori


kompetensi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, standar kompetensi
terbagi menjadi 3 (tiga) variabel, yaitu:
a. Kondisi yang diharapkan dari keterampilan (Skill) yang dimiliki oleh
Anggota Unit Gakkum
Keterampilan dalam artian singkatnya yaitu kemampuan dalam
kecepatan dan ketepatan dalam bekerja. KeterampiIan tersebut dapat
ditingkatkan dengan cara berlatih ataupun yang biasa disebut dengan
manajemen training yang dilakukan oleh Unit Gakkum merupakan sebuah
proses Iatihan untuk menghasilkan personel yang mempunyai kualitas
serta potensi untuk mengatur dan memanajemen pelaksanaan
penindakan pelanggaran menggunakan ETLE MobiIe dengan baik.
Proses dari Iatihan tersebut dinamakan pelatihan fungsi.
Dimana diatur dalam Peratururan Kepala Kepolisian RepubIik
Indonesia No 15 Tahun 2015 tentang Sistem Pendidikan Negara
Kesatuan RepubIik Indonesia PasaI 21 ayat 2 huruf b dan c, tentang
pelatihan fungsi merupakan pelatihan yang dilaksanakan untuk
memelihara dan meningkatkan kemampuan fungsi sesuai dengan bidang
tugasnya. Personel Unit Gakkum yang baru meIaksanakan pendidikan
kejuruan Fungsi Teknis Lantas baru 1 (satu) personeI dan beIum ada
yang mengikuti pendidikan pengembangan. Pentingnya pendidikan
kejuruan dan pendidikan pengembangan untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan serta upaya untuk mengubah perilaku
personeI dalam menjalankan penegakan hukum berupa penindakan
pelanggaran lalu lintas dengan ETLE Mobile.
Sesuai dengan fakta yang ada, diharapkan pimpinan yaitu Kapolres
dan Kasatlantas dapat memberikan peluang dan membuat program
Iatihan untuk personeI dari Unit Gakkum yang belum mengikuti pendidikan
kejuruan lantas dan pendidikan pengembangan, dengan demikian dapat
terciptanya personeI-personeI Unit Gakkum yang handal, memiliki
pengetahuan yang luas tentang lalu lintas khususnya pengetahuan
83

tentang penggunaan ETLE MobiIe dalam melakukan penindakan


pelanggaran, dan pengaIaman yang lebih sehingga dalam pelaksanaan
penindakan peIanggaran IaIu lintas dapat sesuai dengan target atau
sasaran. Kondisi yang diharapkan dengan adanya pendidikan kejuruan
dan pengembangan tersebut, maka personeI mampu melaksanakan
penindakan pelanggaran lalu lintas menggunakan ETLE MobiIe dengan
efektif dan tepat sasaran, diharapkan juga untuk para pelaku pelanggaran
di jalan raya dapat jera dan tidak mengulangi kesalahannya kembali,
sedangkan untuk pengendara yang tidak melakukan pelanggaran dapat
selalu sadar dan enggan untuk melakukan pelanggaran.

b. Kondisi yang diharapkan dari Pengetahuan (Knowledge) yang


dimiliki oleh Anggota Unit Gakkum
Pengetahuan merupakan informasi yang diperoleh dari proses
pembeIajaran dan pengalaman. Apabila personeI Unit Gakkum memiliki
pengetahuan maka dapat melakukan penindakan pelanggaran lalu lintas
dengan cermat dan benar. PersoneI yang memiIiki pengetahuan mampu
untuk membedakan sesuatu yang benar dan yang saIah, mampu untuk
berpikir dengan menggunakan pemikiran yang logis, serta mampu untuk
memecahkan masaIah dengan menggunakan pengetahuan yang dimiIiki.
Untuk semua personeI Unit Gakkum itu sendiri, merupakan lulusan dari
bintara Polri sehingga pada saat menyelesaikan pendidikan pembentukan,
belum memiliki gelar pendidikan umum atau pendidikan Polri, sehingga
untuk mendapatkan gelar tersebut harus mengikuti pendidikan umum di
universitas-universitas yang ada. Sebagai anggota kepolisian harus dapat
mengerti dan memahami tentang hukum agar meminimalisir kendala yang
terjadi pada saat pelaksanaan tugas di lapangan. Berdasarkan data,
bahwa personeI Unit Gakkum yang sudah mengikuti pendidikan umum S1
dan mendapat gelar hukum sebanyak 7(tujuh) personeI. Dengan harapan,
personeI yang sudah mengikuti pendidikan umum hukum dapat
menerapkan dan mengimplementasikan pengetahuan yang didapat
kedalam pengaplikasian kepada penindakan pelanggaran menggunakan
84

ETLE MobiIe dengan tujuan apabila terdapat permasalahan, personeI


yang sudah memiliki gelar hukum dapat menemukan pemecahan
masalah, membuat inovasi-inovasi penindakan pelanggaran dengan ETLE
MobiIe lebih efisien, dan dapat bertindak sesuai dengan peraturan.
Menurut Pasal 14 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 tentang Sistem Pendidikan Kepolisian
Negara Republik Indonesia yang menjelaskan bahwa diktuk bintara Polri
merupakan unsur utama dalam pelaksanaan tugas, yang disini
merupakan pelaksanaan penindakan pelanggaran mengunakan ETLE
MobiIe. Maka dari itu, sebagai pemeran utama dalam penindakan
pelanggaran agar dalam bertindak melakukan sesuai dengan peraturan
yang sudah dibuat.

c. Kondisi yang diharapkan dari Sikap (Atittude) yang dimiliki oleh


Anggota Unit Gakkum
Sikap merupakan haI yang terpenting dalam kehidupan berdinas,
sikap bukan merupakan sesuatu yang tetap tetapi bisa berubah
tergantung proses pembelajaran yang dilakukan pada saat kecil sampai
sekarang. Seorang personel dari Unit Gakkum akan dipandang mampu
apabila mempunyai sikap, karena sikaplah yang membuat pandangan
seseorang menjadi berubah. Tentu saja, sikap yang dimiliki personel Unit
Gakkum yang satu dengan yang lainnya akan berbeda, sehingga akan
terjadi penilaian.
oleh pimpinan terhadap masing-masing individu personel. Apabila
sikap yang dimiliki oleh seseorang personel di suatu lingkungan dinilai
baik maka akan mempengaruhi keadaan lingkungan tersebut. Oleh sebab
itu, Unit Gakkum Satlantas Sragen harus memiliki personel-personel yang
dinilai sikapnya baik.
Polri dalam bersikap berpedoman kepada peraturan tentang Kode
Etik Profesi PoIri yang disingkat KEPP, merupakan kristaIisasi dari nilai-
nilai Tribrata dan Catur Prasetya yang berlandaskan Pancasila, peraturan
tersebut berisi tentang larangan, hal yang diperbolehkan dan tidak
85

diperbolehkan dalam berperiIaku maupun ucapan oIeh Anggota PoIri


daIam melaksanakan tugas, wewenang maupun tanggung jawab.
Berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri Pasal 10 huruf f, disebutkan
setiap anggota Polri wajib menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran,
keadiIan, dan menjaga kehormatan daIam berhubungan dengan
masyarakat. Unit Gakkum merupakan bagian dari Anggota Polri dimana
diwajibkan untuk memiliki sikap-sikap yang sudah disebutkan di atas.
Dalam meIakukan penindakan melalui ETLLE MobiIe diharapkan personeI
Unit Gakkum melaporkan fakta yang sesuai dengan apa yang terjadi di
lapangan. Anggota Polri khususnya Unit Gakkum Satlantas Polres Sragen
dalam bersikap harus sesuai dengan etika kemasyarakatan. Yang
dimaksud etika kemasyarakatan adalah sikap yang dimiliki oleh Anggota
Polri yang senantiasa menjunjung tinggi pelindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat dengan mengarifkan budaya lokal
Indonesia.
Selain itu sesuai dengan Peraturan Kepala Kepolisian Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi PoIri Pasal 5
huruf c, disebutkan bahwa etika kemasyarakatan memuat pedoman
berperiIaku Anggota Polri dalam hubungan:
1. pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas);
2. penegakan hukum;
3. pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat; dan
4. kearifan lokal, antara lain gotong royong, kesetiakawanan, dan
toleransi.
Disebutkan di atas bahwa etika kemasyarakatan memuat pedoman
berperilaku Anggota PoIri daIam melakukan penegakan hukum, dengan
demikian Unit Gakkum Satlantas Polres Sragen wajib hukumnya untuk
melaksanakan penegakan hukum untuk mengurangi pelanggaran lalu
lintas.
86

Diharapkan dengan adanya KEPP, personeI Unit Gakkum selalu


mematuhi norma-norma dan peraturan daIam pelaksanaan kegiatan
penindakan pelanggaran lalu lintas. Selain itu, gunanya peraturan yang
dibuat tentang Kode Etik Profesi Polri agar dapat mengontrol dan
menjauhkan personel dalam melakukan pelanggaran.

4.2.2 Pemecahan Masalah dari Kompetensi Anggota Unit Gakkum


Untuk menyelesaikan permasalahan tentang penindakan
pelanggaran lalu lintas melalui ETLE MobiIe dalam mengurangi
pelanggaran lalu lintas di wilayah hukum Polres Sragen, maka dibuatlah
pemecahan masalah menggunakan teori kompetensi yang dicetuskan
oleh Benjamin Bloom yang terdiri dari kemampuan (Skill), pengetahuan
(Knowledge), sikap (Attitude).

a. Pemecahan Masalah dari Keterampilan (Skill) Personel Unit


Gakkum
Keterampilan yang dimiliki oleh Personel Unit Gakkum dapat
dikembangkan, diasah, dan dilatih sebaik mungkin agar personel menjadi
memiliki potensi baik dalam melakukan penindakan pelanggaran lalu
lintas. Personel untuk dapat meningkatkan kemampuan yang dimiliki,
dapat mengikuti beberapa pelatihan mengenai ETLE Mobile. Pelatihan
dimaksudkan untuk memahami, mempelajari dan meningkatkan
kemampuan dengan metode yang lebih kepada praktik, praktir bertujuan
agar personel mahir dan terbiasa dalam meIakukan tugas.
Berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Pendidikan Polri Pasal 21 disebutkan
bahwa jenis pelatihan dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu, pelatihan perorangan,
pelatihan fungsi dan pelatihan kesatuan. Pelatihan kesatuan adalah
peIatihan yang diIakukan oleh satuan fungsi baik tingkat pusat maupun
polda. Diharapkan Kanitgakkum dapat membuat surat perintah tugas
kepada anggota Unit Gakkum untuk mengikuti pelatihan mengenai ETLE
MobiIe yang diselenggarakan oleh Polres Sragen dengan persetujuan
87

Kapolres Sragen. Dengan begitu, maka personeI Unit Gakkum dapat


meningkatkan keterampilan yang dimiliki untuk mencapai penindakan
pelanggaran lalu lintas dengan efektif dan efisien.
Pelatihan juga dapat dilakukan dengan mendatangkan narasumber
dari Korlantas Polri atau seorang ahli yang memahami dan menguasai
tentang ETLE MobiIe, sehingga dapat melakukan praktik langsung
tentang tata cara penggunaan ETLE MobiIe dengan baik dan benar.
Selain pelatihan kesatuan, para personel harus mengikuti pelatihan
perorangan yang dimana merupakan kegiatan peIatihan yang bertujuan
untuk membentuk keterampilan dan kemampuan perorangan personel
dalam melakukan penindakan pelanggaran lalu lintas menggunakan ETLE
MobiIe.
Kondisi yang diharapkan yaitu dalam peIaksanaan tugasnya personel Unit
Gakkum memiIiki mental kepribadian dan moral yang baik sehingga tidak
terjadi perbuatan yang tidak sesuai dengan peraturan yang telah dibuat.

b. Pemecahan Masalah dari Pengetahuan (Knowledge) Personel Unit


Gakkum
Hal yang perIu dimiliki oleh personel Unit Gakkum yaitu harus
memiliki ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan dapat diperoleh melalui
pendidikan umum maupun pendidikan Polri. Personel yang melakukan
penindakan pelanggaran menggunakan ETLE MobiIe harus memahami
penggunaan, mekanisme dan sistem dari ETLE Mobile itu sendiri, agar
tidak terjadi kesalahan dan dapat bertindak secara efektif. Semua
personel Unit Gakkum harus mengikuti pendidikan umum agar
mendapatkan gelar sarjana. Dalam penindakan pelanggaran dengan
penilangan yang bersifat elektronik, dibutuhkan beberapa personel yang
menyandang gelar sarjana komputer, dimana dengan sistem ETLE MobiIe
yang menggunakan perangkat elektronik seperti telepon seluler dan
komputer. Untuk mengantisipasi adanya gangguan perangkat dari ETLE,
disarankan agar Kanitgakkum mengarahkan personel yang belum
mengikuti pendidikan umum untuk mengikuti pendidikan teknologi
88

informasi Personel dengan keahlian informasi dan teknologi akan


memudahkan Unit Gakkum dalam pelaksanaan penindakan.
Selain itu, personel dapat mengikuti workshop, seminar atau
mengikuti diskusi tentang peran Unit Gakkum dalam melakukan
penindakan pelanggaran lalu lintas menggunakan ETLE MobiIe. Personel
dari Unit Gakkum dapat diikutsertakan agar mendapatkan pengalaman
dan ilmu yang disampaikan oleh narasumber yang memahami tata cara
penggunaan sistem ETLE MobiIe tersebut. Kasatlantas Sragen yang
bertanggung jawab dengan Kapolres Sragen dapat mendatangkan
narasumber berupa beberapa orang yang ahli dalam teknologi informasi,
hukum, dan memahami tentang penindakan dengan ETLE MobiIe.
Kegiatan tersebut harus diikuti oleh semua personeI Unit Penegakan
Hukum Polres Sragen. Dengan begitu, Satuan Lalu Lintas Polres Sragen
khususnya Unit Penegakan Hukum dapat memberikan penindakan
pelanggaran secara efisien dan dapat melayani masyarakat apabila
terdapat aduan mengenai ETLE Mobile.

c. Pemecahan Masalah dari Sikap (Attitude) Personel Unit Gakkum


Berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Polri Pasal 11
huruf b disebutkan bahwa setiap anggota Polri wajib bersikap jujur,
terpercaya, bertanggung jawab, berkerja sama, adiI, peduIi, responsif,
tegas dan humanis. Kanitgakkum harus membuat tindakan tegas apabila
terdapat anggota Unit Gakkum yang tidak sesuai dengan norma yang
berlaku. Pemberlakuan sistem reward dan punishment sangat
berpengaruh terhadap kinerja yang dilakukan oIeh anggota. Sistem
reward yang dapat diberikan bisa berupa penghargaan atau sertifikat
anggota teladan yang bisa diselenggarakan setiap sekali dalam 1 (satu)
tahun. Dengan begitu Anggota Unit Gakkum akan termotivasi dan
berlomba-lomba untuk mendapatkan penghargaan tersebut. Sedangkan,
apabila personeI yang tidak mencerminkkan sebagai anggota Polri yang
sudah dijajarkan di paragraf pertama, maka akan diberikan punishment
89

karena tidak sesuai dengan peraturan yang sudah dibuat untuk anggota
kepolisian. Hukuman yang diberikan dapat dilakukan secara bertahap,
mulai dari teguran, peringatan dan yang terakhir dapat menindak secara
tegas. Penindakan secara tegas dapat dilakukan dengan cara
pemotongan gaji dan mutasi jabatan dengan pertimbangan anggota
tersebut terus menerus mengulangi kesalahan yang sama.
Dalam meIakukan penilaian terhadap anggota, pimpinan dapat
membuat semboyan atau Motto yang dapat membangkitkan jiwa
semangat dan motivasi dalam melakukan penindakan pelanggaran
menggunakan ETLE MobiIe. Saya menyarankan Motto untuk Unit
Gakkum Satlantas Polres Sragen yaitu “tidak mudah bukan berarti tidak
bisa” dimana motto tersebut merupakan sepenggal kata yang dapat
memotivasi para anggota agar dalam pelaksanaan kegiatan tidak kenal
lelah, malas, dan selalu optimis. Penindakan dengan menggunakan ETLE
MobiIe bukanlah hal yang mudah, dibutuhkan ketelitian serta kemampuan
dalam bertindak dengan tegas. Maka dari itu, Motto tersebut harus selalu
diingat oleh PersoneI Unit Gakkum.
90

BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang dilakukan dengan
permasalahan terkait optimalisasi Unit Gakkum dalam penindakan
pelanggaran lalu lintas dengan menggunakan ETLE Mobile guna
mengurangi pelanggaran lalu lintas di Wilayah Hukum Sragen dengan
dibahas menggunakan konsep dan teori, maka diperoleh simpulan dari
penulisan tugas akhir ini adalah:
a. Pengoptimalan Unit Gakkum dalam melakukan penindakan
pelanggaran lalu lintas menggunakan ETLE MobiIe dalam mengurangi
pelanggaran lalu lintas dilakukan dengan 4 (empat) tahap, yaitu
Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Pelaksanaan
(Actuating), dan Pengendalian (Controling).
1. Perencanaan (Planning) pada saat pelaksanaan penindakan
pelanggaran lalu lintas dengan ETLE Mobile belum terdapatnya rencana
kegiatan yang berisi tentang titik-titik rawan pelanggaran, dan tidak
terdapatnya jadwal mengenai kegiatan apa yang harus dilaksanakan pada
hari tersebut.
2. Pengorganisasian (Organizing) dilakukan dengan menyusun
Standar Operasional Prosedur (SOP) mengenai ETLE Mobile sebagai
petunjuk dan pegangan pedoman bagi personel Unit Gakkum Polres
Sragen untuk menciptakan dan meningkatkan kualitas pelaksanaan
kegiatan penindakan pelanggaran guna mengurangi pelanggaran lalu
lintas.
3. Pelaksanaan (Actuating) dioptimalkan dengan bekerja sama
dengan Unit Kamsel Satlantas Polres Sragen dalam memberikan
penyuluhan mengenai sistem tilang elektronik terbaru, dijelaskan
bagaimana mekanisme menggunakan ETLE MobiIe serta memberi
91

pemahaman akibat melanggar peraturan lalu lintas serta memberikan


pelatihan kepada Personel Unit Gakkum untuk meningkatkan kemampuan
dari Unit Gakkum itu sendiri.
4. Pengendalian/Pengawasan (Controling) pelaksanaan penindakan
pelanggaran dengan membuat laporan hasil pelaksanaan tugas yang
dilakukan dan juga dalam setiap pergerakan mulai dari APP sampai
dengan konsolidasi dapat dibuatkan laporan yang dikirimkan melalui
whatsapp yang didalamnya terdapat dokumentasi kegiatan dan kendala
yang dihadapi ketika dilapangan sehingga Kanitgakkum dapat
memberikan evaluasi. Pemberian reward dan punishment merupakan
bagian dari pengawasan agar pelaksanaan penindakan pelanggaran lebih
optimal.
b. Kompetensi yang dimiliki oleh Pesonel Unit Gakkum dalam
penindakan pelanggaran lalu lintas melalui ETLE Mobile menggunakan 3
(tiga) indikator yaitu, Keterampilan (Skill), Pengetahuan (Knowladge), dan
yang terakhir adalah Sikap (Attitude).
1. Keterampilan (Skill) yang dimiliki Personel Unit Gakkum dalam
meningkatkanya dengan cara mengikuti pelatihan tentang melakukan
penindakan dengan menggunakan ETLE Mobile atau mekanismenya.
Setelah itu, personel dapat mendapatkan perintah tugas yang diberikan
oleh Kapolres Sragen dalam mengikuti pendidikan kejuruan dan
pendidikan pengembangan agar personel lebih terampil dalam bertugas.
2. Pengetahuan (Knowledge) personel harus ditingkatkan dengan
mengikuti pendidikan umum agar memperoleh gelar sarjana yang
bertujuan untuk mengimplementasikan kepada Unit Gakkum tentang apa
yang didapatkan agar dapat mengaplikasikan pengetahuan tersebut.
3. Sikap (Attitude) yang dimiliki pada saat penindakan pelanggaran
belum dapat dikatakan optimal sehingga Kanitgakkum harus bertindak
tegas apabila anggotanya melakukan pelanggaran, mulai dari tahap
peringatan sampai hukuman dapat diberlakukan agar kegiatan dapat
terlaksana dengan baik. Serta, apabila terdapat personel yang dinilai baik
92

dalam pekerjaannya maka dapat diberikan reward berupa mendapat


penghargaan sertifikat anggota teladan dalam 1 (satu) tahun. Pembuatan
motto dapat meningkatkan motivasi dan kinerja personel agar kinerja
personel dapat dilakukan dengan maksimal.
5.2 Saran
Berdasarkan simpuIan di atas, penulis dalam penulisan ini
memberikan saran berkaitan dengan pelaksanaan penindakan
pelanggaran lalu lintas oleh Unit Gakkum melalui ETLE Mobile dan
kompetensi personel yang dimiliki dalam mengurangi pelanggaran lalu
lintas di Wilayah hukum Polres Sragen, yaitu:
1. Perencanaan (Planning) pada saat pelaksanaan penindakan
pelanggaran lalu lintas, dapat melalui Kanitgakkum Polres Sragen dengan
membuat rencana kegiatan harian, mingguan dan bulanan yang berisikan
titik-titik wilayah rawan pelanggaran sehingga penilangan dengan
menggunakan ETLE Mobile agar mencakup seluruh wilayah Kabupaten
Sragen. Dalam pembuatan rencana kegiatan dapat bekerjasama dengan
Intelkam mengenai lokasi wilayah rawan pelanggaran dan wilayah rawan
kecelakaan, sehingga dalam pelaksanaanya dapat menjadi lebih optimal
dan dapat mengurangi pelanggaran lalu lintas2.
2. Pengorganisasian (Organizing) dilakukan oleh Kasatlantas dengan
menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk menciptakan
ukuran standar kerja yang baik sehingga dapat meningkatkan kualitas dari
personel Unit Gakkum tersendiri dan membuat Hubungan Tata Cara Kerja
(HTCK), karena dalam pelaksanaan penilangan menggunakan ETLE
Mobile, Unit gakkum meminta bantuan kepada Unit-Unit Satuan Lalu
Lintas Polres Sragen lainnya seperti Unit Turjawali dan Unit Kamsel.
Sehingga Kasatlantas Polres Sragen dapat menambah personel Unit
Gakkum dari Unit Turjawali agar penilangan tidak harus meminta bantuan
kepada Unit-Unit lainnya sehingga dalam penindakan pelanggaran
dengan ETLE Mobile menjadi optimal. Pengorganisasian dapat juga
dilakukan dengan Kasatlantas membuat deskripsi pekerjaan (Job
93

Description) masing-masing unit, agar dalam pembagian tugas lebih


terorganisir sehingga usaha Unit Gakkum dalam mengurangi pelanggaran
lalu lintas dapat berjalan dengan baik dan lancar.
3. Kanitgakkum dapat menunjuk Tim Pengawasan terhadap
pelaksanaan ETLE Mobile, tim pengawas polres yaitu Provos dan
Intelkam, sehingga dapat terus memonitor kegiatan penindakan
pelanggaran lalu lintas dan apabila terjadi penyimpangan agar dapat
dilaporkan kepada Kanitgakkum. Kemudian, untuk mempermudah
pengawasan, pada saat kegiatan penilangan berlangsung pada tahap
sebelum penilangan, pada saat pelaksanaan penilangan dan sesudah
penilangan, personel yang bertugas pada hari itu dapat
mendokumentasikan dan mengirimkan ke Group Whatsapp, teknologi
yang berkembang harus dimanfaatkan dengan baik. Selain itu, agar
memudahkan Kanitgakkum dalam memantau kegiatan penilangan yang
dilakukan, Kanitgakkum dapat memanfaatkan aplikasi GPS untuk
mengetahui personel dalam penilangan sudah melaksanakan sesuai
dengan rencana kegiatan yang sudah dibuat mengenai wilayah
Kabupaten Sragen yang rawan pelanggaran.
4. Kemampuan yang dimiliki personel harus terus dikembangkan dan
dilatih agar pemikiranya dapat terhadap pemikiran dalam manejerial.
Kasatlantas dapat memberikan surat rekomendasi kepada Kapolres untuk
melaksanakan pendidikan umum maupun pendidikan Polri, pendidikan ini
ditujukan dengan harapan personel yang sudah mendapatkan gelar
sarjana dapat menerapkan pengetahuan yang didapatkan pada saat
mengikuti pendidikan umum.
5. Sistem tilang elektronik atau ETLE Mobile merupakan sistem tilang
terbaru dengan mekanisme berbeda dengan tilang manual. Oleh sebab
itu, banyak masyarakat masih awam dengan mekanisme penindakan
pelanggaran dengan ETLE Mobile sehingga Personel Unit Gakkum dapat
berkoordinasi dengan Unit Kamsel untuk memberikan sosialisasi dan
penyuluhan tentang ETLE MobiIe. Tujuan penyuluhan tersebut untuk
94

menyadarkan dan memberi pemahaman kepada pengguna jalan raya


agar selalu memperhatikan keamanan, keselamatan dan peraturan yang
ada.
6. Disarankan kepada Kasatlantas agar dapat mendatangkan
narasumber yang memiliki kualitas dan pemahaman mengenai Undang-
Undang Lalu Lintas, seluruh personel Satuan Lalu Lintas Polres Sragen
khususnya Unit Gakkum dapat mengikuti pengarahan tersebut, bertujuan
agar menambah wawasan dan pemahaman sehingga dalam pelaksanaan
penindakan pelanggaran dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
95

DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Bloom, B. (1956). Taxonomy of Educational Objectives: The Classification
of Educational Goals. New York: Handbook I Cognitive Domain.

Depdikbud. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka.

J.C.T. Simorangkir, Woerjono Sastropranoto. (1962). Peladjaran Hukum


Indonesia. Djakarta: Gunung Agung.

J.Moleong, L. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja


Rosdakarya.

Margono. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Moleong, L. J. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Naning, R. (2009). Menggairahkan Kesadaran Hukum Masyarakat dan


Disiplin Penegak Hukum dalam Lalu Lintas. Surabaya: Bina Ilmu.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif,


Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukarna. (2005). Principles Of Management. New York: Alexander


Hamilton Institute.

Wijaya, T. (2018). Manajemen Kualitas Jasa. Jakarta: PT.Indeks.

Winardi. (1996). Perilaku Organisasi (Organizational Behavior). Bandung:


Tarsito.

Peraturan Perundang undangan:


96

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun


2019 Tentang Sistem, Manajemen dan Standar Keberhasilan
Operasional Kepolisian Negara Republik Indonesia. (2019). Jakarta:
Mabes Polri

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 2 Tahun


2021 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat
Polres dan Polres. (2021). Jakarta: Mabes Polri.

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No 7 Tahun 2010


Tentang Tata Cara Pelaksanaan Ujian Dinas Kenaikan Pangkat
Tingkat II Pegawai Negeri Sipil Kepolisian Negara Republik
Indonesia

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun


2021 Tentang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor.
(2021). Jakarta: Mabes Polri

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun


2011 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia. (2011). Jakarta: Mabes Polri.

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun


2015 Tentang Sistem Pendidikan Kepolisian Negara Republik
Indonesia. (2015). Jakarta: Mabes Polri.

Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 Pasal 23 Tentang Tata Cara


Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan
Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. (2012). Jakarta:
Pemerintah.

Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 2012 Tentang Tata Cara


Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan
Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. (2012). Jakarta:
Pemerintah
97

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang


Kepolisian Negara Republik Indonesia. (2002). Jakarta: Mabes Polri.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang


Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik. (2016). Jakarta: Mabes Polri

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu


Lintas dan Angkutan Jalan. (2009). Jakarta: Mabes Polri.

Skripsi:
Annisa Chandra N.A., S. (2019). Upaya Penegakan Hukum Terhadap
Peningkatan Pelanggaran Lalu Lintas di Kota Magelang. Magelang:
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Magelang.

Aprillia, A. (2019). Peran Kepolisian Dalam Penanggulangan Pelanggaran


Lalu Lintas oleh Anak Sebagai Pengendara Sepeda Motor. Padang:
Fakultas Hukum Universitas Andalas.

Siahaan, A. A. (2022). Penerapan ETLE titik H.R.Soebranntas bagi


Pelanggar Lalu Lintas Penggunna Handphone Oleh Kendaraan
Roda 4 di Wilayah Hukum Polda Riau . Riau: Fakultas Hukum
Universitas Islam Riau

Internet:
Juniardi, W. (2022, November 12). Penyajian Data Lengkap dengan
Macam dan Jenisnya. Retrieved from quipper.com:
https://www.quipper.com/id/blog/mapel/matematika/penyajian-
data/#:~:text=Penyajian%20data%20adalah%20bentuk%20pengema
san,tabel%2C%20diagram%2C%20maupun%20grafik.

Makki, S. (2022, Oktober 21). Kapolri Listyo Larang Polantas Tilang


Manual, Ganti dengan ETLE. Retrieved from cnnindonesia.com:
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20221021133804-12-
863624/kapolri-listyo-larang-polantas-tilang-manual-ganti-dengan-
etle
98

Rizqiya, N. (2023, Januari 20). Sudah Terapkan ETLE, Polres Sragen


Lebih Memilih Tilang Manual. Retrieved from Sonora.id:
https://www.sonora.id/read/423662436/sudah-terapkan-etle-polres-
sragen-lebih-memilih-tilang-manual

Setiawan, S. (2023, Februari 26). Pengertian Pengawasan-


Makna,Jenis,Tujuan,Manfaat,Fungsi,Prinsip,Tahap,Para Ahli.
Retrieved from gurupendidikan.co.id:
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-pengawasan/

Sushmita, C. I. (2021, Maret 23). Catat! ini 4 lokasi CCTV E-Tilang di


Sragen. Retrieved from Solopos.com:
https://www.solopos.com/catat-ini-4-lokasi-cctv-e-tilang-di-sragen-
1114166

Teniwut, E. (2022, November 22). Teknik Pengumpulan Data dan Metode


Penelitian. Retrieved from mediaindonesia.com:
https://mediaindonesia.com/humaniora/539107/teknik-pengumpulan-
data-dan-metode-penelitian
99
100

Anda mungkin juga menyukai