Anda di halaman 1dari 105

PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN, KEPATUHAN WAJIB

PAJAK, DAN KETEGASAN SANKSI PERPAJAKAN


TERHADAP KEWAJIBAN PERPAJAKAN UMKM
(STUDI PADA WAJIB PAJAK DI KECAMATAN CICURUG)

SKRIPSI

Program Studi Akuntansi

OLEH:

NAMA : DWI INDAH SARI


NIM : 180500003

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS


UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA
JAKARTA
2022
THE INFLUENCE OF LEVEL OF UNDERSTANDING,
TAXPAYER COMPLIANCE, AND THE STRENGTH OF TAX
SANCTIONS ON MSME TAX LIABILITY
(STUDY ON TAXPAYERS IN CICURUG DISTRICT)

THESIS

Undergraduate Accounting

BY :

NAMA : DWI INDAH SARI


NIM : 180500003

FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS


SATYA NEGARA INDONESIA UNIVERSITY
JAKARTA
2022
PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN, KEPATUHAN WAJIB
PAJAK, DAN KETEGASAN SANKSI PERPAJAKAN
TERHADAP KEWAJIBAN PAJAK UMKM
(STUDI PADA WAJIB PAJAK DI KECAMATAN CICURUG)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


SARJANA EKONOMI
Program Studi Akuntansi – Strata 1

OLEH:

NAMA : DWI INDAH SARI


NIM : 180500003

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS


UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA
JAKARTA
2022
THE INFLUENCE OF LEVEL OF UNDERSTANDING,
TAXPAYER COMPLIANCE, AND THE STRENGTH OF TAX
SANCTIONS MSME TAX LIABILITY
(STUDY ON TAXPAERS IN CICURUG DISTICT)

THESIS

Submitted As One Of The Requirement To Obtain A Degree


BACHELOR OF ACCOUNTING

BY:

NAMA : DWI INDAH SARI


NIM : 180500003

FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS


SATYA NEGARA INDONESIA UNIVERSITY
JAKARTA
2022
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Dwi Indah Sari

Nim : 180500003

Program Studi : Akuntansi

Menyatakan Bahwa skrispsi ini adalah murni hasil karya sendiri dan seluruh isi
skripsi menjadi tanggung jawab saya sendiri. Apabila saya mengutip dari karya
orang lain maka saya mencantumkan sumbernya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Saya bersedia dikenakan sanksi pembatalan skripsi apabila terbukti
melakukan tindakan plagiat (penjiplakan).

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenernya.

Jakarta, 2022

(Dwi Indah Sari)


NIM : 180500003

i
LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI

NAMA : DWI INDAH SARI

NIM : 180500003

JURUSAN : AKUNTANSI

KONSENTRASI : PERPAJAKAN

JUDUL SKRIPSI : PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN, KEPATUHAN

WAJIB PAJAK, DAN KETEGASAN SANKSI

PERPAJAKAN TERHADAP KEWAJIBAN PERPAJAKAN

UMKM (STUDI WAJIB PAJAK DI KECAMATAN

CICURUG)

TANGGAL UJIAN :

JAKARTA, 2022

DOSEN PEMBIMBING II DOSEN PEMBIMBING I

(Heriston Sianturi, SE.,MM) (Nia Tresnawaty S.E., M.Ak)

Dekan Ketua Jurusan

(GL. Hery Prasety, SE.,MM., (Tagor Darius Sidauruk, SE.,M.Si., CRP)

CPHCEP,CPMP,CODP,CBOA,CLMA.

ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN, KEPATUHAN


WAJIB PAJAK, DAN KETEGASAN SANKSI
PERPAJAKAN TERHADAP KEWAJIBAN PERPAJAKAN
UMKM
(STUDI PADA WAJIB PAJAK DI KECAMATAN CICURUG)

OLEH :

NAMA : DWI INDAH SARI


NIM : 180500003

Telah dipertahankan didepan Penguji pada Tanggal 2022


Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Ketua Penguji / Pembimbing I

( Nia Tresnawaty, SE., M.AK)

Anggota Penguji Anggota Penguji

( ) ( )

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji Syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas

rahmat dan karunia yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH TINGKAT

PEMAHAMAN, KEPATUHAN WAJIB PAJAK, DAN KETEGASAN

SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEWAJIBAN PERPAJAKAN

UMKM (Studi wajib Pajak di Kecamatan Cicurug)”. Skripsi ini merupakan

syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Satya Negara Indonesia.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar –besarnya kepada semua pihak

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan

baik secara moril maupun material sehingga skripsi ini dapat selesai. Selain itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Satya Negara Indonesia, Bapak Prof.Ir.Johnner

Sitompul,M.SC.Ph.D

2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Satya Negara Indonesia ,

Bapak GL. Hery Prasety, SE.,MM.,CPHCEP,CPMP,CODP,CBOA,CLMA.

3. Ketua Jurusan Akuntansi Satya Negara Indonesia dan selaku dosen

pembimbing akademik Bapak Tagor Darius Sidauruk, SE., M.Si., CRP yang

telah meluangkan waktu, selalu sabra mendengarkan keluh kesah

mengarahkan, dan memberikan pengetahuan dan bantuan kepada penulis

selama mengikuti perkuliahan ini.

iv
4. Ibu Nia Tresnawaty S.E., M.Ak selaku dosen pembimbing I yang telah

meluangkan waktu, selalu sabar mendengarkan keluh kesah, mengarahkan,

memberikan saran-saran dan selalu membimbing penulis dalam menyusun

skripsi.

5. Bapak Heriston Sianturi., SE.,MM selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir

skripsi.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis staff TU Universitas Satya

Negara Indonesia yang telah memberikan pengetahuan dan bantuan kepada

penulis selama mengikuti perkuliahan ini.

7. Kepada Orang Tua tercinta, Papah M. Simatupang dan Mamah M. Dahlia

Sibarani , Papi M. Situmorang dan Mami Murlan Sibarani yang telah

mencurahkan seluruh jiwa dan raga atas kasih sayang, waktu dan material

untuk penulis Penulis mengucapkan terima kasih banyak atas doa, bimbingan,

serta dukungan yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada Ua Riama penulis juga mengucapkan terimakasih untuk arahan,

bimbingan, serta dukungan yang telah diberikan sehingga bisa sampai saat ini.

9. Abang saya yang suka memberikan cemilan saat saya mengerjakan skripsi dan

adik –adik saya yang selalu menghibur saya saat saya selesai mengerjakan

skripsi .

10. Andreas Jericho Siahaan yang mau selalu membantu , memberikan

dukungan, tempat berbagi cerita, serta sabar menghadapi keluh kesah saya,

v
selalu siap siaga dalam keadaan apapun dan menjaga saya dengan baik dari

SMA sampai saat ini terimakasih karena masih nemenin sampai sekarang.

11. Ka rendy dan Ka Adel yang mau membantu saya dalam kelangsungan

penyusunan skripsi saya.

12. Teman-teman ku tersayang dari semester 1 hingga saat ini Sebi, Riris,

Nandini, Christy yang selalu berbagi canda tawa, belajar bersama, dan

menemani hingga saat ini dan semoga menjadi teman selamanya.

13. Seluruh teman-teman angkatan 2018 Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Satya Negara Indonesia lainnya yang tidak bisa saya sebutkan

namanya satu persatu, dan semua yang telah membantu saya semasa kuliah.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan

ilmu pengetahuan bagi kita semua terutama yang membutuhkan. Penulis

menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, karena itu saran dan

kritik masih diperlukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

Jakarta, 2022

Dwi Indah Sari

vi
ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the the effect of understanding
level, taxpayer complianceand tax penalties to increase tax obligations. The
population used in this study is MSMEs located in the Cicurug sub-district. The
data obtained in this study through a questionnaire filled out by 104 respondents.
The sampling technique used is Probability Sampling. The data analysis method
used in this research is descriptive statistical test, research instrument test (which
includes validity test, reliability test), classical assumption test (in which there is
normality test, heteroscedasticity test, multicollinearity test, auto correlation test,
regression analysis test multiple tests, hypothesis testing (in which there is a
partial test (t test), simultaneous test (f test), and the coefficient of determination
test with the help of SPSS version 25.
Based on research that has been done in statistical analysis shows that the
level of knowledge has a negative effect on tax obligations, taxpayer compliance
has a positive and significant effect on tax obligations, and tax firmness has a
positive and significant effect on tax obligations. While the level of understanding,
taxpayer compliance, and taxation taxes have a significant effect on MSME tax
obligations of 30.7% while the remaining 69.3% can be explained by other causal
factors not found in this study.

Keywords: The Effect of Understanding Level, Taxpayer Compliance, and


Firmness of Tax Sanctions

vii
ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh etika,


pemeriksaan dan denda pajak untuk meningkatkan kewajiban perpajakan .
populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah UMKM yang berada di
wilayah kecamatan Cicurug. Data yang diperoleh dalam penelitian ini melalui
kuesioner yang diisi oleh 104 responden. Teknik pengambilan sampel
menggunakan Probability Sampling. Metode analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji statistic deskriptif, uji instrumen penelitian (yang
didalamnya terdapat uji validitas, uji realibilitas), uji asumsi klasik (yang
didalmnya terdapat uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji multikolinearitas, uji
auto korelasi, uji analisis regresi berganda, uji hipotesis (yang didalamnya
terdapat uji parsial (uji t), uji simultan (uji f), dan uji koefisien determinan dengan
bantuan SPSS versi 25.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam analisis statistic
menunjukan bahwa tingkat pemahaman berpengaruh negative terhadap kewajiban
perpajakan, kepatuhan wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kewajiban perpajakan, dan ketegasan sanksi perpajakan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kewajiban perpajakan. Sedangkan tingkat pemahaman,
kepatuhan wajib pajak, dan ketegasan sanksi perpajakan berpengaruh signifikan
terhadap kewajiban perpajakan UMKM sebesar sebesar 30,7% sedangkan sisanya
69,3% dapat dijelaskan oleh factor-factor penyebab lainnya yang tidak terdapat
pada penelitian ini.

Kata kunci : Pengaruh Tingkat Pemahaman, Kepatuhan wajib pajak, dan


Ketegasan Sanksi Perpajakan

viii
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI..............................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI.............................................................iii

KATA PENGANTAR......................................................................................iv

ABSTRAK........................................................................................................vii

ABSTRACT.......................................................................................................viii

DAFTAR ISI....................................................................................................ix

DAFTAR TABEL............................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR........................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian ……………………………………..1

1.2 Perumusan Masalah …………………………………………....10

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian...............................................10

...................................................................................................

1.3.1 Tujuan Penelitian.............................................................10

1.3.2 Kegunaan Penelitian .......................................................11

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori..........................................................................13

2.1.1 Pengertian Pajak..............................................................13

2.1.2 Fungsi Pajak …………………………………………….14

ix
2.1.3 Pengelompokan Pajak......................................................15

2.1.4 Sistem Pemungutan Pajak ...............................................16

2.2 Tingkat Pemahaman Wajib Pajak .............................................17

2.3 Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak ...............................................19

2.3.1 Pengertian Tingkat Kepatuhan ........................................19

2.3.2 Pelayanan Perpajakan dalam Meningkatkan Kepatuhan..20

2.4 Ketegasan Sanksi Perpajakan ...................................................23

2.4.1 Jenis-jenis Sanksi Perpajakan .........................................23

2.4.2 Indikator Sanksi Perpajakan ............................................24

2.4.3 Permasalahan dalam bidang penegakan hukum perpajakan di

Indonesia .........................................................................24

2.5 Kewajiban Perpajakan UMKM .................................................25

2.6 Kerangka Pemikiran ..................................................................25

2.7 Penelitian Terdahulu .................................................................26

2.8 Hubungan Antar Variabel .........................................................29

2.8.1 Hubungan Tingkat Pemahaman terhadap Kewajiban

Perpajakan UMKM .....................................................29

2.8.2 Hubungan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Kewajiban

Perpajakan UMKM .....................................................30

2.8.3 Hubungan Ketegasan Sanksi Perpajakan terhadap Kewajiban

Perpajakan UMKM .....................................................30

x
2.8.4 Hubungan Tingkat Pemahaman, Kepatuhan Wajib Pajak,

Ketegasan Sanksi Perpajakan terhadap Kewajiban Perpajakan

UMKM .......................................................................31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................33

3.1.1 Waktu Penelitian .............................................................33

3.1.2 Tempat Penelitian ...........................................................33

3.2 Desain Penelitian .......................................................................33

3.3 Hipotesis ....................................................................................33

3.4 Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran ...............................35

3.4.1 Variabel Penelitian ..........................................................35

3.4.1.1 Variabel Bebas / Dependent variable (X) ..........35

3.4.1.2 Variabel Terikat / Dependent Variabel (Y) ........37

3.4.2 Skala Pengukuran ............................................................37

3.5 Variabel Operasional Penelitian ................................................38

3.6 Metode Pengumpulan Data .......................................................41

3.6.1 Metode Pengumpulan Data .............................................41

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data ..............................................42

3.7 Jenis Data...................................................................................42

3.8 Populasi dan Sampel .................................................................43

3.8.1 Populasi ...........................................................................43

3.8.2 Sampel .............................................................................43

3.9 Metode Analisis Data ................................................................44

xi
3.9.1 Uji Statistik deskriptif......................................................44

3.9.2 Uji Instrumen Data ..........................................................44

3.9.2.1 Uji Validitas.........................................................44

3.9.2.2 Uji Realiilitas ......................................................45

3.9.2.3 Uji Transformasi data .........................................45

3.9.3 Uji Asumsi Klasik ...........................................................46

3.9.3.1 Uji Normalitas ....................................................46

3.9.3.2 Uji Multikolonieritas ..........................................47

3.9.3.3 Uji Heterokedasitas .............................................47

3.9.3.4 Uji Autokorelasi ..................................................48

3.9.4 Analisis Regresi Linier berganda ....................................49

3.9.5 Uji Hipotesis ....................................................................50

3.9.5.1 Uji t (parsial) .......................................................50

3.9.5.2 Uji f statistic (simultan) ......................................51

3.9.5.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ..........................51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Statistik Deskriptif ......................................................52

4.1.1 Hasil Pengumpulan Data .................................................52

4.1.2 Karakteristik Identifikasi Responden ..............................53

4.2 Uji Instrumen Penelitian ...........................................................58

4.2.1 Uji Validitas ....................................................................58

4.2.2 Uji Realibilitas ................................................................60

4.3 Uji Asumsi Klasik ....................................................................61

xii
4.3.1 Uji Normalitas .................................................................61

4.3.2 Uji Multikolinearitas .......................................................64

4.3.3 Uji Heterokedastisitas .....................................................65

4.3.4 Uji Autkorelasi ................................................................67

4.4 Analisis Regresi Linear Berganda ............................................69

..........................................................................................................................

..........................................................................................................................

4.5 Uji Hipotesis .............................................................................71

4.5.1 Uji T (Uji Parsial).............................................................71

4.5.2 Uji Statistik F...................................................................74

4.5.3 Koefisien Determinan (R2) .............................................75

4.6 Interprestasi Hasil Penelitian .....................................................76

4.5.1 Pengaruh Tingkat Pemahaman (X1) Terhadap Kewajiban

Perpajakan (Y) ................................................................76

4.5.2 Kepatuhan Wajib Pajak (X2) Terhadap Kewajiban

Perpajakan (Y) ..............................................................77

4.5.3 Ketegasan Sanksi Perpajakan (X3) Terhadap Kewajiban

Perpajakan (Y) ..................................................................78

4.5.4 Pengaruh Tingkat Pemahaman (X1), Kepatuhan Wajib Pajak

(X2), Ketegasan Sanksi Perpajakan, (X3) Terhadap Kewajiban

Perpajakan (Y) ..................................................................79

4.6 Keterbatasan Penelitian .............................................................80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................82

xiii
5.1 Kesimpulan ...............................................................................82

5.2 Saran ..........................................................................................82

Daftar Pustaka ..................................................................................................84

Lampiran

Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu.........................................................................27

Tabel 3.1 Skala Likert ......................................................................................38

Tabel 3.2 Operasional Penelitian .....................................................................39

Tabel 4.1 Hasil Penyebaran Kuesioner ............................................................52

Tabel 4.2 Karakteristik Jenis Kelamin..............................................................53

Tabel 4.3 Karakteristik Umur ..........................................................................54

Tabel 4.4 Karakteristik Lama Usaha................................................................55

Tabel 4.5 Karakteristik Omset..........................................................................56

Tabel 4.6. Statistik Deskriptif...........................................................................57

Tabel 4.7 Tabel r untuk df = 104......................................................................58

Tabel 4.8 Uji Validitas......................................................................................58

Tabel 4.9 Uji Realibilitas .................................................................................60

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Normalitas ...........................................................62

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Multikolinieritas ..................................................64

Tabel 4.12 Uji Glejser ......................................................................................67

Tabel 4.13 Uji Autokorelasi ............................................................................68

xiv
Tabel 4.14 Uji Analisis Linear Berganda ........................................................69

Tabel 4.15 Uji t (Parsial) .................................................................................72

Tabel 4.16 Uji Statistik F..................................................................................74

Tabel 4.17 Uji Koefisien Determinan (R2) .....................................................75

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Realisasi Penerimaan Perpajakan Hingga april 2021 ..................4

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ....................................................................26

Gambar 4.1 Grafik Normal P-Plot ...................................................................63

Gambar 4.2 Grafik Scareplott ..........................................................................66

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Uji Output Uji Validitas

Lampiran 2 Hasil Uji Output Reliabilitas

Lampiran 3 Hasil Uji Uji Asumsi Klasik

Lampiran 4 Hasil Uji Hipotesis

Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Sektor Pengusaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yaitu

sebuah usaha yang merupakan komponen penting untuk perekonomian

masyarakat. Terbukti dari sektor UMKM secara potensial mempunyai peran

penting dalam mempertahankan kegiatan ekonomi yang mampu memberikan

pilihan kegiatan ekonomi yang dibutuhkan oleh produsen. Banyak bidang

usaha (UMKM) yang dapat dibuka seperti usaha Pakaian, Teknologi, Bahan

pangan dan banyak lagi. Interaksi ekonomi di antara pelaku pasar ekonomi

dapat memberikan ruang lebih luas semakin baik perkembangan sektor

(UMKM) dalam meningkatkan nilai tambah akan membuat pemasukan

perekonomian yang bertujuan untuk memenuhi kehidupan masyarakat.

Bahkan bukan hanya mampu memberikan sumber pendapatan bagi

pengusahaan (UMKM) tapi juga pendapatan Negara. Dalam hal ini

pendapatan Negara bertambah karena pengusaha usaha menengah kecil harus

membayar pajak bagi Indonesia.

Pajak merupakan pemasukan bagi pembangunan nasional yang harus

didukung oleh warga Negara Indonesia. Sesuai dengan pengertian pajak itu

sendiri merupakan iuaran yang harus dibayar rakyat kepada Negara yang

masuk Dalam hal ini norma-norma yang telah ditetapkan secara umum, tanpa

1
mendapatkan kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup

segla pengeluaran Negara menurut (Dr. N.J Feldman , 2019).

Pajak dilakukan dengan cara perhitungan, pembayaran, pengarsipan

pajak sesuai penerapan perpajakan yang diatur dalam ketentuan umum dan

tata cara perpajakan yaitu undang-undang Nomor 16 Tahun 2009. Sesuai

dengan peraturan perpajakan yang dibuat oleh pemerintah sebagai peraturan

perpajakan bagi wajib pajak UMKM pemerintah memberikan perlakuan

khusus pada pelaku UMKM berupa PPh final 0,5%. Kebijakan pajak tersebut

diberikan lantaran karakteristik UMKM yang berbeda dengan pelaku usaha

lain. Namun dalam hal ini UMKM sendiri memiliki pajak yang sama seperti

wajib pajak lainnya yaitu dengan pengertian pajak itu sendiri merupakan

pajak yang harus dibebankan pada pelaku Usaha Mikro Menengah (UMKM).

Sehubung dengan itu perkembangan mengenai perpajakan terus

berlangsung hingga saat ini, sesuai dengan amanat. Peraturan Materi

Keuangan No. 234/PMK.01/2015. Direktorat Jenderal Pajak adalah instansi

yang bergerak di bidang khusus dalam melaksanakan evaluasi, pemantauan

dan pelaporan dalam bidang perpajakan. Seperti dilansir detik.com (2019),

Target pajak diharapkan meningkat setiap tahun. Penetapan target pajak ini

termasuk dalam APBN yang biasanya diharapkan meningkat setiap tahun.

Dalam hal ini APBN kemudian menjadi tolak ukur dan motor penggerak

untuk mencapai tujuan bangsa yaitu mewujudkan masyarakat yang sejahtera.

Pemerintah melaksanakan system self-assessment, sistem perpajakan

bekerja dengan baik dalam sistem self-assessment. Dalam hal ini, Pemerintah

2
memiliki Direktorat Jenderal Pajak (DJP) secara optimal menjalankan

fungsinya: pelayanan, penyuluhan dan penegakan hukum. Kegiatan

pelayanan meliputi segala jenis pelayanan yang berkaitan dengan kepatuhan,

kewajiban dan hak Wajib Pajak di bidang perpajakan, seperti penerbitan atau

penarikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), permohonan keberatan dan

permohonan pengembalian Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Perpajakan yang

perlu diketahui oleh setiap Wajib Pajak dalam rangka memenuhi kewajiban

dan haknya di bidang perpajakan. Kegiatan penindakan terdiri dari

pemeriksaan pajak, penyidikan pajak dan penagihan uang pajak yang

bertujuan untuk mendorong Wajib Pajak mematuhi peraturan ketentuan

perpajakan yang berlaku.

Berdasarkan berita dari pajak.com mengatakan bahwa UMKM di

Indonesia sekitar 67 juta UMKM yang tersebar di berbagai daerah. Namun

dari 67 juta UMKM yang ada di Indonesia tersebut hanya ada 2,3 juta

UMKM yang memiliki NPWP dan tidak semuanya patuh akan perpajakannya

masih ada UMKM yang tidak membayar pajak, yang rutin hanya setengah

bahkan mungkin kurang dari itu ujar (Hestu Yoga Saksama, 2020) sudah

sangat jelas terlihat tidak ada setengah dari jumlah UMKM yang melakukan

kewajibannya masih banyak sekali yang tidak patuh akan perpajaknnya.

Untuk jumlah UMKM yang sebanyak ini yang tersebar di Indonesia

seharusnya biasa lebih memberi pengaruh terhadap penyerapan pajak di

Indonesia, namun dari realitanya sangat jauh dari harapan. Pada awalnya tarif

pajak untuk UMKM sebesar 1% dari penghasilan didapatkan yang tidak lebih

3
dari 4,8 miliar tiap tahunnya yang tercantum dalam peraturan pemerintah (PP)

Nomor 46 Tahun 2013.

Dengan ini diharapkan penerimaan pajak di dapatkan besar dari sini.

Namun makin banyaknya jumlah UMKM yang membayar tidak sebanyak

yang diharapkan, tidak sebanding dengan pengeluaran Negara Indonesia yang

terus meningkat. Kementerian keuangan mengatakan bahwa catatan keuangan

penerimaan pajak pada tahun 2020 lebih rendah dibandingkan tahun 2019

terlebih karena adanya covid-19. Pada tahun 2020 silam Indonesia mengalami

defisit APBN 6,09% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Menurut (Pajak.com) kurangnya kepatuhan pajak dilator belakangi

dari kurangnya pemahaman terkait pentingnya pajak bagi kesejahteraan

umum, merasa bahwa membayar pajak kepada pemerintah merupakan

kerugian bagi hasil pendapatan yang didapatkan, dan adanya ketidak

pahaman dalam menghitung, membayar, dan melaporkan perpajakannya.

1,800
1,600
1,400
1,200
1,000
800
600
400
200
0
2016 2017 2018 2019 2020 44287

Gambar 1.1
Realisasi Penerimaan Perpajakan hingga April 2021
Sumber: Pajak.com.id

4
Terlihat dari gambar tabel diatas bahwa kewajiban perpajakan dalam

membayar perpajakannya tidak selalu konsisten tiap tahunnya dari tahun 2016

sampai 2019 kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya

membayar perpajakan mengalami kenaikan tiap tahunnya namun turun kembali

pada tahun 2020 hingga tahun 2021 dimana terlihat jelas bahwa pada tahun ini

sangat turun akan kepatuhan wajib pajak dalam membayar perpajakannya dan

membuat Indonesia berhutang banyak karena pada awal tahun 2020 pemerintah

memberikan bantuan untuk masyarakat Indonesia untuk membuka usaha

dikarenakan dampak covid-19 yang baru masuk di Indonesia membuat banyak

pekerja tidak dipekerjakan lagi sehingga diharapkan dengan usaha UMKM yang

dijalankan dapat membantu masyarakat untuk membuka usaha agar mendapatkan

pendapatan dan diharapkan negara mendapatkan pemasukan dari pajak UMKM

namun malah sebaliknya.

Dalam hal ini Kepatuhan wajib pajak merupakan hal terpenting,

mengingat bahwa system pajak Indonesia menganut system self Assessment

dimana Derektorat Jenderal Pajak (DJP) memberikan kepercayaan mutlak kepada

wajib pajak dalam menghitung, membayar, dan melaporkan kewajibannya.

kepada Derektorat Jenderal Pajak (DJP). Kepatuhan materi keuangan

no.544/KMK.04/2000, Kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi dari "Tidak

adanya keterlambatan dalam menyampaikan SPT setiap jenis pajak, kecuali ia

telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

Berdasarkan “pengamatan kami pada proporsi wajib pajak yang akan

memenuhi persyaratan kepatuhan wajib pajak di Indonesia, yang sangat kecil

5
dibandingkan dengan jumlah wajib pajak yang terdaftar. Jika tingkat kepatuhan

pajak sangat kecil, otomatis tarif pajak akan mengurangi tarif pajak dalam

Anggaran (APBN). Dalam berita di kompas.com Hestu mengatakan saat diskusi

Kongkow Bisnis Pas FM di Hotel Ibis (Rabu 19/7/2017) bahwa tingkat kepatuhan

pajak masyarakat di Indonesia masih jauh dari harapan. Dengan demikian,

pemahaman tentang pajak diberikan kepada pelajar dan masyarakat sejak dini

agar masyarakat sadar unuk mengetahui akan pentingnya perpajakan bagi negara.

Pengetahuan tentang perpajakan atau sering disebut dengan pajak sangat penting

tidak hanya bagi pelajar dan pengusaha, tetapi bagi individu dan semua lapisan

masyarakat. Hal ini dikarenakan hak dan kewajiban perpajakan mereka.

Bagaimana setiap wajib pajak melaksanakan hak dan kewajibannya terhadap

perpajakan bagaimana mereka akan melaksanakan kewajibannya jika mereka saja

tidak memahami peraturan undang-undang perpajakan. Tentunya diperlukan

upaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan perpajakan. Fungsi

utama dari Direktoral Jenderal Pajak (DJP) adalah untuk menyebarluaskan

informasi dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pajak (Rizal,

Blog Pajak).

Kepatuhan pajak masih menjadi persoalan biasa sejak dulu hingga

sekarang dalam perpajakan. Di Indonesia, tingkat kepatuhan wajib pajak

memenuhi kewajiban perpajakan dari tahun ke tahun masih menunjukan

presentase kurang stabil dan pernah tidak meningkat secara signifikan. Dari data

berbagai indikator yang diambil kepatuhan pajak tersebut, terlihat masih ada

permasalahan kepatuhan pajak di Indonesia yang masih menunjukan tingkat

6
kepatuhan cukup rendah. terdapat dua macam kepatuhan perpajakan diataranya

perpajakan secara formal dan kepatuhan material. Dimana kepatuhan formal

adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara

formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan. Sedangkan

kepatuhan material merupakan suatu keadaan dimana wajib pajak secara subjektif

atau hakekat memenuhi ketentuan semua material perpajakan, sesuai dengan isi

dan undang-undang yang telah berlaku.

Ketegasan sanksi perpajakan merupakan suatu tindakan hukum yang

diberikan kepada wajib pajak yang tidak taat akan peraturan yang telah dibuat

seperti melanggar peraturan. Dalam hal ini undang-undang yang telah ada

merupakan suatu peringatan bagi setiap wajib pajak untuk melakukan mengetahui

mana yang harus dilakukan dan mana yang seharusnya tidak dilakukan. Sanksi

dibuat supaya wajib pajak menaati peraturan atau undang-undang untuk tidak

dilanggar (Kristianto dan Vionita, 2018).

Bukan hanya itu saja tapi dalam sanksi pajak merupakan salah satu bentuk

hukuman bagi pelanggar wajib pajak. Aturan atau hukum disini supaya kita

mengetahui apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan seseorang. Sanksi

dibutuhkan sebagai pengawasan pemerintahan untuk menjamin patuhnya wajib

pajak dalam peraturan perundang-undangan untuk tidak terjadi pelanggaran (Siti

Kurnia Rahayu 2017:170). Yang dapat membantu wajib pajak untuk mematuhi

setiap aturan pajak yang telah berlaku sejak lama dengan diberlakukannya sebuah

sanksi. Di dalam perpajakan sanksi terbagi menjadi 2 yaitu sanksi administrasi

dan sanksi pidana. Sanksi administrasi dikenakan apabila Wajib pajak menyalahi

7
aturan pajak. Sanksi administrasi terbagi menjadi 3 bentuk, yaitu sanksi denda,

sanksi bunga, sanksi kenaikan. Dalam UU KUP Bab II tentang Nomor Wajib

Pajak , Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Surat pemberitahuan, dan Tata cara

pembayaran dalam perpajakan dengan adanya sanksi yang dikenakan kepada

pelanggar pajak (wajib pajak) yang tidak taat untuk membayar sehingga dengan

adanya ketegasansanksi yang dikenakan akan membuat efek jera, dan akan

menjadi gambaran kepada wajib pajak UMKM lainnya (Mardiasmo, 2017).

Wajib Pajak merupakan orang pribadi ataupun badan, yang meliputi

pembayaran pajak, pemotongan pajak, serta pemungutan pajak yang mempunyai

hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangg-

undangan perpajakan (Thomas Sumarsan 2017:9). Dan pajak ialah iuran yang

harus dibayar setiap wajib pajak kepada Negara yang masuk dalam kas Negara

yang melaksanakan undang-undang serta pelaksanaanya dipaksakan tanpa adanya

balasan timbal balik. Iuran tersebut digunakan Negara untuk melakukan

pembayaran atas kepentingan Negara. (Mardiasmo 2018:3)

Oleh karena itu masih ada UMKM yang masih belom taat pajak

dikarenakan mereka belom merasakan kualitas pelayanan pajak dan banyak

UMKM yang akan mendaftarkan pajak apabila kualitas pelayanan pajak

sebanding dengan pembayaran pajak yang berlaku adanya dengan demikian di

harapkan pemerintah mampu memberlakukan ketegasan yang adil serta rajin

memberikan edukasi yang lebih tentang perpajakan agar dengan adanya tingkat

pemahaman dan kualitas pelayanan pajak meningkatkan kepatuhan dalam

kewajibannya membayar pajak UMKM.

8
Terdapat inkonsintensi dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

(Muhammad Erdin Riduwani 2021) “Melakukan penelitian yang berjudul

Pengaruh Tingkat Pemahaman, Kepatuhan dan Ketegasan Sanksi Perpajakan

Terhadap Kewajiban Perpajakan UMKM Di Kota Malang. Hasil dari penelitian

ini menunjukan bahwa Tingkat Pemahaman berpengaruh positif terhadap

Kewajiban Perpajakan, Pengaruh kepatuhan wajib perpajakan tidak berpengaruh

dampak signifikan terhadap kewajiban perpajakan dan berat tingkat ketegasan

sanksi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kewajiban perpajakan

pengusaha kecil dan menengah (UMKM) di wilayah kota Malang”.

(Khuzaimah 2018)” melakukan penelitian dengan judul “Tingkat

Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, dan Sanksi Perpajakan

Terhadap Kewajiban Pajak”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman

Wajib Pajak berpengaruh terhadap kewajiban perpajakan. kesadaran jelas

berpengaruh positif terhadap kewajiban pajak. Variabel kesadaran wajib pajak

berpengaruh positif terhadap kewajiban pajak. Variabel sanksi pajak berpengaruh

positif terhadap kewajiban pajak.

Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas dan masih terdapatnya

perbedaan dari hasil penelitian sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : “PENGARUH TINGKAT

PEMAHAMAN, KEPATUHAN WAJIB PAJAK, DAN KETEGASAN

SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEWAJIBAN PERPAJAKAN

UMKM (Studi pada Wajib pajak Kecamatan Cicurug)”.

9
1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah tingkat pemahaman berpengaruh terhadap kewajiban

perpajakan pada UMKM di wilayah kecamatan Cicurug?

2. Apakah kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap kewajiban

perpajakan pada UMKM di wilayah kecamatan Cicurug?

3. Apakah ketegasan sanksi perpajakan berpengaruh terhadap

kewajiban perpajakan pada UMKM di wilayah kecamatan

Cicurug?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini memiliki

tujuan sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui apakah tingkat pemahaman berpengaruh

terhadap kewajiban perpajakan UMKM di Kecamatan

Cicurug.

b. Untuk mengetahui apakah kepatuhan wajib pajak

berpengaruh terhadap kewajiban perpajakan UMKM di

Kecamatan Cicurug.

c. Untuk mengetahui apakah ketegasan sanksi perpajakan

berpengaruh terhadap kewajiban perpajakan UMKM di

Kecamatan Cicurug.

10
1.3.2. Kegunaan Penelitian

Hasil Penlitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan yaitu :

a. Bagi Peneliti

Untuk menambah Ilmu pengetahuan dan sebagai sarana

pemahaman penelitian perpajakan terkait tingkat pemahaman,

kepatuhan, dan ketegasan sanksi perpajakan untuk kewajiban

perpajakan usaha kecil (UMKM). Serta menambah pengetahuan

sebagai sarana untuk mempraktikan ilmu pengetahuan yang

diperoleh dari hasil studi penelitian selama ini. Serta sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana akuntansi di

Universitas Satya Negara Indonesia, Dan bagi peneliti selanjutnya

diharapkan dapat menjadi bahan refrensi untuk melaksanakan

penelitian lebih lanjut mengenai topic yang telah diteliti ini, serta

dapat dijadikan sebagai data pelengkap dan acuan mendukung

penelitian yang sama atau sejenisnya.

b. Bagi Akademis

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadi bahan

refrensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai topic

yang telah diteliti, serta dapat menjadi data pelengkap dan acuan

untuk mendukung penelitian yang sejenisnya bukan itu saja

diharapkan juga menjadi bahan pembanding untuk peneliti

11
selanjutnya, untuk menjadi refrensi yang telah diperoleh oleh

peneliti.

c. Bagi Praktisi

1. Usaha Makro Menengah Kecil UMKM (wajib Pajak)

Hasil penelitian ini sangat diharapkan agar wajib pajak

(UMKM) lebih memahami lagi tingkat pemahaman perpajakan

sehingga setiap wajib pajak (UMKM) sadar terhadap

kewajibannya dan mau menjalankan kewajibannya untuk

melapor dan membayar pajak dengan peraturan yang telah

dibuat di Negara Indonesia.

2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP)

Hasil penelitian ini, dapat memberikan informasi kepada

KPP Kabupaten Sukabumi tentang pengaruh tingkat

pemahaman, kepatuhan wajib pajak , dan ketegasan sanksi

perpajakan terhadap kewajiban perpajakan guna melakukan

kinerja yang lebih baik dalam pemungutan pajak sebagai

sumber utama penerimaan Negara yang diambil datanya dari

pengusahaan UMKM di kecamatan Cicurug

12
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pajak

2.1.1 Pengertian Pajak

Pajak merupakan sumber pemasukan bagi negara dalam

menjalankan pemerintahan di Indonesia ini. Untuk itu pajak ikut ambil

dalam pembangunan di semua bidang atau aspek kehidupan di Indonesia.

Dengan tidak adanya pajak, pembangunan di Negara ini tidak berjalan

dengan lancar karena banyaknya pembiayaan yang diperlukan tidak akan

mampu menutupi hutang dan bantuan dari luar negeri.

Menurut Mardiasmo (2018:3) Pajak merupakan iuran yang harus

dibayar oleh setiap wajib pajak kepada negara dan maskdalam kas negara

yang dimana dilaksanakan pada undangg-undang serta pelaksananya

dapat dipaksakan tanpa adanya balas jasa. Iuran tersebut akan digunakan

oleh negara untuk melakukan pembayaran atas kepentingan umum

negara.

Dikutip oleh Thomas Sumarsan (2017: 4) pajak merupakan

pengalihan dari sektor swasta ke sektor pemerintahan, disini bukan akibat

dari pelangaran hukum, melainkan wajib dilakukan atau dilaksanakan,

berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya, pajak

merupakan pembayaran tanpa mendapatkan imbalan langsung dan

13
proporsional, agar pemerintah bias melaksanakan tugas-tugasnya untuk

menjalankan pemerintahan”.

Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan tentang ciri-

ciri yang terdapat dalam pengertian perpajakan di antara lain yaitu:

a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang dan aturan

pelaksanannya yang telah berlaku di Indonesia.

b. Dalam hal ini pembayaran pajak tersebut tidak dapat ditunjukan

terdapat kontraprestasi secara langsung yang diberikan oleh

pemerintah.

c. Pajak dipungut oleh Negara pemerintah pusat dan daerah baik

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang berlaku

berdasarkan undang-undang perpajakan yang telah ditetapkan

2.1.2 Fungsi pajak

Pajak mempunyai peranan penting dalam kehidupan, khusus dalam

pelaksanaan pembagunan karena pajak merupakan sumber penghasilan

negara yang sangat penting untuk membayar pengeluaran

pembangunan. Menurut Thomas Sumarsan (2017:5) Dalam hal ini

pajak memiliki peranan penting terhadap Negara, khususnya

pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan

Negara yang berfungsi untuk membiayai pengeluaran Negara termasuk

semua pengeluaran Negara dan paling banyak dalam pengeluaran

pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak mempunyai beberapa

fungsi, yaitu:

14
a) Fungsi Anggarann (Buddgetair)

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi

untuk membiayai pengeluaran negara. Untuk melaksanakan

pembangunan dan tugas rutin Negara , sehingga dalam hal ini

Negara memerlukan pemasukan. Biaya yang diperoleh dari

penerimaan pajak negara. Pendapatan dari pajak digunakan

untuk pengeluaran rutin seperti keperluan barang, pengeluaran

karyawan yang dikeluarkan dari uang tabungan pemerintah,

yakni penerimaan negeri dikurangi pengeluaran rutin.

Tabungan pemerintah setiap tahunnya harus meningktat sesuai

dengan kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin

meningkat terutama diharapkan dari sektor pajak.

b) Fungsi Mengatur (Regulerend)

Fungsi Regulerend disebut juga sebagai fungsi

mengatur, dimana pajak merupakan alat kebijakan pemerintah

untuk mencapai tujuan tertentu. Disamping usaha untuk

memasukan uang yang digunakan dalam kas negara, pajak

dimaksukan juga sebagai usaha pemerintah untuk ikut ambil

andil dalam hal mengatur jika diperlukan pengubahan susunan

pendapatan dankekayaan. Fungsi mengatur juga disebut

sebagai tamabahan, karena fungsi ini hanya sebagai

pertambahan atas fungsi utama pajak yaitu fungsi budgetair.

15
2.1.3 Pengelompokan pajak

Terdapat beberapa pegelompokan pajak diantaranya

sebagai berikut:

(Mardiasmo, 2019:8)

a. Menurut Golongannya

1) Pajak Langsung yaitu pajak yang ditanggung individu

oleh wajib pajak serta tidak bisa dibebankan pajaknya

terhadap orang lain.

2) Pajak Tidak Langsung ialah pajak yang mampu

dibebankan pajaknya terhadap orang lain.

2.1.4 Sistem pemungutan pajak

a) Self Assesment System

Self Assesment System yaitu pemungutan pajak yang

membebankan penentuan besarnya pajak dan perlu dibayarkan oleh

wajib pajak yang bersangkutan. Dalam hal ini sistem pemungutan

ini, wajib pajak harus menghitung, membayar, serta melaporkan

jumlah wajib pajak yang belum dibayar. Oleh karena itu, jika

dikaitkan dengan ajaran timbulnya kewajiban perpajakan atau

disebut utang pajak , self assessment system berarti kewajiban

perpajakan jika ada hal-hal yang menimbulkan kewajiban

perpajakan. Keberhasilan sistem memerlukan beberapa persyaratan

dari wajib pajak:

1) Kejujuran dan kedisiplina pada setiap wajib pajak

16
2) Kesadaran pada wajib pajak

3) Kemauann bayar pajak.

b) Official Assesment System

Sistem perpajakan dimana wajib pajak memiliki kesadaran

untuk memenuhi kewajiban perpajakannya dari pihak fiskus. Jadi,

dalam sistem ini, wajib pajak mempunyai sifat pasif, dan fiskus

bersifat pajak aktif. Menurut Sistem Official Assesment System

Penilaian ini utang pajak muncul ketika pajak dinilai adanya

ketetapan pajak dari fiskus.

c) Withholding System

system ini biasanya dilakukan oleh perusahaan dimana pajak

yang besarnya pajak terutang dihitung dan dipotong oleh pihak

ketiga yang bukan wajib pajak dan juga bukan aparat/ fiskus. Dalam

hal ini pihak ketiga yang dimaksud adalah perusahaan tempat

bekerja , dan bendaharawan pemerintah

2.2 Tingkat Pemahaman wajib pajak

Menurut (Siti Kurnia 2017:191), pemahaman pajak yaitu suatu

kondisi setiaap wajib pajak paham dan mengerti arti, fungsi dan tujuan akan

kewajiban pelaporan dan pembayaran pajak kepada Negara. Dengan

pemahaman ini akan memberikan pengaruh akan kepatuhan pajak. Adapun

faktor yang mampu meningkatkan pemahaman perpajakan diantaranya:

1. Kualitas setiap wajib pajak

2. Persepsi atas system perpajakan yang telah diterapkan

17
3. Transparannya informasi mengenai penggunaan

penerimaan pajak dari sektor pajak.

Setiap akhir tahun paling lambat tanggal 31 Maret wajib pajak

disibukkan untuk mengisi SPT tahunan Pajak Penghasilan dan untuk

mengisis kekurangan penyetoran berdasarkan PPH Pasal 29, penyetoran harus

dilakukan paling lama tanggal 25 Maret. Meskipun mengisi daya SPS selalu

dilakukan tiap tahun tapi masih saja ada wajib pajak yang merasa sulit

sehingga sering terjadi kesalahan dalam mengisi SPT. Berbagai kegiatan dan

program tentang pajak telah dilakukan diantaranya sosialisasi dan pendekatan

kepada wajib pajak.

Tidak mudah untuk membuat setiap masyarakat melakukan

kepatuhan wajib pajak saat ini, diperlukannya adanya kepercayaan yang lebih

dari wajib pajak, baik terhadap integritas administrasi perpajakan maupun

system itu sendiri. Wajib pajak yang tidak memahami peraturan perpajakan

secara jelas cenderung akan menjadi wajib pajak yang tidak taat. Maka

dengan pahamnnya terhadap pajak membuat wajib pajak patuh akan

kewajibannya dan jika wajib pajak memahami perpajakan wajib pajak akan

mengetahui ketegasan sanksi perpajakan. Apabila pemahaman peraturan

perpajakan diketahui, Semua wajib pajak melakukan aturan perpajakan sesuai

dengan apa yang tercantum dalam aturan yang telah berlaku.

Disini DJP akan menggunakan cara untuk mencapai tujuan

dengan menyadarkan wajib pajak melalui penyuluhan kepada masing-masing

18
wajib pajak. Penyuluhan yang baik merupakan keuntungan bagi DJP untuk

mensosialisasikan pajak dan meningkatkan kepatuhan pajak itu sendiri.

2.3 Tingkat Kepatuhan wajib pajak

2.3.1 Pengertian Tingkat Kepatuhan

Menurut (Dewi et,all 2018) Lingkungan wajib pajak

berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Sebab wajib pajak

cenderung melakukan tindakan kepatuhan pajak. Demikian juga

sebaliknya, seorang wajib pajak akan melakukan tindakan tidak

patuhnya akan perpajakan. Faktor yang berasal dari eksternal dan

internal

Menurut (Rahayu, 2017) mengatakan bahwa Tingkat kepatuhan

dirumuskan sebagai sebuah indakan ketaatan terhadap ketentuan

perundang-undangan perpajakan.

Menurut ( Tim subdit Verifikasi Dit PPh Ditjen Pajak) mengatakan

bahwa : “Kepatuhan biasanya berkisar pada sebagai istilah sampai

dimana tingkat wajib pajak akan memenuhi peraturan dan administrasi

perpajakannya yang telah ditetapkan, tanpa perlunya ada penegakan

hukum”.

Tingkat kepatuhan pajak merupakan keadaan dimana wajib

pajak memenuhi kewajibannya sehingga mampu melakukn hak

kewajiban perpajakannya. Kewajiban perpajakan yakni : tepat waktu

penyampaian (SPT) dalam empat belas bulan belakangan, tidak

memiliki hutang atas seluruh jenis pajak terkecuali memiliki izin untuk

19
menunda atau membayar angsuran, dan Pajak sesuai dengan waktu

yang ditentukan. Hak perpajakan di sini yakni menerima pengembalian

sementara atas kelebihan pembayaran pajak (Rahayu, 2017)

2.3.2 Pelayanan Perpajakan dalam Meningkatkan Kepatuhan

Salah satu Upaya pelayanan untuk meningkatkan kepatuhan

wajib pajak dalam memberikan pelayanan yang baik kepada setiap

wajib pajak. Diharapkan peningkatan pelayanan secara kualitas dan

kuantitas yang baik dalam pelayanan yang mampu meningkatkan

kepuasan wajib pajak sebagai pelanggan, yang akan meningkatkan

kepatuhan di bidang perpajakan. Salah satu langkah penting yang

dilakukan DJP sebagai wujud nyata atas kepeduliannya terhadap

pentingnya kualitas pelayanan adalah dengan memberikan pelayanan

prima. Untuk itu dibentuklah Kelompok Modernisasi Administrasi

Perpajakan pada awal tahun 2003. Perpajakan jangka menengah, yang

menyusun administrasi perpajakan modern dengan tujuan sebagai

berikut:

1.Adanya peningkatan kepercayaan terhadap

administrasi perpajakan yang tinggi.

2. Adanya tingkat kepatuhan wajib pajak yang tinggi.

3. Untuk mencapai produktivitas aparat perpajakan yang tinggi, terdapat dua

macam kepatuhan, yaitu kepatuhan:

20
(1) Kepatuhan Formal yaitu suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara

formal mematuhi ketentuan perpajakannya menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Misalnya, batas waktu

pengajuan SPT PPh Tahunan pada tanggal 31 Maret. Jika Wajib

Pajak mengajukan SPT PPh Tahunan sebelum atau pada tanggal 31

Maret, Wajib Pajak telah memenuhi persyaratan formal yang

berlaku.

(2) Kepatuhan material merupakan Wajib Pajak yang dengan jujur,

benar, serta lengkap melengkapi Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai

dengan ketentuan dan menyampaikannya kepada kantor pelayanan

pajak ( KPP) sebelum batas waktu (Rahayu, 2017).

Wajib Pajak yang dinilai patuh dalam tunduk mencerminkan

adanya semangat kebangsaan yang kuat dalam jiwa Wajib Pajak untuk

menjaga keselamatan jiwa manusia, selama tidak ada unsur paksaan

dalam pelaporan untuk membayar pajak, walaupun secara teori paksaan

merupakan unsur dari pemahaman pajak.

Kriteria untuk ditetapkan sebagai wajib pajak yang patuh

keputusan Menteri Keuangan No.192/PMK.03/2007 tentang kriteria

wajib pajak adalah:

a. Tidak adanya keterlambatan dalam penyampaian Surat

pemberitahuan tahunan (SPT) dalam 2 tahun terakhir.

21
b. SPT masa yang telah terlambat disampaikan tidak lewat batas

waktu penyampaian SPT masa pajak berikutnya yang telah

ditetapkan.

c. pada dua tahun terakhir, disampaikan surat pemberitahuan

tahuanan (SPT) masa yang terlambat tidak lebih dari 3 (tiga)

masa pajak untuk setiap jenis pajak.

d. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindakan yang

tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibidang

perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun berakhir.

e. Tidak mempunyai hutang pajak jenis pajak sebagai berikut:

1. Tidak termasuk tunggakan pajak sehubung dengan SPT

yang telah diterbitkan untuk 2 masa pajak terakhir;

2. Kecuali telah diberi izin untuk mengangsur pajak yang

telah ditetapkan.

Kepatuhan wajib pajak adalah sifat atau ketaatan wajib pajak

kepada pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri

Keuangan. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 235/KMK.03/2003

tentang Kriteria Wajib Pajak yang Dapat Memberikan Pengembalian

Sementara Atas Pajak Lebih Bayar Mengubah Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007 untuk Memberikan Pengembalian

Pajak Sementara. Dengan demikian, kepatuhan wajib pajak adalah

kepatuhan wajib pajak terhadap pemerintah yang disebutkan dalam

keputusan di atas.

22
2.4 Ketegasan sanksi Perpajakan

Ketegasan sanksi adalah sanksi berupa administrasidan pidana yang

dikenakan kepada seluruh wajib pajak yang melakukan pelanggaran

perpajakan yang sudah diatur dalam undang-undang supaya menumbuhkan

kesadaran wajib pajak (Tax compliance) terhadap kewajiban perpajakannya

yang akan dikenakan sanksi administrasi dan pidana (M. Faroug, 2018:290).

Ada indikator dalam sanksi perpajakan yaitu: sanksi yang diharapkan

sebagai efek jera dan sanksi yang berlaku jelas (Jannah 2017) sanksi

perpajakan yaitu segala hukuman yang didapatkan wajib pajak jika wajib

pajak melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku (Jayate, 2017)

maka dapat disimpulkan bahwa hukuman yang didapatkan wajib pajak

diharapkan memberikan efek jera terhadap wajib pajak yang bertujuan agar

wajib pajak tidak akan mengulanginya kembali.

2.4.1 Jenis sanksi di Indonesia

Dalam undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang ketentuan

umum dan tata cara Perpajakan tertulis bahwa ada dua macam sanksi

perpajakan, yaitu:

a. Sanksi Administrasi yaitu:

1). Sanksi seperti bunga;

2). Sanksi seperti denda;

3). Sanksi seperti kenaikan.

b. Sanksi hukuman (Pidana) yang Terdiri dari:

1). Pidana Kurungan, dan

23
2). Pidana Penjara.

2.4.2 Indikator Sanksi Perpajakan

1) Indikator dari hukum perpajakan menurut (Siti Kurnia 2017:168),

adalah :

A. Peraturan perpajakan yang memberiahu tentang pajak

B. Sarana merubah masyarakat (wajib pajak) lebih baik

C. Pengendalian sosial wajib pajak

D.Pengendalian atas penyimpangan yang dilakukan wajib

pajak

2) Indikator dari sanksi perpajakan menurut (M.Farouq, 2018:290)

yaitu:

A. Bersifat tegas;

B. Sesuai dengan peraturan yang ada pada undang-undang;

C. Terdapat sanksi administrasi serta sanksi pidana yang

berlaku di undang-undang perpajakan;

2.4.3 Permasalahan dalam bidang penegakan hukum perpajakan di

klasifikasi sebagai berikut:

a. Lemahnya regulasi dibidang perpajakan itu sendiri;

b. Kurangnya tingkat kesadaran wajib pajak itu sendiri;

c.Pengetahuan perpajakan dan tingkat ekonomi yang rendah;

d.kurangnya penegakan hukum

e. sanksi perpajakan yang kurang konsisten dan tegas;

24
f. Kurangnya sosialisasi perpajakan.

2.5 Kewajiban Perpajakan Pengusaha UMKM

Berdasarkan undang-undang yang berlaku nomor 36 tahun 2008 pasal 2

mengenai Pajak Penghasilan, bahwa wajib pajak memiliki warisan yang

belum terbagi, dan badan merupakan usaha tetap dikenakan pajak

penghasilan. Setiap pelaku UMKM yang mendaftarkan perusahaan atau

badan di KPP tempat usaha berdiri, maka akan mendapatkan Surat

Keterangan Terdaftra (SKT). Dalam SKT disampaikan pajak yang harus

dibayar, tergantung jenis transaksi yang dilakukan dan jumlah omset usaha

dalam kurun waktu satu tahun. Untuk itu kewajiban perpajakan merupakan

perwujudan dan saranan wajib pajak untuk secara langsung melaksanakan

perpajakannya yang diperlukan untuk pembiayan Negara dengan kewajiban

perpajakan dibayar oleh wajib pajak.

2.6 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan Tingkat Pemahaman wajib pajak maka peneliti

mengindikasikan bahwa Tingkat Pemahaman merupakan dasar terpenting

untuk melakukan kewajiban perpajakannya, sehingga wajib pajak dapat

melakukan Kepatuhan wajib pajaknya dan salah stu melakukan Kepatuhan

wajib pajaknya dibutuhkan Ketegasan Sanksi Perpajakan untuk memberikan

dampak jera bagi wajib pajak agar dapat melakukan kewajiban

Perpajakannya. Penelitian ini melihat pengaruh antara Variabel bebas

(independent variabel) adalah Tingkat pemahaman, Kepatuhan Wajib Pajak

25
dan Ketegasan Sanksi Perpajakan terhadap variabel terikat (dependent

variabel) adalah kewajiban wajib pajak UMKM.

Berikut adalah kerangka pemikiran seperti terlihat pada gambar 2.1

dibawah ini :

Tingkat Pemahaman
(X₁)

Kepatuhan Wajib Kewajiban Perpajakan


Pajak (X₂) UMKM (Y)

Ketegasan Sanksi
Perpajakan (X₃)

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

2.7 Penelitian Terdahulu

Adapun beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan judul

yang diambil dan ingin diteliti mengenai tingkat pemahaman wajib pajak,

kepatuhan pajak, dan ketegasan sanksi perpajakan terhadap kewajiban

pajak dapat dilihat pada tabel yang berisi dari hasil penelitian sebelumnya:

26
Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu yang Relevan

No. Peneliti Variabel Hasil Penelitian


1 Me Pengaruh Tingkat Pengaruh pemahaman
Pemahaman (X₁), berpengaruh terhadap signifikan
lya Embun, M Tingkat pelaporan kewajiban
Orinaldi, dan Kepatuhan(X₂) perpajakan,pengaruh tingkat
Nurhasanah Ketegasan Sanksi kepatuhan berpengaruh terhadap
Hasnah (2017) Perpajakan (X₃) pelaporan kewajiban perpajakan,
Terhadap Pelaporan ketegasan sanksi perpajakan
kewajiban Perpajakan berpengaruh signifikan terhadap
(Y) di Kota Jambi pelaporan kewajiban perpajakan,

2 Embun, Pengaruh Tingkat Pengaruh tingkat pemahaman


Orinaldi, dan Pemahaman(X₁), mempunyai pengaruh positif
Nuhasanah Tingkat Kepatuhan terhadap kewajiban perpajakan,
(2017) (X₂), dan Ketegasan pengaruh tingkat kepatuhan
Sanksi Perpajakan terhadap kewajiban perpajakan
Pemilik Usaha Kecil berpengaruh positif terhadap
Menengah kewajiban perpajakan, dan
UMKM(X₃) Terhadap pengaruh ketegasan sanksi
Pelaporan Kewajiban perpajakan berpengaruh terhadap
Perpajakan (Y) Di kewajiban perpajakan UMKM di
Kota Jambi (STUDI Kota Jambi
UMKM DI KOTA
JAMBI)
3 Muhammad Pengaruh Tingkat Pengaruh Tingkat Pemahaman
Erdin Pemahaman(X₁), berpengaruh positif terhadap
Riduwani Kepatuhan (X₂) dan kewajiban perpajakan, kepatuhan
(2021) Ketegasan Sanksi tidak berpengaruh terhadap

27
Perpajakan Terhadap kewajiban perpajakan, dan
kewajiban(Y) Ketegasab Sanksi Perpajakan
Perpajakan UMKM di berpengaruh terhadap kewajiban
Kota Malang. perpajakan UMKM di Kota
Malang.
4 Riska Pengaruh Pemahaman Pengaruh Pemahaman Perpajakan
Faradhila dan Perpajakan (X₁), berpengaruh terhadap kepatuhan
Wida Fadhila Kesadaran Wajib wajib pajak, pengaruh kesadaran
(2021) Pajak (X₂) , Kualitas wajib pajak berpengaruh positif
Pelayanan (X₃), dan terhadap kepatuhan wajib pajak,
Resiko Terdeteksi dan resiko terdeteksi fiskus
Fiskus (X₄), Terhadap berpengaruh signifikan terhadap
Kepatuhan Wajib kepatuhan wajib pajak UMKM
Pajak UMKM (Y) studi pada wajib pajak UMKM di
Studi pada Wajib Kota Banda Aceh
Pajak UMKM di Kota
Banda Aceh
5 Khuzaimah Tingkat Pemahaman Tingkat pemahaman wajib pajak
(2018) Wajib Pajak (X₁), berpengaruh signifikan terhadap
kewajiban perpajakan, serta
Kesadaran Wajib
kesadaran wajib pajak
Pajak (X₂), danSanksi berpengaruh positif terhadap
Perpajakan (X₃), kewajiban perpajakan, dan sanksi
perpajakan berpengaruh
Terhadap Kewajiban
signifikan terhadap kewajiban
Perpajakan (Y) perpajakan.
Sumber : Data diolah, 2022

28
2.8 Hubungan Antar Variabel

2.8.1 Hubungan Tingkat Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Kewajiban

Perpajakan UMKM

Tingkat pemahaman pajak merupakan pemahaman perpajakan

tentang ketentuan pajak dan tata cara mengenai perpajakan, dari sistem

pajak, dan fungsi perpajakan yang telah berlaku di Indonesia. Mulai

dari subjek pajak, objek pajak, perhitungan pajak terutang, tarif pajak,

pencatatan wajib pajak sampai tata cara pengisian pelaporan

perpajakan yang berlaku di Indonesia.

Tingkat pemahaman tentang pajak akan mempengaruhi sikap

wajib pajak terhadap kewajiban pajak. Tanpa adanya tingkat

pemahaman tentang pajak, dan manfaat pajak bagi wajib pajak, akan

membuat wajib pajak malas membayar pajak.

Menurut (Wijayanti dkk, 2015:311) Tingkat pemahaman pajak

adalah suatu proses dalam wajib pajak dimana setiap wajib pajak

mengetahui dan memahami peraturan perundang-undangan serta tata

cara perpajakan serta dapat menerapkan untuk melakukan kegiatan

perpajakan seperti melapor SPT dan membayar pajak.

Maka kesimpulannya jika wajib pajak mengetahui tingkat

pemahaman pajak maka mereka akan melakukan kewajibannya

terhadap perpajakan.

29
2.8.2 Hubungan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Kewajiban

Perpajakan UMKM

Menurut (kemenkeu.go.id) mengatakan bahwa kepatuhan

perpajakan didefisinikan sebagai dimana setiap wajib pajak harus

memenuhi kewajiban perpajakannya serta mampu melaksanakan

perpajakannya. Ada dua macam kepatuhan wajib pajak yaitu

kepatuhan formal dan kepatuhan material.

Kepatuhan formal ialah kepatuhan dimana wp melakukan

kewajiban secara formal sesuai dengan peraturan di dalam undang-

undang perpajakan yang telah berlaku. Sedangkan kepatuhan material

merupakan dimana wp yang secara hakekat memenuhi ketentuan

material perpajakan, sesuai dengan isi dan jiwa undang-undag

perpajakan yang telah ditetapkan.

Kesimpulannya jika seorang wp melakukan kepatuhannya

terhadap perpajakan maka seorang wp akan sadar untuk melakukan

kewajibannya terhadap perpajakan.

2.8.3 Hubungan Ketegasan Sanksi Perpajakan Terhadap Kewajiban

Perpajakan UMKM

Menurut Mardiasmo (2018:62), sanksi perpajakan bersifat harus

diturutii/dipatuhi/ditaatii atau dengan kata lain sanksi perpajakan

merupakan pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma

perpajakan yang ada.

30
Menurut (Andi Hamzah) bahwa sanksi merupakan hukuman bagi

pelanggar ketentuan undang-undang. Sedangkan sanksi pidana adalah

hukum terhadap pelangaran pidana yang berupa pidana. Terlaksannya

peraturan-peraturan, syarat perjanjian dan sebagainnya. Oleh karena

itu di harapkan bagi setiap wajib pajak (UMKM) harus memiliki

kewajiban untuk melapor, membayar, atau memungut pajak yang

terutang. Wajib pajak juga harus bersikap koperatif dalam saat

pemeriksaan.

Dengan ini diharapkan agar setiap wajib pajak menjalankan

peraturan sesuai dengan undang-undang karna sejalan dengan

ketegasan sanksi perpajakan yang telah dibuat oleh pemerintah.

2.8.4 Hubungan Tingkat Pemahaman, Kepatuhan Wajib Pajak, dan

Ketegasan Sanksi Perpajakan Terhadap Kewajiban Pajak

(UMKM)

Beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya

kewajiban perpajakan terhadap wajib pajak dalam membayar pajak

UMKM adalah tingkat pemahaman, kepatuhan wajib pajak, dan

ketegasan sanksi perpajakan. Tingkat pemahaman wajib pajak dapat

dilihat dari kewajiban setiap wp jika wajib pajak saja tidak memahami

pentingnya pajak bagaimana wajib pajak dapat melakukan

kewajibannya terhadap kewajiban perpajakan. Kepatuhan wajib pajak

pun sangat penting dimana dengan patuhnya wajib pajak membuat

31
wajib pajak sadar akan kewajibannya membayar pajak, begitu pula

dengan sanksi perpajakan yang sangat penting dalam membantu wajib

pajak untuk melaksanakan kewajibannya karna pada ketegasan sanksi

perpajakan dibuat untuk memberikan efek jera bagi wajib pajak yang

kurang taat terhadap kewajiban perpajakan. Oleh karena itu ketegasan

sanksi perpajakan harus terus dijalankan karna dengan ini kewajiban

perpajakan akan berpengaruh terhadap kewajiban pajak UMKM.

32
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian :

3.1.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2022 sampai bulan juli

2022

3.1.2 Tempat Penelitian

Tempat Peneltian akan dilaksanakan di Kecamatan Cicurug

yang berlokasi di Jl. Raya Siliwangi, Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat

43359, yang menjadi objek ini adalah Pengusaha usaha, menengah,

kecil (UMKM) yang terdaftar sebagai wajib pajak dan sudah memiliki

NPWP.

3.2 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian ilmiah, disini peneliti harus mengikuti

aturan-aturan metode ilmiah yang ada, maka diperlukannya suatu desin

penelitian. Desain yang digunakan penelitian adalah desain kausal. Desain

kausal yaitu desain peneliti yang yang digunakan peliti untuk mengunakan

untuk mengetahui hubungan antara satu atau lebih variabel bebas

(independent variabel) terhadap variabel terikat (dependent variabel).

3.3 Hipotesis

Penguji hipotesis untuk mengetahui apakah pengaruh tingkat

pemahaman, kepatuhan wajib pajak, dan ketegasan sanksi pepajakan terhadap

33
kewajiban perpajakan pengusaha usaha menengah kecil (UMKM) yang akan

diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H₀₁ : Tingkat pemahaman wajib pajak tidak berpengaruh terhadap

kewajiban perpajakan (UMKM)

Hₐ₁ : Tingkat pemahaman wajib pajak berpengaruh terhadap

kewajiban perpajakan (UMKM)

H₀₂ : Kepatuhan Wajib Pajak tidak berpengaruh terhadap

Kewajiban Pajak (UMKM)

Hₐ₂ : Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh pada kewajiban

perpajakan (UMKM)

H₀₃ : Ketegasan sanksi perpajakan tidak berpengaruh terhadap

kewajiban perpajakan (UMKM)

Hₐ₃ : Ketegasan sanksi perpajakan berpengaruh kewajiban

perpajakan (UMKM)

H₀₄ : Tingkat pemahaman, kepatuhan wajib pajak, ketegasan

sanksi perpajakan tidak berpengaruh secara simultan

terhadap kewajiban perpajakan (UMKM)

Hₐ₄ : Tingkat pemahaman, kepatuhan wajib pajak, ketegasan sanksi

perpajakan berpengaruh simultan terhadap kewajiban

perpajakan (UMKM).

34
3.4 Variabel dan Skala Pengukuran

3.4.1 Variabel Penelitian

Menurut (Silaen 2018: 69) mengatakan bahwa variabel

merupakan konsep yang bermacam-macam nilai atau memiliki banyak

variasi nilai, yaitu sifat, fenomena atau karakteristik yang dapat

menunjukan suatu penelitian yang bertujuan dapat diukur atau diamati

dengan nilainya yang bervariasi dan berbeda-beda. Sedangkan

menurut (Sugiyono 2016) Variabel penelitian yaitu sebagai suatu

atribut atau sifat dari objek, orang, atau kegiatan yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari,

sehingga peneliti memperoleh informasi tentang hal tersebut yang

kemudian dapat ditarik kesimpulannya oleh peneliti.

Dalam hal ini peneliti memakai dua variabel yang akan

diteliti variabel yang akan di teliti, yaitu :

3.4.1.1 Variabel Bebas / Independent Variabel (X)

Menurut Sugiyono dalam buku pajak (2019:69),

Mengatakan bahwa variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi dan membuat timbulnya variabel dependen

(terikat). Sedangkan Sudaryono (2019:162) mengatakan bahwa

variabel independen (Variabel Bebas) sering Variabel

Independen disebut sebagai variabel prediktor, stimulus,

antecedent. (Variabel Bebas) merupakan variabel yang

mempengaruhi dari perubahannya atau timbulnya variable

35
dependen (Variabel Terikat). Dalam penelitan ini variabel

indepeden yang dipakai adalah sebagai berikut :

a) Tingkat Kepatuhan (X₁)

Teori kepatuhan merupakan teori yang menjelaskan

kondisi seseorang dimana dalam hal ini taat akan

peraturan yang telah diberikan menurut teori kepatuhan

(Compliance Theory)

b) Kepatuhan Wajib Pajak (X₂)

Kepatuhan pajak dapat diidentifikasikan sebagai

cerminan sistem administrasi perpajakan yang ada di

indonesia (Sistem yang telah ditetapkan dan sistem

penilaian sendiri). Dimana dalam hal ini wajib pajak

mempunyai tempat untuk mengelola dan menghitung

pajaknya sendiri dengan mandiri sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

c) Ketegasan Sanksi Perpajakan

Sanksi perpajakan yaitu sebuah jaminan bahwa

ketentuan peraturan undang-undang perpajakan (norma

perpajakan) akan ditaati/dipatuhi/dituruti (Mardiasmo

2019:72).

36
3.4.1.2 Variabel Terikat / Dependent Variabel (Y)

Menurut Sudaryono (2019:162) Variabel dependen

sering disebut sebagai variabel output, konsukuen, dan kriteria.

Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang akan menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas.dalam penelitian ini variabel dependennya

adalah sebagai berikut :

a. Kewajiban Wajib pajak UMKM (Y)

Sesuai dengan pasal 12 ayat (1) UU KUP,

mengatakan bahwa setiap wajin pajak berkewajiban untuk

membayar pajaka terutang sesuai dengan peraturan undang-

undang yang telah berlaku, dengan tidak

mempermasalahkan Surat Ketetapan Pajak (SKP).

3.4.2 Skala Pengukuran

Menurut ( Sudaryono 2019:200) mengatakan bahwa skala

likert dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau pun kelompok orang tentang gejala sosial atau

kejadian, dalam hal ini skala likert digunakan untuk menganggapi

pertanyaan, responden menentukan tingkat persetujuan mereka

terhadap sebuah pertanyaan dengan memilih salah satu dari

pertanyaan yang tersedia. Skala likert sendiri memiliki 5 poin dengan

urutan angka 1 sampai 5 yang memberikan gambaran seberapa jauh

37
responden melaksanakan fungsinya sesuai dengan pertanyaan yang

telah diberikan.

Tabel 3.1

Skala Likert

Kode Kriteria Jawaban Nilai

STS Sangat Tidak Setuju 1

TS Tidak Setuju 2

R Ragu-Ragu 3

S Setuju 4

SS Sangat Setuju 5

Sumber: Sampoernauniversity.ac.id

3.5 Variabel Operasional Penelitian

Definisi Operasional variabel Penelitian Menurut (Sugiyono 2015, h.38)

mengatakan bahwa suatu atribut atau nilai atau sifat dari sebuah obyek atau

kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti

untuk mempelajari dan kemudian dapat ditarik kesimpulannya. Manfaat dari

Variabel Operasional Penelitian yaitu untuk mengidentifikasi kriteria yang

dapat diobservasi sehingga memudahkan observasi untuk mengukur variabel

sehingga memudahkan untuk mengukur dan menguji secara empiris.

Operasional variabel yang diperlukan untuk menjabarkan atau

menjelaskan variabel penelitian ini ke dalam dimensi dan indikator yang akan

menjadi bahan penyusunan instrumen kuesioner. Sesuai dengan judul yang

dipilih yaitu, “Pengaruh Tingkat pemahaman, Kepatuhan wajib pajak, dan

38
Ketegasan sanksi perpajakan terhadap kewajiban perpajakan UMKM” terdapat

empat variabel yaitu:

1. Tingkat pemahaman sebagai variabel independen (X₁)

2. Kepatuhan wajib pajak sebagai variabel independen (X₂)

3. Ketegasan sanksi perpajakan sebagai variabel independen (X₃)

4. Kewajiban perpajakan UMKM sebagai variabel dependen (Y)

Maka operasional atas variabel independen dan dependen dapat

dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 3.2

Operasional Variabel

Variable Definisi Indikator Skala

Tingkat Pemahaman Proses tindakan cara 1. Mengetahui sanksi Ordinal

(X₁) (Ihsan, 2018) memahami undang- pajak.

undang perpajakan, 2.Memahami dan

pemahaman wajib mengetahui fungsi pajak

pajak mengenai 3.lokasi pembayaran atau

hukum, tata cara pelaporan perpajakan.

perpajakan yang benar 4.Memahami prosedur

berupa pengetahuan, pembayaran atau

sanksi pajak, dan pelaporan perpajakan.

lokasi pembayaran

pajak.

39
Kepatuhan Wajib Kepatuhan wajib 1.Aspek law enforcement Ordinal

Pajak (X₂) (Siti pajak merupakan atau pengenaan dalam

Kurnia Rahayu, tindakan wajib pajak pajak.

2019:139) dalam memenuhi 2.Aspek dalam ketaatan

kewajiban waktu

perpajakannya sesuai 3.Aspek income atau

dengan ketentuan penghasilan wajib pajak.

peraturan perundang-

undangan perpajakan

yang telah berlaku.

Ketegasan Sanksi Jaminan bahwa 1. Sanksi pajak diberikan Ordinal

Perpajakan (X₃) ketentuan peraturan pada wajib pajak sesuai

(Mardiasmo perundang-undangan dengan besar dan kecilnya

2018:59) perpajakan akan pelanggaran yang telah

dipatuhi/ diperbuat.

dituruti/ditaati 2. Penetapan sanksi pajak

sesuai dengan ketentuan

peraturan yang telah

berlaku

3. Sanksi pajak yang

sangat diperlukan

4. Adanya tindakan dari

Dirjen Pajak preventif

40
5. Penetapan sanksi pajak

harus sesuai dengan

undang-undang atau

peraturan yang berlaku

6. Pelaksanaan sanksi

pajak harus dilakukan dan

dilaksanakan dengan tegas.

Kewajiban Wujud dan instrumen 1. Kewajiban mempunyai Ordinal

Perpajakan UMKM dalam kewajiban NPWP dan NPPKP

(Y) wajib pajak yang 2. Selalu melaporkan pajak

(Muhammad Erdin harus dan mesti pertambahan nilai (PPN)

Riduwani, Nur dijalani dalam dan (PPnBm) yang

Diana, Afifudin membantu keuangan terutang

2021) negara dan 3. Membayar PPN dan

pembangunan Negara PPnBm

4. PPN dan PPnBm yang

belum bayar.

Sumber : Data diolah 2022

3.6 Metode Pengumpulan Data

3.6.1 Pengumpulan data dengan 2 (dua) cara metode, yaitu :

1) Metode penelitian kepustakan (Library research) dalam hal ini

penelitian yang dikumpulkan dengan mengumpulkan informasi

yang mempelajari serta membaca buku-buku atau jurnal-jurnal

41
yang terdapat dari sumber informasi yang terpercaya dan

berkaitan dengan permasalahan yang dibutuhkan.

2) Metode penelitian lapangan (Field research) yang merupakan

metode yang dilakukan dengan cara mendatangi objek penelitian

yang bertujuan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan

secara langsung untuk penyusunan penelitian.

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa angket,

teknik pengumpulan datanya adalah dengan instrumen yang

dibagikan (kuesioner) yang sudah berisi beberapa daftar pertanyaan

dari responden. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup,

sehingga responden hanya memilih jawaban yang dianggap paling

tepat.

3.7 Jenis Data

Menurut Tatang, dkk (2018:308) mengatakan bahwa data primer

adalah :

Sebuah informasi yang dikumpulkan oleh peneliti khusus untuk

sebuah tugas penelitian. Dengan kata lain data primer adalah informasi yang

harus dikumpulkan oleh peneliti karena belum ada yang mengumpulkan dan

menerbitkan informasi tersebut dalam bentuk yang dapat dilihat oleh publik.

Dalam hal ini peneliti menggunakan jenis data primer. Data primer

yaitu data yang akan diperoleh langsung dari obyek yang telah diteliti yang

akan digunakan untuk mengukur variable independent (Tingkat

42
pemahaman, Kepatuhan wajib pajak, dan Ketegasan sanksi perpajakan)

serta variable (Kewajiban perpajakan UMKM) yang diambil dari individu

atau perseorangan, seperti hasil pengujian kuisioner.

3.8 Populasi dan Sampel

3.8.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari objek atau individu

yang memiliki karakteristik atau sifat tertentu yang akan diteliti.

Populasi juga dikatakan universe yang berarti keseluruhan, yang dapat

berupa benda hidup atau benda mati menurut (Silaen 2018: 87).

Populasi yang terdapat Wajib pajak UMKM terdaftar dalam penelitian

ini di Wilayah Kecamatan Cicurug.

3.8.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel

berdasarkan kriteria tertentu. Sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah usaha kecil menengah yang terdaftar di Kecamatan Cicurug,

yang memiliki kriteria sampel sebagai berikut:

1. UMKM yang terdaftar di kecamatan Cicurug/memiliki

NPWP di kota Sukabumi.

2. UMKM yang terdaftar di Daerah Kecamatan Cicurug

yang berjalan di semua bidang usaha.

43
3. UMKM yang terdaftar di Wilayah Kecamatan Cicurug

yang mempunyai NPPKP.

3.9 Metode Analisis Data

3.9.1 Analisis Deskriptif

Analisis Deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, nilai

minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean) serta standar deviasi

dari data yang diteliti, nilai minimum digunakan untuk menentukan

nilai yang sangat kecil dalam data penelitian, nilai maksimum

digunakan untuk menentukan nilai yang sangat besar dalam data

penelitian, dan standar deviasi digunakan untuk menentukan

seberapa besar data tersebut. yang akan diperiksa dari rata-rata data.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menyebarkan kuesioner kepada responden yang dalam penelitian ini

adalah Wajib Pajak yang terdaftar pada Wajib Pajak yang telah

memiliki NPWP.

3.9.2 Uji Instrumen Data

3.9.2.1 Uji Validitas

Uji validitas menurut (Ghozali, 2018:51) Uji validitas untuk

mengukur valid tidaknya kuesioner yang akan diteliti. Sebuah

kuesioner atau instrumen yang dikatakan valid jika pertanyaan

pada kuesioner atau instrumen mampu mengungkapkan sesuatu

yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas akan

bermanfaat untuk mengetahui apakah terdapat pertanyaan atau

44
penyataan pada kuesioner yang harus dihilangkan ataupun

diganti jika dianggap tidak relevan. Untuk mengetahui uji

validitas, bisa menggunakan koefisien korelasi yang nilai pada

signifikannya lebih kecil dari 5% akan menunjukan bahwa

pernyataan atau pertanyaan tersebut sudah valid sebagai

pembentuk indikator.

3.9.2.2 Uji Reliabilitas

Menurut (Ghozalii 2018: 45) reliabilitas merupakan alat

untuk memperhitungkan data kuesioner yang merupakan

indikator dari variabel. Kuesioner akan dikatakan terpercaya

atau mutlak jika seseorang yang menjawab kuesioner stabil atau

konsisten. Uji reliabilitas digunakan dalam Dua atau lebih

alternatif jawaban menggunakan uji Cronbach’s Alpha. Ini

menghasilkan nilai yang dibandingkan dengan koefisien

reliabilitas nilai minimum yang dapat diterima. Jika nilai

cronbach's alpha lebih besar dari 0,7 maka instrumen penelitian

reliabel. Jika nilai cronbach's alpha kurang dari 0,7 maka

instrumen penelitian tidak reliabel.

3.9.2.3 Uji Transformasi Data

Transformasi data yaitu cara menormalkan data dengan

melakukan perubahan terhadap skala pengukuran data asli

menjadi bentuk lain yang masih mempunyai nilai sama sehingga

data dapat memennuhi kriteria uji asumsi klasik :

45
a) Pertama ialah menentukan kecondongan dari data

histogram.

b) Kedua dengan menentukan bentuk transformasi

sesuai dengan grafik pada tahap pertama.

3.9.3 Uji Asumsi Klasik

3.9.3.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menilai sebaran data pada

sebuah kelompok data atau variabel, apakah sebaran data tersebut

berdistribusi normal ataukah tidak. Pengujian normalitas daam

penelitian ini menggunakan uji Kolmogrorov- Smirnov. Jika nilai

Asym. Sig atau Sigifikansi ≥ 0,05 maka dapat dipastikan bahwa

penelitian normal. Tetapi sebaliknya bila nilai signifikansi ≤ 0,05

maka data residual terdistribusi tidak normal dan tidak dapat

digunakan dalam sebuah penelitian (Ghozali, 2018: 161-167).

Pada prinsip Normalitasnya bisa dideteksi dengan grafik

penyebaran data (titik-itik) pada sumbu diagonal histogram

residual Normal P-Plot Regression Standardized Residual, dapat

diketahui bahwa data yang berdistribusi normal, dijelaskan oleh

titik, akan mengikuti arah diagonal antara 0 ( nol) dan

mencocokan sumbu X (Observed Cum Prob) dengan sumbu Y

(Expected Cum Prob) dan memenuhi asumsi normalitas, sehingga

dapat dikatakan layak untuk penelitian. Dasar keputusan:

46
a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti

arah garis diagonal, atau plot histogram menunjukkan pola

distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

b) Data tersebar jika jauh dari diagonal atau histogram , atau

mengikuti arah histogram plot, atau garis diagonal tidak

menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi

tidak akan sesuai dengan asumsi normalitas.

3.9.3.2 Uji Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2018:107) Mengatakan bahwa Uji

Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya kolerasi antar variabel independen (bebas). Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi pada kolerasi diantara

variabel independen (bebas). Agar mengetahui ada tidaknya

multikolinieritas pada penelitian di dalam model regresi dapat dilihat

dari nilai tolerence dan variance Inflation Factor (VIF). Dengan

ketentuan VIF < 10,00 dan Tolerence <0,10, maka dapat dikatakan

penelitian tidak terjadi multikoloniearitas.

3.9.3.3 Uji Heteroskedastitas

Uji Heteroskedastitas disini bertujuan untuk menguji

apakah model regresi dalam penelitian terjadi ketidaksamaan

Variance dari residul dan pengamatan-pengamatan yang lain. Jika

47
varian dari residulnya memiliki varian sama maka disebut

homoskedastisitas menurut (Ghozali 2018:135). Dalam pengujian

heterokedastisitas dapat melihat dari grafik scatterplot antara

SRESID dan ZPRED. Dasar pengambilan keputusan untuk

menentukan ada atau tidaknya heteroskedastisitas dengan grafik

scatterplot yaitu:

a) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar

dibawah dan diatas angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.

b) Jika ada pola tertentu, seperti ada titik-titik yang membentuk

suatu pola tertentu, yang teratur dalam melebar dan

bergelombang kemudian menyempit mengidentifikasikan telah

terjadi heteroskedastisitas.

3.9.3.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi akan muncul jika pengamatan berturut- turut

dari waktu ke waktu yang saling terkait. Masalah ini akan muncul

dikarenakan residu tidak indenpenden dari satu demi satu

pengamatan . model regresi yang dikatakan baik jika Sebuah model

regresi yang bebas dari autokorelasi. Tujuan dari autokorelasi adalah

untuk menguji apakah ada hubungan dalam model regresi linier

antara kesalahan varians pada periode T dan kesalahan pada periode

T-1 (sebelumnya).dapat dideteksi dengan mengunakan uji Durbin

Watson, apakah terdapat autokorelasi atau tidak (Ghozali,

48
2018:111). Pengujian ini dapat digunakan dengan membandingkan

nilai Durbin-Watson dengan tabel Durbin-Watson. Terdapat batas

atas (du) dan batas bawah (dl). Setelah itu, bandingkan nilai statistik

d dengan dl (d di bawah) dan du (d di atas) dengan ketentuan

berikut:

a) Jika d < dl, maka ada korelasi positif.

b) Jika dl < d < dU, maka tidak ada kesimpulan yang dapat

ditarik.

c) Jika dU < d < 4-dU maka tidak ada korelasi positif atau

negatif.

d) Jika 4-dU < d < 4-dL, maka pernyataan tidak ditarik

kesimpulan , jika d > 4-dL, maka terdapat korelasi negatif.

3.9.4 Analisis Regresi Linier Berganda

Menurut (Ghozali, 2018:95) Analisis Regresi Linier Berganda

untuk menguji model pengaruh serta hubungan antara variabe bebas yang

lebih dari dua variabel terhadap variabel dependent. Selain itu juga

analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengukur kekuatan

hubungan antara dua variabel atau lebih dan menunjukkan hubungan

antara variabel dependen dengan variabel independen serta untuk

menguji kebenaran hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Menurut

Sugiyono (2018:188) rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y= ᵅ + ᵝ₁.x₁ + ᵝ₂.X₂ + ᵝ₃ + X₃ + e

49
Keterangan :

Y = Kewajiban perpajakan UMKM

α =¿ Kostanta

X1 = Tingkat Pemahaman

X₂ = Kepatuhan wajib pajak

X₃ = Ketegasan sanksi perpajakan

β ₁ , β ₂ dan β ₃= Koefisien Regresi.

e = Variabel penggangu

3.9.5 Uji Hipotesis

3.9.5.1 Uji t ( Uji Parsial)

Uji Parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh Tingkat

Pemahaman, Kepatuhan wajib pajak, atau Ketegasan Sanksi

Perpajakan secara individual (parsial) Uji t dapat dilakukan dengan

membandingkan thitung dengan ttabel (Ghozali 2018: 78) adapun

kriteria pengujian secara parsial dengan tingkat α =0 , 05 % atau

5% yaitu :

a) Jika dinilai signifikansi uji t < 0,05 artinya H0 ditolak dan

H1 diterima, yang artinya terdapat pengaruh antara

variabel independen (bebas) dengan variabel dependen

(terikat).

50
b) Jika nilai signifikan uji t > 0,05 artinya H0 diterima maka

H1 ditolak, yang artinya tidak terdapat pengaruh antara

variabel independen dengan variabel dependen.

3.9.5.2 Uji Statistik F (Simultan)

Uji F untuk mengetahui pengaruh variabel bebas

(Independen) secara bersama-sama terhadap variabel dependen

(Terikat). Menurut Ghozali (2018:79) uji simultan dapat dilakukan

dengan membandingkan nilai Fhitung pada tingkat Ftabel pada tingkat

signifikan sebesar0,05.

Kriteria pengujian disini secara simultan dengan tingkat

signifikian α =¿ 0,05 yaitu :

a) Jika nilai signifikan < 0,05 maka model penelitian dikatakan

layak.

b) Jika nilai signifikan > 0,05 maka model penelitian dikatakan

tidak layak.

3.9.5.3 Koefisien Determinan (R2)

Menurut (Ghozali 2018:97) Koefisien determinan untuk

mengetahui seberapa besar kemampuan variabel (Independen) dapat

menjelaskan variabel terikat. Besarnya nilai R berkisar antara 0-1,

semakin mendekati angka nilai R tersebut maka semakin besar juga

variabel independen (X) mampu menjelaskan variabel dependen (Y).

51
BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Deskriptif

4.1.1 Hasil Pengumpulan Data

Pada Bab ini membahas mengenai olah data dengan

menggunkana program Microsoft Excel dan Statistical Package for

the Scocial Sciene (SPSS) versi 25, sedangkan data yang diolah

adalah identitas dari masing-masing responden yaitu UMKM di

wilayah Kecamatan Cicurug.

Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan kepada para

responden di wilayah Kecamatan Cicurug sebanyak 112 kusioner.

Hasil dari pengembalian kuesioner yang diterima serta yang bisa

disajikan dalam tabel 4.1 adalah Sebagai Berikut:

Tabel 4.1

Hasil Penyebaran Kuesioner

Jumlah kuisioner yang disebar 112

Jumlah kuisioner yang tidak kembali (5)

Jumlah Kuisioner yang tidak mengisi NPWP (4)

Jumlah kuisioner yang diolah 104

Sumber : Data diolah 2022

52
4.1.2 Karakteristik Identifikasi Responden

Identifikasi Responden dilihat dari karakteristik responden

yang diukur melalui perbandingan yang menyatakan bahwa

frekuensi serta persentase dari Jenis kelamin, Umur, lama usaha,

Omset. Adapun rincian deskripsi mengenai informasi dan identitas

responden dilihat dari tabel.

a) Karakteristik Jenis Kelamin

Berdasarkan pada jenis kelamin, penelitian memberikan

dua kategori, yaitu Laki-laki dan Perempuan. Frekuensi responden

Laki-laki dan perempuan sebagai berikut:

Tabel 4.2

Pengujian Karakteristik Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Valid Cumulati
Frequen Perce
Permce ve
cy nt
nt Percent

Laki-laki 64 61.5 61.5 61.5

Vali Perempu
40 38.5 38.5 100
d an

Total 104 100 100

Sumber: Data Output SPSS

Setelah dilakukan pengujian pada karakter jenis kelamin,

bisa di lihat pada tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa 64 responden

53
atau sebesar 61,55 adalah Laki-laki, 40 responden atau 38,5%

adalah Perempuan.

b) Karakteristik Umur

Berdasarkan pada umur, penelitian memberikan lima

kategori yaitu 17-24 Tahun, 25-34 Tahun, 35-44 Tahun, 45-55

Tahun, dan >55 Tahun. Hal ini bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Pengujian Karakteristik Umur

Umur

Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent

17-24 Tahun 36 34.6 34.6 34.6

25-34 Tahun 20 19.2 19.2 53.8

35-44 Tahun 14 13.5 13.5 67.3


Valid
44-55 Tahun 21 20.2 20.2 87.5

>55 Tahun 13 12.5 12.5 100

Total 104 100 100

Sumber: Data Output SPSS

Setelah dilakukan pada karakter pendidikan terakhir, bisa

dilihat pada tabel 4.3 bisa disimpulan bahwa terdapat 36 responden

atau 34,6% yang berumur 17-24 tahun, 20 responden atau 19,2%

yang berumur 25-34 tahun, 14 responden atau 13,5% yang berumur

54
35-44 Tahun, 21 responden 20,2% yang berumur 44-55 tahun, dan

13 responden atau 12,5% yang berumur >55 tahun.

c) Karakteristik Lama Usaha Berdiri

Berdasarkan lama usaha, penelitian ini memberikan 4 kategori,

yaitu: <1 tahun, 1-5 tahun, 5,10 tahun, dan >10 tahun. Hal ini dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.4

Pengujian Lama Usaha

Lama Usaha

Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent

<1 Tahun 22 21.2 21.2 21.2

1-5 Tahun 33 31.7 31.7 52.9

Valid 5-10 Tahun 19 18.3 18.3 71.2

>10 Tahun 30 28.8 28.8 100

Total 104 100 100

Sumber: Data output SPSS

Setelah melakukan pengujian pada karakter lama usaha, bisa dilihat

pada tabel 2.2 dapat disimpulakan lama usaha berdiri 22 responden atau

21%2 lama usaha <1 tahun, 33 responden atau 31,7% lama usahan 1-5

tahun, 19 responden atau 18,3% lama usaha 5-10 tahun, 30 responden atau

28,8% lama usahan >10 tahun.

55
d) Karakteristik Omset satu tahun

Berdumber pada omset pertahun, penelitian memberikan 3 kategori

yaitu <300 juta, 300- 2,5 miliar, dan 2,5 miliar -4,8 miliar. Hal ini bisa

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.5

Pengujian Karakteristik Omset

Omset

Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent

<300 Juta 90 86.5 86.5 86.5

300 Juta-2,5 Miliar 12 11.5 11.5 98.1


Valid
2,5 Miliar- 4,8 Miliar 2 1.9 1.9 100

Total 104 100 100

Sumber: Data Output SPSS

Setelah dilakukan pengujian pada karakter omset, bisa dilihat pada

tabel 4.5 bisa disimpulkan bahwa 90 responden atau 86.5% beromset <300

juta pertahun, 12 responden atau 11,5% beromset 300 juta- 2,5 miliar

pertahun, dan 2 responden atau 1,9% beromset 2,5 miliar- 4,8 miliar

pertahun.

4.1.3 Uji Statistik Deskriptif

56
Statistik deskriptif berisi informasi karakteristik sampel yang

digunakan untuk menunjukan nilai rata-rata (mean), standar deviasi serta

jumlah data(n) buat masing-masing variabel. Berikut hasil statistic

deskriptif dilihat di tabel 4.6 dibawah ini:

Tabel 4.6

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

Std.

N Minimum Maximum Mean Deviation

Tingkat Pemahaman 104 17 40 31.96 4.065

Kepatuhan Wajib Pajak 104 5 25 20.76 2.974

Ketegasan Sanksi 104 17 35 28.07 3.685

Kewajiban Perpajakan 104 14 30 23.97 3.559

Valid N (listwise) 104

Sumber : Data Output SPSS

Setelah dilakukan pengujian pada analisis deskriptif, bisa di lihat

pada tabel 4,6 bisa disimpulkan bahwa jumlah data pada penelitian ini

sebanyak 104 data. Memiliki rata-rata Tingkat Pemahaman (X1) sebesar

31,96% dengan devisi sebesar 4.065. Nilai rata-rata Kepatuhan Wajib

Pajak (X2) sebesar 20,76% dengan devisi sebesar 2.974. Nilai rata-rata

Kewajiban Perpajakan sebesar (X3) 28.07%6 dengan devisi 3.685. dan

nilai rata-rata kewajiban Perpajakan (Y) sebesar 23,97% dengan devisi

3.559.

57
4.2 Uji Instrumen Penelitian

4.2.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan

rtabel. Jika rhitung > rtabel maka butir pertanyaan atau variabel tidak valid, nilai

rtabel didapatkan dari df = n- 2 dengan signifikan 5%.

Tabel 4.7

Tabel r untuk df = 102

Tingkat Signifikan untuk uji satu arah


0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005
df = (N-2)
Tingkat Signifikan untuk uji dua arah
0.1 0.05 0.02 0.01 0.001

df = 104-
0.1622 0.193 0.2279 0.2515 0.3181
2 = 102

Sesuai dari hasil tabel 4.7 dapat dilihat bahwa r tabel sebesar

0,193,untuk mengetahui bahwa data penelitian valid atau tidak maka bisa dilihat

pada penjelasan hasil uji validitas rhitung (per item).

Berikut adalah ringkasan hasil uji validitas:

Tabel 4.8

Ringkasan Hasil Uji Validitas

Item Nilai r
Variabel Nilai r Tabel Keterangan
Variabel Hitung

58
X1 0.548 0.193 Valid

X2 0.706 0.193 Valid

X3 0.504 0.193 Valid

Tingkat Pemahaman X4 0.592 0.193 Valid

(X1) X5 0.646 0.193 Valid

X6 0.577 0.193 Valid

X7 0.537 0.193 Valid

X8 0.574 0.193 Valid

X2.1 0.788 0.193 Valid

X2.2 0.656 0.193 Valid


Kepatuhan Wajib
X2.3 0.695 0.193 Valid
Paja(X2)
X2.4 0.745 0.193 Valid

X2.5 0.762 0.193 Valid

X3.1 0.682 0.193 Valid

X3.2 0.619 0.193 Valid

X3.3 0.575 0.193 Valid

Ketegasan Sanksi(X3) X3.4 0.573 0.193 Valid

X3.5 0.704 0.193 Valid

X3.6 0.589 0.193 Valid

X3.7 0.634 0.193 Valid

Y.1 0.703 0.193 Valid


Kewajiban
Y.2 0.718 0.193 Valid
Perpajakan(Y) Y.3 0.548 0.193 Valid

Y.4 0.684 0.193 Valid

59
Y.5 0.474 0.193 Valid

Y.6 0.805 0.193 Valid

Sumber : Data Output SPSS

Berdasarkan dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa nilai r hitung setiap

item variabel nilainya lebih besar dari r tabel (df = 104-2 = 102) df= 102

dengan signifikansi 0,05 didapat nilai rtabel sebesar 0.193, hal ini

membuktikan bahwa hasil uji validitas dari data penelitian ini adalah valid.

Yang berarti item kuesioner dapat dinyatakan sah sebagai alalt

pengumpulan data dalam penelitian ini.

4.2.2 Uji Reliabilitas

Dalam Uji Reliabilitas ini menurut (Ghozali 2018: 45) jika nilai

Cronbach’s Alpha >o,07 maka instrument penelitian reliabel. Jika nilai

Cronbach’s Alpha <0,07 maka dalam hal ini instrument penelitian tidak

reliabel.berikut adalah ringkasan hasil uji reliabilitas:

Tabel 4.9

Hasil Uji Realibilitas

Cronbach's
Variabel Keterangan
Alpha
Tingkat Pemahaman (X1) 0,728 Reliable
Kepatuhan Wajib Pajak(X2) 0,780 Reliable
Ketegasan Sanksi(X3) 0,739 Reliable
Kewajiban Perpajakan(Y) 0,741 Reliable
Sumber : Data Output SPSS

60
a. Berdasarkan tabel 4.8 diatas menunjukan nilai Cronbach’s Alpha

pada variabel Tingkat Pemahaman 0,728 > 0,70. Dapat disimpulkan

bahwa pertanyaan- pertanyaan dalam Tingkat Pemahaman adalah

Reliable yang berarti Tingkat Pemahaman baik dan layak digunakan

sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ini.

b. Berdasarkan tabel 4.8 diatas menunjukan nilai Cronbach’s Alpha

pada variabel Kepatuhan Wajib Pajak 0,780 > 0,70. Dapat

disimpulkan bahwa pertanyaan-pertanyaan dalam Kepatuhan Wajib

Pajak adalah relible yang berarti Kepatuhan Wajib Pajak baik dan

layak digunakan sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ini.

c. Berdasarkan tabel 4.8 diatas menunjukan nilai Cronbach’s Alpha

pada variabel Ketegasan Sanksi 0,739 > 0,70. Dapat disimpulkan

bahwa pertanyaan-pertanyaan dalam Ketegasan Sanksi baik dan

layak digunakan sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ini.

d. Berdasarkan tabel 4.8 diatas menunjukan nilai Cronbach’s Alpha

pada variabel Kewajiban Perpajakan 0,741 > 0,70. Dapat

disimpulkan bahwa pertanyaan- pertanyaan dalam Kewajiban

Perpajakan baik dan layak digunakan sebagai alat pengumpulan data

dalam penelitian ini.

4.3 Uji Asumsi Klasik

4.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan sebagai syarat dilakukannya uji regresi

linier yang bertujuan untuk mencari tau apakah data penelitian yang

61
digunkaan berditribusi normal atau berasal dari populasi normal dengan

cara menguji residualnya. Data yang normal dapat dilihat dengan

melakukan metode kolmogprov-smornov, distribusi dikatakan normal

jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) LEBIH BESAR DARI 0,05.

Tabel 4.10

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 104

Normal Mean 0.0000000

Parametersa,b Std. Deviation 2.91979791

Most Absolute 0.073

Extreme Positive 0.073

Differences Negative -0.037

Test Statistic 0.073

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Data Output SPSS
Setelah dilihat dari tabel 4.9 hasil Uji Normalitas dengan

menggunakan nilai residual menghasilkan nilai yaitu 0,200 dimana angka ini

sudah jauh dari >0,05. Berarti bisa disimpulkan dalam model regresi dalam

penelitian ini sudah memenuhi uji normalitas sehingga analisis Ha diterima,

maka data residual berdistribusi normal. Selain dapat dilihat tabel One Sample

62
Kolmogrov Smirnov Test data Normalitas bisa juga dilihat melalui grafik

Normal P-Plot pada gambar dibawah ini :

Gambar 4.1

Grafik Normal P-Plot

Sumber: Data Output SPSS

Normalitas data diperkuat dari gambar 4.1 dimana menggambarkan

grafik normal Non-probability P-plot yang menunjukan penelitian ini

sudah berdistribusi dengan normal, karena titik-titik data penelitian

menyebar dekat mengikuti arah garis diagonal, maka gambar tersebut

sudah memenuhi uji moralitas P-plot.

4.3.2 Uji Multikolonieritas

63
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui hubungan

diantara variabel bebas memiliki masalah multikolinearitas atau tidak.

Multikolinearitas adalah korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah yang

terjadi pada hubungan diantara variabel bebas. Pengujian multikolonieritas

dapat dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation

Factor) yakni sebagai berikut:

a. Jika nilai Tolerance >0,10, maka tidak terjadi multikolonieritas

b. Jika nilai VIF < 10.00 maka tidak terjadi multikolonieritas.

Tabel 4.11

Hasil Uji Multikolonieritas

Coefficientsa
Collinearity
Statistics
Model
Tolerance VIF

1 (Constant)
Tingkat Pemahaman 0.969 1.031
Kepatuhan Wajib
0.97 1.031
Pajak
Ketegasan Sanksi 0.994 1.006
a. Dependent Variable: Kewajiban Perpajakan
Sumber: Data Output SPSS

Pada data tabel 4.9 menunjukan besarnya nilai tolerance dan VIF dan

Standar error pada variabel bebas. Penjelasannya adalah sebagai berikut :

a) Variabel Tingkat Pemahaman (X1)

Nilai Tolerance 0,096 > 0,10 serta niali VIF 1,031 < 10.00 berarti tidak

ditemukan multikolinearitas dalam model regresi ini.

64
b) Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (X2)

Nilai Tolerance 0,970 > 0,10 serta nilai VIF 1,031 <10.00 berarti tidak

ditemukan multikolinearitas dalam model regresi ini.

c) Variabel Ketegasan Sanksi (X3)

Nilai Tolerance 0,994 > 0,10 serta nilai VIF 1,006 < 10.00 berarti

tidak ditemukan multikolinearitas dalam model regresi ini.

4.3.3 Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah model

regresi dalam penelitian terjadi ketidaksamaan Variance dari residual dan

pengamatan- pengamatan yang lain. Ada atau tidaknya heterokedastisitas

dapat diketahui dengan melihat grafik scatterplot. Jika titik-titik

membentuk sebuah pola yang teratur maka terjadi heterokedastisitas, tetapi

apabila titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola

yang berada diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heterokedastisitas.

Uji mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas model regeresi

pada penelitian ini, dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

65
Sumber: Data Output SPSS

Gambar 4.2

Grafik Scareplott

Berdasarkan gambar 4.2 memakai grafis scatter plot menunjukan

bahwa titik –titik menyebar diatas dan dibawah menyebar secara acak, dan

titik tidak mempunyai pola yang beraturan. Dapat disimpulkan bahwa

tidak terjadi heteroskedastisitas dalam contoh regresi.

Untuk memperkuat hasil diatas dilakukan uji glejser yaitu

mengregresikan variabel independen terhadap nilai n residual kuadrat.

Apabila regresi menghasilkan nilai signifikan > 0,05 (α =0 , 05 % ¿, dapat

disimpulkan pada model regresi tidak terjadi heterokedastisitas. Berikut

hasil uji glejser.

Tabel 4.12

Hasil Uji Glejser

66
Coefficientsa

Unstandardized Standardized

Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 3.155 2.130 1.481 0.142

Tingkat Pemahaman 0.066 0.044 0.148 1.486 0.141

Kepatuhan Wajib -0.045 0.061 -0.073 -0.736 0.463

Pajak

Ketegasan Sanksi -0.074 0.048 -0.149 -1.519 0.132

a. Dependent Variable: ABS_RES

Sumber: Data Output SPSS

Setelah dilakukan penelitian terhadap variabel X1, X2, X3, dan Y,

yang hasilnya dapat dilihat dalam tabel 4.10 diatas, bisa disimpulkan

bahwa semua variabel bebas mempunyai nilai signifikan > 0,05. Artinya

model regresi bebas dari heteroskedastisitas atau bisa dibilang model

regresi yang di uji oleh peneliti adalah homokedastisitas.

4.3.4 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota observasi yang

disusun menurut waktu atau tempat. Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi autokorelasi. Motode pengujian menggunakan uji Durbin

Watson (DW test) dasar pengambilan keputusan dapat dilihat pada uji

Durbin Watson sebagai berikut:

a) Jika DU < DW < 4-DU maka, tidak terjadi autokorelasi

b) DW < DL atau > DW > DL maka, terjadi autokorelasi.

67
c) DL < DW < DU atau 4-DU < DW < 4-DL maka, tidak ada kepastian

atau kesimpulan yang pasti.

Tabel 4.13

Pengambilan Keputusan terjadinya autokorelasi

Model Summaryb

Std.
Adjusted
R Error of Durbin-
Model R R
Square the Watson
Square
Estimate

1 .572a 0.327 0.307 2.963 1.848

a. Predictors: (Constant), Ketegasan Sanksi, Kepatuhan

Wajib Pajak, Tingkat Pemahaman

b. Dependent Variable: Kewajiban Perpajakan

Sumber: Data Output SPSS

Tabel 4.11 dengan jumlah sampel (n) = 104, dan jumlah variabel

independen (k)= 3 dengan level signifikan 5%. Nilai DL dan DU dapat

diperoleh DL = 1,6217 dan DU = 1,7402. Sehingga nilai 4- DU = 2,2598.

Sehingga nilai DU < DW < 4-DU (1,7402 < 1,848 < 2,2589) Ho diterima

yang berarti tidak terjadi autokorelasi pada model regresi.

4.4 Analisis linear Berganda

Tabel 4.14

Uji Analisis Regresi Berganda

68
Coefficientsa

Unstandardized Standardized

Coefficients Coefficients
Model t Sig.
Std.
B Beta
Error

(Constant) 5.696 3.492 1.631 0.106

Tingkat
-0.032 0.073 -0.037 -0.441 0.660
Pemahaman
1
Kepatuhan Wajib
0.242 0.1 0.202 2.428 0.017
Pajak

Ketegasan Sanksi 0.509 0.079 0.527 6.4 0

a. Dependent Variable: Kewajiban Perpajakan

Sumber: Data Output SPSS

Berdasarkan tabel 2.12 maka diperoleh bentuk persamaan model

regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = α + β 1 x 1+ β 2 x 2+ β 3 x +e

Y = 5,696 + (- 0,032) + 0,242 + 0,509 + e

Model tersebut dapat di interprestasikan sebagai berikut :

a) Nilai a (konstanta) pada hasil pengujian ini adalah sebesar

5.696 artinya jika variabel Tingkat Pemahaman (X1),

Kepatuhan wajib pajak (X2), Ketegasan Sanksi (X3) memiliki

69
nilai sebesar nol (0) maka nilai variabel Kewajiban Perpajakan

(Y) sebesar 5,696.

b) Nilai koefisien Tingkat Pemahaman (X 1) sebesar -0,032 dan

bertanda negative, dimana angka ini menunjukan bahwa jika

setiap kenaikan variabel Tingkat Pemahaman 1 satuan maka

variabel Kewajiban Perpajakan (Y) akan turun sebesar 0,32

dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model

regresi adalah tetap.

c) Nilai koefisien Kepatuhan Wajib Pajak (X 2) sebesar 0,242 di

mana angka ini menunjukan bahwa setiap kenaikan variabel

pemeriksaan 1 satuan, maka variabel Kewajiban Perpajakan

(Y) akan naik sebesar 0,242 dengan asumsi bahwa variabel

bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.

d) Nilai koefisien Ketegasan Sanksi Perpajakan (X3) sebesar 0,509

di mana angka ini menunjukan bahwa setiap kenaikan variabel

pemeriksaan 1 satuan, maka variabel Kewajiban Perpajakan

(Y) akan naik sebesar 0,509.

4.5 Uji Hipotesis

4.5.1 Uji t (Uji Parsial)

Uji Parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh Tingkat

Pemahaman, Kepatuhan wajib pajak, atau Ketegasan Sanksi

70
Perpajakan secara individual (parsial) Uji t dapat dilakukan dengan

membandingkan thitung dengan ttabel (Ghozali 2018: 78). Uji Parsial

digunakan untuk mengetahui korelasi dari kedua variabel yang diteliti

dan mempunyai kriteria pengujian secara parsial dengan tingkat 0,05

atau 5% yaitu:

a) Jika nilai signifikan < 0,05 maka model penelitian

dikatakan layak.

b) Jika nilai signifikan > 0,05 maka model penelitian

dikatakan tidak layak.

Menentukan ttabel dapat ditentukan dengan tingkat

signifkansi 5% dengan derajat kebebasan df = n – k – 1 dimana n

(jumlah responden) dan k (jumlah variabel bebas). T tabel dapat

dilihat dari tabel statistic pada signifikansi 0,05 dengan derajat

kebebasan df = n – k – 1 = 104 – 3 – 1 = 100. Hasil yang diperoleh

untuk ttabel sebesar 1,66203. Dan dapat dipastikan setelah melihat

tabel 4.16.

Tabel 4.15

Hasil Uji t (Uji Parsial)

Coefficientsa

71
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
Model B Error Beta t Sig.
1 (Constant) 5.696 3.492 1.631 0.106
Tingkat -0.032 0.073 -0.037 -0.441 0.660
Pemahaman
Kepatuhan Wajib 0.242 0.100 0.202 2.428 0.017
Pajak
Ketegasan Sanksi 0.509 0.079 0.527 6.400 0.000
a. Dependent Variable: Kewajiban Perpajakan
Sumber : Data Output SPSS

Setelah dilakukan pengujian uji pada uji t yang hasilnya bisa

dilakukan dalm tabel 4.16 berarti bisa dijelaskan pengaruh secara masing-

masing variabel bebas sebagai berikut:

a) Tingkat Pemahaman (X1) terhadap Kewajiban Perpajakan UMKM (Y)

Sesuai pada tabel 4.16 di atas menunjukan bahwa t hitung

variabel kewajiban Perpajakan yaitu (-0,441) dimana t hitung bernilai

lebih kecil dari ttabel yaitu 1,66023 (-0,441 < 1,66023 ) dan tingkat

signifikansinya 0,660 (0,660 > 0,05) Berarti bisa disimpulkan

bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Hal tersebut bermakna bahwa

Tingkat Pemahaman tidak berpengaruh terhadap Kewajiban

Perpajakan UMKM.

b) Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak (X2) terhadap Kewajiban Perpajakan

UMKM (Y)

72
Sesuai pada tabel 4.16 di atas menunjukan bahwa t hitung

variabel Kepatuhan wajib pajak yaitu 2.428 dimana t hitung bernilai

lebih besar dari ttabel yaitu 1,66023 (2.428 > 1,66023) dan tingkat

signifikansinya yaitu 0,017 (0,017 < 0,05). Maka bisa disimpulkan

bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal tersebut bermakna bahwa

Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh dan signifikan terhadap

Kewajiban Perpajakan UMKM.

c) Pengaruh Ketegasan Sanksi (X3) terhadap Kewajiban Perpajakan

UMKM(Y)

Sesuai pada tabel 4.16 di atas menunjukan bahwa t hitung

variabel Ketegasan Sanksi yaitu 6.400 dimana t hitung bernilai lebih

besar dari ttabel yaitu 1,66023 (6.400 > 1,66023) dan tingkat

signifikansinya yaitu 0,000 (0,000 < 0,05). Maka bisa

disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal tersebut

bermakna bahwa Ketegasan Sanksi berpengaruh signifikan

terhadap Kewajiban Perpajakan UMKM.

4.5.2 Uji Statistik F (Simultan)

Uji simultan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel

bebas secara bersama terhadap cariabel terikat .Kriteria pengujian secara

simultan dengan tingkat signifikan 5% yaitu:

73
a) Jika nilai signifikan < 0,05 maka model penelitian dikatakan layak

b) Jika nilai signifikan > 0,05 maka model penelitian dikatakan tidak

layak

Uji simultan dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel

sehingga sering disebut uji F. Fhitung diperoleh dari hasil Output SPSS

DALAM ANOVA, sedangkan dapat diperoleh dari tabel df penyebut = n-

k-1 = 104-3-1 = 100, df pembilang = k-1 =4-1= 3, jadi Ftabel = 2,696 Hasil

Output SPSS dapat dilihat pada tabel 4.17.

Tabel 4.16

Hasil Uji F (Simultan)

ANOVAa

Sum of

Model Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 426.816 3 142.272 16.202 .000b

Residual 878.098 100 8.781

Total 1304.913 103

a. Dependent Variable: Kewajiban Perpajakan

b. Predictors: (Constant), Ketegasan Sanksi, Kepatuhan Wajib Pajak, Tingkat


Pemahaman
Sumber : Data Output SPSS

Setelah dilakukan pengujian pada uji F yang hasilnya bisa dilihat

pada tabel 4.13 menunjukan bahwa Fhitung > Ftabel yaitu 16.202 > 2,696

dengan nilai signifikansi yang didapatkan lebih kecil dari alpha ( α ¿, yaitu

000 < 0,05. Jadi kesimpulannya adalah menolah Ho dan menerima H 1,

74
maka secara simultan Tingkat pemahaan , Kepatuhan Wajib Pajak,

Ketegasan Sanksi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

Kewajiban Perpajakan UMKM.

4.5.3 Uji Koefisien Determinan (R2)

Uji koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengukur seberapa

besar variasi dari variabel bebas mampu menjelaskan variasi dari variabel

terikat. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai yang

mendekati satu berarti seluruh dari variabel-variabel bebas memberikan

hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen yaitu Kewajiban Perpajakan (Y)

Tabel 4.17

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

R Adjusted R Std. Error of the Durbin-

Model R Square Square Estimate Watson

1 .572a 0.327 0.307 2.963 1.848

a. Predictors: (Constant), Ketegasan Sanksi, Kepatuhan Wajib Pajak,


Tingkat Pemahaman
b. Dependent Variable: Kewajiban Perpajakan
Sumber: Data Output SPSS
Setelah dilakukan pengujian pada koefisien daterminasi yang

hasilnya bisa dilihat pada tabel 4.12 , hasil perhitungan analisis model

koefisien determinasi tersebut dapat diartikan bahwa angka R square

tersebut 0,327 hal tersebut membuktikan bahwa pengaruh variabel terikat

75
dan variabel independen addalah kuat, karena angka tersebut lebih besar

dari 0,0 sedangkan adjusted R square adalah 30,7%. Hal ini menjelaskan

bahwa sebesar 30,7% pengaruh Tingkat Pemahaman, Kepatuhan Wajib

Pajak, Ketegasan sanksi perpajakan. Sedangkan sisanya 69,3% tidak dapat

dijelaskan oleh faktor-faktor penyebab lainnya yang tidak terdapat pada

penelitian ini yaitu, kurangnya kesadaran masyarakat, masih kurangnya

kesadaran wajib pajak karena lemahnya dianggap lemahnya hukuman

pajak, kurangnya sosialisasi perpajakan dari Djp yang membuat wajib

pajak itu sendiri tidak melaporkan pajak tahunannya.

4.6 Interprestasi Hasil Penelitian

a) Tingkat Pemahaman Tidak Berpengaruh Signifikan Terhadap

Kewajiban Perpajakan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa thitung variabel

tingkat pemahaman yaitu (-0,441) dimana t hitung bernilai lebih kecil

dari ttabel yaitu 1,66023 (-0,441<1,66023) dan tingkat signifikan yaitu

(0,660 > 0,05).

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa masih

rendahnya tingkat pemahaman wajib pajak tentang perpajakan

dikarenakan kurangnya sosialisasi yang di dapatkan sehingga

membuat masyarakat kurang paham tentang perpajakannya maka

sebaliknya jika banyaknya sosialisasi yang dilakukan maka akan

membuat wajib pajak paham akan perpajakannya sehingga akan

membuat wajib pajak melakukan kewajiban perpajakannya.

76
Bersumber pada pembahasan diatas hasil penelitian pada

variabel tingkat pemahaman ini sejalan dengan penelitian terdahulu

yang dilakukan oleh Yeni Widyayanti(2021) bahwa tingkat

pemahaman tidak berpengaruh terhadap kewajiban perpajakan

UMKM namun penelitian ini tidak sejalan atau berlawanan dengan

hasil penelitian terdahulu yang dilakukan (Wujarso,Saprudin &

Napitupulu, 2020) yang mengatakan bahwa tingkat pemahaman

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kewajiban perpajakan

UMKM.

Perbedaan hasil penelitian dari peneliti terdahulu yang tidak

sejalan dapat disebabkan karena perbedaan waktu penelitian dan objek

penelitiannya yang berbeda, sehingga penelitian yang dimiliki oleh

peneliti hasilnya berbeda dengan hasil penelitian terdahulu.

b) Kepatuhan Wajib Pajak Berpengaruh Signifikan Terhadap Kewajiban

Perpajakan UMKM

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa thitung variabel

Kepatuhan Wajib Pajak yaitu 2.248 dimana t hitung bernilai lebih besar

dari ttabel yaitu 1,66023 (2.248 > 1,66023) dan tingkat signifikansinya

yaitu 0,017 (0,017 < 0,05). Semakin meningkat kepatuhan wajib pajak

yang dimiliki oleh wajib pajak UMKM maka akan meningktakan

Kepatuhan Wajib Pajak UMKM.

Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya Kepatuhan Wajib

Pajak UMKM yang dimiliki untuk memenuhi kewajiban

77
perpajakannya. Untuk mengemukakan bahwa kepatuhan pajak

sebagai keinginan wajib pajak untuk mematuhi hukum pajak yang

telah berlaku, kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak secara

sukarela membuat wajib pajak akan memenuhi semua kewajiban

perpajakanya. Seperti (Suyanto 2021) mengatakan bahwa pada

dasarnya kepatuhan wajib pajak merupakan kesediaan wajib pajak

untuk suka rela memenuhi kewajiban perpajakannya tanpa perlu

melewati pemeriksaan, investigasi, peringatan atau ancaman dalam

penerapan sanksi perpajakan. Kepatuhan wajib pajak akan terwujud

jika wajib pajak tidak kesulitan dalam upaya membayar pajak dan

penyampaian SPT nya. Apabila ada kesulitan-kesulitan tersebut dapat

diatasi sehingga wajib pajak paham tentang pajak maka akan diiringi

dengan kepatuhan wajib pajak untuk memenuhi setiap kewajiban

perpajakannya.

Bersumber pada pembahasan diatas hasil penelitian pada

variabel Kepatuhan wajib pajak terhadap kewajiban perpajakan

UMKM sejalan dengan hasil penelitian Remigius Jon Nalik , Suyanto,

dan Andri Wakista Aji (2020) yang mengatakan bahwa kepatuhan

wajib pajak berpengaruh positif signifikan terhadap kewajiban

perpajakan UMKM berbeda dengan hasil penelitian Muhammad Erdin

Riduwani 2021 yang mengatakan bahwa kepatuhan wajib perpajakan

tidak berpengaruh terhadap kewajiban perpajakan UMKM.

78
Perbedaan hasil penelitian dari peneliti terdahulu yang tidak

sejalan dapat disebabkan karena perbedaan waktu penelitian dan objek

penelitiannya yang berbeda, sehingga penelitian yang dimiliki oleh

peneliti hasilnya berbeda dengan hasil penelitian terdahulu.

c). Ketegasan Sanksi Perpajakan terhadap Kewajiban Perpajakan UMKM

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa thitung variabel

Ketegasan Sanksi yaitu 6.400 dimana thitung bernilai lebih besar dari

ttabel yaitu 1,66023 (6.400 > 1,66023) dan tingkat signifikansinya yaitu

0,000 (0,000 < 0,05). Semakin meningkat Ketegasan Sanksi yang

dimiliki oleh wajib pajak UMKM maka akan meningkat.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa masih kurang

tegasnya sanksi pajak yang diterapkan sehingga mengakibatkan masih

banyaknya wajib pajak yang tidak menghitung, melaporkan dan

membayar pajak sehingga banyak wajib pajak yang acuh tak acuh

akan kewajiban perpajakannya. Pentingnya pemilihan penerapan

strategi sanksi perpajakan yang efektif dan efisien juga sangat

mempengaruhi kewajiban perpajakannya. Misalnya pada sanksi

perpajakan yang dikenakan harus sesuai dengan kapasitas dan

kemampuan wajib pajak sehingga sanksi tidak dianggap hal yang

dapat memberatkan wajib pajak itu sendiri.

Bersumber pada pembahasan diatas hasil penelitian pada

variabel ketegasan sanksi ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh (Erika, 2019) dan (Melya Embun, M Orinaldi, dan

79
Nurhasanah Hasnah 2017 ) yang mengatakan bahwa ketegasan sanksi

perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kewajiban perpajakan

berbeda dengan hasil penelitian Naifah Roidah Zahrani dan Titik

Mildawayi (2019) yang mengatakan bahwa Ketegasan sanksi

perpajakan tidak berpengaruh terhadap kewajiban perpajakan.

Perbedaan hasil penelitian dari peneliti sebelumnya yang tidak

sejalan dapat disebabkan karena perbedaan waktu penelitian dan objek

penelitiannya yang berbeda, sehingga penelitian yang dimiliki oleh

peneliti hasilnya berbeda dengan hasil penelitian terdahulu.

4.7 Keterbatan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, tidak dapat dipungkiri bahwa

terdapat keetrbatasan yang ada di dalamnya. Berikut ini peneliti

bermaksud untuk menjelaskan keterbatasan- keterbatasan yang

dialaminya diataranya:

a) Variabel indenpenden yang digunakan Tingkat Pemahaman,

Kepatuhan Wajib Pajaka, dan Ketegasan Sanksi namun masih

banyak faktor – faktor yang bisa mempengaruhi responden

untuk meningkatkan kewajiban perpajakannya.

b) Sampel yang digunakan dalam penelitian ini 112 responden

tetapi hanya 104 responden yang bisa di uji datanya.

Keterbatasan responden bisa mengakibatkan hasil penelitian ini

kurang optimal.

80
c) Metode pengumpulan data yang digunakan hanya mengunakan

kuesioner, dimana hanya berdasarkan persepsi responden,

sehingga bisa terjadinya bias data dalam mengisi kuesioner.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

81
5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh Tingkat

Pemahaman, Kepatuhan Wajib Pajak , dan Ketegasan Sanksi Perpajakan

terhadap Kewajiban Perpajakan pada pengusaha UMKM diwilayah

Kecamatan Cicurug dan penelitian ini menggunakan 104 responden

sebagai sampel. Berdasarkan hasil penelitian yang di dapatkan bahwa

semua hipotesis diterima, yaitu:

a) Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan

menunjukan bahwa Tingkat Pemahaman tidak berpengaruh

signifikan terhadap kewajiban perpajakan UMKM.

b) Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan

menunjukan bahwa Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh signifikan

terhadap Kewajiban Perpajakan UMKM.

c) Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan

menunjukan bahwa Ketegasan Sanksi Perpajakan berpengaruh

signifikan terhadap Kewajiban Perpajakan UMKM.

5.2 Saran

Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan yang dialami, dengan

adanya keterbatasan ini semoga tidak mengurangi manfaat yang dicapai

dan dapat diatas oleh peneliti berikutnya. Berikut keterbatasan dalam

penelitian ini sebagai berikut:

82
a) Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah

variabel agar pengaruh responden dapat meningkat.

b) Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah

sampel yang lebih banyak jika penelitian dilakukan kembali

didaerah kecamatan cicurug dan penelitian selanjutunya diharapkan

juga dapat dilakukan di tempat lain.

DAFTAR PUSTAKA

83
Choiriyatuz Zahidah, 2018. “Pengaruh Tingkat Pemahaman, Kepatuhan dan
Ketegasan Sanksi Perpajakan terhadap Kewajiban Perpajakan
Pengusaha Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Di Wilayah Jakarta
Selatan. (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah).

Erly Suandy,2020, Hukum Pajak, Edisi 5, Jakarta: Salemba Empat.

Faradilla Savitri Elva Nuraina.2017 “Pengaruh sanksi perpajakan terhadap


kepatuhan wajib pajak orang pribadi dikantor pelayanan pajak
pratama madiun”, EQUILIBRIUM : jurnal Ilmiah Ekonomi dan
pembelajarannya”.

Ghozali, Imam. 2018. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

https://money.kompas.com/read/2017/07/19/1930326/ditjen-pajak--kepatuhan
bayar-pajak-masyarakat-indonesia-masih-rendah.

I putu Waras Wirapati, 2022 “Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan


pengrajin dalam memiliki NPWP di kabupaten Gianyar”. (Bali:
Universitas Udayana).

Iman Hidayat, Steven Gunawan, 2020. “Kesadaran wajib pajak, Sanksi


perpajakan dan kualitas Pelayanan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan”, MANAZHIM.

Ihsan, 2018, Tingkat Pemahaman, Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Kewajiban


Perpajakan di kota Kalimantan Selatan.

Khuzaimah (2018), Tingkat Pemahaman Wajib Pajak ,Kesadaran Wajib Pajak dan
Sanksi Perpajakan, Terhadap Kewajiban Perpajakan.

Lutfah Fadilah, Asrofi Langgeng Noermansyah, Krisdayanti Krisdayanti, 2021,


“Pengaruh Tingkat Pendapatan, Penurunan Tarif, Dan Perubahan Cara
Pembayaran Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM masa Pandemi
Covid-19”

Mardiasmo, 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011, Yogyakarta: Penerbit Andi.

Mellya Embun Baining dan Nurhasanah, 2018. “Pelaporan Kewajiban Perpajakan


Dilihat Dari Tingkat Pemahaman, Kepatuhan, dan Ketegasan Sanksi
Perpajakan Pemilik UMKM di Kota Jambi.

Ninik Khuzaimah, Sigit Hermawan, 2018. “Pengaruh Tingkat Pemahaman Wajib


Pajak, dan Sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak” JIATAX
(Journal of Islamic Accounting and Tax)

84
Prasetyo, Bambang, 2014. Metode penelitian Kuantitatif, Jakarta: Rajawali Press.

Riska Faradhila dan Wida Fadhila (2021). “Pengaruh Pemahaman Perpajakan,


Kesadaran Wajib Pajak,Kualitas Pelayanan,dan Resiko Terdeteksi Fiskus,
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM (Studi pada Wajib Pajak
UMKM di Kota Banda Aceh).

STIE Widya Manggala, jurnal akuntansi Indonesia, vol.10 No. 1 Januai 2021, Hal
41-59.

Sunarnoto Sunarto, Yuyuk lina.2020. “Pengaruh Penerapan system E-filling,


Pemahaman Perpajakan dan Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak”, JIATAX (Journal of Islamic Accounting Tax).

Trisma Natalia Mapaliey, Mursalim Mursalim, Muhammad SUUN.2020. “Faktor-


faktor yang mempengaruhi pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib
Pajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Pada KPP Pratama
Makassar Barat.

UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA


PERPAJAKAN BAB III TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN
PAJAK

Wardani, dkk, 2018. “Pengaruh sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib


pajak pengetahuan Perpajakan sebagai Variabel Intervening”. Jurnal
Nominal/volume VII Nomor 1/Tahun 2018.

Yolanda, 2013. “Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Umkm di


Pusat Grosir Senen Jaya” jurnal Fakultas Ekonomi Universitas
Tarumanegara.

85

Anda mungkin juga menyukai