Anda di halaman 1dari 130

PENGARUH KONDISI KEUANGAN, KESADARAN WAJIB PAJAK,

SANKSI PERPAJAKAN, DAN PELAYANAN FISKUS TERHADAP

KEPATUHAN WAJIB PAJAK RESTORAN DI KABUPATEN SRAGEN

PADA TAHUN 2020-2021

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi


Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Prodi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi
Universitas Slamet Riyadi
Surakarta

Oleh :

INTAN RINDIYANI

NPM : 18210059

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SLAMET RIYADI

SURAKARTA

2022

i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Intan Rindiyani

NPM : 18210059

Program Studi : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul :

“PENGARUH KONDISI KEUANGAN, KESADARAN WAJIB PAJAK,

SANKSI PERPAJAKAN, DAN PELAYANAN FISKUS TERHADAP

KEPATUHAN WAJIB PAJAK RESTORAN DI KABUPATEN SRAGEN

PADA TAHUN 2020-2021”

Merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan plagiat skripsi orang lain.

Bila kemudian hari skripsi saya ini terbukti merupakan hasil plagiat, maka Rektor

Universitas Slamet Riyadi berhak membatalkan gelar Sarjana Ekonomi yang telah

saya terima. Semua isi dari skripsi menjadi tanggung jawab saya sebagai penulis.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari

pihak manapun.

Surakarta, 13 Juli 2022

Intan Rindiyani

ii
INTISARI

Kepatuhan wajib pajak adalah faktor penting dalam merealisasikan


target penerimaan pajak. Semakin tinggi kepatuhan wajib pajak, maka penerimaan
pajak akan semakin meningkat, demikian pula sebaliknya. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui signifikan pengaruh kondisi keuangan, kesadaran wajib
pajak, sanksi perpajakan, dan pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak
restoran. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Sumber data
berupa data primer. Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak restoran yang
terdaftar dan mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) dari Badan
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD) Kabupaten Sragen
sejumlah 1483 wajib pajak. Sampel diambil dengan menggunakan metode
accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
kepada 100 responden sebagai sampel. Teknik analisis data menggunakan analisis
regresi linier berganda. Hasil menunjukkan bahwa kondisi keuangan berpengaruh
signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak restoran, kesadaran wajib pajak
berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak restoran, sanksi
perpajakan berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak restoran,
dan pelayanan fiskus berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak
restoran.
Kata Kunci: Kondisi Keuangan, Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Perpajakan,
Pelayanan Fiskus, Kepatuhan Wajib Pajak Restoran.

iii
HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH KONDISI KEUANGAN, KESADARAN WAJIB PAJAK,

SANKSI PERPAJAKAN, DAN PELAYANAN FISKUS TERHADAP

KEPATUHAN WAJIB PAJAK RESTORAN DI KABUPATEN SRAGEN

PADA TAHUN 2020-2021

Surakarta, 13 Juli 2022

Disetujui dan diterima baik oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Fadjar Harimurti, SE, M.Si, Ak Dr. Hudi Kurniawanto, SE, MM

iv
PENGARUH KONDISI KEUANGAN, KESADARAN WAJIB PAJAK,
SANKSI PERPAJAKAN, DAN PELAYANAN FISKUS TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK RESTORAN DI KABUPATEN SRAGEN
PADA TAHUN 2020-2021

Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji

Surakarta, 13 Juli 2022

Tim Penguji Skripsi

1. .................. (...............................................)

Ketua Penguji

2. Fadjar Harimurti, SE, M.Si, Ak (...............................................)

Anggota Penguji

3. Dr. Hudi Kurniawanto, SE, MM (...............................................)

Anggota Penguji

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Edi Wibowo, SE, MM

v
MOTTO

“It’s fine to celebrate success but it is more important to heed the lessons of

failure”

-Bill Gates-

vi
PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan

Kepada :

1. Almamater UNISRI

2. Kedua Orang Tua ku

yang tersayang

3. Teman – teman yang

sudah memotivasi dan

membantuku.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan berkat

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Kondisi Keuangan, Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Perpajakan, dan Pelayanan

Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Restoran di Kabupaten Sragen Pada

Tahun 2020-2021”. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta.

Berbagai kendala yang terjadi dalam penyusunan skripsi ini, dapat teratasi

dengan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu dalam kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Sutardi, MAPP. Sc selaku Rektor Universitas Slamet Riyadi

Surakarta.

2. Edi Wibowo, SE, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Slamet Riyadi Surakarta.

3. Fadjar Harimurti, SE,M.Si,Ak, CA selaku Dosen Pembimbing Pertama,

yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, serta petunjuk kepada

penulis dalam penulisan skripsi.

4. Dr. Hudi Kurniawanto, SE, MM selaku Dosen Pembimbing Kedua,

yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penulisan

skripsi.

5. Pimpinan Universitas Slamet Riyadi Surakarta yang telah memberikan

izin kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

viii
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi

Surakarta yang telah memberikan petunjuk hingga selesainya skripsi ini.

7. Bapak, Ibu, Keluarga dan sahabat terdekat yang telah memberikan

support system hingga selesainya skripsi ini.

8. Rekan-rekan semasa kuliah dan semua pihak yang telah memberikan

bantuan yang berguna bagi penyusunan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi pembaca

yang berkepentingan.

Surakarta, 13 Juli 2022

Intan Rindiyani

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................. ii

INTISARI...................................................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... v

MOTTO ........................................................................................................ vi

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vii

KATA PENGANTAR ................................................................................ viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ............................................... 1

B. PERUMUSAN MASALAH ...................................... 8

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN .......... 8

BAB II LANDASAN TEORI .............................................................. 10

A. TINJAUAN PUSTAKA .......................................... 10

B. PENELITIAN TERDAHULU ................................. 28

C. KERANGKA PEMIKIRAN .................................... 34

D. HIPOTESIS .............................................................. 35

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 40

x
A. RUANG LINGKUP PENELITIAN ......................... 40

B. JENIS DAN SUMBER DATA ................................ 40

C. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL .................... 41

D. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL ............... 43

E. TEKNIK ANALISIS DATA.................................... 46

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ............................. 52

A. HASIL PENGUMPULAN DATA ........................... 52

B. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ....... 53

C. HASIL PENGOLAHAN DATA ............................. 55

D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ................. 78

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN .............. 83

A. KESIMPULAN ........................................................ 83

B. KETERBATASAN .................................................. 83

C. SARAN .................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

I. KONTRIBUSI PAJAK RESTORAN THDP PAJAK DAERAH ..... 2

II. PENELITIAN TERDAHULU ......................................................... 28

III. RINGKASAN PENGUMPULAN DATA ....................................... 52

IV. KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN JENIS

KELAMIN ....................................................................................... 53

V. KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN USIA ........ 54

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN TINGKAT

PENDIDIKAN ................................................................................. 54

VII. KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN

PENDAPATAN ............................................................................... 55

VIII. UJI VALIDITAS (X1) ..................................................................... 56

IX. UJI VALIDITAS (X2) ..................................................................... 56

X. UJI VALIDITAS (X3) ..................................................................... 57

XI. UJI VALIDITAS (X4) ..................................................................... 57

XII. UJI VALIDITAS (Y) ....................................................................... 58

XIII. UJI RELIABILITAS (X1) ............................................................... 58

XIV. UJI RELIABILITAS (X2) ............................................................... 59

XV. UJI RELIABILITAS (X3) ............................................................... 59

XVI. UJI RELIABILITAS (X4) ............................................................... 59

XVII. UJI RELIABILITAS (Y) ................................................................. 60

XVIII. UJI MULTIKOLINEARITAS ......................................................... 61

XIX. UJI AUTOKORELASI .................................................................... 62

xii
XX. UJI HETEROSKEDASTISITAS ..................................................... 63

XXI. UJI NORMALITAS ......................................................................... 64

XXII. UJI REGRESI LINIER BERGANDA ............................................. 65

XXIII. UJI F ................................................................................................. 68

XXIV. UJI t .................................................................................................. 70

XXV. UJI KOEFISIEN DETERMINASI .................................................. 72

XXVI. ANALISIS DESKRIPTIF (X1) ....................................................... 73

XXVII. ANALISIS DESKRIPTIF (X2) ....................................................... 74

XXVIII. ANALISIS DESKRIPTIF (X3) ....................................................... 75

XXIX. ANALISIS DESKRIPTIF (X4) ....................................................... 76

XXX. ANALISIS DESKRIPTIF (Y) ........................................................ 77

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 34

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner

Lampiran 2 : Hasil Tabulasi

Lampiran 3 : Hasil Uji Validitas

Lampiran 4 : Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 5 : Hasil Uji Asumsi Klasik

Lampiran 6 : Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Lampiran 7 : Hasil Pengujian Hipotesis

Lampiran 8 : Surat Penelitian Dari Perusahaan

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

menyebutkan bahwa pengembangan otonomi pada daerah kabupaten/kota

diselenggarakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta

masyarakat, pemerataan, dan keadilan serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah. Tujuan dilaksanakannya otonomi daerah adalah untuk

meningkatkan kemandirian daerah dan mengurangi ketergantungan fiskal

terhadap pemerintahan pusat. Dalam meningkatkan kemandirian suatu daerah,

sangat besar kaitannya dengan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Salah satunya dengan mengelola PAD secara otomatis, efisiensi, dan efektif

(Putra, 2021).

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan

dipungut sendiri oleh pemerintah daerah yang berasal dari berbagai komponen

seperti pajak daerah, retribusi daerah, laba Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD), dan pendapatan lain-lain yang sah (Handoko, 2012). Pemerintah

daerah harus semaksimal mungkin menggali potensi-potensi yang dimiliki

untuk memicu peningkatan penerimaan daerah. Peningkatan pendapatan asli

daerah dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi sumber daya, sarana dan

prasarana serta meningkatkan efisiensi pemungutan pajak dan retribusi daerah

dengan cara mengoptimalkan potensi yang dimiliki daerah. Semakin besar

penerimaan daerah dari pendapatan asli daerah, maka akan semakin besar

1
2

jumlah keuangan daerah yang dapat digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan otonomi daerah.

Salah satu sumber penerimaan daerah menurut UU No. 33 Tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yaitu Pajak Daerah.

Peningkatan PAD menjadi indikator utama dalam mengukur keberhasilan

pelaksanaan otonomi daerah. Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang menyebutkan bahwa pentingnya

peran pajak daerah dalam menunjang PAD, maka Pemerintah Daerah perlu

mengeksploitasi potensi pajak daerah. Salah satu cara yang dapat dilakukannya

adalah dengan meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak

daerah yang salah satunya yaitu pajak restoran. Berikut dapat dilihat kontribusi

pajak restoran terhadap pajak daerah seperti tabel dibawah ini.

TABEL I
KONTRIBUSI PAJAK RESTORAN TERHADAP PAJAK DAERAH
TAHUN 2017-2021
Tahun Pajak Daerah Pajak Restoran Persentase Pajak
Restoran
Terhadap Pajak
Daerah (%)
2017 82.767.722.185 3.434.559.335 4,15%
2018 85.864.017.752 4.088.083.600 4,76%
2019 99.978.856.504 4.997.518.182 4,99%
2020 111.442.815.311 4.015.995.058 3,60%
2021 91.147.529.546 2.823.760.001 3,09%
Sumber : BPPKAD Kabupaten Sragen, 2021.

Dilihat dari kontribusi pajak restoran terhadap pajak daerah seperti yang

tertera pada Tabel I, pajak restoran ini berpengaruh terhadap sumber pendapatan

asli daerah, yang mana pajak daerah termasuk sumbernya sangat berguna untuk

membiayai pelaksanaan tugas rutin pemerintah daerah (Yunus, 2010).

Pembangunan daerah tiap kabupaten/kota salah satunya dibiayai melalui dana


3

yang didapat dari pajak restoran, sehingga pemungutan penerimaan pajak ini

perlu dioptimalkan sebaik mungkin.

Peneliti melakukan penelitian di Badan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan

Dan Aset Daerah (BPPKAD) Kabupaten Sragen yang merupakan unsur

pelaksana urusan pemerintahan di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan

dan aset Daerah, termasuk pajak daerah yang didalamnya ada pajak restoran.

Fenomena tentang pajak daerah, seperti yang terjadi saat ini di Kabupaten

Sragen yaitu Covid-19 membuat pendapatan asli daerah Sragen dirasionalisasi.

Seperti yang disampaikan oleh Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan

Pendapatan Daerah (BPKPD) Sragen Dwiyanto saat ditemui Solopos

menjelaskan pandemi Covid-19 tidak berpengaruh pada semua sumber PAD

Sragen. Dwi mengatakan objek pajak yang dipengaruhi Covid-19 terletak pada

pajak rumah makan dan restoran, sedangkan untuk jenis pajak lainnya masih

bisa menutup target, bahkan melebihi (Solopos, 2020). Contohnya seperti

rumah makan atau restoran kehilangan pelanggan, otomatis pajaknya juga

terpengaruh (Radar Solo, 2020). Pajak daerah turun karena pendapatan dari

sektor pariwisata, kuliner, hotel, berkurang drastis. Objek wisata di Sragen tutup

dan pengunjung rumah makan dan hotel turun di bawah 50%, Bahkan ada

rumah makan yang mengeluarkan karyawannya karena tidak ada pembeli.

Untuk pendapatan pajak bumi dan bangunan (PBB) dan retribusi tidak

terpengaruh pandemi (Solopos, 2021). Hal ini juga dapat dilihat pada Tabel I,

bahwa pada tahun 2020 dan 2021 pajak daerah terutama pajak restoran

mengalami penurunan yaitu sebesar 1,39% dan 0,51%. Persentase ini memang
4

tidak terlihat besar, namun apabila hal ini tidak segera diatasi tentunya akan

menyebabkan penurunan sumber PAD.

Pajak daerah di Kabupaten Sragen diatur dalam Peraturan Daerah Nomor

14 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah. Berdasarkan peraturan daerah tersebut

disebutkan pemungutan pajak daerah menggunakan Self Assesment System

yang memberikan kewenangan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung,

melaporkan dan membayarkan pajak terutangnya sendiri. Sehingga tingkat

kepatuhan wajib pajak menentukan besar kecilnya pajak terutang yang

dibayarkan. Permasalahan mengenai kepatuhan dalam membayar pajak

terutang telah menjadi perhatian penting. Karena jika wajib pajak tidak patuh

dalam membayar pajak maka ada kemungkinan untuk melakukan penghindaran

pajak yang pada akhirnya akan merugikan negara dengan berkurangnya

penerimaan negara (Fuadi, 2013). Hal tersebut juga akan berdampak pada PAD

pada daerah tersebut, yang apabila penerimaan PAD rendah akan

mempengaruhi berhasil tidaknya pelaksanaan otonomi daerah tersebut.

Penelitian dengan tema kepatuhan wajib pajak restoran telah banyak

dilakukan. Rahmadika (2020) meneliti kepatuhan wajib pajak dalam membayar

pajak daerah di Dinas Pendapatan Kota Batu. Penelitian dengan tema yang

sama juga dilakukan oleh Kusuma (2016) dengan objek wajib pajak hotel di

Kabupaten Klungkung. Aryandini (2016) meneliti kepatuhan wajib pajak badan

untuk usaha hotel di Kota Pekanbaru. Kepatuhan wajib pajak restoran di

Kabupaten Bangli dilakukan oleh Litawan (2021), sedangkan Suryani (2017)

dan Putra (2021) meneliti tentang kepatuhan wajib pajak hotel di Kabupaten

Buleleng. Penelitian yang dilakukan Aryatika (2021) tentang kepatuhan wajib


5

pajak dalam membayar pajak daerah di Kota Surabaya, sedangkan Mascagni

(2021) meneliti kepatuhan wajib pajak di Ethiopia.

Kepatuhan wajib pajak restoran di pengaruhi oleh beberapa faktor internal

dan eksternal diantaranya seperti Kewajiban Moral, Pemahaman Peraturan

Perpajakan, Pemeriksaan Pajak, Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan,

Niat Membayar Pajak, Lingkungan Wajib Pajak, Kemauan Membayar Pajak,

Pengetahuan Perpajakan, dan Teknologi.

Salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi wajib pajak dalam

membayar pajak restoran adalah Kondisi Keuangan. Kepatuhan wajib pajak

dalam membayar pajak daerah dapat ditentukan dari kondisi keuangan para

wajib pajak itu sendiri. Hal ini seperti yang disampaikan Aryandini (2016)

dalam penelitiannya yang membuktikan bahwa kondisi keuangan berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak di Kota Pekanbaru. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Suryani (2017) juga terbukti bahwa kondisi keuangan

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak

daerah di Kabupaten Buleleng. Namun, hasil yang berbeda ditunjukkan dalam

penelitian yang dilakukan Aryatika (2021) bahwa kondisi keuangan tidak

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar

pajak daerah yaitu kesadaran dari masing-masing individu wajib pajak. Hal ini

seperti yang disampaikan Kusuma (2016) dalam penelitiannya yang

membuktikan bahwa kesadaran berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Putra (2021) juga terbukti bahwa

kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak


6

daerah. Hasil yang berbeda ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan

Aryatika (2021) bahwa kesadaran tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib

pajak.

Selain kondisi keuangan dan kesadaran wajib pajak, faktor eksternal yang

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak daerah juga dapat

ditentukan oleh Sanksi Perpajakan. Hal ini seperti yang telah dibuktikan oleh

Rahmadika (2020) dalam penelitiannya yang menemukan bahwa sanksi

perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Begitu pula

yang disampaikan Kusuma (2016) dalam temuan penelitiannya, bahwa sanksi

perpajakan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Hal ini berbeda dengan

temuan penelitian yang dilakukan Aryatika (2021) bahwa sanksi perpajakan

tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak daerah.

Faktor eksternal lainnya yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak

dalam membayar pajak restoran adalah Pelayanan Fiskus. Hal ini disampaikan

oleh Kusuma (2016) dalam penelitiannya yang membuktikan bahwa terdapat

pengaruh positif kualitas pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Putra (2021) terbukti bahwa kualitas

pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Namun,

pada penelitian yang dilakukan oleh Rahmadika (2020) membuktikan bahwa

kualitas pelayanan fiskus tidak mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.

Penelitian tentang kepatuhan wajib pajak ini akan dikaji dengan Teori

Atribusi atau Attribution Theory. Teori Atribusi merupakan salah satu proses

pembentukan kesan dengan mengamati perilaku sosial berdasarkan faktor

situasional atau personal. Teori Atribusi relevan untuk menjelaskan penelitian


7

ini karena mampu menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

peningkatan kepatuhan wajib pajak. Persepsi dari dalam diri maupun kesan

yang terbentuk dari lingkungan sekitar kepada instansi perpajakan tentu akan

mempengaruhi penilaian pribadi terhadap pajak itu sendiri. Kemudian kesan

tersebut akan diwujudkan seseorang melalui tindakan apakah menjadi patuh

atau tidak. Perilaku seseorang dalam memenuhi kewajiban perpajakan

ditentukan oleh suatu keadaan, baik dari faktor internal maupun faktor eksternal

(Titik, 2021). Faktor internal adalah faktor dari individu seorang wajib pajak

yang berkaitan terhadap karakteristik selaku sebab atau alasan ketika

melaksanakan kewajiban perpajakan. Lalu, faktor eksternal adalah faktor dari

luar diri seorang wajib pajak, contohnya lingkungan atau situasi yang terdapat

di sekitar wajib pajak (Putra, 2021).

Alasan peneliti melakukan penelitian di BPPKAD Kabupaten Sragen yaitu

karena peneliti menemukan beberapa fenomena terjadinya penurunan pajak

khususnya pajak restoran di kota sragen tersebut yang mengakibatkan

menurunnya penerimaan PAD dan tidak terealisasinya pajak daerah di

Kabupaten Sragen khususnya pajak restoran (Solopos dan Radar Solo, 2020-

2021). Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan sampel

wajib pajak restoran yang terdaftar di Badan Pendapatan dan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sragen karena kepatuhan wajib pajak

restoran di Kabupaten Sragen mengalami penurunan, sedangkan untuk wajib

pajak lainnya masih stabil bahkan mengalami kenaikan. Perbedaan penelitian

ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada objek penelitian, sampel, dan

variabel. Objek penelitian dilakukan pada BPPKAD Kabupaten Sragen, sampel


8

yang diambil yaitu wajib pajak restoran dan variabel bebas yang digunakan

yaitu kondisi keuangan, kesadaran wajib pajak, sanksi perpajakan, dan

pelayanan fiskus.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik dan berkeinginan untuk

melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH KONDISI KEUANGAN,

KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN

PELAYANAN FISKUS TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

RESTORAN DI KABUPATEN SRAGEN PADA TAHUN 2020-2021”.

B. Perumusan Masalah

1. Apakah kondisi keuangan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

restoran di BPPKAD Kabupaten Sragen?

2. Apakah kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

restoran di BPPKAD Kabupaten Sragen?

3. Apakah sanksi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

restoran di BPPKAD Kabupaten Sragen?

4. Apakah pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

restoran di BPPKAD Kabupaten Sragen?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut :

a. Menganalisis pengaruh kondisi keuangan terhadap kepatuhan wajib

pajak restoran di BPPKAD Kabupaten Sragen.

b. Menganalisis pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib

pajak restoran di BPPKAD Kabupaten Sragen.


9

c. Menganalisis pengaruh sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib

pajak restoran di BPPKAD Kabupaten Sragen.

d. Menganalisis pengaruh pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib

pajak restoran di BPPKAD Kabupaten Sragen.

2. Kegunaan Penelitian

a. Bagi Objek Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu membantu memberikan

informasi terkait pengaruh kondisi keuangan, kesadaran wajib pajak,

sanksi perpajakan dan pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak

restoran di BPPKAD Kabupaten Sragen sehingga dapat digunakan

sebagai pertimbangan dan dasar yang objektif pengambilan keputusan

oleh manajemen dalam rangka meningkatkan kepatuhan wajib pajak

restoran di BPPKAD Kabupaten Sragen dalam membayar pajak daerah.

b. Bagi penelitian yang akan datang

Untuk peneliti selanjutnya, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan

referensi sebagai sarana pembanding untuk peneliti selanjutnya tentang

Pengaruh Kondisi Keuangan, Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi

Perpajakan dan Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Restoran Di BPPKAD Kabupaten Sragen.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Teori Atribusi

Atribusi adalah memperkirakan apa yang menyebabkan orang lain

itu berperilaku tertentu. Menurut Myers (1996), kecenderungan memberi

atribusi disebabkan oleh kecenderungan manusia untuk menjelaskan segala

sesuatu, termasuk apa yang ada dibalik perilaku orang lain. Attribution

theory (teori sifat) merupakan posisi tanpa perlu disadari pada saat

melakukan sesuatu menyebabkan orang-orang yang sedang menjalani

sejumlah tes bisa memastikan apakah perkataan-perkataan dan perbuatan-

perbuatan orang lain dapat merefleksikan sifat-sifat karakteristik yang

tersembunyi dalam dirinya, atau hanya berupa reaksi-reaksi yang

dipaksakan terhadap situasi tertentu.

Kajian tentang atribusi pada awalnya dilakukan oleh Heider (1958).

Menurut Heider, setiap individu pada dasarnya adalah seorang ilmuwan

semu (pseudo scientist) yang berusaha untuk mengerti tingkah laku orang

lain dengan mengumpulkan dan memadukan potongan-potongan informasi

sampai mereka tiba pada sebuah penjelasan masuk akal tentang sebab-sebab

orang lain bertingkah laku tertentu. Dengan kata lain seseorang itu selalu

berusaha untuk mencari sebab mengapa seseorang berbuat dengan cara-cara

tertentu.

10
11

Atribusi mengacu pada bagaimana orang menjelaskan penyebab

perilaku orang lain atau dirinya sendiri. Menurut Sairi (2014) atribusi adalah

proses di mana orang menarik kesimpulan mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku orang lain. Teori atribusi adalah teori kepatuhan

Wajib Pajak terkait dengan sikap Wajib Pajak dalam membuat penilaian

terhadap pajak itu sendiri. Pada dasarnya, teori atribusi menyatakan bahwa

bila individu mengamati perilaku orang lain, mereka mencoba untuk

menentukan apakah itu ditimbulkan secara internal atau eksternal. Perilaku

yang disebabkan secara internal adalah perilaku yang diyakini berada di

bawah kendali pribadi individu itu sendiri dalam keadaan sadar, seperti ciri

kepribadian, kesadaran, dan kemampuan. Sedangkan perilaku yang

disebabkan secara eksternal adalah perilaku yang dipengaruhi dari luar,

yang artinya individu akan terpaksa berperilaku karena situasi, seperti

adanya pengaruh sosial dari orang lain.

Atribusi merupakan salah satu proses pembentukan kesan. Atribusi

mengacu pada bagaimana orang menjelaskan penyebab perilaku orang lain

atau dirinya sendiri. Atribusi adalah proses di mana orang menarik

kesimpulan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku orang

lain. Teori Atribusi memandang individu sebagai psikologi amatir yang

mencoba memahami sebab-sebab yang terjadi pada berbagai peristiwa yang

dihadapinya (Syafruddin, 2012).

Teori Atribusi merupakan salah satu proses pembentukan kesan

dengan mengamati perilaku sosial berdasarkan faktor situasional atau

personal. Teori Atribusi relevan untuk menjelaskan penelitian ini. Sebab


12

perilaku seseorang dalam memenuhi kewajiban perpajakan ditentukan oleh

suatu keadaan, baik dari faktor internal maupun faktor eksternal

(Rahmadika, 2020).

2. Definisi Pajak

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun

2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1

pajak adalah kontribusi kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dari pengertian diatas,

ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak adalah sebagai berikut:

a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang yang sifatnya dapat

dipaksakan

b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi

secara langsung oleh pemerintah

c. Pajak dipungut oleh pemerintah pusat/daerah

d. Pajak digunakan untuk pembiayaan pengeluaran negara bagi

kemakmuran rakyat.

Menurut Mardiasmo (2006:1) pajak merupakan iuran rakyat kepada

kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan

tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat

ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Menurut Ageng (2011) fungsi pajak ada dua, yaitu:

a. Fungsi Penerimaan (Budgetair)


13

Fungsi pajak sebagai budgeter yaitu memasukkan uang

sebanyak-banyaknya ke kas negara, dengan tujuan sebagai sumber dana

bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

pemerintah. Sebagai fungsi penerimaan, pajak merupakan sumber

penerimaan pemerintah yang dominan karena persentase penerimaan

dari sektor ini cukup besar jika dibandingkan dengan penerimaan dari

sektor sektor lainnya.

b. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak sebagai fungsi regulerend merupakan alat kebijakan

pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai fungsi mengatur,

pajak bukan saja merupakan alat untuk mengurangi kesenjangan sosial

tetapi juga mengarah pada pemerataan dalam masyarakat, karena secara

tidak langsung pajak dapat merupakan pembebanan pada barang publik.

Pajak ini juga dimaksudkan sebagai usaha pemerintah untuk ikut andil

dalam hal mengatur dan bilamana perlu mengubah susunan pendapatan

dan kekayaan dalam sektor swasta.

3. Pajak Daerah

Definisi pajak daerah menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 1 Angka 10 adalah

Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi


wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Mardiasmo (2018:14) beberapa pengertian atau istilah

terkait dengan Pajak Daerah, antara lain:


14

a. Daerah Otonom, selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang

berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintah dan

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

b. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi

wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan

yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan

untuk kepentingan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat.

c. Badan, yaitu sekumpulan orang atau modal yang merupakan

kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak

melakukan usaha, meliputi perseroan terbatas, perseroan

komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan

nama dan dalam bentuk apapun, seperti firma, kongsi, koperasi,

dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi

massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga

dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif

dan bentuk usaha tetap.

d. Subjek Pajak, yaitu orang pribadi atau badan yang dapat

dikenakan pajak
15

e. Wajib Pajak, yaitu orang pribadi meliputi pembayar pajak,

pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan

kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan daerah.

4. Jenis dan Tarif Pajak Daerah

Pajak Daerah dibagi menjadi 2 bagian (Mardiasmo, 2011:13), yaitu:

a. Pajak Provinsi, terdiri dari:

1) Pajak Kendaraan Bermotor: Kendaraan bermotor pribadi

paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Kendaraan

bermotor angkutan umum paling tinggi sebesar 1% (satu

persen). Kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat

besar paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen).

2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor: Penyerahan pertama

sebesar 20% (dua puluh persen), dan penyerahan kedua dan

seterusnya sebesar 1% (satu persen).

3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor paling tinggi

sebesar 10% (sepuluh persen). Khusus tarif pajak bahan

bakar kendaraan bermotor untuk bahan bakar kendaraan

umum dapat ditetapkan paling sedikit 50% (lima puluh

persen) lebih rendah dari tarif pajak bahan bakar kendaraan

bermotor untuk kendaraan pribadi.

4) Pajak Air Permukaan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh

persen)

5) Pajak Rokok 10% (sepuluh persen) dari cukai rokok.


16

b. Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari:

1) Pajak Hotel paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen)

2) Pajak Restoran paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen)

3) Pajak Hiburan paling tinggi sebesar 35% (tiga puluh lima

persen)

4) Pajak Reklame paling tinggi sebesar 25% (dua puluh lima

persen)

5) Pajak Penerangan Jalan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh

persen)

6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan paling tinggi

sebesar 25% (dua puluh lima persen)

7) Pajak Parkir paling tinggi sebesar 30% (tiga puluh persen)

8) Pajak Air Tanah paling tinggi sebesar 20% (dua puluh

persen)

9) Pajak Sarang Burung Walet paling tinggi sebesar 10%

(sepuluh persen)

10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan paling

tinggi sebesar 0,3% (nol koma tiga persen)

1) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan paling tinggi

sebesar 5% (dua lima persen).

5. Pajak Restoran

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 22

dan 23 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mendefinisikan Pajak

Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran,


17

sedangkan definisi restoran di sini adalah fasilitas penyedia makanan

dan/atau minuman yang dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah

makan, kafetaria, kantin, warung makan, bar dan sejenisnya termasuk jasa

boga/katering. Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan

oleh Restoran. Pelayanan yang disediakan Restoran meliputi pelayanan

penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik

dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain. Tidak termasuk

objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh Restoran yang

dinilai penjualannya tidak melebihi batas tertentu yang ditetapkan dengan

Peraturan Daerah.

Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang

membeli makanan dan/atau minuman dari restoran. Wajib Pajak Restoran

adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran. Dasar

pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima atau

yang seharusnya diterima restoran. Tarif Pajak Restoran ditetapkan sebesar

10% (sepuluh persen). Besaran pokok Pajak Restoran yang terutang

dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak. Tidak

termasuk objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh

restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi Rp 3.000.000 (tiga juta

rupiah) perbulan (http://bppkad.sragenkab.go.id/).

6. Kepatuhan Wajib Pajak

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kepatuhan berarti tunduk

atau patuh pada ajaran atau aturan. Menurut Tahar (2014) kepatuhan

membayar pajak merupakan salah satu tanggung jawab bagi pemerintah dan
18

rakyat kepada Tuhan, dimana memiliki hak serta kewajiban yang harus

dimiliki pemerintah serta rakyat. Kepatuhan pajak adalah kesediaan Wajib

Pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang

berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama,

peringatan ataupun ancaman dalam penerapan sanksi baik hukum maupun

administrasi (James, 2014). Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 192/PMK.03/2007, Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang

ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai Wajib Pajak yang

memenuhi kriteria tertentu. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tepat waktu dalam penyampaian Surat Pemberitahuan, meliputi:

1) Penyampaian SPT Tahunan tepat waktu dalam 3 (tiga) tahun

terakhir;

2) Penyampaian SPT Masa yang terlambat dalam tahun terakhir

untuk Masa Pajak Januari sampai November tidak lebih dari 3

(tiga) Masa Pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-

turut; dan

3) SPT Masa yang terlambat sebagaimana dimaksud pada poin 2

telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian

SPT Masa Pajak berikutnya.

b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali

tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau

menunda pembayaran pajak, meliputi keadaan pada tanggal 31

Desember tahun sebelum penetapan sebagai Wajib Pajak Patuh dan


19

tidak termasuk utang pajak yang belum melewati batas akhir

pelunasan.

c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga

pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa

Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dengan ketentuan:

1) Laporan Keuangan yang diaudit harus disusun dalam bentuk

panjang (long form report) dan menyajikan rekonsiliasi laba rugi

komersial dan fiskal bagi Wajib Pajak yang wajib

menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan; dan

2) Pendapat Akuntan atas Laporan Keuangan yang diaudit

ditandatangani oleh Akuntan Publik yang tidak sedang dalam

pembinaan lembaga pemerintah pengawas Akuntan Publik

d. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang

perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

Kemudian Kepatuhan Wajib Pajak (Devano dan Rahayu, 2006)

yaitu suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua

kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Pada

intinya pengertian dari kepatuhan Wajib Pajak adalah dimana

seorang Wajib Pajak yang memenuhi peraturan perpajakan yang

sudah menjadi kewajibannya untuk melunasi pajak terutang secara

tepat waktu sesuai nominal yang telah ditetapkan oleh Direktorat

Jenderal Pajak yang telah dilindungi oleh UU.


20

Adapun menurut Rahayu (2010:19), mengemukakan bahwa

“Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela (voluntary of

compliance) merupakan tulang punggung sistem self assessment, dimana

Wajib Pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan

dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan

pajaknya tersebut.”

Adapun jenis-jenis kepatuhan Wajib Pajak dalam buku Rahayu

(2010:138) yaitu: Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib

Pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam

undang-undang perpajakan. Misalnya menyampaikan Surat Pemberitahuan

(SPT) PPh tersebut sudah benar atau belum. Yang penting Surat

Pemberitahuan (SPT) PPh sudah disampaikan sebelum tanggal 31 Maret.

Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara

substantif/hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan yaitu

sesuai isi dan jiwa undang-undang pajak kepatuhan material juga dapat

meliputi kepatuhan formal. Di sini Wajib Pajak yang bersangkutan, selain

memperhatikan kebenaran yang sesungguhnya dari isi dan hakekat Surat

Pemberitahuan (SPT) PPh tersebut.

Kepatuhan wajib pajak baik itu dalam membayar pajak dan

melaporkan pajaknya dengan benar, lengkap, dan jelas adalah

faktor penting dalam merealisasikan target penerimaan pajak. Semakin

tinggi kepatuhan wajib pajak, maka penerimaan pajak akan semakin

meningkat, demikian pula sebaliknya. (Direktorat Jenderal Pajak, 2021).


21

7. Kondisi Keuangan

Kondisi keuangan adalah kemampuan perusahaan yang tercermin

dari tingkat profitabilitas (profitability) dan arus kas (cash flow) (Aryandini,

2016). Dalam hal ini perusahaan sebagai wajib pajak yang akan

membayarkan pajaknya. Wajib pajak yang mempunyai profitabilitas yang

tinggi cenderung melaporkan pajaknya dengan jujur daripada wajib pajak

yang mempunyai profitabilitas rendah (Mascagni, 2021). Wajib pajak

dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan dapat memenuhi kewajiban –

kewajibannya, serta kewajiban perpajakannya atas laba yang diperoleh

restoran dalam satu periode. Sedangkan Wajib pajak dengan tingkat

profitabilitas yang rendah akan kesulitan dalam memenuhi kewajiban

pajaknya, hal ini dikarenakan Wajib Pajak yang mempunyai kondisi

keuangan yang sulit akan merasa tertekan dalam membayar pajak karena

masih terdapat kebutuhan - kebutuhan lain yang lebih penting daripada

membayar pajak (Prayatni, 2016).

8. Kesadaran Wajib Pajak

Kesadaran merupakan unsur dalam diri manusia untuk memahami

realitas dan bagaimana mereka bertindak atau bersikap terhadap realitas

(Arum, Harjanti Puspa, 2012). Kesadaran wajib pajak atas fungsi

perpajakan sebagai pembiayaan negara sangat diperlukan untuk

meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Kusuma, 2016). Kesadaran Wajib

Pajak adalah suatu kondisi dimana Wajib Pajak mengetahui, mengakui,

menghargai, dan menaati ketentuan perpajakan yang berlaku serta memiliki

kesanggupan dan kemauan untuk memenuhi kewajiban pajaknya.


22

Meningkatnya kesadaran akan menumbuhkan motivasi Wajib Pajak dalam

melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Menurut Suryadi (2006), kesadaran Wajib Pajak akan meningkat

jika masyarakat memiliki persepsi positif tentang pajak. Kesadaran

menurut Utomo (2002) adalah rasa rela untuk melakukan sesuatu yang

sebagai kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat. Wajib Pajak harus

sadar bahwa dengan membayar pajak maka mereka memberikan kontribusi

dana untuk pelaksanaan fungsi perpajakan dan tugas pemerintah secara

rutin, dengan cara membayar membayar kewajiban pajaknya secara tepat

waktu dan tepat jumlah.

Kesadaran Wajib Pajak merupakan rasa yang timbul dari dalam diri

Wajib Pajak atas kewajibannya membayar pajak dengan ikhlas tanpa

adanya unsur paksaan. Kesadaran Wajib Pajak masih rendah, dapat dilihat

dari banyaknya wajib pajak tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP) dan yang melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunannya

(Tarjo, 2005). Setiap Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban

perpajakannya memiliki tingkat kesadaran yang berbeda-beda. Kesadaran

merupakan unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan bagaimana

cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas. Kesadaran yang dimiliki

oleh manusia kesadaran dalam diri, akan diri sesama, masa silam, dan

kemungkinan masa depannya (Widayati dan Nurlis, 2010). Menurut Muliari

dan Setiawan (2010) kesadaran Wajib Pajak adalah suatu kondisi dimana

Wajib Pajak mengetahui, memahami, dan melaksanakan ketentuan

perpajakan dengan benar dan sukarela. Semakin maju pemerintah beserta


23

masyarakatnya maka akan semakin tinggi kesadaran masyarakat membayar

pajak (Susanto, 2012).

9. Sanksi Perpajakan

Mardiasmo (2018) sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan)

akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan

merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma

perpajakan atau bisa dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat

pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan.

Berdasarkan pasal 7 UU KUP No.28 Tahun 2007 dikenakan sanksi

pajak apabila wajib pajak tidak menyampaikan surat pemberitahuan (SPT)

tepat waktu sesuai dengan jangka waktu penyampaian SPT atau batas waktu

perpanjangan surat pemberitahuan dimana jangka waktu tersebut adalah

sesuai dengan pasal 3 ayat 3 dan pasal ayat 4 Undang-undang Ketentuan

Umum Perpajakan No.28 Tahun 2007 yang antara lain:

a. Untuk surat pemberitahuan masa, paling lama 20 (dua puluh) hari

setelah akhir masa pajak.

b. Untuk SPT tahunan PPh wajib orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan

setelah akhir tahun pajak.

c. Untuk Surat pemberitahuan tahunan PPh wajib pajak badan, paling lama

4 (empat) bulan setelah akhir tahun pajak.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa sanksi

perpajakan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh pemerintah


24

dalam mengantisipasi wajib pajak yang tidak patuh dan diatur dalam

undang-undang.

Menurut Tjahjono (2000) terdapat dua macam sanksi pajak, yang

dimuat dalam Undang-undang perpajakan yaitu sanksi administrasi dan

sanksi pidana. Dalam pelaksanaannya, seorang wajib pajak dapat dikenai

sanksi administrasi, sanksi pidana, atau keduanya. Berikut sanksi dalam

perpajakan:

a. Sanksi Administrasi

Sanksi administrasi dikenakan terhadap wajib pajak yang

tidak memenuhi ketentuan peraturan perpajakan atau melakukan

pelanggaran terhadap aturan perpajakan yang berlaku. Sanksi

administrasi berupa pembayaran kerugian kepada negara, dapat

berupa bunga, denda, atau kenaikan.

b. Sanksi Pidana

Menurut ketentuan dalam undang-undang perpajakan ada 3

macam sanksi pidana, yaitu:

1) Denda Pidana

Sanksi berupa denda pidana selain dikenakan kepada

wajib pajak ada juga yang diancamkan kepada pejabat

atau kepada pihak ketiga yang melanggar norma. Denda

pidana dikenakan kepada tindak pidana yang bersifat

pelanggaran maupun yang bersifat kejahatan.

2) Pidana Kurungan
25

Pidana kurungan hanya diancam kepada tindak pidana

yang bersifat pelanggaran. Dapat ditujukan kepada wajib

pajak, dan pihak ketiga. Karena pidana kurungan yang

diancamkan kepada pelanggar norma itu ketentuannya

sama dengan yang diancamkan dengan denda pidana,

maka masalahnya hanya ketentuan mengenai denda

pidana sekian itu diganti dengan pidana kurungan

seumur hidup.

3) Pidana Penjara

Pidana penjara merupakan hukuman perampasan

kemerdekaan. Pidana penjara diancamkan terhadap

kejahatan. Ancaman pidana penjara tidak ada yang

ditujukan kepada pihak ketiga, adanya kepada pejabat

dan kepada wajib pajak.

Sanksi perpajakan adalah jaminan bahwa hukum dan peraturan akan

diikuti atau patuhi, sanksi pajak adalah suatu alat yang digunakan sebagai

pencegah bagi pembayar pajak sehingga wajib pajak tidak melanggar

peraturan pajak (Rahmadika, L., Askandar N.S. & Afifudin, 2020). Sanksi

perpajakan sudah diatur dalam UU Republik Indonesia No. 28 tahun 2009

tentang pajak dan retribusi daerah. Kebijakan pajak dan retribusi daerah

dilakukan berdasarkan prinsip demokrasi, kesetaraan dan keadilan,

partisipasi dan tanggung jawab masyarakat sehubungan dengan potensi

daerah.
26

10. Pelayanan Fiskus

Pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam

membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan

seseorang dalam hal ini adalah wajib pajak (Arum, Harjanti Puspa, 2012).

Ibtida (2010) menyatakan bahwa pelayanan yang baik kepada Wajib Pajak

akan membangun image positif dalam diri Wajib Pajak, sehingga mereka

tidak lagi jera berhubungan dengan aparatur pajak.

Pelayanan merupakan salah satu unsur terpenting dalam

mewujudkan kepuasan pelanggan. Seorang Wajib Pajak pada dasarnya juga

berperan sebagai pelanggan yang berhak mendapatkan pelayanan yang

layak. Pelayanan juga merupakan cara dari seseorang dalam membantu,

mengurus, menyediakan, atau menyiapkan apa yang dibutuhkan seseorang.

Menurut (Yulianawati, 2011) kualitas layanan adalah pelayanan

yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dan tetap dalam batas

memenuhi standar pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan serta

harus dilakukan secara terus-menerus. Kualitas pelayanan dapat diartikan

sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta

ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen

(Tjiptono, 2007). Sehingga secara sederhana definisi kualitas pelayanan

adalah segala bentuk aktivitas yang berhubungan dengan produk, jasa

manusia, proses, dan lingkungan untuk memenuhi atau melebihi harapan

pihak yang menginginkannya. Apabila pelayanan yang diterima atau

dirasakan sesuai dengan yang diharapkan, kualitas pelayanan dipersepsikan

baik dan memuaskan. Sebaliknya apabila pelayanan yang diterima atau


27

dirasakan tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas dikatakan

buruk atau tidak memuaskan.

Dalam kondisi Wajib Pajak merasa puas atas pelayanan yang

diberikan kepadanya, maka mereka cenderung akan melaksanakan

kewajiban membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pelayanan yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan pelayanan yang

dilakukan oleh fiskus. Pelayanan ini bisa berupa pelayanan yang ramah, adil

dan tegas yang dilakukan oleh fiskus dan pelayanan yang mudah, cepat dan

akurat agar Wajib Pajak merasa dihargai sehingga Wajib Pajak taat dalam

melakukan kewajiban perpajakannya. Pelayanan adalah suatu perilaku

seseorang terhadap orang lain yang ditujukan untuk memberikan informasi,

fasilitas, motivasi, dan sarana tanpa adanya kepemilikan dan digunakan

untuk memberikan rasa nyaman, aman serta puas sehingga orang tersebut

merasa dihargai (Nawangsari, 2010).

Menurut Yulianawati (2009) berpendapat bahwa pelayanan yang

berkualitas yang seharusnya diberikan kepada Wajib Pajak adalah:

a. Prosedur administrasi pajak dibuat sederhana sehingga mudah dipahami

oleh Wajib Pajak. Misalnya, jika seseorang yang ingin membuka usaha

harus mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak untuk mendapatkan

NPWP, diharapkan Wajib Pajak dapat memahami bagaimana untuk

mendaftarkan diri.

b. Bagi petugas fiskus harus berkompeten dalam kemampuan,

pengetahuan dan pengalaman dalam hal perpajakan misalnya

memahami administrasi perpajakan dan Undang-Undang perpajakan.


28

c. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) memberikan kemudahan kepada Wajib

Pajak dalam membayar. Misalnya, KPP telah menyediakan e-Banking

dimana Wajib Pajak dapat dengan mudah membayar pajak dimana saja.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) menyediakan e-Filling yaitu sistem

pelaporan yang mudah, dan menyediakan pendaftaran NPWP secara

online yaitu melalui e-Register.

d. KPP memberikan perluasan Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) pada

masing-masing KPP, sehingga tanpa harus mendatangi masing-masing

seksi.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang telah membahas berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak telah diringkas dan dapat dilihat pada

tabel dibawah ini:

TABEL II
PENELITIAN TERDAHULU
No Penulis Judul Variabel Metode Analisis Hasil
(Tahun) yang diteliti
1. Lucia Pengaruh Y: - Analisis - kualitas
Rahmadika, Kualitas Kepatuhan regresi pelayanan
Noor Shodiq Pelayanan, Wajib Pajak linier tidak
Askandar, Kewajiban berganda mempengaru
dan Afifudin Moral, Dan X1 : Kualitas - Uji hi kepatuhan
(2020) Sanksi Pelayanan wajib pajak,
kualitas
X2 :
Perpajakan data - kewajiban
Kewajiban
Terhadap Moral - Uji moral
Kepatuhan X3 : Sanksi asumsi variabel
Wajib Pajak Perpajakan klasik mempengaru
Dalam - Uji F hi kepatuhan
Membayar - Uji t wajib pajak.
Pajak Daerah - sanksi pajak
mempengaru
29

hi kepatuhan
wajib pajak.
2. Ida Bagus Pengaruh Y: - Analisis - kesadaran
Adinata Kesadaran, Kepatuhan statistik wajib pajak
Kusuma dan Kualitas Wajib Pajak deskripti berpengaruh
Ni Luh Pelayanan, f positif pada
Supadmi Sanksi Dan X1 : - Uji kepatuhan
(2016) Pemahaman Kesadaran validitas wajib pajak
X2 : Kualitas
Peraturan - Analisis hotel
pelayanan
Perpajakan X3 : Sanksi regresi - kualitas
Pada pajak linier pelayanan
Kepatuhan X4 : berganda berpengaruh
Wajib Pajak Pemahaman - Uji F positif pada
peraturan - Uji t kepatuhan
perpajakan wajib pajak
hotel
- sanksi pajak
berpengaruh
positif pada
kepatuhan
wajib pajak
hotel
- pemahaman
peraturan
perpajakan
memberikan
kontribusi
yang positif
dalam
meningkatka
n kepatuhan
wajib pajak
hotel

3. Saumi Pengaruh Y: - Statistik - kewajiban


Aryandini Kewajiban Kepatuhan deskripti moral
(2016) Moral, Pajak Badan f berpengaruh
Pemeriksaan Untuk Usaha - Uji terhadap
Pajak, Dan Hotel validitas kepatuhan
Kondisi
- Uji wajib pajak.
Keuangan X1 :
asumsi - Pemeriksaan
Terhadap kewajiban
Kepatuhan Moral klasik pajak
Wajib X2: - Analisis berpengaruh
Pajak Badan pemeriksaan regresi terhadap
Untuk Usaha pajak linier kepatuhan
Hotel Yang X3 : kondisi berganda wajib pajak.
Terdaftar Di keuangan - Uji - Kondisi
Dinas simultan keuangan
30

Pendapatan - Uji F perusahaan


Daerah Kota berpengaruh
Pekanbaru terhadap
kepatuhan
wajib pajak.

4. I Kadek Pengaruh Y: - Uji - Modernisasi


Litawan dan Modernisasi Kepatuhan instrume sistem
I Putu Sistem Wajib Pajak n administrasi
Nuratama Administrasi - Uji perpajakan
(2021) Perpajakan, X1: asumsi berpengaruh
Niat Modernisasi klasik positif
Membayar sistem
- Analisis signifikan
Pajak, Dan administrasi
Lingkungan perpajakan regresi terhadap
Wajib Pajak X2 : Niat linier kepatuhan
Terhadap membayar berganda wajib pajak
Kepatuhan X3 : - Determi - Niat
Wajib Pajak Lingkungan nasi membayar
Hotel Dan wajib pajak - Uji t pajak
Restoran - Uji F berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
kepatuhan
wajib pajak
- Lingkungan
wajib pajak
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
kepatuhan
wajib pajak.

5. Nyoman Pengaruh Y: - Statistik - Kemauan


Suryani Kemauan Kepatuhan deskripti membayar
(2016) Membayar Wajib Pajak f pajak
Pajak, Hotel - Analisis berpengaruh
Modernisasi regresi secara positif
Sistem X1: kemauan linier dan
Administrasi membayar
berganda signifikan
Perpajakan, pajak
Dan Kondisi X2: - Uji F terhadap
Keuangan modernisasi - Uji Kepatuhan
Terhadap sistem koefisien Wajib Pajak
Kepatuhan administrasi determin Hotel.
Wajib Pajak perpajakan asi - Modernisasi
Hotel X3: kondisi sistem
Membayar keuangan administrasi
(Placeholder1 perpajakan
)pajak
31

(Studi berpengaruh
Empiris Pada secara positif
Wajib Pajak dan
Hotel Di signifikan
Kabupaten terhadap
Buleleng) Kepatuhan
Wajib Pajak
Hotel.
- Kondisi
keuangan
berpengaruh
secara positif
dan
signifikan
terhadap
Kepatuhan
Wajib Pajak
Hotel.

6. Tasya Devi Pengaruh Y: - Analisis - kesadaran


Aryatika dan Kesadaran, Kepatuhan regresi wajib pajak
Titik Modernisasi wajib pajak linier tidak
Mildawati Sistem dalam berganda berpengaruh
(2021) Administrasi, membayar - Analisis terhadap
Kondisi pajak statistik kepatuhan
Keuangan, reklame
deskripti wajib pajak
Dan Sanksi
Pajak X1: f dalam
Terhadap kesadaran - Uji membayar
Kepatuhan wajib pajak kualitas pajak
Wajib Pajak X2: data reklame.
modernisasi - Uji - Modernisasi
sistem asumsi Sistem
administrasi klasik Administrasi
X3: kondisi - Uji berpengaruh
keuangan koefisien positif
X4: sanksi determin terhadap
pajak kepatuhan
asi
- Uji F wajib pajak
- Uji t dalam
membayar
pajak
reklame.
- kondisi
keuangan
tidak
berpengaruh
terhadap
kepatuhan
wajib pajak
32

dalam
membayar
pajak
reklame.
- sanksi pajak
tidak
berpengaruh
terhadap
kepatuhan
wajib pajak
dalam
membayar
pajak
reklame.

7. Kadek Pengaruh Y: - Uji - kesadaran


Vanny Panji Kesadaran Kepatuhan statistik wajib pajak
Putra dan Wajib Pajak, wajib pajak deskripti berpengaruh
Edy Sujana Pengetahuan f positif
(2021) Perpajakan X1 : - Uji terhadap
Dan Kualitas kesadaran analisis kepatuhan
wajib pajak
Pelayanan regresi wajib pajak
X2 :
Fiskus pengetahuan linier - pengetahuan
Terhadap perpajakan berganda perpajakan
Kepatuhan X3 : kualitas - Uji berpengaruh
Wajib Pajak pelayanan koefisien positif
Dalam fiskus determin terhadap
Membayar asi kepatuhan
Pajak Hotel wajib pajak
Di Kabupaten - kualitas
Buleleng pelayanan
fiskus
berpengaruh
positif
terhadap
kepatuhan
wajib pajak

8. Giulia Can Icts Y: - Summar - adopsi SRM,


Mascagni, Increase Tax Kepatuhan y yang
Andualem Compliance? Pajak statistics memungkink
T. Mengistu Evidence On - Probabili an dorongan
dan Fireweb. Taxpayer X1 : ty of penegakan
Woldeyes Responses To teknologi machine hukum yang
X2 :
(2021) Technologica adoption lebih besar,
Administrasi
l Innovation - Diff-in- menyebabka
Pajak
In Ethiopia diff n
peningkatan
yang
33

- Balance signifikan
tests dalam
(RCT) penerimaan
pajak baik
untuk pajak
penghasilan
maupun
PPN.
- bahwa
perusahaan
meningkatka
n keakuratan
laporan pajak
mereka
sendiri
setelah
adopsi mesin
- hasil RCT
kami
menunjukka
n bahwa efek
SRM yang
diamati
sebagian
besar
disebabkan
oleh
peningkatan
kepatuhan,
daripada
perubahan
dalam
aktivitas
ekonomi riil.

Sumber : Hasil Penelitian Terdahulu.


34

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka dari penelitian terdahulu maka dapat

digambarkan model kerangka pemikiran sebagai berikut :

Kondisi Keuangan
(X1)
H1

Kesadaran Wajib H2
Pajak (X2)
Kepatuhan Wajib Pajak
H3 Restoran (Y)

Sanksi Perpajakan
(X3)
H4

Pelayanan Fiskus
(X4)

GAMBAR 1
KERANGKA PEMIKIRAN
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah :

a. Kondisi Keuangan

b. Kesadaran Wajib Pajak

c. Sanksi Perpajakan

d. Pelayanan Fiskus.

2. Variabel Terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Kepatuhan Wajib Pajak

Restoran.
35

D. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah

dijabarkan terlebih dahulu maka hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian

ini adalah hubungan antara Kondisi Keuangan (X1) terhadap kepatuhan wajib

pajak restoran (Y), Kesadaran Wajib Pajak (X2) terhadap terhadap kepatuhan

wajib pajak restoran (Y), Sanksi Perpajakan (X3) terhadap terhadap kepatuhan

wajib pajak restoran (Y), dan Pelayanan Fiskus (X4) terhadap terhadap

kepatuhan wajib pajak restoran (Y).

1. Pengaruh Kondisi Keuangan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Restoran.

Kondisi keuangan dapat didefinisikan dengan kemampuan

keuangan perusahaan yang tercermin dari tingkat profitabilitas dan arus

kas (Aryatika, 2021). Kondisi keuangan dapat mempengaruhi wajib

pajak. Setiawan (2017), mengidentifikasi bahwa tekanan keuangan

sebagai salah satu sumber tekanan bagi wajib pajak dan wajib pajak

yang mempunyai pendapatan yang terbatas mungkin akan menghindari

pembayaran pajak jika kondisi keuangan wajib pajak tersebut buruk.

Hasil penelitian Aryandini (2016) telah membuktikan bahwa kondisi

keuangan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2017) juga membuktikan

bahwa kondisi keuangan berpengaruh signifikan positif terhadap

kepatuhan wajib pajak.

Berdasarkan teori atribusi, kondisi keuangan merupakan faktor yang

dapat mempengaruhi para wajib pajak untuk melakukan kewajiban


36

pajaknya, lebih tepatnya faktor internal dari diri wajib pajak. Wajib

pajak akan mematuhi pembayaran pajak bila kondisi keuangan wajib

pajak tersebut dalam kondisi stabil atau baik. Semakin baik atau stabil

kondisi wajib pajak tersebut, maka wajib pajak akan melunasi

kewajibannya. Maka, berdasarkan berbagai penjelasan sebelumnya,

dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Kondisi Keuangan Berpengaruh Signifikan Positif

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Restoran

2. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Restoran.

Kesadaran wajib pajak adalah keadaan mengetahui atau mengerti

perihal pembayaran pajak. Kesadaran wajib pajak atas fungsi

perpajakan sebagai pembiayaan negara sangat diperlukan untuk

meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Kusuma, 2016). Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Kusuma (2016) telah membuktikan bahwa

kesadaran berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2021) juga telah membuktikan

bahwa kesadaran berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib

pajak.

Berdasarkan teori atribusi, jelas bahwa kesadaran wajib pajak

merupakan faktor internal yang dapat mempengaruhi para wajib pajak

untuk melakukan kewajiban pajaknya. Wajib pajak akan mematuhi

pembayaran pajak bila wajib pajak sadar bahwa membayar pajak itu

penting untuk keperluan negara dan fasilitas umum. Oleh karena itu,
37

teori atribusi relevan untuk mendukung hipotesis ini. Maka,

berdasarkan berbagai penjelasan sebelumnya, dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

H2: Kesadaran Wajib Pajak Berpengaruh Signifikan Positif

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Restoran

3. Pengaruh Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Restoran.

Sanksi perpajakan adalah jaminan bahwa hukum dan peraturan akan

diikuti atau patuhi, sanksi perpajakan adalah suatu alat yang digunakan

sebagai pencegah bagi pembayar pajak sehingga wajib pajak tidak

melanggar peraturan pajak (Rahmadika, 2020). Sanksi perpajakan

sudah diatur dalam UU Republik Indonesia No. 28 tahun 2009 tentang

pajak dan retribusi daerah. Sanksi perpajakan akan mempengaruhi

kepatuhan wajib pajak. Semakin besar kesalahan yang dilakukan oleh

seorang wajib pajak, maka sanksi yang diberikan juga akan semakin

berat (Kusuma, 2016). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmadika

(2020) telah membuktikan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian yang dilakukan

oleh Kusuma (2016) juga telah membuktikan bahwa sanksi perpajakan

berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Berdasarkan teori atribusi, jelas bahwa sanksi perpajakan

merupakan faktor yang dapat mempengaruhi para wajib pajak untuk

melakukan kewajiban pajaknya. Wajib pajak akan mematuhi

pembayaran pajak bila memandang sanksi perpajakan akan lebih


38

banyak merugikan. Semakin banyak sisa tunggakan pajak yang harus

dibayar wajib pajak, maka akan semakin berat bagi wajib pajak untuk

melunasinya. Maka, berdasarkan berbagai penjelasan sebelumnya,

dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Sanksi Perpajakan Berpengaruh Signifikan Positif

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Restoran

4. Pengaruh Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Restoran.

Tingkat kepatuhan seorang wajib pajak dalam memenuhi setiap

kewajiban perpajakannya akan sangat dipengaruhi kualitas pelayanan

yang diberikan fiskus kepada wajib pajak (Arum, 2012). Pada saat

fiskus secara maksimal dalam memberikan pelayanannya kepada wajib

pajak yang ingin memenuhi setiap hak dan kewajibannya, maka wajib

pajak tersebut akan merasa nyaman dan puas dalam menjalani proses

tersebut, yang kemudian akan membuat dia semakin terdorong untuk

senantiasa dalam mematuhi setiap kewajiban perpajakannya (Zuhair,

2018). Hal ini juga telah didukung oleh beberapa penelitian terdahulu.

Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2016) membuktikan bahwa

kualitas pelayanan fiskus berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan

wajib pajak. Putra (2021) juga telah membuktikan bahwa kualitas

pelayanan fiskus berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib

pajak.

Berdasarkan teori atribusi, jelas bahwa pelayanan fiskus merupakan

faktor yang dapat mempengaruhi para wajib pajak untuk melakukan


39

kewajiban pajaknya. Pelayanan fiskus merupakan faktor yang berasal

dari luar diri wajib pajak itu sendiri atau bisa disebut faktor eksternal.

Pelayanan fiskus yang baik kepada wajib pajak bisa jadi merupakan

faktor yang menyebabkan wajib pajak taat membayar pajak atau tidak.

Maka, berdasarkan berbagai penjelasan sebelumnya, dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

H4 : Pelayanan Fiskus Berpengaruh Signifikan Positif

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Restoran.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Restoran yang

terdaftar di BPPKAD Kabupaten Sragen. BPPKAD Kabupaten Sragen

merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan di bidang pendapatan,

pengelolaan keuangan dan aset daerah seperti pajak daerah khususnya pajak

restoran. Penelitian dilakukan di BPPKAD Kabupaten Sragen karena pada

tahun 2020-2021 penerimaan pendapatan pajak daerah khususnya pajak

restoran mengalami penurunan disebabkan pandemi.

B. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kuantitatif. Data kuantitatif bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh

antara variabel-variabel penelitian secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai persepsi Wajib Pajak Restoran tentang kondisi keuangan,

kesadaran wajib pajak, sanksi perpajakan, dan pelayanan fiskus terhadap

kepatuhan Wajib Pajak Restoran di BPPKAD Kabupaten Sragen.

2. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah data primer. Menurut Sugiyono

(2012) data primer adalah sebuah data yang langsung didapatkan dari

sumber dan diberi kepada pengumpul data atau peneliti. Ada pula pendapat

40
41

menurut Sugiyono, sumber data primer adalah wawancara dengan subjek

penelitian baik secara observasi ataupun pengamatan langsung. Data primer

diperoleh dengan memberikan kuesioner kepada responden yang berisikan

pertanyaan tentang variabel-variabel penelitian. Jawaban responden yang

diperoleh saat melakukan pengisian kuesioner diukur menggunakan skala

likert 5 (Sangat Setuju = 5, Setuju = 4, Netral = 3, Tidak Setuju = 2 dan

Sangat Tidak Setuju = 1).

C. Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2016:135). Populasi dalam penelitian ini adalah

wajib pajak restoran yang terdaftar dan mempunyai Nomor Pokok Wajib

Pajak Daerah (NPWPD) dari Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah (BPPKAD) Kabupaten Sragen sejumlah 1483 wajib pajak.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2014). Pengukuran sampel merupakan

suatu langkah untuk menentukan besarnya sampel yang diambil dalam

melakukan suatu penelitian. Selain itu, sampel yang dipilih harus

menunjukkan segala karakteristik populasi sehingga tercermin dalam


42

sampel yang dipilih. Dengan kata lain sampel harus menggambarkan

keadaan populasi yang sebenarnya.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

accidental sampling yaitu mengambil responden berdasarkan kebetulan,

yaitu wajib pajak yang datang di Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah (BPPKAD) Kabupaten Sragen dapat digunakan sebagai

sampel apabila orang yang ditemui cocok untuk dijadikan responden.

Banyaknya sampel yang digunakan dapat ditentukan menggunakan

rumus Slovin. Adapun penelitian ini menggunakan rumus Slovin karena

dalam penarikan sampel, jumlahnya harus representative agar hasil

penelitian dapat digeneralisasikan dan perhitungannya pun tidak

memerlukan tabel jumlah sampel, namun dapat dilakukan dengan rumus

dan perhitungan sederhana.

Untuk menghitung jumlah sampel dari populasi diatas dengan

menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:


𝑁
n = 1+𝑁 (𝑒)2

Keterangan:

N = Jumlah Populasi

n = Jumlah sampel

e = Error (batas kesalahan)

Dalam menentukan jumlah sampel yang akan dipilih, penulis

menggunakan tingkat kesalahan sebesar 10%. Jumlah populasi sebagai

dasar perhitungan adalah 1483 responden wajib pajak restoran di

Kabupaten Sragen, maka diperoleh sampel sebagai berikut:


43

n = 1.483 2.483

1 + 1.483 (0,1)2

= 93,68 dibulatkan menjadi 100 responden

Jadi besarnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100

responden.

D. Definisi Operasional Variabel yang Digunakan

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen

dan variabel dependen. Variabel independen (variabel bebas) antara lain kondisi

keuangan, kesadaran wajib pajak, sanksi perpajakan, dan pelayanan fiskus.

Variabel dependen (variabel terikat) dalam penelitian ini adalah kepatuhan

wajib pajak restoran.

1. Kepatuhan Wajib Pajak Restoran

Kepatuhan Wajib Pajak dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan

dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan

melaksanakan hak perpajakannya (Kurnia, 2010:138).

Menurut Handayani (2009) indikator kepatuhan wajib pajak adalah

sebagai berikut:

a. Wajib pajak mengisi formulir SPT dengan benar, lengkap dan jelas.

b. Wajib pajak melakukan perhitungan dengan benar.

c. Wajib pajak melakukan pembayaran tepat waktu.

d. Wajib pajak tidak pernah menerima surat teguran.

Kepatuhan wajib pajak restoran dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan Skala Likert dengan skor 1 – 5.


44

2. Kondisi Keuangan

Kondisi keuangan adalah kemampuan keuangan perusahaan yang

tercermin dari tingkat profitabilitas dan arus kas (Aryandini, 2016). Adapun

indikator kondisi keuangan dalam penelitian ini adalah:

a. Arus kas keuangan tahun pajak terakhir kurang memuaskan.

b. Kondisi Keuangan meningkatkan kepatuhan

c. Baik buruknya kondisi keuangan bukan menjadi penghalang

untuk taat bayar pajak.

Kondisi keuangan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

Skala Likert dengan skor 1 – 5.

3. Kesadaran Wajib Pajak

Menurut Setiawan (2017) menyatakan bahwa kesadaran wajib pajak

merupakan rasa yang timbul dari diri seseorang untuk berperilaku secara

sukarela sebagai wajib pajak dengan berbagai pertimbangan, pengetahuan,

dan penalaran sesuai dengan sistem dan ketentuan perpajakan yang berlaku.

Menurut penelitian Setiawan (2017) mengemukakan bahwa

indikator kesadaran wajib pajak, yaitu:

a. Membayar pajak merupakan bentuk partisipasi dalam

menunjang pembangunan

b. Penundaan pembayaran pajak sangat merugikan negara,

pelayanan dan fasilitas umum berasal dari pajak

c. Membayar pajak merupakan kewajiban setiap warga negara

dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku.


45

Kesadaran Wajib Pajak dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan Skala Likert dengan skor 1 – 5.

4. Sanksi Perpajakan

Menurut Fitria (2019) menyatakan bahwa sanksi perpajakan adalah

suatu tindakan berupa hukuman untuk memaksa seseorang menaati aturan.

Inayati (2019) menyatakan bahwa indikator sanksi perpajakan,

yaitu:

a. Sanksi perpajakan diperlukan untuk menciptakan kedisiplinan

wajib pajak dalam membayar pajak

b. Sanksi perpajakan dilaksanakan dengan tegas kepada wajib

pajak yang melanggar aturan perpajakan

c. Sanksi perpajakan diberikan sesuai dengan ketentuan atau aturan

yang berlaku.

Sanksi Perpajakan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

Skala Likert dengan skor 1 – 5.

5. Pelayanan Fiskus

Pelayanan Fiskus adalah ukuran seberapa bagus tingkat layanan

yang diberikan (fiskus) mampu menyesuaikan dengan ekspektasi pelanggan

(wajib pajak), jadi kualitas pelayanan fiskus diwujudkan melalui

pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan (wajib pajak) serta

ketetapan penyampaian pelayanan tersebut membagi harapan pelanggan

(Ahya, 2019).

Menurut Haswindar (2016) indikator variabel dari pelayanan fiskus,

yaitu:
46

a. Kecepatan dan ketepatan dalam melayani.

b. Keterampilan fiskus dalam menjawab pertanyaan wajib pajak.

c. Kejelasan dalam memberikan pelayanan.

d. Fasilitas yang memadai.

Pelayanan Fiskus dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

Skala Likert dengan skor 1 – 5.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data digunakan untuk menyederhanakan data agar data lebih

mudah diinterpretasikan. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan uji

kualitas data, uji asumsi klasik, analisis regresi berganda, pengujian hipotesis

dan analisis statistik deskriptif.

1. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid

tidaknya suatu kuesioner. Suatu data dikatakan valid jika pertanyaan

pada kuesioner mampu untuk mengungkap sesuatu yang akan

diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2016:52). Suatu instrumen

dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkannya.

Untuk itu dilakukan analisis item dengan metode korelasi product

moment r pearson. Uji validitas dengan metode ini dilakukan dengan

cara mengkorelasikan skor jawaban yang diperoleh pada masing-

masing item dengan skor total dari keseluruhan item. Pengujian

validitas dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi


47

sebesar α = 5%. Pernyataan valid bilamana memenuhi kriteria

sebagai berikut:

Valid: r hitung > r tabel atau sig probabilitas < 0,05

Tidak valid: r hitung < r tabel atau sig probabilitas > 0,05

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner

yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu

kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang

terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu. Suatu variabel dikatakan reliabel atau handal apabila

memberikan nilai Cronbach’s Alpha ≥ 0,6 (Ghozali, 2016:47-48).

Digunakan jika variabel independennya lebih dari satu sehingga

diperlukan pengujian ke variabel independen hasil uji regresi dari

masing-masing variabel independen terhadap variabel dependennya

(Sujarweni, 2016).

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas ini digunakan untuk mengetahui apakah

terdapat korelasi yang sempurna diantara beberapa variabel bebas

yang digunakan dalam model. Multikolinieritas terjadi jika terdapat

hubungan linier antara independen variabel yang dilibatkan dalam

model. Jika terjadi gejala multikolinieritas yang tinggi, standar error

koefisien regresi akan semakin besar dan mengakibatkan confidence

interval untuk pendugaan parameter semakin lebar, dengan


48

demikian terbuka kemungkinan terjadi kekeliruan, menerima

hipotesis yang salah.

Uji asumsi klasik seperti multikolinieritas dapat

dilaksanakan dengan jalan meregresikan model analisis dan

melakukan uji korelasi antar independent variable dengan

menggunakan VIF (Variance Inflation Factor). Jika angka

Tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka data dinyatakan bebas

dari multikolinieritas.

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dimaksudkan untuk menguji apakah antar

residual antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar

residual tidak terdapat korelasi maka dikatakan bahwa residual

adalah acak atau random. Uji statistik yang digunakan untuk

mendeteksi autokorelasi adalah dengan Runs Test. Apabila p value

> 0,05 maka tidak terjadi autokorelasi, sebaliknya jika p value ≤ 0,05

maka terjadi autokorelasi (Ghozali, 2013:119).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual

satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak

terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005; 105). Heteroskedastisitas


49

diuji dengan menggunakan uji koefisien korelasi Rank Spearman

yaitu mengkorelasikan antara absolut residual hasil regresi dengan

semua variabel bebas. Bila signifikansi hasil korelasi lebih kecil dari

0,05 (5%) maka persamaan regresi tersebut mengandung

heteroskedastisitas dan sebaliknya berarti non heteroskedastisitas

dan homoskedastisitas.

d. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan untuk melihat bahwa suatu

data terdistribusi secara normal atau tidak. Uji Normalitas data

dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Imam

Ghozali (2001) menyatakan bahwa uji normalitas data dilihat dari

nilai Kolmogorov Smirnov lebih besar dari 0,05 maka data

terdistribusi normal.

3. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran

mengenai variabel yang diteliti. Uji statistik deskriptif mencakup nilai

rata-rata (mean), nilai minimum, nilai maksimum dan nilai standar

deviasi dari data penelitian.

4. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi berganda dipilih untuk digunakan pada penelitian

ini karena regresi berganda dapat menyimpulkan secara langsung

mengenai pengaruh masing-masing variabel bebas yang digunakan

secara parsial ataupun secara bersama-sama.


50

Hair et al. (1998) menyatakan bahwa regresi berganda merupakan

teknik statistik untuk menjelaskan keterkaitan antara variabel terikat

dengan beberapa variabel bebas. Fleksibilitas dan adaptivitas dari

metode ini mempermudah peneliti untuk melihat suatu keterkaitan dari

beberapa variabel sekaligus. Regresi berganda juga dapat

memperkirakan kemampuan prediksi dari serangkaian variabel bebas

terhadap variabel terikat (Hair et al., 1998). Sementara itu, model regresi

yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = α + β1 X1+ β2 X2 + β3 X3 + β4 X4+ e

Keterangan :

Y = Kepatuhan Wajib Pajak Restoran

a = Konstanta

b1b2b3b4 = Koefisien Regresi Variabel Independen

X1 = kondisi keuangan

X2 = kesadaran wajib pajak

X3 = sanksi pajak

X4 = pelayanan fiskus

e = error term

5. Pengujian Hipotesis

a. Uji F

Uji F dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan semua

variabel bebas dimasukkan dalam model yang memiliki

pengaruh secara bersama terhadap variabel terikat (Ghozali,

2018:98). Apabila nilai probabilitas signifikansi < 0,05, maka


51

variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel

terikat.

b. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji apakah variabel independen

secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen (Ghozali, 2018). Pengujian menggunakan signifikansi

level 0,05 (α = 5%). Dengan kriteria sebagai berikut:

1) Jika nilai sig. ≤ 0,05 maka dikatakan signifikan. Harus dilihat

terlebih dahulu nilai koefisien regresinya, jika arahnya sesuai

dengan arah hipotesis maka dapat dikatakan Ha diterima.

2) Jika nilai sig. > 0,05 maka dikatakan tidak signifikan.

Artinya Ha ditolak sehingga tidak ada pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen.

c. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa

jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan

satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel

independen dalam menjelaskan variasi dependen amat terbatas.

Nilai yang tinggi berarti variabel-variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variabel dependen.


BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengumpulan Data

Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini. Adapun responden yang dipilih untuk mengisi kuesioner yang

telah penulis sebar ialah wajib pajak yang membayar pajak restoran di

Kabupaten Sragen.

Kuesioner telah disebar secara langsung kepada responden yang telah

ditentukan sebelumnya. Adapun jumlah kuesioner yang telah diisi sebanyak 96

kuesioner. Pada tabel dibawah akan dijelaskan secara detail mengenai ringkasan

dan pengembalian kuesioner dalam penelitian.

TABEL III
Ringkasan Pengumpulan Data
Keterangan Jumlah %
Kuesioner yang telah disebar 100 100
Kuesioner yang tidak kembali 0 0
Kuesioner yang kembali 100 100
Kuesioner yang tidak layak 4 4
Kuesioner yang layak 96 96
Sumber : Data primer diolah, 2022

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui dan disimpulkan bahwa total

kuesioner yang telah kembali dan layak digunakan untuk dianalisis kemudian

yaitu sebanyak 96 kuesioner (tingkat useable response sebesar 96%) dari 100

kuesioner yang telah disebar.

52
53

B. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Gambaran Umum BPPKAD Kabupaten Sragen

Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang

selanjutnya disebut BPPKAD merupakan salah satu dinas daerah yang

mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang

pendapatan pengelolaan keuangan dan aset yang dipimpin oleh Kepala

Badan dan berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati

melalui Sekretaris Daerah. BPPKAD Kabupaten Sragen yang beralamat di

Jalan Raya Sukowati No. 255 Sragen. BPPKAD mengelola pajak daerah

yang ada di Kabupaten Sragen yang salah satunya yaitu pajak restoran.

2. Gambaran Umum Responden

Penelitian dilakukan di BPPKAD Kabupaten Sragen yaitu dimana

yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah wajib pajak restoran

yang membayar pajaknya di BPPKAD Kabupaten Sragen.

Karakteristik responden yang dianalisis dalam penelitian ini

meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan pendapatan.

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

TABEL IV
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik Jumlah %
Jenis Kelamin Laki-laki 54 56,25%
Perempuan 42 43,75%
Total 96 100%
Sumber : Data Primer diolah, 2022

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa yang menjadi

responden dalam penelitian ini jenis kelain laki-laki sebanyak 54

responden dengan persentase 56,25% dan jenis kelamin perempuan


54

sebanyak 42 responden dengan persentase 43,75%. Hal ini

menunjukkan bahwa mayoritas wajib pajak restoran yang menjadi

responden di BPPKAD Kabupaten Sragen adalah Laki-laki.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

TABEL V
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Karakteristik Jumlah %
Usia 20-30 40 41,67
31-40 27 28,13
>40 29 30,20
Total 96 100%
Sumber : Data Primer diolah, 2022

Berdasarkan tabel tersebut, mengemukakan tentang usia responden

yang paling mendominasi yaitu pada usia 20-30 tahun yaitu sebanyak

40 responden dengan persentase 41,67%. Usia 31-40 tahun sebanyak

27 responden dengan persentase 28,13%, sedangkan di usia lebih dari

40 tahun berjumlah 29 responden dengan persentase 30,20%.

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

TABEL VI
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Karakteristik Jumlah %
Tingkat SLTA 33 34,37
Pendidikan S1 28 29,17
S2 6 6,25
Lain-lain 29 30,21
Total 96 100%
Sumber : Data Primer diolah, 2022

Berdasarkan tabel diatas, tingkat pendidikan terakhir yang dimiliki

oleh wajib pajak restoran di BPPKAD Kabupaten Sragen mayoritas

adalah lulusan SLTA yaitu sebanyak 33 responden dengan persentase

34,37%. Kemudian lulusan S1 sebanyak 28 responden dengan

persentase 29,17%. Lulusan S2 hanya 6 responden dengan persentase


55

6,25%, sedangkan untuk lulusan yang tidak disebutkan namanya atau

lain-lain sebanyak 29 responden dengan persentase 30,21%.

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

TABEL VII
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan
Karakteristik Jumlah %
Pendapatan ≤ Rp 1.000.000 39 40,63
Rp 1.000.001 – Rp 5.000.000 34 35,42
Rp 5.000.001 – Rp 10.000.000 14 14,58
≥ Rp 10.000.001 9 9,37
Total 96 100%
Sumber : Data Primer diolah, 2022

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa wajib pajak

restoran di BPPKAD Kabupaten Sragen yang mendapatkan

pendapatan dibawah Rp 1.000.000 paling mendominasi yaitu

sebanyak 39 responden dengan persentase 40,63%. Pendapatan di

kisaran Rp 1.000.001 – Rp 5.000.000 sebanyak 34 responden dengan

persentase 35,42%. Pendapatan di kisaran Rp 5.000.001 – Rp

10.000.000 sebanyak 14 responden dengan persentase 14,58%,

sedangkan pendapatan di atas Rp 10.000.001 hanya sebanyak 9

responden dengan persentase 9,37%.

C. Hasil Pengolahan Data

1. Uji Instrumen

a. Uji Validitas dan Reliabilitas

1) Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk menguji kuesioner sebagai

instrumen (alat) dalam penelitian apakah valid/tepat untuk


56

mengambil data. Uji validitas menggunakan pearson correlation

product moment/pearson correlation. Kriteria kuesioner dikatakan

valid bila ρ-value (probabilitas value/signifikansi) < 0,05.

a) Uji Validitas Variabel Kondisi Keuangan (X1)

TABEL VIII
Uji Validitas Variabel Kondisi Keuangan (X1)
Item Kuesioner ρ-value Kriteria Keterangan
(signifikansi)
X1.1 0,000 α = 0,05 Valid
X1.2 0,000 α = 0,05 Valid
X1.3 0,000 α = 0,05 Valid
Sumber : Data Primer diolah, 2022

Tabel Pearson Correlation diatas menunjukkan bahwa

item kuesioner X1.1 sampai dengan X1.3 diperoleh nilai

signifikansi (ρ-value) = 0,000 < 0,05 , maka semua item

kuesioner variabel Kondisi Keuangan valid.

b) Uji Validitas Variabel Kesadaran Wajib Pajak (X2)

TABEL IX
Uji Validitas Variabel Kesadaran Wajib Pajak (X2)
Item Kuesioner ρ-value Kriteria Keterangan
(signifikansi)
X2.1 0,000 α = 0,05 Valid
X2.2 0,000 α = 0,05 Valid
X2.3 0,000 α = 0,05 Valid
X2.4 0,000 α = 0,05 Valid
X2.5 0,000 α = 0,05 Valid
Sumber : Data Primer diolah, 2022

Tabel Pearson Correlation diatas menunjukkan bahwa

item kuesioner X2.1 sampai dengan X2.5 diperoleh nilai

signifikansi (ρ-value) = 0,000 < 0,05 , maka semua item

kuesioner variabel Kesadaran Wajib Pajak valid.


57

c) Uji Validitas Variabel Sanksi Perpajakan (X3)

TABEL X
Uji Validitas Variabel Sanksi Perpajakan (X3)
Item Kuesioner ρ-value Kriteria Keterangan
(signifikansi)
X3.1 0,000 α = 0,05 Valid
X3.2 0,000 α = 0,05 Valid
X3.3 0,000 α = 0,05 Valid
Sumber : Data Primer diolah, 2022

Tabel Pearson Correlation diatas menunjukkan

bahwa item kuesioner X3.1 sampai dengan X3.3 diperoleh nilai

signifikansi (ρ-value) = 0,000 < 0,05 , maka semua item

kuesioner variabel Sanksi Perpajakan valid.

d) Uji Validitas Variabel Pelayanan Fiskus (X4)

TABEL XI
Uji Validitas Variabel Pelayanan Fiskus (X4)
Item Kuesioner ρ-value Kriteria Keterangan
(signifikansi)
X4.1 0,000 α = 0,05 Valid
X4.2 0,000 α = 0,05 Valid
X4.3 0,000 α = 0,05 Valid
X4.4 0,000 α = 0,05 Valid
X4.5 0,000 α = 0,05 Valid
Sumber : Data Primer diolah, 2022

Tabel Pearson Correlation diatas menunjukkan bahwa

item kuesioner X4.1 sampai dengan X4.5 diperoleh nilai

signifikansi (ρ-value) = 0,000 < 0,05 , maka semua item

kuesioner variabel Pelayanan Fiskus valid.


58

e) Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Restoran (Y)

TABEL XII
Uji Validitas
Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Restoran (Y)
Item Kuesioner ρ-value Kriteria Keterangan
(signifikansi)
Y.1 0,000 α = 0,05 Valid
Y.2 0,000 α = 0,05 Valid
Y.3 0,000 α = 0,05 Valid
Y.4 0,000 α = 0,05 Valid
Y.5 0,000 α = 0,05 Valid
Sumber : Data Primer diolah, 2022

Tabel Pearson Correlation diatas menunjukkan bahwa item

kuesioner Y.1 sampai dengan Y.5 diperoleh nilai signifikansi

(ρ-value) = 0,000 < 0,05 , maka semua item kuesioner variabel

Kepatuhan Wajib Pajak Restoran valid.

2) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk menguji keandalan

kuesioner. Kuesioner dikatakan handal/reliable bila jawaban

responden adalah konsisten dari waktu ke waktu. Kuesioner

reliable bila nilai Cronbach Alpha > 0,60.

a) Uji Reliabilitas Variabel Kondisi Keuangan (X1)

TABEL XIII
Uji Reliabilitas Variabel Kondisi Keuangan (X1)
Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha Cronbach’s Alpha Based N of Items
on Standardized Items
.723 .725 3
Sumber : Data Primer diolah, 2022

Tabel diatas menunjukkan nilai Cronbach Alpha untuk

Variabel Kondisi Keuangan (X1) sebesar 0,725 > 0,60 maka

kuesioner Variabel Kondisi Keuangan (X1) reliable.


59

b) Uji Reliabilitas Variabel Kesadaran Wajib Pajak (X2)

TABEL XIV
Uji Reliabilitas Variabel Kesadaran Wajib Pajak (X2)
Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha Cronbach’s Alpha Based N of Items
on Standardized Items
.604 .617 5
Sumber : Data Primer diolah, 2022

Tabel diatas menunjukkan nilai Cronbach Alpha untuk

Variabel Kesadaran Wajib Pajak (X2) sebesar 0,617 > 0,60

maka kuesioner Variabel Kesadaran Wajib Pajak (X2) reliable.

c) Uji Reliabilitas Variabel Sanksi Perpajakan (X3)

TABEL XV
Uji Reliabilitas Variabel Sanksi Perpajakan (X3)
Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha Cronbach’s Alpha Based N of Items
on Standardized Items
.642 .640 3
Sumber : Data Primer diolah, 2022

Tabel diatas menunjukkan nilai Cronbach Alpha untuk

Variabel Sanksi Perpajakan (X3) sebesar 0,640 > 0,60 maka

kuesioner Variabel Sanksi Perpajakan (X3) reliable.

d) Uji Reliabilitas Variabel Pelayanan Fiskus (X4)

TABEL XVI
Uji Reliabilitas Variabel Pelayanan Fiskus (X4)
Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha Cronbach’s Alpha Based N of Items
on Standardized Items
.823 .823 5
Sumber : Data Primer diolah, 2022
60

Tabel diatas menunjukkan nilai Cronbach Alpha untuk

Variabel Pelayanan Fiskus (X4) sebesar 0,823 > 0,60 maka

kuesioner Variabel Pelayanan Fiskus (X4) reliable.

e) Uji Reliabilitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Restoran (Y)

TABEL XVII
Uji Reliabilitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak
Restoran (Y)
Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha Cronbach’s Alpha Based N of Items
on Standardized Items
.806 .807 5
Sumber : Data Primer diolah, 2022

Tabel diatas menunjukkan nilai Cronbach Alpha untuk

Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Restoran (Y) sebesar 0,807 >

0,60 maka kuesioner Variabel Kepatuhan Wajib Pajak

Restoran (Y) reliable.

2. Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik merupakan syarat untuk melakukan analisis

regresi, agar regresi sebagai estimasi bisa tepat/tidak, bias/tidak

menyimpang (Catatan: regresi sebagai estimasi yaitu mengestimasi

variabel Y/dependen berdasarkan variabel X/variabel independen).

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel

independen (Ghozali, 2012: 105). Harus tidak terjadi multikolinearitas

(bebas multikolinearitas). Kriteria : Nilai Tolerance > 0,10 dan Nilai

VIF < 10.


61

TABEL XVIII
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig. Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
B Std. Beta Tolerance VIF
Error
1 (Constant) 8.421 2.318 3.632 .000
KONDISI .310 .080 .260 3.889 .000 .925 1.081
KEUANGAN
KESADARAN .090 .112 .071 .804 .023 .532 1.881
WP
SANKSI .085 .080 .069 1.062 .021 .983 1.017
PERPAJAKAN
PELAYANAN .615 .075 .728 8.169 .000 .519 1.926
FISKUS
a. Dependent Variable: KEPATUHAN WP RESTORAN
Sumber : Data Primer diolah, 2022

Hasil menunjukkan bahwa nilai tolerance untuk variabel X1

(Kondisi Keuangan) = 0,925, X2 (Kesadaran Wajib Pajak) = 0,532,

X3 (Sanksi Perpajakan) = 0,983 dan X4 (Pelayanan Fiskus) = 0,519 >

0,10 dan nilai VIF untuk variabel X1 (Kondisi Keuangan) = 1,081, X2

(Kesadaran Wajib Pajak) = 1,881, X3 (Sanksi Perpajakan) = 1,017

dan X4 (Pelayanan Fiskus) = 1,926 < 10, hal ini menunjukkan tidak

terjadi multikolinearitas, atau model regresi tersebut lolos uji

multikolinearitas.

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dimaksudkan untuk menguji apakah antar

residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat

korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Uji

statistik yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengan

Runs Test. Apabila p-value > 0,05 maka tidak terjadi autokorelasi,
62

sebaliknya jika p-value ≤ 0,05 maka terjadi autokorelasi (Ghozali,

2011: 119).

TABEL XIX
Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual
a
Test Value .00204
Cases < Test Value 46
Cases >= Test Value 50
Total Cases 96
Number of Runs 46
Z -.600
Asymp. Sig. (2-tailed) .549
a. Median
Sumber : Data Primer diolah, 2022

Hasil menunjukkan ρ-value (signifikansi) = 0,549 > 0,05 hal

ini berarti tidak terjadi autokorelasi (bebas autokorelasi).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan

ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika

berbeda disebut heteroskedastisitas. Kriteria tidak terjadi

heteroskedastisitas yaitu bila ρ-value (signifikansi) > 0,05.


63

TABEL XX
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Beta
Error
1 (Constant) 6.224 1.415 4.397 .000
KONDISI -.031 .062 -.053 -.510 .611
KEUANGAN
KESADARAN -.086 .065 -.161 -1.325 .189
WP
SANKSI -.131 .107 -.149 -1.222 .225
PERPAJAKAN
PELAYANAN -.051 .049 -.130 -1.039 .302
FISKUS
a. Dependent Variable: ABSRES_1
Sumber : Data Primer diolah, 2022

Hasil menunjukkan bahwa p-value (signifikansi) untuk

variabel X1 (Kondisi Keuangan) = 0,611, X2 (Kesadaran Wajib

Pajak) = 0,189, X3 (Sanksi Perpajakan) = 0,225 dan X4 (Pelayanan

Fiskus) = 0,302 > 0,05, ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas

(lolos uji heteroskedastisitas).

d. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah

model regresi, variabel independen dan variabel dependen atau

keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang paling

baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Pengujian

ini menggunakan uji Kolmogorov Smirnov yaitu dengan ketentuan

apabila nilai signifikansi diatas 5% atau > 0,05 maka data memiliki

distribusi normal, sedangkan jika hasil uji Kolmogorov Smirnov

menghasilkan nilai dibawah 5% atau < 0,05 maka tidak memiliki

distribusi normal.
64

TABEL XXI
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 96
Mean .0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 1.20854028
Absolute .079
Most Extreme Differences Positive .075
Negative -.079
Kolmogorov-Smirnov Z .079
Asymp. Sig. (2-tailed) .171c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction
Sumber : Data Primer diolah, 2022

Besarnya p-value (signifikansi) = 0,171 > 0,05 artinya bahwa

residual berdistribusi normal (lolos uji normalitas).

3. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel

bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Pengaruh tersebut bisa dilihat dari

besarnya b (koefisien regresi). Jika koefisien regresi/b = 0, maka tidak ada

pengaruh variabel bebas terhadap terhadap variabel terikat. Jika koefisien

regresi/b ≠ 0, maka ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Persamaan Regresi : Y = α + β1 X1+ β2 X2 + β3 X3 + β4 X4+ e

Y = variabel dependen kepatuhan wajib pajak

restoran

α = konstanta/nilai tetap yaitu besarnya y jika x=0

b1 = koefisien regresi variabel X1: menunjukkan

besarnya pengaruh X1 terhadap Y

b2 = koefisien regresi variabel X2: menunjukkan


65

besarnya pengaruh X2 terhadap Y

b3 = koefisien regresi variabel X3: menunjukkan

besarnya pengaruh X3 terhadap Y

b4 = koefisien regresi variabel X4: menunjukkan

besarnya pengaruh X4 terhadap Y

X1 = variabel bebas: kondisi keuangan

X2 = variabel bebas: kesadaran wajib pajak

X3 = variabel bebas: sanksi pajak

X4 = variabel bebas: pelayanan fiskus

e = error term/variabel pengganggu: yaitu variabel

lain yang ikut mempengaruhi Y tetapi tidak

diteliti

TABEL XXII
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Beta
Error
1 (Constant) 8.421 2.318 3.632 .000
KONDISI .310 .080 .260 3.889 .000
KEUANGAN
KESADARAN .090 .112 .071 .804 .023
WP
SANKSI .085 .080 .069 1.062 .021
PERPAJAKAN
PELAYANAN .615 .075 .728 8.169 .000
FISKUS
a. Dependent Variable: KEPATUHAN WP RESTORAN
Sumber : Data Primer diolah, 2022

Tabel diatas diperoleh Persamaan Regresi :

Y = 8,421 + 0,310 X1 + 0,090 X2 + 0,085 X3 + 0,065 X4 + e

Interpretasi dari persamaan regresi di atas adalah :


66

α= 8,421 (positif).

Artinya: tanda positif menunjukkan pengaruh yang searah

yaitu jika X naik/meningkat maka Y meningkat sebaliknya

jika X menurun maka Y akan menurun.

Hal ini menunjukkan bahwa jika X1 (Kondisi Keuangan) =

0, X2 (Kesadaran Wajib Pajak) = 0, X3 (Sanksi Perpajakan)

= 0 dan X4 (Pelayanan Fiskus) = 0, maka Y (Kepatuhan

Wajib Pajak Restoran) adalah positif (8,421).

b1 = 0,310 (Kondisi Keuangan berpengaruh positif terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Restoran).

Artinya: jika Kondisi Keuangan meningkat maka Y

(Kepatuhan Wajib Pajak Restoran) akan meningkat, dengan

asumsi variabel X2 (Kesadaran Wajib Pajak), X3 (Sanksi

Perpajakan) dan X4 (Pelayanan Fiskus) konstan/tetap.

b2 = 0,090 (Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh positif terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Restoran).

Artinya: jika Kesadaran Wajib Pajak meningkat, maka Y

(Kepatuhan Wajib Pajak Restoran) akan meningkat, dengan

asumsi variabel X1 (Kondisi Keuangan), X3 (Sanksi

Perpajakan) dan X4 (Pelayanan Fiskus) konstan/tetap.

b3 = 0,085 (Sanksi Perpajakan berpengaruh negatif terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Restoran).

Artinya: jika Sanksi Perpajakan meningkat, maka Y

(Kepatuhan Wajib Pajak Restoran) akan meningkat, dengan


67

asumsi variabel X1 (Kondisi Keuangan), X2 (Kesadaran

Wajib Pajak) dan X4 (Pelayanan Fiskus) konstan/tetap.

b4 = 0,065 (Pelayanan Fiskus berpengaruh positif terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Restoran).

Artinya: jika Pelayanan Fiskus meningkat maka Y

(Kepatuhan Wajib Pajak Restoran) akan meningkat, dengan

asumsi variabel X1 (Kondisi Keuangan), X2 (Kesadaran

Wajib Pajak) dan X3 (Sanksi Perpajakan) konstan/tetap.

4. Pengujian Hipotesis

a. Uji F

Uji F dimaksudkan untuk menguji signifikansi pengaruh X1

(Kondisi Keuangan), X2 (Kesadaran Wajib Pajak) dan X3 (Sanksi

Perpajakan) dan X4 (Pelayanan Fiskus) secara simultan terhadap Y

(Kepatuhan Wajib Pajak Restoran).

Formulasi Hipotesis :

H0: β1 = β2 = β3 = β4 = 0 artinya tidak terdapat pengaruh

yang signifikan X1 (Kondisi

Keuangan), X2 (Kesadaran Wajib

Pajak), X3 (Sanksi Perpajakan) dan

X4 (Pelayanan Fiskus) secara

simultan terhadap Y (Kepatuhan

Wajib Pajak Restoran).

Ha: β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0 artinya terdapat pengaruh yang

signifikan X1 (Kondisi Keuangan),


68

X2 (Kesadaran Wajib Pajak), X3

(Sanksi Perpajakan) dan X4

(Pelayanan Fiskus) secara simultan

terhadap Y (Kepatuhan Wajib Pajak

Restoran).

Kriteria : H0 diterima bila ρ-value (signifikansi) > 0,05

H0 ditolak bila ρ-value (signifikansi) < 0,05

TABEL XXIII
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Regression 230.735 4 57.684 37.831 .000b
1 Residual 138.754 91 1.525
Total 369.490 95
a. Dependent Variable: KEPATUHAN WP RESTORAN
b. Predictors: (Constant), PELAYANAN FISKUS, SANKSI
PERPAJAKAN, KONDISI KEUANGAN, KESADARAN WP
Sumber : Data primer diolah, 2022.

Hasil perhitungan tabel ANOVA menunjukkan bahwa model

regresi ini memiliki nilai F hitung 37,831 dengan nilai signifikansi (p-

value) sebesar 0,000 < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya

terdapat pengaruh yang signifikan X1 (Kondisi Keuangan), X2

(Kesadaran Wajib Pajak), X3 (Sanksi Perpajakan) dan X4 (Pelayanan

Fiskus) secara simultan terhadap Y (Kepatuhan Wajib Pajak

Restoran).
69

b. Uji t

Uji t dimaksudkan untuk menganalisis signifikansi pengaruh variabel

bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Ditentukan α (level of

signifikansi) = 0,05 (5%).

Catatan:

1) α = 0,05 artinya toleransi kesalahan maksimum yang boleh

dilakukan oleh peneliti adalah 5%, bila signifikansi > 0,05 berarti

peneliti melakukan kesalahan lebih dari 5% maka tidak signifikan

sebaliknya jika signifikansi < 0,05 berarti peneliti melakukan

kesalahan kurang dari 5% maka signifikan/meyakinkan.

2) α = 0,05 (5%) artinya keyakinan akan kebenaran penelitian ini

adalah 95%.

3) α ditentukan oleh peneliti, dimana besarnya α tidak harus 0,05

(5%), bisa 10%, 2% atau 1%, tergantung keyakinan peneliti.

4) Pada penelitian dibidang sosial α tidak mungkin 0% (tidak terjadi

kesalahan) atau dengan kata lain bahwa keyakinan hasil penelitian

tidak sama dengan 100%, karena pada bidang sosial banyak faktor

lain yang mempengaruhi variabel dependen selain variabel yang

diteliti.

Formulasi Hipotesis: H0 : β = 0 artinya tidak ada pengaruh

yang signifikan X terhadap Y

Ha : β ≠ 0 artinya ada pengaruh yang

signifikan X terhadap Y
70

Kriteria: H0 diterima bila ρ-value (signifikansi) > 0,05

H0 ditolak bila ρ-value (signifikansi) < 0,05.

TABEL XXIV
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Beta
Error
1 (Constant) 8.421 2.318 3.632 .000
KONDISI .310 .080 .260 3.889 .000
KEUANGAN
KESADARAN .090 .112 .071 .804 .023
WP
SANKSI .085 .080 .069 1.062 .021
PERPAJAKAN
PELAYANAN .615 .075 .728 8.169 .000
FISKUS
a. Dependent Variable: KEPATUHAN WP RESTORAN
Sumber : Data primer diolah, 2022.

1) Uji -t Variabel X1 (Kondisi Keuangan)

Diperoleh nilai p-value (signifikansi) = 0,000 < 0,05 maka H0

ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat pengaruh yang

signifikan Kondisi Keuangan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Restoran.

Kesimpulan : H1 yang menyatakan bahwa Kondisi

Keuangan berpengaruh positif signifikan

terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Restoran di

BPPKAD Kabupaten Sragen terbukti

kebenarannya.
71

2) Uji -t Variabel X2 (Kesadaran Wajib Pajak)

Diperoleh nilai p-value (signifikansi) = 0,023 > 0,05 maka H0

ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat pengaruh yang

signifikan Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak Restoran.

Kesimpulan : H2 yang menyatakan bahwa Kesadaran

Wajib Pajak berpengaruh positif signifikan

terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Restoran di

BPPKAD Kabupaten Sragen terbukti

kebenarannya.

3) Uji -t Variabel X3 (Sanksi Perpajakan)

Diperoleh nilai p-value (signifikansi) = 0,021 > 0,05 maka H0

ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat pengaruh yang

signifikan Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Restoran.

Kesimpulan : H3 yang menyatakan bahwa Sanksi

Perpajakan berpengaruh positif signifikan

terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Restoran di

BPPKAD Kabupaten Sragen terbukti

kebenarannya.

4) Uji -t Variabel X4 (Pelayanan Fiskus)

Diperoleh nilai p-value (signifikansi) = 0,000 < 0,05 maka H0

ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat pengaruh yang


72

signifikan Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Restoran.

Kesimpulan : H4 yang menyatakan bahwa Pelayanan

Fiskus berpengaruh positif signifikan

terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Restoran di

BPPKAD Kabupaten Sragen terbukti

kebenarannya.

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa

jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat.

Nilai adjusted R2 yang kecil atau mendekati nol berarti kemampuan

variabel bebas dalam menjelaskan variabel-variabel terikat sangat

terbatas. Semakin tinggi nilai adjusted R2 maka semakin tinggi

variabel bebas dapat menjelaskan variasi variabel terikat.

TABEL XXV
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .790a .624 .608 1.2348
a. Predictors: (Constant), PELAYANAN FISKUS, SANKSI PERPAJAKAN,
KONDISI KEUANGAN, KESADARAN WP
b. Dependent Variable: KEPATUHAN WP RESTORAN
Sumber : Data primer diolah, 2022

Hasil menunjukkan bahwa koefisien determinasi (adjusted R

Square) untuk model ini adalah sebesar 0,608. Artinya besarnya

sumbangan pengaruh variabel independen X1 (Kondisi Keuangan),

X2 (Kesadaran Wajib Pajak), X3 (Sanksi Perpajakan) dan X4

(Pelayanan Fiskus) terhadap Y (Kepatuhan Wajib Pajak) sebesar


73

60,8%. Sisanya (100% - 60,8%) = 39,2% dipengaruhi oleh variabel

lain diluar model.

5. Analisis Deskriptif

a. Analisis Deskriptif Kondisi Keuangan (X1)

TABEL XXVI
Hasil Analisis Deskriptif Variabel Kondisi Keuangan (X1)

No Pernyataan Rata-rata
1 Kondisi keuangan tahun pajak terakhir kurang 4,41
memuaskan
2 Kondisi keuangan tahun terakhir yang baik dapat 4,45
meningkatkan kepatuhan wajib pajak
3 Baik buruknya kondisi keuangan bukan menjadi 4,44
penghalang untuk taat bayar pajak
RATA-RATA 4,43
Sumber : Data primer diolah, 2022

Hasil analisis deskriptif variabel Kondisi Keuangan (X1)

diperoleh rata-rata sebesar 4,43. Rata-rata ini menunjukkan bahwa

responden menyatakan setuju pentingnya pengaruh kondisi

keuangan terhadap kepatuhan wajib pajak restoran di BPPKAD

Kabupaten Sragen dengan indikator (1) Arus kas keuangan tahun

pajak terakhir kurang memuaskan, (2) Kondisi Keuangan

meningkatkan kepatuhan, dan (3) Baik buruknya kondisi keuangan

bukan menjadi penghalang untuk taat bayar pajak. Nilai rata-rata

tertinggi 4,45 yaitu pada item kuesioner “Kondisi keuangan tahun

terakhir yang baik dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak”.

Nilai rata-rata terendah 4,41 yaitu pada item kuesioner “kondisi

keuangan tahun pajak terakhir kurang memuaskan”.


74

b. Analisis Deskriptif Kesadaran Wajib Pajak (X2)

TABEL XXVII
Hasil Analisis Deskriptif Variabel Kesadaran Wajib Pajak (X2)
No Pernyataan Rata-rata
1 Membayar pajak merupakan bentuk partisipasi dalam 4,72
menunjang pembangunan
2 Penundaan pembayaran pajak sangat merugikan negara, 4,57
pelayanan dan fasilitas umum berasal dari pajak
3 Membayar pajak merupakan kewajiban setiap warga 4,66
negara dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku
4 Saya dengan senang hati selalu melaksanakan kewajiban 4,71
perpajakan saya
5 Saya membayar pajak dengan kesadaran saya sendiri 4,59
RATA-RATA 4,65
Sumber : Data primer diolah, 2022

Hasil analisis deskriptif variabel Kesadaran Wajib Pajak

(X2) diperoleh rata-rata sebesar 4,65. Rata-rata ini menunjukkan

bahwa responden menyatakan setuju pentingnya pengaruh

kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak restoran di

BPPKAD Kabupaten Sragen dengan indikator (1) Membayar pajak

merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang pembangunan, (2)

Penundaan pembayaran pajak sangat merugikan negara, pelayanan

dan fasilitas umum berasal dari pajak, dan (3) Membayar pajak

merupakan kewajiban setiap warga negara dengan memperhatikan

ketentuan yang berlaku. Nilai rata-rata tertinggi 4,72 yaitu pada item

kuesioner “Membayar pajak merupakan bentuk partisipasi dalam

menunjang pembangunan”. Nilai rata-rata terendah 4,57 yaitu pada

item kuesioner “Penundaan pembayaran pajak sangat merugikan

negara, pelayanan dan fasilitas umum berasal dari pajak”.


75

c. Analisis Deskriptif Sanksi Perpajakan (X3)

TABEL XXVIII
Hasil Analisis Deskriptif Variabel Sanksi Perpajakan (X3)
No Pernyataan Rata-rata
1 Sanksi pajak diperlukan untuk menciptakan kedisiplinan 4,30
wajib pajak dalam membayar pajak
2 Sanksi pajak dilaksanakan dengan tegas kepada wajib 4,33
pajak yang melanggar aturan perpajakan
3 Sanksi pajak diberikan sesuai dengan ketentuan atau 4,49
aturan yang berlaku
RATA-RATA 4,37
Sumber : Data primer diolah, 2022

Hasil analisis deskriptif variabel Sanksi Perpajakan (X3)

diperoleh rata-rata sebesar 4,37. Rata-rata ini menunjukkan bahwa

responden menyatakan setuju pentingnya pengaruh sanksi

perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak restoran di BPPKAD

Kabupaten Sragen dengan indikator (1) Sanksi perpajakan

diperlukan untuk menciptakan kedisiplinan wajib pajak dalam

membayar pajak, (2) Sanksi pajak dilaksanakan dengan tegas

kepada wajib pajak yang melanggar aturan perpajakan, dan (3)

Sanksi pajak diberikan sesuai dengan ketentuan atau aturan yang

berlaku. Nilai rata-rata tertinggi 4,49 yaitu pada item kuesioner

“Sanksi pajak diberikan sesuai dengan ketentuan atau aturan yang

berlaku”. Nilai rata-rata terendah 4,30 yaitu pada item kuesioner

“Sanksi pajak diperlukan untuk menciptakan kedisiplinan wajib

pajak dalam membayar pajak”.


76

d. Analisis Deskriptif Pelayanan Fiskus (X4)

TABEL XXIX
Hasil Analisis Deskriptif Variabel Pelayanan Fiskus (X4)

No Pernyataan Rata-rata
1 Petugas pajak selalu menindaklanjuti pengaduan dari 4,57
masyarakat dengan cepat
2 Petugas pajak menguasai peraturan perpajakan dengan 4,56
baik sehingga dapat membantu wajib pajak dalam
menyelesaikan kewajiban pajaknya
3 Petugas pajak memberikan pelayanan yang terbaik 4,42
4 Petugas pajak memberikan perhatian terhadap masalah 4,61
yang dialami wajib pajak terkait pembayaran pajak
5 Fasilitas fisik (ruang tunggu, tempat parkir, formulir, 4,46
dll) di kantor pelayanan pajak tersedia dengan baik
RATA-RATA 4,52
Sumber : Data primer diolah, 2022

Hasil analisis deskriptif variabel Pelayanan Fiskus (X4)

diperoleh rata-rata sebesar 4,52. Rata-rata ini menunjukkan bahwa

responden menyatakan setuju pentingnya pengaruh pelayanan fiskus

terhadap kepatuhan wajib pajak restoran di BPPKAD Kabupaten

Sragen dengan indikator (1) Kecepatan dan ketepatan dalam

melayani, (2) Keterampilan fiskus dalam menjawab pertanyaan

wajib pajak, (3) Kejelasan dalam memberikan pelayanan, dan (4)

Fasilitas yang memadai. Nilai rata-rata tertinggi 4,61 yaitu pada item

kuesioner “Petugas pajak memberikan perhatian terhadap masalah

yang dialami wajib pajak terkait pembayaran pajak”. Nilai rata-rata

terendah 4,42 yaitu pada item kuesioner “Petugas pajak memberikan

pelayanan yang terbaik”.


77

e. Analisis Deskriptif Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Restoran (Y)

TABEL XXX
Hasil Analisis Deskriptif Variabel Kepatuhan Wajib
Pajak Restoran (Y)
No Pernyataan Rata-rata
1 Saya selalu mengisi SPT sesuai dengan ketentuan 4,67
perundang-undangan dengan benar, lengkap dan jelas
2 Saya mampu melakukan perhitungan pajak dengan 4,54
benar
3 Saya selalu tepat waktu dalam membayar pajak 4,75
4 Teknologi informasi mempermudah pelaporan SPT 4,68
sehingga mendorong wajib pajak untuk melapor
sebelum batas waktu berakhir
5 Saya tidak mempunyai tunggakan pajak 4,60
RATA-RATA 4,65
Sumber : Data primer diolah, 2022

Hasil analisis deskriptif variabel Kepatuhan Wajib Pajak

Restoran (Y) diperoleh rata-rata sebesar 4,65. Rata-rata ini

menunjukkan bahwa responden menyatakan setuju terhadap

kepatuhan wajib pajak restoran di BPPKAD Kabupaten Sragen

dengan indikator (1) Wajib Pajak mengisi formulir SPT dengan

benar, lengkap dan jelas, (2) Wajib pajak melakukan perhitungan

dengan benar, (3) Wajib pajak melakukan pembayaran tepat waktu,

dan (4) Wajib pajak tidak pernah menerima surat teguran. Nilai rata-

rata tertinggi 4,75 yaitu pada item kuesioner “Saya selalu tepat

waktu dalam membayar pajak”. Nilai rata-rata terendah 4,54 yaitu

pada item kuesioner “Saya mampu melakukan perhitungan pajak

dengan benar”.
78

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kepatuhan Wajib Pajak Restoran

(Y) dapat dipengaruhi oleh variabel bebas Kondisi Keuangan (X1), Kesadaran

Wajib Pajak (X2), Sanksi Perpajakan (X3), dan Pelayanan Fiskus (X4).

Penjelasan untuk masing-masing variabel sebagai berikut :

1. Pengaruh Kondisi Keuangan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Restoran

Berdasarkan uji hipotesis 1, variabel independen Kondisi Keuangan

mempunyai tingkat signifikansi 0,000. Tingkat signifikansi ini lebih kecil

dari nilai Alpha 0,05 (0,000 < 0,05) yang menerima Ha1, sehingga dapat

diambil kesimpulan bahwa Kondisi Keuangan berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak restoran karena tingkat signifikansi yang dimiliki

oleh variabel Kondisi Keuangan lebih kecil dari 0,05 (Ghozali, 2013:98).

Pada tabel XXIII juga dapat dilihat bahwa koefisiensi regresi

variabel Kondisi Keuangan bernilai positif sebesar 0,310 yang artinya

terjadi hubungan positif antara Kondisi Keuangan dengan Kepatuhan

Wajib Pajak Restoran. Jika kondisi keuangan dari wajib pajak itu sendiri

normal atau bahkan mengalami kenaikan, maka kepatuhan wajib pajak juga

akan meningkat. Kondisi keuangan adalah kemampuan perusahaan yang

tercermin dari tingkat profitabilitas (profitability) dan arus kas (cash flow).

Dalam hal ini perusahaan sebagai wajib pajak yang akan membayarkan

pajaknya. Wajib pajak dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan dapat

memenuhi kewajiban – kewajibannya, serta kewajiban perpajakannya atas

laba yang diperoleh restoran dalam satu periode, sehingga apabila


79

kepatuhan wajib pajak meningkat akan meningkatkan pula pendapatan asli

daerah.

Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Aryandini (2016) dan Suryani (2017) yang menyatakan bahwa kondisi

keuangan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepatuhan

wajib pajak daerah.

2. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Restoran

Berdasarkan uji hipotesis 2, variabel independen Kesadaran Wajib

Pajak mempunyai tingkat signifikansi 0,023. Tingkat signifikansi ini lebih

kecil dari nilai Alpha 0,05 (0,000 < 0,05) yang menerima Ha2, sehingga

dapat diambil kesimpulan bahwa Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak restoran karena tingkat signifikansi yang

dimiliki oleh variabel Kesadaran Wajib Pajak lebih kecil dari 0,05

(Ghozali, 2013:98).

Pada tabel XXIII juga dapat dilihat bahwa koefisiensi regresi

variabel Kesadaran Wajib Pajak bernilai positif sebesar 0,090 yang artinya

terjadi hubungan positif antara Kesadaran Wajib Pajak dengan Kepatuhan

Wajib Pajak Restoran. Meningkatnya kesadaran akan menumbuhkan

motivasi Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Kesadaran Wajib Pajak akan meningkat jika masyarakat memiliki persepsi

positif tentang pajak. Persepsi yang positif tentang pajak dapat dilakukan

dengan melakukan penyuluhan langsung ke masyarakat atau wajib pajak

tentang manfaat pajak, memberikan bukti nyata bagaimana pajak


80

membantu kesejahteraan, selain itu penggunaan dana pajak harus

transparan dan kredibel. Sehingga wajib pajak sadar bahwa dengan

membayar pajak maka mereka memberikan kontribusi dana untuk

pelaksanaan fungsi perpajakan dan tugas pemerintah secara rutin, dengan

cara membayar kewajiban pajaknya secara tepat waktu dan tepat jumlah.

Sehingga apabila kepatuhan wajib pajak meningkat akan meningkatkan

pula pendapatan asli daerah dan pembangunan berjalan dengan baik dan

lancar.

Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Kusuma (2016) dan Putra (2021) yang menyatakan bahwa kesadaran

wajib pajak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepatuhan

wajib pajak restoran.

3. Pengaruh Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Restoran

Berdasarkan uji hipotesis 3, variabel independen Sanksi Perpajakan

mempunyai tingkat signifikansi 0,021. Tingkat signifikansi ini lebih kecil

dari nilai Alpha 0,05 (0,000 < 0,05) yang menerima Ha3, sehingga dapat

diambil kesimpulan bahwa Sanksi Perpajakan berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak restoran karena tingkat signifikansi yang dimiliki

oleh variabel Sanksi Perpajakan lebih kecil dari 0,05 (Ghozali, 2013:98).

Pada tabel XXIII juga dapat dilihat bahwa koefisiensi regresi

variabel Sanksi Perpajakan bernilai positif sebesar 0,085 yang artinya

terjadi hubungan positif antara Sanksi Perpajakan dengan Kepatuhan Wajib

Pajak Restoran. Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan


81

dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat

pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan atau bisa

dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif)

agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. Sanksi pajak harus

diberikan dengan tegas agar wajib pajak yang tidak taat/patuh semakin

patuh melakukan kewajiban perpajakannya. Sanksi tersebut bisa berupa

denda, bunga dan kenaikan bayar. Sanksi yang diberikan pun harus sesuai

dengan jenis pelanggaran atau kesalahan yang dilakukan oleh wajib pajak.

Apabila sanksi perpajakan sudah diberikan secara tegas maka kepatuhan

wajib pajak juga meningkat dan akan meningkatkan pula pendapatan asli

daerah dan pembangunan berjalan dengan baik dan lancar.

Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Rahmadika (2020) dan Kusuma (2016) yang menyatakan bahwa

sanksi perpajakan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak restoran.

4. Pengaruh Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Restoran

Berdasarkan uji hipotesis 4, variabel independen Pelayanan Fiskus

mempunyai tingkat signifikansi 0,000. Tingkat signifikansi ini lebih kecil

dari nilai Alpha 0,05 (0,000 < 0,05) yang menerima Ha4, sehingga dapat

diambil kesimpulan bahwa Pelayanan Fiskus berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak restoran karena tingkat signifikansi yang dimiliki

oleh variabel Pelayanan Fiskus lebih kecil dari 0,05 (Ghozali, 2013:98).

Pada tabel XXIII juga dapat dilihat bahwa koefisiensi regresi

variabel Pelayanan Fiskus bernilai positif sebesar 0,615 yang artinya terjadi
82

hubungan positif antara Pelayanan Fiskus dengan Kepatuhan Wajib Pajak

Restoran. Pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak

dalam membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang

dibutuhkan seseorang dalam hal ini adalah wajib pajak. Pelayanan

merupakan salah satu unsur terpenting dalam mewujudkan kepuasan

pelanggan. Seorang Wajib Pajak pada dasarnya juga berperan sebagai

pelanggan yang berhak mendapatkan pelayanan yang layak. Fiskus

diharapkan memiliki kompetensi skill (kemampuan), knowledge

(pengetahuan), experience (pengalaman) dalam hal perpajakan. Pemerintah

juga harus memberikan sistem pelayanan yang mudah yang dapat dipahami

oleh wajib pajak, memberikan fasilitas yang memadai, serta memperbaiki

kinerja dan reputasi para penyelenggara (pegawai) pajak. Ketika hal

tersebut sudah dilakukan maka kepatuhan wajib pajak juga akan meningkat

dan akan meningkatkan pula pendapatan asli daerah dan pembangunan

berjalan dengan baik dan lancar.

Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Kusuma (2016) dan Putra (2021) yang menyatakan bahwa Pelayanan

Fiskus berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib

pajak restoran.
BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji instrumen dan analisis deskriptif Kondisi Keuangan,

Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Perpajakan, dan Pelayanan Fiskus terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Restoran di BPPKAD Kabupaten Sragen dapat

disimpulkan bahwa :

1. Kondisi Keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak Restoran terbukti kebenarannya.

2. Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh positif signifikan terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak Restoran terbukti kebenarannya.

3. Sanksi Perpajakan berpengaruh positif signifikan terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak Restoran terbukti kebenarannya.

4. Pelayanan Fiskus berpengaruh positif signifikan terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak Restoran terbukti kebenarannya.

B. Keterbatasan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan kesimpulan yang telah

diuraikan diatas, terdapat beberapa keterbatasan dari peneliti yaitu sebagai

berikut :

1. Dalam pengambilan data, informasi yang diberikan responden melalui

kuesioner kemungkinan terjadi bias, hal ini terjadi karena kuesioner

disebarkan oleh petugas pajak daerah. Saat pengisian kuesioner responden

83
84

2. kemungkinan kurang memahamai maksud dari isi pertanyaan yang ada

dalam kuesioner sehingga jawaban tidak sesuai atau berbeda dengan

keadaan yang sesungguhnya yang dialami responden.

3. Kendala berupa proses birokrasi yang panjang dalam permintaan data

kepada instansi pemerintah terkait. Permintaan data di instansi

pemerintahan harus dengan izin dan rekomendasi dari kantor perizinan

setempat dan dari pimpinan dinas atau badan terkait.

4. Keterbukaan informasi terhadap publik memberikan ruang bagi peneliti

untuk mendapatkan data terkait pemungutan pajak restoran. Namun, tidak

semua informasi dapat diakses karena terdapat kode etik untuk tetap

menjaga informasi-informasi tertentu berkenaan dengan kebijakan

pemungutan pajak daerah.

5. Kemungkinan masih terdapat beberapa variabel lain yang belum

dimasukkan dalam penelitian ini yang mempengaruhi kepatuhan wajib

pajak.

C. Saran

Adapun saran dari peneliti yang berkaitan dengan hasil penelitian yang

dilakukan antara lain :

1. Bagi Objek Penelitian

a. Agar variabel Kondisi Keuangan meningkatkan Kepatuhan Wajib

Pajak, BPPKAD Kabupaten Sragen sebaiknya memberikan informasi

berupa strategi kepada para wajib pajak restoran untuk tetap bertahan

saat krisis pandemi seperti sekarang ini dengan cara yang pertama
85

menurunkan harga menu restoran atau memberikan diskon,

harapannya agar restoran tetap menarik pelanggan untuk tetap

membeli makanan, sehingga restoran tetap memiliki pendapatan.

Kedua, buat kemasan makanan yang lebih awet agar pelanggan dapat

menyimpan makanan dari restoran lebih lama dari biasanya. Tentu

apabila cara tersebut dilakukan kondisi keuangan dari para wajib pajak

restoran akan stabil dan akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

b. Agar variabel Kesadaran Wajib Pajak meningkatkan kepatuhan wajib

pajak, BPPKAD Kabupaten Sragen sebaiknya, melakukan kegiatan

sosialisasi maupun edukasi secara berkelanjutan untuk meningkatkan

kesadaran atas pentingnya membayar pajak. Hal ini dapat dilakukan

melalui sosial media. Terlebih, akan lebih baik jika rasa bangga

membayar pajak ditanamkan kepada generasi penerus dari sekarang

ini. Sehingga kedepannya akan muncul kerelaan dalam membayar

pajak yang akan meningkatkan pendapatan asli daerah.

c. Agar variabel Sanksi Perpajakan meningkatkan Kepatuhan Wajib

Pajak, BPPKAD Kabupaten Sragen sebaiknya, harus memberikan

sanksi dengan tegas agar wajib pajak yang tidak taat/patuh semakin

patuh melakukan kewajiban perpajakannya. Sanksi tersebut bisa

berupa denda, bunga dan kenaikan bayar. Sanksi yang diberikan pun

harus sesuai dengan jenis pelanggaran atau kesalahan yang dilakukan

oleh wajib pajak. Hal ini dapat menimbulkan efek jera terhadap

masyarakat sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak.


86

d. Agar variabel Pelayanan Fiskus meningkatkan Kepatuhan Wajib

Pajak, BPPKAD Kabupaten Sragen sebaiknya, memberikan pelayanan

yang berkualitas yang dapat memberikan keamanan , kelancaran dan

kepastian hukum yang dapat dipertanggung jawabkan agar wajib pajak

mau membayar pajak secara sukarela. BPPKAD Kabupaten Sragen

harus memberikan perbaikan pelayanan. Perbaikan pelayanan dapat

dilakukan dengan cara memberikan kemudahan dalam hal pemenuhan

kewajiban pajak. Selain itu pelayanan yang diberikan fiskus juga harus

mencitrakan sebuah keramahan dan kenyamanan sehingga mendorong

wajib pajak untuk membayar pajak tepat waktu.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Penelitian selanjutnya dapat melakukan penambahan variabel

penelitian untuk menguji variabel tersebut terhadap kepatuhan wajib

pajak restoran. Variabel yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini

seperti modernisasi sistem administrasi perpajakan, transparansi

belanja pajak, risiko audit, keadilan pajak, peraturan perpajakan, serta

variabel-variabel lain yang mungkin mempengaruhi kepatuhan wajib

pajak.

b. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas sampel penelitian

dengan menambah jumlah responden agar dapat mewakili populasi

secara tepat dan lebih dalam.

c. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode penelitian yang

berbeda seperti wawancara langsung kepada wajib pajak dan petugas

pajak daerah untuk memperoleh data yang lebih dalam.


DAFTAR PUSTAKA

Achmad Tjahjono dan Muhammad F Husein. (2000). Perpajakan, edisi kedua:


Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Ageng, Banyu. 2011. “Pengaruh Sikap, Kesadaran Wajib Pajak dan Pengetahuan
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi
dan Bangunan di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan”. Skripsi
(S1) FEB Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ahya, M. S. (2019). Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Pengetahuan Pajak,


Kondisi Keuangan Dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
(Studi Empiris Pada Pengusaha Restoran Di Kabupaten Magelang).

Aryandini, S. (2016). Pengaruh Kewajiban Moral, Pemeriksaan Pajak, Dan Kondisi


Keuangan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Untuk Usaha Hotel Yang
Terdaftar Di Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru. Jom Fekon, Vol.3
No.1, 1463–1477.

BPPKAD Kabupaten Sragen. http://bppkad.sragenkab.go.id/. Diakses pada tanggal


23 November 2021.

Dampak PPKM Darurat, PAD Kabupaten Sragen Turun RP 3 M. 2021.


https://radarsolo.jawapos.com/daerah/sragen/23/07/2021/dampak-ppkm-
darurat-pad-kabupaten-sragen-turun-rp-3-m/. Diakses tanggal 10 November
2021.

Devano dan Rahayu, 2006.”Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu”. Kencana.


Jakarta.

Fikriningrum, W. K., & Syafruddin, M. (2012). Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Memenuhi Kewajiban
Membayar Pajak (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Semarang Candisari). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wajib
Pajak Orang Pribadi Dalam Memenuhi Kewajiban Membayar Pajak (Studi
Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Candisari), 1(1),
567–581.

Fitria, D.A, Mildawati, Titik. (2019). Pengaruh Modernisasi Administrasi,


Sosialisasi dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi. Vol 8 No 3 (2019): Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi.

Fuadi., & Yenni, M. (2013). Pengaruh Kualitas Pelayanan Petugas Pajak, Sanksi
Perpajakan dan Biaya Kepatuhan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
UMKM. Tax and Accounting Review, Vol, 1. No, 1. Surabaya: Universitas
Kristen Petra.
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
23 (Edisi 8). Cetakan ke VIII. Semarang : Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.

Handayani, I. G. (2009). Pengaruh Tanggung Jawab Moral dan Kualitas Pelayanan


Terhadap Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Badan pada Kantor Pelayanan
Pajak Denpasar Barat. Skripsi Sarjana Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Udayana.

Harjanti Puspa Arum, Z. (2012). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan


Fiskus, Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Yang Melakukan Kegiatan Usaha Dan Pekerjaan Bebas (Studi Di Wilayah
Kpp Pratama Cilacap). 1(2010), 1–8.

Heider, Fritz. 1958. The Psychology of Interpersonal Relations, New York: Wiley.

I Kadek Litawan, I. P. N. (2021). Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi


Perpajakan, Niat Membayar Pajak, Dan Lingkungan Wajib Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Hotel Dan Restoran. 252–265.

Inayati, E. K. 2019. Pengaruh Kondisi Keuangan, Sanksi Perpajakan, Kesadaran


Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. E-Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya. Surabaya:
8(12).

Mardiasmo. 2011. “Perpajakan Edisi Revisi”. Yogyakarta: Andi.

Mardiasmo. (2018). Perpajakan Edisi Revisi Tahun 2018. Yogyakarta: Penerbit


Andi.

Mascagni, G., Mengistu, A. T., & Woldeyes, F. B. (2021). Can Icts Increase Tax
Compliance? Evidence On Taxpayer Responses To Technological Innovation
In Ethiopia. Journal Of Economic Behavior And Organization, 189, 172–193.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Jebo.2021.06.007

Muliari, Ni Ketut dan Putu Ery Setiawan. 2011. Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi
Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib
Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur.
Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Volume 2.

Myers.1996, D.G. Social Psychology. Boston : McGraw-Hill College.

Pagebluk Covid-19 Anjlokan PAD Sragen hingga Dana Transfer. 2020.


https://www.solopos.com/pagebluk-covid-19-anjlokkan-pad-sragen-hingga-
dana-transfer-1090542 Diakses tanggal 10 November 2021.
Pajak Daerah Sragen 2020 Anjlok Rp 14 Miliar Jadi Sorotan KPK. 2021.
https://www.solopos.com/pajak-daerah-sragen-2020-anjlok-rp14-miliar-
jadi-sorotan-kpk-1115225. Diakses tanggal 10 November 2021.

Pancawati dan Nila Yulianawati. 2011. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi


Kemauan Membayar Pajak. Jurnal Dinamika Keuangan Dan Perbankan,
3(1):126-142.

Prayatni, Putu Tia Dewi dan I Ketut Jati. 2016. Pengaruh Kondisi Keuangan
Perusahaan, Pemeriksaan Pajak dan Sikap Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Hotel. Ejurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol.17, No.1.
Oktober 2016.

Rahmadika, L., Askandar, N.S., dan Afifudin. 2020. Pengaruh Kualitas Pelayanan,
Kewajiban Moral, Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam Membayar Pajak Daerah. Vol. 09 No(04), 63–75.

Sairi, Muhammad. 2014. Pengaruh Sikap, Kesadaran Wajib Pajak Dan


Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Pajak Daerah Di Kabupaten
Probolinggo. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Jember.

Sari, D. I. 2020. Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia dan Pemanfaatan


Teknologi Informasi terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah: Sistem Pengendalian Intern sebagai Variabel Pemoderasi. Skripsi.
Program Studi Akuntansi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
(STIESIA) Surabaya.

Setiawan dan Meliana, 2017. Analisis kepatuhan wajib pajak hotel berdasarkan
pemeriksaan pajak, sanksi perpajakan, kondisi keuangan dan preferensi
risiko pada hotel-hotel yang terdaftar di BAPPEDA kabupaten bogor.
Fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Djuanda Bogor.

Siti Kurnia Rahayu, 2010. PERPAJAKAN INDONESIA: Konsep dan Aspek


Formal,Yogyakarta : Graha Ilmu.

Supadmi, I. B. A. K. N. L. (2016). Pengaruh Kesadaran, Kualitas Pelayanan, Sanksi


Dan Pemahaman Peraturan Perpajakan Pada Kepatuhan Wajib Pajak Hotel. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 17, 565–590.

Suryani, N. (2017). Pengaruh Kemauan Membayar Pajak , Modernisasi Sistem


Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Hotel Membayar Pajak ( Studi Empiris
Pada Wajib Pajak Hotel Di Kabupaten Buleleng ). Vol 7 No.2(2), 1–11.

Sugiyono, 2016. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung.

Suryadi (2006). Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan


Wajib Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak. Jurnal
Keuangan Publik, vol 4,1: 105-121.

Tahar, A., & Rachman, A. K. (2014). Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntansi dan Investasi Vo. 15, No.
1.

Titik, T. D. A. Dan M. (2021). Pengaruh Kesadaran, Modernisasi Sistem


Administrasi, Kondisi Keuangan, Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi.

Tjiptono, F. (2007). Strategi Pemasaran Edisi kedua. Yogyakarta: Andi.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009. Tentang Pajak


Daerah Dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 22 dan


23. Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004. Tentang


Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 . Tentang


Perimbangan Keuangan Pusat Dan Daerah Yaitu Pajak Daerah.

Vanny, K., Putra, P., & Sujana, E. (2021). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak ,
Pengetahuan Perpajakan Dan Kualitas Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Hotel Di Kabupaten Buleleng. Jurnal
Akuntansi Profesi, Volume 12, 166–175.

V. Wiratna Sujarweni. (2016). Pengantar Akuntansi. Yogyakarta: Pustaka Baru


Press.

Widayati dan Nurlis, 2010.”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan untuk


Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan
Bebas”. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 13 2010, Purwokerto.

Yunus, A. T. (2010). Analisis Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor terhadap


Pendapatan Asli Daerah pada Kabupaten Bone Bolango di Provinsi Gorontalo.
Jurnal Economic Resources, 11(30), 91-99.

Zuhair. (2018). Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan, Sosialisasi


Pajak, Kualitas Pelayanan, Dan Pengetahuan Mengenai Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada Wajib Pajak Restoran Di Kota Solo Dan
Yogyakarta).
LAMPIRAN

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswa Program Strata

Satu (S1) Universitas Slamet Riyadi Surakarta, saya:

Nama : Intan Rindiyani

NPM : 18210059

Prodi/Smt. : Akuntansi / VIII

Fakultas : Ekonomi

Bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan skripsi dengan judul

“PENGARUH KONDISI KEUANGAN, KESADARAN WAJIB PAJAK,

SANKSI PERPAJAKAN, DAN PELAYANAN FISKUS TERHADAP

KEPATUHAN WAJIB PAJAK RESTORAN DI BPPKAD KABUPATEN

SRAGEN PADA TAHUN 2020-2021”

Untuk itu, saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk

menjadi responden dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap dan

sebelumnya saya mohon maaf telah mengganggu waktunya. Data yang diperoleh

akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak digunakan sebagai

pendataan di tempat Bapak/Ibu/Saudara/i tinggal, sehingga kerahasiaannya akan

saya jaga sesuai dengan etika penelitian.

Informasi yang diperoleh atas partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i merupakan faktor

kunci untuk mengetahui Pengaruh Kondisi Keuangan, Sanksi Perpajakan,


Kesadaran Dan Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Restoran Di

BPPKAD Kabupaten Sragen.

• Dimohon untuk membaca setiap pertanyaan dan pernyataan secara hati-hati

dan menjawab dengan lengkap semua pertanyaan, karena apabila terdapat

salah satu nomor yang tidak diisi maka kuesioner dianggap tidak berlaku.

• Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam pilihan ini dan sejumlah

pertanyaan agak sedikit kontroversial, mungkin anda akan bersifat netral,

akan tetapi usahakan memilih rating yang lebih menunjukkan perasaan

Bapak/Ibu/Saudara/i.

Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i meluangkan waktu untuk mengisi dan

menjawab semua pertanyaan dan pernyataan dalam penelitian ini, saya sampaikan

terima kasih.

A. Deskriptif Responden

*) Nama :

Jenis Kelamin :

Usia :

Pendidikan :

Pendapatan :

Pilihlah salah satu alternatif jawaban untuk setiap pernyataan berdasarkan

pendapat anda dengan membubuhkan tanda ( √ ) atau ( X ).

Setiap pertanyaan terdiri dari 5 pilihan jawaban:

SS = Sangat setuju (5)

S = Setuju (4)

N = Netral (3)
TS = Tidak setuju (2)

STS = Sangat tidak setuju (1)

*boleh tidak diisi

B. Kepatuhan Wajib Pajak Restoran


No Pernyataan SS S N TS STS
1. Saya selalu mengisi SPT sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan dengan
benar, lengkap dan jelas.
2. Saya mampu melakukan perhitungan pajak
dengan benar.
3. Saya selalu tepat waktu dalam membayar
pajak
4. Teknologi informasi mempermudah
pelaporan SPT sehingga mendorong wajib
pajak untuk melapor sebelum batas waktu
berakhir.
5. Saya tidak mempunyai tunggakan pajak

C. Kondisi Keuangan
No Pernyataan SS S N TS STS
1. Kondisi keuangan tahun pajak terakhir
kurang memuaskan
2. Kondisi keuangan tahun terakhir yang
baik dapat meningkatkan kepatuhan
wajib pajak
3. Baik buruknya kondisi keuangan bukan
menjadi penghalang untuk taat bayar
pajak.

D. Kesadaran Wajib Pajak


No Pernyataan SS S N TS STS
1. Membayar pajak merupakan bentuk
partisipasi dalam menunjang pembangunan
2. Penundaan pembayaran pajak sangat
merugikan negara, pelayanan dan fasilitas
umum berasal dari pajak
3. Membayar pajak merupakan kewajiban
setiap warga negara dengan memperhatikan
ketentuan yang berlaku.
4. Saya dengan senang hati selalu
melaksanakan kewajiban perpajakan saya
5. Saya membayar pajak dengan kesadaran
saya sendiri.

E. Sanksi Perpajakan
No Pernyataan SS S N TS STS
1. Sanksi pajak diperlukan untuk menciptakan
kedisiplinan wajib pajak dalam membayar
pajak
2. Sanksi pajak dilaksanakan dengan tegas
kepada wajib pajak yang melanggar aturan
perpajakan
3. Sanksi pajak diberikan sesuai dengan
ketentuan atau aturan yang berlaku.

F. Pelayanan Fiskus
No Pernyataan SS S N TS STS
1. Petugas pajak selalu menindaklanjuti
pengaduan dari masyarakat dengan cepat.
2. Petugas pajak menguasai peraturan
perpajakan dengan baik sehingga dapat
membantu wajib pajak dalam
menyelesaikan kewajiban pajaknya.
3. Petugas pajak memberikan pelayanan yang
terbaik.
4. Petugas pajak memberikan perhatian
terhadap masalah yang dialami wajib pajak
terkait pembayaran pajak.
5. Fasilitas fisik (ruang tunggu, tempat parkir,
formulir, dll) di kantor pelayanan pajak
tersedia dengan baik.
Lampiran 2

HASIL TABULASI DATA

NO KONDISI KEUANGAN (X1) KESADARAN WAJIB PAJAK (X2)


X1.P1 X1.P2 X1.P3 X1 X2.P1 X2.P2 X2.P3 X2.P4 X2.P5 X2
1 5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
2 5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
3 5 4 5 14 5 4 4 4 4 21
4 5 4 4 13 4 5 4 4 5 22
5 4 4 4 12 4 5 4 5 5 23
6 4 4 4 12 5 4 5 4 4 22
7 5 4 4 13 5 4 5 5 4 23
8 5 5 4 14 4 3 5 4 5 21
9 4 4 4 12 4 5 5 4 5 23
10 5 5 5 15 5 5 5 5 4 24
11 5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
12 5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
13 4 5 4 13 4 4 4 4 4 20
14 3 4 4 11 5 5 5 5 5 25
15 4 4 5 13 5 5 4 5 5 24
16 4 5 5 14 5 4 5 5 4 23
17 4 4 4 12 4 4 4 4 5 21
18 3 5 5 13 4 3 4 4 4 19
19 5 4 4 13 4 4 4 4 5 21
20 3 3 3 9 5 5 5 5 4 24
21 3 3 3 9 5 4 5 5 4 23
22 3 4 3 10 5 5 5 5 5 25
23 3 3 3 9 5 5 4 5 4 23
24 5 4 5 14 4 5 4 4 5 22
25 5 5 5 15 5 5 5 5 4 24
26 4 4 4 12 4 4 4 4 4 20
27 4 5 4 13 5 5 5 5 5 25
28 3 4 5 12 5 5 3 5 5 23
29 3 3 5 11 5 5 4 5 5 24
30 5 4 4 13 5 4 5 5 4 23
31 4 5 5 14 5 5 5 5 5 25
32 5 5 5 15 5 4 5 5 5 24
33 4 5 4 13 4 4 5 4 5 22
34 4 4 5 13 5 4 4 5 4 22
35 5 5 5 15 4 4 5 4 5 22
36 4 4 5 13 5 5 5 5 4 24
37 5 5 5 15 5 4 5 5 4 23
38 5 5 5 15 5 4 5 5 5 24
39 5 5 5 15 5 5 5 5 4 24
40 5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
41 5 5 4 14 4 5 5 4 5 23
42 5 4 5 14 5 4 4 4 4 21
43 4 4 5 13 5 4 5 5 5 24
44 5 5 3 13 4 4 5 4 5 22
45 5 4 5 14 4 4 5 4 5 22
46 5 4 4 13 5 4 5 5 4 23
47 5 5 4 14 5 4 5 5 5 24
48 5 5 5 15 4 5 5 4 4 22
49 5 4 5 14 5 5 5 5 5 25
50 5 5 4 14 5 5 5 5 4 24
51 5 4 5 14 5 4 4 5 5 23
52 5 5 5 15 5 5 5 5 4 24
53 5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
54 5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
55 5 5 5 15 5 5 5 5 4 24
56 5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
57 5 5 4 14 5 5 5 5 4 24
58 4 5 4 13 5 5 5 5 4 24
59 5 5 4 14 5 5 5 5 5 25
60 4 5 5 14 4 5 5 4 5 23
61 4 4 4 12 4 5 4 4 4 21
62 4 4 4 12 4 4 4 4 5 21
63 5 4 4 13 5 4 4 5 5 23
64 5 5 4 14 4 3 4 5 4 20
65 4 4 4 12 4 5 5 4 5 23
66 5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
67 5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
68 5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
69 4 5 4 13 4 4 4 4 5 21
70 3 4 4 11 5 5 5 5 4 24
71 4 4 5 13 5 5 4 5 5 24
72 4 5 5 14 5 4 5 5 5 24
73 4 4 4 12 4 4 4 4 4 20
74 3 5 5 13 4 3 4 5 5 21
75 5 4 4 13 4 4 4 4 4 20
76 3 3 3 9 5 5 5 5 5 25
77 3 3 3 9 5 4 5 5 5 24
78 3 4 3 10 5 5 5 5 4 24
79 3 3 3 9 5 5 4 5 5 24
80 5 4 5 14 4 5 4 4 5 22
81 5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
82 4 4 4 12 4 4 4 4 4 20
83 4 5 4 13 5 5 5 5 4 24
84 3 4 5 12 5 5 3 5 5 23
85 5 3 5 13 5 5 4 5 4 23
86 4 4 5 13 5 4 5 5 5 24
87 5 5 4 14 5 5 5 5 4 24
88 5 4 5 14 5 4 4 5 5 23
89 5 5 5 15 5 5 5 5 4 24
90 5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
91 5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
92 5 5 5 15 5 5 5 5 4 24
93 5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
95 5 5 4 14 5 5 5 5 4 24
95 4 5 4 13 5 5 5 5 5 25
96 5 5 4 14 5 5 5 5 4 24

SANKSI PERPAJAKAN (X3) PELAYANAN FISKUS (X4)


X3.P X3.P X3.P X4.P X4.P X4.P X4.P X4.P
X3 X4
1 2 3 1 2 3 4 5
5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
4 5 4 13 4 4 4 4 4 20
3 4 4 11 5 4 4 4 4 21
4 4 5 13 4 5 4 4 5 22
4 5 5 14 4 4 4 4 4 20
4 4 4 12 4 4 4 5 4 21
3 5 5 13 4 3 3 4 5 19
5 4 4 13 5 5 5 5 5 25
3 3 3 9 5 5 5 5 5 25
3 3 3 9 5 5 5 5 5 25
3 4 3 10 5 5 5 5 5 25
3 5 3 11 4 4 5 5 5 23
5 4 5 14 5 5 5 5 5 25
5 5 5 15 5 5 4 5 5 24
4 4 4 12 4 4 4 4 4 20
4 5 4 13 2 4 4 4 4 18
3 4 5 12 3 3 3 3 3 15
3 3 5 11 4 4 4 4 4 20
4 4 4 12 5 5 5 5 5 25
5 5 5 15 5 4 5 4 4 22
4 4 4 12 4 5 4 5 4 22
3 3 4 10 5 5 5 5 4 24
5 4 5 14 4 5 4 5 5 23
5 5 4 14 5 5 5 5 5 25
4 4 4 12 4 4 4 4 4 20
5 5 5 15 4 5 4 5 4 22
5 5 5 15 4 5 4 3 3 19
5 3 5 13 4 5 4 5 4 22
4 5 4 13 4 4 3 3 4 18
3 4 4 11 5 5 5 5 4 24
4 4 5 13 5 4 5 4 5 23
4 5 5 14 5 4 5 4 5 23
4 4 4 12 5 4 4 5 5 23
3 5 5 13 5 4 5 4 5 23
5 4 4 13 4 5 4 5 4 22
5 5 3 13 5 4 4 5 4 22
3 3 3 9 5 4 5 5 3 22
3 4 3 10 5 5 4 5 4 23
3 4 3 10 5 5 5 5 4 24
5 4 5 14 5 5 5 5 4 24
5 5 5 15 5 4 4 4 3 20
4 4 4 12 5 4 4 4 5 22
4 5 4 13 5 4 5 5 5 24
3 4 5 12 4 4 5 5 5 23
3 3 5 11 5 4 4 5 4 22
4 4 4 12 5 4 5 5 5 24
5 5 5 15 5 5 4 4 4 22
4 4 4 12 5 5 5 5 4 24
3 3 4 10 5 5 4 5 5 24
5 4 5 14 5 4 5 5 4 23
4 4 5 13 5 5 5 5 5 25
5 5 3 13 5 5 5 5 5 25
5 4 5 14 5 5 5 5 5 25
5 4 4 13 5 5 5 5 5 25
5 4 5 14 5 5 5 5 5 25
4 5 5 14 5 5 4 5 4 23
5 5 5 15 5 5 4 5 4 23
4 5 4 13 5 5 4 5 5 24
5 4 5 14 5 5 5 5 5 25
5 5 5 15 4 5 4 4 5 22
5 5 5 15 4 4 4 4 4 20
5 4 5 14 4 4 4 5 4 21
4 4 4 12 4 3 3 4 5 19
4 4 4 12 5 5 5 5 5 25
4 4 4 12 5 5 5 5 5 25
4 5 5 14 5 5 5 5 5 25
4 4 5 13 5 5 5 5 5 25
5 5 5 15 4 4 5 5 5 23
5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
5 5 5 15 5 5 4 5 5 24
5 5 5 15 4 4 4 4 4 20
5 4 5 14 2 4 4 4 4 18
4 3 4 11 3 3 3 3 3 15
5 5 5 15 4 4 4 4 4 20
4 5 4 13 5 5 5 5 5 25
5 5 5 15 5 4 5 4 4 22
5 5 5 15 4 5 4 5 4 22
5 4 5 14 5 5 5 5 4 24
5 4 5 14 4 5 4 5 5 23
4 5 5 14 5 5 5 5 5 25
4 4 5 13 4 4 4 4 4 20
5 3 4 12 4 5 4 5 4 22
5 4 5 14 4 5 4 3 3 19
5 5 5 15 4 5 4 4 5 22
5 4 4 13 4 4 3 3 4 18
4 4 5 13 5 5 4 5 5 24
4 5 4 13 5 4 5 5 4 23
5 4 5 14 5 5 5 5 5 25
5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
5 4 5 14 5 5 5 5 5 25
4 5 4 13 5 5 5 5 5 25
5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
5 5 5 15 5 5 4 5 4 23
4 5 5 14 5 5 4 5 4 23
5 4 5 14 5 5 4 5 5 24
KEPATUHAN WAJIB PAJAK RESTORAN (Y)
Y.P1 Y.P2 Y.P3 Y.P4 Y.P5 Y
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
5 4 4 5 4 22
4 4 4 4 4 20
5 4 4 5 4 22
4 4 4 4 4 20
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 4 24
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
4 4 5 5 5 23
4 5 5 4 5 23
4 4 5 5 4 22
4 4 5 5 4 22
4 4 5 3 3 19
4 4 4 4 4 20
4 4 5 4 5 22
5 4 5 5 4 23
4 5 4 5 5 23
4 4 5 5 5 23
4 5 5 4 5 23
5 5 5 5 5 25
4 4 4 4 4 20
5 4 5 4 5 23
4 4 4 4 3 19
5 4 4 5 4 22
4 4 3 3 3 17
5 5 5 5 5 25
5 4 5 5 4 23
5 4 4 5 4 22
4 4 5 5 5 23
5 4 5 4 4 22
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 4 24
5 5 5 5 4 24
5 5 5 5 5 25
4 5 4 5 5 23
5 4 5 4 5 23
5 5 5 4 5 24
5 5 5 4 4 23
5 4 5 5 5 24
5 5 5 5 5 25
5 4 5 5 5 24
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
5 5 4 5 5 24
5 4 5 5 5 24
5 4 5 4 5 23
5 5 5 5 5 25
5 4 4 5 4 22
4 4 4 4 4 20
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 4 24
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
4 4 5 5 5 23
4 5 5 4 5 23
4 4 5 5 4 22
4 4 5 5 4 22
4 4 5 3 3 19
4 4 4 4 4 20
4 4 5 4 5 22
5 4 5 5 4 23
4 5 4 5 5 23
4 4 5 5 5 23
4 5 5 4 5 23
5 5 5 5 5 25
4 4 4 4 4 20
5 4 5 4 5 23
4 4 4 4 3 19
4 4 4 5 4 21
4 4 3 3 3 17
5 5 5 5 5 25
5 4 5 5 5 24
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
5 5 4 5 5 24
5 4 5 5 5 24
5 4 5 4 5 23
Lampiran 3

Hasil Uji Validitas

1. HASIL UJI VALIDITAS KONDISI KEUANGAN (X1)

Correlations

KONDISI
X11 X12 X13 KEUANGAN

X11 Pearson Correlation 1 ,534** ,445** ,839**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000

N 96 96 96 96
X12 Pearson Correlation ,534** 1 ,423** ,802**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000
N 96 96 96 96
X13 Pearson Correlation ,445** ,423** 1 ,767**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000
N 96 96 96 96
KONDISI KEUANGAN Pearson Correlation ,839** ,802** ,767** 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000

N 96 96 96 96

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

2. HASIL UJI VALIDITAS KESADARAN WAJIB PAJAK (X2)

Correlations

KESADARA
X21 X22 X23 X24 X25 N WP

X21 Pearson
Correlati 1 ,383** ,346** ,845** -,093 ,763**
on

Sig. (2-
,000 ,001 ,000 ,368 ,000
tailed)

N 96 96 96 96 96 96
X22 Pearson
Correlati ,383** 1 ,243* ,343** ,087 ,689**
on
Sig. (2-
,000 ,017 ,001 ,400 ,000
tailed)
N 96 96 96 96 96 96
X23 Pearson
Correlati ,346** ,243* 1 ,301** -,017 ,606**
on
Sig. (2-
,001 ,017 ,003 ,872 ,000
tailed)
N 96 96 96 96 96 96
X24 Pearson
Correlati ,845** ,343** ,301** 1 ,001 ,763**
on
Sig. (2-
,000 ,001 ,003 ,989 ,000
tailed)
N 96 96 96 96 96 96
X25 Pearson
Correlati -,093 ,087 -,017 ,001 1 ,317**
on
Sig. (2-
,368 ,400 ,872 ,989 ,002
tailed)
N 96 96 96 96 96 96
KESADARAN WP Pearson
Correlati ,763** ,689** ,606** ,763** ,317** 1
on

Sig. (2-
,000 ,000 ,000 ,000 ,002
tailed)

N 96 96 96 96 96 96

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

3. HASIL UJI VALIDITAS SANKSI PERPAJAKAN (X3)

Correlations

SANKSI
X31 X32 X33 PERPAJAKAN

X31 Pearson Correlation 1 ,366** ,478** ,826**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000

N 96 96 96 96
X32 Pearson Correlation ,366** 1 ,272** ,702**
Sig. (2-tailed) ,000 ,007 ,000
N 96 96 96 96
X33 Pearson Correlation ,478** ,272** 1 ,758**
Sig. (2-tailed) ,000 ,007 ,000
N 96 96 96 96
SANKSI PERPAJAKAN Pearson Correlation ,826** ,702** ,758** 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000

N 96 96 96 96

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

4. HASIL UJI VALIDITAS PELAYANAN FISKUS (X4)

Correlations

PELAYAN
AN
X41 X42 X43 X44 X45 FISKUS

X41 Pearson
1 ,455** ,591** ,545** ,393** ,787**
Correlation

Sig. (2-
,000 ,000 ,000 ,000 ,000
tailed)

N 96 96 96 96 96 96
X42 Pearson
,455** 1 ,434** ,568** ,334** ,720**
Correlation
Sig. (2-
,000 ,000 ,000 ,001 ,000
tailed)
N 96 96 96 96 96 96
X43 Pearson
,591** ,434** 1 ,583** ,440** ,798**
Correlation
Sig. (2-
,000 ,000 ,000 ,000 ,000
tailed)
N 96 96 96 96 96 96
X44 Pearson
,545** ,568** ,583** 1 ,481** ,828**
Correlation
Sig. (2-
,000 ,000 ,000 ,000 ,000
tailed)
N 96 96 96 96 96 96
X45 Pearson
,393** ,334** ,440** ,481** 1 ,693**
Correlation
Sig. (2-
,000 ,001 ,000 ,000 ,000
tailed)
N 96 96 96 96 96 96
PELAYANAN FISKUS Pearson
,787** ,720** ,798** ,828** ,693** 1
Correlation

Sig. (2-
,000 ,000 ,000 ,000 ,000
tailed)

N 96 96 96 96 96 96

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

5. HASIL UJI VALIDITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK RESTORAN


(Y)
Correlations

KEPATUHA
N WP
RESTORA
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 N

Y1 Pearson
Correlatio 1 ,458** ,415** ,509** ,415** ,728**
n

Sig. (2-
,000 ,000 ,000 ,000 ,000
tailed)

N 96 96 96 96 96 96
Y2 Pearson
Correlatio ,458** 1 ,349** ,411** ,540** ,730**
n
Sig. (2-
,000 ,000 ,000 ,000 ,000
tailed)
N 96 96 96 96 96 96
Y3 Pearson
Correlatio ,415** ,349** 1 ,366** ,559** ,707**
n
Sig. (2-
,000 ,000 ,000 ,000 ,000
tailed)
N 96 96 96 96 96 96
Y4 Pearson
Correlatio ,509** ,411** ,366** 1 ,526** ,758**
n
Sig. (2-
,000 ,000 ,000 ,000 ,000
tailed)
N 96 96 96 96 96 96
Y5 Pearson
Correlatio ,415** ,540** ,559** ,526** 1 ,828**
n
Sig. (2-
,000 ,000 ,000 ,000 ,000
tailed)
N 96 96 96 96 96 96
KEPATUHAN WP Pearson
RESTORAN Correlatio ,728** ,730** ,707** ,758** ,828** 1
n

Sig. (2-
,000 ,000 ,000 ,000 ,000
tailed)

N 96 96 96 96 96 96

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


Lampiran 4

Hasil Uji Reliabilitas

1. HASIL UJI RELIABILITAS KONDISI KEUANGAN (X1)

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

,723 ,725 3

2. HASIL UJI RELIABILITAS KESADARAN WAJIB PAJAK (X2)

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

,604 ,617 5

3. HASIL UJI VALIDITAS SANKSI PERPAJAKAN (X3)

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

,642 ,640 3

4. HASIL UJI VALIDITAS PELAYANAN FISKUS (X4)

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

,823 ,823 5
5. HASIL UJI RELIABILITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK

RESTORAN (Y)

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

,806 ,807 5
Lampiran 5

Hasil Uji Asumsi Klasik

1. UJI MULTIKOLINEARITAS

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) 8,421 2,318 3,632 ,000

KONDISI
,310 ,080 ,260 3,889 ,000 ,925 1,081
KEUANGAN

KESADARAN WP ,090 ,112 ,071 ,804 ,023 ,532 1,881

SANKSI
,085 ,080 ,069 1,062 ,021 ,983 1,017
PERPAJAKAN

PELAYANAN
,615 ,075 ,728 8,169 ,000 ,519 1,926
FISKUS

a. Dependent Variable: KEPATUHAN WP RESTORAN

2. UJI AUTOKOLERASI

Runs Test

Unstandardized
Residual
Test Valuea ,00204
Cases < Test Value 46
Cases >= Test Value 50
Total Cases 96
Number of Runs 46
Z -,600
Asymp. Sig. (2-tailed) ,549

a. Median
3. UJI HETEROSKEDASTISITAS

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 6,224 1,415 4,397 ,000

KONDISI KEUANGAN -,031 ,062 -,053 -,510 ,611

KESADARAN WP -,086 ,065 -,161 -1,325 ,189

SANKSI PERPAJAKAN -,131 ,107 -,149 -1,222 ,225

PELAYANAN FISKUS -,051 ,049 -,130 -1,039 ,302

a. Dependent Variable: ABS_RES1

4. UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 96
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 1,20854028
Most Extreme Differences Absolute ,079
Positive ,075
Negative -,079
Test Statistic ,079
Asymp. Sig. (2-tailed) ,171c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Lampiran 6

HASIL ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 8,421 2,318 3,632 ,000

KONDISI
,310 ,080 ,260 3,889 ,000
KEUANGAN

KESADARAN WP ,090 ,112 ,071 ,804 ,023

SANKSI
,085 ,080 ,069 1,062 ,021
PERPAJAKAN
PELAYANAN
,615 ,075 ,728 8,169 ,000
FISKUS

a. Dependent Variable: KEPATUHAN WP RESTORAN


Lampiran 7

Hasil Pengujian Hipotesis

1. Uji F

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 230,735 4 57,684 37,831 ,000b
Residual 138,754 91 1,525

Total 369,490 95

a. Dependent Variable: KEPATUHAN WP RESTORAN


b. Predictors: (Constant), PELAYANAN FISKUS, SANKSI PERPAJAKAN, KONDISI KEUANGAN,
KESADARAN WP

2. Uji t
Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.


1 (Constant) 8,421 2,318 3,632 ,000

KONDISI
,310 ,080 ,260 3,889 ,000
KEUANGAN
KESADARAN WP ,090 ,112 ,071 ,804 ,023

SANKSI
,085 ,080 ,069 1,062 ,021
PERPAJAKAN
PELAYANAN
,615 ,075 ,728 8,169 ,000
FISKUS
a. Dependent Variable: KEPATUHAN WP RESTORAN

3. UJI KOEFISIEN DETERMINASI (R2)


Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
1 ,790a ,624 ,608 1,2348

a. Predictors: (Constant), PELAYANAN FISKUS, SANKSI


PERPAJAKAN, KONDISI KEUANGAN, KESADARAN WP
b. Dependent Variable: KEPATUHAN WP RESTORAN
Lampiran 8

SURAT IJIN PENELITIAN DARI PERUSAHAAN

Anda mungkin juga menyukai