Anda di halaman 1dari 57

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS KONTRIBUSI DAN EFEKTIVITAS


PENERIMAAN PAJAK SARANG BURUNG WALET
TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
PADA BAPENDA KOTA SAMARINDA

Oleh :

Muhammad Hidayat Bigurdi


NIM 18651073

JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
TAHUN 2022
PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS KONTRIBUSI DAN EFEKTIVITAS


PENERIMAAN PAJAK SARANG BURUNG WALET
TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
PADA BAPENDA KOTA SAMARINDA
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Sarjana Jurusan Akuntansi

Oleh :

Muhamad Hidayat Bigurdi


NIM 18651073

JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
TAHUN 2022

i
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS KONTRIBUSI DAN EFEKTIVITAS


PENERIMAAN PAJAK SARANG BURUNG WALET
TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
PADA BAPENDA KOTA SAMARINDA

Oleh:

MUHAMMAD HIDAYAT BIGURDI 18651073

PROGRAM STUDI
AKUNTANSI MANAJERIAL

Telah diseminarkan didepan Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji pada tanggal 26
Januari 2022. Dinyatakan telah memnuhi syarat untuk dilanjutkan menjadi skripsi.

Samarinda, 6 Juli 2022

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Khairil Akbar, M.Si Aris Tri Cahyono, S.E., M.SA., Ak.
NIP. 19600801 199003 1 002 NIP. 19720412 200501 1 003

Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Samarinda

Dr. Sudarlan, SE., MT


NIP. 19810326 200312 1 001

ii
LEMBAR PENGESAHAN PROGRAM STUDI

ANALISIS KONTRIBUSI DAN EFEKTIVITAS PENERIMAAN PAJAK


SARANG BURUNG WALET TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH
(PAD)PADA BAPENDA KOTA SAMARINDA

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Sarjana Terapan
Akuntansi Manajerial Jurusan Akuntansi

Oleh:
MUHAMMAD HIDAYAT BIGURDI 18651073

Disetujui oleh Tim Penguji Proposal Skripsi: Tanggal Ujian: 26 Januari 2022
Periode Wisuda: 2022

Pembimbing I,
Drs. Khairil Akbar, M.Si
NIP. 19600801 199003 1 002

Pembimbing II,
Aris Tri Cahyono, S.E., M.SA., Ak.
NIP. 19720412 200501 1 003

Penguji I,
Ratna Wulaningrum, SE., M.Si
NIP. 19790117 200112 2 003

Penguji II,
Eko Adi Widyanto, SE., M.SA
NIP. 19791024 200801 1 005

Penguji III,
Sektalonir Oscarini Wati Bhakti S.Pd., M.Pd.B.I
NIP. 19780212 200312 2 002

Samarinda, 26 Januari 2022


Koordinator Program Studi Akuntansi Manajerial,

Marwanto, S.E., M.Si., Ak.


NIP 19810326 200312 1 001

iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Kami dengan sebenarnya menyatakan bahwa, kami telah membaca keseluruhan


dari proposal skripsi ini, dan kami berpendapat bahwa Proposal Skripsi ini layak
dan memenuhi syarat untuk diterima dan dilanjutkan.

Tanda Tangan : …………………………….


Nama Penguji 1 : Ratna Wulaningrum, SE., M.Si.
NIP : 19790117 200112 2 003
Tanggal Pengujian : 26 Januari 2022

Tanda Tangan : …………………………….


Nama Penguji 2 : Eko Adi Widyanto, SE., M.SA
NIP : 19791024 200801 1 005
Tanggal Pengujian : 26 Januari 2022

Tanda Tangan : …………………………….


Nama Penguji 3 : Sektalonir Oscarini Wati Bhakti, S.Pd., M.Pd.B.I.
NIP : 19780212 200312 2 002
Tanggal Pengujian : 26 Januari 2022

iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Proposal Skripsi ini adalah asli
hasil karya saya dan tidak terdapat karya pernah dilakukan untuk memperoleh
gelar kesarjanaan di perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau dipublikasikan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis disebutkan sumbernya dalam naskah dan
daftar pustaka.

Samarinda, 4 Juli 2022

Muhammad Hidayat Bigurdi


NIM 18 651 073

v
RIWAYAT HIDUP

Muhammad Hidayat Bigurdi, lahir pada tanggal 23


April 2000 di Samarinda, merupakan anak kedua dari
tiga bersaudara dari pasangan Bapak Bigurdi dan Ibu
Yohana. Alamat rumah berada di Jalan Bung Tomo
RT 10 Kelurahan Baqa Kecamatan Samarinda
Seberang Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur.
Memulai pendidikan formal pada tahun 2005 di TK
Aisyiyah Bustanul Athfal 5 di Jalan di Jalan
Lamadukeleng RT 11 Kelurahan Baqa Samarinda Seberang, kemudian pada
tahun 2006 melanjutkan pendidikan formal di SDN 006 Samarinda Seberang dan
lulus pada tahun 2012. Selanjutnya pada tahun 2012 melanjutkan ke SMP Negeri
3 Samarinda Seberang dan lulus pada tahun 2015. Pada tahun 2015 melanjutkan
ke SMA Negeri 4 Samarinda Seberang dan lulus pada tahun 2018. Kemudian
melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi pada tahun 2018 di Politeknik Negeri
Samarinda Jurusan Akuntansi dengan Program Studi Strata 1 Akuntansi
Manajerial. Penulis diterima sebagai mahasiswi Politeknik Negeri Samarinda
melalui jalur Mandiri.

vi
ANALISIS KONTRIBUSI DAN EFEKTIVITAS
PENERIMAAN PAJAK SARANG BURUNG WALET
TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
PADA BAPENDA KOTA SAMARINDA

Nama Mahasiswa : Muhammad Hidayat Bigurd

NIM : 18651073

Dosen Pembimbing : 1. Drs. Khairil Akbar, M.Si.

: 2. Aris Tri Cahyono, S.E,. M.SA,. Ak.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi dan


seberapa besar efektivitas penerimaan pajak sarang burung walet terhadap
pendapatan asli daerah pada Bapenda Kota Samarinda. Kontribusi dan efektivitas
sebagai variabel independen, dan pendapatan asli daerah sebagai variabel
dependen. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah penerimaan pajak sarang burung
walet pada Bapenda Kota Samarinda pada tahun 2016-2021. Sampel pada
penelitian ini adalah laporan realisasi pendapatan asli daerah Kota Samarinda.
Teknik pengolahan data dengan menggunakan aplikasi microsoft excel. Alat
analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah rasio kontribusi dan rasio
efektivitas.

Kata kunci : Kontribusi, Efektivitas, Pajak Sarang Burung Walet, Pendapatan


Asli Daerah

vii
ANALYSIS OF CONTRIBUTION AND
EFFECTIVENESS OF SWALLOW’S NEST TAX
REVENUE ON REGIONAL ORIGINAL INCOME (PAD)
AT BAPENDA SAMARINDA CITY

Student Name : Muhammad Hidayat Bigurd

Student ID Number : 18651073

Examiner : 1. Drs. Khairil Akbar, M.Si.

: 2. Aris Tri Cahyono, S.E,. M.SA,. Ak.

ABSTRACT

This study aims to determine how big the contribution and how much
effectiveness of swallow nest tax revenue on local revenue at Bapenda Samarinda
City. Contribution and effectiveness as independent variables, and local revenue
as the dependent variable. The type of research used in this research is
quantitative research. The population in this study was the swallow's nest tax
revenue at the Bapenda of Samarinda City in 2016-2021. The sample in this study
is a report on the realization of local revenue in Samarinda City. Data processing
techniques using the Microsoft Excel application. The analytical tool used in this
study is the contribution ratio and the effectiveness ratio.

Keywords : Contribution, Effectiveness, Swallow's Nest Tax, Local Revenue

viii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi yang
berjudul “Analisis Kontribusi Dan Efektivitas Penerimaan Pajak Sarang Burung
Walet Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada Bapenda Kota Samarinda”
dengan baik.

Proposal ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan


jenjang pendidikan program S1 Terapan pada Jurusan Akuntansi Politeknik
Negeri Samarinda. Peneliti menyadari menyadari sepenuhnya tanpa bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak, proposal skripsi ini tidak akan dapat
terselesaikan dengan baik dan benar, oleh karena itu dalam kesempatan ini
peneliti menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Ramli, S.T,. M.Eng selaku Direktur Politeknik Negeri


Samarinda..
2. Bapak Dr. Sudarlan, S.E.,. MT. selaku ketua jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Samarinda.
3. Bapak Eko Adi Widyanto, S.E,. M.SA. selaku sekretaris Jurusan
Akuntasi Politeknik Negeri Samarinda.
4. Bapak Marwanto, S.E,.M.Si,. AK. elaku ketua Program Studi S1
Terapan Akuntansi Manajerial Politeknik Negeri Samarinda.
5. Bapak Drs. Khairil Akbar, M.Si. selaku Dosen Pembimbing 1 yang
telah memberikan bimbingan, saran dan petunjuk dalam penyelesaian
proposal ini.
6. Bapak Aris Tri Cahyono, S.E., M.SA., Ak. selaku Dosen Pembimbing 2
yang telah memberikan bimbingan, saran dan petunjuk dalam
penyelesasian proposal ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen jurusan Akuntasni, beserta Staff Adiministrasi
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda

ix
8. Kepada orang tua tercinta, yaitu Bapak Bigurdi dan Ibu Yohana serta
keluarga yang tiada hentinya memberikan dukungan moril dan materil
dalam kelancaran dari proses studi sampai penyusunan proposal skripsi
ini.
9. Teman-teman juruan Akuntansi khusunya khususnya kepada teman
kelas 7C Akuntansi Manjerial yang senantiasa saling membantu dan
memberikan semangat selama proses penyusunan proposal skripsi.

Samarinda, 4 Juli 2022

Muhammad Hidayat Bigurdi


NIM 18 651 073

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI ............................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PROGRAM STUDI .................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... v
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 6
1.3. Batasan Masalah ....................................................................................... 6
1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 8
2.1. Landasan Teori ......................................................................................... 8
2.1.1. Pajak .................................................................................................. 8
2.1.2. Pajak Daerah ................................................................................... 12
2.1.3. Pendapatan Asli Daerah .................................................................. 20
2.1.4. Pajak Sarang Burung Walet ............................................................ 21
2.1.5. Kontribusi........................................................................................ 27
2.1.6. Efektivitas ....................................................................................... 27
2.2. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 28
2.3. Kerangka Pikir ........................................................................................ 33

xi
2.4. Definisi Konsepsional ............................................................................ 35
BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 36
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 36
3.1.1. Lokasi Penelitian ............................................................................. 36
3.1.2. Waktu Penelitian ............................................................................. 36
3.2. Definisi Operasional ............................................................................... 36
3.3. Rincina Data Yang Diperlukan .............................................................. 37
3.4. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 37
3.4.1. Jenis Data ........................................................................................ 37
3.4.2. Sumber Data .................................................................................... 37
3.5. Teknik Pengumpulan data ...................................................................... 38
3.6. Teknik Pengolahan Data ........................................................................ 38
3.7. Teknik Analisis Data .............................................................................. 38
3.7.1. Kontribusi........................................................................................ 39
3.7.2. Efektivitas ....................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 41

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 volume ekspor sarang burung walet (Ton) 3

Tabel 1.2 volume ekspor sarang burung walet (US$) 4

Tabel 2.1 klasifikasi kriteria kontribusi 26

Tabel 2.2 klasifikasi kriteria efektivitas 27

Tabel 2.3 penelitian terdahulu 27

Tabel 3.1 waktu penelitian 36

Tabel 3.2 contoh data penelitian 39

Tabel 3.3 kriteria kontribusi 39

Tabel 3.4 kriteria efektivitas 40

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 kerangka pikir penelitian 34

xiv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia terbagi atas
daerah provinsi serta daerah provinsi terdiri dari daerah kabupaten atau kota.
Setiap daerah mempunyai hak dan kewajiban untuk mengatur dan mengendalikan
sendiri penyelenggaraan pemerintahan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas sistem penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada
masyarakat.
Peningkatan pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk serta
kebutuhan hidup dari tahun ke tahun merupakan persoalan dan beban
pembangunan yang semakin menonjol dari pemerintah, dan upaya pemecahan
masalah serta beban pembangunan terus menuntut peran pemerintah. Dalam
sistem pelaksanaannya, pemerintah pusat memiliki kemampuan untuk
memobilisasi dana pembangunan melalui sumber-sumber pendapatan negara,
namun pemerintah daerah masih menghadapi masalah keterbatasan sumber
pendapatan daerah, sehingga dana daerah tetaplah pemerintah pusat.
Pembangunan saat ini sedang berlangsung baik di tingkat nasional maupun
daerah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Sesuai
dengan impian nasional Indonesia yang terdapat pada UUD 1945 yang bunyinya
"untuk memajukan kepentingan umum" agar pembangunan daerah menjadi
bagian dari pembangunan nasional. Pembangunan daerah bertujuan untuk bekerja
sama dengan pemerintah daerah untuk mengelola potensi daerah, mendorong
pengembangan sektor ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru bagi
pemerintah daerah.
Era otonomi daerah, pemerintah daerah membutuhkan sumber daya dan
dana untuk melaksanakan pembangunan daerah. Pelaksanaan otonomi daerah
dimulai dengan penyerahan kekuasaan (urusan) dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah yang bersangkutan. Pendelegasian berbagai kewenangan dalam

1
rangka desentralisasi membutuhkan banyak elemen pendukung. Salah satu faktor
pendukung yang menentukan keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah adalah
kewenangan atau kemampuan daerah untuk mendanai pelaksanaan kewenangan
tersebut.
Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan salah satu sumber pendapatan
asli daerah yang penting dalam upaya peningkatan otonomi daerah. Sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah, Pasal 1 nomor 18 yang dimaksud dengan pendapatan asli daerah
(PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan perundang-undangan. Pemerintah harus mampu
mencapai ruang lingkupnya sendiri dengan memaksimalkan penguasaan potensi
sumber pendapatan PAD.
Pendapatan asli daerah (PAD) memegang peranan yang sangat penting
dalam meningkatkan pendapatan daerah. Semakin tinggi kepemilikan PAD, maka
semakin baik kemampuan daerah dalam memenuhi kebutuhan daerah. Sebaliknya,
semakin rendah kepemilikan suatu PAD, maka semakin tidak mampu memenuhi
kebutuhan daerah. Dalam hal ini, pemerintah perlu menggali potensi yang berasal
dari sumber PAD. Dengan begitu, agar nantinya kontribusi terhadap pendapatan
daerah semakin meningkat dan dapat menyelengarakan pembangunan.
Pemberian kekuasaan daerah untuk memungut pajak daerah telah
menghasilkan pemungutan pajak daerah yang berbeda-beda pada berbagai aspek
kehidupan sosial. Pajak daerah diwajibkan oleh undang-undang dan merupakan
iuran wajib atas daerah yang ditanggung oleh orang perseorangan atau badan
hukum yang digunakan untuk keperluan daerah dan kemakmuran rakyat tanpa
imbalan langsung. Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak daerah dibagi menjadi dua yaitu pajak
provinsi dan pajak Kabupaten/Kota.
Salah satu sumber pajak daerah tingkat Kabupaten atau Kota ialah pajak
sarang burung walet. Pajak sarang burung walet ikut berkontribusi dalam rangka
mengefisiensikan pelaksanaan pembangunan daerah yang berasal dari penerimaan
pajak yang dikelola oleh Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kota Samarinda

2
dengan menetapkan pajak sarang burung walet yang diatur dalam Peraturan
Walikota No.27 Tahun 2011 tentang Penetapan Tarif dan Pelaksanaan Pungutan
Pajak Sarang Burung Walet. Pajak sarang burung walet adalah pajak atas kegiatan
pengambilan dan pengusahaan sarang burung walet.
Pajak sarang burung walet yang memiliki potensi besar kini menarik
perhatian pemerintah dan dikenakan pungutan pajak sarang burung walet.
Mempertimbangkan penjualan yang relatif tinggi, volume ekspor sarang burung
walet mencapai 1.312,5 ton pada tahun 2020. Pada tahun sebelum-sebelumnya
juga, volume ekspor sarang burung terbilang cukup tinggi. Berikut adalah tabel
ekspor sarang burung walet dari tahun 2013-2020 :

Tabel 1.1 volume ekspor sarang burung walet (Ton)


2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Negara Tujuan
Berat bersih : Ton
Hongkong 235,2 286,4 392,3 474,4 625,5 487,8 290,4 644,1 897,2
Tiongkok 12,4 1,2 0,0 18,4 23,0 55,5 69,6 129,1 263,5
Singapura 131,9 194,1 131,8 100,2 96,8 71,6 90,0 75,4 68,8
Amerika Serikat 14,2 18,0 17,7 17,1 16,8 18,2 16,6 47,0 20,4
Vietnam 0,0 16,3 42,3 124,3 203,7 624,5 806,1 329,9 27,2
Kanada 5,3 6,0 3,4 4,2 3,5 3,4 2,7 2,0 1,8
Taiwan 1,4 5,2 12,7 11,9 11,7 8,3 5,5 5,6 12,9
Thailand 3,1 3,0 13,7 4,0 5,0 3,9 4,4 1,1 2,4
Jepang 0,3 0,1 0,1 0,5 0,2 0,3 1,0 0,1 0,3
Kamboja 0,0 0,0 0,0 0,0 0,5 0,6 0,0 0,0 0,0
Lainnya 1,7 6,4 22,1 6,0 5,5 12,6 5,6 24,5 18,0
Jumlah 405,3 536,7 636,1 761,2 992,1 1 286,7 1 291,9 1 258,8 1 312,5
Sumber : Badan Pusat Statistik

Tabel 1.1 di atas menunjukkan perkembangan ekspor sarang burung walet


Indonesia dalam satuan ton. Berdasarkan tabel 1.1 di atas perkembangan jumlah
ekspor sarang burung walet dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2020
mengalami peningkatan jumlah ekspor yang cukup signifikan. Tercatat bahwa
pada tahun 2012 jumah ekspor mencapai 405,3 ton hingga sampai dengan tahun
2020 jumlah ekspor mencapai 1.312,5 ton.

3
Tabel 1.2 volume ekspor sarang burung walet (US$)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Negara Tujuan
Nilai FOB : 000 US$
Hongkong 59 048,3 67 598,2 65 621,8 42 907,4 117 319,4 132 233,0 88 048,2 86 381,0 79 171,8
Tiongkok 410,9 141,8 0,0 16 412,6 35 704,0 102 897,7 139 821,4 219 077,4 416 764,7
Singapura 77 081,3 64 799,8 39 946,8 20 802,1 18 404,1 8 213,8 20 174,3 30 776,6 18 469,7
Amerika Serikat 7 700,0 8 615,7 7 891,5 7 977,0 10 445,3 13 248,6 12 772,0 12 917,7 16 055,6
Vietnam 3,1 3 587,0 6 806,9 5 917,1 6 522,9 19 087,3 25 986,0 10 719,5 1 226,1
Kanada 4 246,3 3 674,4 2 004,3 2 018,8 1 991,0 2 275,9 2 281,0 1 413,1 1 090,3
Taiwan 460,1 1 581,1 2 537,2 3 439,9 1 610,5 1 526,6 1 013,5 917,8 1 465,8
Thailand 4 105,5 2 023,3 2 693,9 166,0 113,1 90,9 86,7 27,2 1 890,1
Jepang 147,9 113,7 24,0 64,3 97,6 202,4 14,2 2,2 249,8
Kamboja 0,2 1,2 2,8 0,1 96,8 22,2 0,0 0,0 0,0
Lainnya 201,2 1 094,7 509,3 114,1 190,5 485,9 361,7 1 715,1 3 977,7
Jumlah 153 404,9 153 230,8 128 038,6 99 819,5 192 495,4 280 284,3 290 559,0 363 947,6 540 361,6
Sumber : Badan Pusat Statistik

Peminat sarang burung walet Indonesia cukup banyak di dunia. Peminat


yang mengimpor banyak sarang burung walet dari Indonesia adalah Hongkong,
Tingkok, Singapura dan Amerika serikat pada tahun 2020 seperti yang dapat di
lihat pada tabel 1.1 dan 1.2 di atas. Hongkong mengimpor sarang burung walet
sebanyak 897,2 ton dengan nilai 79.171,8 juta US$. Tiongkok mengimpor sarang
burung walet sebanyak 263,5 ton dengan nilai 416.764,7 juta US$. Singapura
mengimpor sarang burung walet sebanyak 68,8 ton dengan nilai 18.469,7 juta
US$. Amerika Serikat mengimpor sarang burung walet sebanyak 20,4 ton dengan
nilai 16.005,6 juta US$.
Berdasarkan uraian di atas, Hongkong mengimpor sarang burung walet
dari Indonesia lebih banyak dari Tiongkok, Singapura, dan Amerika serikat, akan
tetapi nilai yang didapat dari Tiongkok lebih besar dari Hongkong, Singapura dan
Amerika Serikat.
Sayangnya, prospek sarang burung walet yang sangat bagus ini tidak
diimbangi dengan pemungutan pajak sarang burung waletnya. Pemungutan pajak
sarang burung walet sering kali di bawah target yang diinginkan oleh pemerintah
daerah. Pajak sarang burung walet di Kota Samarinda diatur dalam Peraturan
Walikota No.27 Tahun 2011 tentang Penetapan Tarif dan Pelaksanaan Pungutan
Pajak Sarang Burung Walet. Wajib pajak sarang burung walet adalah orang

4
pribadi atau badan yang melakukan dan/atau mengusahakan sarang burung walet.
Dalam hal ini, kita dapat melihat penerimaan pajak sarang burung walet dan
penerimaan pendapatan asli daerah pada badan pendapatan daerah Kota
Samarinda, pada tabel berikut:

Tabel 1.3 Data penerimaan pajak sarang burung walet dan pendapatan asli daerah Kota Samarinda
dari tahun 2016-2021
Penerimaan Pajak Sarang Penerimaan Pendapatan Asli
Tahun Burung Walet (Rp) Daerah (Rp)
Target Realisasi Target Realisasi
2016 50.000.000 34.477.000 469.371.060.803 391.478.411.432
2017 50.000.000 5.858.000 507.247.746.809 517.499.223.222
2018 50.000.000 17.570.000 445.353.498.390 499.229.231.885
2019 50.000.000 15.620.000 500.991.118.323 560.679282.249
2020 50.000.000 5.860.000 392.727.879.000 485.143.157.813
2021 50.000.000 13.650.000 561.492.908.215 594.801.655.082
Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kota Samarinda

Pada tabel 1.3 di atas dapat kita lihat bahwa pajak sarang burung walet
dari tahun 2016 sampai dengan 2021 belum mencapai target, bahkan masih sangat
jauh dari target. Dapat kita lihat juga, bahwa pendapatan asli daerah pada tahun
2016 belum mencapai taget, akan tetapi pada tahun 2017 sampai dengan 2019
realisasi pendapatan asli daerah Kota Samarinda mengalami kenaikan, dan
menurun pada tahun 2020, kemudian naik lagi pada tahun 2021.
Peningkatan penerimaan pajak diukur dalam besarnya pajak yang
terealisasi dalam tahun pajak berjalan. Maka indikator dalam penerimaan pajak
dalam penelitian ini adalah realisasi penerimaan pajak sarang burung walet dan
realisasi pendapatan asli daerah Kota Samarinda.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik melakukan
penelitian terkait pajak sarang burung walet yang ada di Kota Samarinda dan
mengangkat judul penelitian yaitu "Analisis Kontribusi dan Efektivitas

5
Penerimaan Pajak Sarang Burung Walet Terhadap Penerimaan Pajak Daerah
(PAD) Pada Bapenda Kota Samarinda".

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis
merumusan masalah sebagi berikut :
1. Seberapa besar kontribusi penerimaan pajak sarang burung walet
terhadap pendapatan asli daerah (PAD) pada Bapenda Kota
Samarinda tahun 2016 – 2021?
2. Seberapa besar tingkat efektivitas penerimaan pajak sarang burung
walet pada Bapenda Kota Samarinda 2016 - 2021?

1.3. Batasan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penulisan
ini dibatasi agar pembahasan penulisan ini tidak melebihi apa yang telah
ditentukan. Hal ini dimaksudkan agar tidak menyimpang dari topik yang dibahas
dalam penelitian ini. Adapun topik pembahasan pada penelitian ini adalah analisis
kontribusi dan efektivitas penerimaan pajak sarang burung walet terhadap
pendapatan asli daerah (PAD) pada Bapenda Kota Samarinda.

1.4. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui besar konstribusi penerimaan pajak sarang burung
walet terhadap pendapatan asli daerah (PAD) pada Bapenda Kota
Samarinda tahun 2016-2021.
2. Untuk mengetahui tingkat efektivitas penerimaan pajak sarang
burung walet pada Bapenda Kota Samarinda 2016-2021.

1.5. Manfaat Penelitian


Setelah penyelesaian penelitian ini diharapkan hasilnya dapat memberikan

6
manfaat berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis adalah
manfaat yang terkait dengan pengembangan pengetahuan akademik yang
dinyatakan dalam teori-teori, sedangkan manfaat praktis adalah manfaat secara
langsung dari hasil penelitian yang yang dapat digunakan oleh berbagai pihak.
Kedua manfaat tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai pajak
daerah, khususnya pajak sarang burung walet di Samarinda.
2. Manfaat Praktis
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa manfaat praktis adalah
manfaat secara langsung dari hasil penelitian yang yang dapat
digunakan oleh berbagai pihak. Karenanya penelitian ini diharapkan
dapat memberi manfaat bagi pembaca, peneliti selanjutnya, maupun
isntansi/lembaga yang akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Bagi Pembaca
Penelitian ini dapat memberikan wawasan mengenai kontribusi
dan efektivitas penerimaan pajak sarang burung walet di
samarinda.
b. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan
referensi bagi penelitian selanjutnya.
c. Bagi Instansi/Lembaga
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukkan kepada Badan
Pendapatan Daerah Kota Samarinda untuk meningkatkan
pemungutan serta pengelolaan pajak sarang burung walet
sebagai sumber penerimaan pajak daerah.

7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


Berdasarkan dengan permasalahan yang diangkat pada penelitian ini, maka
dalam bab ini diberikan suatu landaasan teori yang dapat digunakan sebagi dasar
dalam menganalisis. Dalam bab ini penulis mengungkapkan tentang dasar-dasar
teori yang berhubungan dengan permasalahan yang berguna untuk memperkuat
pembasahan.

2.1.1. Pajak
Menurut Undang-undang No. 16 tahun 2009 tentang perubahan keempat
atas Undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan pada Pasal 1 Ayat 1 berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut Primandari & Emi (2020) pajak adalah iuran atau pungutan yang
digunakan oleh suatu badan yang bersifat umum (negara) untuk memasukkan
uang kedalam kas negara dalam menutupi segala pengeluaran yang telah
dilakukan dimana pemungutannya dapat dipaksakan oleh kekuatan publik
berdasarkan undang-undang. Menurut Apriani (2018) pajak adalah iuran rakyat
kepada kas negara yang sifatnya memkasa tetapi bukan sebagi hukuman dengan
tidak menerima timbal balik secara langsung dan wajib membayarnya menurut
peraturan yang ditetapkan pemerintah yang digunakan untuk membiayai
pengeleluaran umum dan untuk memelihara kesejahteraan umum.
Berdasarkan pengertian pajak di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pajak adalah biaya yang wajib dibayarkan oleh wajib pajak kepada negara yang

8
sifatnya dipaksakan berdasarkan undang-undang dan dipergunakan untuk
membiayai pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas pemerintah.
Ciri-ciri pajak menurut Hasfila (2018) adalah, sebagai berikut :
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.
2. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat atau pemerintah
daerah.
3. Pajak dipergunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
4. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya timbal balik
oleh pemerintah kepada wajib pajak.

2.1.1.1. Pengelompokkan Pajak


Menurut Mardiasmo (2019) jenis pajak dibagi berdasarkan golongan,
sifat dan lembaga pemungutannya. Golongan-golongan tersebut akan diurakan
sebagai berikut :
1. Menurut golongannya pajak dibagi menjadi:
a. Pajak langsung, adalah pajak yang harus dipikul sendiri oleh
wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain.
b. Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat
dilimpahkan kepihak lain.
2. Menurut sifatnya pajak dibedakan menjadi:
a. Pajak subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya,
dalam arti memperhatikan keadaan dari wajib pajak.
b. Pajak objektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
3. Menurut Lembaga Pemungut pajak dibedakan atas:
a. Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
dan digunakan untuk membiayai keperluan rumah tangga
Negara.

9
b. Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
daerah dan digunakan untuk membiayai keperluan rumah
tangga daerah.

2.1.1.2. Fungsi Pajak


Menurut Mardiasmo (2019) fungsi pajak adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Penerimaan (budgetair), adalah pajak berfugsi sebagai
sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-
pengeluaran pemerintah.
2. Fungsi Mengatur (regulated), adalah fungsi bahwa pajak-pajak
tersebut akan digunakan sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-
tujuan tertentu dibidang sosial dan ekonomi.
3. Fungsi Stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk
menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga
sehingga inflasi dapat dikendalikan. Hal ini bisa dilakukan antara
lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat,
pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
4. Fungsi Retribusi Pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk
membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk
membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan
kerja, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan
masyarakat.

2.1.1.3. Azas-azas Pemungutan Pajak


Menurut Waluyo (2011) agar tidak menimbulkan hambatan atau
perlawanan maka pemnungutan pajak harus memenuhi azas sebagai berikut :
1. Equality
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak
dikenakan kepada wajib pajak yang harus sebanding dengan

10
kemampuan membayar pajak (ability to pay) dan sesuai dengan
manfaat yang diterima. Adil maksudnya bahwa setiap wajib pajak
menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding
dengan kepentingannya dan manfaat yang diminta.
2. Certainly
Penetapan pajak itu tidak ditentukan dengan sewenang-wenang,
oleh karena itu wajib pajak harus mengetahui scara jelas dan pasti
besarnya pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas
waktu pembayaran.
3. Convenience
Pajak hendaknya dipungut pada saat yang tepat atau saat yang
paling baik bagi wajib pajak yaitu sedekat mungkin dengan saat
diterimanya penghasilan.
4. Economy
Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan
kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seminimum mungkin,
demikian pula beban yang ditanggung wajib pajak.

2.1.1.4. Tata Cara Pemungutan Pajak


Menurut Resmi (2013) cara pemungutan pajak adalah sebagai berikut:
1. Stelsel pajak, cara pemungutannya dilakukan berdasarkan tiga stelsel
yaitu sebagai berikut:
a. Stelsel nyata (riil), stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan
pajak didasarkan pada objek yang sesungguhnya terjadi (untuk
PPh maka objeknya adalah penghasilan).
b. Stelsel anggapan (fiktif), stelsel ini menyatakan bahwa
pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur
oleh undang-undang.
c. Stelsel campuran, stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan
pajak didasarkan pada kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel
anggapan.

11
2. Sistem pemungutan pajak dibagi menjadi :
a. Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberikan kewenangan
aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak
yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
b. Self Assessment System
Setiap pemungutan pajak yang memberikan wewenang Wajib
Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang
setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.
c. With Holding System
Sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada
pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

2.1.2. Pajak Daerah


Definisi pajak daerah menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 1 Angka 10 adalah: “Pajak
Daerah yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Menurut Siahaan (2005) pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah dengan peraturan daerah (PERDA), yang wewenang
pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan
untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam melaksanakan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah. Menurut Suherman
(2020) pajak daerah adalah pengutuan daerah menurut peraturan yang ditetapkan
sebagai badan hukum publik dalam rangka membiayai rumah tangganya.

12
Berdasarkan pengertian pajak daerah di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pajak daerah adalah biaya yang dibebankan kepada wajib pajak yang
berada di suatu daerah oleh pemerintah daerah dengan tujuan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Menurut Undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan
retribusi daerah, pajak dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Pajak Provinsi, terdiri dari :
a. Pajak kendaraan bermotor.
b. Bea balik nama kendaraan bermotor.
c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor.
d. Pajar air permusahaan.
e. Pajak rokok
2. Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari :
a. Pajak hotel.
b. Pajak restoran.
c. Pajak hiburan.
d. Pajak reklame.
e. Pajak penerangan jalan.
f. Pajak mineral bukan logam dan batuan.
g. Pajak parkir.
h. Pajak air tanah.
i. Pajak sarang burung walet.
j. Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan.
k. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.
Khusus untuk daerah yang setingkat dengan daerah provinsi, tetapi tidak
terbagi dalam daerah kabupaten/kota otonom, seperti daerah Khusus Ibukota
Jakarta, jenis pajak yang dapat dipungut merupakan gabungan dari pajak untuk
daerah provinsi dan pajak untuk daerah kabupaten/kota.
Menurut Mardiasmo (2018) fungsi dari pajak daerah antara lain :
1. Untuk membiayai penyelenggaraan tugas-tugas pemerindah daerah.
2. Sebagai sumber dana yang sangat berarti dalam rangka pembiayaan

13
pembangunan daerah.

2.1.2.1. Objek Pajak Daerah


Menurut peraturan daerah Kota Samarinda nomor 9 tahun 2019 tentang
perubahan kedua atas peraturan daerah nomor 4 tahun 2011 tentang pajak daerah.
Objek pajak daerah adalah sebagai berikut:
1. Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel
dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan
hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan,
termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. jasa penunjang adalah
fasilitas telepon, faksimile, teleks, internet, fotokopi, pelayanan
cuci, seterika, transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang
disediakan atau dikelola hotel.
2. Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh
restoran. Pelayanan yang disediakan Restoran sebagaimana
meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang
dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan
maupun di tempat lain.
3. Objek pajak hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan
dipungut bayaran. Hiburan yang dimaksud meliputi:
a. Tontonan film.
b. Pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana.
c. Kontes kecantikan, kontes binaraga, dan sejenisnya.
d. Pameran.
e. Diskotik, karaoke, klab malam, dan sejenisnya.
f. Sirkus, akrobat, dan sulap.
g. Permainan bilyar, dan boling.
h. Pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan.
i. Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa umum, mandi uap/spa
keluarga/spa yang menyatu dengan salon kecantikan dan pusat
kebugaran (fitness center).

14
j. Pertandingan olahraga.
4. Objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame.
objek pajak reklame meliputi:
a. Reklame papan/billboard/videotron/megatron dan sejenisnya;
b. Reklame kain;
c. Reklame melekat, stiker;
d. Reklame selebaran;
e. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan;
f. Reklame udara;
g. Reklame apung;
h. Reklame suara;
i. Reklame film/slide;
j. Reklame peragaan;
k. Reklame didalam gedung (indoor);dan
l. Reklame yang menempel di dinding.
5. Objek pajak penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik,
baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari sumber
lain.
6. Objek pajak mineral bukan logam dan batuan adalah kegiatan
pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang meliputi:
asbes; batu tulis; batu setengah permata; batu kapur; batu apung;
batu permata; bentonit; dolomit; feldspar; garam batu (halite);
grafit; granit atau andesit; gips; kalsit; kaolin; leusit; magnesit;
mika; marmer; nitrat; opsidien; oker; pasir dan kerikil; pasir
kuarsa; perlit; phospat; talk; tanah serap (fullers earth); tanah
diatome; tanah liat; tawas (alum); tras; yarosif; zeolit; basal;
trakkit; dan mineral bukan logam dan batuan lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-udangan.
7. Objek pajak parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir diluar
badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha
maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan

15
tempat penitipan kendaraan bermotor. Penyelenggaraan tempat
parkir yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha meliputi
tempat parkir di areal pertokoan, hotel, mall, perkantoran, restoran,
hiburan, pasar dan tempat parkir lainnya yang sejenis.
8. Objek pajak air tanah adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan
air tanah.
9. Objek pajak sarang burung walet adalah pengambilan dan/atau
pengusahaan sarang burung walet.
10. Objek pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan adalah
bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang
digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan. Yang dimaksud dengan kawasan adalah semua
tanah dan bangunan yang digunakan oleh perusahaan perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan ditanah yang diberi hak
pengusahaan hutan dan tanah yang menjadi wilayah usaha
pertambangan.
11. Objek pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah
perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.

2.1.2.2. Dasar Pengenaan Pajak Daerah


Dasar pengenaan pajak daerah menurut peraturan daerah nomor 9 tahun
2019 adalah sebagai berikut:
1. Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran atau yang
seharusnya dibayar kepada hotel.
2. Dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang
diterima atau yang seharusnya diterima restoran.
3. Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah uang yang diterima
atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara hiburan.
4. Dasar pengenaan pajak reklame adalah nilai sewa reklame.

16
5. Dasar pengenaan pajak penerangan jalan adalah nilai jual tenaga
listrik.
6. Dasar pengenaan pajak mineral bukan logam dan batuan adalah nilai
jual hasil pengambilan mineral bukan logam dan batuan.
7. Dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran atau yang
seharusnya dibayar kepada penyelenggara tempat parkir.
8. Dasar pengenaan pajak air tanah adalah nilai perolehan air tanah.
Nilai perolehan air tanah (NPAT) dinyatakan dalam rupiah yang
dihitung dengan mempertimbangkan sebagian atau seluruh faktor
berikut:
a. Jenis sumber air.
b. Lokasi sumber air.
c. Tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air.
d. Volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan.
e. Kualitas air.
f. Tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh
pengambilan dan atau pemanfaatan air.
9. Dasar pengenaan pajak sarang burung walet adalah nilai jual sarang
burung walet.
10. Dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan
adalah nilai jual objek pajak.
11. Dasar pengenaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah
nilai perolehan objek pajak:
a. Jual beli adalah harga transaksi.
b. Tukar menukar adalah nilai pasar.
c. Hibah adalah nilai pasar.
d. Hibah wasiat adalah nilai pasar.
e. Waris adalah nilai pasar.
f. Pemasukkan dalam peseroan atau badan hukum lainnya adalah
nilai pasar.

17
g. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah nilai
pasar.
h. Peralihan hak kerena pelaksanaan putusan hakim yang
mempunyai kekuatan hukum tetap adalah nilai pasar.
i. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan
hak adalah nilai pasar.
j. Pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak adalah nilai
pasar.
k. Penggabungan usaha adalah nilai pasar.
l. Peleburan usaha adalah nilai pasar.
m. Pemekaran usaha adalah nilai pasar.
n. Hadiah adalah nilai pasar.
o. Penunjukan pembeli dalam lelang adalah harga transaksi yang
tercantum dalam risalah lelang.

2.1.2.3. Tarif Pajak Daerah


Tarif pajak daerah menurut peraturan daerah nomor 9 tahun 2019 adalah
sebagai berikut :
1. Tarif pajak hotel ditetapkan sebesar 10%, kecuali :
a. Rumah kos dengan jumlah kamar 11 (sebelas sampai dengan 20
(dua puluh kamar) ditetapkan sebesar 5 % (lima persen).
b. Rumah kos dengan jumlah kamar diatas 20 (dua puluh kamar)
ditetapkan sebesar 7 % (tujuh persen).
2. Tarif pajak restoran ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen),
kecuali :
a. Kantin yang berada di lingkungan kantor pemerintah atau
pemerintah daerah.
b. Food car ditetapkan sebesar 5 % (lima) persen.
3. Tarif pajak hiburan yang meliputi:
a. Tontonan film/bioskop, pagelaran seni, pagelaran musik, tari,
pagelaran busana, dan kontes kecantikan, ditetapkan sebesar 10%

18
(sepuluh persen) dari HTM atau yang dipersamakan.
b. Kontes binaraga dan sejenisnya ditetapkan sebesar 25% (dua
puluh lima persen) dari HTM atau yang dipersamakan.
c. Pameran ditetapkan sebesar 0 % (nol persen) dari HTM atau yang
dipersamakan.
d. Sirkus, akrobat, sulap dan sejenisnya ditetapkan sebesar 10 %
(sepuluh persen).
e. Permainan bilyard, boling, refleksi, pusat kebugaran (fitness
center), dan mandi uap/spa keluarga/spa yang menyatu dengan
salon kecantikan ditetapkan sebesar15 % (lima belas presen).
f. Pacuan kuda, kendaraan bermotor, permainan ketangkasan, dan
lain-lain sejenis ditetapkan sebesar15 % (lima belas persen dari
nilai nominal pembayaran).
g. Penyelenggaraan pertandingan olahraga dan sejenisnya ditetapkan
sebesar 5 % (lima persen) dari nilai nominal pembayaran.
h. Penyelenggaraan tempat karaoke keluarga ditetapkan sebesar 30
% (tiga puluh persen).
4. Tarif pajak reklame ditetapkan sebesar 25 % (dua puluh lima
persen).
5. Tarif pajak penerangan jalan ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh
persen). tarif penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh
industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif pajak
penerangan jalan ditetapkan sebesar 3 % (tiga persen). Penggunaan
tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif pajak penerangan jalan
ditetapkan sebesar 1,5 % (satu koma lima persen).
6. Tarif pajak mineral bukan logam dan batuan ditetapkan sebesar 5 %
(lima persen).
7. Tarif pajak parkir ditetapkan sebagai berikut :
a. 30% (tiga puluh persen) bagi penyelenggara tempat parkir yang
memungut sewa parkir kepada penerima jasa parkir.
b. 20 % (dua puluh persen) bagi penyelenggara tempat parkir yang

19
tidak memungut sewa parkir kepada penerima jasa parkir dari
jumlah pembayaran yang seharusnya dibayar kepada
penyelenggara tempat parkir.
8. Tarif pajak air tanah ditetapkan sebesar 20 % (dua puluh persen).
9. Tarif pajak sarang burung walet ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh
persen).
10. Tarif pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan ditetapkan
sebesar sebagai berikut:
a. Untuk NJOP sampai dengan Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah) ditetapkan sebesar 0,1 % (nol koma satu persen) per
tahun.
b. Untuk NJOP diatas Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)
ditetapkan sebesar 0,2 % (nol koma dua persen) per tahun.
11. Tarif bea perolehan hak atas tanah dan bangunan ditetapkan sebesar
5 % (lima persen).

2.1.3. Pendapatan Asli Daerah


Menurut undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan antar pemerintah pusat dan daerah menjelaskan bahwa pendapatan asli
daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Menurut Saputro
et al. (2020) pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang bersumber dan
dipungut sendiri oleh pemerintah daerah. Pendapatan asli daerah adalah
penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, hasil perusahaan milik
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah.
Menurut Hasfila (2018) sumber pendapatan asli daerah merupakan sumber
keuangan daerah yang diperoleh dalam wilayah daerah yang bersangkutan, yang
terdiri dari:
1. Pajak daerah merupakan pungutan daerah menurut peraturan daerah
yang dipergunakan untuk membiayai kebutuhan rumah tangga daerah

20
sebagai badan hukum publik.
2. Retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran
pemakaian atau karena memperoleh jasa atau pekerjaan atau
pelayanan pemerintah daerah dan jasa usaha milik daerah bagi yang
berkepentingan atas jasa yang diberikan oleh daerah baik langsung
maupun tidak langsung.
3. Bagian laba badan usaha milik daerah merupakan bagian keuntungan
atau laba bersih dari perusahaan daerah atas badan lain yang
merupakan badan usaha milik daerah. Sedangkan perusahaan daerah
adalah perusahaan yang modalnya sebagian atau seluruhnya
merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.
4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah merupakan penerimaan
selain yang disebutkan diatas tetapi sah. Penerimaan ini mencakup
sewa rumah dinas daerah, sewa gedung dan tanah milik daerah, jasa
giro, hasil penjualan barang-barang bekas milik daerah dan
penerimaan penerimaan lain yang sah menurut undang-undang.

2.1.4. Pajak Sarang Burung Walet


Salah satu sumber pendpatan asli daerah yang berasal dari pajak daerah
yang dipungut oleh pemerintah Kota Samarinda adalah pajak sarang burung
walet. Pemerintah kota samarinda menetapkan peraturan walikota samarinda
nomor 27 tahun 2011 tentang penetapan tarif dan pelaksanaan pungutan pajak
sarang burung walet. Peraturan walikota ini dimaksudkan agar adanya kepastian
hukum dalam pemungutan pajak sarang burung walet. Pajak sarang burung walet
adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan atau pengusahaan sarang burung
walet. Burung walet adalah satwa yang termasuk satwa marga collocalia, yaitu
collocalia fuchlip haga, collacalia maxina, collacalia esculanta, dan collacalia
linchi.
Subjek pajak sarang burung walet adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan sarang burung walet. Wajib

21
pajak sarang burung walet adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pengambilan/atau mengusahakan sarang burung wallet.
Dasar pengenaan pajak sarang burung walet adalah nilai jual sarang
burung walet pada saat panen dilaksanakan. Menurut Samudra (2015) nilai jual
sarang burung walet dihitung berdasarkan perkalian antara harga pasaran umum
sarang burung walet yang berlaku di daerah dengan volume sarang burung walet.
Tarif pajak sarang burung walet ditetapkan sebesar 10% dari nilai jual.

2.1.4.1. Cara Pemungutan, Penetapan, dan Ketetapan Pajak


Menurut Siahaan (2005) pemungutan pajak sarang burung walet tidak
dapat diborongkan. Yang dimaksud dengan tidak dapat diborongkan adalah
bahwa seluruh kegiatan pemungutan pajak tidak dapat diserahkan kepada pihak
ketiga. Namun dimungkinkan adanya kerja sama dengan pihak ketiga dalam
proses pemungutan pajak, antara lain pencetakan formulir perpajakan, pengiriman
surat-surat kepada wajib pajak, atau penghimpunan data objek dan subjek pajak.
Kegiatan yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan
penghitungan besarnya pajak yang terutang, pengawasan penyetoran pajak, dan
penagihan pajak.
Setiap wajib pajak yang membayar sendiri pajaknya wajib menghitung,
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak sarang burung walet
yang terutang dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD).
Ketentuan ini menunjukkan sistem pemungutan pajak sarang burung walet pada
dasarnya merupakan sistem self assessment, dimana wajib pajak diberikan
kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang. Dengan pelaksanaan sistem pemungutan
ini petugas badan pendapatan asli daerah bertugas hanya mengawasi pelaksanaan
pemenuhan kewajiban pajak oleh wajib pajak.
Berdasarkan surat pemberitahuan pajak daerah (SPTPD) dan pendataan
yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk, bupati/walikota atau pejabat yang
ditunjuk oleh Bupati/Walikota menetapkan pajak yang terutang dengan
menerbitkan surat ketetapan pajak daerah (SKPD). Hal ini dilakukan terhadap

22
wajib pajak yang pajaknya ditetapkan oleh bupadi/walikota. Surat ketetapan pajak
daerah (SKPD) harus dilunasi oleh wajib pajak paling lama tiga puluh hari sejak
diterimanya surat ketetapan pajak daerah oleh wajib pajak atau jangka waktu lain
yang ditetapkan oleh Bupati/walikota. Apabila setelah lewat waktu yang
ditentukan wajib pajak tidak atau kurang membayar pajak terutang dalam surat
ketetapan pajak daerah maka terhadap wajib pajak dikenakan sanksi administratif
berupa bunga sebesar dua persen sebulan dan ditagih dengan menerbitkan surat
tagihan pajak daerah (STPD).

2.1.4.2. Pembayaran Pajak Sarang Burung Walet


Menurut Siahaan (2005) pembayaran pajak sarang burung walet yang
terutang dilakukan ke kas daerah, bank, atau tempat lain tempat lain yang ditunjuk
oleh bupati/walikota sesuai waktu yang ditentukan dalam surat pemberitahuan
pajak daerah (SPTPD), surat ketetapan pajak daerah (SKPD), surat ketetapan
pajak daerah kurang bayar (SKPDKB), surat ketetapan pajak daerah kurang bayar
tambahan (SKPDKBT) dan surat tagihan pajak daerah (STPD). Apabila
pembayaran pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjuk maka hasil penerimaan
pajak harus disetor ke kas daerah paling lambat dua puluh empat jam atau dalam
waktu yang ditentukan oleh Bupati/Walikota. Apabila tanggal jatoh tempo
pembayaran pada hari libur maka pembayaran dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan surat setoran pajak
daerah (SSPD). Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas. Wajib
pajak yang melakukan pembayaran pajak diberikan tanda bukti pembayaran pajak
dan dicatat dalam buku penerimaan. Hal ini harus dilakukan oleh petugas yang
bertanggung jawab di tempat pembayaran pajak untuk tertib administrasi dan
pengawasan pajak, dengan demikian pembayaran pajak akan mudah terpantau
oleh petugas badan pendapatan asli daerah atau petugas lain yang ditunjuk.
Bentuk, isi, ukuran buku penerimaan dan tanda bukti pembayaran pajak
ditetapkan dengan keputusan Bupati/walikota.
Dalam keadaan tertentu Bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk dapat

23
memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur pembayaran
pajak sarang burung walet terutang dalam kurun waktu tertentu setelah memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan. Pemberian persetujuan untuk mengangsur
pembayaran pajak diberikan atas permohonan wajib pajak. Angsuran pembayaran
pajak yang terutang harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan
dikenakan bunga sebesar dua persen sebulan dari jumlah pajak yang belum atau
kurang dibayar. Selain memberikan persetujuan mengangsur pembayaran pajak,
Bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan persetujuan kepada
wajib pajak untuk menunda pembayaran pajak terutang dalam kurun waktu
tertentu setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Pemberian
persetujuan untuk menunda pembayaran pajak diberikan atas permohonan wajib
pajak dengan dikenakan bunga sebesar dua persen sebulan dari jumlah pajak yang
belum atau kurang dibayar. Persyaratan untuk dapat mengangsur atau menunda
pembayaran pajak serta tata cara pembayaran angsuran ditetapkan dengan
keputusan Bupati atau Walikota.

2.1.4.3. Penagihan Pajak Sarang Burung Walet


Apabila pajak yang terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo
pembayaran maka Bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk akan melakukan
tindakan penagihan pajak. Penagihan pajak dilakukan terhadap pajak terutang
dalam surat ketetapan pajak daerah (SKPD), surat ketetapan daerah kurang bayar
(SKPDKB), surat ketetapan pajak daerah kurang bayar tambahan (SKPDKBT),
surat tagihan pajak daerah (STPD), surat keputusan pembetulan, surat keputusan
keberatan dan putusan banding yang menyebabkan jumlah pajak harus dibayar
bertambah. Penagihan pajak dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan surat
teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan
penagihan pajak. Surat teguran atau surat peringatan dikeluarkan tujuh hari sejak
saat jatuh tempo pembayaran pajak dan dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk
oleh Bupati/walikota. Dalam jangka waktu tujuh hari semenjak surat teguran,
surat peringatan atau surat lain yang sejenis diberikan, wajib pajak harus melunasi
pajak yang terutang.

24
Apabila jumlah pajak terutang yang masih belum dibayar tidak dilunasi
dalam jangka waktu yang ditentukan dalam surat teguran atau surat peringatan
atau surat lain yang sejenis akan diganti dengan surat paksa. Tindakan penagihan
pajak dengan surat paksa dapat dilanjutkan dengan tindakan penyitaan, pelelangan
dan penyanderaan apabila wajib pajak tetap tidak akan melunasi utang pajaknya
sebagaimana mestinya. Apabila terhadap wajib pajak dilakukan penyitaan dan
pelelangan barang milik wajib pajak yang disita maka kepada pemerintah
Kabupaten Kota diberi hak mendahulu untuk tagihan pajak atau barang-barang
milik wajib pajak atau penanggung pajak. Ketentuan hak mendahulu meliputi
pokok pajak, sanksi administratif berupa kenaikan, bunga, denda dan biaya
penagihan pajak. Adanya ketentuan tentang hak mendahulu ini untuk memberikan
jaminan kepada daerah tentang pelunasan utang pajak daerah apabila pada saat
yang bersamaan wajib pajak memiliki utang pajak dan juga utang/kewajiban
perdata kepada kreditur lainnya, sementara wajib pajak tidak mampu melunasi
semua utangnya sehingga dinyatakan pailit.

2.1.4.4. Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan, Ketetapan, dan


Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi
Menurut Perda Kota Samarinda nomor 9 tahun 2019 tentang perubahan
kedua atas peraturan daerah nomor 4 tahun 2011 tentang pajak daerah pasal 79,
Bupati/walikota karena jabatan atau permohonan wajib pajak dapat:
a. Membetulkan surat pemberitahuan pajak daerah terutang (SPPDT),
surat ketetapan pajak daerah (SKPD), surat ketetapan pajak daerah
kurang bayar (SKPDKB), surat ketetapan pajak daerah kurang bayar
tambahan (SKPDKBT) atau surat tagihan pajak daerah (STPD), surat
ketetapan pajak daerah nihil (SKPDN), atau surat ketetapan pajak
daerah lebih bayar (SKPDLB) yang dalam penerbitannya terdapat
kesalahan tulis, kesalahan hitung atau kekeliruan penerapan ketentuan
tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
b. Mengurangkan atau menghapuskan sanksi administratif berupa bunga,
denda, dan kenaikan pajak yang terutang menurut peraturan dari

25
perundang-undangan perpajakan daerah, dalam hal sanksi tersebut
dikenakan karena kekhilafan wajib pajak atau bukan karena
kesalahannya.
c. Mengurangkan atau membatalkan surat pemberitahuan pajak daerah
terutang (SPPDT), surat ketetapan pajak daerah (SKPD), surat
ketetapan pajak daerah kurang bayar (SKPDKB), surat ketetapan
pajak daerah kurang bayar tambahan (SKPDKBT) atau surat tagihan
pajak daerah (STPD), surat ketetapan pajak daerah nihil (SKPDN)
atau surat ketetapan pajak daerah lebih bayar (SKPDLB) yang tidak
benar.
d. Mengurangkan atau membatalkan Surat tagihan pajak daerah (STPD).
e. Membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan pajak yang
dilaksanakan atau diterbitkan tidak sesuai dengan tata cara yang
ditentukan.
f. Mengurangkan ketetapan pajak yang terutang berdasarkan
pertimbangan kemampuan membayar wajib pajak atau kondisi
tertentu obyek pajak.
g. Memberikan keringanan dan pengurangan PBB-P2 kepada wajib
pajak atas bangunan yang termasuk dalam daftar cagar budaya sesuai
peraturan perundang-undangan.
h. Memberikan keringanan dan pengurangan PBB-P2 kepada wajib
pajak atas lahan dan/atau bangunan yang memperhatikan pelestarian
fungsi lingkungan hidup sesuai peraturan perundang-undangan.
i. Memberikan keringanan atau pengurangan PBB-P2 kepada wajib
pajak masyarakat miskin, veteran, janda pejuang kemerdekaan, tokoh-
tokoh pejuang sosial.
j. Mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak terutang dalam hal
objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa.

2.1.4.5. Pemeriksaan Pajak Sarang Burung walet


Menurut Perda Kota Samarinda nomor 9 tahun 2019 tentang perubahan

26
kedua atas peraturan daerah nomor 4 tahun 2011 tentang pajak daerah, Walikota
berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan dan pemenuhan
kewajiban perpajakan Daerah dalam rangka melaksanakan peraturan daerah
tentang pajak daerah. Wajib pajak yang diperiksa wajib:
a. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan
obyek pajak yang terhutang.
b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang
dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran
pemeriksaan.
c. Memberikan keterangan yang diperlukan

2.1.5. Kontribusi
Menurut Adelina (2013) kontribusi adalah sumbangan yang diberikan oleh
penerimaan pajak sarang burung walet terhadap besarnya pendapatan asli daerah.
Untuk mengetahui klasifikasi kriteria kontribusi dapat dilihat dari tabel berikut
ini:

Tabel 2.1 Kalsifikasi Kriteria Kontribusi


Presentase Kontribusi Kriteria
0% – 10% Sangat Kurang
10% – 20% Kurang
20% – 30% Sedang
30% – 40% Cukup Baik
40% – 50% Baik
>50% Sangat Baik
Sumber : Kepmendagri No.690.900.327 1996 dalam Saputro et al. (2020)

2.1.6. Efektivitas
Menurut Mardiasmo (2018) efektivitas berkaitan dengan pencapaian dari
suatu tujuan. Menurut Wahyuni (2017) menyatakan bahwa efektivitas merupakan

27
hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai.
Menurut Puspitasari & Rohman (2014) efektivitas adalah realisasi dan target
pajak sarang burung walet, sehingga dapat digunakan untuk mengukur
keberhasilan dalam melakukan pemungutan pajak sarang burung walet. Untuk
mengetahui klasifikasi kriteria efektivitas dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 2.2 Klasifikasi Kriteria Efektivitas


Klasifikasi Kriteria Efektivitas Kriteria
Diatas 100% Sangat Efektif
90 – 100% Efektif
80% – 90% Cukup Efektif
60% – 80% Kurang Efektif
Kurang dari 60% Tidak Efektif
Sumber : Kepmendagri No.690.900.327 1996 dalam Saputro et al. (2020)

2.2. Penelitian Terdahulu


Tinjauan mengenai peneliti terdahulu dilakukan untuk membantu melihat
gambaran awal terhdap kajian penelitian yang akan dilakukan. Penelitian
terdahulu yang akan dipilih berdasarkan hubungan yakni penelitian-penelitian
yang membahas mengenai analisis kontribusi dan efektivitas penerimaan pajak
sarang burung walet terhadap pendapatan asli daerah (PAD) pada Bapenda Kota
Samarinda.

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu


1 Nama Peneliti Saputro et al. (2020)
Perguruan Tinggi Universitas Warmadewa
Judul Efektivitas Dan Kontribusi Pajak Hotel Dan
Restoran
Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta
Alat Analisis Rasio Efektivitas dan Rasio Kontribusi
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas
pajak hotel dan pajak restoran pada 2012 - 2017
bervariasi. Tingkat efektivitas pajak hotel
tertinggi pada tahun 2013, terendah pada tahun
2015, pajak restoran memiliki efektivitas tertinggi
pada tahun 2016 dan terendah pada tahun 2015.

28
Secara keseluruhan, kontribusi pajak hotel dan
pajak restoran pada tahun 2012 - 2017
memberikan kontribusi yang jauh lebih kecil
terhadap PAD.
2 Nama Peneliti Hasfila (2018)
Perguruan Tinggi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Judul Analisis Penerimaan Pajak Sarang Burung Walet
Sebagai Bentuk Pelaksanaan Qanun No 3 Tahun
2011 Tentang Pajak Sarang Burung Walet
Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Studi Kasus
Pada Bpkd Kabupaten Aceh Utara)
Alat Analisis Rasio Kontribusi
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kontribusi yang dialokasikan oleh Pajak Sarang
Burung Walet ke dalam Pendapatan Asli Daerah
(PAD) setiap tahunnya dibawah 10%.
3 Nama Peneliti Purba (2017)
Perguruan Tinggi Universitas Methodist Indonesia
Judul Efektivitas Dan Kontribusi Pajak Reklame
Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di
Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Alat Analisis Rasio Efektivitas dan Rasio Kontribusi
Hasil Penelitian Tingkat efektivitas tahun 2013-2015 yang dicapai
setiap tahun selalu menurun dan kurang dari 60%,
yakni 33,76% untuk tahun 2013; 29,93% untuk
tahun 2014; dan 18,38% untuk tahun 2015. Rata-
rata efektivitas penerimaan pajak reklame
terhadap PAD selama 3 tahun yaitu 26,69% atau
dapat dikategorikan “tidak efektif”. Kontribusi
pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah
pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 selalu
menurun yaitu 2,64% pada tahun 2013, 2,01%
pada tahun 2014, dan 1,45% pada tahun 2015.
Rata-rata kontribusi pajak reklame terhadap PAD
selama 3 tahun yaitu 2,01% atau dapat
dikategorikan “cukup baik”.
4 Nama Peneliti Asriani (2019)
Perguruan Tinggi Universitas Muhammadiiyah Makassar
Judul Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Pajak Daerah
Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten
Takalar (Studi Kasus Pada Badan Pengelolaan
Keuangan Daerah)
Alat Analisis Rasio Efektivitas dan Rasio Kontribusi
Hasil Penelitian Hasil analisis menunjukkan bahwa tahun 2015
memiliki Efektivitas Pajak Daerah yang terendah
yaitu 57,94% dant ahun 2013 memiliki tingkat

29
efektivitas yang tertinggi yaitu 114,92%, serta
untuk kontribusi tahun 2013 memiliki Kontribusi
Pajak Daerah yang terkecil yaitu 10,21% dan
tahun 2014 memiliki kontribusi terbesar yaitu
55,82%.
5 Nama Peneliti Sitorus (2021)
Perguruan Tinggi Politeknik Negeri Samarinda
Judul Kontribusi dan Efektivitas Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kota Samarinda Periode 2016-2020
Alat Analisis Rasio Efektivitas dan Rasio Kontribusi
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan pajak penerangan
jalan memberikan kontribusi paling besar
terhadap pendapatan asli daerah Kota Samarinda
dengan persentase sebesar 21,27% per tahunnya,
dan retribusi jasa umum tertentu memberikan
kontribusi paling besar dengan persentase sebesar
6,91% per tahunnya. Pada efektivitas pendapatan
asli daerah mengalami tren menurun, sedangkan
efektivitas pajak daerah dan retribui daerah
mengalami fluktuasi.
Sumber : Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saputro et al. (2020) dengan


judul “Efektivitas Dan Kontribusi Pajak Hotel Dan Restoran Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta”, tujuan dari penelitian adalah untuk
mengetahui tingkat efektivitas dan kontribusi penerimaan pajak hotel dan restoran
terhadap pendapatan asli daerah Kota Surakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa efektivitas pajak hotel tingkat efektivitas pajak hotel tertinggi pada tahun
2013, terendah pada tahun 2015, pajak restoran memiliki efektivitas tertinggi pada
tahun 2016 dan terendah pada tahun 2015. Secara keseluruhan, kontribusi pajak
hotel dan pajak restoran pada tahun 2012 - 2017 jauh lebih kecil terhadap PAD.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputro et
al. (2020) terdapat pada variabel independen, yaitu sama-sama meneliti analisis
kontribusi dan efektivitas. Persamaan lainnya terletak pada variabel dependen,
yaitu sama-sama meneliti tentang pendapatan asli daerah (PAD). Perbedaan
penelitian ini terhadap penelitian sebelumnya terdapat pada subjek yang diteliti,
objek yang diteliti dan periode penelitian. Saputro et al. (2020) melakukan

30
penelitian pada tahun 2013 dengan objek penelitian pajak hotel dan restoran dan
subjek penelitian di badan pengelolaan keuangan dan aset daerah Kota Surakarta.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hasfila (2018) dengan judul
“Analisis Penerimaan Pajak Sarang Burung Walet Sebagai Bentuk Pelaksanaan
Qanun No 3 Tahun 2011 Tentang Pajak Sarang Burung Walet Terhadap
Pendapatan Aali Daerah (Studi Kasus Pada BPKD Kabupaten Aceh Utara)”,
tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui penerimaan pajak sarang burung
walet sebagai bentuk pelaksanaan qanun no 3 tahun 2011 tentang pajak sarang
burung walet terhadap pendapatan aali daerah kabupaten aceh utara. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kontribusi yang dialokasikan oleh pajak sarang
burung walet ke dalam pendapatan asli daerah setiap tahunnya dibawah 10%.
Belum tercapainya target penerimaan pajak sarang burung walet karena kurang
kesadaran wajib pajak atas kewajiban perpajakannya, dan kurangnya pemahaman
wajib pajak tentang perpajakan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasfila
(2018) terdapat pada variabel independen, yaitu sama-sama meneliti analisis
kontribusi. Persamaan lainnya terletak pada variabel dependen, yaitu sama-sama
meneliti tentang pendapatan asli daerah (PAD). Perbedaan penelitian ini terhadap
penelitian sebelumnya terdapat pada subjek yang diteliti dan periode penelitian.
Hasfila (2018) melakukan penelitian pada tahun 2018 dan subjek penelitian di
BPKD Kabupaten Aceh Utara.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Purba (2017) dengan judul
“Efektivitas dan Kontribusi Pajak Reklame Terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan”, tujuan dari penelitian adalah
untuk mengetahui tingkat efektivitas dan kontribusi penerimaan pajak reklame
terhadap pendapatan asli daerah Kota Medan. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan tingkat efektivitas tahun 2013-2015 yang dicapai setiap tahun selalu
menurun dan kurang dari 60%, yakni 33,76% untuk tahun 2013; 29,93% untuk
tahun 2014; dan 18,38% untuk tahun 2015. Rata-rata efektivitas penerimaan pajak
reklame terhadap PAD selama 3 tahun yaitu 26,69% atau dapat dikategorikan
tidak efektif. Kontribusi pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah pada

31
tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 selalu menurun yaitu 2,64% pada tahun
2013, 2,01% pada tahun 2014, dan 1,45% pada tahun 2015. Rata-rata kontribusi
pajak reklame terhadap PAD selama 3 tahun yaitu 2,01% atau dapat dikaegorikan
cukup baik.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Purba
(2017) terdapat pada variabel independen, yaitu sama-sama meneliti analisis
kontribusi dan efektivitas. Persamaan lainnya terletak pada variabel dependen,
yaitu sama-sama meneliti tentang pendapatan asli daerah (PAD). Perbedaan
penelitian ini terhadap penelitian yang dilakukan oleh Sahala Purba terdapat pada
objek yang diteliti dan periode penelitian. Purba (2017) melakukan penelitian
pada tahun 2017 dan objek penelitian yang diteliti adalah pajak reklame.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Asriani (2019) dengan judul
“Analisis Efektivitas dan Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli
Daerah Di Kabupaten Takalar (Studi Kasus Pada Badan Pengelolaan keuangan
Daerah)”, tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas dan
kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Takalar.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tahun 2015 memiliki efektivitas pajak daerah
yang terendah yaitu 57,94% dant ahun 2013 memiliki tingkat efektivitas yang
tertinggi yaitu 114,92%, serta untuk kontribusi tahun 2013 memiliki kontribusi
pajak daerah yang terkecil yaitu 10,21% dan tahun 2014 memiliki kontribusi
terbesar yaitu 55,82%.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Asriani
(2019) terdapat pada variabel independen, yaitu sama-sama meneliti analisis
efektivitas dan kontribusi. Persamaan lainnya terletak pada variabel dependen,
yaitu sama-sama meneliti tentang pendapatan asli daerah (PAD). Perbedaan
penelitian ini terhadap penelitian sebelumnya terdapat pada subjek yang diteliti
dan periode penelitian. Asriani (2019) melakukan penelitian pada tahun 2019 dan
subjek penelitian di BPKD Kabupaten Takalar.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sitorus (2021) dengan judul
“Kontribusi dan Efektivitas Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Samarinda Periode 2016-2020”, tujuan penelitian
ini untuk mengetahui kontribusi dan tingkat efektivitas pajak daerah dan retribusi

32
daerah terhadap PAD Kota Samarinda periode 2016-2020. Hasil penelitian
menunjukkan pajak penerangan jalan memberikan kontribusi paling besar
terhadap pendapatan asli daerah Kota Samarinda dengan persentase sebesar
21,27% per tahunnya, dan retribusi jasa umum tertentu memberikan kontribusi
paling besar dengan persentase sebesar 6,91% per tahunnya. Pada efektivitas
pendapatan asli daerah mengalami trend menurun, sedangkan efektivitas pajak
daerah dan retribui daerah mengalami fluktuasi
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Sitorus
(2021) terdapat pada variabel independen, yaitu sama-sama meneliti analisis
efektivitas dan kontribusi. Persamaan lainnya terletak pada variabel dependen,
yaitu sama-sama meneliti tentang pendapatan asli daerah (PAD). Perbedaan
penelitian ini terhadap penelitian sebelumnya terdapat pada objek yang diteliti dan
periode penelitian. Sitorus (2021) melakukan penelitian pada tahun 2020 dan
objek penelitiannya adalah pajak daerah dan retribusi daerah.

2.3. Kerangka Pikir


Menurut Sugiyono (2013) kerangka pikir akan menjelaskan secara teoritis
hubungan variabel yang akan diteliti Berikut ini adalah kerangka pikir pada
penelitian ini:

33
Analisi Kontribusi Dan Efektivitas Penerimaa Pajak Sarang Burung Walet
Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada Bapenda Kota Samarinda

Latar Belakang

Rumusan Masalah

1. Seberapa besar kontribusi penerimaan pajak sarang burung walet terhadap


pendapatan asli daerah (pad) pada Bapenda Kota Samarinda 2016-2021?

2. Seberapa besar tingkat efektivitas penerimaan pajak sarang burung walet


terhadap pendapatan asli daerah (pad) pada Bapenda Kota Samarinda 2016-
2021?

Kajian Empiris Landasan Teori

1. Saputro et al. (2020) 1. UU No. 28 Tahun 2009


2. Hasfila (2018) 2. UU No. 16 Tahun 2009
3. Purba (2017) 3. UU No. 33 Tahun 2004
4. Asriani (2019) 4. Perwali Kota Samarinda
5. Sitorus (2020) No. 27 Tahun 2011
5. Perda Kota Samarinda
No. 04 Tahun 2011
1.1. (2013)

Alat Analisis

1. Rasio Kontribusi
2. Rasio Efektivitas

Hasil Peneliatian

Kesimpulan

Gambar 2.1 kerangka pikir penelitian

34
2.4. Definisi Konsepsional
Definisi konsepsional adalah suatu pembatasan pengertian terhadap
variabel penelitian supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam memberikan arti
terhadap variabel yang diteliti. Adapun definisi konsepsional yang ada di
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pajak sarang burung walet
Menurut peraturan Walikota Samarinda nomor 27 tahun 2011, pajak
sarang burung walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan atau
pengusahaan sarang burung walet.
2. Pendapatan asli daerah
Menurut Saputro et al. (2020) pendapatan asli daerah adalah
pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh pemerintah
daerah.
3. Kontribusi
Menurut Adelina (2013) kontribusi adalah sumbangan yang diberikan
oleh penerimaan pajak sarang burung walet terhadap besarnya
pendapatan asli daerah.
4. Efektivitas
Menurut Wahyuni (2017) efektivitas merupakan hubungan antara
hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai.

35
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


3.1.1. Lokasi Penelitian
Penelitian yang peneliti lakukan bertempat di Badan Pendapatan Daerah
Kota Samarinda. Lokasi penelitian ini beralamat di Jl. Balaikota No.27, Kelurahan
Bugis, Kecamatan Samarinda Kota, Kota Samarinda, Kalimantan Timur.

3.1.2. Waktu Penelitian


Penelitian proposal skripsi ini dilakukan terhitung sejak bulan November
2021 sampai dengan Februari 2022. Adapun penentuan waktunya dapat dilihat
pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Waktu Penelitian


2021 2022
No
Keterangan November Desember Januari Februari
.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penentuan Judul
2. Penyusunan Proposal
3. Bimbingan dan Perbaikan
Penyelesaian Bab 1, 2, &
4.
3
5. Pengumpulan Proposal
6. Sidang Proposal
Perbaikan dan Acc
7.
Proposal

3.2. Definisi Operasional


Definisi operasional adalah penjelasan tentang variabel penelitian dalam
bentuk tegas yang dapat diukur serta diteliti. berikut ini penulis akan menguraikan
terkait dengan ananlisi kontribusi dan efektivitas penerimaan pajak sarang burung
walet terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Pada Bapenda Kota Samarinda.
1. Pajak sarang burung walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan
dan atau pengusahaan sarang burung walet. Dasar Pengenaan Pajak
sarang burung walet adalah nilai jual sarang burung walet pada saat

36
panen dilaksanakan.
2. Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh dan
dipungut oleh pemerintah daerah Kota Samarinda.
3. Kontribusi adalah besarnya sumbangan yang diberikan pajak sarang
burung walet terhadap total pendapatan asli daerah Kota Samarinda.
4. Efektivitas adalah ukuran yang menunjukkan berhasilnya atau tidak
pemerintah daerah Kota Samarinda dalam mengumpulkan pajak
sarang burung walet sesuai dengan target yang ditetapkan.

3.3. Rincian Data Yang Diperlukan


Berdasarkan dari permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, maka
untuk memudahkan pembahasan dan pemecahan masalah diperlukan data-data
untuk menunjang penulisan ini, yaitu sebagai berikut:
1. Gambaran umum/profil Bapenda Kota Samarinda.
2. Data target dan realisasi pendapatan daerah Kota Samarinda tahun
2016-2021.

3.4. Jenis dan Sumber Data


3.4.1. Jenis Data
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif, yaitu berupa data time series tentang perkembangan penerimaan pajak
sarang burung walet dan penerimaan pendapatan asli daerah Kota Samarinda
tahun 2016-2021

3.4.2. Sumber Data


Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Indrianto
& Supomo (2018) data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh
pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis
yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang
tidak dipublikasikan.

37
3.5. Teknik Pengumpulan data
Penulis data dari berbagai sumber yang terkait agar didapat data yang
sesuai dengan penelitian yang dibuat. Metode yang digunakan untuk memperoleh
data dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dokumentasi
Data yang dubutuhkan dalam penelitian ini yaitu berupa penerimaan
pajak sarang burung walet Kota Samarinda tahun 2016-2021 pada
Bapenda Kota Samarinda. Penulis juga mempelajari buku serta
literature yang berhubungan dengan pendapatan asli daerah (PAD).
2. Observasi
Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung pada badan
pendapatan daerah (Bapenda) Kota Samarinda untuk mendapatkan
informasi data sekunder sebagai bahan dalam menulis penelitian.

3.6. Teknik Pengolahan Data


Teknik pengolahan data pada penelitian ini menggunakan aplikasi
komputer microsoft excel untuk membantu memdudahkan penulis dalam
menghitung kontribusi dan rasio efektivitas.

3.7. Teknik Analisis Data


Alat analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah
rumus untuk mengukur kontribusi dan efektivitas pajak sarang burung walet
terhadap pendapatan asli daerah pada Bapenda Kota Samarinda. Adapun contoh
data nya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Contoh data penelitian


Pendapatan Asli daerah
Pajak Sarang Burung Walet (Rp)
Tahun (Rp)
Target Realisasi Realisasi
2016 50.000.000 34.477.000 391.478.411.432
2017 50.000.000 5.858.000 517.499.223.222

38
2018 50.000.000 17.570.000 499.229.231.885
2019 50.000.000 15.620.000 560.679282.249
2020 50.000.000 5.860.000 485.143.157.813
2021 50.000.000 13.650.000 594.801.655.082
Sumber : Data diolah

3.7.1. Kontribusi
Menurut Barasongka & Lambey (2021) rumus untuk menilai kontribusi
penerimaan pajak sarang burung walet adalah sebagai berikut :

Realisasi Pajak Sarang Burung Walet


Kontribusi = 𝑥 100 … … … … … … … . (3.1)
Pendapatan Asli Daerah

Berdasarkan rumus untuk menilai kontribusi penerimaan pajak sarang


burung walet di atas, berikut adalah kriteria kontribusi:

Tabel 3.3 kriteria kontribusi


Presentase Kontribusi Kriteria
0% – 10% Sangat Kurang
10% – 20% Kurang
20% – 30% Sedang
30% – 40% Cukup Baik
40% – 50% Baik
Diatas 50% Sangat Baik
Sumber : Kepmendagri No.690.900.327 1996 dalam Saputro et al. (2020)

3.7.2. Efektivitas
Menurut Barasongka & Lambey (2021) rumus untuk menilai efektivitas
penerimaan pajak sarang burung walet adalah sebagai berikut :

Realisasi Pajak Sarang Burung Walet


Efektivitas = 𝑥 100 … … … … … … … . (3.2)
Target Pajak Sarang Burung Walet

Berdasarkan rumus untuk menilai efektivitaspenerimaan pajak sarang


burung walet di atas, berikut adalah kriteria efektivitas :

39
Tabel 3.4 kriteria efektivitas
Klasifikasi Kriteria Efektivitas Kriteria
Diatas 100% Sangat Efektif
90 – 100% Efektif
80% – 90% Cukup Efektif
60% – 80% Kurang Efektif
Kurang dari 60% Tidak Efektif
Sumber : Kepmendagri No.690.900.327 1996 dalam Saputro et al. (2020)

40
DAFTAR PUSTAKA
Adelina, Rima, 2013, Analisis Efektifitas Dan Kontribusi Penerimaan Pajak Bumi
Dan Bangunan (PBB) Terhadap Pendapatan Daerah Di Kabupaten Gresik,
Universitas Negeri Surabaya.
Apriani, Aulia Nur, 2018, Analisis Kontribusi Dan Efektivitas Pajak Daerah
Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Kalimantan Timur,
Politeknik Negeri Samarinda.
Asriani, 2019, Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Pajak Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Takalar (Studi Kasus Pada Badan
Pengelolaan Keuangan Daerah), Universitas Muhammadiyah Makassar.
Barasongka, M. N. W. P. and Lambey, Robert, 2021, Analisis Efektivitas Dan
Kontribusi Penerimaan Pajak Sarang Burung Wallet Terhadap Pendapatan
Asli Daerah Kota Bitung, EMBA, Volume 9, Issue 4, pp. 358–367.
Hasfila, Nisa, 2018, Analisis Penerimaan Pajak Sarang Burung Walet Sebagai
Bentuk Pelaksanaan Qanun No 3 Tahun 2011 Tentang Pajak Sarang Burung
Walet Terhadap Pendapatan Asli Daerah, [Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara Medan], In, Jurnal ilmiah Universitas Sumatera Utara,
(Issue, 3),
http://repository.umsu.ac.id/bitstream/123456789/5054/1/SKRIPSI NAVIRA
LUTFA SUSTIA.pdf.
Indrianto, Nur and Supomo, Bambang, 2018, Metodologi Penelitian Bisnis,
Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.
Mardiasmo, 2018, Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta: CV Andi Offset.
Mardiasmo, 2019, Perpajakan, Yogyakarta: CV Andi Offset.
Primandari, Novegya Ratih and Emi, Dahlia, 2020, Kontribusi Dan Efektivitas
Pajak Reklame Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Ogan
Komering Ulu Periode Tahun 2013 – 2017 (Contribution and Effectiveness
of Reclame Tax on Local Original Revenuein Ogan Komering Ulu
Regency In2013 –2017), Jurnal Akuntansi,Keuangan,Dan Manajemen
(Jakman), Volume 1, Issue 2, pp. 123–134, 10.35912/jakman.v1i2.12.
Purba, Sahala, 2017, Efektivitas Dan Kontribusi Pajak Reklame Terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan,
Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Methodist, Volume 1, pp. 69–80,
http://www.methosika.net/index.php/jsika/article/view/14.
Puspitasari, Elfayang Rizky Ayu and Rohman, Abdul, 2014, Daerah Dan
Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan Pad Kabupaten Blora Tahun 2009-
2013, Diponegoro Journal Of Accounting, Volume 3.

41
Resmi, Siti, 2013, Perpajakan Teori dan Kasus, Jakarta Selatan: Salemba Empat.
Samudra, Azahri Aziz, 2015, Perpajakan Di Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo.
Saputro, Eka Arif Bijak, Suhendro and Masitoh, Endang, 2020, Efektivitas Dan
Kontribusi Pajak Hotel Dan Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kota Surakarta, Jurnal KRISNA: Kumpulan Riset Akuntansi, Volume 12,
Issue 1, pp. 190–196,
https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/krisna/article/view/1235/1
460.
Siahaan, Marihot Pahala, 2005, Pajak Daerah & Retribusi Daerah, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Sitorus, Lamrian Ranika Br., 2021, Kontirbusi dan Efektivitas Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Samarinda
Periode 2016-2020, Politeknik Negeri Samarinda.
Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung:
Alfabeta.
Suherman, Sri Devi Eka, 2020, Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Pajak Daerah
Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Enrekang, Universitas
Muhammadoiyah.
Wahyuni, Yesi, 2017, Efektivitas penerimaan pajak penerangan jalan dan
kontribusinya terhadap pendapatan pajak daerah kabupaten tanah datar,
[Institut Agama Islam Negeri],
http://journal.stiewidyagamalumajang.ac.id/index.php/JAS/article/view/167.
Waluyo, 2011, Perpajakan Indonesia, Jakarta: Salemba Empat.

42

Anda mungkin juga menyukai