Anda di halaman 1dari 141

PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KUALITAS

PELAYANAN, KESADARAN WAJIB PAJAK, DAN TINGKAT


PENGHASILAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN
SANKSI PERPAJAKAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI DALAM
MEMBAYAR PAJAK KENDARAAN BERMOTOR BERSAMA SAMSAT
KLUNGKUNG

Oleh:

NAMA : I PUTU AGUS EDY SURYA MAHENDRA


NIM : 1902622010074
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2022
2
PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KUALITAS
PELAYANAN, KESADARAN WAJIB PAJAK, DAN TINGKAT
PENGHASILAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN
SANKSI PERPAJAKAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI DALAM
MEMBAYAR PAJAK KENDARAAN BERMOTOR BERSAMA SAMSAT
KLUNGKUNG

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh


gelar Sarjana Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Mahasaraswati Denpasar

OLEH:

NAMA : I PUTU AGUS EDY SURYA MAHENDRA


NIM : 1902622010074
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2022

ii
PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KUALITAS
PELAYANAN, KESADARAN WAJIB PAJAK, DAN TINGKAT
PENGHASILAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN
SANKSI PERPAJAKAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI DALAM
MEMBAYAR PAJAK KENDARAAN BERMOTOR BERSAMA SAMSAT
KLUNGKUNG

OLEH:

NAMA : I PUTU AGUS EDY SURYA MAHENDRA


NIM : 1902622010074
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

Denpasar, 24 Desember 2022


Mengetahui /Menyetujui

Pembimbing 1 Pembimbing II

Dr. Anik Yuesti, S.E.,M.M. Putu Novia Hapsari Ardianti, S.E,M.Si.


NPK. 827710322 NPK. 829015414

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2022

iii
PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KUALITAS
PELAYANAN, KESADARAN WAJIB PAJAK, DAN TINGKAT
PENGHASILAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN
SANKSI PERPAJAKAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI DALAM
MEMBAYAR PAJAK KENDARAAN BERMOTOR BERSAMA SAMSAT
KLUNGKUNG

OLEH:
NAMA : I PUTU AGUS EDY SURYA MAHENDRA
NIM : 1902622010074
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

Telah dipertahankan dihadapan tim penguji dan dinyatakan lulus pada ujian
skripsi Program Studi Ekonomi dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar
Pada tanggal:

Tim Penguji:
1. Ketua Penguji
Nama Ketua Penguji : Dr. Anik Yuesti, S.E.,M.M
2. Sekretaris Penguji
Nama Sekretaris Penguji : Putu Novia Hapsari Ardianti, S.E,M.Si.
3. Anggota Penguji
Nama Anggota Penguji :

Mengetahui,

Dekan Ketua Program Studi


Fakultas Ekonomi Dan bisnis Akuntansi

Dr. Putu Kepramareni.SE.,MM Ni Nyoman Ayu Suryandari.SE.,MSi.,CA.,CRM


NIP. 19720616 200501 2002 NPK. 828510323

iv
SURAT PERNYATAAN ORIENTASI

Saya Yang Bertanda Tangan Dibawah Ini:

Nama : I Putu Agus Edy Surya Mahendra

Nim : 1902622010074

Program Studi : Akuntansi

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini adalah buku dari hasil kegiatan

plagiat dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan sebagaimana perlunya.

Denpasar, 29 Desember 2022

Materai
10.000

I Putu Agus Edy Surya Mahendra

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang

Maha Esa, karena berkat dan rahmat-NYA saya dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KUALITAS

PELAYANAN, KESADARAN WAJIB PAJAK, DAN TINGKAT

PENGHASILAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN

SANKSI PERPAJAKAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI DALAM

MEMBAYAR PAJAK KENDARAAN BERMOTOR BERSAMA SAMSAT

KLUNGKUNG”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan

pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam

penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima

kasih kepada:

1) Bapak Dr. Drs. I Made Sukamerta, M.Pd, Selaku Rektor Universitas

Mahasaraswati Denpasar.

2) Ibu Dr. Putu Kepramareni, SE., MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar.

3) Ni Nyoman Ayu Suryandari,SE,M.Si.,Ak.,CA.,CRM selaku Ketua Program

Studi Akuntansi Universitas Mahasaraswati Denpasar.

4) Ibu Dr. Anik Yuesti, SE.,MM.,selaku pembimbing I atas waktu, bimbingan,

masukan serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5) Ibu Putu Novia Hapsari Ardianti, S.E.,M.Si selaku pembimbing II atas waktu,

vi
bimbingan, masukan serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

6) Bapak/Ibu Pegawain Kantor SAMSAT Klungkung dan seluruh elemen

masyarakat Klungkung atas kesediaannya untuk memberikan data dan

informasi yang diperlukan penulis dalam penelitian.

7) Keluarga tercinta atas dukungan dan doanya yang tulus dan tiada hentinya

untuk memotivasi penulis dalam studi.

8) Sosok perempuan yang telah berjuang mendampingi, membantu dan

mensupport pada pembuatan skripsi ini sampai skripsi ini bisa terselesaikan

dengan baik.

9) Kepada teman-teman atas dukungan, motivasi dan masukannya.

vii
PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KUALITAS
PELAYANAN, KESADARAN WAJIB PAJAK, DAN TINGKAT
PENGHASILAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN
SANKSI PERPAJAKAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI DALAM
MEMBAYAR PAJAK KENDARAAN BERMOTOR BERSAMA SAMSAT
KLUNGKUNG

ABSTRAK

Kepatuhan wajib pajak adalah suatu Tindakan yang mencerminkan patuh


dan sadar terhadap ketertiban dalam kewajiban perpajakan wajib pajak dengan
melakukan pembayaran dan pelaporan atas masa dan tahunan dari wajib pajak
yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.
Meningkatnya kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti
pengetahuan pajak yang dilakukan, sanksi yang diberikan kepada setiap wajib
pajak yang melanggar peraturan, kesadaran dari wajib pajak itu sendiri, kualitas
pelayanan yang diberikan kepada wajib pajak, serta tingkat penghasilan yang
dimiliki oleh setiap wajib pajak.
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100
responden. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis Regresi
Linear Moderated Regression Analysis dan sebelumnya dilakukan pengujian
instrumen penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengetahuan perpajakan, kualitas
pelayanan, kesadaran wajib pajak dengan sanksi pajak sanksi pajak sebagai
variabel moderasi berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan
bermotor di Kantor Samsat Klungkung, disisi lain tingkat penghasilan tidak
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Hasil tersebut menunjukan bahwa wajib
pajak tidak mampu membayar pajak kendaraan bermotor dengan penghasilan
yang diterima sehingga dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak.

Kata Kunci : Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan, Kesadaran Wajib


Pajak, Tingkat Penghasilan, Sanksi Pajak Sebagai Moderasi, dan
kepatuhan wajib Pajak.

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN COVER..............................................................................................i
HALAMAN JUDUL..............................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING..................................................iii

HALAMAN PENGUJIAN SKRIPSI..................................................................iv

SURAT PERNYATAAN ORIENTASI................................................................v


KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
ABSTRAK...........................................................................................................viii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................9
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................13
2.1 Landasan Teori............................................................................................13
2.1.1 Theory of Planned Behavior (Teori Perilaku Terencana)....................13
2.1.2 Teori Kepatuhan..................................................................................15
2.1.3 Pengertian Pajak..................................................................................16
2.1.4 Jenis-jenis Pajak...................................................................................18
2.1.5 Pajak Daerah........................................................................................20
2.1.6 Pajak Kendaraan Bermotor..................................................................20
2.1.7 Kepatuhan Wajib Pajak.......................................................................21
2.1.8 Pengetahuan Pajak...............................................................................21
2.1.9 Kesadaran Wajib Pajak........................................................................22
2.1.10 Kualitas Pelayanan...............................................................................22
2.1.11 Tingkat Penghasilan.............................................................................22

ix
2.1.12 Sanksi Pajak.........................................................................................23
2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya......................................................................23
BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS....................................32
3.1 Kerangka Berpikir.......................................................................................32
3.2 Hipotesis.....................................................................................................36
3.2.1 Pengaruh Pengetahuan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Membayar Pajak Kendaraan Bermotor..............................................................36
3.2.2 Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Membayar Pajak Kendaraan Bermotor..............................................................37
3.2.3 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor..................................................38
3.2.4 Pengaruh Tingkat Penghasilan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor..................................................39
3.2.5 Pengaruh Variabel Moderasi Sanksi Pajak Terhadap Hubungan Antara
Pengetahuan Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, Dan Tingkat
Penghasilan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak..................................................40
BAB IV METODE PENELITIAN.....................................................................44
4.1 Lokasi Penelitian...........................................................................................44
4.5.1 Jenis Data Menurut Sifatnya...............................................................49
4.7 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................51
4.8.1 Uji Asumsi Klasik...............................................................................52
4.8.2 Moderated Regression Analysis (MRA).............................................53
4.8.3 Uji Kelayakan Model (Uji F)..............................................................54
4.8.4 Uji Statistik.........................................................................................54
4.8.5 Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)...........................................55
4.8.6 Uji Instrumen......................................................................................55
BAB V PEMBAHASAN......................................................................................57
5. 1 Gambaran Umum Kantor Bersama SAMSAT Klungkung...........................57
5. 2 Hasil Analisis...............................................................................................64
5. 3 Pembahasan.................................................................................................79
BAB VI PENUTUP..............................................................................................88
6.1 Kesimpulan.................................................................................................88

6.2 Keterbatasan dan Saran...............................................................................90

x
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................91
LAMPIRAN..........................................................................................................93

xi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. 1 Jumlah wajib pajak kendaraan bermotor........................................3
Tabel 5. 1 Rincian pengiriman dan penerimaan kuesioner............................61
Tabel 5. 2 Karakteristik responden.................................................................. 62
Tabel 5. 3 Hasil uji validasi data........................................................................65
Tabel 5. 4 Hasil uji reabilitas.............................................................................66
Tabel 5. 5 Hasil uji normalitas...........................................................................67
Tabel 5. 6 Hasil uji multikolinearitas................................................................68
Tabel 5. 7 Hasil uji heteroskedastisitas.............................................................69
Tabel 5. 8 Hasil uji regresi linier MRA.............................................................70
Tabel 5. 9 Hasil uji kelayakan model................................................................73
Tabel 5. 10 Hasil uji statistik..............................................................................74
Tabel 5. 11 Hasil uji koerfisien determinasi.....................................................79

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3. 1 Kerangka berpikir penelitian.......................................................35
Gambar 3. 2 Model penelitian............................................................................36
Gambar 5. 1 Struktur organisasi kantor SAMSAT Klungkung.....................59

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Hasil Penelitian Sebelumnya.........................................................94


Lampiran 2 Kuesioner.......................................................................................100
Lampiran 3 Hasil uji instrumen.......................................................................106
Lampiran 4 Hasil uji asumsi klasik..................................................................113
Lampiran 5 Hasil uji regresi linier MRA........................................................115
Lampiran 6 Hasil uji kelayakan model............................................................116
Lampiran 7 Hasil uji statistik...........................................................................117
Lampiran 8 Hasil uji koefisien determinasi....................................................125

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki tujuan nasional yaitu mewujudkan masyarakat adil dan

makmur sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang meliputi

pembangunan. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terus menerus dan

tetap yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah

Indonesia mewujudkan kemerdekaannya dengan salah satu cara, yaitu dengan

menyelidiki sumber daya pribumi berupa pajak. Dalam Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas undang-undang Nomor 6 Tahun

1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan ditetapkan bahwa pajak

merupakan iuran wajib kepada negara yang terutang oleh orang perseorangan atau

badan hukum dan dibayarkan setelah hukum dilaksanakan tanpa paksaan dapat

langsung dikompensasikan dan digunakan untuk keperluan negara untuk sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat.

Pembangunan nasional Indonesia pada dasarnya dilakukan oleh masyarakat

bersama-sama dengan pemerintah. Peran masyarakat dalam pembiayaan

pembangunan perlu lebih diperkuat dengan meningkatkan kesadaran masyarakat

akan kewajiban perpajakan, karena pajak merupakan sumber pendanaan utama.

Maka hal ini tidak berlebihan apalagi pemerintah berusaha meningkatkan

penerimaan pajak setiap tahun untuk membantu memenuhi Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN) untuk membiayai pembangunan.

xv
2

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retaliasi menetapkan bahwa jenis pajak daerah khususnya pajak provinsi terdiri

dari lima jenis pajak yang meliputi pajak bahan bakar mobil, pajak mobil, pajak

transfer mobil, pajak rokok, dan pajak air permukaan (Diatnyani, 2010). Pajak

jalan merupakan salah satu pajak yang membiayai pembangunan provinsi,

sehingga perlu dilakukan optimalisasi pemungutan pajak jalan. Kewenangan yang

bertanggung jawab atas pembayaran pajak kendaraan adalah Dinas Pendapatan

Daerah (DISPENDA) di tingkat kabupaten atau Badan Pendapatan Daerah

(BAPEDA) di tingkat provinsi melalui Kantor Bersama Sistem Administrasi

Tunggal Manunggal (SAMSAT). Oleh karena itu pemerintah daerah berusaha

semaksimal mungkin untuk meningkatkan pendapatan dari sektor pajak daerah ini

untuk dapat membiayai pembangunan fasilitas umum. Salah satu cara untuk

meningkatkan pendapatan dari sektor pajak kendaraan bermotor adalah dengan

meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Direktorat jenderal Pajak terus berupaya

untuk meningkatkan penerimaan pajak. Salah satu jalan yang ditempuh adalah

dengan pengawasan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan

kewajiban perpajakannya (Beloan, dkk, 2019).

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2015 tentang

Penerapan Sistem Tata Kelola Satu Jendela Bagi Kendaraan Bermotor, ditetapkan

bahwa Sistem Tata Letak Satu Jendela yang selanjutnya disebut SAMSAT adalah

seperangkat kegiatan dalam rangka penyelenggaraan registrasi dan identifikasi

kendaraan bermotor, pembayaran pajak kendaraan bermotor, biaya transfer

kendaraan bermotor dan pembayaran iuran wajib, kecelakaan lalu lintas dan

angkutan jalan terintegrasi dan terkoordinasi di kantor SAMSAT bersama.


3

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan pajak yang dipungut atas

kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor (Suryarini dan Tarmudji,

2012). Seiring banyaknya kendaraan bermotor yang beredar, pajak dari kendaraan

bermotor diharapkan mampu memberikan kontribusi yang tinggi. Selain jumlah

kendaraan bermotor yang meningkat, jumlah wajib pajak juga mengalami

peningkatan. Namun pada kenyataannya penerimaan pajak kendaraan bermotor

tidak sepenuhnya terealisasi. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1.1

Tabel 1. 1
Jumlah Wajib Pajak Kendaraan Bermotor yang terdaftar, Wajib Pajak yang
membayar pajak, dan Wajib Pajak yang menunggak pajak Kendaraan
Bermotor pada Kantor Bersama Samsat Klungkung tahun 2016-2020

WP WP yang WP Persenta
Tah yang Membaya yang se
un Terdaft r Pajak Menungg Kepatuh
ar (unit) ak Pajak an
(unit) (unit)
2016 113.2 72.5 40.7 64%
42 12 30
2017 120.6 74.4 46.1 62%
92 93 99
2018 133.5 77.3 56.1 59%
03 08 95
2019 137.2 80.4 56.8 58%
91 80 11
2020 141.1 74.9 66.1 53%
61 82 79
Sumber: UPT Bapenda Provinsi Bali di Kabupaten Klungkung 2021

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jumlah pajak

kendaraan bermotor yang diterima dari tahun 2016 (64%) hingga tahun 2020

(53%). Penurunan jumlah pajak yang diterima menunjukkan tingkat kepatuhan

wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor yang semakin menurun.

Ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi hal ini, yakni Pengaruh
4

Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, dan

Tingkat Penghasilan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Sanksi Perpajakan

Sebagai Variabel Moderasi Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor

Bersama Samsat Klungkung.

Menurut Aryo Bimo (2012), Kepatuhan Wajib Pajak adalah motivasi

seseorang kelompok atau organisasi untuk bertindak sesuai dengan aturan yang

telah ditetapkan. Perilaku patuh seseorang merupakan interaksi antara perilaku

individu, kelompok dan organisasi. Peraturan perpajakan berlaku untuk pajak.

Jadi, berkenaan dengan wajib pajak yang patuh, pengertian kepatuhan wajib pajak

adalah kepatuhan terhadap pelaksanaan aturan perpajakan atau aturan yang harus

dilaksanakan.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan antara lain

pengetahuan pajak, kesadaran wajib pajak membayar pajak, sanksi perpajakan,

kualitas pelayanan, dan tingkat penghasilan wajib pajak. Pengetahuan mengenai

perpajakan juga harus dimiliki oleh wajib pajak. Meningkatnya pengetahuan

perpajakan masyarakat melalui pendidikan perpajakan baik formal maupun non

formal akan berdampak positif terhadap kesadaran wajib pajak untuk membayar

pajak. Menurut Kristanty, Khairani, dan Fajriana (2012) pengetahuan perpajakan

yang dimiliki wajib pajak merupakan hal yang paling mendasar yang harus

dimiliki oleh wajib pajak karena tanpa adanya pengetahuan tentang pajak, maka

sulit bagi wajib pajak dalam menjalankankan perpajakannya. Pemerintah telah

melakukan upaya untuk menambahkan pengetahuan bagi para wajib pajak,

diantaranya melalui penyuluhan, iklan-iklan di media massa maupun media

elektronik dengan tujuan agar para wajib pajak lebih mudah mengerti dan lebih
5

cepat mendapat informasi perpajakan. Oleh karena itu pengetahuan pajak penting

dalam meningkatkan tingkat kepatuhan pajak. Terutama bagi masyarakat secara

umum dan wajib pajak khususnya untuk memiliki pengetahuan mengenai sistem

perpajakan. Mengingat saat ini pajak sudah merupakan salah satu bagian dari

kehidupan bermasyarakat yang sulit untuk dihindari misalnya untuk mendapatkan

barang/jasa maka akan dikenakan pajak. Penelitian yang dilakukan oleh,

Ilhamsyah, Endang, & Dewantara (2016) menunjukan bahwa pengetahuan

perpajakan berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan

Bermotor dalam membayar pajak kendaraan bermotor. Akan tetapi, hasil

penelitian yang dilakukan oleh Wardani & Rumiyatun (2017) menunjukan bahwa

pengetahuan wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib

pajak kendaraan bermotor.

Kualitas pelayanan yang baik diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan

wajib pajak. Kualitas pelayanan yang baik, mampu bersikap ramah dalam

memberikan pelayanan, bimbingan dan penyuluhan serta memberikan penjelasan

tentang perubahan peraturan perpajakan dan meningkatkan penegakan sanksi

pajak sesuai dengan aturan perpajakan yang berlaku. Apabila petugas Samsat

Kabupaten Klungkung bisa memberikan pelayanan secara ramah, terbuka dan

transparan, hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak dan

sumber potensi penerimaannya. Sesuai pendapat Halimi (2012) peningkatan

kualitas dan pelayanan kepada wajib pajak sebagai pelanggan akan meningkatkan

kepatuhan dalam bidang perpajakan. Penelitian yang dilakukan oleh Halim dan

Ratnawati (2015) mengenai kualitas pelayanan mengungkapkan bahwa kualitas

pelayanan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Akan tetapi,


6

penelitian yang dilakukan oleh Ummah (2015)”menyatakan bahwa kualitas

pelayanan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar

pajak kendaraan”bermotor.

Kesadaran wajib pajak dapat dilihat dari kesungguhan dan keinginan wajib

pajak untuk memenuhi kewajibannya. Kesadaran wajib pajak atas perpajakan

amatlah diperlukan untuk meningkatkan kemauan membayar pajak (Hardiningsih,

2011). Jika jumlah kendaraan bermotor mengalami peningkatan dan tidak

diimbangi dengan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak,

maka hal ini dapat menyebabkan tunggakan dan denda yang cukup besar pada

Kantor Samsat Kabupaten Klungkung. Penelitian yang dilakukan oleh, Ilhamsyah,

Endang, & Dewantara (2016) mengungkapkan bahwa hasil penelitian mengenai

variabel kesadaran wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib

pajak kendaraan bermotor. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Susilawati dan

Budiartha (2013)”mengenai kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan”bermotor. Namun, pada

penelitian (Hersian, 2018) menyatakan bahwa kesadaran wajib pajak tidak

mengalami pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan

bermotor.

Penerimaan pajak dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi suatu negara

karena pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan penghasilan masyarakat

sehingga masyarakat mempunyai kemampuan secara finansial untuk membayar

pajak. Jika masyarakat atau wajib pajak memiliki penghasilan yang tinggi maka

kebutuhan hidupnya akan terpenuhi, begitu pula beban pajak yang mereka

tanggung akan terpenuhi. Namun jika penghasilan mereka menurun sedangkan


7

kebutuhan hidup naik maka kewajibannya membayar pajak akan tertunda. Sesuai

pendapat Sari dan Susanti (2013) kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi

kewajibannya membayar pajak dipengaruhi seberapa besar penghasilan yang

didapatkannya. Semakin tinggi tingkat penghasilan wajib pajak maka pajak yang

dibayarkannya bisa tepat pada waktunya. Karena besarnya penghasilan berkaitan

erat dengan ketepatan dan kemampuan dalam membayar pajak. Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Sari dan Susanti (2013) menyatakan bahwa tingkat

penghasilan wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

kendaraan”bermotor.

Seperti yang telah dijelaskan dalam beberapa paragraf sebelumnya, banyak

faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak selain dari faktor-faktor

tersebut. Wajib pajak juga akan memenuhi kewajiban perpajakannya bila

memandang bahwa pelaksanaan sanksi perpajakan akan lebih banyak

merugikannya. Pelaksanaan dan pemberian sanksi yang dimaksud adalah dalam

bentuk pemberian sanksi administrasi/denda maupun sanksi pidana. Penelitian

yang dilakukan oleh Utami (2013) dan Imam (2013) tentang sanksi perpajakan

menunjukkan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan

wajib pajak. Akan tetapi, hasil penelitian yang berbeda ditunjukkan oleh

penelitian yang dilakukan oleh Maryati (2014) dan Haryuda (2013). Menurut

peneliti ini, sanksi tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Seperti dijelaskan oleh Santoso (2009) kepatuhan wajib pajak adalah wajib

pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai

dengan peraturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi

seksama, peringatan ataupun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun
8

administrasi. Selanjutnya dikemukakan oleh Mutia (2014) yang menjelaskan

bahwa pelaksanaan sanksi perpajakan kepada wajib pajak dapat menyebabkan

terpenuhinya kewajiban perpajakan oleh wajib pajak sehingga dapat

meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Mardiasmo (2003) sanksi perpajakan

merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

(norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi atau dengan kata lain sanksi

perpajakan merupakan alat (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma

perpajakan. Sementara penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maryati (2014)

dan Haryuda (2013) memiliki hasil yang tidak konsisten. Pada penelitian ini

bahwa wajib pajak akan mendapatkan sanksi apabila wajib pajak tersebut tidak

memiliki pengetahuan tentang perpajakan, tidak memiliki kesadaran akan

pentingnya pajak, wajib pajak tidak puas dengan kualitas pelayanan dari aparatur

pajak berupa informasi-informasi penting tentang perpajakan, dan tingkat

penghasilan yang kurang. Sehingga pada penelitian ini penulis menggunakan

sanksi perpajakan sebagai variabel moderating. Apabila sanksi memperkuat

hubungan pengetahuan perpajakan, kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan

perpajakan, dan tingkat penghasilan maka kepatuhan wajib pajak dalam

membayar pajak akan semakin tinggi.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti bermaksud untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengetahuan Perpajakan,

Kualitas Pelayanan, Kesadaran Wajib, dan Tingkat Penghasilan Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Sanksi Perpajakan Sebagai Variabel

Moderasi Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor Bersama SAMSAT

Klungkung”.
9

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah pengetahuan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib

pajak?

2. Apakah kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib

pajak?

3. Apakah kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib

pajak?

4. Apakah tingkat penghasilan wajib pajak berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak?

5. Apakah sanksi pajak mampu memoderasi hubungan pengetahuan

pajak terhadap kepatuhan wajib pajak?

6. Apakah sanksi pajak mampu memoderasi hubungan kualitas pelayanan

terhadap kepatuhan wajib pajak?

7. Apakah sanksi pajak mampu memoderasi hubungan kesadaran wajib

pajak terhadap kepatuhan wajib pajak?

8. Apakah sanksi pajak mampu memoderasi hubungan tingkat

penghasilan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak?

1.3 Tujuan Penelitian


10

Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan di atas maka tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan pajak terhadap kepatuhan

wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor.

2. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepatuhan

wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor.

3. Untuk mengetahui pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor.

4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat penghasilan wajib pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor.

5. Untuk mengetahui kemampuan sanksi pajak memoderasi pengaruh

pengetahuan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar

pajak kendaraan bermotor.

6. Untuk mengetahui kemampuan sanksi pajak memoderasi pengaruh

kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar

pajak kendaraan bermotor.

7. Untuk mengetahui kemampuan sanksi pajak memoderasi pengaruh

kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

membayar pajak kendaraan bermotor.


11

8. Untuk mengetahui kemampuan sanksi pajak memoderasi pengaruh

tingkat penghasilan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

membayar pajak kendaraan bermotor.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian yang akan

diperoleh yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan lanjutan yang relevan dan

hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bahan

referensi terkait Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kualitas

Pelayanan Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, dan Tingkat Penghasilan

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Sanksi Perpajakan Sebagai

Variabel Moderasi dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor.

Penerapan Kepatuhan Wajib Pajak yang didasarkan pada Theory of

Planned Behavior yang dapat menjelaskan perilaku wajib pajak dalam

mematuhi kewajiban perpajakannya. Penerapan Kepatuhan Wajib

Pajak yang didasarkan pada Teori Kepatuhan yang dapat memberikan

tuntutan adanya kepatuhan setiap wajib pajak yang terdaftar untuk

melakukan pembayaran pajak bermotor nya secara tepat waktu.

Sehingga manfaat lain penelitian ini adalah meningkatkan terjadinya

kepatuhan wajib pajak dengan cara mengetahui faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi tindakan Kepatuhan Wajib Pajak.

2. Manfaat Praktis
12

a. Bagi Fiskus

Penelitian ini mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi

fiskus yang dapat dijadikan pertimbangan dalam rangka

menurunkan potensi terjadinya tunggakan pajak kendaraan

bermotor.

b. Bagi Wajib Pajak

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

wajib pajak untuk memberikan tambahan kesadaran dalam

membayar pajak dan melaporkan pajak tepat pada waktunya

dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan agar dapat menjadi literatur bagi

penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.

d. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan

referensi dan bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya

dalam bidang yang sama dengan pendekatan dan ruang lingkup

yang berbeda
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Theory of Planned Behavior (Teori Perilaku Terencana)

Theory of planned behavior (TPB) yang dikemukakan oleh Ajzen (1991)

menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kepatuhan

wajib pajak dilihat dari sisi psikologis. Dalam hal ini, bahwa perilaku wajib

pajak dipengaruhi oleh beberapa variabel yang dapat dipersepsikan. Perilaku

wajib pajak ini timbul karena adanya niat wajib pajak untuk patuh atau tidak

patuh terhadap ketentuan perpajakan.

Munculnya niat untuk berperilaku ditentukan oleh tiga faktor (Mustikasari,

2007 dalam Puspa, Harjanti dan Zulaikha, 2012), yaitu:

a) Behavioral Beliefs (Keyakinan Perilaku)

Behavioral Beliefs merupakan keyakinan individu akan hasil dari

suatu perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut.

b) Normative Beliefs (Keyakinan Normatif)

Normative Beliefs yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang

lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut.

c) Control Beliefs (Keyakinan Kontrol)

Control Beliefs merupakan keyakinan tentang keberadaan hal-hal

yang mendukung atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan

dan persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan

menghambat perilakunya tersebut (perceived power).

13
14

Penelitian tentang kepatuhan pajak telah banyak dilakukan. Penelitian

sebelumnya yang menggunakan teori tersebut adalah penelitian Abryantha

(2017). Dikaitkan dengan penelitian ini, Theory of planned behavior relevan

untuk menjelaskan perilaku wajib pajak dalam mengetahui kewajiban

perpajakan. Sebelum individu melakukan sesuatu, individu tersebut akan

memiliki keyakinan mengenai hasil yang akan diperoleh dari perilakunya

tersebut. Kemudian yang bersangkutan akan memutuskan bahwa akan

melakukannya atau tidak melakukannya. Hal tersebut berkaitan dengan

kesadaran wajib pajak untuk membantu penyelenggaraan pembangunan negara

(Behavioral Beliefs).

Ketika akan melakukan sesuatu, individu akan memiliki keyakinan tentang

harapan normatif dari orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut

(Normative Beliefs). Hal tersebut dapat dikaitkan dengan pelayanan pajak,

dimana dengan adanya pelayanan yang baik dari petugas pajak, sistem

perpajakan yang efisien dan efektif, serta penyuluhan pajak yang memberikan

motivasi kepada wajib pajak agar taat pajak akan membuat wajib pajak memiliki

keyakinan atau memilih perilaku taat pajak.

Sanksi pajak terkait Control Beliefs dibuat adalah untuk mendukung agar

wajib pajak mematuhi peraturan perpajakan. Kepatuhan wajib pajak akan

ditentukan berdasarkan persepsi wajib pajak tentang seberapa kuat sanksi pajak

mampu mendukung perilaku wajib pajak untuk taat pajak.

Behavior Beliefs, Normative Beliefs, dan Control Beliefs sebagai tiga

faktor yang menentukan seseorang untuk berperilaku. Setelah terdapat tiga


15

faktor tersebut, maka seseorang akan memasuki tahap intention, kemudian tahap

terakhir adalah behavior. Tahap intention merupakan tahap dimana seseorang

memiliki maksud atau niat untuk berperilaku, sedangkan behavior adalah tahap

seseorang berperilaku Ajzen (1998) dalam Abryantha (2017). Pengaruh

Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, dan

Tingkat Penghasilan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Sanksi

Perpajakan Sebagai Variabel Moderasi dalam membayar Pajak Kendaraan

Bermotor dapat menjadi faktor menentukan perilaku kepatuhan pajak. Setelah

wajib pajak memiliki pengetahuan perpajakan dan tingkat penghasilan,

termotivasi oleh kualitas pelayanan dan kesadaran wajib pajak, maka wajib

pajak akan memiliki niat untuk membayar pajak dan kemudian merealisasikan

niat tersebut.

2.1.2 Teori Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata patuh, yang menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau

aturan dan berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaan, tunduk, patuh

pada ajaran atau peraturan. Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan

waktu dalam pembayaran pajak kendaraan bermotor yang telah diatur dalam

pasal 21 ayat (3) peraturan Daerah Provinsi Bali tahun 2011 tentang Pajak

Daerah. Peraturan-peraturan tersebut secara hukum mengisyaratkan adanya

kepatuhan setiap wajib pajak yang terdaftar untuk melakukan pembayaran

pajak kendaraan bermotornya secara tepat waktu Kantor Bersama Samsat.

Teori kepatuhan telah diteliti dalam ilmu-ilmu sosial khususnya di


16

bidang psikologi dan sosiologi yang lebih menekankan pada pentingnya

proses sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu.

Seorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai

dan konsisten dengan norma-norma internal mereka. Komitmen normatif

melalui moralitas personal (normative commitment through morality) berarti

mematuhi hukum karena hukum tersebut dianggap sebagai keharusan,

sedangkan komitmen normatif melalui legitimasi (normative commitment

through legitimacy) berarti mematuhi peraturan karena otoritas penyusunan

hukum tersebut memiliki hak untuk berperilaku (Ismail, 2017).

2.1.3 Pengertian Pajak

Menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2007 pasal (1), pajak adalah

kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi dan badan

yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Mujiyati (2017:2) menyatakan bahwa terdapat dua hal penting

yang melekat pada definisi pajak yaitu a) Iuran dari rakyat yang dapat

dipaksakan, artinya iuran yang harus dibayar oleh rakyat, tidak dapat mengelak

dan harus dilakukan oleh rakyat untuk membayarnya sebagai konsekuensi

berlakunya Undang-undang. b) Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi secara

langsung, artinya wajib pajak melakukan pembayaran kewajiban

perpajakannya atau iuran kepada negara tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dari pemerintah atas pembayaran tersebut.


17

a) Menurut Sifat Pajak dikelompokan menjadi dua. yaitu:

1. Pajak Subjektif

Pajak Subjektif adalah pajak yang pengenaannya

memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan

pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya. misalnya Pajak

Penghasilan (PPh).

2. Pajak Objektif

Pajak Objektif adalah pajak yang pengenaannya

memperhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan,

perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya

kewajiban membayar pajak tanpa peristiwa yang

mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa

memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak)

maupun tempat tinggal. Misalnya, Pajak Penambahan Nilai

(PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPBM). serta

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

b) Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Mujiyati dan Abdul Aris (2014: 15), menyatakan

bahwa secara garis besar dalam sistem perpajakan dikenal tiga sistem

yaitu Official Assesment System, Self Assessment System dan With

Holding System. Di Indonesia pernah melakukan penerapan beberapa

sistem pemungutan pajak yaitu:

1. Official Assessment System

Wewenang pemungutan pajak ada pada fiskus sehingga


18

inisiatif untuk memenuhi kewajiban perpajakan berada pada

fiskus. Dalam sistem ini fiskus yang lebih aktif untuk mencari

wajib pajak untuk diberikan NPWP sampai pada penetapan

jumlah pajak yang terutang melalui penerbitan SKP. Dengan

demikian keberhasilan pemungutan pajak tergantung peran

aktif fiskus.

2. Self Assessment System

Sistem yang memberikan wewenang untuk memenuhi

hak dan kewajiban ada pada wajib pajak sesuai dengan

peraturan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini inisiatif

untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya baik

menghitung, memperhitungkan, membayar, melaporkan

pajak yang dibayar serta mempertanggung jawabkan pajak

terutang ada pada wajib pajak. Dengan demikian wajib pajak

diberi kepercayaan penuh untuk melaksanakan kewajiban

perpajakannya sehingga keberhasilan pemungutan pajak

tergantung pada kepatuhan wajib pajak.

3. With Holding System

Pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada

pihak ketiga untuk melaksanakan kewajiban perpajakan

sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Dengan

sistem ini keberhasilan dalam pemungutan pajak tergantung

kedisiplinan pihak ketiga yang ditunjuk untuk melaksanakan

kewajiban perpajakan.
19

2.1.4 Jenis-jenis Pajak

Jenis pajak menurut Mardiasmo (2008) dapat dibedakan menjadi:

1. Menurut golongannya

a) Pajak langsung, merupakan pajak yang harus dipikul sendiri

oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan kepada orang lain.

b) Pajak tak langsung, merupakan pajak yang pada akhirnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

2. Menurut sifatnya

a) Pajak subjektif, merupakan pajak yang berpangkal atau

berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan

diri wajib pajak.

b) Pajak objektif, merupakan pajak yang berpangkal pada

objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak

3. Menurut lembaga pemungutnya

a) Pajak pusat, merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah

pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

Contoh: PPh, PPN, PPnBM, dan PBB.

b) Pajak daerah, merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah

daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

1) Pajak provinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan


20

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

2) Pajak kabupaten/kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran,

dan Pajak Hiburan.

2.1.5 Pajak Daerah

Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pengertian tersebut

termuat di dalam Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Nomor 28

Tahun 2009. Pajak atau kontribusi wajib yang diberikan oleh penduduk suatu

daerah kepada pemerintah daerah ini akan digunakan untuk kepentingan

pemerintahan dan kepentingan umum suatu daerah. Selain untuk pembangunan

suatu daerah, penerimaan pajak daerah merupakan salah satu sumber Anggaran

Pendapatan Daerah (APD) yang digunakan pemerintah untuk menjalankan

program-program kerjanya.

2.1.6 Pajak Kendaraan Bermotor

Pajak kendaraan bermotor adalah bagian pajak daerah yang termasuk ke

dalam jenis pajak provinsi. Menurut Zuraida (2012) objek dari pajak kendaraan

bermotor adalah penguasaan kendaraan dan/atau kepemilikan kendaraan

bermotor. pengertian kendaraan bermotor adalah:

1. Kendaraan bermotor adalah semua jenis kendaraan beroda dua dan

gandengannya atau tidak yang digunakan di semua jenis jalan darat


21

maupun yang dioperasikan di air yang digerakkan dengan

menggunakan peralatan peralatan teknik motor ataupun peralatan

lain sejenisnya yang berfungsi sebagai pengubah suatu sumber daya

energi energi tertentu sehingga menjadi tenaga yang menghasilkan

gerak pada kendaraan bermotor tersebut, termasuk juga alat-alat

berat dan alat-alat besar sejenisnya yang untuk mengoperasikannya

menggunakan roda dan motor yang tidak melekat permanen.

2. Kendaraan bermotor yang dioperasikan di semua jenis jalan di darat

beroda beserta gandengannya dan di air dengan ukuran isi kotor lima

Gross Tonnage (GT 5) sampai dengan tujuh Gross Tonnage (GT 7)

2.1.7 Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip oleh

Utomo dkk (2015) berarti tunduk atau patuh terhadap ajaran atau aturan. Dalam

hal perpajakan dapat diartikan bahwa kepatuhan perpajakan merupakan ketaatan,

tunduk dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan. Kepatuhan

merupakan ketaatan seseorang dalam membayar pajak secara tepat waktu dan

mampu melengkapi semua data persyaratan yang dibutuhkan.

2.1.8 Pengetahuan Pajak

Seorang wajib pajak yang sudah mengetahui fungsi dan tujuan dari pajak

selalu membayar pajak kendaraan bermotornya secara tepat waktu agar tidak

dikenakan sanksi. Selain mengetahui fungsi dan tujuan dari pajak, pajak

merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap wajib pajak yang
22

menyadarinya. Menurut Nazir (Utomo dkk, 2015) pengetahuan tentang pajak

dapat dilihat dari pengetahuan yang menyangkut cara melaksanakan kewajiban

pajak, siapa yang dikenakan, apa yang dikenakan, berapa besarnya, dan

bagaimana cara menghitungnya.

2.1.9 Kesadaran Wajib Pajak

Menurut Nasution dalam Ilhamsyah dkk (2016) kesadaran wajib pajak

merupakan sikap wajib pajak yang telah memahami dan mau melaksanakan

kewajibannya untuk membayar pajak dan telah melaporkan semua

penghasilannya tanpa ada yang disembunyikan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Menurut Susilawati dan Budiartha (2013) semakin tinggi tingkat

kesadaran wajib pajak, maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan

semakin baik sehingga dapat meningkatkan kepatuhan.

2.1.10 Kualitas Pelayanan

Pelayanan yang baik dari seorang petugas dapat memberikan respon

positif bagi setiap wajib pajak, sehingga wajib pajak merasa terbantu. Perbaikan

sarana dan peningkatan kemampuan teknis pegawai juga perlu ditingkatkan

untuk mendukung terciptanya kualitas pelayanan yang baik. Menurut Supadmi

(Christina dan Kepramareni, 2012) secara sederhana kualitas adalah suatu

kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses, dan

lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pihak yang

menginginkannya. Menurut Adi (Christina dan Kepramareni, 2012) kualitas

pelayanan merupakan suatu sikap atau pertimbangan global tentang keuangan

dari suatu pelayanan.


23

2.1.11 Tingkat Penghasilan

Menurut Mardiasmo (2008) beban pajak untuk semua orang harus sama

beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing

orang. Bagi wajib pajak yang berpenghasilan tinggi akan mudah dalam

memenuhi beban pajak yang ditanggungnya. Sedangkan bagi wajib pajak

dengan penghasilan cukup beban pajak yang ditanggungnya akan dipenuhi jika

kebutuhannya telah terpenuhi.

2.1.12 Sanksi Pajak

Sanksi pajak dikenakan bagi setiap wajib pajak yang menunggak dalam

membayar pajak kendaraan bermotornya. Bagi wajib pajak yang menganggap

dengan adanya sanksi membuatnya rugi, mereka dengan sadar akan

membayarkan pajaknya tepat waktu. Menurut Mardiasmo (2008) sanksi

perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ dipatuhi, dengan kata

lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib pajak

tidak melanggar norma perpajakan

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

1) Penelitian yang dilakukan oleh Cakoro, Susilo, & Zahroh (2015).

Penelitiannya bertujuan mengetahui pengaruh dari variable

pengetahuan pajak, kualitas pelayanan pajak, dan sanksi perpajakan

terhadap motivasi wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak.

Metode penelitian yang digunakan adalah explanatory research

(penelitian penjelasan) dengan pendekatan kuantitatif. Hasil


24

penelitiannya menunjukan bahwa pada hasil uji parsial diketahui

bahwa ketiga variabel bebas antara lain Pengetahuan Pajak, Kualitas

Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan, memiliki pengaruh signifikan

secara parsial terhadap variabel terikat (motivasi wajib pajak).

Pengaruh serentak (simultan) pada variabel pengetahuan pajak,

kualitas pelayanan pajak, dan sanksi perpajakan terhadap motivasi

wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak didapat hasil yang

signifikan. Oleh karena itu untuk meningkatkan motivasi wajib pajak

para aparat pajak harus meningkatkan pengetahuan tentang

perpajakan para wajib pajak, dan meningkatkan kualitas pelayanan

yang diberikan dan meningkatkan sanksi perpajakan dengan

menindak tegas para pelanggar pajak.

2) Penelitian yang dilakukan oleh, Ilhamsyah, Endang, & Dewantara

(2016). Penelitiannya bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel

pengetahuan dan pemahaman wajib pajak tentang peraturan

perpajakan, kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan, dan sanksi

perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah explanatory research dengan pendekatan

kuantitatif. Pengambilan sampel yang dilakukan dengan metode

accidental sampling Accidental sampling adalah mengambil

responden secara kebetulan, yaitu siapa yang secara kebetulan

bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang

yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data (Sugiyono,

2004). Sampel yang didapatkan pada penelitian ini sebesar 100 orang
25

wajib pajak kendaraan bermotor. Hasil penelitiannya menunjukan

variabel Pengetahuan dan Pemahaman Pajak Wajib Pajak tentang

Peraturan Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan

dan Sanksi Perpajakan berpengaruh positif secara bersama-sama

(simultan) dan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Kendaraan Bermotor dalam membayar pajak kendaraan bermotor di

KB Samsat Kota Malang. Variabel Kualitas Pelayanan dan Sanksi

Perpajakan berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap

kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa

variabel kesadaran wajib pajak yang paling dominan berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di KB Samsat

Kota Malang. Variabel tersebut menjadi dominan karena wajib pajak

merasa bahwa kewajiban perpajakan harus dipahami dan dilakukan

secara benar dan sukarela karena fungsi dari membayar pajak itu

merupakan sebagai pembiayaan Negara

3) Penelitian yang dilakukan oleh Wardani & Rumiyatun (2017).

Penelitiannya bertujuan untuk menguji pengaruh pengetahuan wajib

pajak, kesadaran wajib pajak, denda pajak kendaraan bermotor, dan

sistem samsat drive thru terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan

bermotor. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif,

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dari

hasil kuisioner. Penelitian ini menggunakan analisis regresi

berganda. Untuk memberi gambaran mengenai variabel yang diteliti

digunakan statistic deskriptif. Untuk menguji kualitas data digunakan


26

uji validitas dan reliabilitas. Agar persamaan regresi dapat bersifat

blu maka dilakukan uji asumsi yang meliputi normalitas data,

multikolinearitas, dan heteroskedasitas. Hasil penelitiannya

menunjukan bahwa pengetahuan wajib pajak tidak berpengaruh

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor,

kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib

pajak kendaraan bermotor, sanksi pajak kendaraan bermotor tidak

berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan

bermotor, sistem samsat drive thru berpengaruh positif terhadap

kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Pengetahuan wajib

pajak, kesadaran wajib pajak, sanksi pajak kendaraan bermotor dan

sistem samsat drive thru berpengaruh secara simultan terhadap

kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

4) Penelitian yang dilakukan oleh Wardani & Asis (2017).

Penelitiannya bertujuan untuk menguji pengaruh pengetahuan wajib

pajak, kesadaran wajib pajak, dan program samsat corner terhadap

kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Metode dalam penelitian

ini adalah metode kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data primer dari hasil kuisioner. Responden dalam

penelitian ini pembayar pajak kendaraan bermotor di samsat Pojok

Galeria Yogyakarta. Metode pengambilan sampel menggunakan

Accidental Sampling. Teknik analisis data dalam penelitian ini

menggunakan teknik regresi linear berganda. Hasil penelitiannya

menunjukan bahwa pengetahuan wajib pajak tidak berpengaruh


27

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor,

kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib

pajak kendaraan bermotor, program samsat corner berpengaruh

positif terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

Pengetahuan wajib pajak, kesadaran wajib pajak, dan program

samsat corner berpengaruh secara simultan terhadap kepatuhan wajib

pajak kendaraan bermotor

5) Penelitian yang dilakukan oleh Putra, Kusuma, & Dewi (2019).

Penelitiannya bertujuan untuk menganalisis secara empiris dan

seberapa besar pengaruh tax amnesty, pengetahuan perpajakan,

pelayanan fiskus, dan sanksi perpajakan secara simultan terhadap

kepatuhan wajib pajak. Metode penelitian menggunakan pendekatan

kuantitatif, teknik pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan kuesioner. Penelitian ini menggunakan data subjek.

Data subjek adalah jenis data penelitian yang berupa opini, sikap,

pengalaman, atau karakteristik seseorang atau kelompok orang yang

menjadi subjek penelitian (responden). Data subjek merupakan data

penelitian yang dilaporkan sendiri oleh responden secara individual

atau secara kelompok. Penelitian ini menggunakan data primer. Data

primer adalah data yang diperoleh dari tangan pertama untuk analisis

berikutnya untuk menemukan solusi atau masalah yang diteliti

(Sekaran, 2006). Hasil penelitiannya menunjukan bahwa hasil

analisis data dengan menggunakan metode analisis regresi linear

berganda menunjukan bahwa tax amnesty berpengaruh terhadap


28

kepatuhan wajib pajak. Pengetahuan perpajakan berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak. Sanksi perpajakan berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak.

6) Menurut penelitian yang dilakukan oleh Oladipupo & Obazee

(2016). Penelitiannya bertujuan untuk menyelidiki dampak

pengetahuan dan hukuman wajib pajak pada kepatuhan wajib pajak.

data yang diperoleh dari kuesioner dianalisis menggunakan metode

regresi Ordinary Least Square. Hasil penelitiannya menunjukan

bahwa pengetahuan pajak memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap kepatuhan pajak sedangkan denda pajak memiliki pengaruh

positif dan tidak signifikan terhadap kepatuhan pajak. Dengan

demikian penelitian ini menunjukan bahwa pengetahuan pajak

memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk mempromosikan

kepatuhan pajak daripada denda pajak, karena itu pemerintah harus

melakukan segala yang mungkin untuk meningkatkan pengetahuan

public tentang masalah pajak dan pendidikan pajak harus dimasukan

dalam kurikulum sekolah setiap saat. Pemilik usaha kecil dan

menengah juga harus berusaha untuk memajukan pengetahuan dan

kesadaran pajak mereka untuk saling menguntungkan pemerintah

dan pembayar pajak.

7) Menurut penelitian yang dilakukan oleh Olaoye, Ayeni, & Alaran

(2017). Penelitiannya bertujuan untuk menguji dari dampak

informasi pajak, administrasi dan pengetahuan pada kepatuhan wajib

pajak di Ekiti State, Nigeria. Penelitiannya menggunakan desain


29

penelitian survei, data yang diperoleh dari hasil kuesioner dianalisis

menggunakan metode regresi kuadrat terkecil biasa. Hasil

penelitiannya menyatakan bahwa informasi dan pengetahuan pajak

memiliki dampak positif yang signifikan terhadap kepatuhan pajak,

sementara administrasi pajak memiliki dampak yang tidak signifikan

terhadap kepatuhan pajak.

8) Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sania, & Yudianto (2018)

Penelitiannya bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini menggunakan

faktor kesadaran wajib pajak, kewajiban moral, dan kualitas layanan.

Kuesioner digunakan sebagai instrumen penelitian dalam

pengumpulan data, responden dalam penelitian ini adalah pelaku

bisnis e-commerce yang menggunakan pasar online. Regresi linier

berganda dengan program SPSS versi 23 digunakan untuk analisis

data. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kesadaran wajib

pajak, kewajiban moral, dan kualitas pelayanan pajak secara

simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan

wajib pajak. Kemudian pengujian parsial menghasilkan kesadaran

wajib pajak, dan kualitas layanan pajak memiliki pengaruh positif

dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan kewajiban

moral tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan

wajib pajak.

9) Penelitian yang dilakukan Cahyadi dan Jati (2015) bertujuan untuk

mengetahui pengaruh kesadaran wajib pajak, sosialisasi perpajakan,


30

akuntabilitas pelayanan publik dan sanksi perpajakan pada kepatuhan

wajib pajak PKB di Kantor Bersama Sistem Administrasi

Manunggal di Bawah Satu Atap (SAMSAT) Denpasar. Variabel

independen yang digunakan yaitu kesadaran, sosialisasi,

akuntabilitas pelayanan publik dan sanksi perpajakan. Variabel

dependen yang digunakan yaitu kepatuhan wajib pajak kendaraan

bermotor. Teori yang digunakan adalah Teori Legitimasi. Populasi

pada penelitian adalah seluruh wajib pajak PKB aktif yang terdaftar

di Kantor Bersama SAMSAT Denpasar. Jumlah sampel yang

digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 responden dihitung

berdasarkan rumus slovin dengan metode penentuan sampel adalah

metode accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan

metode observasi non partisipan dan kuesioner. Teknik analisis data

yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Berdasarkan

hasil analisis maka kesadaran wajib pajak, sosialisasi perpajakan,

akuntabilitas pelayanan publik dan sanksi perpajakan berpengaruh

positif pada kepatuhan wajib pajak PKB di Kantor Bersama

SAMSAT Denpasar.

10) Penelitian yang dilakukan oleh Eka Irianingsih (2015) bertujuan

penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kesadaran Wajib

Pajak, pelayanan fiskus dan sanksi administrasi pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor

di Kantor Pelayanan Pajak Kendaraan SAMSAT Sleman. Penelitian

ini juga untuk mengetahui variabel apa yang paling dominan


31

berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar

pajak kendaraan bermotor. Pada penelitian ini variabel dependen

yang digunakan kepatuhan pajak kendaraan bermotor, sedangkan

variabel independen yang digunakan kesadaran wajib pajak,

pelayanan fiskus dan sanksi administrasi. 16 Sampel yang terpilih

sebanyak 47 responden, data yang diperoleh dengan membagikan

kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah SPSS for

windows. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak semua variabel

mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak, variabel

kesadaran Wajib Pajak memiliki nilai p value sebesar 0,000, hal

tersebut menunjukkan bahwa variabel Kesadaran Wajib Pajak

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak,

sedangkan Pelayanan Fiskus memiliki nilai p value sebesar 0,661

dan Sanksi Administrasi Pajak memiliki nilai p value sebesar 0,909

yang berarti variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak.
BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

penting (sugiyono, 2009). Sebagaimana kita ketahui pajak merupakan sumber

penerimaan Negara yang sangat penting dalam menopang pembiayaan

pembangunan yang bersumber dari dalam negeri. Besar kecilnya pajak akan

menentukan kapasitas anggaran negeri, baik dalam membiayai pengeluaran

Negara, pembangunan maupun pembiayaan rutin Negara. Kepatuhan wajib

pajak merupakan aspek yang penting dalam meningkatkan penerimaan Negara

dari sektor pajak. Kepatuhan wajib pajak merupakan tindakan wajib pajak dalam

pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam

suatu Negara (Devano dan Rahayu, 2006:112).

Dilihat dari data tahun 2016-2020 wajib pajak yang tidak membayar pajak

setiap tahunnya terus meningkat. Faktor yang menyebabkan jumlah kendaraan

bermotor meningkat setiap tahunnya diantaranya, semakin meningkat kebutuhan

seseorang terhadap alat transportasi, tingginya daya beli masyarakat, semakin

banyak cicilan dengan bunga ringan yang dibelikan oleh para dealer dan sangat

mudahnya syarat untuk memiliki kendaraan bermotor. Meningkatnya jumlah

kendaraan bermotor dari tahun ke tahun tidak sejalan dengan kepatuhan wajib

pajak untuk melakukan pembayaran pajak kendaraan bermotor. Hal ini juga

32
33

dibuktikan dari kurangnya edukasi pajak terhadap masyarakat yang tidak

berpendidikan, sulit memahami pentingnya membayar pajak. Baik pemerintah

atau siapapun di sektor swasta tidak melakukan upaya atau alasan untuk

menjelaskan cara membayar pajak kepada masyarakat. Sehingga kurangnya

pengetahuan perpajakan untuk membayar pajak kendaraan bermotor.

Upaya lain dalam meningkatkan pengetahuan wajib pajak adalah

memberikan pelayanan pajak yang berkualitas kepada wajib pajak. Kepuasan

wajib pajak tentang kualitas pelayanan yang berikan biasanya memberikan

respon positif. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa pelayan yang diberikan

secara baik, dapat menimbulkan sikap puas bagi wajib pajak dan pada akhirnya

akan meningkatkan kepatuhan masyarakat dalam memenuhi kewajiban

perpajakan mereka.

Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak

mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar

dan sukarela. Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak maka pemahaman

dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat

meningkatkan kepatuhan. Berguna untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintahan daerah. Berguna untuk pembangunan dan atau pemeliharaan jalan

serta peningkatan moda dan sarana transportasi umum. Membantu peningkatan

pendapatan Kabupaten/Kota. Meningkatkan ketenangan dan kepastian hukum

bagi wajib pajak.

Tingkat penghasilan adalah kemampuan seseorang atau wajib pajak dalam

memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak terkait erat dengan besarnya


34

penghasilan. Tingkat penghasilan wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan

wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor. Kemampuan wajib

pajak dalam memenuhi pajak kendaraan terkait erat dengan besarnya

penghasilan. Besarnya biaya pajak yang dikenakan sesuai dengan tingkat

penghasilan yang dimiliki oleh wajib pajak.

Sanksi perpajakan terjadi karena terdapat pelanggaran terhadap peraturan

perundang-undangan perpajakan, sehingga apabila terjadi pelanggaran maka

wajib pajak dihukum dengan indikasi kebijakan perpajakan dan undang-undang

perpajakan. Sanksi pajak adalah hukuman negatif yang diberikan kepada orang

yang melanggar peraturan. Pengetatan sanksi bagi mereka yang telat atau lalai

membayar pajak sepertinya dapat memberikan efek jera, mulai dari dinaikan

nilai denda administratif atau bahkan dipidanakan terlebih pemilik kendaraan

bukan saja perseorangan, melainkan badan usaha pun banyak yang memiliki

kendaraan bermotor sebagai alat bantu operasional mereka. Adanya pengetatan

sanksi sangat erat kaitannya dengan kepatuhan wajib pajak. Namun dalam

melakukan kepatuhan terhadap kewajiban perpajakannya, manusia mempunyai

keterbatasan rasional dan berperilaku oportunistis yang melatarbelakangi

keputusan untuk patuh atau tidak dalam menjalankan kewajiban perpajakan.

Perilaku rasionalitas adalah perilaku ekonomis yang dapat didekati dengan teori

ekonomi guna mengantisipasi penghindaran pajak perlu dipikirkan kebijakan

mengenai struktur penalti dan probabilitas untuk menangkap penghindaran pajak

dan pemberian sanksi.


35

Gambar 3. 1
Kerangka Berpikir
PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KUALITAS
PELAYANAN, SANKSI PERPAJAKAN, KESADARAN WAJIB PAJAK,
DAN TINGKAT PENGHASILAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB
PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK KENDARAAN BERMOTOR
BERSAMA SAMSAT KLUNGKUNG
Research Gap dan Fenomena
Penelitian
Sebelumnya

1. Cakoro,
Susilo, &
Zahroh
(2015).
2. Ilhamsyah,
Endang, &
H1: Pengetahuan pajak berpengaruh positif pada Dewantara
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak (2016)
kendaraan bermotor. 3. Wardani &
H2: Kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap
Rumiyatun
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak
(2017)
kendaraan bermotor
4. Wardani &
H3: Kesadaran wajib pajak berpengaruh positif
Asis (2017).
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar
pajak kendaraan bermotor 5. Putra,
H4: Tingkat penghasilan berpengaruh positif terhadap Kusuma, &
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak Dewi
1. Theory of kendaraan bermotor (2019).
Planned H5: Sanksi perpajakan memoderasi hubungan antara 6. Oladipupo
Bahavior pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib & Obazee
2. Teori pajak kendaraan bermotor (2016)
kepatuhan H6: Sanksi perpajakan memoderasi hubungan antara 7. Olaoye,
kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak Ayeni, &
kendaraan bermotor Alaran
H7: Sanksi perpajakan memoderasi hubungan antara (2017)
kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak 8. Sania, &
kendaraan bermotor Yudianto
H8: Sanksi perpajakan memoderasi hubungan antara (2018)
tingkat penghasilan terhadap kepatuhan wajib pajak 9. I Made
kendaraan bermotor Wahyu
Cahyadi dan
I Ketut Jati
Teknik Analisis Moderasi Regresi Analysis (2015)
10. Eka
Pembahasan Irianingsih
(2015)

Kesimpulan, Keterbatasan dan Saran


36

Apakah pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan


pajak, kesadaran wajibGambar
pajak, dan3.tingkat
2 penghasilan
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
Model Penelitian pajak dengan
sanksi pajak sebagai variabel moderasi?
Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan, Kesadaran Wajib
Pajak, dan Tingkat Penghasilan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan
Sanksi Perpajakan Sebagai Variabel Moderasi Dalam Membayar Pajak
Kendaraan Bermotor Bersama SAMSAT Klungkung

Pengetahuan Perpajakan
(PP)

Kualitas Pelayaan
(KP)
Sanksi Perpajakan Kepatuhan Wajib Pajak
(SP) (KPWP)
Kesadaran Wajib Pajak
(KWP)

Tingkat Penghasilan
(TP)

3.2 Hipotesis

3.2.1 Pengaruh Pengetahuan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam

Membayar Pajak Kendaraan Bermotor

Pengetahuan perpajakan adalah pengetahuan mengenai konsep ketentuan

umum di bidang perpajakan. Meningkatnya pengetahuan perpajakan akan

membuat semakin meningkat pula tingkat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak

(Rahmawati, Prasetyo, dan Rimawati, 2013). Utomo (2011) menyatakan bahwa

faktor pengetahuan jelas sangat penting dalam membantu wajib pajak

melaksanakan kewajibannya, khususnya pengetahuan tentang pajak. Tanpa ada

pengetahuan wajib pajak akan mengalami kesulitan dalam mendaftarkan diri,

mengisi SPT dan membayar pajaknya. Wajib pajak yang tidak tahu tentang
37

pengetahuan pajak akan bingung tentang berapa jumlah pajak yang seharusnya

ia bayarkan. Jadi semakin banyak pengetahuan tentang perpajakan yang dimiliki

wajib pajak maka semakin meningkatkan kepatuhan bagi wajib pajak dalam

membayar pajaknya.

Menurut Utomo dkk (2015) Pengetahuan wajib pajak sangat

mempengaruhi sikap wajib pajak tersebut terhadap sistem perpajakan yang adil.

Dengan adanya pengetahuan yang baik maka wajib pajak akan memberikan

sikap yang benar dalam pemenuhan kewajiban perpajakan. Sesuai penelitian

yang dilakukan Susilawati dan Budiartha (2013) menyatakan bahwa

pengetahuan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

membayar pajak kendaraan bermotor.

H1: Pengetahuan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

dalam membayar pajak kendaraan bermotor.

3.2.2 Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam

Membayar Pajak Kendaraan Bermotor.

Pelayanan pada sektor perpajakan dapat diartikan sebagai pelayanan yang

diberikan kepada wajib pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk membantu

wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya. Untuk meningkatkan

kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya kualitas

pelayanan harus ditingkatkan oleh aparat pajak. Pelayanan yang berkualitas

harus diupayakan dapat memberikan 4K yaitu keamanan, kenyamanan,

kelancaran, dan kepastian hukum yang dapat dipertanggungjawabkan (Supadmi,

2009).
38

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Meliana (2017), menemukan

bahwa kualitas pelayanan secara parsial berpengaruh pada kepatuhan wajib

pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor di kantor Bersama Samsat

Klungkung. Penelitian yang dilakukan oleh Halim dan Ratnawati (2015) tentang

pengaruh kualitas pelayanan dan sikap wajib pajak terhadap kepatuhan wajib

pajak menyimpulkan bahwa kualitas pelayanan dan sikap wajib pajak

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Kualitas pelayanan tersebut akan

berpengaruh terhadap tingkat kepuasan wajib pajak dalam membayar pajak. Jadi

semakin baik kualitas pelayanan maka akan menimbulkan loyalitas pada diri

wajib pajak dan wajib pajak akan patuh dalam membayar pajaknya. Penelitian

yang dilakukan oleh Ilhamsyah dkk (2016) menyatakan bahwa kualitas

pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan

bermotor.

H2: Kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

kendaraan bermotor dalam membayar pajak kendaraan bermotor.

3.2.3 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor.

Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak

mengetahui memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar

dan sukarela. Kepatuhan akan muncul jika kesadaran dalam membayar pajak

diikuti oleh hasrat atau kemauan yang tinggi dari setiap wajib pajak untuk

membayar pajak (R. L. Putri, 2016). Kesadaran wajib pajak mengenai

perpajakan amatlah diperlukan guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Joto


39

Purnomo dan Mangoting, 2013). Karena semakin tinggi kesadaran wajib pajak

tentang perpajakan maka semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak.

Oleh sebab itu, diperlukan kesadaran yang berasal dari diri wajib pajak itu

sendiri akan arti dan manfaat dari pemungutan pajak tersebut, masyarakat harus

sadar bahwa kewajiban membayar pajak kendaraan bermotor bukanlah untuk

pihak lain, tetapi untuk melancarkan jalannya roda pemerintahan yang

mengurusi segala kepentingan rakyat (Utomo dkk, 2015). Sesuai penelitian yang

dilakukan oleh Susilawati dan Budiartha (2013) kesadaran wajib pajak

berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak

kendaraan bermotor.

H3: Kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

dalam membayar pajak kendaraan bermotor.

3.2.4 Pengaruh Tingkat Penghasilan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor.

Penghasilan wajib pajak merupakan objek pajak yang sangat terkait

dengan besarnya pajak terutang. Disamping itu tingkat penghasilan juga

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya dalam

membayar pajak. Berdasarkan penelitian dari Ardiansyah (2018) menunjukkan

bahwa tingkat penghasilan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

kendaraan bermotor. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat

penghasilan berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak

kendaraan bermotor. Berdasarkan penjelasan yang telah dijelaskan dapat

dirumuskan hipotesis:
40

H4: Tingkat Penghasilan berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Kendaraan Bermotor.

3.2.5 Pengaruh Variabel Moderasi Sanksi Pajak Terhadap Hubungan

Antara Pengetahuan Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas

Pelayanan, Dan Tingkat Penghasilan Terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak

Menurut Devano dan Rahayu (2006) kesadaran dalam memenuhi

kewajiban perpajakan bukan hanya terdapat pada hal-hal teknis saja seperti

pemeriksaan pajak, tarif pajak, tetapi juga bergantung pada kemauan wajib pajak

untuk mentaati ketentuan perundang-undangan perpajakan. Penelitian yang

dilakukan oleh Suwardi (2013) menunjukkan bahwa pengetahuan perpajakan

memberikan pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar

pajak. Yang artinya semakin banyak pengetahuan pajak akan mampu

meningkatkan kepatuhan wajib pajak yang ada. Sanksi perpajakan dalam

penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara variabel

pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. Adanya sanksi

perpajakan dapat memperkuat hubungan antara variabel pengetahuan perpajakan

dengan variabel kepatuhan wajib pajak. Sanksi perpajakan disini adalah keadaan

dimana seorang wajib pajak kemungkinan memiliki masalah dalam membayar

pajak terutangnya. Karena mengetahui apabila tidak membayar pajak akan

mendapatkan sanksi maka wajib pajak harus memiliki pengetahuan yang tinggi

tentang peraturan-peraturan perpajakan yang ditetapkan di Indonesia. Semakin


41

banyak pengetahuan yang dimiliki wajib pajak maka wajib pajak akan

mengetahui sanksi-sanksi apa saja yang didapat ketika melanggar peraturan

perpajakan yang nantinya berdampak pada kepatuhan wajib pajak dalam

membayar pajak. Fitrios dan Bonasari (2011) menyatakan pengetahuan wajib

pajak terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku

sangatlah penting untuk dapat melaksanakan dan memenuhi kewajiban

perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga kepatuhan wajib

pajak dapat ditingkatkan. Dalam penelitian ini sanksi perpajakan dapat

memperkuat hubungan pengetahuan perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak.

Apabila pengetahuan wajib pajak tentang peraturan perpajakan baik maka wajib

pajak mengerti tentang sanksi perpajakan dan kepatuhan wajib pajak dalam

membayar pajak akan tinggi.

Kualitas Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau

mempersiapkan segala hal yang diperlukan dan dibutuhkan seseorang) yang

dilakukan oleh petugas pajak. Pelayanan aparat pajak yang baik akan

memberikan kenyamanan bagi wajib pajak. Keramah tamahan petugas pajak

dalam pemberian informasi kepada wajib pajak termasuk dalam pelayanan

perpajakan tersebut. Menurut (Dharmawan dan Baridwan (2016) kualitas

pelayanan dari petugas pajak berpengaruh terhadap wajib pajak dalam

menyelesaikan kewajiban perpajakannya. Pemberian jasa ini memiliki manfaat

yang besar terhadap wajib pajak untuk sadar dan patuh dalam melaksanakan

kewajiban perpajakannya. Dalam penelitian ini sanksi perpajakan dapat

memperkuat hubungan kualitas pelayanan dengan kepatuhan wajib pajak.

Apabila kualitas pelayanan dari aparat pajak memadai dalam memberikan


42

informasi kepada wajib pajak maka wajib pajak memiliki pengetahuan lebih

tentang perpajakan sehingga wajib pajak dapat melakukan pembayaran pajak

secara benar dan mengurangi risiko bagi wajib pajak untuk mendapatkan sanksi

perpajakan dan wajib pajak akan patuh dalam membayar pajaknya.

Kesadaran wajib pajak dalam membayar kewajiban pajak akan

meningkat bilamana dalam masyarakat muncul persepsi positif terhadap pajak.

Kesadaran wajib pajak dapat dilihat dari kesungguhan dan keinginan wajib pajak

untuk memenuhi kewajiban pajaknya yang ditunjukkan dalam pemahaman wajib

pajak terhadap fungsi pajak dan kesungguhan wajib pajak dalam membayar dan

melaporkan pajak. Peneliti berpendapat apabila diberlakukan sanksi perpajakan

maka akan memperkuat kesadaran wajib pajak dalam membayar kewajiban

pajaknya, maka wajib pajak akan semakin menghargai peraturan perpajakan

sehingga muncul kesadaran dalam diri wajib pajak untuk melaksanakan

kewajibannya sebagai warga negara yang baik yaitu patuh dalam membayar

pajak.

Tingkat penghasilan seseorang dapat mempengaruhi bagaimana

seseorang tersebut memiliki kesadaran dan kepatuhan akan ketentuan hukum

dan kewajibannya dalam membayar pajak. Masyarakat yang penghasilannya

kurang akan menemukan kesulitan untuk membayar pajak, kebanyakan mereka

akan memenuhi kebutuhan hidup terlebih dahulu sebelum membayar pajak

(Puteri, Syofyan dan Mulyani, 2019). Sri Rustianingsih (2011) tingkat

penghasilan akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak

tepat pada waktunya, Kemampuan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban

pajak berkaitan erat dengan besarnya penghasilan. Dalam penelitian ini apabila
43

diberlakukan sanksi perpajakan maka akan memperkuat tingkat penghasilan

dalam melakukan pekerjaan yang dilakukan agar pembayaran pajak terpenuhi.

Dari uraian diatas penulis berpendapat bahwa wajib pajak tidak akan

mendapatkan sanksi perpajakan apabila wajib pajak tersebut memiliki

pengetahuan akan pentingnya pajak, wajib pajak merasa puas dengan kualitas

pelayanan dari aparatur pajak berupa informasi informasi penting tentang

perpajakan, memiliki kesadaran tentang perpajakan, dan tingkat penghasilan

yang mencukupi. Sehingga peneliti menduga bahwa sanksi perpajakan akan

memperkuat hubungan pengetahuan pajak, kualitas pelayanan perpajakan,

kesadaran wajib pajak, dan tingkat penghasilan maka kepatuhan wajib pajak

dalam membayar pajak.

Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H5: Sanksi perpajakan memoderasi hubungan antara pengetahuan perpajakan

terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor

H6: Sanksi perpajakan memoderasi hubungan antara kualitas pelayanan terhadap

kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor

H7: Sanksi perpajakan memoderasi hubungan antara kesadaran wajib pajak

terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor

H8: Sanksi perpajakan memoderasi hubungan antara tingkat penghasilan terhadap

kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana

penelitian tersebut akan diadakan. Lokasi penelitian ini dilakukan pada kantor

SAMSAT Klungkung yang berlokasi di jalan Ngurah Rai No. 3, Semarapura

Kauh, Klungkung, Bali.

4.2 Objek Penelitian

Objek Penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu tentang suatu hal objektif valid dan reliabel tentang

suatu hal (sugiyono, 2017). Objek Penelitian dalam Penelitian ini adalah wajib

pajak kendaraan bermotor yang terdaftar di kantor bersama SAMSAT

Klungkung

4.3 Identifikasi Variabel

Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel bebas dan

variabel terikat.

a. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi atau

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat

(sugiyono, 2014). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas

(X) adalah

1. Pengetahuan Perpajakan (PP)

44
45

2. Kualitas Pelayanan (KP)

3. Kesadaran Wajib Pajak (KWP)

4. Tingkat Penghasilan (TP)

b. Variabel Moderasi (Z)

Variabel moderasi adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat

dan memperlemah) hubungan antara variabel bebas dan variabel

terikat (Sugiyono: 2017). Variabel moderasi pada penelitian ini adalah

Sanksi Perpajakan (SP)

c. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi

akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono,2014). Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Kepatuhan Wajib

Pajak (KPWP) dalam membayar pajak kendaraan bermotor (PKB).

4.4 Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini terdiri dari satu variabel terikat yang kepatuhan wajib pajak

dan lima variabel bebas diantaranya pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan

pajak, sanksi pajak, kesadaran wajib pajak, dan tingkat penghasilan. Definisi

operasional dari masing-masing variabel dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengetahuan Perpajakan

Variabel pengetahuan perpajakan diukur dengan menggunakan

kuesioner. Adapun pengukuran variabel ini diukur dengan


46

menggunakan skala likert, dimana jawaban dari instrumen kuesioner

tersebut diberi skor, seperti poin (1) sangat tidak setuju, (2) tidak

setuju, (3) kurang setuju, (4) setuju, dan (5) sangat setuju. Menurut

Susmiatun Kusmuriyanto (2014), indikator pengetahuan perpajakan

adalah sebagai berikut:

1) Wajib pajak mengetahui tentang batas waktu pembayaran

2) Wajib pajak mengetahui tentang ketentuan umum dan tata cara

membayar pajak kendaraan bermotor

3) Wajib pajak mengetahui tentang sistem pajak kendaraan bermotor

2. Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kualitas pelayanan yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak yang

ditujukan kepada wajib pajak kendaraan bermotor. Dalam penelitian

ini kualitas pelayanan pajak menggunakan skala likert, dimana

jawaban dari instrumen kuesioner tersebut diberi skor, seperti poin (1)

sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) kurang setuju, (4) setuju, dan

(5) sangat setuju. Menurut Caro & Gracia (dalam Aryo Bimo &

Cahyawati, 2012) indikator kualitas pelayanan pajak adalah sebagai

berikut:

1) Petugas pajak telah memberikan pelayanan pajak dengan baik

2) Petugas pajak selalu memperhatikan keberatan Wajib Pajak atas

pajak yang dikenakan


47

3) Cara membayar pajak adalah mudah/ efisien

3. Sanksi Pajak

Sanksi pajak akan diberikan kepada wajib pajak yang melanggar

peraturan perpajakan, karena sanksi didefinisikan sebagai alat

pencegah agar wajib pajak tidak melanggar peraturan. Sanksi yang

diberikan kepada wajib pajak dapat berupa bunga, denda, dan

kenaikan atau biasa disebut dengan sanksi administrasi dan bisa juga

berupa denda pidana, pidana kurungan, dan pidana penjara atau biasa

disebut dengan sanksi pidana. Sanksi perpajakan dalam penelitian ini

akan diukur dengan menggunakan skala likert dengan poin (1) sangat

tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) kurang setuju, (4) setuju, dan (5)

sangat setuju. Menurut (Suhendri, 2015) indikator sanksi pajak adalah

sebagai berikut:

1) Sanksi pajak sangat diperlukan agar tercipta kedisiplinan wajib

pajak dalam memenuhi kewajiban membayar pajak kendaraan

bermotor.

2) Pengenaan sanksi harus dilaksanakan dengan tegas kepada

semua wajib pajak yang melakukan pelanggaran.

3) Sanksi yang diberikan kepada Wajib Pajak harus sesuai dengan

besar kecilnya pelanggaran yang sudah dilakukan.

4. Kesadaran Wajib Pajak


48

Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak

memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar.

Dalam penelitian ini kesadaran wajib pajak menggunakan skala likert,

dimana jawaban dari instrumen kuesioner tersebut diberi skor, seperti

poin (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) kurang setuju, (4)

setuju, dan (5) sangat setuju. Menurut susilawati dan Budiartha (2013)

indikator kesadaran wajib pajak adalah:

1) Pajak merupakan iuran rakyat yang digunakan untuk

pembangunan.

2) pajak merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang

pembangunan negara.

3) Kesadaran wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajak.

5. Tingkat Penghasilan

Tingkat penghasilan yang dimaksud dalam penelitian ini dilihat

dari tingkat penghasilan yang diperoleh wajib pajak itu sendiri.

Adapun pengukuran variabel ini diukur dengan menggunakan skala

likert, dimana jawaban dari instrumen kuesioner tersebut diberi skor,

seperti poin (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) kurang setuju,

(4) setuju, dan (5) sangat setuju. Tingkat penghasilan dalam Reynaldi

(2012) mempunyai indikator:

1) Melaporkan pajak dengan sebenar-benarnya sesuai dengan

penghasilan yang diterima.


49

2) Dari penghasilan yang diterima dapat membayar pajak dengan

tepat waktu.

3) Membayar pajak sesuai dengan tingkat penghasilan wajib pajak

yang diterima.

6. Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan wajib pajak didefinisikan sebagai suatu keadaan

dimana wajib pajak memenuhi kewajibannya membayar pajak

kendaraan bermotor dengan tepat waktu dan tidak pernah melakukan

penunggakan dalam membayar pajak pajak kendaraan bermotor.

Adapun pengukuran variabel ini diukur dengan menggunakan skala

likert, dimana jawaban dari instrumen kuesioner tersebut diberi skor,

seperti poin (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) kurang setuju,

(4) setuju, dan (5) sangat setuju. Menurut Ilhamsyah dkk (2016)

indikator kepatuhan wajib pajak adalah sebagai berikut:

1) Wajib pajak tidak memiliki tunggakan pajak kendaraan

bermotor.

2) Wajib pajak selalu membayar pajak kendaraan bermotor tepat

waktu sebelum jatuh tempo.

4.5 Jenis dan Sumber Data

4.5.1 Jenis Data Menurut Sifatnya

1. Data Kualitatif yaitu data yang disajikan dalam bentuk verbal

(lisan/kata) bukan dalam bentuk angka. (Noeng Muhadjir, 1996). Data


50

kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejarah

berdirinya kantor SAMSAT Klungkung, Struktur organisasi dan

uraian tugas masing-masing bagian kantor SAMSAT Klungkung.

2. Data Kuantitatif yaitu jenis data yang dapat diukur atau dihitung

secara langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang

dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk angka. Data kuantitatif

yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah wajib pajak

kendaraan bermotor Kota Klungkung dan hasil kuesioner yang berupa

jawaban responden yang diukur dengan likert tentang variabel yang

dimaksud yaitu pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan pajak,

sanksi pajak, kesadaran wajib pajak, dan tingkat penghasilan terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor

pada Kantor Bersama SAMSAT Klungkung.

3. Data Primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari sumbernya,

dicatat dan diamati pertama kali oleh peneliti. Data primer dalam

penelitian ini adalah jawaban kuesioner yang diperoleh dengan

menyebarkan beberapa pernyataan yang akan diisi oleh responden.

4.6 Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh Wajib Pajak yang

kendaraannya terdaftar di SAMSAT Kabupaten Klungkung. Jumlah wajib pajak

kendaraan bermotor yang terdaftar di tahun 2020 sebanyak 141.161 unit. Peneliti

meneliti sebagian dari elemen-elemen populasi atau yang biasa disebut sampel.

Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah metode purposive


51

sampling. purposive sampling merupakan metode penetapan sampel dengan

berdasarkan kriteria. Untuk menentukan ukuran sampel digunakan rumus Slovin

(Umar, 2003), yaitu sebagai berikut:

N
n= 2
1+ Ne

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

e = batas toleransi kesalahan, Dalam penelitian ini adalah 10%.

141.161
n= 2
=100
1+141.161(10 %)

Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah sampel yang diambil dalam

penelitian ini sebanyak 100 Wajib Pajak.

4.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data adalah

metode survey menggunakan kuesioner. Sejumlah pertanyaan tentang kepatuhan

wajib pajak, kesadaran wajib pajak, pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan

perpajakan, sanksi perpajakan akan diajukan oleh peneliti dan kemudian

responden diminta menjawab sesuai dengan pendapat mereka. Pengukuran yang

digunakan untuk mengukur pendapat responden yaitu mulai angka 1 untuk

pendapat sangat tidak setuju (STS) dan angka 5 untuk pendapat sangat setuju

(SS). Perinciannya adalah sebagai berikut:


52

⮚ Angka 1: Sangat Tidak Setuju (STS)

⮚ Angka 2: Tidak Setuju (TS)

⮚ Angka 3: Kurang Setuju (KS)

⮚ Angka 4: Setuju (S)

⮚ Angka 5: Sangat Setuju (SS)

4.8 Teknik Analisis Data

4.8.1 Uji Instrumen

Uji Instrumen adalah Jawaban responden terhadap pernyataan yang

terdapat dalam kuesioner merupakan hasil yang sangat penting dikarenakan

validasi atau tidaknya suatu hasil penelitian ditentukan oleh alat pengukuran

instrumen yang digunakan dan data yang diperoleh. Uji instrumen terdiri dari:

1) Uji Validitas

Uji Validitas merupakan persamaan data yang dilaporkan oleh peneliti

dengan data yang diperoleh langsung yang terjadi pada subjek penelitian

(Sugiyono 2018:267). Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau

tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada

kuesioner mampu mengungkapkan yang akan diukur oleh kuesioner tersebut

2) Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas adalah derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan

(Sugiyono 2018:268). Data yang tidak reliabel, tidak dapat diproses lebih lanjut

karena akan menghasilkan kesimpulan yang bias. Suatu alat ukur yang dinilai

reliabel jika pengukuran tersebut menunjukan hasil-hasil yang konsisten dari


53

waktu ke waktu. Untuk mengukur reliabilitas digunakan uji statistik Cronbach

Alpha (α). Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila nilai cronbach alpha lebih

besar dari 0,70% (Ghozali, 2016:48).

4.8.2 Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi klasik adalah analisis yang dilakukan untuk menilai apakah

di dalam sebuah model regresi linear Ordinary Least Square (OLS) terdapat

masalah-masalah asumsi klasik. Pengajuan pendahuluan diperkirakan karena

model analisis didasarkan pada asumsi-asumsi sederhana, pengujian tersebut

meliputi:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui

apakah variabel independen maupun dependen mempunyai distribusi

yang normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah regresi yang

distribusi normal atau mendekati normal (Ghozali, 2018). Rumus yang

digunakan dalam uji normalitas ini adalah rumus Kolmogorov-

Smirnov dengan ketentuan data berdistribusi normal jika

signifikansi>0,05 dan data tidak berdistribusi normal, jika

signifikansi<0,05.

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali,

2018:107). Model regresi yang baik sebenarnya tidak terjadi korelasi


54

antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

multikolinearitas dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF)

dan tolerance. Suatu model regresi yang bebas multikolinearitas

adalah yang mempunyai nilai VIF0,1. Jika nilai VIF>10 dan nilai

tolerance.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan dalam penelitian ini dimana

tujuannya untuk menguji apakah didalam regresi terjadi

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Cara yang digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas

adalah dengan menggunakan uji glejser. Uji glejser merupakan

meregresikan antara variabel bebas dengan variabel residual absolute.

4.8.3 Moderated Regression Analysis (MRA)

Variabel moderasi adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat

atau melemah) hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen (Ghozali, 2013:174). Dimana variabel moderasi merupakan aplikasi

khusus regresi berganda linier dimana dalam persamaan regresinya mengandung

unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen):

Y =α + β 1 PP + β 2 KP + β 3 KWP+ β 4 TP+ β 5 Z + β 6 PP . Z + β 7 KPP . Z + β 8 KWP . Z + β 9 TP . Z + e

Keterangan:

Y = Kepatuhan Wajib Pajak


55

α = Konstanta

β 1−β 9 = Koefisien Regresi

PP = Pengetahuan Perpajakan

KP = Kualitas Pelayanan

KWP = Kesadaran Wajib Pajak

TP = Tingkat Penghasilan

Z = Sanksi Perpajakan

PP . Z =Variabel Interaksi Pengetahuan Perpajakan dengan Sanksi


Pajak

KP . Z =Variabel Interaksi Kualitas Pelayanan dengan Sanksi Pajak

KWP . Z = Variabel Interaksi Kesadaran Wajib pajak dengan Sanksi


pajak

TP . Z = Variabel Interaksi Tingkat Penghasilan dengan Sanksi Pajak

e = Standard Error

4.8.4 Uji Kelayakan Model (Uji F)

Ghozali mengatakan bahwa uji statistic F digunakan untuk mengetahui

semua variabel independen yang dimasukan dalam model regresi secara

bersama-sama terhadap variabel dependen. Dasar pengambilan keputusannya

yaitu dengan membandingkan tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai probabilitas ≤

0,05, maka dapat dikatakan terdapat model fit dengan data. Namun, jika nilai

probabilitas ˃ 0,05 maka model tidak fit dengan data.

4.8.5 Uji Statistik

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing


56

variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Langkah-langkah uji

statistiknya sebagai berikut:

1) Formulasi Hipotesis

a. H0: β = 0, artinya variabel bebas (X) tidak berpengaruh

terhadap variabel terikat (Y)

b. H1: β > 0 artinya variabel bebas (X) berpengaruh terhadap

variabel terikat (Y)

2) Tingkat signifikansi α = 5 persen = 0,05

3) Menetapkan kriteria keputusan:

c. H0 diterima jika t hitung ≤ tabel atau –t hitung ≥ -t table

d. H1 diterima jika t hitung > tabel atau –t hitung < -t tabel

4.8.6 Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Koefisien determinasi (adjusted R²) mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen dengan nilai antara nol

sampai satu (0<R²<1). Nilai adjusted R² yang kecil berarti kemampuan variabel

variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat

terbatas. Nilai yang mendekati satu menunjukkan bahwa variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2018:97).


BAB V

PEMBAHASAN

5.1.1 Gambaran Umum Kantor Bersama SAMSAT Klungkung

5.1.2 Sejarah Berdirinya Kantor SAMSAT Klungkung


Pelaksanaan pengurusan surat-surat kendaraan bermotor diproses oleh

masing-masing instansi secara terpisah seperti halnya pungutan Pajak Kendaraan

Bermotor dan pemerintah provinsi (Badan Pendapatan Daerah). Pemungutan

Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) oleh aparat

Departemen Keuangan (PT. AK Jasa Raharja) dan pengeluaran Surat Tanda

Nomor Kendaraan (STNK) oleh aparat kepolisian. Dari pelaksanaan proses

tersebut masing-masing instansi menerapkan sistem dan prosedur kerja sendiri-

sendiri sesuai dengan ketentuan masing-masing. Akibatnya pemilik kendaraan

bermotor harus mengurus surat-surat kendaraannya melalui tiga instansi yang

satu sama lainnya berjauhan lokasinya, sehingga memerlukan waktu yang cukup

lama dengan birokrasi yang tidak efisien. Tidak adanya keseragaman sistem dan

administrasi di masing-masing instansi seperti tersebut diatas menyebabkan

masyarakat pemilik kendaraan bermotor banyak yang tidak melaksanakan

kewajibannya setiap tahun. Atas dasar permasalahan diatas, pemerintah

mengadakan regulasi dan birokrasi di bidang administrasi surat-surat kendaraan

bermotor agar pengurus administrasi kendaraan bermotor dapat dilaksanakan

dalam satu sistem yang efektif dan efisien, maka lahirlah istilah SAMSAT.

SAMSAT adalah Sistem Administrasi Manunggal dibawah Satu Atap yang

dilayani oleh personil-personil dari tiga instansi yang berbeda yaitu Badan

57
58

Pendapatan Daerah Provinsi Bali (BAPENDA). Kepolisian Bali, dan Jasa

Raharja. Tugas dari masing-masing instansi tersebut sebagai berikut:

1. BAPENDA Provinsi Bali bertugas untuk menerima PKB, BBNKB

dan menyetorkannya ke kas daerah melalui Bank Pembangunan

Daerah (BPD).

2. Kepolisian menerima Biaya Administrasi STNK, TNKB dan BPKB

serta menyetorkannya ke kas negara dan melakukan pemeriksaan

terhadap keabsahan kepemilikan kendaraan bermotor.

3. Jasa Raharja bertugas untuk menerima SWDKLLJ dan menyetorkan

ke Kantor Jasa Raharja di denpasar.

Kantor Bersama SAMSAT Klungkung berdiri sejak 30 Juli 1982,

berkedudukan di Jl. Ngurah Rai No. 3 Semarapura Klungkung. Tugas dari

SAMSAT Klungkung adalah untuk menerima pembayaran Pajak Kendaraan

Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), Biaya

Administrasi Surat Tanda Kendaraan (STNK), Tanda Nomor Kendaraan

Bermotor (TNKB), Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) dan

Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) dari

masyarakat pemilik kendaraan bermotor.

Kantor SAMSAT Klungkung mempunyai visi yaitu menjadi unit

penyelenggaraan pelayanan yang produktif dalam mewujudkan pelayanan prima

di lingkungan SAMSAT Klungkung. Selain mempunyai visi, SAMSAT

Klungkung juga memiliki beberapa misi yaitu:

1. Menyederhanakan prosedur pelayanan secara berkelanjutan;


59

2. Meningkatkan keterampilan pelaksana;

3. Memelihara sarana kerja dengan seksama;

4. Memuaskan masyarakat;

Untuk menunjang layanan, maka SAMSAT Klungkung dilengkapi dengan

perangkat lunak dan keras yang diperlukan untuk perhitungan dan pencetakan

notis pajak. Selain itu, SAMSAT Klungkung dilengkapi pula dengan sarana-

sarana penunjang seperti tempat parkir, kamar mandi, kantin, dan lain-lain

sebagainya. SAMSAT Klungkung berwawasan pada peningkatan wajib pajak.

Hal tersebut dicapai melalui perbaikan sarana dan prasarana, peningkatan mutu

sumber daya manusia dan penerapan program untuk peningkatan mutu

penyelenggaraan pelayanan.

5.1.3 Struktur Organisasi Kantor Bersama SAMSAT Klungkung


Struktur organisasi fungsional Kantor Bersama SAMSAT Klungkung

sebagai berikut:

Gambar 5. 1
Struktur Organisasi Kantor Bersama Samsat Klungkung

Kepala UPT. Badan Pendapatan Daerah


Provinsi Bali di Kabupaten Klungkung

Kepala Sub. Bagian


Tata Usaha

Kepala Seksi Pelayanan


Kepala Seksi
Kendaraan Bermotor dan Bea
Penagihan dan
Balik Nama Kendaraan
Keberatan
Bermotor
Sumber: Kantor Bersama SAMSAT Klungkung (2022)
60

Adapun tugas dan tanggung jawab dari struktur diatas dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Kepala UPT. Badan Pendapatan Daerah Provinsi Bali di

Kabupaten Klungkung

Pimpinan UPT berwenang untuk memimpin UPT Badan

Pendapatan Provinsi Bali di Kabupaten Klungkung, melaksanakan

operasional dan retribusi pungutan lainnya yang sah meliputi

pendapatan, penetapan, pungutan, penagihan, pelaporan dan evaluasi

sesuai petunjuk, pedoman kerja dan ketentuan yang telah ditetapkan

untuk kelancaran pelaksanaan tugas.

2. Kepala Sub. Bagian Tata Usaha

Bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan urusan

kerumahtanggaan umum, kepegawaian, keuangan, perlengkapan,

hukum dan hubungan masyarakat serta melaporkan hasil laporan dari

masing-masing seksi guna dilanjutkan ke Badan Pendapatan Daerah

Provinsi Bali di Kabupaten Klungkung.

3. Kepala Seksi Pelayanan Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea

Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)

Bertugas untuk memimpin seksi pelayanan melaksanakan

pemungutan dan penagihan PKB dan BBNKB, melaksanakan

pengecekan langsung, meneliti dan memantau pungutan PKB dan

BBNKB agar tidak terjadi kebocoran dan penyimpangan serta

mengevaluasi hasil kerja kegiatan seksi pelayanan PKB dan BBNKB

secara berkala dan berkesinambungan.


61

4. Kepala Seksi Penagihan dan Keberatan

Bertugas untuk memimpin seksi penagihan dan keberatan,

melaksanakan pendapatan dan penetapan pendapatan lainnya diluar

PKB dan BBNKB, melaksanakan pemungutan dan penagihan

pendapatan lainnya diluar PKB dan BBNKB, melaksanakan

pengecekan langsung, meneliti dan memantau pemungutan PKB dan

BBNKB agar tidak terjadi kebocoran dan penyimpangan serta

mengevaluasi hasil kegiatan secara keseluruhan dan

berkesinambungan.

5.1.4 Deskripsi Data Sampel


Penelitian ini dilakukan pada kantor SAMSAT Klungkung. Data dalam

penelitian ini diperoleh dari hasil kuesioner yang telah dilakukan peneliti dengan

responden untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan memudahkan dalam

proses analisis data. Data dikumpulkan dengan menyebar kuesioner kepada 100

(seratus) Wajib Pajak Kendaraan Bermotor pada Kantor SAMSAT Klungkung.

Adapun ringkasan pengiriman dan pengembalian kuesioner dapat dilihat pada

Tabel 5.1 berikut:

Tabel 5. 1
Rincian Pengiriman dan Penerimaan Kuesioner
Keterangan Jumlah Presentase

Kuesioner yang disebar 100 100%

Kuesioner yang kembali 100 100%

Kuesioner yang tidak kembali 0 0%

Tingkat pengembalian (Response rate) 100%


62

Sumber: Data diolah (2022)

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa tingkat kuesioner yang kembali sebesar 100

kuesioner dengan persentase 100%, dan tidak terdapat kuesioner yang tidak

kembali, sehingga total kuesioner yang dapat diolah dalam penelitian adalah 100

kuesioner dengan persentase tingkat pengembalian sebesar 100%.

5.1.5 Deskripsi Responden

Data penelitian ini diperoleh dari hasil kuesioner yang telah disebarkan

kepada responden penelitian berjumlah 100 (seratus) Wajib Pajak Kendaraan

Bermotor pada Kantor SAMSAT Klungkung. Ringkasan mengenai karakteristik

responden disajikan pada Tabel 5.2 sebagai berikut:

Tabel 5. 2
Karakteristik Responden Penelitian
Jumlah
No Keterangan Kriteria Presentase
Responden

Laki-Laki 64 64%
Jenis Kelamin
1 Perempuan 36 36%

Jumlah 100 100%

SMP  0 0% 
SMA 33 33%
Tingkat
S1 63 63%
2 Pendidikan
S2 4 4%
S3 0 0% 
Jumlah 100 100%
3 Nomor Pokok Punya 59 59%
Wajib Pajak Tidak Punya 41 41%
63

Jumlah 100 100%


Pegawai Negeri 43 43%
Pegawai Swasta 29 29%
Bentuk
Wirausaha 12 12%
4 Pekerjaan/Usaha
Buruh 10 10%
Lain-lain 6 6%
Jumlah 100 100%
< Rp. 2.000.000 40 40%
Rp. 2.000-000-Rp.
52 52%
Penghasilan 5.000.000
5 Perbulan Rp. 5.000.000-Rp.
7 7%
7.000.000
>Rp. 7.000.000 1 1%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data diolah (2022)

Berdasarkan Tabel 5.2 diatas dapat diketahui bahwa demografi responden

Wajib Pajak Kendaraan Bermotor pada SAMSAT Klungkung adalah sebagai

berikut:

1) Jenis kelamin digunakan untuk mengetahui proporsi tingkat perbedaan

gender yang menjadi responden dalam penelitian ini. Hasil persentase

responden dengan jenis kelamin laki-laki sebesar 64% dan perempuan

36%.

2) Tingkat pendidikan digunakan untuk mengetahui tingkat pendidikan yang

menjadi responden pada penelitian ini. Hasil presentasi responden dengan

tingkat pendidikan SMA sebesar 33%, responden dengan tingkat

pendidikan S1 sebesar 64%, dan tingkat pendidikan S2 sebesar 4%.


64

3) Nomor pokok wajib pajak digunakan untuk mengetahui proporsi punya

atau tidaknya NPWP yang menjadi responden dalam penelitian ini. Hasil

persentase responden yang mempunyai NPWP sebesar 59% dan responden

yang tidak mempunyai NPWP 41%.

4) Pekerjaan digunakan untuk mengetahui latar belakang pekerjaan wajib

pajak. Hasil persentase responden dengan pekerjaan wajib pajak pegawai

negeri sebesar 43%, pekerjaan swasta sebesar 29%, pekerjaan wirausaha

sebesar 12%, pekerjaan buruh sebesar 10%, responden dengan pekerjaan

lainnya sebesar 6%.

5) Tingkat penghasilan digunakan untuk mengetahui latar belakang

penghasilan wajib pajak. Hasil persentase responden dengan penghasilan

<Rp.2.000.000 sebesar 40%, Rp.2.000.000-Rp.5.000.000 sebesar 52%,

Rp.5.000.000-Rp.7.000.000 sebesar 7%, dan responden dengan

penghasilan >Rp.7.000.000 sebesar 1%.

5.1.6 Hasil Analisis

5.2.1 Uji Instrumen

Uji instrumen yaitu dengan menguji validitas dan reliabilitas instrumen.

Dengan adanya pengumpulan data menggunakan kuesioner, maka sesungguhnya

responden menjawab merupakan suatu hal yang sangat penting. Instrumen yang

valid dan reliabel merupakan syarat untuk mendapatkan hasil penelitian yang

valid dan reliabel.

a) Uji Validasi Data


65

Uji Validitas Data digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu mengungkapkan suatu yang diukur oleh kuesioner itu sendiri. Pengujian

validitas tiap butir digunakan analisis itemnya yaitu mengkorelasi skor tiap

itemnya. Nilai korelasi antara skor item dengan total item kemudian

dibandingkan dengan r-kritis. Jika korelasi item terhadap skor total lebih besar

dari r-kritis (0,30) maka instrumen tersebut dikatakan valid (Sugiyono,

2007:172). Hasil uji instrumen dalam penelitian ini dapat ditunjukan dalam

Tabeln5.3 berikut ini:

Tabel 5. 3
Hasil Uji Validitas Data
Variabel Indikator Koefisien Keterangan
korelasi
PP1 0,610 Valid
PP2 0,327 Valid
Pengetahuan
PP3 0,525 Valid
Perpajakan (PP)
PP4 0,528 Valid
PP5 0,572 Valid
KP1 0,596 Valid
KP2 0,552 Valid
Kualitas Pelayanan
KP3 0,493 Valid
(KP)
KP4 0,387 Valid
KP5 0,563 Valid
KWP1 0,565 Valid
KWP2 0,509 Valid
Kesadaran Wajib Pajak KWP3 0,466 Valid
(KWP) KWP4 0,432 Valid
KWP5 0,677 Valid

TP1 0,674 Valid


TP2 0,677 Valid
Tingkat Penghasilan
TP3 0,757 Valid
(TP)
TP4 0,705 Valid
TP5 0,546 Valid
Sanksi Pajak (SP) SP1 0,706 Valid
SP2 0,830 Valid
SP3 0,748 Valid
SP4 0,733 Valid
66

SP5 0,706 Valid


KPWP1 0,658 Valid
KPWP2 0,828 Valid
Kepatuhan Wajib Pajak KPWP3 0,840 Valid
(KPWP) KPWP4 0,803 Valid
KPWP5 0,686 Valid
KPWP6 0,756 Valid
Sumber: Data diolah, 2022

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa bila koefisien

korelasinya lebih dari 0,30 maka butir instrumen dinyatakan valid. Dilihat dari

tabel diatas, semua butir instrumen memiliki koefisien korelasi lebih dari 0,30

sehingga semua instrumen dinyatakan valid.

b) Uji Reabilitas

Reliable berarti seberapa besar suatu pengukuran dapat dipercaya.

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bisa digunakan beberapa kali

untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama

(Sugiyono,2007:184). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai

cronbach alpha lebih besar dari 0,70 (Ghozali,2006:48). Hasil uji reliabilitas

instrumen dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 5.4 berikut ini:

Tabel 5. 4
Hasil Uji Reabilitas
No. Variabel Cronbach’a Keterangan
Alpha
1. Pengetahuan Pajak 0,713 Reliable
2. Kualitas Pelayan 0,713 Reliable
3. Kesadaran Wajib Pajak 0,777 Reliable
4. Tingkat Penghasilan 0,770 Reliable
5. Sanksi Pajak 0,794 Reliable
6. Kepatuhan Wajib Pajak 0,854 Reliable
Sumber: Data diolah, 2022
67

Berdasarkan dari hasil uji reliabilitas yang telah disajikan diatas dapat

dilihat bahwa seluruh pertanyaan yang berkaitan dengan variabel independen

dan variabel

dependen memiliki nilai cronbach alpha lebih dari 0,70 sehingga

dapatdisimpulkan bahwa seluruh data yang digunakan pada kuesioner dikatakan

reliabel.

5.2.2 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi, residu dan persamaan regresi mempunyai distribusi normal atau tidak

(Ghozali, 2018:161). Uji normalitas menggunakan metode Kolmogorov-

Smirnov, dikatakan berdistribusi normal apabila signifikansinya lebih dari alpha

0,05. Hasil uji normalitas disajikan pada tabel 5.5 berikut ini.

Tabel 5. 5
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 100
Normal Parameters a,b
Mean .0000000
Std. Deviation 1.41236268
Most Extreme Differences Absolute .068
Positive .068
Negative -.052
Test Statistic .068
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
68

b. Calculated from data.


c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Data diolah, 2022

Berdasarkan tabel 5.5 hasil uji normalitas dengan uji kolmogorov-smirnov

menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,200. Hasil tersebut

mengindikasikan bahwa model persamaan regresi berdistribusi normal karena

nilai Asymp. Sig (2-tailed) 0,200 lebih besar dari alpha 0,05. Hal ini berarti

sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel tersebut memiliki sebaran

pola yang normal atau terarah.

2. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Jika nilai

tolerance lebih dari 10% atau VIF kurang dari 10, maka dikatakan tidak ada

Multikolinieritas (Ghozali, 2018:107). Hasil uji multikolinearitas disajikan pada

tabel 5.6 berikut ini.

Tabel 5. 6
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Standa
Unstandardized rdized t Sig. Collinearity
Coefficients Coeffi Statistics
cients
Tol
B Std.
Beta eran VIF
Error
ce
1 (Constant)
-7,786 5,747 -1,355 ,179
69

pengetahuan
-,020 ,204 -,009 -,099 ,921 ,706 1,417
perpajakan (PP)
kualitas pelayanan
,069 ,225 ,029 ,306 ,760 ,687 1,456
(KP)
kesadaran wajib
,764 ,250 ,310 3,058 ,003 ,598 1,673
pajak (KWP)
tingkat penghasilan
,379 ,120 ,282 3,167 ,002 ,777 1,287
(TP)

sanksi pajak (Z) ,268 ,118 ,230 2,272 ,025 ,599 1,671

a. Dependent Variable: kepatuhan wajib pajak (KPWP)


Sumber: Data diolah, 2022

Berdasarkan tabel 5.6 diatas menunjukkan bahwa nilai tolerance dari

variabel bebas > 0,10 dan nilai VIF ≤ 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terjadi gejala multikolinearitas. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat korelasi

yang tinggi atau sempurna antara variabel bebas atau dalam analisis regresi.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Model regresi dikatakan tidak mengandung gejala heteroskedastisitas

apabila nilai signifikansi lebih dari 0,05 (Ghozali, 2018:142). Hasil uji

heteroskedastisitas disajikan pada tabel 5.7 berikut ini.

Tabel 5. 7
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardiz t Sig.
Coefficients ed
Coefficient
s
70

Std.
B Error Beta
1 (Constant) 140.027 505.099 .277 .782
PP -.016 .807 -.002 -.020 .984
KP .248 .879 .031 .282 .778
KWP .292 1.145 .030 .255 .799
TP .193 27.467 .003 .007 .994
SP -4.601 2.551 -.223 -1.803 .075
PP*SP .080 .670 .037 .120 .905
KP*SP .893 .780 .404 1.145 .255
KWP*SP -1.029 .845 -.490 -1.219 .226
TP*SP -.028 1.183 -.016 -.024 .981
a. Dependent Variable: ABRES
Sumber: Data diolah, 2022

Berdasarkan tabel 5.7 diatas menunjukkan bahwa semua variabel bebas

dan moderasi memiliki nilai signifikansi yaitu 0,984; 0,778; 0,799; 0,994; 0,075;

0,905; 0,255; 0,226 dan 0,981 menunjukkan bahwa nilai signifikansi > 0,05,

maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.

5.2.3 Analisis Regresi Linier Model Moderate Regression Analysis (MRA)

Analisis dalam penelitian ini adalah analisis Regresi Linier Model

Moderate Regression Analysis (MRA). Analisis ini digunakan untuk mengetahui

pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan Pajak, Kesadaran Wajib

Pajak, dan Tingkat Penghasilan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan

Bermotor dengan Sanksi Perpajakan sebagai Variabel Moderasi. Hasil uji

Moderasi disajikan pada tabel 5,8 berikut ini.

Tabel 5. 8
Hasil Uji Regresi Linier
Model Moderate Regression Analysis (MRA)
71

Coefficientsa
Model Unstandardize Standardize t Sig.
d Coefficients d
Coefficients
B Std. Beta
Error
1 (Constan) 7.739 5.866 1.319 .190
PP .035 .009 .263 3.766 .000
KP .033 .010 .235 3.257 .002
KWP .036 .013 .209 2.704 .008
TP .523 .319 .389 1.638 .105
SP .068 .030 .184 2.286 .025
PP*SP .053 .008 .012 .059 .043
KP*SP .041 .009 .165 .719 .032
KWP*SP .026 .010 .691 2.644 .010
TP*SP .016 .014 .505 1.188 .238
a. Dependent Variable: KPWP

Sumber: Data diolah, 2022

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program statistik

komputer SPSS for Windows diperoleh hasil persamaan Regresi Linier Berganda

sebagai berikut:

Y =7.739+ 0,035 PP+0,033 KP+0,036 KWP+0,523 TP+0,068 Z +0.053 PP∗Z+ 0,041 KP∗Z +0,026

Pada persamaan di atas ditunjukkan pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,

Kualitas Pelayanan, Pengetahuan Perpajakan, dan Sanksi Perpajakan terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak. Adapun arti dari koefisien regresi tersebut adalah

a. Konstanta (α) sebesar 7,739 menunjukkan bahwa jika tidak ada variabel

bebas yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, maka kepatuhan wajib

pajak akan sama dengan 7,739. Serta didapat t-hitung konstanta sebesar
72

1,319 dan probabilitas sebesar 0,190.

b. Koefisien regresi pengetahuan perpajakan (PP) sebesar 0, 035 dengan

tingkat signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa, variabel

pengetahuan perpajakan naik satu satuan, maka nilai efektifitas kepatuhan

wajib pajak akan meningkat sebesar 0,035 satuan dengan asumsi variabel

lainnya konstan.

c. Koefisien regresi kualitas pelayanan (KP) sebesar 0, 033 dengan tingkat

signifikansi 0,002 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa, variabel kualitas

pelayanan naik satu satuan, maka nilai efektifitas kepatuhan wajib pajak

akan meningkat sebesar 0,033 satuan dengan asumsi variabel lainnya

konstan.

d. Koefisien regresi kesadaran wajib pajak (KWP) sebesar 0,036 dengan

tingkat signifikansi 0,008 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa, variabel

kesadaran wajib pajak naik satu satuan, maka nilai efektifitas kepatuhan

wajib pajak akan meningkat sebesar 0,036satuan dengan asumsi variabel

lainnya konstan.

e. Koefisien regresi tingkat penghasilan (TP) sebesar 0,523 dengan tingkat

signifikansi 0,105 > 0,05, sehingga tingkat penghasilan tidak berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

f. Koefisien regresi pengetahuan perpajakan terhadap sanksi pajak sebagai

variabel moderasi sebesar 0,053 dengan tingkat signifikansi 0,043 < 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa, variabel pengetahuan perpajakan terhadap

sanksi pajak sebagai variabel moderasi naik satu satuan, maka nilai
73

efektifitas kepatuhan wajib pajak akan meningkat sebesar 0,053 satuan

dengan asumsi variabel lainnya konstan.

g. Koefisien regresi kualitas pelayanan terhadap sanksi pajak sebagai

variabel moderasi sebesar 0,041 dengan tingkat signifikansi 0,032 < 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa, variabel kualitas pelayanan terhadap sanksi

pajak sebagai variabel moderasi naik satu satuan, maka nilai efektifitas

kepatuhan wajib pajak akan meningkat sebesar 0,041 satuan dengan

asumsi variabel lainnya konstan.

h. Koefisien regresi kesadaran wajib pajak terhadap sanksi pajak sebagai

variabel moderasi sebesar 0,026 dengan tingkat signifikansi 0,010 < 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa, variabel kesadaran wajib pajak terhadap

sanksi pajak sebagai variabel moderasi naik satu satuan, maka nilai

efektifitas kepatuhan wajib pajak akan meningkat sebesar 0,026 satuan

dengan asumsi variabel lainnya konstan.

i. Koefisien regresi kualitas pelayanan terhadap sanksi pajak sebagai

variabel moderasi sebesar 0,016 dengan tingkat signifikansi 0,238 > 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa, sanksi pajak tidak mampu memoderasi

tingkat penghasilan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

5.2.4 Uji Kelayakan Model (Uji F)

Menurut Ghozali (2018:97) Uji F bertujuan untuk apakah semua variabel

bebas yang dimasukkan pada model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependen atau terikat. Dasar pengambilan kepatuhannya yaitu

dengan membandingkan tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai probabilitas ≤0,05,


74

maka dapat dikatakan terhadap model fit dengan data. Hasil analisis dapat dilihat

pada tabel 5.9 sebagai berikut.

Tabel 5. 9
Hasil Uji Kelayakan Model
ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 307.678 9 34.186 15.5 .000b
80
Residual 197.482 90 2.194
Total 505.160 99
a. Dependent Variable: KPWP
b. Predictors: (Constant), TP*SP, PP, KP, KWP, SP, TP, PP*SP, KP*SP,
KWP*SP
Sumber: Data diolah, 2022

Berdasarkan tabel 5.9 diatas diperoleh nilai F-hitung sebesar 15,580 dan

nilai signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Hal tersebut berarti bahwa

secara keseluruhan variabel pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan,

kesadaran wajib pajak, dan tingkat penghasilan terhadap kepatuhan wajib pajak

dengan sanksi pajak sebagai variabel moderasi. Maka regresi dikatakan fit atau

layak untuk menguji data selanjutnya.

5.2.5 Uji Statistik

Menurut Ghozali (2018;98) Uji T bertujuan untuk menunjukkan seberapa

jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam

menerangkan variansi independen. Apabila tingkat signifikansi lebih kecil dari

0,05 ini berarti variabel bebas berpengaruh parsial terhadap variabel terikat.

Hasil uji statistik dapat dilihat pada tabel 5.10 berikut ini.

Tabel 5. 10
Hasil Uji Statistik
Coefficientsa
75

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Std.
Model B Error Beta
1 (Constant) 7.739 5.866 1.319 .190
PP .035 .009 .263 3.766 .000
KP .033 .010 .235 3.257 .002
KWP .036 .013 .209 2.704 .008
TP .523 .319 .389 1.638 .105
SP .068 .030 .184 2.286 .025
PP*SP .000 .008 .012 .059 .043
KP*SP .007 .009 .165 .719 .032
KWP*SP .026 .010 .691 2.644 .010
TP*SP .016 .014 .505 1.188 .238
a. Dependent Variable: KPWP
Sumber: Data diolah, 2022

Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa:

1. Pengujian pengaruh variabel pengetahuan perpajakan (PP) terhadap

variabel kepatuhan wajib pajak (KPWP) dalam membayar SAMSAT

kendaraan bermotor.

H1: Pengetahuan perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.

Dengan taraf nyata (probabilitas) = 5% = 0,05 dan dari hasil Regresi

Berganda diperoleh probabilitas t-hitung = 3,766 dengan nilai signifikansi

0,000. Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai probabilitas signifikansi

(0,000) < (0,05) maka H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel Pengetahuan perpajakan (PP) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar kendaraan bermotor

bersama SAMSAT Klungkung.


76

2. Pengujian pengaruh variabel Kualitas Pelayanan (KP) terhadap variabel

kepatuhan wajib pajak (KPWP) dalam membayar SAMSAT kendaraan

bermotor.

H2: Kualitas Pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.

Dengan taraf nyata (probabilitas) = 5% = 0,05 dan dari hasil

Regresi Berganda diperoleh probabilitas t-hitung = 3,257 dengan nilai

signifikansi 0,002. Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai probabilitas

signifikansi (0,002) < (0,05) maka H1 diterima, sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel Kualitas Pelayanan (KP) berpengaruh positif

dan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar

kendaraan bermotor bersama SAMSAT Klungkung.

3. Pengujian pengaruh variabel Kesadaran Wajib Pajak (KWP) terhadap

variabel kepatuhan wajib pajak (KPWP) dalam membayar SAMSAT

kendaraan bermotor.

H3: Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.

Dengan taraf nyata (probabilitas) = 5% = 0,05 dan dari hasil Regresi

Berganda diperoleh probabilitas t-hitung = 2,704 dengan nilai signifikansi

0,008. Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai probabilitas signifikansi

(0,008) < (0,05) maka H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel Kesadaran Wajib Pajak (KWP) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar kendaraan bermotor


77

bersama SAMSAT Klungkung.

4. Pengujian pengaruh variabel Tingkat Penghasilan (TP) terhadap variabel

kepatuhan wajib pajak (KPWP) dalam membayar SAMSAT kendaraan

bermotor.

H4: Tingkat penghasilan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib

pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor.

Dengan taraf nyata (probabilitas) = 5% = 0,05 dan dari hasil Regresi

Berganda diperoleh probabilitas t-hitung = 1,638 dengan nilai signifikansi

0,105. Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai probabilitas signifikansi

(0,105) > (0,05) maka H1 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel Tingkat Penghasilan tidak berpengaruh terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak dalam membayar kendaraan bermotor bersama SAMSAT

Klungkung.

5. Pengujian variabel sanksi pajak memoderasi pengaruh pengetahuan

perpajakan (PP) terhadap kepatuhan wajib pajak (KPWP) dalam

membayar SAMSAT kendaraan bermotor.

H5: Sanksi perpajakan memoderasi hubungan antara pengetahuan

perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

Dengan taraf nyata (probabilitas) = 5% = 0,05 dan dari hasil Regresi

Berganda diperoleh probabilitas t-hitung = 0,059 dengan nilai signifikansi

0,043. Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai probabilitas signifikansi

(0,043) < (0,05) maka H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel pengetahuan perpajakan mampu memoderasi sanksi pajak


78

terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

6. Pengujian variabel sanksi pajak memoderasi pengaruh kualitas pelayanan

(KP) terhadap variabel kepatuhan wajib pajak (KPWP) dalam membayar

SAMSAT kendaraan bermotor.

H6: Sanksi perpajakan memoderasi hubungan antara kualitas pelayanan

terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

Dengan taraf nyata (probabilitas) = 5% = 0,05 dan dari hasil Regresi

Berganda diperoleh probabilitas t-hitung = 0,719 dengan nilai signifikansi

0,032. Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai probabilitas signifikansi

(0,032) < (0,05) maka H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel kualitas pelayanan mampu memoderasi sanksi pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

7. Pengujian variabel sanksi pajak memoderasi pengaruh kesadaran wajib

pajak (KWP) terhadap variabel kepatuhan wajib pajak (KPWP) dalam

membayar SAMSAT kendaraan bermotor.

H7: Sanksi perpajakan memoderasi hubungan antara kesadaran wajib pajak

terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

Dengan taraf nyata (probabilitas) = 5% = 0,05 dan dari hasil Regresi

Berganda diperoleh probabilitas t-hitung = 2,644 dengan nilai signifikansi

0,010. Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai probabilitas signifikansi

(0,010) < (0,05) maka H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel kesadaran wajib pajak mampu memoderasi sanksi pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.


79

8. Pengujian variabel sanksi pajak memoderasi pengaruh tingkat penghasilan

(TP) terhadap variabel kepatuhan wajib pajak (KPWP) dalam membayar

SAMSAT kendaraan bermotor.

H8: Sanksi perpajakan memoderasi hubungan antara tingkat penghasilan

terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

Dengan taraf nyata (probabilitas) = 5% = 0,05 dan dari hasil Regresi

Berganda diperoleh probabilitas t-hitung = 1,188 dengan nilai signifikansi

0,238. Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai probabilitas signifikansi

(0,238) > (0,05) maka H1 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel tingkat penghasilan tidak mampu memoderasi sanksi pajak

terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

5.2.6 Uji Koefisien Determinasi

Menurut Ghozali (2018;970) koefisien determinasi pada intinya mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan varian variabel dependen,

hasil pengujian koefisien determinasi ditunjukkan pada tabel 5.11 sebagai berikut.

Tabel 5. 11
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
R Adjusted R Std. Error of
Model R Square Square the Estimate
1 .780a .609 .570 1.48130
a. Predictors: (Constant), TP*SP, PP, KP, KWP, SP, TP,
PP*SP, KP*SP, KWP*SP
b. Dependent Variable: KPWP
Sumber: Data diolah, 2022

Berdasarkan tabel tersebut menyajikan nilai koefisien determinasi


80

(Adjusted R2) sebesar 0,570 atau 57%. Hal ini berarti kepatuhan wajib pajak

mampu dijelaskan sebesar 57% oleh variabel pengetahuan perpajakan, kualitas

pelayanan pajak, kesadaran wajib pajak, tingkat penghasilan dan sanksi pajak.

Sedangkan sisanya 43% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak

dimasukkan ke dalam model penelitian ini.

5.1.7 Pembahasan

5.1.8 Pengaruh Variabel Pengetahuan Perpajakan (PP) terhadap

variabel Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar SAMSAT

Kendaraan Bermotor.

Hasil analisis Regresi Linier menunjukkan bahwa variabel

Pengetahuan Perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (nilai probabilitas Sig (0,000)

< (0,05)). Hal ini dapat diartikan, jika Pengetahuan Perpajakan meningkat,

maka Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di Klungkung

mengalami peningkatan. Pengetahuan perpajakan adalah pengetahuan

mengenai konsep ketentuan umum di bidang perpajakan. Meningkatnya

pengetahuan perpajakan akan membuat semakin meningkat pula tingkat

kesadaran dan kepatuhan wajib pajak (Rahmawati, Prasetyo, dan Rimawati,

2013). Utomo (2011) menyatakan bahwa faktor pengetahuan jelas sangat

penting dalam membantu wajib pajak melaksanakan kewajibannya,

khususnya pengetahuan tentang pajak. Tanpa ada pengetahuan wajib pajak

akan mengalami kesulitan dalam mendaftarkan diri, mengisi SPT dan

membayar pajaknya. Wajib pajak yang tidak tahu tentang pengetahuan pajak
81

akan bingung tentang berapa jumlah pajak yang seharusnya ia bayarkan. Jadi

semakin banyak pengetahuan tentang perpajakan yang dimiliki wajib pajak

maka semakin meningkatkan kepatuhan bagi wajib pajak dalam membayar

pajaknya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Ilhamsyah et al., (2016), Cong dan Agoes (2019) yang menyatakan bahwa

pengetahuan pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib

pajak kendaraan bermotor.

5.1.9 Pengaruh Variabel Kualitas Pelayanan (KP) terhadap Variabel

Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar SAMSAT Kendaraan

Bermotor.

Hasil analisis Regresi Linier menunjukkan bahwa variabel Kualitas

Pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak Kendaraan Bermotor (nilai probabilitas Sig (0,002) < (0,05)). Hal ini

dapat diartikan, jika Kualitas Pelayanan meningkat, maka Kepatuhan Wajib

Pajak kendaraan bermotor mengalami peningkatan. Pelayanan pada sektor

perpajakan dapat diartikan sebagai pelayanan yang diberikan kepada wajib

pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk membantu wajib pajak memenuhi

kewajiban perpajakannya. Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya kualitas pelayanan harus ditingkatkan

oleh aparat pajak. Pelayanan yang berkualitas harus diupayakan dapat

memberikan 4K yaitu keamanan, kenyamanan, kelancaran, dan kepastian

hukum yang dapat dipertanggungjawabkan (Supadmi, 2009). Jadi semakin


82

baik kualitas pelayanan yang dilakukan oleh petugas pajak terhadap wajib

pajak, maka semakin meningkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar

pajaknya.

Penelitian yang dilakukan oleh Halim dan Ratnawati (2015) tentang

pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak menyimpulkan

bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak.

5.1.10 Pengaruh Variabel Kesadaran Wajib Pajak (KWP) terhadap

variabel Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar SAMSAT

Kendaraan Bermotor.

Hasil analisis Regresi Linier menunjukkan bahwa variabel Kesadaran

Wajib Pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak kendaraan bermotor di Klungkung (nilai probabilitas Sig (0,008) <

(0,05)). Hal ini dapat diartikan, jika Kesadaran Wajib Pajak meningkat, maka

Kepatuhan Wajib Pajak kendaraan bermotor mengalami peningkatan.

Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui

memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar dan

sukarela. Kepatuhan akan muncul jika kesadaran dalam membayar pajak

diikuti oleh hasrat atau kemauan yang tinggi dari setiap wajib pajak untuk

membayar pajak (R. L. Putri, 2016). Kesadaran wajib pajak mengenai perpajakan

amatlah diperlukan guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak

(Jotopurnomo dan Mangoting, 2013). Karena semakin tinggi kesadaran wajib

pajak tentang perpajakan maka semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak.
83

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Ilhamsyah et al., (2016) yang menyatakan bahwa kesadaran wajib pajak

berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

5.1.11 Pengaruh Variabel Tingkat Penghasilan (TP) terhadap variabel

Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar SAMSAT Kendaraan

Bermotor.

Hasil analisis Regresi Linier menunjukkan bahwa variabel Tingkat

Penghasilan tidak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak kendaraan

bermotor di Klungkung (nilai probabilitas Sig (0,105) > (0,05)). Hal ini dapat

diartikan sebagai hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa

tingkat penghasilan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

kendaraan bermotor, karena wajib pajak yang berpenghasilan tinggi maupun

berpenghasilan rendah tetap patuh dalam membayar pajak, meskipun ada wajib

pajak yang berpenghasilan rendah mendapat surat teguran tetapi wajib pajak

tersebut akan melunasi tunggakan pajaknya setelah mendapat surat teguran.

Artinya tingkat penghasilan tidak mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang

pribadi. Tingkat penghasilan tidak mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam

membayar pajak tepat pada waktunya, kemampuan wajib pajak dalam

memenuhi kewajiban pajak tidak berkaitan dengan besamya penghasilan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Puteri, et al. (2019) yang menyatakan bahwa tingkat penghasilan tidak

berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.


84

5.1.12 Pengaruh Sanksi Perpajakan Memoderasi Hubungan Antara

Pengetahuan Perpajakan terhadap Variabel Kepatuhan Wajib

Pajak Kendaraan Bermotor.

Hasil analisis Regresi Linier menunjukkan bahwa variabel Sanksi

Perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap hubungan antara

Pengetahuan Perpajakan dengan Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan

Bermotor (nilai probabilitas Sig (0,043) < (0,05)). Hal ini dapat diartikan

Sanksi perpajakan mampu memoderasi hubungan pengetahuan perpajakan

terhadap kepatuhan wajib pajak di kantor SAMSAT Klungkung. Apabila

wajib pajak memiliki pengetahuan tentang perpajakan maka wajib pajak

akan mengetahui penyebab apabila tidak membayar pajak, karena memiliki

pengetahuan, wajib pajak tidak akan mendapatkan sanksi perpajakan

tersebut sehingga wajib pajak akan patuh dan Kepatuhan Wajib Pajak

Kendaraan Bermotor mengalami peningkatan.

Hasil riset ini sesuai dengan riset yang dilaksanakan oleh Manik (2020)

yang memiliki hasil sanksi pajak mampu memoderasi pengaruh Pengetahuan

Perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

5.1.13 Pengaruh Variabel Sanksi Perpajakan Memoderasi Hubungan

Antara Kualitas Pelayanan terhadap Variabel Kepatuhan Wajib

Pajak Kendaraan Bermotor.

Hasil analisis Regresi Linier menunjukkan bahwa variabel Sanksi

Perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap hubungan antara

Kualitas Pelayanan dengan Kepatuhan Wajib Pajak Kendraan Bermotor


85

(nilai probabilitas Sig (0,032) < (0,05)). Hal ini dapat diartikan, Sanksi

perpajakan mampu memoderasi hubungan kualitas pelayanan terhadap

kepatuhan wajib pajak di kantor SAMSAT Klungkung. Apabila kualitas

pelayanan dari fiskus baik maka wajib pajak akan puas dengan pelayanan

fiskus sehingga wajib pajak tidak akan mendapatkan sanksi perpajakan

karena telah mendapatkan informasi yang tepat sehingga Kepatuhan Wajib

Pajak mengalami peningkatan. Pelayanan fiskus adalah cara melayani

(membantu mengurus atau mempersiapkan segala hal yang diperlukan dan

dibutuhkan seseorang) yang dilakukan oleh petugas pajak. Pelayanan aparat

pajak yang baik akan memberikan kenyamanan bagi wajib pajak. Keramah

tamahan petugas pajak dalam pemberian informasi kepada wajib pajak

termasuk dalam pelayanan perpajakan tersebut.

Hasil riset ini sesuai dengan riset yang dilaksanakan Mahendra (2020)

yang memiliki hasil sanksi pajak mampu memoderasi pengaruh Kualitas

Pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

5.1.14 Pengaruh Variabel Sanksi Perpajakan Memoderasi Hubungan

Antara Kesadaran Wajib Pajak terhadap Variabel Kepatuhan

Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.

Hasil analisis Regresi Linier menunjukkan bahwa variabel Sanksi

Perpajakan berpengaruh signifikan terhadap hubungan antara Kesadaran

Wajib Pajak dengan Kepatuhan Wajib Pajak Kendraan Bermotor (nilai

probabilitas Sig (0,010) < (0,05)). Hal ini dapat diartikan, Sanksi perpajakan

mampu memoderasi hubungan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan


86

wajib pajak Kendaraan Bermotor di SAMSAT Klungkung. Apabila Wajib

Pajak Kendaraan Bermotor sadar bahwa apabila tidak membayar pajak maka

akan mendapatkan sanksi perpajakan, maka Kepatuhan Wajib Pajak

Kendaraan Bermotor di Klungkung mengalami peningkatan. Menurut

Devano dan Rahayu (2006) kesadaran dalam memenuhi kewajiban

perpajakan bukan hanya terdapat pada hal-hal teknis saja seperti pemeriksaan

pajak, tarif pajak, tetapi juga bergantung pada kemauan wajib pajak untuk

mentaati ketentuan perundang-undangan perpajakan. Kesadaran wajib pajak

dalam membayar kewajiban pajak akan meningkat bilamana dalam

masyarakat muncul persepsi positif terhadap pajak. Kesadaran wajib pajak

dapat dilihat dari kesungguhan dan keinginan wajib pajak untuk memenuhi

kewajiban pajaknya yang ditunjukkan dalam pemahaman wajib pajak

terhadap fungsi pajak dan kesungguhan wajib pajak dalam membayar dan

melaporkan pajak. Peneliti berpendapat apabila diberlakukan sanksi

perpajakan maka akan memperkuat kesadaran wajib pajak dalam membayar

kewajiban pajaknya, maka wajib pajak akan semakin menghargai peraturan

perpajakan sehingga muncul kesadaran dalam diri wajib pajak untuk

melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara yang baik yaitu patuh

dalam membayar pajak.

Hasil riset ini sesuai dengan riset yang dilaksanakan oleh Nadhila (2019)

serta Putri (2019) yang memiliki hasil bahwa Sanksi Perpajakan mampu

memoderasi terhadap hubungan antara Kesadaran Wajib Pajak dengan

Kepatuhan Wajib Pajak.


87

5.1.15 Pengaruh Variabel Sanksi Perpajakan Memoderasi Hubungan

Tingkat Penghasilan terhadap Variabel Kepatuhan Wajib Pajak

Kendaraan Bermotor.

Hasil analisis Regresi Linier menunjukkan bahwa variabel Sanksi

Perpajakan tidak mampu memoderasi hubungan antara Tingkat Penghasilan

dengan Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (nilai probabilitas Sig

(0,238) > (0,05)). Hal ini dapat diartikan, Sanksi perpajakan tidak mampu

memoderasi hubungan Tingkat Penghasilan terhadap kepatuhan wajib pajak

Kendaraan Bermotor. Tingkat penghasilan merupakan faktor yang dapat

menjadi pendukung untuk seseorang agar taat dalam menyelesaikan kewajiban

pajak kendaraan bermotornya, artinya apabila seorang wajib pajak memperoleh

penghasilan yang besar serta dengan terdapat sanksi pajak yang diterapkan akan

menjadikan wajib pajak lebih patuh dalam menyelesaikan kewajiban pajaknya.

Namun penelitian ini memiliki hasil yang berbeda dengan teori tersebut.

Penelitian ini memiliki hasil bahwa sanksi pajak tidak mampu memoderasi

pengaruh tingkat penghasilan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan

bermotor. Hal tersebut berarti sanksi pajak yang berlaku tidak berdampak

terhadap seorang wajib pajak yang berpenghasilan untuk lebih patuh dalam

membayarkan pajak kendaraan bermotornya. Sanksi pajak tidak mampu

memperkuat pengaruh tingkat penghasilan terhadap kepatuhan wajib pajak

kendaraan bermotor dikarenakan sanksi pajak merupakan sebuah peraturan yang

dapat memotivasi wajib pajak untuk mematuhi kewajiban pajak mereka. Akan

tetapi wajib pajak merasa sanksi pajak yang dikenakan tidak terlalu
88

memberatkan sehingga tidak berpengaruh terhadap patuh atau tidaknya dalam

membayar pajak.

Hasil riset ini sesuai dengan riset yang dilaksanakan oleh Wardani (2017)

yang memiliki hasil bahwa sanksi pajak tidak mampu memoderasi pengaruh

Tingkat Penghasilan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan perpajakan,

kualitas pelayanan, kesadaraan wajib pajak, tingkat penghasilan terhadap

kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor dengan sanksi pajak sebagai variabel

moderasi. Dalam penelitian ini populasi dan sampel yang digunakan adalah 100

orang wajib pajak kendaraan bermotor pada Kantor SAMSAT Klungkung. Untuk

menganalisis data menggunakan Analisis Regresi Linier Model Moderate

Regression Analysis (MRA).

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disampaikan hasil penelitian sebagai

berikut:

1. Pengetahuan Perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.

2. Kualitas Pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan.

3. Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak kendaraan bermotor di Klungkung.

4. Tingkat Penghasilan tidak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

kendaraan bermotor di Klungkung.

5. Sanksi Perpajakan mampu memoderasi terhadap hubungan antara

Pengetahuan Perpajakan dengan Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan

88
89

Bermotor.

6. Sanksi Perpajakan mampu memoderasi terhadap hubungan antara

Kualitas Pelayanan dengan Kepatuhan Wajib Pajak Kendraan Bermotor.

7. Sanksi Perpajakan mampu memoderasi terhadap hubungan antara

Kesadaran Wajib Pajak dengan Kepatuhan Wajib Pajak Kendraan

Bermotor.

8. Sanksi Perpajakan tidak mampu memoderasi terhadap hubungan antara

Tingkat Penghasilan dengan Kepatuhan Wajib Pajak Kendraan

Bermotor.

Keterbatasan Dan Saran

Penelitian menggunakan Teknik pengumpulan data dengan menggunakan

kuesioner. Dikarenakan penelitian ini bertepatan dilakukan saat dipengujung

tahun sehingga dalam proses penyebaran kuesioner banyaknya kendala yang

dihadapi, selain itu beberapa responden yang dituju memiliki kesibukan yang

tinggi, hal tersebut menyebabkan lamanya penyebaran kuesioner. Penelitian

selanjutnya supaya memilih waktu yang tepat untuk menyebar kuesioner

terutama menghindari awal bulan dan jangan diakhir bulan atau dipenghujung

tahun dan melengkapi surat-surat yang diperlukan supaya lebih cepat

memperoleh izin penelitian maupun izin penyebaran kuesioner, yang perlu saya

sampaikan dalam penyebaran kuesioner adalah memperhatikan sikap kita dan

tetap menjaga sopan santun saat penyebaran kuesioner dilakukan, hal tersebut

saya sampaikan untuk menjaga nama baik almamater yang kita bawa.
90

Permasalahan yang masih dapat dijumpai di Kantor Samsat Klungkung

ini adalah dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban masing-masing bidang yang

kurang bekerja secara optimal. Hal tersebut mencerminkan bahwa masih banyak

(petugas) yang belum memahami visi dan misi dari setiap pekerjaan yang

dilakukan secara bertahap. Berdasarkan hal tersebut diharapakan kinerja dari

setiap badan pengurus lebih ditingkatkan lagi agar kedepannya dapat

meningkatkan tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Dikantor

SAMSAT Klungkung.
DAFTAR PUSTAKA

Abryantha, I Made Dwiky. 2017. Pengaruh Kesadran Wajib Pajak, Pelayanan


Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan
Bermotor Di Kantor Samsat Denpasar. Skripsi. Fakultas Ekonomi
Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Ajzen, I. 1998. The Theory Planned Behavior. Organizational Behavior and


Human Decision Processes. 50

Apriani Tina, N. P. A. 2018. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor
Pada Kantor Bersama Samsat Tabanan. Skripsi. Fakultas Ekonomi
Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Azary, Vaega, Anik Yuesti, and Desak Ayu Sriary Bhegawati. "Pengaruh
Kegiatan Sosialisasi Peraturan Perpajakan, Tingkat Pemahaman
Peraturan Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, Dan Sanksi Perpajakan
Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak PPh Pasal 25 Badan Di KPP
Pratama Denpasar Timur." Kumpulan Hasil Riset Mahasiswa Akuntansi
(KHARISMA) 4.2 (2022): 280-288.

Dewi Purnama, N. K. A. 2018. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan


Fiskus, Sosialisasi Perpajakan, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Bersama Samsat Kabupaten
Bangli. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Diatnyani "Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan Dan Biaya


Kepatuhan Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi
Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Barat." Skripsi Sarjana
Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (2010).

Faudi, Oentari., and Yenni. 2017. Pengaruh Kualitas Pelayanan Petugas Pajak,
Sanksi Perpajakan Dan Biaya Kepatuhan Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak UMKM. Skripsi. Program Akuntansi Pajak Program Studi
Akuntansi Universitas Kristen Petra.

Fitria, Dona. 2017. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan dan


Pemahaman Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Journal of
Applied Business and Economic, 4(1), 30-44.

Ghozali, I. (2007). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.


Semarang: BP-Universitas Diponegoro.

Halim, D., & Ratnawati, J. (2015). Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Sikap
Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

91
92

Haryuda, A. A. (2013). Pengaruh Tingkat Kesadaran, Pengetahuan dan


Pemahaman Peratauran Perpajakan, Kondisi Keuangan, Sanksi Pajak
serta Tarif Pajak Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Wajib Pajak
Badan (Studi Kasus pada KPP Pratama Sukoharjo).

Imam, Z. (2013). Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kualitas Pelayanan, dan


Penerapan System Administrasi Perpajakan Modern Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak, 11(31), 1–19.

Ismail. 2017. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Sanksi Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PBB di Kecamatan Ngimbang
Kabupaten Lamongan Tahun 2016. Jurnal Penelitian Ekonomi dan
Akuntansi (JPENSI) 2(3), 12.

Jatmiko, A. 2017. Pengaruhan Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi


Denda, Pelayanan Fiskus Dan Kesadaran Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang
Pribadi Di Kota Semarang). Program Studi Magister Akuntansi
Program Pascasarjana Universitas Diponegore.

Lestari, Indra. 2017. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Pajak,


Sosialisasi Pajak, Dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadapa Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Wilayah Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Surakarta. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Meliani Yanti, N. L. 2017. Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan,


Biaya Kepatuhan Pada Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Membayar Pajak Kendaraan Bermotor Pada Kantor Bersama Samsat
Klungkung. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati
Denpasar.

Purnamawati Nindya , I. D. A. 2018. Pengaruh Kesadran Wajib Pajak, Kualitas


Pelayanan Pajak, Kewajiban Morasl dan Sanksi Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Samsat Gianyar.
Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Putri Sutami, N. P. 2018. Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kesadaran Wajib


Pajak, Sanksi Perpajakan, dan Biaya Kepatuhan Pada Tingkat Kepatuhan
Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor Pada Kantor
Bersama Samsat Denpasar. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas
Mahasaraswati Denpasar.

Rahayu. 2017. Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak Dan


Kewajiban Moral Terhadap Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang
Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Padang Sidempuan.
Skripsi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Medan.

Rahmadian. 2013. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan


93

Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP


Pratama Jakarta Kembang. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Bisnis
Nusantara.

Ratnasari Jeany, Anastasia. 2018. Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kesadaran


Wajib Pajak, Dan Biaya Kepatuhan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor Pada Kantor Bersama
Samsat Tabanan. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati
Denpasar.

Susilawati, Evi Ketut, dan Budiartha, K. 2013. Pengaruh Kesadaran Wajib


Pajak, Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan, dan Akuntabilitas
Pelayanan Publik Pada Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor. E-
Jurnal Akuntansi,4.2 (2013): 345-357.

Suryarini, T., & Tarmudji, T. (2012). Pajak di Indonesia. Graha Ilmu.

Say Pora, C. W. 2018. Pengaruh Kesadaran Pajak, Sanksi Pajak, Dan


Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor
di Kantor Bersama Samsat Denpasar. Skripsi. Fakultas Ekonomi
Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Setiyani, N. M. 2018. Pengaruh Motivasi Wajib Pajak Dan Pengetahuan


Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dengan
Kesadaran Wajib Pajak Sebagai Variabel Intervening (Pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama di Kota Semarang). Jurnal of Accounting, 4(4).
LAMPIRAN

93
94

Lampiran 1

Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya

NO Penelitian/Tahun/ Variabel Teknik Hasil Penelitian


Penelitian Analisis
judul

1. Rizkiyah Dan Intan a. Variabel Regresi Hasil penelitian


Namiroh (2021) bebas : Linear menunjukkan bahwa
“Analisi pengaruh Kualitas Berganda pemahaman
kualitas pelayanan, pelayanan, peraturan,sanksi
pemahaman pemahaan perpajakan, persepsi
peraturan, sanksi peraturan/sank pemeriksaan pajak,
perpajakan, si perpajakan, dan tingkat
persepsi peresepsi kepercayaan
pemeriksaan pajak pemeriksan berpengaruh positif
dan tingkat pejak/ dan terhadap kepatuhan
kepercayaan tingkat wajib pajak UMKM.
terhadap kepatuhan kepercayaan Sedangkan, kualitas
wajib pajak b. Variabel pelayanan tidak
UMKM terikat : berpengaruh
Kepatuhan terhadap kepatuhan
Wajib Pajak wajib pajak UMKM.

2. Sabeth Sembiring, a. Variabel Regresi Hasil penelitian


Ria Veronica bebas : Linear menunjukan
Sinaga dan Pemeriksaan Berganda efektivitas
Angelina Ginting Pajak, pelaksanaan
penerimaan pemeriksaan pajak
(2021)
pajak, dan dalam rangka
“ Pengaruh efektifitas meningkatkan
Pemeriksaan Pajak, penerimaan pajak di
penerimaan pajak, b. Variabel KPP Pratama Lubuk
terikat : Pakam menunjukkan
dan Efektifitas
belum dapat
terhadap Kepatuhan mencapai target
Kepatuhan wajib Wajib Pajak yang telah
pajak badan di ditentukan, karena
Kantor Pelayanan adanya faktor-faktor
Pajak di pelayanan penghambat yang
pajak Petisan “. mempengaruhi
pelaksanaan
pemeriksaan tersebut
yang bersifat
internal maupun
eksternal, yaitu
jumlah pemeriksa
yang kurang, terlalu
95

luas wilayah KPP


Pratama Lubuk
Pakam, tingkat
pengetahuan Wajib
Pajak yang kurang
tentang pajak,
pembukuan wajib
pajak yang kurang
lengkap dan kurang
sesuai dengan
standart perpajakan
serta wajib pajak
yang pindah alamat
tanpa memberitahu
dulu pada KPP
Pratama

3. Sahra, Safira dan a. Variabel Regresi Hasil penelitian ini


Nasution (2021) bebas : Linear menunjukan bahwa
Bergand Sanksi perpajakan
“ Pengaruh Sanksi Sanksi pajak a
Pajak dan Kualitas berpengruh positif
dan Kualitas
Pelayanan terhadap Pelayanan dan signifikan
Kepatuhan Wajib terhadap kepatuhan
Pajak di Kantor wajib pajak,Kualitas
Pelayanan Pajak b. Variabel pelyanan
Prama Cikarang terikat : berpengaruh positif
Selatan”. kepatuhan dan signifikan
wajib pajak
terhadap kepatuhan
wajib pajak, Sanksi
perpajakan dan
kualitas pelayanan
berpengaruh positif
dan signifikan secara
simultan terhadap
kepatuhan wajib
pajak
4. Widyasari dan a. Variabel Regresi Hasil penelitian
Nataherwin (2020) bebas : Linear menunjukan bahwa
Insentif pajak, Bergand Insentif pajak dan
“Pengaruh insentif sanksi pajak a pelayanan pajak
dan pelayanan tidak berpengaruh
pajak, tarif pajak,
pajak dan variabel tarif
sanksi pajak dan pajak dan sanksi
b. Variabel pajak berpengaruh
pelayanan pajak
terikat : positif terhadap
96

kepatuhan kepatuhan.
terhadap kepatuhan wajib pajak
wajib pajak selama
masa pandemi
covid-19”.

5 Juliantari, a. Variabel Regresi Hasil penelitian ini


Sudiartana dan bebas : Linear menunjukan bahwa
Dicriyan (2021) Bergand Kesadaran wajib
Kesadaran wajib a pajak, sanksi pajak
“ Pengaruh dan sosialisasi pajak
pajak,Kualitas
Kesadaran wajib berpengaruh positif
pelayanan,kewaji terhadap kepatuhan
pajak,kualitas ban moral, sanksi wajib pajak dalam
pelayanan, pajak,dan membayar
kewajiban moral, sosialisasi pajak kendaraan bdermotor
sanksi pajak dan di Kantor Samsat
sosialisasi pajak b. Variabel Gianyar. Sedangkan
terhadap terhadap terikat : Kualitas pelayanan
kepatuhan wajib kepatuhan dan kewajiban moral
wajib pajak tidak berpengaruh
pajak dalam
terhadap kepatuhan
membayar pajak wajib pajak dalam
kendaraan membayar pajak
bermotor di Kantor kendaraan bermotor
Samsat Gianyar “. di Kantor Samsat
Gianyar.

6 Dharma dan Astika a. Variabel Regresi Hasil penelitian ini


(2020) bebas : Linear menunjukan bahwa
Bergand
“Pengaruh kondisi Kondisi keuangan a kondisi keuangan
keuangan wajib wajib pajak, wajib pajak, kualitas
pajak, kualitas sanksi perpajakan pelayanan, sanksi
dan kesadaran perpajakan, dan
pelayanan, sanksi
wajib pajak. kesadaran wajib
perpajakan, dan pajak berpengaruh
kesadaran wajib positif terhadap
b. Variabel
pajak pada terikat : kepatuhan wajib
kepatuhan wajib pajak kendaraan
pajak kendaraan Kepatuhan bermotor di Badan
wajib pajak Pendapatan Provinsi
bermotor di Badan
Bali.
Pendapatan
Provinsi Bali”

7 Krisnadeva dan a. Variabel Regresi Hasil penelitian


Merkusiwati Linear menunjukkan tingkat
97

(2020) “Pengaruh bebas : Bergand pendapatan wajib


tingkat pendapatan a pajak, kesadaran
Tingkat wajib pajak, kualitas
wajib pajak pendapatan, pelayanan dan sanksi
kesadaran wajib kesadaran wajib perpajakan
pajak, kualitas pajak, kualitas berpengaruh positif
pelayanan, dan pelayanan dan pada kepatuhan
sanksi perpajakan sanksi wajib pajak dalam
pada kepatuhan perpajakan membayar pajak
wajib pajak dalam kendaraan bermotor
b. Variabel
membayar pajak di Kota Denpasar
kendaraan terikat:
bermotor di Kota Kepatuhan
Denpasar". wajib pakak

8 Yuesti, Bhegawati a. Variabel Regresi Hasil penelitian ini


dan Lende (2021) bebas : Linear menunjukan bahwa
Kemanfaattan Bergand
“ Pengaruh NPWP,kualitas a Kemanfaattan
NPWP, kualitas
kemanfaattan pelayanan, pelayanan,
NPWP,kualitas pemahaman wajib pemahaman wajib
pelayanan, pajak dan sanksi pajak dan sanksi
pemahaman wajib perpajakan pajak berpengaruh
pajak dan sanksi positif terhadap
pajak terhadap b. Variabel kepatuhan wajib
terikat : pajak di Kecamatan
kepatuhan wajib
Kepatuhan wajib Gianyar
pajak orang pribadi pajak
di Kecamatan
Gianyar “.

9 Nilla dan a. Variabel Regresi Hasil penelitian ini


Widyawati (2021) bebas : Linear menunjukan bahwa
Penerapan sistem Bergand
“Pengaruh e-billing, a Penerapan sistem e-
penerapan sistem pengetahuan billing berpengaruh
e-billing, perpajakan dan positif terhadap
kesadaran kepatuhan wajib
pengetahuan
membayar pajak pajak. Pengetahuan
perpajakan, dan perpajakan
kesadaran berpengaruh positif
b.Variabel
membayar pajak terikat : terhadap kepatuhan
terhadap Kepatuhan wajib wajib pajak.
kepatuhan wajib pajak Sedangkan,
pajak di KPP kesadaran membayar
Pratama Gubeng pajak tidak
98

Surabaya”. berpengaruh
terhadap kepatuhan
wajib pajak.

10 a. Variabel Regresi Kesadaran wajib


bebas : linier pajak, Kualitas
Dewa Ayu Rindya kesadaran wajib berganda pelayan pajak,
Kartika Dewi pajak, kualitas dan Biaya
(2022) pelayanan, kepatuhan tidak
kewajiban moral, berpengaruh
biaya kepatuhan, terhadap
pengaruh dan sanksi pajak kepatuhan wajib
kesadaran wajib pajak kendaraan
pajak, kualitas b.Variabel bermotor pada
pelayanan pajak, terikat : Kantor Samsat
Kepatuhan wajib Klungkung.
kewajiban moral,
pajak Kewajiban
biaya kepatuhan, moral dan
dan sanksi pajak Sanksi pajak
terhadap kepatuhan berpengaruh
wajib pajak positif terhadap
kendaraan kepatuhan wajib
bermotor di kantor pajak kendaraan
bermotor pada
samsat klungkung
Kantor Samsat
Klungkung.
99

Lampiran 2
KUESIONER

PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KUALITAS


PELAYANAN, KESADARAN WAJIB PAJAK, DAN TINGKAT
PENGHASILAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN
SANKSI PERPAJAKAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI DALAM
MEMBAYAR PAJAK KENDARAAN BERMOTOR BERSAMA SAMSAT
KLUNGKUNG

Kepada Yth.

Bapak/Ibu/Sdr/i Responden

di tempat

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan adanya penyelesaian tugas akhir (skripsi)


sebagaimana mahasiswa program Strata Satu (S1) Universitas Mahasaraswati
Denpasar, saya:

Nama : I Putu Agus Edy Surya Mahendra

NIM : 1902622010074

Fakultas/Jurusan : Ekonomi dan Bisnis/Akuntansi

Dalam rangka penelitian skripsi saya yang berjudul “Pengaruh


Pengetahuan Perpajakan, Kualitas Pelayanan, Kesadaran Wajib Pajak, dan
Tingkat Penghasilan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Sanksi
Perpajakan Sebagai Variabel Moderasi Dalam Membayar Pajak Kendaraan
Bermotor Bersama SAMSAT Klungkung”, maka saya mohon bantuan dari
Bapak/Ibu/Sdr/i untuk mengisi kuesioner yang dilampirkan bersama surat ini.

Atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i yang telah meluangkan waktu untuk


mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terimakasih.

I. Identitas Responden
Berilah tanda (x) sesuai dengan identitas Bapak/Ibu/Sdr/i:

1. Nama Responden (boleh tidak diisi):


100

2. Jenis Kelamin:
a) Laki-laki
b) Perempuan
3. Tingkat Pendidikan:
a) SMP b) SMA c) S1
d) S2 e) S3
4. Nomor Pokok Wajib Pajak:
a) Punya b) Tidak punya
5. Bentuk Pekerjaan/Usaha:
a) Pegawai Negeri d) Buruh

b) Pegawai Swasta e) Lain-lain:......................

c) Wirausaha

6. Penghasilan Perbulan:
a) < Rp 2.000.000 b) Rp 2.000.000 – Rp 5.000.000

c) Rp 5.000.000 – Rp 7.000.000 d) > Rp 7.000.000

II. Tanggapan Responden

Pilih salah satu jawaban yang paling sesuai diantara alternatif yang
ada, dengan memberikan tanda silang (x).

Keterangan:

SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

KS : Kurang Setuju

1. Pengetahuan Perpajakan
No Pernyataan SS S KS TS STS
1. Saya membayar pajak karena saya
mengetahui bahwa pajak berguna
untuk saya dan masyarakat.
2. Semakin banyak pengetahuan
tentang pajak, saya semakin sadar
untuk membayar pajak.
101

3. Saya mengetahui dan memahami


tentang pendaftaran NPWP bagi
setiap wajib pajak yang memiliki
penghasilan.
4. Saya mengetahui jika ada
perubahan yang terjadi pada
peraturan-peraturan perpajakan
5. Saya mengetahui dan memahami
tentang pendaftaran NPWP bagi
setiap wajib pajak yang memiliki
penghasilan.

2. Kualitas Pelayanan
No Pernyataan SS S KS TS STS

1. Petugas pajak memiliki kompetensi


tentang administrasi perpajakan.

2. Petugas Kantor Bersama Samsat


Klungkung mampu menyampaikan
informasi secara benar, jelas, dan
lengkap sesuai dengan peraturan yang
ada.

3. Petugas pajak memberikan informasi


tentang perpajakan yang jelas.

4. Petugas pajak yang melayani


saya bersikap disiplin, dan ramah.

5. Kepuasan terhadap pelayanan petugas


pajak akan mendorong saya lebih
bersemangat dalam membayar pajak.

3. Kesadaran Wajib Pajak


No Pernyataan SS S KS TS STS

1. Saya menyadari manfaat pajak yang


saya bayarkan adalah untuk
pembangunan Negara.

2. Saya menyadari bahwa membayar


pajak merupakan kewajiban saya
sebagai warga negara Indonesia yang
102

baik.

3. Saya menyadari bahwa fasilitas


umum yang saya nikmati merupakan
manfaat yang dirasakan dari pajak.

4. Saya menyadari manfaat pajak yang


saya bayarkan akan dirasakan oleh
seluruh masyarakat.

5. Saya sadar membayar pajak


merupakan partisipasi yang menunjang
pembangunan Negara.

4. Tingkat Penghasilan
No Pernyataan SS S KS TS STS

1. Kemampuan membayar pajak


berkaitan erat dengan penghasilan
yang diterima/diperoleh.

2. Nilai pajak terutang khususnya pajak


kendaraan bermotor lebih kecil dari
penghasilan yang diperoleh secara
rutin.

3. Sanggup membayar pajak yang


dikenakan khususnya pajak kendaraan
bermotor walaupun penghasilan yang
diperoleh tidak terlalu besar.

4. Selalu taat membayar pajak


(khususnya pajak kendaraan bermotor
meskipun penghasilan yang diterima
tersebut rendah).

5. Kecilnya penghasilan yang diperoleh


selalu menjadi penghalang dalam
memenuhi kewajiban membayar pajak
(khususnya pajak kendaraan
bermotor).
103

5. Sanksi Pajak
No Pernyataan SS S KS TS STS

1. Saya patuh membayar pajak karena


tidak ingin dikenakan sanksi.

2. Saya menganggap sanksi yang


diberikan untuk setiap pelanggaran
pajak sudah sesuai.

3. Saya mengetahui sanksi apa saja


yang diberikan sehubungan dengan
pajak yang akan dikenai pada saya

4. Dengan adanya sanksi keterlambatan


penyampaian Surat Pemberitahuan
(SPT) menurut saya tidak memberatkan
wajib pajak.

5. Pembayaran pajak kendaraan bermotor


tepat waktu bertujuan untuk menghidari
sanksi pajak.

6. Kepatuhan Wajib Pajak


No Pernyataan SS S KS TS STS

1. Paham atau berusaha memahami


semua ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan
khususnya pajak kendaraan bermotor.

2. Mendaftarkan diri sebagai Wajib


Pajak (pajak kendaraan bermotor)
karena merupakan kewajiban yang
harus dilaksanakan sebagai warga
negara yang baik.

3. Taat membayar pajak tepat pada


waktunya (khususnya pajak kendaraan
bermotor).

4. Tidak memiliki tunggakan pajak


untuk semua jenis kendaraan
bermotor yang dimiliki.
104

5. Tidak pernah dikenakan sanksi atas


pelanggaran yang dilakukan di bidang
perpajakan (khususnya pajak
kendaraan bermotor).

6. Sudah melaksanakan kewajiban


perpajakan sebagai Wajib Pajak yang
baik (khususnya pajak kendaraan
bermotor) secara benar.
105

Lampiran 3
Uji Instrumen

Uji Validitas dan Reabilitas

Correlations
PP.1 PP.2 PP.3 PP.4 PP.5 PP
PP.1 Pearson Correlation 1 .122 .636** .636** .216* .610**
Sig. (2-tailed) .228 .000 .000 .031 .000
N 100 100 100 100 100 100
PP.2 Pearson Correlation .122 1 -.013 .005 -.051 .327**
Sig. (2-tailed) .228 .901 .960 .612 .001
N 100 100 100 100 100 100
PP.3 Pearson Correlation .636** -.013 1 .807** .150 .525**
Sig. (2-tailed) .000 .901 .000 .135 .000
N 100 100 100 100 100 100
PP.4 Pearson Correlation .636** .005 .807** 1 .191 .528**
Sig. (2-tailed) .000 .960 .000 .057 .000
N 100 100 100 100 100 100
PP.5 Pearson Correlation .216* -.051 .150 .191 1 .572**
Sig. (2-tailed) .031 .612 .135 .057 .000
N 100 100 100 100 100 100
PP Pearson Correlation .610** .327** .525** .528** .572** 1
Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 100 100.0
Excluded a
0 .0
Total 100 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.

Reliability Statistics
106

Cronbach's
Alpha N of Items
.713 5

Correlations
KP.1 KP.2 KP.3 KP.4 KP.5 KP
KP.1 Pearson Correlation 1 .957** .168 .073 .140 .596**
Sig. (2-tailed) .000 .094 .469 .164 .000
N 100 100 100 100 100 100
KP.2 Pearson Correlation .957** 1 .109 .073 .096 .552**
Sig. (2-tailed) .000 .282 .469 .343 .000
N 100 100 100 100 100 100
KP.3 Pearson Correlation .168 .109 1 -.070 .156 .493**
Sig. (2-tailed) .094 .282 .487 .122 .000
N 100 100 100 100 100 100
KP.4 Pearson Correlation .073 .073 -.070 1 -.010 .387**
Sig. (2-tailed) .469 .469 .487 .920 .000
N 100 100 100 100 100 100
KP.5 Pearson Correlation .140 .096 .156 -.010 1 .563**
Sig. (2-tailed) .164 .343 .122 .920 .000
N 100 100 100 100 100 100
KP Pearson Correlation .596** .552** .493** .387** .563** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 100 100.0
Excluded a
0 .0
Total 100 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.713 5
107

Correlations
KWP KWP KWP KWP
.1 .2 .3 .4 KWP.5 KWP
KWP.1 Pearson Correlation 1 -.022 .048 -.060 .133 .565**
Sig. (2-tailed) .825 .635 .552 .187 .000
N 100 100 100 100 100 100
KWP.2 Pearson Correlation -.022 1 .674 .789
** **
.744** .509**
Sig. (2-tailed) .825 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
KWP.3 Pearson Correlation .048 .674 **
1 .752 **
.663** .466**
Sig. (2-tailed) .635 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
KWP.4 Pearson Correlation -.060 .789 .752 ** **
1 .720** .432**
Sig. (2-tailed) .552 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
KWP.5 Pearson Correlation .133 .744 .663 .720
** ** **
1 .677**
Sig. (2-tailed) .187 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
KWP Pearson Correlation .565 .509 .466 .432
** ** ** **
.677** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 100 100.0
Excluded a
0 .0
Total 100 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.777 5

Correlations
TP.1 TP.2 TP.3 TP.4 TP.5 TP
108

TP.1 Pearson Correlation 1 .284** .329** .341** .307** .674**


Sig. (2-tailed) .004 .001 .001 .002 .000
N 100 100 100 100 100 100
TP.2 Pearson Correlation .284 **
1 .559** .368** .059 .677**
Sig. (2-tailed) .004 .000 .000 .561 .000
N 100 100 100 100 100 100
TP.3 Pearson Correlation .329 .559 ** **
1 .420** .238* .757**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .017 .000
N 100 100 100 100 100 100
TP.4 Pearson Correlation .341 .368 ** **
.420** 1 .237* .705**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .018 .000
N 100 100 100 100 100 100
TP.5 Pearson Correlation .307 **
.059 .238* .237* 1 .546**
Sig. (2-tailed) .002 .561 .017 .018 .000
N 100 100 100 100 100 100
TP Pearson Correlation .674 .677 ** **
.757** .705** .546** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 100 100.0
Excluded a
0 .0
Total 100 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.770 5

Correlations
SP.1 SP.2 SP.3 SP.4 SP.5 SP
SP.1 Pearson Correlation 1 .610** .349** .304** .399** .706**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .002 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
109

SP.2 Pearson Correlation .610* 1 .530** .532** .452** .830**


*

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000


N 100 100 100 100 100 100
SP.3 Pearson Correlation .349* .530** 1 .590** .338** .748**
*

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .000


N 100 100 100 100 100 100
SP.4 Pearson Correlation .304* .532** .590** 1 .336** .733**
*

Sig. (2-tailed) .002 .000 .000 .001 .000


N 100 100 100 100 100 100
SP.5 Pearson Correlation .399* .452** .338** .336** 1 .706**
*

Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .001 .000


N 100 100 100 100 100 100
SP Pearson Correlation .706* .830** .748** .733** .706** 1
*

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000


N 100 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 100 100.0
Excluded a
0 .0
Total 100 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.794 5

Correlations
KPWP KPWP KPWP KPWP KPWP KPWP
.1 .2 .3 .4 .5 .6 KPWP
110

KPWP Pearson 1 .420** .493** .336** .320** .393** .658**


.1 Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .001 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100 100
KPWP Pearson .420 **
1 .664** .622** .446** .636** .828**
.2 Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100 100
KPWP Pearson .493 **
.664 **
1 .660** .567** .466** .840**
.3 Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100 100
KPWP Pearson .336 **
.622 **
.660** 1 .479** .590** .803**
.4 Correlation
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100 100
KPWP Pearson .320 **
.446 **
.567** .479** 1 .363** .686**
.5 Correlation
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100 100
KPWP Pearson .393 **
.636 **
.466** .590** .363** 1 .756**
.6 Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100 100
KPWP Pearson .658 **
.828 **
.840** .803** .686** .756** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 100 100.0
Excluded a
0 .0
Total 100 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
111

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.854 6
112

Lampiran 4
Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 100
Normal Parameters a,b
Mean .0000000
Std. Deviation 1.41236268
Most Extreme Differences Absolute .068
Positive .068
Negative -.052
Test Statistic .068
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Uji Multikolinearitas

Coefficientsa
Standardize
d
Model Unstandardize Coefficient Collinearity
d Coefficients s Statistics
Std. Toleranc
B t Sig.
Error Beta e VIF
1 (Constant) - 5,747 - ,179
7,786 1,355
pengetahuan -,020 ,204 -,009 -,099 ,921 ,706 1,417
perpajakan (PP)
kualitas pelayanan ,069 ,225 ,029 ,306 ,760 ,687 1,456
(KP)
kesadaran wajib ,764 ,250 ,310 3,058 ,003 ,598 1,673
pajak (KWP)
113

tingkat penghasilan ,379 ,120 ,282 3,167 ,002 ,777 1,287


(TP)
sanksi pajak (Z) ,268 ,118 ,230 2,272 ,025 ,599 1,671
a. Dependent Variable: kepatuhan wajib pajak (KPWP)

Uji Heterokedastisitas

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 140.027 505.099 .277 .782
PP -.016 .807 -.002 -.020 .984
KP .248 .879 .031 .282 .778
KWP .292 1.145 .030 .255 .799
TP .193 27.467 .003 .007 .994
SP -4.601 2.551 -.223 -1.803 .075
PP*SP .080 .670 .037 .120 .905
KP*SP .893 .780 .404 1.145 .255
KWP*SP -1.029 .845 -.490 -1.219 .226
TP*SP -.028 1.183 -.016 -.024 .981
a. Dependent Variable: ABRES
114

Lampiran 5
Hasil Uji
Regresi Linier Model Moderate Regression Analysis (MRA)

Variables Entered/Removeda
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 TP*SP, PP, . Enter
KP, KWP, SP,
TP, PP*SP,
KP*SP,
KWP*SPb
a. Dependent Variable: KPWP
b. All requested variables entered.

Coefficientsa
Model Unstandardize Standardize t Sig.
d Coefficients d
Coefficients
B Std. Beta
Error
1 (Constan) 7.739 5.866 1.319 .190
PP .035 .009 .263 3.766 .000
KP .033 .010 .235 3.257 .002
KWP .036 .013 .209 2.704 .008
TP .523 .319 .389 1.638 .105
SP .068 .030 .184 2.286 .025
PP*SP .053 .008 .012 .059 .043
KP*SP .041 .009 .165 .719 .032
KWP*SP .026 .010 .691 2.644 .010
TP*SP .016 .014 .505 1.188 .238
a. Dependent Variable: KPWP
115

Lampiran 6
Hasil Uji Kelayakan Model (Uji F)

Variables Entered/Removeda
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 TP*SP, PP, . Enter
KP, KWP, SP,
TP, PP*SP,
KP*SP,
KWP*SPb
a. Dependent Variable: KPWP
b. All requested variables entered.

ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 307.678 9 34.186 15.5 .000b
80
Residual 197.482 90 2.194
Total 505.160 99
a. Dependent Variable: KPWP
b. Predictors: (Constant), TP*SP, PP, KP, KWP, SP, TP, PP*SP, KP*SP,
KWP*SP
116

Lampiran 7
Hasil Uji Statistik

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Std.
Model B Error Beta
1 (Constant) 7.739 5.866 1.319 .190
PP .035 .009 .263 3.766 .000
KP .033 .010 .235 3.257 .002
KWP .036 .013 .209 2.704 .008
TP .523 .319 .389 1.638 .105
SP .068 .030 .184 2.286 .025
PP*SP .000 .008 .012 .059 .953
KP*SP .007 .009 .165 .719 .474
KWP*SP .026 .010 .691 2.644 .010
TP*SP .016 .014 .505 1.188 .238
a. Dependent Variable: KPWP

1. Pengetahuan Perpajakan
Statistics
PP.1 PP.2 PP.3 PP.4 PP.5
N Valid 100 100 100 100 100
Missing 0 0 0 0 0
Mean 4.6500 4.8600 4.7800 4.8200 4.5800

PP.1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3.00 1 1.0 1.0 1.0
4.00 33 33.0 33.0 34.0
5.00 66 66.0 66.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

PP.2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
117

Valid 4.00 14 14.0 14.0 14.0


5.00 86 86.0 86.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

PP.3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4.00 22 22.0 22.0 22.0
5.00 78 78.0 78.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

PP.4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4.00 18 18.0 18.0 18.0
5.00 82 82.0 82.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

PP.5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4.00 42 42.0 42.0 42.0
5.00 58 58.0 58.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

2. Kualitas Pelayanan
Statistics
KP.1 KP.2 KP.3 KP.4 KP.5
N Valid 100 100 100 100 100
Missing 0 0 0 0 0
Mean 4.6300 4.8300 4.8600 4.8700 4.6800

KP.1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4.00 37 37.0 37.0 37.0
5.00 63 63.0 63.0 100.0
118

Total 100 100.0 100.0

KP.2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4.00 17 17.0 17.0 17.0
5.00 83 83.0 83.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

KP.3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4.00 14 14.0 14.0 14.0
5.00 86 86.0 86.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

KP.4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4.00 13 13.0 13.0 13.0
5.00 87 87.0 87.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

KP.5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4.00 32 32.0 32.0 32.0
5.00 68 68.0 68.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

3. Kesadaran Wajib Pajak


Statistics
KWP.1 KWP.2 KWP.3 KWP.4 KWP.5
N Valid 100 100 100 100 100
Missing 0 0 0 0 0
Mean 4.5700 4.8600 4.8900 4.8800 4.7200
119

KWP.1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4.00 43 43.0 43.0 43.0
5.00 57 57.0 57.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

KWP.2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4.00 14 14.0 14.0 14.0
5.00 86 86.0 86.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

KWP.3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4.00 11 11.0 11.0 11.0
5.00 89 89.0 89.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

KWP.4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4.00 12 12.0 12.0 12.0
5.00 88 88.0 88.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

KWP.5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4.00 28 28.0 28.0 28.0
5.00 72 72.0 72.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

4. Tingkat Penghasilan
Statistics
TP.1 TP.2 TP.3 TP.4 TP.5
120

N Valid 100 100 100 100 100


Missing 0 0 0 0 0
Mean 4.4900 4.6300 4.5900 4.5200 4.5800
TP.1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4.00 51 51.0 51.0 51.0

5.00 49 49.0 49.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

TP.2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3.00 1 1.0 1.0 1.0
4.00 35 35.0 35.0 36.0
5.00 64 64.0 64.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

TP.3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4.00 41 41.0 41.0 41.0
5.00 59 59.0 59.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

TP.4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4.00 48 48.0 48.0 48.0
5.00 52 52.0 52.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

TP.5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4.00 42 42.0 42.0 42.0
121

5.00 58 58.0 58.0 100.0


Total 100 100.0 100.0

5. Sanksi Perpajakan
Statistics
SP.1 SP.2 SP.3 SP.4 SP.5
N Valid 100 100 100 100 100
Missing 0 0 0 0 0
Mean 4.4000 4.4300 4.4300 4.4400 4.4300

SP.1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4.00 60 60.0 60.0 60.0
5.00 40 40.0 40.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

SP.2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4.00 57 57.0 57.0 57.0
5.00 43 43.0 43.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

SP.3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3.00 1 1.0 1.0 1.0
4.00 55 55.0 55.0 56.0
5.00 44 44.0 44.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

SP.4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4.00 56 56.0 56.0 56.0
5.00 44 44.0 44.0 100.0
122

Total 100 100.0 100.0

SP.5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1.00 1 1.0 1.0 1.0
4.00 53 53.0 53.0 54.0
5.00 46 46.0 46.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

6. Kepatuhan Wajib Pajak


Statistics
KPWP.1 KPWP.2 KPWP.3 KPWP.4 KPWP.5 KPWP.6
N Valid 100 100 100 100 100 100
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 4.3800 4.4000 4.3800 4.3800 4.3200 4.3600

KPWP.1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3.00 2 2.0 2.0 2.0
4.00 58 58.0 58.0 60.0
5.00 40 40.0 40.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

KPWP.2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4.00 60 60.0 60.0 60.0
5.00 40 40.0 40.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

KPWP.3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4.00 62 62.0 62.0 62.0
5.00 38 38.0 38.0 100.0
123

Total 100 100.0 100.0

KPWP.4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4.00 62 62.0 62.0 62.0
5.00 38 38.0 38.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

KPWP.5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4.00 68 68.0 68.0 68.0
5.00 32 32.0 32.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

KPWP.6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3.00 1 1.0 1.0 1.0
4.00 62 62.0 62.0 63.0
5.00 37 37.0 37.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
124

Lampiran 8
Uji Koefisien Determinasi

Variables Entered/Removeda
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 TP*SP, PP, . Enter
KP, KWP, SP,
TP, PP*SP,
KP*SP,
KWP*SPb
a. Dependent Variable: KPWP
b. All requested variables entered.

Model Summaryb
Mod R Adjusted R Std. Error of
el R Square Square the Estimate
1 .780a .609 .570 1.48130
a. Predictors: (Constant), TP*SP, PP, KP, KWP, SP, TP,
PP*SP, KP*SP, KWP*SP
b. Dependent Variable: KPWP

Anda mungkin juga menyukai