Disusun Oleh:
Pendamping:
PUSKESMAS TAWANGREJO
KOTA MADIUN
JAWA TIMUR
2022
i
HALAMAN PENGESAHAN
MINI PROJECT
Oleh :
dr. Dewi Amani Husna
ii
PERNYATAAN
Dengan ini kami, menyatakan bahwa mini project ini asli hasil
karya kami, tidak menjiplak dari karya tulis penulis lain dan bukan karya
internship.
Semua informasi yang dimuat dalam mini project ini yang berasal
sumber penulis secara benar dan semua isi dari karya ilmiah ini sepenuhnya
Penulis
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah atas segala nikmat dan karunianya, sehingga
dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan mini project ini dengan
berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan mini project ini,
antara lain:
saran dari pembaca sangat diharapkan demi mini project yang lebih baik.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................................... i
v
3.3.1. Populasi ............................................................................................24
3.3.2. Sampel ..............................................................................................24
3.4. Kriteria dan Besar Sampel ......................................................................24
3.4.1. Kriteria Inklusi .................................................................................24
3.4.2. Kriteria Eksklusi ...............................................................................25
3.5. Variabel Penelitian..................................................................................25
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.3 Langkah – langkah untuk pengukuran tekanan darah secara tepat
menurutAHA2017...................................................................................................12
Tabel 4.5 Distribusi gaya hidup responden terkait faktor risiko hipertensi..........29
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pengendalian PTM, membuat Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS)
berupa edukasi, pemantauan kesehatan, aktivitas klub, kunjungan rumah dan
monitoring (Permenkes, 2015).
2
di Puskesmas Tawangrejo?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Bagi masyarakat:
2. Bagi puskesmas:
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hipertensi
2.1.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah yang tinggi secara
konsisten. Jaringan dan organ memerlukan darah yang mengandung oksigen yang
dibawa oleh sistem sirkulasi ke seluruh tubuh. Ketika jantung berdetak, ia
menciptakan tekanan yang mendorong darah melalui jaringan pembuluh darah
yang meliputi arteri, vena dan kapiler. Tekanan darah adalah hasil dari gaya
pertama (tekanan sistolik) terjadi ketika darah memompa keluar dari jantung dan
masuk ke arteri yang merupakan bagiandari sistem sirkulasi. Gaya kedua (tekanan
diastolik) diciptakan saat jantung beristirahat di antara denyut jantung. Kedua
kekuatan ini masing- masing diwakili oleh angka-angka dalam pembacaan tekanan
darah (PERKI, 2015).
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah. Klasifikasi ini berdasarkan American Hearth
Association. 2017. Klasifikasi ini terbagi atas normal, meningkat, hipertensi derajat
1, hipertensi derajat 2
4
Hipertensi derajat 2 140 / lebih 90/lebih
5
Faktor risiko hipertensi terbagi dua yaitu faktor yang tidak dapat dirubah dan faktor
yang dapat dirubah.
1. Usia
2. Riwayat Keluarga
3. Jenis Kelamin
6
Faktor risiko hipertensi yang dapat dirubah :
1. Merokok
2. Obesitas
7
membuat frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah
meningkat sehingga terjadi retensi natrium dan air (AHA, 2018).
4. Konsumsi Alkohol
5. Stress
8
6. Kopi
9
Terdapat beberapa mekanisme yang berkaitan dengan hipertensi :
b. Sistem Renin-Angiotensin
10
angiotensin yang bersirkulasi tidak dianggap bertanggung jawab secara
langsung untuk peningkatan tekanan darah pada hipertensi esensial
(Amal et al., 2016).
11
d. Disfungsi endotel
e. Pengaruh intrauterine
12
1. Siapkan pasien • Minta pasien untuk santai, tenang,
duduk di kursi (kaki di lantai, gunakan
sandaran punggung) selama >5 menit.
• Pastikan sebelumnya pasien sedang
tidak minum kopi, olahraga dan
merokok, setidaknya 30 menit sebelum
pengukuran.
2. Gunakan teknik yang tepat untuk • Letakkan lengan pasien diatas meja
pengukuran tekanan darah yang datar
• Gunakan ukuran manset yang sesuai,
posisikan bagian tengah manset pada
lengan atas pasien sejajar dengan
jantung.
13
sandarkan punggung. Injakan kaki dan sandaran punggung akan membantu
untuk rileks dan memberikan hasil pengukuran tekanan darah yang lebih
akurat.
Apabila pasien ingin melakukan pemeriksaan tekanan darah di rumah, maka
pasien harus melakukan pemeriksaan dua kali setiap pagi sebelum pengobatan
dan setiap malam sebelum makan malam. Pasien juga harus melakukan
pemeriksaan satu minggu sebelum kunjungan (Paul K et al., 2017).
14
akan berbeda. Untuk itu, pengukuran lingkar pinggang juga harus
diperiksa (Amal et al., 2016).
Tabel 2.4. Indeks Massa Tubuh
Kategori IMT Interpretasi
Normal 18,5 – 24,9 Bagus. Pertahankan berat
badan ideal
Berat badan berlebih 25-29,9 Sangat dianjurkan untuk
menurunkan berat badan
terutama bagi pasien yang
memiliki dua atau lebih
faktor risiko penyakit
jantung.
Obesitas 30 atau lebih Sangat dianjurkan untuk
menurunkan berat badan.
Turunkan berat badan
perlahan-lahan sekitar ½
pounds hingga 2 pounds
seminggu. 1 pounds
setara dengan 3.500
kalori
15
ke pembuluh darah dan meningkatkan jumlah volume darah di dalam
pembuluh darah sehingga tekanan darah akan meningkat.
American Hearth Association merekomendasikan untuk penderita
hipertensi dapat mengkonsumi garam kurang dari 1.500 mg per hari atau
setara dengan 1 sendok teh. Selain itu terdapat beberapa senyawa yang
mengandung natrium yang harus dibatasi yaitu garam (natrium klorida
atau NaCl), monosodium glutamate (MSG), baking soda dan baking
powder, disodium fosfat dan senyawa apapun yang memiliki natrium
atau Na (Paul K et al., 2017).
3. Olahraga
Olahraga merupakan salah satu hal terpenting untuk mencegah atau
mengendalikan hipertensi dan dapat membantu mengurangi risiko
penyakit jantung. Pada penderita hipertensi, cukup dengan aktivitas fisik
tingkat sedang selama 30 menit selama seminggu. Kegiatan tersebut
meliputi berjalan cepat, bersepeda, menyapu, berkebun (Amal et al.,
2016).
Tabel 2.5 Contoh Aktivitas Fisik Tingkat Sedang
Kegiatan Aktivitas Olahraga
Mencuci mobil selama 45-60 menit Bermain voli selama 45-60 menit
Mengepel lantai selama 45 menit Berjalan sejauh 2 mil dalam 30
menit (1 mil dalam 15 menit)
Berkebun selama 30-45 menit Bersepeda 5 mil dalam 30 menit
Berjalan menaiki tangga selama 15 Berenang selama 20 menit
Menit
Membersihkan halaman rumah Aerobik selama 30 menit
selama 30 menit
Menyapu lantai selama 45 menit Berjalan 1 ½ mil dalam 15 menit
16
per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan
demikian membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol sangat
membantu dalam penurunan tekanan darah (Amal et al., 2016).
5. DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)
DASH adalah rencana makan yang fleksibel dan seimbangyang dapat
membantu menciptakan gaya makan yang sehat untuk jantung seumur
hidup. Rencana makan DASH tidak memerlukan makanan khusus,
melainkan menyediakan tujuan nutrisi harian dan mingguan.
Rencana ini merekomendasikan:
a. Mengkonsumsi sayur, buah, gandum. Termasuk produk susu
bebas lemak atau rendah lemak.
b. Mengkonsumsi ikan, kacang, minyak nabati
c. Membatasi makanan yang tinggi lemak jenuh seperti daging
berlemak, produk susu berlemak tinggi, minyak kelapa, minyak
sawit.
d. Membatasi minuman manis
Tabel 2.6 Rencana makan menurut DASH. Rencana makanan
yangditampilkan berdasarkan 2000 kalori per hari. Jumlah porsi
harian dalam kelompok makanan dapat bervariasi dari yang
terdaftar dibawah ini, tergantung pada kebutuhan kalori pasien.
17
Buah-buahan 4-5 Apel, pisang, 1 buah berukuran
kurma, sedang
anggur, ½ sendok makan
manga, buah kaleng
melon, nanas,
stroberi,
kismis
Susu rendah lemak 2-3 Susu rendah 250 ml atau setara
atau bebas lemak lemak, yogurt dengan 1 gelas
Daging tanpa Maksimal 2 Ayam tanpa 1 ons daging sama
lemak dan ikan, kulit, daging dengan 100 gram
ayam tanpa lemak
yang di
panggang
atau di rebus
Kacang-kacangan, 4-5 per minggu Kacang 2 sendok makan
buncis tanah, kuaci,
kacang
merah,
kacang
polong
Minyak 2-3 Margarine, 1 sendok makan
minyak
sayur,
mayonnaise
rendah lemak
18
Tabel 2.7 Kebutuhan Kalori untuk Wanita
Usia Kalori yang Kalori yang Kalori yang
dibutuhkan untuk dibutuhkan untuk dibutuhkan untuk
aktivitas fisik aktivitas fisik aktivitas fisik aktif
yang menetap cukup aktif
19-30 2000 2000-2.200 2.400
31-50 1800 2000 2.200
>51 1600 1800 2000-2.200
b. Farmakologis
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien
hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darahsetelah
> 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi
derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu
diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisasi efek samping,
yaitu:
1. Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal
2. Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi
biaya
3. Berikan obat pada pasien usia lanjut (diatas usia 80 tahun) seperti pada
usia 55 – 80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid
4. Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor
19
(ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs)
5. Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi
farmakologi. Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.
3. Stroke iskemik
5. Stroke hemoragik
6. Retinopati
20
dari 4 (empat) kelurahan, yaitu kelurahan Tawangrejo, Rejomulyo,
Pilangbango, dan Kelun.
1) Kelurahan Tawangrejo : 1,77 K m2
Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk wilayah kerja puskesmas Tawangrejo
berdasarkan pendataan penduduk tahun 2020 sebanyak 20.710 jiwa
yang terdiri :
Kelurahan Tawangrejo : 3.533
Kelurahan Rejomulyo : 9.356
Kelurahan Kelun : 4.321
Kelurahan Pilangbango : 3.500
Adapun persentase penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Tawangrejo menurut kelurahan dapat dilihat pada diagram berikut :
21
Jumlah Penduduk dalam Wilayah Kerja
Puskesmas Tawangrejo (%)
Rejomulyo
Kelun
21%
Pilangbango
45%
Kepadatan penduduk
Kelurahan Rejomulyo memiliki kepadatan penduduk tertinggi
(4,608 jiwa/km2) dari 3 kelurahan lainnya, yaitu : Kel. Tawangrejo
1,996 jiwa/km2, Kel. Pilangbango 3,571 jiwa/km2, dan Kel. Kelun
3,645 jiwa/km2.
22
terdapat 97 penduduk Laki- Laki. Adapun jumlah penduduk
menurut jenis kelamin dan rasio dapat di lihat pada tabel berikut :
Jumlah Penduduk
No
Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
23
BAB III
METODE PENELITIAN
24
pada populasi target dan pada populasi terjangkau.
• Menjadi pasien prolanis Puskesmas Tawangrejo
• Terdiagnosis hipertensi
25
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa dari 33 orang responden, tidak ada
yang memiliki status IMT underweight, yang memiliki IMT normal
sebanyak 5 orang responden (15,1%), yang memiliki IMT overweight
sebanyak 13 orang responden (39,4%), yang memiliki IMT obesitas
sebanyak 12 orang responden (36,4%), yang memiliki IMT obesitas II
sebanyak 3 orang responden (9,1%). Sehingga kategori IMT paling banyak
adalah overweight.
26
4.1.1. Jenis Kelamin
Tabel 4.1 Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki- laki 11 33,3%
Perempuan 22 66,7%
Jumlah 33 100%
Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa dari 33 orang responden, yang
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 11 responden (33,3%) dan yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 22 orang responden (66,7%). Dengan
demikian jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan.
4.1.2. Usia
Tabel 4.2 Distribusi karakteristik responden berdasarkan usia
Usia Frekuensi Persentase
<60 tahun 16 48,5%
≥60 tahun 17 51,5%
Jumlah 33 100%
Dari tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa dari 33 orang responden, yang
berusia kurang dari 60 tahun sebanyak 16 orang responden (48,5%) dan
yang berusia lebih dari sama dengan 60 tahun sebanyak 17 orang responden
(51,5%). Dengan demikian usia yang lebih banyak dari responden adalah ≥
60 tahun.
4.1.3. Pendidikan
Tabel 4.3 Distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan
27
SMA / sederajat 15 45,5%
Perguruan tinggi 3 9,1%
Jumlah 33 100%
Dari tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa dari 33 orang responden, yang
memiliki pendidikan dasar (SD) sebanyak 10 orang responden (30,3%),
SMP/ sederajat sebanyak 5 orang responden (15,1%), SMA/ sederajat
sebanyak 15 orang responden (45,5%), dan perguruan tinggi sebanyak 3
orang responden (9,1%). Dengan demikian kategori pendidikan paling
banyak adalah SMA/sederajat sebanyak 15 orang responden (45,5%).
Tabel 4.5 Distribusi gaya hidup responden terkait faktor risiko hipertensi
28
bersepeda, dll)
8. Saya merokok setidaknya satu batang per hari dalam 7 21,2% 26 78,8%
satu bulan terakhir
9. Saya tinggal serumah dengan orang yang merokok 20 60,6% 13 39,4%
meskipun saya bukan perokok
10. Saya mudah stress 26 78,8% 7 21,2%
11 Saya tidur selama < (kurang dari) 6 jam pada malam 28 84,9% 5 15,1%
hari
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat dilihat bahwa ada sebanyak 17
responden (51,5%) yang mengonsumsi garam dalam jumlah berlebih.
Sebanyak 8 responden (24,2%) yang mengonsumsi makanan cepat saji.
Sebanyak 7 responden (21,2%) minum kopi lebih dari 2 cangkir per hari.
Tidak ada responden yang mengonsumsi alkohol 1 gelas per minggu.
Sebanyak 18 responden (54,5%) menjaga agar berat badan tetap ideal.
Terdapat responden sebanyak 28 orang (84,9%) yang masih aktif
melakukan aktivitas fisik setiap hari. Sebanyak 24 responden (72,7%)
melakukan kegiatan olahraga 3-4 kali dalam seminggu selama 30 menit.
Tujuh responden (21,2%) masih merokok hingga saat ini. Sebanyak 20
responden (60,6%) tinggal serumah dengan orang yang merokok. Sebanyak
26 responden (78,8%) merasa mudah stress. Didapatkan 28 responden
(84,9%) yang sering tidur kurang dari 6 jam setiap harinya.
29
Jumlah 33 100%
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, didapati hasil bahwa sebanyak 12 orang
responden (36,4%) yang patuh berobat ditandai dengan minum obat
hipertensi sampai habis, minum obat hipertensi sesuai jadwal, dan kontrol
rutin sesuai jadwal. Sebanyak 21 orang responden (63,6%) tidak patuh
berobat, yakni pasien yang tidak memenuhi ketiga kriteria kepatuahn
berobat.
30
hipertensi saya
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, dapat dilihat bahwa sebanyak 7 responden
(58,3%) memiliki motivasi berobat dikarenakan ada keluarganya yang
menderita dan/ meninggal akibat hipertensi, sebanyak 10 responden
(83,3%) tidak ingin keturunannya menderita hipertensi juga. Sebanyak 11
responden (91,7%) responden ingin hipertensinya terkontrol dan bisa
hidup sehat. Seluruh respondent ahu bahwa hipertensi bisa terkontrol
dengan minum obat secara teratur. Sebanyak 8 responden (66,7%)
mempunyai keluarga yang mengingatkan untuk minum obat secara rutin.
Sebanyak 8 responden (66,7%) mempunyai keluarga dan teman yang
mendukung responden untuk mengontrol hipertensinya.
31
setelah minum obat (misal: ndredeg,
pusing, keringat dingin)
6. Saya lebih percaya pengobatan herbal 7 33,3% 14 66,7%
7. Tidak ada keluarga yang mengantar saya 8 38% 13 62%
berobat
8. Saya sering lupa minum obat 18 85,7% 3 14,3%
9. Saya merasa bosan minum obat 14 66,7% 7 33,3%
10. Saya takut terdapat efek samping obat ke 13 62% 8 38%
ginjal, dll
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, didapatkan sebanyak 10 responden (47,6%)
mengalami kendala berobat diakibatkan merasa tidak ada waktu untuk
mengantre obat. Sebanyak 18 responden (85,7%) hanya berobat ke
puskesmas saat terdapat keluhan hipertensi. Sebanyak 17 responden (81%)
merasa lebih nyaman untuk membeli obat hipertensi secara mandiri di
apotek tanpa resep dokter. Sebanyak 15 responden (71,4%) merasa tidak
ada perubahan pada tekanan darah/ keluhan walaupun dengan konsumsi
obat hipertensi. Terdapat 13 responden (62%) yang merasa terdapat gejala
lain setelah konsumsi obat hipertensi, seperti ndredeg, pusing, dan keringat
dingin. Terdapat 7 responden (33,3%) yang lebih percaya pada pengobatan
herbal. Sebanyak 8 responden (38%) yang tidak rutin berobat ke puskesmas
karena tidak ada keluarga yang mengantar pergi berobat. Sebanyak 18
responden (85,7%) sering lupa minum obat. Sebanyak 14 responden
(66,7%) merasa bosan minum obat hipertensi setiap harinya. Sebanyak 13
responden (62%) merasa takut terhadap efek samping obat hipertensi ke
ginjal, dll karena harus dikonsumsi setiap harinya.
32
BAB V
PEMBAHASAN
Hal ini sesuai dengan pendapat (Yuliarti 2007), yang menyatakan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian
hipertensi. Hal tersebut menunjukkan bahwa kejadian hipertensi pada
perempuan dipengaruhi oleh kadar hormon estrogen. Hormon estrogen
tersebut akan menurun kadarnya ketika perempuan memasuki usia tua
(menopouse) sehingga perempuan menjadi lebih rentan terhadap hipertensi.
33
5.1.2. Usia
Berdasarkan tabel 4.2, menunjukkan bahwa responden yang berusia kurang
dari 60 tahun sebanyak 16 orang responden (48,5%) dan yang berusia lebih
dari sama dengan 60 tahun sebanyak 17 orang responden (51,5%).
5.1.3. Pendidikan
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa Pendidikan terakhir responden
mayoritas adalah SMA/SMK yaitu sebanyak 15 orang responden (45,5%)
kemudian diikuti oleh SD/sederajat sebanyak 10 orang (30,3%).
34
Pendidikan rendah memiliki kemungkinan seseorang mengalami hipertensi
yang disebabkan kurangnya informasi atau pengetahuan yang menimbulkan
perilaku dan pola hidup yang tidak sehat seperti tidak tahu nya tentang
bahaya, serta pencegahan dalam terjadinya hipertensi. Penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Anggara dan Prayitno (2012). Hal ini sejalan dengan
teori yang mengatakan, tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh
terhadap pengetahuan seseorang semakin banyak informasi dapat
mempengaruhi atau menambah pengetahuan seseorang akan berperilaku
sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2010).
35
Berdasarkan analisis peneliti berkesimpulan bahwa dengan mengkonsumsi
garam berlebihan dan tidak sesuai dengan diet rendah garam bagi penderita
hipertensi, dapat menyebabkan bertambah beratnya hipertensi yang dialami.
36
didistribusikan ke seluruh tubuh oleh aliran darah dari traktus gastro
intestinal dalam waktu sekitar 5-15 menit. Absorpsi kafein dalam saluran
pencernaan mencapai kadar 99% kemudian akan mencapai puncak di aliran
darah dalam waktu 45–60 menit. Kafein sangat efektif bekerja dalam tubuh
sehingga memberikan efek yang bermacam-macam bagi tubuh. Kandungan
kafein pada setiap cangkir kopi adalah 60,4-80,1 mg (Ayu, 2012).
37
Orang yang rajin melakukan olahraga seperti bersepeda, jogging dan
aerobik secara teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat
menurunkan tekanan darah. Orang yang kurang aktif olahraga pada
umumnya cenderung mengalami kegemukan. Olahraga juga dapat
mengurangi atau mencegah obesitas serta mengurangi asupan garam ke
dalam tubuh. Garam akan keluar dari dalam tubuh bersama keringat.
Melalui olahraga raga yang teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45
menit/hari) dapat menurunkan tahanan perifer yang akan mencegah
terjadinya hipertensi (Prasetyo, 2015).
Lama paparan asap rokok yang diterima oleh seseorang bergantung pada
lingkungan orang tersebut tinggal. Jika seseorang tersebut tinggal bersama
dengan anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok maka orang
tersebut akan semakin lama terpapar asap rokok. Dimana apabila semakin
lama seseorang terpapar asap rokok maka dia akan semakin besar untuk
memiliki efek yang merugikan kesehatan. Dimana gangguan kesehatan
yang timbul pada perokok pasif tergantung dari jenis dan lama paparan asap
rokok yang diterima dari lingkungan (Aurelio, 2010). Berdasarkan hasil dari
38
penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden menerima paparan
asap rokok sudah berlangsung selama 5-10 tahun. Responden dalam
penelitian ini sebagian besar berusia 16 tahun yang berarti dapat dikatakan
bahwa responden sudah terpapar asap rokok bisa dimulai sejak mereka
masih kecil terutama apabila responden tinggal serumah dengan orang tua
maupun keluarga yang memiliki kebiasaan merokok. Surono (2012),
menyatakan bahwa paparan asap rokok yang diterima oleh perokok pasif
selama 5 menit akan menyebabkan perubahan pada pembuluh arteri dan
jantung. Sehingga sangat memungkinkan apabila semakin lama seseorang
terpapar asap rokok maka akan memiliki dampak terhadap kesehatan yaitu
terganggunya fungsi pembuluh darah arteri yang dapat menyebabkan
penyakit kardiovaskuler, salah satunya yaitu hipertensi.
39
banyak, membuat jantung berkerja lebih kuat dan cepat. Apabila terjadi
dalam jangka waktu yang lama maka akan timbul rangkaian reaksi dari
organ tubuh lain. Perubahan fungsional tekanan darah yang disebabkan oleh
kondisi stres dapat menyebabkan hipertropi kardiovaskuler bila berulang
secara intermiten. Begitupula stres yang dialami penderita hipertensi, maka
akan mempengaruhi peningkatan tekanan darahnya yang cenderung
menetap atau bahkan dapat bertambah tinggi sehingga menyebabkan
kondisi hipertensinya menjadi lebih berat (Lawson, 2007).
40
menjadi penyakit keturunan, dan karena pasien merasa mendapat dukungan
dari keluarga untuk kontrol penyakit hipertensi dan minum obat secara rutin.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Harsoyo (2016) yang menyebutkan
bahwa pasien hipertensi memiliki motivasi instrinsik dan ekstrinsik yang
baik (Nursalam, 2009). Selain itu, hasil penelitian ini juga sesuai dengan
hasil penelitian Qorry (2015) bahwa ada hubungan antara dukungan
keluarga dengan tingkat motivasi untuk patuh dalam kontrol berobat.
Dukungan dari anggota keluarga pada penderita hipertensi sangat
mempengaruhi tingkat kepatuhan untuk berobat rutin, penderita hipertensi
yang mendapat dukungan keluarga akan lebih rutin berobat dan minum obat
sehingga tekanan darahnya dapat terkendali (Mubarak, 2009).
41
yang dapat timbul dari penyakit yang mereka derita tersebut. Pengetahuan
memiliki peranan yang penting dalam memberikan pengaruh terhadap
perilaku seseorang. Dan kepatuhan merupakan salah satu dari perilaku
seseorang. Kepatuhan adalah kesesuaian antara perilaku pasien dengan
ketentuan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, yaitu mendatangi fasilitas
kesehatan untuk melakukan kunjungan ulang sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan (Notoatmodjo, 2010).
42
Exa Puspita (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan penderita hipertendi dalam menjalani
pengobatan” mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara dukungan
keluarga dengan kepatuhan pengobatan pasien hipertensi. Anggota keluarga
yang memberikan dukungan secara baik serta menunjukkan sikap caring
kepada anggota keluarga yang menderita hipertensi memiliki peran penting
dalam kepatuhan berobat. Perhatian anggota keluarga mulai dari
mengantarkan ke pelayanan kesehatan, membantu pembiayaan berobat,
mengingatkan minum obat, terbukti lebih patuh menjalani pengobatan
dibandingkan dengan penderita hipertensi yang kurang mendapatkan
perhatian dari anggota keluarganya. Adanya dukungan dari keluarga dan
orang terdekat mungkin memainkan suatu peran penting dalam kepatuhan
jangka panjang. Schatz menemukan bahwa satu komponen kepatuhan pada
pasien penyakit kronis adalah dukungan dari teman-teman dan keluarganya.
Dukungan keluarga juga telah pula diketahui dalam kepatuhan terhadap
program pengobatan jangka panjang.
43
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian didapatkan karakteristik responden hipertensi pada
kegiatan prolanis di Puskesmas Tawangrejo, sebagian besar berjenis kelamin
perempuan, berusia ≥ 60 tahun, pendidikan terakhir SMA, dengan indeks massa
tubuh overweight.
6.2. Saran
44
putih, kayu manis, jahe, dan kapulaga.
45
LAMPIRAN 1.
KUESIONER MINIPROJECT HIPERTENSI
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. TB/BB/BMI : ………Cm/…. Kg/…….* (diisi oleh petugas)
3. Usia : …………. Tahun
4. Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan* (coret salah satu)
5. Pendidikan terakhir :
a. Tidak sekolah
b. Tamat SD/sederajat
c. Tamat SMP/ sederajat
d. Tamat SMA/ sederajat
e. Tamat Diploma / Sarjana
46
No. Pertanyaan YA TIDAK
STATUS KEPATUHAN
GAYA HIDUP
4 Total garam yang saya konsumsi dalam semua makanan saya < (kurang dari) 1
sendok teh per hari
8 Saya menjaga berat badan saya agar tetap dalam kisaran normal
9 Saya melakukan aktivitas fisik setiap hari (cth: berkebun, menyapu, mencuci,
mengepel lantai)
10 Saya berolahraga 3 – 4 kali dalam seminggu selama 30 menit (lari, jogging, main
bola, berenang, senam, bersepeda, dll)
47
11 Saya merokok setidaknya satu batang per hari dalam satu bulan terakhir
12 Saya tinggal serumah dengan orang yang merokok meskipun saya bukan perokok
14 Saya tidur selama < (kurang dari) 6 jam pada malam hari
15 Saya ingin penyakit hipertensi saya terkontrol karena keluarga saya ada yang
menderita dan / meninggal
18 Saya tahu bahwa penyakit saya bisa terkontrol jika saya mengontrol tekanan
darah saya dan teratur minum obat
19 Saya mempunyai keluarga yang mengingatkan saya untuk kontrol tekanan darah
dan minum obat secara rutin
20 Saya mempunyai keluarga dan teman yang mendukung saya untuk mengontrol
penyakit hipertensi saya
24 Saya merasa obat tidak berpengaruh terhadap tekanan darah/ keluhan saya
48
25 Saya merasa terdapat gejala-gejala lain setelah minum obat (misal: ndredeg,
pusing, keringat dingin)
49
DAFTAR PUSTAKA
1. Amal, Andi Sri Suriati; Andini, Putri. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi VI
volume II : Hipertensi. Jakarta : Interna Publishing ; 2016.
2. American Heart Association. Tersedia dari:
http://www.heart.org/HEARTORG/Support/Resources/WhatisCardiovascular
Disease/What-isCardiovascular-
Disease_UCM_301852_Article.jsp.WRABldw3PZ4. [Diakses 6 September
2022]
7. Aurelio, L., 2010. Review Article: Does Smoking Act as a Friend or Enemy of
Blood Pressure? Let Release Pandora’s Box. SAGE-Hindawi Acces to
Research Cardiology Research and Practice, Volume 2011.
8. Ayu M. Faktor risiko hipertensi ditinjau dari kebiasaan minum kopi. Semarang:
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2012.
50
10. Cortas K, et al, (2008), Hypertension, Tersedia dalam
http//:www.emedicine.com. diakses pada tanggal 7 September 2022.
11. Cowley AW Jr. The genetic dissection of essential hypertension. Nat Rev
Genet;2006
12. Darnindro, N., & Sarwono, J. (2017). Prevalensi Ketidakpatuhan Kunjungan
Kontrol pada Pasien Hipertensi yang Berobat di Rumah Sakit Rujukan Primer
dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 34-
35
13. Dieter Belitz, Gorch Werner, Schieberle Peter. Food chemistry. Jerman:
Spinger; 2009.
14. Harsoyo. Hubungan tingkat pengetahuan dengan motivasi untuk memerik-
sakan diri pasien hipertensi pada lanjut usia di puskesmas kerjo karangan-
yar;2016
15. Hartanti, M. P., & Mifbakhuddin. (2015). Beberapa Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Hipertensi pada Petani. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indo-
nesia (JKMI), 10(1), 30–37. Retrieved from https://jurnal.unimus.ac.id/in-
dex.php/jkmi/article/view/2375/2348
16. Hartono. (2014). Hipertensi The Silent Killer. Jakarta: Perhimpunan Hipertensi
Indonesia.
18. Lawson, RW., Arthur, J., BarskyVictor, RG., Kaplan, NM. 2007. Systemic
Hypertension: Mechanisms and Diagnosis. Philadelphia: Saunders Elsevier
19. Mubarak dan Chayatin. Ilmu kesehatan masyarakat : teori dan aplikasi.
Salemba medika : Jakarta ; 2009
51
22. Nursalam. Asuhan keperawatan bayi & anak. Jakarta : Salemba medika;2009
23. Paul K. Whelton, et al. 2017 Guideline for The Prevention, Detection, Evalua-
tion, and Management of High Blood Pressure in Adults. American College of
Cardiology. 2017.
24. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). Pe-
domanTatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular ; 2015.
25. Prasetyo, D.A. (2015). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Hipertensi pada Usia Dewasa Muda di Wilayah Puskesmas Sibela Surakarta.
Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses
dari http://eprints.ums.ac.id
26. Price, A. Sylvia, Lorraine Mc. Carty Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit. Edisi 6 (terjemahan). Peter Anugrah. EGC: Ja-
karta;2006
27. Puspita, Exa. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan
Penderita Hipertensi dalam Menjalani Pengobatan (Studi Kasus di Puskesmas
Gunung Pati Kota Semarang). Skripsi : Universitas Negeri Semarang.
28. Putri, Qarry. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pengobatan
pada penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas kedungmungu;2015
29. Purwanti, R.T.P.A. (2018). Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Terjadinya
Hipertensi pada Pegawai CV. Lusindo Desa Sukadanau Cikarang Barat.
Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses
dari http://eprints.ums.ac.id
30. Sartik, S., Tjekyan, R. S., & Zulkarnain, M. (2017). Risk Factors And The
Incidence Of Hipertension In Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat,
8(3), 180–191. https://doi.org/10.26553
52
33. Sulastri. (2012). Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hipetensi pada
Masyarakat Etnik Minangkabau di Kota Padang. Skripsi, Fakultas
Keperawatan Universitas Andalas. Diakses dari http://scholar.unand.ac.id
35. Surono, A. (2012). Kombinasi Maut Rokok dan Hipertensi. Dipetik Mei 2016,
dari Kombinasi Maut Rokok dan Hipertensi:
http://intisarionline.com/read/kombinasi-mautrokok-dan-hipertensi
53