Anda di halaman 1dari 103

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, INFLASI,

KECUKUPAN MODAL, TERHADAP PENYALURAN


KREDIT SERTA DAMPAKNYA PADA KEMAMPU
LABA-AN (STUDI KASUS PADA BANK BUMN DI
INDONESIA PERIODE 2015-2022)

DRAFT TESIS
Untuk memenuhi salah satu syarat sidang tesis
guna memperoleh gelar Magister Akuntansi
Oleh
Angga Nugeraha
218110001

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI,


INFLASI, KECUKUPAN MODAL,
TERHADAP PENYALURAN KREDIT SERTA
DAMPAKNYA PADA KEMAMPU LABA-AN
(STUDI KASUS PADA BANK BUMN DI
INDONESIA PERIODE 2015-2022)

DRAFT TESIS
Untuk memenuhi salah satu syarat sidang tesis
guna memperoleh gelar Magister Akuntansi

Bandung, Desember 2023


Mengetahui,
(Prof.DR.H.Atang Hermawan (DR. Ridwan M.,pd M.,Ak)
S.E.,M.Si.,Ak.,CSRS.,CSRA)
Pembimbing Satu Pembimbing Kedua

(Prof.DR.H.Atang Hermawan S.E.,M.Si.,Ak.,CSRS.,CSRA)


Ketua Program Studi Magister Akuntansi

ii
MOTTO

“Ilmu pengetahuan itu bukanlah yang dihafal,


melainkan yang memberi manfaat”.
( Imam asy-Syafi’i )

“Bukanlah ilmu yang semestinya mendatangimu,


tetapi kamulah yang seharusnya mendatangi ilmu itu”.
( Imam Malik )

iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya :
Nama : Angga Nugeraha
NPM : 218110001
Konsentrasi : Akuntansi Keuangan

menyatakan bahwa :
1. Karya tulis saya, Tesis ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (magister), baik di Universitas Pasundan
maupun perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma
yang berlaku.
Bandung, Desember 2020
Yang membuat pernyataan,
Materai
Rp 6.000,-
Angga Nugeraha
NPM : 218110001

iv
ABSTRAK

v
ABSTRACT

vi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahuwata’ala, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Kecukupan Modal, Terhadap Penyaluran
Kredit Serta Dampaknya Pada Kemampu Laba-an (Studi Kasus Pada Bank
BUMN Di Indonesia Periode 2015-2022) ini dengan baik.
Sholawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah
Muhammad Salallahualaihiwassalam yang telah mengantarkan manusia dari zaman
kegelapan ke zaman yang terang benderang ini.
Tesis ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar
Magister Akuntansi pada Fakultas Ekonomi di Universitas Pasundan. Selain itu,
tujuan dari penulisan tesis ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada
pembaca mengenai Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Kecukupan Modal,
Terhadap Penyaluran Kredit Serta Dampaknya Pada Kemampu Laba-an.
Selama penulisan tesis ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan tesis ini. Kepada kedua orang tua, ayahanda tercinta H.Sodikin dan ibunda
tersayang Rd. Hj. Siti Mir’at Murnasih, kepada bapak mertua tercinta DR. H. Mansur
Kartayasa S.H.,M.H., suami tercinta Arman Rahmat, dan anak-anakku tersayang
Hayfa Ghassani Rahmat, Thaffariq Azka Rahmat, Thariq Abizhar Rahmat, yang
semuanya telah memberikan dukungan, pengertian dan doa yang tidak henti-hentinya
kepada penulis. Kemudian terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada:
1. Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf Sp, M.Si.,M.Kom, Selaku Rektor Universitas
Pasundan Bandung.
2. Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi, M.Si Selaku Direktur Pascasarjana
Universitas Pasundan Bandung.

vii
3. DR.H.Atang Hermawan S.E.,M.Si.,Ak.,CSRS.,CSRA., Selaku Ketua
Magister Ilmu Akuntansi Universitas Pasundan Bandung dan Pembimbing
Pendamping yang telah memberikan waktu,ijin, arahan, serta bimbingannya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
4. Prof. DR.H.Azhar Affandi S.E.,M.Sc Selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan waktu, ijin, arahan, serta segala bimbingannya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
5. Prof.DR.H.Rully Indrawan,M.Si., Selaku Asdir I
6. DR.H.Heri Erlangga,S.Sos., M.Pd., Selaku asdir II
7. DR.H.T.Subarsyah,S.H.,M.H.,Sp-1., Selaku asdir III
8. DR.H.Sasa S..Suratman,S.E., M.Sc.,Ak.,C.A. Selaku Penelaah
9. DR.Ifa Ratifah,S.E.,M.Si.,Ak.,C.A. Selaku Penelaah
10. Bapak Dadan Soekardan, S.E.,M.Si., Ak., C.A. Selaku Sekretaris Prodi
Magister Akuntansi Universitas Pasundan yang telah memberikan dukungan.
11. Seluruh Staf Pengajar Program Pascasarjana Universitas Pasundan Bandung,
yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan yang berharga dan
bermanfaat selama menempuh kuliah di Program Magister Akuntansi
Universitas Pasundan Bandung.
12. Seluruh Staf Tata Usaha Program Magister Akuntansi Universitas Pasundan
Bandung, yang telah membantu dan memberi dukungan kepada penulis
selama ini.
13. Rekan-rekan Magister Akuntansi angkatan 2017/2018 Universitas Pasundan
serta sahabat-sahabat yang selalu mendukung, memberi masukan selama
penulisan tesis ini.
14. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu yang sudah
membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna karena adanya
keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, semua kritik dan

viii
saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati. Penulis
berharap, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Bandung, Desember 2023


Penulis

(Angga Nugeraha)

ix
DAFTAR ISI
PENGESAHAN ................................................................................................... ii
MOTTO ............................................................................................................... iii
PERNYATAAN ................................................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................... v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 7
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian............................................................. 8
1.4 Kegunaan Penelitian............................................................................ . 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka..................................................................................... . 10
2.1.1 Akuntansi ................................................................................. 10
2.1.2 Akuntansi Keuangan ................................................................ 11
2.1.3 Laporan Keuangan ...................................................................12
2.1.3.1 Pengertian Laporan Keuangan ......................................12
2.1.3.2 Analisis Laporan Keuangan ..........................................12
2.1.4 Bank ......................................................................................... 13
2.1.4.1 Pengertian Bank ........................................................... 13
2.1.4.2 Jenis-Jenis Bank ........................................................... 14
2.1.5 Kinerja Keuangan ..................................................................... 18
2.1.6 Rasio Keuangan ........................................................................ 20
2.1.6.1 Pengertian Rasio Keuangan .......................................... 20

x
2.1.6.2 Manfaat Analisis Rasio Keuangan ................................ 20
2.1.6.3 Jenis-Jenis Rasio Keuangan .......................................... 21
2.1.7 Kredit ....................................................................................... 24
2.1.7.1 Pengertian Kredit ......................................................... 24
2.1.7.2 Fungsi Kredit ............................................................... 25
2.1.7.3 Unsur-Unsur Kredit ..................................................... 26
2.1.7.4 Jenis-Jenis Kredit ......................................................... 27
2.1.7.5 Kualitas Kredit ............................................................. 34
2.1.7.6 Faktor Penyebab Kredit Bermasalah ............................ 35
2.1.7.7 Non Performing Loan .................................................. 35
2.1.7.8 Perhitungan Non Performing Loan (NPL) .................... 36
2.1.8 Tingkat Kesehatan Bank ........................................................... 37
2.1.8.1 Capital Adequacy Ratio (CAR) ....................................38
2.1.8.2 Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) ..............39
2.1.9 Net Interest Margin (NIM) ........................................................42
2.1.9.1 Perhitungan Net Interest Margin (NIM) ....................... 42
2.1.9.2 Kriteria Net Interest Margin (NIM) .............................. 43
2.2 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 44
2.3 Hipotesis ........................................................................................... 49
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian ................................................................................ 50
3.1.1 Non Performing Loan (NPL) .................................................... 50
3.1.2 Capital Adequacy Ratio (CAR) ................................................. 50
3.1.3 Net Interest Margin (NIM) ....................................................... 51
3.1.4 Penyaluran Kredit ..................................................................... 51
3.2 Metode Penelitian .............................................................................. 52
3.2.1 Jenis Penelitian dan Sumber Data.............................................. 52
3.2.2 Operasionalisasi Variabel .......................................................... 53

xi
3.2.3 Analisis Data ............................................................................ 55
3.2.3.1 Uji Asumsi Klasik ......................................................... 55
3.2.3.1.1 Uji Normalitas ................................................ 55
3.2.3.1.2 Uji Multikolinearitas ....................................... 56
3.2.3.1.3 Uji Heteroskedastisitas .................................... 57
3.2.3.1.4 Uji Autokorelasi..............................................58
3.2.3.1.5 Uji Koefisien Korelasi ..................................................59
3.2.3.1.6 Uji Koefisien Determinasi ...............................61
3.2.3.1.7 Analisis Regresi Linear Berganda ................... 61
3.2.4 Pengujian Hipotesis .................................................................. 62
3.2.4.1 Uji Parsial (Uji-t)........................................................... 62
3.2.4.2 Uji Simultan (Uji-F) ...................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 103
LAMPIRAN ....................................................................................................... 105

xii
DAFTAR TABEL

No Tabel Judul
Hal
1.1 Rata-Rata Rasio NPL, CAR, NIM Bank Umum........................ 6
2.1 Matriks Kriteria Peringkat Komponen NPL.............................. 37
2.2 Kriteria Penetapan Peringkat Permodalan (CAR)...................... 39
2.3 Bobot Risiko ATMR.................................................................. 40
2.4 Matriks Kriteria Peringkat Komponen NIM.............................. 44
2.5 Penelitian Terdahulu................................................................... 46
3.1 Daftar Kode Bank...................................................................... 52
3.2 Operasionalisasi Variabel............................................................ 53
3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi.................................................... 60

xiii
DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Hal ..................................................................... xiii


2.1 Kerangka Pemikiran........................................................ Error! Bookmark not defined.
2.2 Hipotesis........................................................................................................................ 80

xiv
15
16

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian


Suatu negara dipandang berhasil atau tidak dalam memecahkan permasalahan
ekonomi negaranya sendiri dapat dilihat dari ekonomi makro dan mikro negara
tersebut. Salah satu indikator ekonomi makro yang digunakan untuk
melihat/mengukur stabilitas perekonomian suatu negara adalah Pertumbuhan
ekonomi dan Tingkat inflasi. Perubahan dalam indikator ini akan berdampak terhadap
dinamika pertumbuhan ekonomi. Menurut Badan Pusat Statistik (2022). Salah satu
indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu
periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB), baik atas dasar harga
berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada dasarnya merupakan jumlah
nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau
merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit
ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran
dan struktur ekonomi, sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Perhitungan pertumbuhan ekonomi dapat
dihitung dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB), yaitu PDB berdasarkan harga
konstan.
Dalam perspektif ekonomi, inflasi merupakan fenomena moneter dalam suatu
negara dimana naik turunnya inflasi cenderung mengakibatkan terjadinya gejolak
ekonomi (Septiatin, Mawardi, Rizki, 2018). Perkembangan pertumbuhan ekonomi
dan Tingkat inflasi di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1.1 sebagai berikut.
17

Gambar 1.1 Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Inflasi (Dalam Persentase)


Sumber: Badan Pusat Statistika, (2023)

Gambar 1.1 menunjukkan bahwa Inflasi setiap tahunnya cenderung


mengalami penurunan, diikuti denga pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011-2012,
dan pada tahun 2015-2021. Pada tahun 2020 Inflasi dan pertumbuhan ekonomi
berada pada titik terendah yaitu dengan rata-rata 2,03% untuk inflasi dan sebesar
2,07% pada pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya, pada tahun 2022 Inflasi mengalami
kenaikan tertinggi dengn rata-rata 5,31%. Peningkatan inflasi secara relatif akan
mengakibatkan sinyal negatif bagi para investor. Dari sisi konsumen, inflasi yang
tinggi akan menyebabkan penurunan daya beli konsumen (masyarakat). Dari
perspektif perusahaan, inflasi dapat meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan.
Jika peningkatan biaya faktor produksi lebih tinggi daripada peningkatan harga yang
dapat dinikmati oleh perusahaan, profitabilitas perusahaan akan menurun.
18

Selanjutnya, kenaikan dan penurunan pertumbuhan ekonomi menyebabkan pengaruh


besar pada perusahaan, ketika terjadi pertumbuhan ekonomi berarti PDB rill akan
meningkat secara terus menerus disuatu wilayah dalam periode waktu tertentu. Saat
PDB meningkat hal ini menggambarkan bahwa kegiatan produksi di dalam negeri
juga meningkat. Ketika hal itu terjadi maka masyarakat sebagai pemilik faktor
produksi secara agregat akan mendapat pendapatan yang lebih besar. Adanya
peningkatan pendapatan yang besar menyebabkan banyak dana yang dapat disimpan
oleh masyarakat di bank. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya peningkatan dana
yang dihimpun oleh perbankan yang selanjutnya modal bank terpenuhi, Augita Mega
Maharani, (2021)
Saat ini Indonesia sudah memasuki era digital, dimana hampir mayoritas
kegiatan perekonomian dilakukan melalui media online. Salah satu lembaga yang
mendukung berkembangnya era digital ini adalah perbankan. Perbankan merupakan
mediator antar konsumen agar kegiatan bisnis dapat berjalan dengan lancar. Selain
sebagai mediator lalu lintas keuangan, Bank merupakan lembaga yang menghimpun
dana yang berasal dari masyarakat kemudian menyalurkan kembali dana tersebut
kepada masyarakat sebagai modal usaha dalam bentuk kredit. Menurut UU RI No 10
Tahun 1998 kegiatan utama Bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat (funding),
menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana dalam bentuk kredit
(lending), dan pelayanan (service). Dengan adanya penyaluran modal maka para
pelaku perekonomian dapat semakin mengembangkan usahanya sekaligus membuka
lapangan kerja untuk masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan
perekonomian suatu negara. Berikut adalah grafik perkembangan perbankan di
Indonesia tahun 2015-2022.
19

Gambar 1.2 Perkembangan Jumlah Bank di Indonesia


Sumber: Badan Pusat Statistika, (2023)

Pada Gambar 1.2 dapat diketahui bahwa perkembangan bank mengalami


pemurunan dari tahun 2015-2022, pertumbuhan sebuah bank sangat dipengaruhi oleh
dana yang terkumpul dari masyarakat. Sebagai lembaga keuangan, dana merupakan
hal yang sangat penting. Tanpa dana yang cukup bank tidak akan 2 menjalankan
fungsinya dengan baik. Oleh sebab itu pihak bank harus membuat berbagai strategi
agar dapat menarik minat masyarakat untuk menyimpan dananya di bank dalam
bentuk tabungan, giro, dan deposito sehingga dapat menambah modal bank untuk
pemberian kredit dan untuk menjaga kesehatan bank.
Di Indonesia terdapat tiga jenis bank yaitu Bank Umum, Bank Perkreditan
Rakyat, dan Bank Syariah. Bank Umum menurut Peraturan Bank Indonesia No
9/7/PBI/2007 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
20

dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. Jasa yang dimaksud disini bersifat umum yang berarti dapat
memberikan seluruh jasa perbankan. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menurut
UU BUMN Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa BUMN adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan langsung
yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Setelah terjadi krisis ekonomi,
yaitu pada awal tahun 2000 pemerintah melakukan restrukturisasi bank persero dari
tujuh Bank menjadi 4 bank yaitu BNI, Mandiri, BRI dan BTN. Bank BUMN saat ini
masih menjadi bank umum yang mayoritas diminati oleh masyarakat Indonesia
menjadi mediator dalam lalu lintas keuangan dikarenakan bank BUMN memiliki
rasio keuangan yang stabil dibandingkan bank yang lain.
Pada usaha bisnis perbankan, permasalahan kemodalan termasuk hal yang
krusial. Bank yang termasuk dalam katerogi sehat tentu punya taraf kecukupan modal
yang baik. Karena tingkat permodalan yang baik dibuktikan dengan rasio Capital
Adequacy Ratio (CAR). Faktor capital meliputi penilaian terhadap tingkat kecukupan
permodalan dan pengelolaan permodalan yang dimana pada penelitian ini akan
menggunakan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) yaitu rasio kecukupan modal
yang menunjukkan kemampuan perusahaan perbankan dalam penyediaan modal yang
digunakan untuk mengatasi potensi risiko kerugian. Menurut Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan (POJK) No. 11/POJK.03/2016 tentang Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) yaitu minimum 8%. Ketentuan CAR
pada prinsipnya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku standar CAR secara
Internasional yaitu oleh standar Bank for International Settlement (BIS). Semakin
tinggi nilai rasio CAR maka menandakan bahwa kemampuan bank yang semakin
baik dalam menghadapi risiko potensi kerugian.
Kecukupan Modal memungkinkan bank untuk memperluas penyaluran kredit,
neraca perusahaan, dan memperkuatkan fundamental yang ada (Pathak, 2014).
Menurut Öhman & Yazdanfar (2018), Kecukupan Modal berpengaruh positif secara
signifikan terhadap penyaluran kredit karena semakin tingginya Kecukupan Modal
21

yang berhasil dihimpun oleh Bank Umum, hal tersebut mampu memberikan
tambahan modal bagi Bank Umum dalam menyalurkan kreditnya. Pernyataan ini
didukung oleh Osei-Assibey dan Asenso (2015), yang menyebutkan bahwa
Kecukupan Modal yang tinggi akan meningkatkan penyaluran kredit perbankan,
namun dapat menjadi image yang buruk bagi beberapa peminjam karena Kecukupan
Modal yang tinggi mengindikasikan Risiko Kredit yang tinggi sebagai upaya untuk
manajemen risiko likuiditas. Namun, Harmayati dan Rahayu (2019) berpendapat
bahwa Kecukupan Modal tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit karena
Kecukupan Modal lebih digunakan untuk menyediakan dana dalam keperluan
pengembangan usaha dan menampung resiko kerugian dana yang diakibatkan oleh
kegiatan operasional bank. Pernyataan ini didukung oleh Elbadry (2018) yang
berpendapat bahwa, Kecukupan Modal berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan
penyaluran kredit karena perusahaan harus memanfaatkan asetnya sebagai kegiatan
operasional.
Kredit menurut Undang Undang No 7 tahun 1992 yaitu penyediaan uang atau
tagihan-tagihan yang dapat dipersamakan, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain. Pertumbuhan kredit pada Bank
Umum terjadi peningkatan, namun pertumbuhan ini tidak berbanding lurus dengan
kondisi perekonomian yang semakin menurun jika dilihat dari banyaknya usaha yang
gulung tikar. Hal ini disebabkan karena lesunya perekonomian domestik yang
berimbas terhadap penurunan daya beli masyarakat. Kondisi ini menyebabkan Bank
semakin berhati-hati dalam mengucurkan dana kepada masyarakat karena ditakutkan
masyarakat tidak mampu melunasi pinjaman ke Bank yang pada akhirnya akan
berdampak terhadap likuiditas Bank tersebut.
Penyaluran kredit yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kerapuhan bank
jika tidak dilakukan pengawasan terhadap resiko kredit. Salah satu risiko dalam
pemberian kredit adalah kemungkinan gagal bayarnya debitur pada saat kredit jatuh
tempo. Bank harus dapat menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan
kebijakan yang diambil, terutama dalam kebijakan penyaluran kredit. Kebijakan
22

kredit adalah kebijakan yang dilakukan oleh suatu bank dalam menyalurkan sejumlah
dana ke masyarakat dengan mempertimbangkan kelayakan pihak penerima kredit.
Krisis perekonomian yang terjadi pada tahun 1997-1998 menjadi pelajaran bagi
perbankan di Indonesia, dikarenakan krisis yang dialami pada tahun tersebut
membuat stabilitas kinerja perbankan menurun, khususnya dalam bidang pemberian
kredit, sehingga menimbulkan ketidakpercayaan atau rush pada masyakat untuk
menarik dananya yang ada di bank.
Jika suatu bank mengalami kondisi peningkatan pemberian kredit, maka risiko
kredit macet akan meningkat. Jika peningkatan risiko ini tidak diikuti dengan
peningkatan perolehan pendapatan, maka sumber dana yang akan disalurkan kembali
kepada masyarakat akan mengalami penurunan. Tetapi jika kondisi sebaliknya
dimana jumlah penyaluran kredit mengalami penurunan, maka pendapatan bunga
menurun dan kredit macet pun mengalami penurunan. Hal ini akan mempengaruhi
perkembangan modal bank yang kemudian akan mempengaruhi jumlah sumber dana
yang akan disalurkan kembali kepada masyarakat.
Kredit yang diberikan oleh bank mencakup kredit modal kerja, kredit
konsumen, kredit investasi, kredit sindikasi, kredit karyawan, dan kredit program
pemerintah. Beberapa faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit perbankan terdiri
dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal seperti kondisi
perekonomian tidak bisa diprediksi oleh perusahaan, dikarenakan faktor tersebut
berasal dari tingkat pertumbuhan ekonomi global. Sedangkan untuk faktor internal
antara lain Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Net
Interest Margin (NIM).
Kredit merupakan salah satu sumber utama pendapatan dan keuntungan bank.
Di sisi lain kredit dapat menjadi suatu masalah bagi perbankan dimana nasabah tidak
sanggup membayar kewajibannya kepada bank sesuai dengan perjanjian sehingga
kredit tersebut macet atau yang biasa disebut Non Performing Loan (NPL). NPL
merupakan salah satu indikator kesehatan aset suatu bank yang dapat berupa rasio
keuangan pokok yang mampu memberikan informasi penilaian atas kondisi
23

permodalan, rentabilitas, risiko kredit, risiko pasar, serta likuiditas. Rasio ini
menujukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang
diberikan oleh bank. Artinya, semakin tinggi rasio maka semakin buruk kualitas
kredit bank yang disebabkan oleh kerugian tingkat pengembalian kredit macet
(Widaningsih, 2010:19).
Pada periode 2011-2014 NPL bank umum mengalami penurunan, tetapi di
tahun 2015-2019 mengalami peningkatan. Menurut Hariyani (2010) semakin tinggi
NPL menunjukkan bahwa kualitas kredit bank semakin buruk dan menyebabkan
jumlah kredit bermasalah semakin besar, sehingga akan membuat bank akan
membatasi penyaluran kreditnya. Namun ternyata pada periode tersebut jumlah
penyaluran kredit kepada masyarakat semakin meningkat.
Berdasarkan ikhtisar kinerja keuangan terjadi Capital Adequacy Ratio bank
umum konvensional mengalami kenaikan dari tahun 2011-2019, namun di tahun
2018 mengalami penurunan dan tahun 2019 kembali mengalami kenaikan.
Kenaikan ini menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun penyediaan modal minimum
bank umum semakin membaik, yang berarti bahwa bank memiliki modal yang cukup
untuk menunjang kebutuhannya dan menanggung risiko yang ditimbulkan dari
kegiatan operasional termasuk risiko kredit.

Tabel 1.1 Rata-Rata Rasio NPL, CAR, NIM Bank Umum di Indonesia (Dalam
Persentase)
Rasio Tahun
(%) 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
NPL 2.17 2.03 1.77 2.16 2.49 2.93 2.59 2.37 2.53
CAR 16.05 17.43 18.13 19.57 21.39 22.93 23.18 22.97 23.40
NIM 5.91 5.49 4.89 4.23 5.39 5.63 5.32 5.14 4.91
Kredit 2,200, 2,725,6 3,319,8 3,706,5 4,092,1 4,413,4 4,781,9 5,358,0 5,683,7
(dlm 094 74 42 01 04 14 31 12 37
milyar
Rp)
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia - Vol. 18, No. 4, Maret 2023
24

Dari data statistik Bank Umum diatas dapat dilihat bahwa Non Performing
Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Net Interest Margin (NIM)
bergerak secara fluktuatif, namun jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan terus
meningkat dan tidak mengalami penurunan. Hal inilah yang mendorong peneliti
untuk membatasi faktor-faktor penelitian pada Non Performing Loan (NPL), Capital
Adequacy Ratio (CAR), dan Net Interest Margin (NIM).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan seberapa besar
pengaruhnya dari masing-masing faktor tersebut terhadap penyaluran kredit pada
Bank BUMN. Penulis memilih Bank BUMN dikarenakan Bank BUMN berperan
menjadi stabilitator perekonomian yang tujuan utamanya adalah untuk
mensejahterakan masyarakat dan mampu menjadi penengah dalam masalah
perekonomian di Indonesia. Sesuai dengan pembahasan yang akan dilakukan, maka
judul yang dipilih yaitu Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Kecukupan
Modal, Terhadap Penyaluran Kredit Serta Dampaknya Pada Kemampu Laba-
an (Studi Kasus Pada Bank Umum Milik Negara di Indonesia Periode 2015-
2022) .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, masalah yang


akan dibahas pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana Pertumbuhan Ekonomi pada Bank BUMN di Indonesia ?
2. Bagaimana Inflasi pada Bank BUMN di Indonesia ?
3. Bagaimana Kecukupan Modal pada Bank BUMN di Indonesia ?
4. Bagaimana Penyaluran Kredit pada Bank BUMN di Indonesia ?
5. Bagaimana Kemampu Laba-an pada Bank BUMN di Indonesia ?
6. Seberapa besar pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penyaluran Kredit
pada Bank BUMN di Indonesia ?
25

7. Seberapa besar pengaruh Inflasi terhadap Penyaluran Kredit pada Bank BUMN
di Indonesia ?
8. Seberapa besar pengaruh Kecukupan Modal terhadap Penyaluran Kredit pada
Bank BUMN di Indonesia ?
9. Seberapa besar pengaruh Penyaluran Kredit terhadap Kemampu Laba-an pada
Bank BUMN di Indonesia ?
10. Seberapa besar pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan kecukupan modal
terhadap penyaluran kredit pada Bank BUMN di Indonesia ?
11. Seberapa besar pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan kecukupan modal
terhadap penyaluran kredit serta dampaknya pada Kemampu Laba-an Bank
BUMN di Indonesia ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan


penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis:
1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi pada Bank BUMN di Indonesia ?
2. Perkembangan Inflasi pada Bank BUMN di Indonesia ?
3. Perkembangan Kecukupan Modal pada Bank BUMN di Indonesia ?
4. Perkembangan Penyaluran Kredit pada Bank BUMN di Indonesia ?
5. Perkembangan Kemampu Laba-an pada Bank BUMN di Indonesia ?
6. Seberapa besar pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penyaluran Kredit
pada Bank BUMN di Indonesia ?
7. Seberapa besar pengaruh Inflasi terhadap Penyaluran Kredit pada Bank
BUMN di Indonesia ?
8. Seberapa besar pengaruh Kecukupan Modal terhadap Penyaluran Kredit pada
Bank BUMN di Indonesia ?
9. Seberapa besar pengaruh Penyaluran Kredit terhadap Kemampu Laba-an pada
Bank BUMN di Indonesia ?
26

10. Seberapa besar pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan kecukupan


modal terhadap penyaluran kredit pada Bank BUMN di Indonesia ?
11. Seberapa besar pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan kecukupan
modal terhadap penyaluran kredit serta dampaknya pada Kemampu Laba-an
Bank BUMN di Indonesia ?

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat


dimanfaatkan oleh :
1. Akademisi dan peneliti selanjutnya, untuk memberikan informasi tambahan dan
memperluas wawasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran
kredit pada Bank BUMN.
2. Perusahaan, sebagai tambahan informasi dan masukan serta untuk lebih
memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pemberian kredit,
agar likuiditas ,profitabilitas bank tetap terjaga bahkan meningkat.
27

BAB II KAJIAN PUSTAKA,


KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Akuntansi

2.1.1 Pengertian Akuntansi

Menurut Kieso, et al. (2016:2) pengertian akuntansi adalah:


“Accounting consist of the three basic activities - it identifies, records, and
communicates the economic events of an organization to interest users. A
company identifies the economic events relevant to its business and then
records those events in order to provide a history of financial activities.
Recording consists of keeping a systematic, chronological diary of events,
measured in dollar and cents. Finally, communicates the collected
information to interest user by means accounting reports are called financial
statement”.
Dari penjelasan diatas dapat diartikan bahwa Akuntansi terdiri dari tiga
kegiatan dasar yaitu identifikasi, pencatatan, dan mengkomunikasikan kejadian
ekonomi kepada pihak yang berkepentingan. Perusahaan mengidentifikasi kejadian
ekonomi tersebut yang sesuai dengan kegiatan usahanya dan mencatat kejadian
tersebut untuk menyediakan catatan kegiatan keuangan. Pencatatan dilakukan secara
sistematis, kronologis setiap kejadian, dalam satuan mata uang. Pada akhirnya
kumpulan informasi tersebut dikomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan
dalam bentuk laporan akuntansi atau dikenal dengan laporan keuangan.
Sedangkan menurut Hans Kartikahadi, dkk. (2016:3) pengertian akuntansi
adalah : “Akuntansi adalah suatu sistem informasi keuangan, yang bertujuan untuk
menghasilkan dan melaporkan informasi yang relevan bagi berbagai pihak yang
berkepentingan”.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah
proses identifikasi, pencatatan, dan pengkomunikasian hasil akhir yang berupa
28

laporan keuangan yang mencerminkan kondisi perusahaan kepada pihak yang


berkepentingan.

2.1.2 Akuntansi Keuangan

Akuntansi keuangan menurut PSAK No. 1 (Revisi 2015):


“Akuntansi keuangan adalah akuntansi yang mempunyai tujuan: 1.
Memberikan informasi dan data keuangan yang dapat membantu para
pengguna laporan keuangan untuk memprediksi potensi perusahaan dalam
mendapatkan laba di masa yang akan datang; 2. Memberikan informasi
keuangan mengenai kewajiban, modal, dan sumber ekonomi perusahaan
secara handal dan dapat dipercaya; 3. Memberikan informasi yang berkaitan
tentang perubahan-perubahan yang ada pada sumber ekonomi dan kewajiban
perusahaan; serta 4. Menyampaikan informasi lain yang relevan dengan
laporan keuangan untuk digunakan oleh pihak-pihak pengguna laporan
keuangan”.

Pengertian akuntansi keuangan menurut Kieso (2011:2) dalam Emil Salim:

“akuntansi keuangan merupakan sebuah proses yang berakhir pada


pembuatan laporan keuangan menyangkut perusahaan secara keseluruhan
untuk digunakan baik oleh pihak-pihak internal maupun pihak eksternal”.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi keuangan


merupakan proses menyampaikan mengenai informasi keuangan perusahaan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan baik pihak internal maupun eksternal sebagai bahan
evaluasi untuk masa yang akan datang.

2.1.3 Laporan Keuangan

2.1.3.1 Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Kieso, Weygandt and Warfield (2011:5) pengertian laporan


keuangan adalah:
29

“Financial statement are the principal means through which a company


communicate it’s financial information to those outside it. The statement
provide a company history quantified in money terms.”

Pengertian laporan keuangan menurut Irham Fahmi (2015:2), adalah:


“Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi
keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan
sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut.”

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan


merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang memberikan informasi mengenai
gambaran kinerja perusahaan bagi pihak yang berkepentingan. Pihak yang
berkepentingan akan menggunakan informasi tersebut untuk mengambil keputusan
strategis.

2.1.3.2 Analisis Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2013:66), analisis laporan keuangan merupakan “kegiatan


yang dilakukan setelah laporan keuangan disusun berdasarkan data yang relevan,
serta dilakukan dengan prosedur akuntansi dan penilaian yang benar, akan terlihat
kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya”.
Menurut Mamduh Hanafi dan Abdul Halim (2016:5), pengertian analisis
laporan keuangan yaitu: “analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada
dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat
resiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan”.
Menurut Harahap (2013:190), analisis laporan keuangan adalah:

“menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih


kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang
mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain, baik antara data
kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui
kondisi keuangan lebih dalam, yang sangat penting dalam proses
menghasilkan keputusan yang tepat”.
30

Menurut beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan


keuangan digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan serta sebagai bahan
pertimbangan untuk menyusun rencana perusahaan di masa yang akan datang melalui
analisis rasio keuangan.

2.1.4 Bank

2.1.4.1 Pengertian Bank

Bank menurut Kasmir (2013:3) diartikan sebagai :


“lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta
memberikan jasa – jasa bank lainnya.”

Sedangkan pengertian perbankan menurut Herman Darmawi (2011:1) adalah :


“segala sesuatu yang menyangkut Bank,mencakup kelembagaan, kegiatan usaha,
serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.”
Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 mengenai perbankan,
dijelaskan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan usaha
bank adalah menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana dan
menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan dalam
bentuk kredit.

2.1.4.2 Jenis-jenis Bank

Menurut Kasmir (2014 : 31) perbankan dapat ditinjau dari berbagai segi
antara lain:
31

1. Dilihat dari Segi Fungsinya.


Berdasarkan Undang-Undang No.10 tahun 1998 bank terdiri dari 2
jenis Perbankan jika dari segi fungsinya terdiri dari :
a. Bank Umum
Bank umum adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan
adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.
Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah.
Bank umum sering disebut bank komersil (Commercial Bank).
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Maksudnya kegiatan Bank Perkreditan Rakyat
jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan di Bank Umum.
Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat hanya meliputi kegiatan penghimpunan
dan penyaluran dana saja, sedangkan kegiatan bank umum dapat memberikan
seluruh jasa perbankan yang ada, begitu juga dengan wilayah operasinya
dapat dilakukan di seluruh wilayah.

2. Di lihat dari Segi Kepemilikanya


Ditinjau dari segi kepemilikannya maksudnya adalah siapa saja yang
memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan
penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dilihat
dari segi kepemilikan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Bank milik pemerintah
Akta maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh
keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Salah satu contohnya:
32

Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI),
dan Bank Tabungan Negara (BTN).
b. Bank milik swasta nasional
Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta
nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula
pembagian keuntungan untuk keuntungan swasta pula. Contoh bank swasta
nasional antara lain: Bank Central Asia (BCA), Bank Danamon.
c. Bank milik koperasi
Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang
berbadan hukum koperasi. Sebagai contoh: Bank Koperasi Indonesia
(Bukopin)
d. Bank Milik Asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri,
baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Contoh bank asing yaitu
Deutsche Bank
e. Bank milik campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan
pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang
oleh warga negara Indonesia. Contoh bank campuran yaitu Mitsubishi Buana
Bank.

3. Dilihat dari Segi Status


Dilihat dari kemampuannya dalam melayani masyarakat, maka bank
umum dapat dibagi kedalam dua macam. Pembagian ini berdasarkan
kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau status bank ini
menunjukan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari
segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya. Dilihat dari
statusnya, dibagi menjadi :
a. Bank Devisa
33

Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri


atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya
transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri, traveller ceque, pembukaan dan
pembayaran Letter Of Credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk
menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.
b. Bank Non Devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan
transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi
seperti halnya Bank Devisa.

4. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga Jenis bank dalam dua kelompok, yaitu :
a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional
Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para
nasabahnya, Bank yang berdasarkan prinsip konvensional mengunakan
metode, yaitu :
1) Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti
giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk
pinjamanya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga
tertentu. Penentuan harga ini disebut dengan istilah spread based.
Apabila suku bunga simpanan lebih tinggi dari suku bunga pinjaman
maka dikenal dengan nama negative spread, hal ini telah terjadi di
akhir tahun 1998 dan sepanjang tahun 1999.
2) Untuk jasa-jasa Bank lainnya pihak perbankan barat mengunakan atau
menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau presentase
tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based.
b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah
Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan
hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau
pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.
34

2.1.5 Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan menurut Fahmi (2012:2) yaitu


“gambaran tentang keberhasilan perusahaan berupa hasil yang telah dicapai
berkat berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Kinerja keuangan merupakan
suatu analisis untuk menilai sejauh mana suatu perusahaan telah
melaksanakan aktivitas sesuai aturan-aturan pelaksanaan keuangan.”

Tujuan pengukuran kinerja keuangan perusahaan menurut Munawir (2012:31)


yaitu:
1. Mengetahui tingkat likuiditas yang menunjukkan kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.
2. Mengetahui tingkat solvabilitas yang menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek dan jangka panjang jika
perusahaan dilikuidasi.
3. Mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas yang menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada periode tertentu.
4. Mengetahui tingkat stabilitas yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menjalankan usahanya dengan stabil yang diukur dengan
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang dan
beban bunga atas utang tepat pada waktunya.
Untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan menurut Fahmi (2011:2)
ada beberapa tahap yaitu :
1. Melakukan review terhadap data laporan keuangan.
Review disini dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang sudah
dibuat tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umum
dalam dunia akuntansi, sehingga dengan demikian hasil laporan keuangan
tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
2. Melakukan perhitungan
35

Penerapan metode perhitungan di sini adalah disesuaikan dengan kondisi dan


permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil dari perhitungan tersebut
akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan.
3. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh. Dari
hasil hitungan yang sudah diperoleh tersebut kemudian dilakukan
perbandingan dengan hasil hitungan dari berbagai perusahaan lain. Metode
yang paling umum dipergunakan untuk melakukan perbandingan ini ada dua,
yaitu :
a. Time series analysis, yaitu membandingkan secara antar waktu atau
periode, dengan tujuan itu nantinya akan terlihat secara grafik.
b. Cross sectional approach, yaitu melakukan perbandingan terhadap hasil
hitungan rasio-rasio yang telah dilakukan antara satu perusahaan dan
perusahaan lainnya dalam ruang lingkup yang sejenis yang dilakukan
secara bersamaan.
Dari hasil penggunaan kedua metode ini diharapkan nantinya akan dapat
dibuat satu kesimpulan yang menyatakan posisi perusahaan tersebut berada dalam
kondisi sangat baik, baik, sedang/normal, tidak baik, dan sangat tidak baik.
4. Melakukan penafsiran (interpretasi) terhadap berbagai permasalahan yang
ditemukan. Pada tahap ini analisis melihat kinerja keuangan perusahaan
adalah setelah dilakukan ketiga tahap tersebut selanjutnya dilakukan
penafsiran untuk melihat apa-apa saja permasalahan dan kendala-kendala
yang dialami perusahaan tersebut.
5. Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap berbagai
permasalahan yang ditemukan. Pada tahap terakhir ini setelah ditemukan
berbagai permasalahan yang dihadapi maka dicarikan solusi guna
memberikan suatu input atau masukan agar apa yang menjadi kendala dan
hambatan selama ini dapat terselesaikan.
36

2.1.6 Rasio Keuangan

2.1.6.1 Pengertian Rasio Keuangan

Rasio keuangan menurut Kasmir (2012:104) :


“merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan
keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya.
Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen
dalam satu laporan keuangan atau antarkomponen yang ada di antara laporan
keuangan.”

Sedangkan menurut Irham Fahmi (2012:107) dikatakan bahwa :


“Rasio keuangan atau financial ratio ini sangat penting gunanya untuk
melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Bagi investor
jangka pendek dan menengah pada umumnya lebih banyak tertarik kepada
kondisi keuangan jangka pendek dan kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen yang memadai. Informasi tersebut dapat diketahui dengan
cara lebih sederhana yaitu dengan menghitung rasio keuangan yang sesuai
dengan keinginan.”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan merupakan


suatu perhitungan secara matematis yang dapat dilakukan dengan cara
membandingkan beberapa komponen dalam laporan keuangan yang saling
berhubungan yang ditujukan untuk menilai suatu perubahan kondisi keuangan dalam
suatu perusahaan.

2.1.6.2 Manfaat Analisis Rasio Keuangan

Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh dengan menghitung rasio


keuangan. Manfaat menghitung rasio keuangan menurut Fahmi (2011:47) yaitu :
a. Alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan;
b. Bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat
perencanaan;
c. Dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan
dari perspektif keuangan;
37

d. Bermanfaat bagi para kreditur dapat digunakan untuk memperkirakan


potensi resiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan
kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman;
e. Dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stockholder organisasi.

2.1.6.3 Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Menurut Rudianto (2013:191), bentuk-bentuk rasio keuangan adalah sebagai


berikut:
1. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
2. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
3. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)
4. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
Sedangkan Menurut Kasmir (2014:106) jenis-jenis rasio keuangan adalah
sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas (Liquiditiy Ratio)
2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)
3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
4. Rasio Rentabilitas/profitabilitas (Profitability Ratio)
5. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)
6. Rasio penilaian (Valuation Ratio).
Menurut Harahap (2010:301) beberapa rasio yang sering digunakan adalah:
1. Rasio Likuiditas
Menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya.
2. Rasio Solvabilitas
Menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan
dilikuidasi
38

3. Rasio Rentabilitas/Profitabilitas
Menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui
semua kemampuan dan sumber yang ada.
4. Rasio Leverage
Menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal
maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh
utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh
modal.
5. Rasio Aktivitas
Menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam
menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan
kegiatan lainnya.
6. Rasio Pertumbuhan (Growth)
Menggambarkan persentase pertumbuhan pos-pos perusahaan dari
tahun ke tahun.
7. Penilaian Pasar (Market Based Ratio)
Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunakan
di pasar modal yang menggambarkan situasi/keadaan prestasi perusahaan di
pasar modal.
8. Rasio Produktivitas.
Rasio ini menunjukkan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatan
yang dinilai, misalnya rasio karyawan atas penjualan, rasio biaya per
karyawan.”
Berdasarkan beberapa kutipan diatas, ada beberapa rasio keuangan yaitu :
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan suatu
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu
menggunakan aktiva lancar. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar
kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah berubah menjadi kas yang
39

meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan. Rasio likuiditas meliputi:


rasio lancar (current ratio), rasio cepat (quick or acid ratio) dan rasio kas
(cash ratio).
2. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif
perusahaan menggunakan sumber daya dalam menunjang aktivitas
perusahaan. Rasio ini menunjukkan bagaimana sumber daya dimanfaatkan
secara optimal. Tingkat efisiensi perusahaan dalam suatu industri dapat
diketahui dengan membandingkan rasio aktivitas perusahaan dengan rasio
standar industri. Rasio aktivitas meliputi: perputaran piutang (receivable
turnover), perputaran persediaan (inventory turnover), perputaran aktiva tetap
(fixed asset turnover) dan perputaran total aktiva (total assets turnover).
3. Rasio Leverage (Leverage Ratio)
Rasio leverage sering disebut rasio solvabilitas. Rasio leverage adalah
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar
seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjangnya. Rasio
leverage meliputi: debt to total asset atau debt ratio (DAR), debt to equity
ratio (DER), time interest earned ratio, fixed charge coverage, dan long term
debt to equity ratio.
4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset dan modal
saham tertentu atau mengukur seberapa efektif pengelolaan perusahaan
sehingga menghasilkan keuntungan. Rasio profitabilitas meliputi: gross profit
margin, net profit margin, return on asset (ROA), dan return on equity (ROE).
5. Rasio Pasar
Rasio pasar adalah rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap
nilai buku. Rasio ini lebih didasarkan sudut investor atau calon investor.
40

Rasio pasar meliputi Price Earning Ratio (PER), pembayaran dividen


(dividen payout), dan dividen yield.

2.1.7 Pertumbuhan Ekonomi

2.1.7.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian jangka panjang


dan menjadi kenyataan yang selalu dialami oleh suatu bangsa. Ditinjau dari sudut
ekonomi, perkembangan ekonomi menimbulkan dua efek penting, yaitu
kemakmuran atau taraf hidup masyarakat meningkat dan penciptaan kesempatan
kerja baru karena semakin bertambahnya jumlah penduduk. Ada beberapa bebera
definisi mengenai pertumbuhan ekonomi. Sukirno (2013) berpendapat bahwa
pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang
berlaku di suatu negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang industri,
perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi
sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal. Untuk memberikan suatu
gambaran kasar mengenai pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara, ukuran
yang selalu digunakan adalah tingkat pertumbuhan pendapatan nasional riil yang
dicapai (Sukirno, 2011: 423).
Pertumbuhan ekonomi juga dapat didefinisikan sebagai kenaikan jangka
panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis
barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan
kemajuan teknologinya dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukan
(Jinghan, 2012: 57).Sedangkan Menurut Arsyad (2010) Pertumbuhan ekonomi yaitu
kenaikan Gross Domestik Bruto (GDP) dan Gross National Bruto (GNP) tanpa
memandang kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan
penduduk, dan terjadi perbaikan struktur ekonomi atau sistem kelembagaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan
pendapatan nasional riil atau produk domestik bruto dalam jangka panjang yang
41

menyebabkan barang dan jasayang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan


kemakmuran masyarakat meningkat. Arsyad (2010) mengemukakan ada lima teori
mengenai pertumbuhan ekonomi yaitu:
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang secara sistematis yaitu
pengembangan-pengembangan hak milik, spesialisasi, pembagian kerja merupakan
faktor yang terjalin dalam proses pertumbuhan ekonomi secara historis dan laju
perkembangan perekonomian masyakatakan bergerak dari masyarakat tradisional
menuju masyarakat kapitalis. Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik ada
empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk,
jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat
teknologi yang digunakan.
2. Teori Pertumbuhan Rostow
Teori pertumbuhan ekonomi Rostow berdasarkan pengalamannya
pembangunan membagi proses pembangunan ekonomi suatu negara menjadi lima
tahapan :
a. Tahap ekonomi tradisional
b. Tahap ekonomi pra tinggal landas
c. Tahap tinggal landas
d. Tahap menuju kedewasaan
e. Tahap konsumsi masyarakat tinggi
3. Teori Pertumbuhan Neo Klasik
Model pertumbuhan Neo klasik berpegang pada skala hasil yang terus
berkurang dari input tenaga kerja, modal, dan kemajuan teknologi ditetapkan sebagai
faktor residu untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan tinggi
rendahnya pertumbuhan itu sendiri
4. Teori Pertumbuhan Endogen Model
Pertumbuhan ini menjelaskan keanehan aliran modal internasional yang
memperparah ketimpangan antara negara maju dan negara berkembang. Teori ini
42

mencoba mengidentifikasi dan menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi proses


pertumbuhan ekonomi yang berasal dari dalam sistem ekonomi itu sendiri. Faktor-
faktor utama penyebab terjadinya perbedaan tingkat pendapatan perkapita antar
negara adalah karena adanya perbedaan fiskal, modal insan, dan infrastruktur.
5. Teori Pertumbuhan Mahzab Keynesian
Setiap perekonomian dapat menyisihkan sejumlah proporsi tertentu dari
pendapatan nasionalnya untuk mengganti barang– barang modal. Menurut Harrod
Domar, untuk dapat meningkatkan laju perekonomian diperlukan investasi sebagai
tambahan stok modal

2.1.7.2 Faktor-faktor yang menentukan Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sukirno (2013:429), faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan


ekonomi yaitu:
1. Tanah dan kekayaan alam lainnya
Kekayaan alam akan mempermudah usaha untuk mengembangkan
perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa permulaan dari proses
pertumbuhan ekonomi. Apabila negara tersebut mempunyai kekayaan alam
yang dapat diusahakan dengan menguntungkan, hambatan yang baru saja
dijelaskan akan dapat diatasi dan pertumbuhan ekonomi dipercepat.
2. Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja
Penduduk yang bertambah akan mendorong jumlah tenaga kerja dan
penambahan tersebut memungkinkan negara itu menambah produksi. Di
samping itu sebagai akibat pendidikan,latihan dan pengalaman kerja,
keterampilan penduduk akan selalu bertambah tinggi.
3. Barang-barang modal dan tingkat teknologi
Pada masa kini pertumbuhan ekonomi dunia telah mencapai tingkat
yang lebih tinggi, yaitu jauh lebih modern daripada kemajuan yang dicapai
43

oleh suatu masyarakat yang masih belum berkembang. Barang-barang modal


yang sangat banyak jumlahnya, dan teknologi yang telah menjadi bertambah
modernmemegang peranan yang penting sekali dalam mewujudkan kemajuan
ekonomi yang tinggi.
4. Sistem sosial dan sikap masyarakat
Di dalam menganalisis mengenai masalah-masalah pembangunan di
negara-negara berkembang ahli-ahli ekonomi telah menunjukkan bahwa
sistem sosial dan sikap masyarakat dapat menjadi penghambat yang serius
kepada pembangunan. Sikap masyarakat juga dapat menentukan sampai
dimana pertumbuhan ekonomi dapat dicapai. Apabila di dalam masyarakat
terdapat beberapa keadaan dalam sistem sosial dan sikap masyarakat yang
sangat menghambat pertumbuhan ekonomi, pemerintah haruslah berusaha
untuk menghapuskan hambatan-hambatan tersebut.

2.1.7.3 Indikator Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan jika pendapatan riil


masyarakat (dalam arti tidak dipengaruhi perubahan harga) pada tahun tertentu lebih
besar daripada pendapatan riil masyarakat pada tahun sebelum nya. Baeti (2013)
menjelaskan ada tiga indikator dalam mengukur pertumbuhan ekonomi yaitu:
1. Tingkat penghidupan masyarakat
Maksudnya adalah peningkatan konsumsi potensial saat sekarang bila
dibanding dengan tingkat konsumsi di masa lampau
2. Sumber-sumber produksi
Sumber produksi yang ada dan dapat dipertahankan serta
dimanfaatkan lebih efisien atau bahkan dapat ditemukan sumber-sumber
produksi baru
3. Tingkat pendapatan nasional
44

Adalah peningkatan pendapatan nasional sekarang bila dibandingkan


dengan pendapatan nasional sebelumnya.
Untuk melihat pertumbuhan ekonomi pada periode 2015-2022. Pertumbuhan
ekonomi dapat dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

Keterangan:
PE : Pertumbuhan Ekonomi
PDBt : PDB tahun t
PDBt-1 : PDB tahun sebelumnya (t-1)

2.1.8 Inflasi

2.1.8.1 Pengertian Inflasi

Inflasi secara umum didefinisikan sebagai kenaikan harga secara umum dan
terus menerus.Kenaikan musimanpun, seperti kenaikan hargadari satu atau dua jenis
barang saja yang tidak berdampak bagi kenaikan harga barang lain tidak bisa disebut
dengan inflasi. Ada beberapa pendapat yang mendefinisikan inflasi. Menurut
Sukirno (2013:165) pengertian inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang
bersifat umum dan terusmenerus”. Sedangkan menurut Julius (2011:22) menyatakan
bahwa pengertian inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik
secara terus menerus”. Menurut Latumaerissa (2011:22) inflasi ialah kecenderungan
dari hargaharga untuk naik secara terus menerus. Selain terjadi secara terus menerus,
kenaikan harga bisa disebut dengan inflasi apabila kenaikan harga tersebut
mencakup keseluruhan jenis barang.
Sementara itu Bank Indonesia memberikan pengertian Inflasi yaitu
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan dari satu atau
dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
45

mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut
deflasi (Badan Pusat Statistik,2022).

2.1.8.2 Jenis-jenis Inflasi

Inflasi merupakan kecenderungan meningkatnya harga barang dan jasa


secara umum dan terus menerus. Menurut Natsir (2014: 261), ada beberapa m jenis
inflasi yaitu:
1. Inflasi secara umum. Inflasi IHK atau inflasi umum (headline inflation)
adalah inflasi seluruh barang dan jasa yang dimonitor harganya secara
periodic.
2. Inflasi inti (core inflation) adalah inflasi barang dan jasa yang perkembangan
harganya dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum faktor-
faktor fundamental yang akan berdampak pada perbahan hargaharga secara
umum yang sifatnya cenderung permanen dan persisten.
3. Inflasi harga administrasi (administered price inflation) adalah inflasi yang
harganya diatur oleh pemerintah terjadi karena campur tangan (diatur)
pemerintah, misalnya kenaikan harga BBM, angkutan dalam kota dan
kenaikan tarif tol.
4. Inflasi gejolak barang-barang (volatile goods inflation) adalah inflasi
kelompok komoditas (barang dan jasa) yang perkembangan harganya sangan
bergejolak. Misalnya, bahan makanan yang bergejolak terjadi pada kelompok
bahan makanan yang dipengaruhi faktor-faktor teknis, misalnya gagal panan,
gangguan alam atau anolai cuaca.
5. Inflasi berdasarkan asalnya, terdiri dari.
a) Inflasi yang berasal dari dalam negeri adalah inflasi barang dan jasa
secara umum di dalam negeri
b) Inflasi yang berasal dari manca negara adalah inflasi barang dan jasa
(barang dan jasa yang diimpor) secara umum di luar negeri.
46

6. Inflasi berdasarkan cakupan pengaruhnya, terdiri dari


a) Inflasi tertutup (closed inflation) adalah inflasi yang terjadi hanya
berkaitan dengan satu atau beberapa barang tertentu
b) Inflasi terbuka (open inflation) adalah inflasi yang terjadi pada semua
barang dan jasa secara umum.
7. Inflasi berdasarkan sifatnya
a) Inflasi merayap (creeping inlation) adalah inflasi yang rendah dan
berjalan lambat dengan presentase yang relatif kecil serta dalam
waktu yang relatif lama
b) Inflasi menengah (galloping inflation) adalah inflasi yang ditandai
dengan kenaikan harga yang cukup besar dan seringkali berlangsung
dala periode waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat
ekselerasi
c) Inflasi tinggi (hiper inflasi) adalah inflasi yang paling parah ditandai
dengan kenaikan harga mencapai 5 atau 6 kali, pada saat ini nilai
uang merosot tajam.
8. Inflasi berdasarkan tingkat pengaruhnya
a) Inflasi ringan adalah inflasi yang besarnya <10% per tahun
b) Inflasi sedang adalah inflasi yang besarnya antara 10%-30% per tahun
c) Inflasi berat adalah inflasi yang besarnya antara 30%-100% per tahun
d) Inflasi hiper adalah yang besarnya >100%per tahun
9. Inflasi berdasarkan periode
a) Inflasi tahunan (year on year), yaitu mengukur IHK periode bulan ini
terhadap IHK di periode bualn yang sama di tahun sebelumnya
b) Inflasi bulanan (month to mounth), mengukur IHK bulan ini terhadap
IHK bulan sebelumnya
c) Inflasi kalender atau (year to date), mengukur IHK bulan ini terhadap
IHK awal tahun”.
47

2.1.8.3 Penyebab Terjadinya Inflasi

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi, jika didasarkan


pada sebab-sebab awalnya.
a) Inflasi yang timbul dikarenakan permintaan masyarakat yang kuat,
kenaikan harga produk akhir mendahului kenaikan harga input yang
disebut dengan demand pull inflation.
b) Inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi, sebaliknya
dari demand pull inflation, harga input mendahului kenaikan harga
produk akhir (Wahyu& Natsir, 2013).
Pada umumnya, inflasi yang terjadi diberbagai negara di dunia ialah
kombinasi dari kedua macam inflasi tersebut dan sering kali keduanya memperkuat
satu sama lain. Jika didasarkan pada asas inflasi yang dibedakan menjadi domestic
inflation dan imported inflation, domestic inflation ialah inflasi yang berasal dari
dalam negeri, sedangkan imported inflation ialah inflasi yang berasal dari luar negeri.
Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul misalnya karena defisit anggaran
belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panen yang gagal, dsb. Inflasi
yang berasal dari luar negeri ialah iflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga di
luar negeri atau di negara-negara langganan berdagang negara kita (Latumaerissa,
2011). Menurut Natsir (2014:255) faktor-faktor utama yang menyebabkan inflasi
yaitu, inflasi dapat disebabkan baik dari sisi permintaan, sisi penawaran maupun
ekspektasi. Yaitu:
1. Demand full inflastion
Inflasi karena permintaan, terjadi akibat adanya permintaan total yang
berlebihan di mana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditaskenaikan biaya-
biaya produksi atau biaya pengadaan barang dan Inflasi karena tarikan permintaan
2. Cost pust inflation
48

Inflasi karena dorongan biaya, faktor jasa akibatnya, produsen harus


menaikan harga supaya pendapatan keuntungan (laba) dan kegiatan produksi bisa
berlanjut terus dalam jangka panajang (sustainable)
3. Inflasi karena ekspektasi
Ekspektasi inflasi sangat berpengaruh dalam pembentukan harga dan upah
tenaga kerja. Jika para pelaku ekonomi, baik individu, dunia usaha berfikir bahwa
laju inflasi pada periode lalu masih akan terjadi di masa yang akan datang, maka
para pelaku ekonomi akan melakukan antisipasi untuk meminimalkan kerugian yang
mungkin timbul. Para pekalu usaha akan memperhitungkan biaya produksi dengan
kenaikan tingkat harga seperti pada waktu yang lalu.

2.1.8.4 Indikator Inflasi

Menurut Bank Indonesia (2017), mengemukakan bahwa Indikator yang


sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen
(IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukan pergerakan harga dari
paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. BPS akan memonitor
perkambangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota,
di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.
Sedangkan, menurut Latumaerissa (2011) indikator inflasi antara lain. Indeks
Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga perdagangan besar dari suatu komoditas
ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan
pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas
suatu komoditas. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan
pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam
suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar
harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.
Tingkat inflasi digunakan untuk menggambarkan perubahan-perubahan
harga–harga yang berlaku dari satu periode ke periode lainnya. Untuk
49

menentukannya perlu diperhatikan data indeks harga konsumen dari satu periode
tertentu dan seterusnya dibandingkan dengan indeks harga pada periode sebelumnya.
Menurut Suharyadi dan Purwanto, (2003:152), rumus yang dipakai untuk
menentukan laju inflasi adalah, sebagai berikut;

π = (IHKt - IHKt-1)/IHKt-1
Keterangan:

π : Laju Inflasi
IHKt : Indeks harga konsumen periode ke t
IHKt-1 : Indeks harga konsumen periode ke t-1 (periode lalu)
( Sumber: Helmi Fauza, 2020)

2.1.9 Kecukupan Modal

2.1.9.1 Pengertian Kecukupan Modal

Modal merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi sebuah perusahaan.
Begitu juga dengan bank, dimana dengan modal digunakan untuk menjaga bank dari
kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dari pergerakan aktiva bank yang
sebagian berasal dari pinjaman pihak ketiga. Menurut Hasibuan (2006: 61), secara
umum mengemukakan bahwa modal sendiri bank adalah sejumlah uang tunai yang
telah disetorkan pemilik dan sumber-sumber lainnya yang berasal dari dalam bank
itu sendiri yang mana terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Permodalan
menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan
kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengawasi dan mengontrol
risiko-risiko yang timbul dan dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank
(Prastiyaningtyas, 2010).
Kecukupan modal merupakan regulasi suatu perusahaan perbankan yang
disepakati oleh perusahaan dalam penanganan permodalan yang mereka miliki. CAR
merupakan rasio pemodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam
50

menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko


kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank (Ali, 2004).
Apabila bank memiliki modal yang cukup maka operasional bank dapat
berjalan dengan lancar sehingga pada saat-saat kritis bank tetap berada pada posisi
yang aman dengan adanya cadangan modal.

2.1.9.1 Pengukuran Kecukupan Modal

Indikator yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal adalah dengan


Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa
besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung unsur risiko (kredit, penyertaan,
surat berharga, tagihan pada bank lain) yang ikut dibiayai dari modal sendiri
disamping memperoleh dana-dana dari sumber diluar bank (Rahmi Rajuna, 2018).
CAR (Capital Adequacy Ratio) atau KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum) pada bank syariah diatur dalam peraturan Bank Indonesia
No.13/24/DPNP, 2011. Posisi modal bank menjadi jaminan bagi masyarakat yang
berniat menyimpan dananya di perbankan, sehingga dengan adanya setoran modal
dari pemegang saham maka masyarakat akan percaya untuk menyetor dananya.
Bank Indonesia mensyaratkan perhitungan permodalan bank dengan menggunakan
Capital Adequacy Ratio (CAR). Menurut Surat Edaran Bank Indonesia
No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011, rasio CAR dapat dirumuskan sebagai
perbandingan antara modal bank terhadap aktiva tertimbang menurut risiko Secara
sistematis dapat ditulis: Bank Indonesia menetapkan kebijaksanaan bagi setiap Bank
untuk memenuhi CAR minimal 8%, jika kurang dari 8% maka akan dikenakan
sanksi oleh Bank Indonesia.
CAR = Modal sendiri X 100%
ATMR
51

2.1.10 Kredit

2.1.10.1 Pengertian Kredit

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan


uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak meminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga. Menurut Kasmir (2010:71) kata kredit berasal dari kata credere yang berarti
kepercayaan, maksudnya ialah apabila seseorang memperoleh kredit berarti mereka
telah memperoleh kepercayaan. Sementara itu, bagi si pemberi kredit (kreditur)
memberikan kredit artinya memberi kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang
dipinjamkan pasti kembali. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
kredit adalah pemberian kepercayaan terhadap seseorang yang diukur menggunakan
satuan uang.
2.1.10.2 Fungsi Kredit

Menurut Kasmir (2012:115) menyatakan selain memiliki tujuan pemberian


suatu fasilitas kredit, ada beberapa fungsi lain yaitu :
1. Untuk meningkatkan daya guna uang
Maksudnya jika uang hanya disimpan saja di rumah tidak akan menghasilkan
sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna
untuk menghasilkan barang atau jasa oleh penerima kredit. Kemudian juga dapat
memberikan penghasilan tambahan kepada pemilik dana.
2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Dalam hal ini uang yang diberikan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah
lainnya, sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit,
maka daerah tersebut akan memperoleh tanbahan uang dari daerah lainnya.
3. Sebagai alat stabilitas ekononomi
52

Pemberian kredit dapat dikatakan sebagai alat stabilitas ekonomi, karena


dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan
oleh masyarakat.
4. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama
dalam hal meningkatkan pendapatan.

2.1.10.3 Unsur-unsur Kredit

Unsur-unsur kredit menurut Ismail (2010) yaitu :


1) Kreditur
Kreditur merupakan pihak yang memberikan kredit kepada pihak lain yang
mendapat pinjaman. Pihak tersebut dapat perorangan atau badan usaha.
2) Debitur
Debitur merupakan pihak yang membutuhkan dana, atau pihak yang
mendapat pinjaman dari bank.
3) Kepercayaan
Kreditur memberikan kepercayaan kepada debitur, bahwa debitur akan
memenuhi kewajibannya untuk membayar pinjamannya sesuai dengan jangka
waktu yang telah disepakati.
4) Perjanjian
Perjanjian merupakan suatu kesepakatan yang dilakukan antara kreditur
(pihak pemberi pinjaman) dengan debitur (pihak yang mendapat pinjaman).
5) Risiko Setiap dana yang disalurkan oleh bank bisa memiliki risiko yaitu
berupa dana yang tidak bisa dikembalikan tepat waktu atau bahkan dana yang
tidak bisa kembalikan sama sekali. Risiko adalah kemungkinan kerugian yang
timbul atas penyaluran kredit bank.
6) Jangka waktu
53

Jangka waktu merupakan lamanya waktu yang diperlukan oleh debitur untuk
membayar pinjamannya kepada kreditur.
7) Balas Jasa
Balas jasa adalah imbalan atas dana yang disalurkan oleh kreditur, dimana
debitur akan membayar sejumlah uang tertentu sesuai dengan perjanjian.
Imbalan ini dikenal dengan sebutan bunga bank bagi bank konvensional, dan
bagi hasil untuk bank syariah.

2.1.10.4 Jenis-Jenis Kredit

Menurut Kasmir (2012:119), dalam praktiknya jenis kredit dilihat dari


berbagai segi dapat diklasifikasikan antara lain :
1. Kredit dilihat dari Segi Kegunaan
Dilihat dari segi kegunaannya, kredit dibagi menjadi :
a. Kredit Investasi
Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya
digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek baru
atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk
membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Masa pemakaiannya untuk
suatu periode yang relatif lebih lama dan dibutuhkan modal yang relatif
besar pula.
b. Kredit Modal Kerja
Kredit Modal Kerja merupakan kredit yang digunakan untuk
keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh
kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji
pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi
perusahaan.
2. Kredit dilihat dari Segi Jangka Waktu
Dilihat dari jangka waktunya kredit dibagi menjadi :
54

a. Kredit jangka pendek (short term loan) Yaitu kredit yang berjangka
waktu maksimal 1 (satu) tahun. Biasanya kredit jangka pendek ini
cocok untuk membiayai kebutuhan modal kerja.
b. Kredit jangka menengah (medium term loan) Yaitu kredit yang
berjangka waktu antara 1 (satu) sampai dengan 3 (tiga) tahun.
Biasanya kredit jangka menengah ini dapat berupa kredit modal kerja
atau kredit investasi yang relatif tidak terlalu besar jumlahnya.
c. Kredit jangka panjang (long term loan) Kredit jangka panjang yaitu
kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 (tiga) tahun. Kredit macam
ini biasanya cocok untuk kredit investasi.
3. Kredit dilihat dari Segi Tujuan
Dilihat dari tujuannya kredit dibagi menjadi :
a. Kredit Produktif. Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau
produksi/investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang
atau jasa. Sebagai contoh kredit untuk membangun pabrik yang
nantinya akan menghasilkan barang dan kredit akan menghasilkan
produk pertanian, kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang
atau kredit industri menghasilkan barang industri.
b. Kredit Konsumtif. Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara
pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang
dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh
seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit perumahan, kredit
mobil pribadi, kredit perabot rumah tangga, dan kredit konsumtif
lainnya.
c. Kredit Perdagangan. Merupakan kredit yang diberikan kepada
pedagang dan digunakan untuk membiayai aktivitas perdagangannya
seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya
diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini
sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang
55

akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya
kredit ekspor dan impor.
4. Kredit dilihat dari Segi Sektor Usaha
Menurut sektor ekonominya, kredit ini terdiri dari :
a. Kredit untuk sektor pertanian. Yaitu kredit dengan tujuan produktif
dalam rangka meningkatkan hasil di sektor pertanian, baik berupa
kredit investasi maupun modal kerja. Sektor pertanian disini termasuk
pula pengertian untuk: perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan,
perburuan binatang dan sarana-sarananya.
b. Kredit untuk sektor pertambangan. Yaitu kredit untuk membiayai
usaha-usaha penggalian dan pengumpulan bahanbahan tambang dalam
bentuk padat, cair dan gas yang meliputi minyak dan gas bumi, bijih
logam, batu bara dan barang-barang tambang lainnya.
c. Kredit untuk sektor perindustrian/manufacturing. Yaitu kredit yang
berkenaan dengan usaha atau kegiatan-kegiatan mengubah bentuk
(transformasi), meningkatkan faedah dalam bentuk pengolahan-
pengolahan baik secara mekanik maupun secara kimiawi dari satu
bahan menjadi barang baru yang dikerjakan dengan mesin, tenaga
manusia dan lain-lain.
d. Kredit untuk sektor listrik, gas dan air. Yaitu kredit yang diberikan
untuk pembiayaan usaha-usaha pengadaan dan distribusi listrik, gas
dan air, baik untuk rumah tangga, industri maupun untuk tujuan
komersil.
e. Kredit untuk sektor kontruksi. Yaitu kredit-kredit yang diberikan
kepada para kontraktor untuk keperluan pembangunan dan perbaikan
gedung, rumah, pasar, jalan raya, jalan kereta api, pelabuhan, lapangan
udara, proyek irigasi, jembatan dan lain sebagainya.
f. Kredit untuk sektor perdagangan, restoran dan hotel. Yaitu kredit
untuk membiayai usaha-usaha perdagangan, baik perdagangan eceran,
56

tengkulak, distribusi, eksportir dan importir. Sektor ini meliputi pula


usaha rumah makan, penginapan, hotel dan pariwisata.
g. Kredit untuk sektor pengangkutan, pergudangan dan komunikasi.
Yaitu kredit baik investasi maupun modal kerja untuk tujuan
pengangkutan umum, baik angkutan darat, sungai, laut dan udara. Ke
dalam sektor ini termasuk pula birobiro perjalanan, pariwisata,
pergudangan dan komunikasi yang meliputi pos, telepon, internet dan
satelit.
h. Kredit untuk sektor jasa-jasa dunia usaha. Yaitu kredit yang diberikan
untuk pembiayaan sektor-sektor real estate, profesi/advokat/pengacara,
notaris, akuntan, insinyur, leasing company (yaitu usahausaha sewa
beli barang-barang modal), lembaga keuangan bukan bank, asuransi
dan sebagainya.
i. Kredit sektor jasa-jasa sosial masyarakat. Yaitu kredit yang diberikan
untuk membiayai kegiatan-kegiatan di bidang kesenian dan
kebudayaan (film, distribusi film, gedung-gedung pertunjukan) serta
jasa-jasa pengarang, pelukis, musikus,dsb. Termasuk ke dalam sektor
ini ialah kegiatankegiatan jasa-jasa seperti kedokteran, rumah sakit,
poliklinik, pendidikan, bengkelbengkel serta reparasi.
j. Kredit untuk sektor lain-lain. Yaitu kredit yang diberikan untuk
membiayai sektor-sektor yang tidak termasuk tersebut di atas.
Misalnya kredit untuk tujuan-tujuan konsumtif.
5. Kredit dilihat dari Segi Jaminan
Jenis kredit ini terdiri dari :
a. Kredit tidak memakai jaminan (Unsecured Loan), merupakan kredit
yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis
ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas
atau nama baik calon debitur selama berhubungan dengan bank atau
pihak lain.
57

b. Kredit dengan memakai jaminan/agunan (Secured Loan), merupakan


kredit yang diberikan dengan suatu jaminan. Jaminan tersebut dapat
berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang.
Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi minimal senilai
jaminan atau untuk kredit tertentu jaminan harus melebihi jumlah
kredit yang diajukan calon debitur.
6. Kredit dilihat dari Segi Kualitas
Kredit bank menurut kualitasnya didasarkan atas risiko kemungkinan terhadap
kondisi dan kepatuhan nasabah dalam memenuhi kewajiban-kewajiban untuk
membayar untuk membayar bunga, mengangsur serta melunasi pinjamannya kepada
bank. Dengan dasar tersebut maka kualitas kredit dapat ditetapkan berdasarkan
klasifikasi atau kolektabilitasnya. Kolektabilitas kredit menurut SK DIR. BI no.
30/267/Kep/DIR/1998 adalah sebagai berikut:
1. Kredit Lancar (Pass)
Kredit digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria diantaranya :
a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu;
b. Memiliki mutasi rekening yang aktif;
c. Bagian dari kredit yng dijamin dengan jaminan tunai (cash collateral).
2. Perhatian Khusus (Special Mention)
Kredit yang digolongkan ke dalam kredit dalam perhatian khusus apabila
memenuhi kriteria diantaranya :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum
melampaui sembilan puluh hari;
b. Kadang-kadang terjadi cerukan;
c. Mutasi rekening relatif aktif;
d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan;
e. Didukung oleh pinjaman baru.
3. Kurang Lancar (Substandard)
58

Kredit yang digolongkan ke dalam kurang lancar ini apabila memenuhi


kriteria antara
lain :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui 90 hari;
b. Sering terjadi cerukan;
c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah;
d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90
hari;
e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur;
f. Dokumentasi pinjaman yang lemah.
g. Diragukan (Doubtful)
Kredit digolongkan kedalam kredit diragukan apabila memenuhi kriteria
antara lain terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang melampaui 180
hari, terjadi cerukan yang bersifat permanen, terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari.
terjadi kapitalisasi bunga, dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian
kredit atau pun pengikatan jaminan.
4. Macet (Loss)
Kredit digolongkan kedalam kredit macet apabila memenuhi kriteria
diantaranya :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang melampaui
270 hari;
b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru;
c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan
pada nilai wajar.
59

2.1.10.5 Kualitas Kredit

Menurut Rivai (2013:211) yang menjadi unsur utama dalam menentukan


kualitas kredit adalah waktu pembayaran bunga, pembayaran angsuran, maupun
pelunasan pokok pinjaman. Kualitas kredit berdasarkan waktu pembayarannya dibagi
menjadi :
a) Kredit lancar (Pass), dengan kriteria antara lain :
1. Pembayaran angsuran pokok dan atau bunga tepat waktu.
2. Memiliki mutasi rekening yang aktif.
3. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash
collateral)
b) Perhatian khusus (Special Mention), dengan kriteria antara lain :
1. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang belum
dibayar melampaui 90 hari.
2. Kadang-kadang terjadi cerukan.
3. Mutasi rekening relatif aktif.
4. Jarang terjadi

2.1.10.6 Faktor Penyebab Kredit Bermasalah

Menurut Kasmir (2014:169) kemacetan suatu fasilitas kredit disebabkan


oleh 2 faktor yaitu:
1) Pihak perbankan (kreditur) Dalam hal ini pihak analisis kredit kurang teliti dalam
mengecek kebenaran dan keaslian dokumen maupun salah dalam melakukan
perhitungan dengan rasio-rasio yang ada. Selain itu dapat terjadi juga akibat
kolusi dari pihak analisis kredit dengan pihak debitur sehingga analisa datanya
tidak objektif.
2) Pihak debitur Kemacetan kredit yang disebabkan oleh debitur diakibatkan 2 hal
yaitu:
60

a) Adanya unsur kesengajaan. Artinya debitur sengaja tidak mau


membayar kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan
dengan sendirinya macet.
b) Adanya unsur tidak sengaja. Artinya debitur memiliki kemauan untuk
membayar tetapi tidak mampu dikarenakan usaha yang dibiayai
terkena musibah (force major).
2.1.10.7 Non Performing Loan (NPL)

Pengertian Non Performing Loan (NPL) menurut Kasmir (2013:155) adalah:


“Kredit bermasalah atau kredit macet adalah kredit yang didalamnya
terdapat hambatan yang disebabkan oleh 2 unsur yakni dari pihak
perbankan dalam menganalisis maupun dari pihak nasabah yang dengan
sengaja atau tidak sengaja dalam kewajibannya tidak melakukan
pembayaran”.

Julius R. Latumerissa (2014: 164) menjelaskan mengenai Non Performing


Loan (NPL) merupakan salah satu indikator tingkat kesehatan bank umum. Sebab
tingginya NPL menunjukkan ketidakmampuan bank umum dalam proses penilaian
sampai dengan pencairan kredit kepada debitur, di sisi lain NPL juga menyebabkan
tingginya biaya modal (cost of capital) yang tercermin dari biaya operasional dari
bagi bank umum yang bersangkutan. Dengan tingginya biaya modal akan
berpengaruh terhadap perolehan laba bersih dari bank.

2.1.10.8 Perhitungan Non Performing Loan (NPL)

Menurut Herman Darmawi (2011:16) perhitungan Non Performing Loan


(NPL) adalah sebagai berikut:

Kredit Bermasalah
NPL = x 100%
Total Kredit
Sumber : Herman Darmawi (2011:16)
61

Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 15/2/PBI/2013 tanggal 25 Juni 2015


tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum Konvensional
menyatakan bahwa rasio kredit bermasalah (non performing loan) secara neto lebih
dari 5% (lima persen) dari total kredit maka bank dinilai memiliki potensi kesulitan
yang membahayakan kelangsungan usahanya.
Kriteria penilaian berdasarkan peringkat komponen NPL dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2.1 Matriks Kriteria Peringkat Komponen NPL
NPL Nilai Risiko Predikat Risiko
≤ 10% 1 Sangat Baik
10% < NPL ≤ 15% 2 Baik
15% < NPL ≤ 20% 3 Cukup
20% < NPL ≤ 25% 4 Tidak Baik
25% < NPL 5 Sangat Tidak Baik
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No 13/24/DPNP tahun 2011

2.1.11 Kemampu Laba-an

Kemampulabaan merupakan hasil akhir dari berbagai kebijakan dan


keputusan manajemen. Rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang
efektivitas manajemen perusahaan, rasio ini memberi gambaran tentang tingkat
efektivitas pengelolaan perusahaan (Adawiyah, 2006:93). Bagi perusahaan pada
umumnya masalah kemampulabaan adalah lebih penting daripada masalah laba,
karena laba belum merupakan suatu ukuran bahwa suatu perusahaan telah bekerja
secara efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang
diperoleh dengan modal atau kekayaan yang digunakan untuk menghasilkan laba
tersebut, atau dengan kata lain menghitung rentabilitas atau kemampulabaannya.
Dengan demikian maka yang harus diperhatikan oleh perusahaan ialah bukan hanya
bagaimana usaha untuk memperbesar laba, tetapi yang lebih penting ialah usaha
untuk mempertinggi rentabilitas atau kemampulabaannya. Kalkulasi profitabilitas
berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan yang
62

baik yang berasal dari kegiatan operasional bank yang bersangkutan maupun
kegiatan non operasional. Riyanto (1997:27) mengemukakan pengertian
kemampulabaan sebagai pembanding antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut atau kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan
laba selama periode tertentu.

2.11.1.1 Net Interest Margin (NIM)

Menurut Fianto (2012:83) Net Interest Margin adalah rasio


rentabilitas yang menunjukkan perbandingan antara pendapatan bunga bersih
dengan rata-rata aktiva produktif yang dimiliki oleh bank, rasio ini
menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva
produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih.

2.11.1.2 Perhitungan Net Interest Margin (NIM)

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI) No 06/23/DPNP


tanggal 31 Mei 2004 rasio NIM dihitung menggunakan rumus berikut :

NIM = (Pendapatan Bunga Bersih/ Rata-rata Aktiva Produktif) X 100%

Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga yang


diterima dari pinjaman yang diberikan dikurangi dengan biaya bunga dari
sumber dana pihak ketiga.

Menurut Sudirman (2013:115) pengertian aktiva produktif adalah :

“Aktiva produktif merupakan penggunaan atau penyaluran dana berupa


kredit, penanaman dana bank seperti pembelian saham atau obligasi, dan
penempatan dana bank seperti menyimpan di bank lain sehingga
mendatangkan penghasilan bagi bank tersebut. Oleh karena itu, setiap bank
wajib menjaga kualitas aktivnya dengan baik dan produktifitas yang tinggi
atas penggunaan/penyaluran, penanaman dan penempatan dana bank”.
63

Sedangkan menurut Mahmoeddin (2010:18), aktiva produktif dapat


diklasifikasikan sebagai aktiva yang menghasilkan, yaitu: Kredit yang
diberikan; Surat berharga; Penempatan dana pada bank lain; Penyertaan;
dan Tagihan lainnya.

2.1.11.2 Kriteria Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang dapat menunjukkan


kemampuan manajemen suatu bank dalam mengelola aset produktif yang
dimiliki untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Semakin besar rasio
Net Interest Margin (NIM) maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas
aset produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan bank dalam kondisi
bermasalah semakin kecil. Standar yang ditetapkan untuk rasio Net Interest
Margin (NIM) menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal
31 Mei 2004 adalah lebih dari 3%. Adapun kriteria penilaian peringkat
komponen Net Interest Margin (NIM) dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.4 Matriks Kriteria Peringkat Komponen NIM


NIM Peringkat Predikat
NIM > 3% 1 Sangat Sehat
2% < NIM ≤ 3% 2 Sehat
1,5% < NIM ≤ 2% 3 Cukup Sehat
1% < NIM ≤ 1,5% 4 Kurang Sehat
NIM ≤ 1% 5 Tidak Sehat
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penyaluran Kredit

Lingkungan makroekonomi memiliki pengaruh yang cukup kuat


terhadap sektor perbankan. Menurut Festic & Beko (2008), setiap tekanan
dari faktor makroekonomi merupakan sumber risiko sistemik yang
64

memengaruhi kinerja sektor perbankan yang dinyatakan sebagai risiko NPL


terhadap total kredit. Fluktuasi dari kegiatan perekonomian (GDP riil) yang
saling bergantian antara masa depresi dan masa kemakmuran. Menurut Utari,
et al. (2012) pada masa ekspansi ekonomi terjadi peningkatan permintaan
agregat yang akan menyebabkan peningkatan pada pertumbuhan kredit
perbankan dan tingkat leverage perekonomian. Pada umumnya peningkatan
hal tersebut akan diiringi dengan meningkatnya harga aset, profitabilitas
perusahaan serta ekspektasi konsumen. Peningkatan permintaan agregat yang
melebihi kapasitas perekonomian menjadi alasan dibalik meningkatnya
kerentanan terhadap risiko makroekonomi yang disebabkan oleh peningkatan
leverage perusahaan dan rumah tangga. Kerentanan tersebut pada akhirnya
akan menimbulkan tekanan overheating. Peningkatan konsumsi dan impor
yang didorong oleh kredit perbankan akan meningkatkan defisit current
account, apabila kondisi ini berlangsung terus menerus akan memicu
berkurangnya aliran modal masuk sehingga dapat memengaruhi kondisi
keuangan dan sektor perbankan (Utari, et al., 2012).

Quangliariello (2007) yang menemukan bahwa kondisi performa


makroekonomi yang menurun dapat meningkatkan risiko terjadinya NPL.
Bukti empiris untuk Indonesia dengan data kuartalan selama tahun 1989-
1994 menunjukkan adanya hubungan kausalitas satu arah antara kinerja
ekonomi dengan kredit perbankan (Kuncoro, 2011). Penelitian yang
dilakukan oleh Bofondi & Ropele (2011) terhadap perbankan Itali
menemukan hasil bahwa perubahan kondisi makroekonomi umumnya
memengaruhi kualitas kredit.

2.2.2 Hubungan antara Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit

Inflasi dapat diartikan sebagai proses kenaikan harga-harga suatu


barang secara terus menerus. Dengan demikian inflasi merupakan suatu
65

kondisi yang menyebabkan harga barang menjadi naik dan jumlah uang
berada banyak sehingga nilai uang menjadi turun dan kemampuan
masyarakat dalam membeli barang atau jasa juga ikut menurun. Namun
sebagian bank dalam menjalankan kegiatan operasional sebagai lembaga
mediasi keuangan bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat di bidang
perbankan, maka ada sebagian bank memperhatikan perubahan tingkat inflasi
yang terjadi sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan kebijakan
penyalurkan kredit kepada debitur. Hasil penelitian Barus dan Erick (2016),
Dwihandayani (2017), dan Syahid (2016) memberikan bukti empiris bahwa
Inflasi memiliki pengaruh terhadap Non Performing Loan. Berdasarkan
uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

2.2.3 Hubungan antara Kecukupan Modal Terhadap Penyaluran Kredit

Capital Adequacy Ratio merupakan rasio kecukupan modal yang


menunjukkan kemampuan perbankan dalam menyediakan dana yang
digunakan untuk mengatasi kemungkinan risiko kerugian. Rasio ini penting
karena dengan menjaga CAR pada batas aman (minimal 8%), yang berarti
juga melindungi nasabah dan menjaga stabilitas sistem keuangan secara
keseluruhan. Semakin besar nilai CAR mencerminkan kemampuan
perbankan yang semakin baik dalam menghadapi kemungkinan risiko
kerugian. Hasil penelitian Barus dan Erick (2016), Anwar & Sunaenah,
(2016), dan Kusuma & Haryanto, (2016) memberikan bukti empiris bahwa
Capital Adequacy Ratio memiliki pengaruh terhadap Non Performing Loan,
hal ini dinyatakan bahwa semakin naik nilai CAR maka NPL akan semakin
menurun dan sebaliknya. Turunnya NPL diakibatkan oleh semakin naiknya
kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau
aktiva produktif yang berisiko. Kenaikkan kemampuan bank tersebut, dipicu
oleh naiknya modal bank sendiri dan sumbersumber lain dari luar bank
66

seperti meningkatnya dana dari masyarakat, pinjaman dan lain-lain.


Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut

2.2.4 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Kecukupan


Modal Terhadap Penyaluran Kredit.

Jolevska & Andovski (2014) mengemukakan bahwa kondisi


perekonomian menjadi faktor yang menenukan tingkat NPL di suatu negara.
Lebih lanjut mengenai NPL, berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan data dari 16 bank dari negara Tunisia periode waktu tahun
2003-2012 disimpulkan bahwa NPL yang terjadi di perbankan banyak
dipengaruhi oleh variabel makroekonomi, variabel makroekonomi tersebut
terdiri dari GDP, inflasi, dan tingkat suku bunga (Abid, et al., 2014).

Dalam penelitian Nuramalia Hasanah dan Yona Priantina (2017),


dapat diketahui bahwa BI rate, Inflasi dan CAR berpengaruh secara simultan
terhadap penyaluran kredit UMKM. Dapat dilihat dari perhitungan nilai
signifikansi dari uji F yaitu 0.0000 (nilai signifikansinya <0.05). Penelitian
ini menunjukkan bahwa variabel independen berpengaruh signifikan terhadap
penyaluran kredit UMKM. Hasil koofesien determinasi dari nilai adjusted R2
value dari dependen variabel yaitu is 0.811087. Ini artinya,dalam penelitian
ini 81,1% dari penyaluran kredit dengan variabel independennya yaitu BI rate,
Inflasi dan CAR. Variabel lain yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian
ini adalah 19,9 %. BI Rate berpengaruh terhadap penyaluran kredit karena
penentuan tingkat suku bunga pinjaman atas dasar BI Rate dimana jika suku
bunga pinjaman tinggi maka biaya-biaya yang harus dibayar oleh sektor
UMKM juga semakin besar sehingga kredit UMKM yang disalurkan tidak
bersifat material bagi bank. Inflasi berpengaruh terhadap penyaluran kredit
UMKM karena inflasi yang terjadi masih terkendali dimana sektor UMKM
67

masih bersedia meminjam ke bank sehingga bank masih dapat menyalurkan


kredit UMKM -nya.

2.2.5 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Kecukupan


Modal Terhadap Penyaluran Kredit serta dampaknya pada Kemampu
Labaan

Penelitian yang dilakukan oleh Dwitya Yulia Ramandhana, dkk (2018)


yang berjudul Pengaruh Inflasi, BI Rate, Pertumbuhan Ekonomi, Non
Performing Loan (NPL) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) secara simultan
berdasarkan hasil tabel 16, dengan tingkat keyakinan 95% dan tingkat
kesalaha sebesar 5% diperoleh nilai Sig. 0,000. Oleh karena nilai Sig. kurang
dari α = 0,05 (0,000 ≤ 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat
disimpulkan bahwa Inflasi, BI Rate, Pertumbuhan Ekonomi, Non Performing
Loan (NPL) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap penyaluran Kredit
Usaha Rakyat (KUR) pada bank umum di Indonesia Pengaruh Inflasi, Suku
Bunga BI Rate, Pertumbuhan Ekonomi, Non Performing Loan (NPL) dan
Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Penyaluran Kredit Usaha Rakyat
(KUR) pada Bank Umum di Indonesia Periode 2013-2017 berpengaruh
positif dan signifikan.

Selanjutnya, Penyaluran kredit adalah bisnis utama bank sebagai


penentu terbesar bank dalam menghasilkan laba. Semakin besar tingkat
kredit yang disalurkan maka semakin besar potensi labayang didapatkan,
namun disisi yang lain semakin besar kredit yang disalukan oleh bank juga
akanmeningkatkan risikonya yaitu risiko berupa risiko tidak lancarnya
pembayaran kredit sesuai kesepakatan oleh para nasabahnya (debitur).
Adanya kredit bermasalah akan berakibat padakerugian bank karena dana
yang disalurkan oleh bank dalam bentuk pinjaman kepada nasabahnyatidak
kembali baik pinjaman pokok maupun bunganya sehingga profitabilitas bank
68

akan menurunbahkan merugi (Sukirno, 2020). Kredit bermasalah dalam


istilah perbankan dikenal denganistilahNon Performing Loan (NPL).
Semakin tinggi rasio ini maka menunjukkan semakin buruk kualitaskredit
bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar dan oleh
sebab itubankharus menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya
sehingga berpengaruh terhadappenurunan laba yang diperoleh bank (Kasmir,
2018)

2.2.6 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan keterkaitan antara Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan


Kecukupan Modal Terhadap Penyaluran Kredit serta dampaknya pada Pencapaian
Laba juga diteliti oleh beberapa peneliti, berikut adalah hasil dari beberapa peneliti
terdahulu yang diuraikan pada tabel 2.1 Penelitian Terdahulu, sebagai berikut;

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


No Judul Penelitian, Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Nama Peneliti
dan Tahun
Penelitian
1. Pengaruh Inflasi, Secara parsial Inflasi, Mengkaji Penelitian ini
Suku Bunga Bi Pertumbuhan Variabel menambahkan
Rate, Pertumbuhan Ekonomi tidak Inflasi, variabel
Ekonomi, Non berpengaruh pertumbuhan kemampu
Performing Loan signifikan. Pengaruh ekonomi, CAR labaan sebagai
(Npl) Dan Capital positif yang dan NPL variabel
Adequa Cy Ratio ditunjukan dalam intervening
(Car) Terhadap penelitian ini dan juga tidak
Penyaluran Kredit mengindikasikan meneliti
Usaha Rakyat bahwa semakin rendah Kredit Usaha
(Kur) Pada Bank Suku Bunga BI Rate, Rakyat
Umum Di Non Performing Loan
Indonesia Periode (NPL) dan Capital
2013-2017 Adequacy Ratio
(CAR) maka akan
Dwitya Yulia menaikan penyaluran
Ramandhana, A.A. Kredit Usaha Rakyat
69

Ketut Jayawarsa (KUR) sedangkan


Dan Ita Silvia Azita pengaruh negatif yang
Aziz, (2018) ditunjukan dalam
penelitian ini
mengindikasikan
bahwa semakin tinggi
Inflasi dan
Pertumbuhan
Ekonomi maka akan
menurunkan
penyaluran Kredit
Usaha Rakyat (KUR).
Secara simultan
Inflasi, Suku Bunga
BI Rate, Pertumbuhan
Ekonomi, Non
Performing Loan
(NPL) dan Capital
Adequacy Ratio
(CAR) berpengaruh
secara signifikan
terhadap penyaluran
Kredit Usaha Rakyat
(KUR) pada Bank
Umum di Indonesia.
2. Pengaruh Hasil pengolahan data Mengkaji Penelitian ini
Makroekonomi pada penelitian ini, Variabel menambahkan
Terhadap Non penulis mendapatkan Inflasi, dan variabel
Performing Loan beberapa kesimpulan NPL kemampu
(Npl) Perbankan yaitu berdasarkan hasil labaan sebagai
2016 analisis regresi panel variabel
dinamik ternyata intervening
Ari Mulianta terhadap NPL dan juga
Ginting (2016) perbankan dari Variabel
berbagai sektor kecukupan
perekonomian. Hal ini modal dan
menunjukkan semakin pertumbuhan
membaiknya kondisi ekonomi
makroekonomi suatu sebagai
negara yang ditandai variabel
dengan semakin independen
meningkatnya GDP
70

maka semakin
menurun rasio NPL
perbankan dari
berbagai sektor
perekonomian yang
terjadi. Penelitian ini
juga menemukan hasil
bahwa tingkat suku
bunga dan inflasi
memiliki pengaruh
yang positif dan
signifikan. Hasil ini
memberikan
pengertian bahwa
semakin tinggi tingkat
suku bunga pinjaman
yang diberikan oleh
perbankan maka akan
semakin
meningkatkan rasio
NPL perbankan dari
berbagai sektor.
Demikian juga halnya
dengan inflasi,
semakin terjadi
peningkatan harga-
harga yang dapat
memicu terjadinya
inflasi, maka hal
tersebut dapat
mengakibatkan
terjadinya peningkatan
rasio NPL perbankan
dari berbagai sektor.
3. Pengaruh Berdasarkan hasil Mengkaji Penelitian ini
Penyaluran Kredit penelitian dan Variabel menambahkan
Terhadap pembahasan dapat Penyaluran variabel
Profitabilitasbanku disimpulkan sebagai Kredit kemampu
mum Di Masa berikut : 1.Penyaluran labaan sebagai
Pandemi Dengan kredit-bruto variabel
Risiko Kredit berpengaruh positif intervening
Sebagai Variabel terhadap profitabilitas dan juga
71

Moderating bank. Variabel


2.Penyaluran kredit- kecukupan
Nur Baiti Jannati neto berpengaruh modal dan
Dan Laeli Budiarti positif terhadap pertumbuhan
(2022) profitabilitas bank. ekonomi
3. Risiko kredit-bruto sebagai
memoderasi pengaruh variabel
penyaluran kredit- independen
bruto terhadap Peneliti ini
profitabilitas bank. tidak meneliti
4. Risiko kredit-neto resiko kredit
tidak memoderasi
pengaruh penyaluran
kredit-neto terhadap
profitabilitasbank.
4. Pengaruh Variabel Mengkaji Penelitian ini
Pertumbuhan perkembangan Variabel menambahkan
Ekonomi, Inflasi moneter mempunyai Penyaluran variabel
Dan Loan To hubungan yang positif Kredit, kemampu
Deposit Ratio dan tidak relevan pertumbuhan labaan sebagai
Terhadap Non dengan kredit ekonomi dan variabel
Performing Loan bermasalah pada inflasi intervening
Pada Bank Umum bank-bank usaha di dan juga
Di Indonesia Indonesia, khususnya Variabel
dengan kemungkinan kecukupan
Fauziah Zagita 0,7719 > = 0,05, modal sebagai
Pratama1 Dan Ali dengan koefisien variabel
Anis (2022) perkembangan independen
keuangan 1,01.
Variabel inflasi
mempunyai hubungan
yang negatif dan tidak
penting dengan kredit
bermasalah pada
bank-bank usaha di
Indonesia, dengan
tingkat kemungkinan
0,0852 < = 0,05,
dengan koefisien
ekspansi sebesa 0,492.
Variabel loan to
deposit ratio memiliki
72

hubungan negatif dan


signifikan terhadap
non performing loan
pada bank umum di
Indonesia, dengan
tingkat probabilitas
sebesar 0.0002 < α =
0.05, dengan koefisien
loan to deposit ratio
sebesar -0.127.
Variabel pertumbuhan
ekonomi, inflasi dan
loan to deposit ratio
secara bersama-sama
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap non
performing loan pada
bank umum di
Indonesia dengan
hasil nilai Fhitung
besar dari Ftabel yaitu
43.48 > 2.76 dan nilai
probabilitasnya
0.0000 < 0.05.
5. Analisis Pengaruh Berdasarkan hasil Mengkaji Penelitian ini
Faktor Internal Dan pengujian dan Variabel menambahkan
Eksternal Pada Non pembahasan yang Penyaluran variabel
Performing Loan telah dipaparkan maka Kredit, kemampu
(Npl) (Studidi dengan ini diperoleh pertumbuhan labaan sebagai
Empiris Bank kesimpulan sebagai ekonomi, variabel
Umum Yang berikut: 1) H1 inflasi, NIM intervening
Terdaftar Di Bei diterima, sehingga dan
Periode 2017-2020) dapat disimpulkan Kecukupan
bahwa Capital modal
Muchammad Adequacy Ratio
Azrial Akbar berpengaruh
(2022) signifikan terhadap
Non Performing Loan
dengan nilai
signifikansi 0,002 <
0,05. 2) H2 ditolak,
73

sehingga dapat
disimpulkan bahwa
Loan to Deposit Ratio
tidak berpengaruh
terhadap Non-
Performing Loan
dengan nilai
signifikansi 0,656 >
0,05. 3) H3 ditolak,
sehingga dapat
disimpulkan bahwa
Net Interest Margin
tidak berpengaruh
terhadap Non-
Performing Loan
dengan nilai
signifikansi 0,348 >
0,05. 4) H4 ditolak,
sehingga dapat
disimpulkan bahwa
Biaya Operasional
Pendapatan
Operasional tidak
berpengaruh terhadap
Non-Performing Loan
dengan nilai
signifikansi 0,695 >
0,05. 5) H5 ditolak,
sehingga dapat
disimpulkan bahwa
Suku Bunga SBI tidak
berpengaruh terhadap
Non-Performing Loan
dengan nilai
signifikansi 0,689 >
0,05. 6) H6 diterima,
sehingga dapat
disimpulkan bahwa
Inflasi berpengaruh
signifikan terhadap
Non-Performing Loan
dengan nilai
74

signifikansi 0,017 <


0,05. 7) H7 ditolak,
sehingga dapat
disimpulkan bahwa
Ukuran Perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap Non-
Performing Loan
dengan nilai
signifikansi 0,058 >
0,05. 8) H8 diterima,
sehingga dapat
disimpulkan bahwa
Return On Assets
berpengaruh
signifikan terhadap
Non-Performing Loan
dengan nilai
signifikansi 0,006 <
0,05.
6. Pengaruh Tingkat Kajian tentang Mengkaji Penelitian ini
Suku Bunga, pengaruh suku bunga, Variabel menambahkan
Inflasi, Dan Non inflasi dan kredit Penyaluran variabel
Performing Loan bermasalah terhadap Kredit dan kemampu
Terhadap pinjaman bank yang Inflasi labaan sebagai
Pemberian Kredit terdaftar di Bursa Efek variabel
Dan Dampaknya Indonesia dan intervening
Terhadap Kinerja dampaknya terhadap dan juga
Keuangan kinerja keuangan Variabel
menyimpulkan bahwa kecukupan
Jufriadi , suku bunga modal dan
Imaduddin , Lydia berpengaruh negatif pertumbuhan
Megawati,Dan dan signifikan ekonomi
Andika Pramukti terhadap transaksi sebagai
surat berharga variabel
Indonesia selama independen
periode pengamatan Peneliti ini
2013- 2015 Dampak tidak meneliti
pinjaman dan tingkat suku
pinjaman bank yang bunga
terdaftar. Selama
periode pengamatan
75

2013-2015, inflasi
memberikan dampak
negatif yang
signifikan terhadap
pinjaman bank yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Selama
periode pengamatan
2013-2015, kredit
bermasalah
berdampak negatif
signifikan terhadap
penyaluran kredit
bank-bank yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Fasilitas
kredit berpengaruh
positif signifikan
terhadap kinerja
keuangan perusahaan
perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. n 2013-
2015. Suku bunga
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kinerja
keuangan perusahaan
perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama
periode pengamatan
2013-2015. Inflasi
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kinerja
keuangan perusahaan
perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama
periode pengamatan
tahun 2013-2015.
76

Kredit bermasalah
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
kinerja keuangan bank
yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
selama periode
pengamatan 2013-
2015.
7. Pengaruh Nilai Berdasarkan hasil Mengkaji Penelitian ini
Kecukupan Modal, analisis data yang Variabel menambahkan
Inflasi, Likuiditas, telah diuraikan pada Penyaluran variabel
Dan Risiko Kredit bab sebelumnya, maka Kredit, kemampu
Terhadap dapat disimpulkan kecukupan labaan sebagai
Profitabilitas bahwa (1) Pengaruh modal dan variabel
Perbankan Nilai Kecukupan Inflasi intervening
Modal berpengaruh dan juga
Rahmatika Nuuril positif dan signifikan Variabel
Imaama (2019) terhadap profitabilitas. pertumbuhan
Hasil penelitian ini ekonomi
menunjukkan bahwa sebagai
setiap kenaikan pada variabel
nilai CAR akan independen
mengakibatkan Peneliti ini
peningkatan pada tidak meneliti
profitabilitas, dari Likuiditas
hasil penelitian ini
sama halnya dengan
teori yang dijelaskan
sebelumnya dimana
semakin tinggi nilai
CAR akan
menunjukkan kondisi
bahwa bank tersebut
mampu membiayai
kegiatan
operasionalnya dan
memberikan
kontribusi yang besar
terhadap tingkat
profitabilitasnya; (2)
Pengaruh Inflasi
77

berpengaruh negatif
dan tidak signifikan
terhadap profitabilitas.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
setiap kenaikan pada
nilai INF akan
mengakibatkan
meningkatnya pada
profitabilitas, dari
hasil penelitian ini
berbeda dengan yang
dijelaskan sebelumnya
bahwa apabila
peningkatan biaya
relatif lebih tinggi
daripada pendapatan
perusahaan maka
keuntungan dari
perusahaan tersebut
mengalami penurunan
dan akan
mengakibatkan
investor menjadi
kurang tertarik dalam
hal berinvestasi; (3)
Pengaruh Likuiditas
yang menggunakan
rasio LDR
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap profitabilitas.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
setiap kenaikan pada
nilai LDR akan
berpengaruh pada
profitabilitas. Dengan
tingginya nilai LDR
tidak akan menjadi
tolak ukur
keberhasilan
78

manajemen suatu
bank dalam
memperoleh
keuntungan karena
kredit yang
disalurkan kepada
bank kurang mampu
mengoptimalkan
simpanan dan
pinjaman yang
diperoleh dari
nasabah; (4) Pengaruh
Risiko Kredit
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap profitabilitas.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
setiap kenaikan pada
rasio NPL akan
mengakibatkan
penurunan pada
profitabilitas. Dari
hasil penelitian ini
sesuai dengan teori
yang dijelaskan
sebelumnya dimana
semakin tinggi rasio
NPL maka kualitas
pembiayaan dari suatu
bank semakin buruk.
Kualitas dari biaya
yang buruk dapat
menurunkan citra
bank dimata
masyarakat dan
mengakibatkan
menurunnya laba dan
tingkat profitabilitas
79

8. Pengaruh Hasil
Net penelitian Mengkaji Penelitian ini
Interest Marginmenunjukkan bahwa Variabel menambahkan
Dan Inflasi
NIM dan inflasi secara Penyaluran variabel
Terhadap simultan berpengaruh Kredit, NIM kemampu
Penyaluran Kreditsignifikan terhadap dan Inflasi labaan sebagai
Di Indonesia Padapenyaluran kredit. variabel
Bank Umum Di Secara parsial NIM intervening
Indonesia. dan inflasi dan juga
berpengaruh Variabel
Bayu Purnama signifikan negatif kecukupan
Rohmadani (2016) terhadap penyaluran modal dan
kredit. pertumbuhan
ekonomi
sebagai
variabel
independen

9. Pengaruh Car, Npl,Hasil penelitian Mengkaji Penelitian ini


Roa Dan Ldr menunjukan secara Variabel menambahkan
Terhadap parsial rasio CAR dan Penyaluran variabel
Penyaluran ROA berpengaruh Kredit dan kemampu
Kredit Pada positif signifikan CAR labaan sebagai
Perbankan (Studi terhadap penyaluran variabel
Pada Perusahaan kredit perbankan. intervening
Perbankan Yang Rasio NPL dan juga
Listed Di Bursa berpengaruh negatif Variabel
Efek Indonesia signifikan terhadap Inflasi dan
Periode 2011- penyaluran kredit pertumbuhan
2015). perbankan. Sedangkan ekonomi
rasio LDR tidak sebagai
Yua Molek Winarti berpengaruh variabel
Putrid An Alien signifikan terhadap independen
Akmalia (2016) penyaluran kredit
perbankan. Secara
simultan CAR, NPL,
ROA, dan LDR
berpengaruh terhadap
penyaluran kredit.
80

10. Analisis Pengaruh Hasil penelitian secara Mengkaji Penelitian ini


Nim, Npl, Bopo, Bi parsial menunjukan Variabel menambahkan
Rate Dan Car
bahwa NIM memiliki Penyaluran variabel
Terhadap pengaruh positif Kredit, NIM kemampu
Penyaluran Kredit signifikan, BOPO dan CAR labaan sebagai
Bank Umum Go berpengaruh negatif variabel
Public Periode signifikan terhadap intervening
Tahun 2012-2016. penyaluran kredit. dan juga
Sedangkan NPL,BI Variabel
Satrio B. Haryanto Rate, dan CAR tidak Inflasi dan
dan Endang Tri berpengaruh pertumbuhan
Widyarti (2017) signifikan terhadap ekonomi
penyaluran kredit. sebagai
Secara simultan CAR, variabel
NPL,BOPO,BI Rate, independen
dan NIM berpengaruh
terhadap penyaluran
kredit.
Sumber: Data diolah oleh peneliti, 2023

2.3 Hipotesis

Pengertian hipotesis menurut Sugiyono (2017:377) adalah sebagai berikut:


“Hipotesis didefinisikan sebagai dugaan atas jawaban sementara mengenai suatu
masalah yang masih perlu diuji secara empiris untuk mengetahui apakah pernyataan
atau dugaan jawaban itu dapat diterima atau tidak”. Berdasarkan rumusan masalah,
tujuan, teori, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah :
H1: Terdapat Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penyaluran Kredit.
H2: Terdapat Pengaruh Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit.
H3: Terdapat Pengaruh Kecukupan Modal Net Interest Margin (Nim) Terdapat
Penyaluran Kredit.
H4: Terdapat Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi Dan Kecukupan Modal
Berpengaruh Secara Simultan Terhadap Penyaluran Kredit.
81

H5: Terdapat Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi Dan Kecukupan Modal


Berpengaruh Secara Simultan Terhadap Penyaluran Kredit Serta
Berdampak Pada Kemampu Laba-an
82

BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian


Objek dalam penelitian ini yaitu Bank BUMN yang listing di P.T. BEI
beserta laporan keuangan perbankan pada periode 2015 hingga 2022. Dalam
melakukan penelitian ini, peneliti membuat jadwal penelitian yang dimulai dari tahap
penyelesaian proposal sampai ke tahap akhir yaitu sidang Magister Akuntansi.

Tabel 3.1 Daftar Kode Bank


No Kode Bank Nama Bank
1 BBNI Bank Negara Indonesia Persero Tbk
2 BMRI Bank Mandiri Persero Tbk
3 BBRI Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk
4 BBTN Bank Tabungan Negara Persero Tbk
Sumber: Data diolah oleh peneliti, 2023

3.1.1 Pertumbuhan Ekonomi


Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan jika pendapatan riil
masyarakat (dalam arti tidak dipengaruhi perubahan harga) pada tahun
tertentu lebih besar daripada pendapatan riil masyarakat pada tahun sebelum
nya. Baeti (2013) Tingkat pendapatan nasional adalah peningkatan
pendapatan nasional sekarang bila dibandingkan dengan pendapatan nasional
sebelumnya. Untuk melihat pertumbuhan ekonomi menggunakan PDB
pada periode 2015-2022

3.1.2 Inflasi
Bank Indonesia memberikan pengertian Inflasi yaitu meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan dari satu atau dua
barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi
83

disebut deflasi (Badan Pusat Statistik,2022). Tingkat inflasi digunakan untuk


menggambarkan perubahan-perubahan harga–harga yang berlaku dari satu
periode ke periode lainnya. Untuk menentukannya perlu diperhatikan data
indeks harga konsumen dari satu periode tertentu dan seterusnya
dibandingkan dengan indeks harga pada periode sebelumnya. Menurut
Suharyadi dan Purwanto, (2003:152)

3.1.3 Kecukupan Modal Capital Adequacy Ratio (CAR)


Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang
digunakan untuk menunjukan kemampuan menyediakan dana untuk
menampung risiko atas kerugian dari kegiatan operasional dan untuk
mengembangkan usaha. Atau bisa disebut juga sebagai rasio kecukupan
modal suatu bank. CAR yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
data laporan keuangan perbankan yang telah diaudit dan dipublikasi pada
periode 2015 hingga 2022.

3.1.4 Penyaluran Kredit Non Performing Loan (NPL)


Penyaluran kredit yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jumlah
total dana kredit yang dikucurkan oleh bank kepada masyarakat. Non
Performing Loan (NPL) merupakan salah satu indikator yang dapat
menunjukkan kesehatan suatu bank. Rasio ini menunjukkan seberapa besar
kredit macet yang dialami oleh bank. NPL yang digunakan dalam penelitian
ini diperoleh dari data laporan keuangan perbankan yang telah diaudit dan
dipublikasi.Data jumlah penyaluran kredit yang digunakan dalam penelitian
ini diperoleh dari data laporan keuangan perbankan yang telah diaudit dan
dipublikasi pada periode 2015-2022.
84

3.1.5 Kemampu Laba-an Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) merupakan salah satu indikator dalam


penilaian profitabilitas bank. NIM menunjukkan rasio yang dipergunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva
produktifnya, yang bertujuan menghasilkan pendapatan bunga bersih. NIM
yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data laporan keuangan
perbankan yang telah diaudit dan dipublikasi pada periode 2015 hingga 2022.

3.2 Metode Penelitian


Metode penelitian menurut Sugiyono (2017 : 2) adalah cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan
penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan
sistematis. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian verivikatif. Metode penelitian verivikatif menurut Sugiyono (2017:8)
dapat diartikan sebagai penelitian yang dilakukan terhadap populasi atau sampel
tertentu dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Untuk menguji
hipotesis, penulis melakukan pengujian pada variable X (Return On Equity,
Leverage dan Kebijakan Dividen) serta, variable Y (Nilai Perusahaan).

Selain penelitian verivikatif, metode penelitian yang digunakan dalam


penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang
mendeskripsikan variable melalui tabulasi data dengan alat bantu statistika deskriptif.
Menurut Sugiyono (2017 : 147) statistic deskriptif adalah statistic yang digunakan
untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum da generalisasi.

Sedangkan penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2017 : 8) adalah metode


penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meniliti pada
85

populasi atau sample tertenu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian,


analisis data bersifat kuantitatif/statistic, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan. Dengan menggunakan metode penelitian verivikatif dan deskriptif
dengan pendekatan kuantitatif maka akan memperoleh gambaran mengenai variable
yang diteliti, serta dapat diketahui hasil pengujian hipotesis dengan analisis statistik
sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas variable-variabel yang
diteliti. Untuk mengetahui pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, dan Kecukupan
Modal terhadap Penyaluran Kredit serta dampaknya pada Kemampu Labaan. peneliti
menggunakan analisis penelitian yaitu studi kasus. Studi kasus yaitu metode
penelitian yang bertujuan mendeskripsikan fenomena individu, kelompok, organisasi,
sistem, masyarakat yang spesifik dan khas berupa gejala sosial. Adapun menurut
Arikunto (2010 : 185) mengungkapkan bahwa penelitian kasus adalah suatu
penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap suatu
organisasi, lembaga, dan gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian
kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit. Tetapi ditinjau dari
sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam.

Dalam studi kasus ini, penilitian dilakukan secra rinci mengenai suatu objek
tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh
termasuk lingkungan dan kondisi dimana data yang diperoleh selama penelitian akan
diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut dengan teori-teori yang telah dipelajari
penulis menggunakan metode tersebut, karena penelitian ini ditujukan untuk
mengetahui dengan jelas bagaimana pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, dan
Kecukupan Modal terhadap Penyaluran Kredit serta dampaknya pada Kemampu
Labaan.
86

3.2.1 Populasi dan Sampel

3.2.1.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2017:80) populasi adalah wilayah generalisasi


yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-
benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristif/sofat yang
dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Dengan kata lain populasi juga bias
dikatakan sekumpulan data yang mengidentifikasi suatu fenomena.
Selanjutnya populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-
perusahaan go public yang terdaftar sebagai perbankan BUMN di Indonesia
Penelitian ini hanya berfokus pada perkembangan Perbankan BUMN kurun
waktu tahun 2015-2022.
3.2.1.2 Penentuan Sampel

Sampel menurut Sugiyono (2017:81) adalah bagian dari jumlah dan


karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Non Probability Sampling
yang artinya adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang
atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel.
3.2.1.3 Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan teknik dalam pengambilan sampel.


Teknik sampling imi merupakan salah satu bagian terpenting dalam sebuah
penelitian karena didalamnya akan dibahas mengenai cara pengambilan
sampel yang representative. Pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu
87

menggunakan teknik purposive sampling yang merupakan salah satu bagian


dari non probability sampling.
Purposive sampling itu sendiri menurut Sugiyono (2017:85) adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangannya
karena peneliti dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau
mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti
menjelajahi obyek atau situasi social yang diteliti.
Pada dasarnya sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan-
perusahaan perbankan BUMN selama periode 2015-2022 dengan beberapa
kriteria atau karakteristik, diantaranya sebagai berikut :
1. Perusahaan perbankan BUMN yang tidak de-listing pada tahun
(penelitian) 2015-2022
2. Perusahaan perbankan BUMN telah menerbitkan laporan keuangan
lengkap tahun 2015-2022
3. Perusahaan perbankan BUMN yang membagikan dividen pada tahun
(penelitian) 2015-2022

Tabel 3.2 Proses Pemilihan Sample


KRITERIA JUMLAH
Perusahaan perbankan BUMN yang tidak de-listing pada tahun (penelitian)
4
2015-2022
Perusahaan perbankan BUMN telah menerbitkan laporan keuangan
4
lengkap tahun 2015-2022
Perusahaan perbankan BUMN yang membagikan dividen pada tahun
(penelitian) 2015-2022
JUMLAH OBJEK SAMPLE PENELITIAN 4
Total Sampel ( Objek x Periode penelitian)= (4 x 8) 32
Sumber : Indonesia stock exchange yang diolah kembali ,2023

Setelah proses penyeleksian ketiga kriteria diatas, maka diperoleh


perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitiian ini sejumlah 4
perusahaan dengan total sampel diantaranya adalah:
88

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah:

3.2.2.1 Kajian kepustakaan (library research)

Kajian kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder


penelitian, dengan melakukan penelahaan teori-teori yang berkaitan dengan
topik penelitian yang berasal dari sumber-sumber penelitian kepustakaan.
Sedangkan penelitian kepustakaan menurut Sudjarwo (2009:160) merupakan
teknik yang dipakai untuk memperoleh teori yang mendukung penelitian
dengan membaca berbagai buku referensi jurnal, dokumen dan bacaan yang
kiranya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti

3.2.2.2 Studi Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2017:240) dokumen merupakan catatan peristiwa


yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-
karya monumental dari seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya
catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan,
kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup,
sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni,
yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif

3.2.2.3 Jenis Penelitian dan Sumber Data


Penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian kuantitatif
serta data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
tersebut diperoleh secara tidak langsung yaitu melalui situs resmi Bursa Efek
Indonesia, yaitu www.idx.co.id. Data tersebut berupa laporan keuangan
89

tahunan bank yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia yang dipublikasikan
atau diterbitkan pada periode 2015-2022.

3.2.3 Operasionalisasi Variabel

Selanjutnya, setelah ditentukan pengukuran variabel, disusunlah


operasionalisasi variabel. Definisi operasional variabel adalah “definisi
khusus yang didasarkan atas sifat-sifat yang didefinisikan, dapat diamati dan
dilaksanakan oleh peneliti lain” (Arifin, 2014:490). Operasional variabel
diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-
variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan
alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan tujuan
penelitian. Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini disajikan dalam
tabel berikut:

Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel


Skala
No Variabel Dimensi Pengukuran
Pengukuran
PE : Pertumbuhan
Ekonomi
PDBt : PDB
Pertumbuhan
1
Ekonomi
tahun t Rasio
PDBt-1 : PDB tahun
sebelumnya (t-1)

π : Laju Inflasi
IHKt : Indeks
harga konsumen
periode ke t π = (IHKt - IHKt-1)/IHKt-1
2 Inflasi IHKt-1 : Indeks harga Rasio
konsumen periode ke
t-1 (periode lalu)
( Sumber: Helmi Fauza,
2020)
90

Capital Adequecy Ratio


Modal sendiri, Aktiva
Kecukupan tertimbang menurut CAR = Modal sendiri X 100%
3 Rasio
Modal resiko (Mudjarad ATMR
Kuncoro dan Suhardjono
, 2011: 519)
NPL = (Kredit Bermasalah / Total Kredit) X
Penyaluran Kredit bermasalah, 100%
4 Rasio
Kredit total kredit
NIM = (Pendapatan Bunga Bersih / Rata-
Rasio rentabilitas. rata aktiva produktif) x100%
Pendapatan bunga bersih
Kemampu
5. dan rata-rata aktiva Rasio
Laba-an
produktif
(Fianto ,2012:83)
Sumber: Data diolah oleh peneliti, (2023)
3.2.4 Analisis Data
3.2.4.1 Uji Asumsi Klasik
3.2.4.1.1 Uji Normalitas
Menurut Imam Ghozali (2017:127) uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual
mempunyai distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi
ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk sampel jumlah kecil.
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual memiliki distribusi normal
atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.
Menurut Ghozali dalam Wiratna Sujarweni (2015:225) uji normalitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan
variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Uji 40
normalitas data dapat dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov
Smirnov satu arah. Pengambilan kesimpulan untuk menentukan apakah suatu
data mengikuti distribusi normal atau tidak adalah dengan menilai nilai
signifikannya. Jika signifikan >0,05 maka variabel beristribusi normal dan
sebaliknya jika signifikan <0,05 maka variabel tidak berdistribusi normal.
91

3.2.4.1.2 Uji Multikolinearitas


Menurut Imam Ghozali (2017:107) Uji Multikolinieritas bertujuan
untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel
bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi
diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkolerasi,
maka variabelvariabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan
nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas didalam regresi
adalah sebagai berikut:
1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris
sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen
banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen..
2. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar
variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas
0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas. Tidak
adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti
bebas dari multikolinieritas. Multikolinieritas dapat disebabkan karena
adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.
3. Multikolinieritas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan lawannya,
dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan
setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel
independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap
variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel
independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan
nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance).
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau tidak. Model yang baik
92

seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi diantara variabel bebas. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam model regresi dapat
diketahui dari nilai toleransi dan nilai variance inflation factor (VIF).
Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang
tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance rendah
sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/tolerance) dan menunjukkan
adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai
tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10.

3.2.4.1.3 Uji Heteroskedastisitas


Kemudian menurut Imam Ghozali (2018:137) Uji heteroskedastisitas
bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual satu pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas
dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection
mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data
yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar). Menurut Imam
Ghozali (2017:49) untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu X adalah Ŷ (Y yang telah
diprediksi (ZPRED) dan sumbu Y adalah residual atau SRESID ((Ŷ-Y) yang
telah di-studentized. Jika tidak ada pola tertentu dan tidak menyebar diatas
dan dibawah angka nol pada sumbu y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.2.4.1.4 Uji Autokorelasi


Menurut Imam Ghozali (2017:93) uji autokorelasi bertujuan menguji
apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan
pengganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka disebut ada problem autokorelasi.
93

Autokorelasi muncul karena adanya observasi yang berurutan sepanjang


waktu yang berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual
tidak bebas dari satu observari ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan
pada data runtut waktu atau time series karena “gangguan” pada seseorang
individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada
individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Model regresi yang
baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
Menurut Imam Ghozali (2017:102) Runs-test sebagai bagian dari
statistic non-parametik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar
residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat
hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random.
Runs-test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random
atau tidak (sistematis).
H0 : residual (res_1) random (acak)
HA : residual (res_1) tidak random

3.2.4.1.5 Uji Koefisien Korelasi


.Menurut Rachmat Trijono (2015:60) Korelasi adalah derajat
hubungan linier antara dua variabel atau lebih dari data hasil pengamatan. Dua
variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan dalam satu variabel diikuti
oleh perubahan variabel lain, baik yang searah maupun tidak. Hubungan
antara variabel dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis:
1. Korelasi Positif Terjadinya korelasi positif apabila perubahan antara
variabel yang satu diikuti oleh variabel lainnya dengan arah yang sama
(berbanding lurus). Artinya apabila variabel yang satu meningkat,
maka akan diikuti peningkatan variabel lainnya.
2. Korelasi Negatif Terjadinya korelasi negatif apabila perubahan antara
variabel yang satu diikuti oleh variabel lainnya dengan arah yang
94

berlawanan (berbanding terbalik). Artinya apabila variabel yang satu


meningkat, maka akan diikuti penurunan variabel lainnya.
3. Korelasi Nihil Terjadinya korelasi nihil apabila perubahan antara
variabel yang satu diikuti oleh variabel lainnya dengan arah yang tidak
teratur (acak). Artinya apabila variabel yang satu meningkat, kadang
diikuti dengan peningkatan pada variabel lain dan kadang diikuti
dengan penurunan pada variabel lain.
Berdasarkan hubungan antar variabel yang satu dengan variabel
lainnya dinyatakan dengan koefisien korelasi yang disimbolkan dengan “r”.
Besarnya korelasi berkisar antara -1 ≤ r ≤ 1. Untuk mengetahui kuatnya
hubungan korelasi itu, berikut tabel pedoman untuk menjelaskan hal tersebut :

Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi


Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber :Sugiyono (2018:187)

3.2.4.1.6 Uji Koefisien Determinasi (R square)


Koefisien determinasi menurut Ghozali (2012:97) merupakan alat
untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi berada di angka antara nol atau
satu. Nilai R square yang kecil menunjukkan bahwa kemampuan variabel-
variabel independen menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas,
begitu pula sebaliknya.
95

3.2.4.1.7 Analisis Regresi Linier Berganda


Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah Analisis
Regresi Berganda. Analisis ini digunakan untuk menguji pengaruh kelima
variabel independen terhadap variabel dependen. Menurut Imam Ghozali
(2017:19) Regresi linear berganda ingin menguji pengaruh dua atau lebih
variabel independen (explanatory) terhadap satu variabel dependen dan
umumnya dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + µ
Menurut Ghozali dalam Wiratna Sujarweni (2015:227) penelitian ini
bertujuan melihat pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen
dengan skala pengukuran atau rasio dalam suatu persamaan linier, dalam
penelitian ini digunakan analisis regresi berganda yang diolah dengan
perangkat lunak SPSS.
Berikut adalah persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Keterangan :
Y : Penyaluran Kredit(NPL)
α , β1, β2, β3 : Konstanta
X1 : Pertumbuhan Ekonomi
X2 : Inflasi
X3 : Kecukupan Modal (CAR)

3.2.5 Pengujian Hipotesis


Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian
secara parsial (uji t) dan penyajian secara simultan (uji F).

3.2.5.1 Uji Parsial (Uji t)


Menurut Ghozali dalam Wiratna Sujarweni (2015:229) uji statistik
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen atau variabel
96

penjelas secara individual menerangkan variabel dependen. Apabila nilai


probabilitas signifikansinya lebih kecil dari 0,05 (5%) maka suatu variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis
diterima jika taraf signifikan (a) < 0,05 dan hipotesis ditolak jika taraf
signifikan (a) > 0,05.
Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut :
1. H0 diterima dan Ha ditolak apabila t hitung < t tabel. Artinya variabel
bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
2. H0 diterima dan Ha ditolak apabila t hitung > t tabel. Artinya variabel
bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
Dalam penelitian ini uji t digunakan untuk untuk menguji hipotesis H1,
H2, dan H3 yaitu PE, Inf dan CAR secara parsial terhadap penyaluran kredit
(NPL). Pengujian nilai t hitung akan dibandingkan dengan nilai t tabel,
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Menentukan Hipotesis
H0 : PE, Inf, dan CAR secara parsial tidak berpengaruh terhadap
penyaluran kredit (NPL)
Ha : PE, Inf, dan CAR secara parsial tidak berpengaruh terhadap
penyaluran kredit (NPL )
b. Menentukan t tabel
Nilai t tabel dapat dilihat pada tabel statistik pada tingkat
signifikansi 0,05 dengan derajat kebebasan df = n-k-l, n adalah jumlah
data dan k adalah jumlah variabel independen.
c. Kriteria Pengujian
Jika -t hitung ≥ -t tabel atau t hitung ≤ t tabel maka H0 diterima.
Jika -t hitung ˂ -t tabel atau t hitung ˃ t tabel maka H0 ditolak.
d. Berdasarkan signifikansi
Jika signifikansi ˃ 0,05 maka H0 diterima.
Jika signifikansi ˂ 0,05 maka H0 ditolak.
97

3.2.5.2 Uji Simultan (Uji F)


Menurut Imam Ghozali (2017:22) Uji statistik F pada dasarnya
menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh secara keseluruhan terhadap variabel dependen.
Menurut Wiratna Sujarweni (2015:228) signifikansi model regresi
secara simultan diuji dengan melihat nilai signifikansi (sig) dimana jika nilai
sig dibawah 0,05 maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen. Uji Fstatistik digunakan untuk membuktikan ada pengaruh antara
variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan.
Kriteria:
1. Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
2. Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Menurut Duwi Priyatno (2017:179) Uji signifikan secara simultan (uji
F) berfungsi untuk mengetahui seberapa besar variabel X1, X2 dan X3 secara
bersamasama berpengaruh terhadap variabel (Y). Adapun kriteria pengujian
menggunakan tingkat signifikansi 0,05 adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan Hipotesis
H0 : NPL, CAR dan NIM secara bersama-sama tidak berpengaruh
terhadap penyaluran kredit.
H1 : NPL, CAR dan NIM secara bersama-sama berpengaruh
terhadap penyaluran kredit.
b. Menentukan F tabel
Nilai F tabel dapat dilihat pada tabel statistik pada tingkat signifikansi
0,05 dengan derajat kebebasan df l (k-1) dan df 2 (n-k), n adalah jumlah data
dan k adalah jumlah semua variabel.
c. Kriteria Pengujian
Jika F hitung ≤ F tabel, maka H0 diterima.
Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak.
98

d. Berdasarkan signifikansi
Jika signifikansi ˃ 0,05 maka H0 diterima.
Jika signifikansi ˂ 0,05 maka H0 ditolak

3.2.5.3 Analisis Jalur (Path Analysis)

Untuk menguji pengaruh variabel intervening digunakan metode analisis jalur

(path analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linear

berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir

hubungan kausalitas antar variabel (model kausal) yang telah ditetapkan sebelumnya

berdasarkan teori. Hubungan kausalitas antar variabel telah dibentuk dengan model

berdasarkan landasan teoritis (Ghozali, 2013:237).

Pengujian hipotesis yang telah disusun dalam penelitian ini menggunakan

analisis jalur (path analysis). Metode analisis jalur (path analysis) menurut

Sudaryono dkk., (2013:138) adalah ”suatu metode yang mengkaji pengaruh (efek)

langsung maupun tidak langsung dari variabel-variabel yang dihipotesiskan sebagai

akibat pengaruh perlakukan terhadap variabel tersebut”. Dengan menggunakannya

dapat dihitung besarnya pengaruh langsung dari variabel-variabel bebas terhadap

suatu variabel terikat. Pengaruh-pengaruh itu tercermin dalam apa yang disebut

sebagai koefisien jalur (path coefisients) yang sesungguhnya merupakan koefisien

regresi yang telah dibakukan (yakni β).

Model analisis jalur digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar

variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung
99

seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen) (Riduwan

dan Kuncoro, 2008:2). Bentuk gambar analisis jalur sebagai berikut:

Gambar 3.2

Diagram Path

e1

Penyaluran Kredit
(NPL)

e2

Pertumbuhan Kemampu Labaan


Ekonomi (PE) (X1) (NIM)
Inflasi (Inf) (X2)
Kecukupan Modal
(CAR) (X3)

Seperti yang dijelaskan dalam gambar di atas, bahwa PE (Pertumbuhan

Ekonomi), Inf (Inflasi) dan CAR (Kecukupan Modal) dapat berpengaruh langsung

terhadap NIM (Kemampu Labaan), tetapi dapat juga berpengaruh tidak langsung

yaitu lewat variabel NPL (Penyaluran Kredit) terlebih dahulu sehingga berdampak

pada NIM (Kemampu Labaan). Dalam hal ini ada 2 persamaan yang dibuat yaitu :

NPL= b1 PE + b2 Inf + b3 CAR + e1 (1)


100

NIM = b1 PE + b2 Inf + b3 CAR + b4 NPL + e2 (2)


Keterangan :
PE = Pertumbuhan Ekonomi
b1, b2 , b3,= koefisien regresi
b4
Inf = Inflasi
CAR = Kecukupan Modal
NPL = Penyaluran Kredit
e1 atau e2 = tingkat eror
sumber: Sujarweni (2016:297)

Untuk mengetahui pengaruh intervening ini diuji menggunakan sobel test


(Ghozali, 2013:237). Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Sab =√ 2
R2 + R2 2
+ R2 2

Keterangan :
a = Koefisien a
b = Koefisien b
Sa / Sb = Standar eror koefisien a/b
Sab = Koefisien indirect effect

Hasil dari perkalian ab dapat digunakan untuk menghitung t statistik pengaruh

mediasi dengan rumus sebagai berikut:

t= R
/ R
Keterangan :
t = t hitung
ab = Perkalian koefisien ab Sab
= Koefisien indirect effect
Sumber : Ghozali (2013:237)

Nilai t hitung ini dibandingkan dengan nilai t tabel, jika nilai t hitung > t tabel

maka dapat disimpulkan terjadi pengaruh mediasi Ghozali (2013:237).


101

DAFTAR PUSTAKA
Ari Mulianta Ginting (2016)Pengaruh Makroekonomi Terhadap Non Performing
Loan (Npl) Perbankan 2016
Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/2/PBI/2013 tentang Penetapan
Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum Konvensional.
Bank Indonesia. 1998. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Jakarta: Gramedia
Bank Indonesia. 2004. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP Perihal
Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. www.bi.go.id. 31 Mei.
Bayu Purnama Rohmadani (2016). Pengaruh Net Interest Margin Dan Inflasi
Terhadap Penyaluran Kredit Di Indonesia Pada Bank Umum Di Indonesia.
Dwitya Yulia Ramandhana, A.A. Ketut Jayawarsa Dan Ita Silvia Azita Aziz, (2018)
Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Bi Rate, Pertumbuhan Ekonomi, Non
Performing Loan (Npl) Dan Capital AdequaCy Ratio (Car) Terhadap
Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (Kur) Pada Bank Umum Di Indonesia
Periode 2013-2017
Fauziah Zagita Pratama1 Dan Ali Anis (2022). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,
Inflasi Dan Loan To Deposit Ratio Terhadap Non Performing Loan Pada
Bank Umum Di Indonesia
Jufriadi , Imaduddin , Lydia Megawati,Dan Andika Pramukti (2022). Pengaruh
Tingkat Suku Bunga, Inflasi, Dan Non Performing Loan Terhadap
Pemberian Kredit Dan Dampaknya Terhadap Kinerja Keuangan
Kasmir. 2010. Dasar-dasar Perbankan.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kasmir. 2013. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, edisi revisi, cetakan 12.
Jakarta: Rajawali Pers.
Kasmir. 2018. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 1. Cetakan ke-6. Jakarta: Rajawali
Pers.
Muchammad Azrial Akbar (2022). Analisis Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal
Pada Non Performing Loan (Npl) (Studidi Empiris Bank Umum Yang
Terdaftar Di Bei Periode 2017-2020)
Nur Baiti Jannati Dan Laeli Budiarti (2022).Pengaruh Penyaluran Kredit Terhadap
Profitabilitasbankumum Di Masa Pandemi Dengan Risiko Kredit Sebagai
Variabel Moderating
Rahmatika Nuuril Imaama (2019) Pengaruh Nilai Kecukupan Modal, Inflasi,
Likuiditas, Dan Risiko Kredit Terhadap Profitabilitas Perbankan
Rivai, Veithzal; Sofyan Basir; Sarwono Sudarto; Arifiandy Permata Veithzal. 2013.
Commercial Bank Management: Manajemen Perbankan dari Teori ke
Praktik, edisi 1, cetakan 1. Jakarta: Rajawali Pers.
Satrio B. Haryanto dan Endang Tri Widyarti (2017). Analisis Pengaruh Nim, Npl,
Bopo, Bi Rate Dan Car Terhadap Penyaluran Kredit Bank Umum Go Public
Periode Tahun 2012-2016.
102

Sudirman, I Wayan. 2013. Manajemen Perbankan Menuju Bankir Konvensional yang


Profesional. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Afabeta
Yua Molek Winarti Putrid An Alien Akmalia (2016). Pengaruh Car, Npl, Roa Dan
Ldr Terhadap Penyaluran Kredit Pada Perbankan (Studi Pada Perusahaan
Perbankan Yang Listed Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015).
103

LAMPIRAN 1

Anda mungkin juga menyukai