OLEH
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016-2017
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS HUKUM
SURAT TUGAS
Nomor 2175 AlUN14.1.11.II/TU.00.00/2016
Untuk melakukan penelitian dengan judul " Penolakan dan Gugurnya Klaim Asuransi Wajib Dalam Hal
Kecelakaan Lalu Lintas Jalan".
Surat tugas ini dibuat untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Tembusan:
1. Dekan (Sebagai Laporan);
2. Yang bersangkutan (Untuk dilaksanakan);
3. Arsip.
HALAMAN PENGE AHAN USULAN PENELITIANMANUIRI
l.Judul Peoelitian
2.Ketua PeneTi1i
Nama Anak Agung Ketut Sukranatha,SH.,MH.
Jenis kelamin Lakl-Iaki
Pangkat Gol)Nip. Penata (lVla). 195706051986011002
Jabatan Lektor Kepala
Fakultas Hukum UNUD
3.AJamat Ketua Peoeliti 1In. utomo No.85/c,0361 423294
Kantor Fakultas Hukum Unud.
Alamat Kantor/Telp. alan P.Balil0361 222666
4.Jomlah Dggota Peoeliti
5.Lokasi Pen titian Denpasar
6.Kerjasama
7.Jangka Waktu 3 (tiga) bulan
8.Diaya mandiri)
u
RINGKASAN
kecelakaan di jalan umum sebagai akibat dari pengoperasian kendaraan bermotor sebagai
sarana trasfortasi sulit untuk dapat dihindari. Terkait dengan adanya kecelakaan akibat
dari kemajuan dibidang trasfortasi ini maka pemerintah membentuk suatu lembaga
asuransi yang bertujuan memberikan perlidungan kepada para korban. Lembaga asuransi
atau pertanggungan yang terlibat dalam resiko yang demikian adalah pertanggungan
wajib sosial. Pertanggungan ini diatur melalui Undang Undang No.34 Tahun 1964 dan
Penanganan asuransi ini oleh sebuah badan yaitu PT.Jasa Raharja (Persero)
sebagai lembaga penjamin asuransi. Sebagai pertanggungan sosial, ternyata santunan dari
pertanggungan sosial ini tidak mutlak diterima oleh setiap korban sebagai akibat
pengoperasian kendaraan bermotar di jalan umum. Hal yang demikian ini masih menjadi
pertanyaan dikalangan masyarakat pada umumnya oleh para korban pada khususnya yang
“Setiap orang yang menjadi korban mati atau cacat tetap akibat kecelakaan yang
disebabkan oleh alat angkutan lau lintas jalan tersebut dalam Pasal 1, Dana akan
member kerugian kepadanya atau kepada ahli warisnya sebesar jumlah yang ditentukan
iii
Adapun permasalahan yang diteliti terpokus pada :
atau gugurnya hak korban atas klaim santunan pertanggungan, bagi korban yang
beraspek normatif. Metode penelitian hukum normatif atau metode penelitian hukum
kepustakaan yaitu penelitian hukum yang mempergunakan data sekunder. Penelitian ini
Mengenai hak korban untuk memperleh jaminan sosial antara lain pengguaan alat
angkut harus sesuai dengan peruntukannya sebagaimana fungsi yang seharusnya, sifat
kejadian, adanya batas waktu, baik dalam pengajuan klaim santunan dan realisasi hak
yang telah mendapat persetujuan dari perusahaan, serta telah memperoleh santunan dari
jaminan dari santunan kecelakaan penumpang, yang berakibat pada penolakan dan
gugurnya hak atas santunan ( Dalam hal penolakan ditegaskan dalamPasal 13 dan dalam
hal gugurnya pemberian santunan ditegaskan dalam Pasal 18 PP No.18 Tahun 1965).
permohonan yang berisi identitas diri yang berhak atau ahli warisnya, bukti prosesverbal
dari polisi lalu lintas atau lembaga yang berwenang, dilengkapi dengan keadaan korban,
cacat tetap atau meninggal (bukti keabsahan sebagai ahli waris), dari dokter yang
berwenang, diajukan kepada PT Jasa Rahaja ( Persero) dalam -batas yang telah
ditentukan.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjat kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang
MahaEsa, atas asung Kertha Wara Nugrahanyalah penelitian ini yang berjudul:
Penolakan Dan Gugurnya Klaim Asuransi Wajib Dalam Hal Kecelakaan Lalu Lintas
Jalan”.
Adapun penelitian ini dilakukan dengan harapan, para pembaca dan para korban
kecelakaan lalu litas jalan sebagai akibat dari perkembangan tehnologi trasfortasi di jalan
umum dapat memahami tentang mekanisme pengajuan klaim asuransi atas kecelakaan
yang terjadi. Dilain sisi tidak sampai terpropokasi karena ketidak pahaman tentang dasar
penolakan atau digugurkannya klaim asuransi oleh pihak penanggung yang dimohonkan
oleh korban, sehingga korban sepertinya kehilangan haknya atas santunan kecelakaan
lalu lintas atau lakalantas Dengan penelitian ini diharapkan menjadikan titik terang atas
kegelapan akan pemahaman para korban pada khususnya terhadap hak dalam terjadinya
Demikia semoga penelitian yang sangat sederhana ini ada manfaatnya bagi yang
memerlukan
Peneliti
v
DAFTAR ISI
SURAT TUGAS................................................................................................. i
RINGKASAN..................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR........................................................................................ v
I. JUDUL PENELITIAN................................................................................. 1
V Tujuan Penelitian............................................................................................ 5
VI Tinjauan Pustaka........................................................................................... 5
2.Resiko........................................................................................................ 6
3.Tujuan Asuransi......................................................................................... 7
4.Pembagian Asuransi................................................................................... 7
5.Asuransi Wajib........................................................................................... 9
7.Klaim Asuransi............................................................................................ 11
1.Jenis Penelitian......................................................................................... 12
vi
2.Jenis Pendekata......................................................................................... 13
VIII Personalia............................................................................................. 15
IX Pembiayaan........................................................................................... 15
1.Komitmen Pemerintah............................................................................... 16
9.Kesimpulan................................................................................................ 29
9.Saran-saran................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 31
Vii
PROPOSAL PENELITIAN
I.Judul Penelitian :
kecelakaan yang menimpa, hal ini tergantung situasi dan kondisi yang dilakoni atau
dihadapi. Dapat saja peristiwa yang demikian terjadi atas kelalaiannya sendiri atau oleh
kelalaian pihak lain serta sebab lain yang sulit untuk dinalar atau dibayangkan. Dengan
semakin banyaknya aktivitas menusia dalam interaksi sosialnya tak hayal kalau jumlah
permasalahan semakin banyak pula yang akan dihadapi termasuk musibah yang
mencelakaan dirinya atau karena perbuatanya dapat mencelakakan pihak lain dalam
situasi sengaja ataupun tidak disengaja, kejadian kejadian ini merupakan peristiwa yang
tidak diprakiraan atau diharapkan, ataupun yang tidak dapat dianggap akibat tindakan
evenemen.Akibat dari evenemen itu seseorang menjadi menderita karena cidera, setelah
sembuh pada akhirnya mengalami cacat tetap dan atau meninggal. Dengan demikian
kejadian yang dialami oleh seseorang kiranya dapat dirinci sebagai berikut, karena
kelalaian diri sendiri tangan terpotong saat bekerja memotong sesuatu atau orang lain
tertabrak), tidak terduga (misalalnya kejatuhan buah durian, genteng dan lain lain),
bencana alam (banjir atau gunung meletus atau angin topan).Kondisi inilah sebagai resiko
1
2
dalam kehidupan manusia. Dalam situasi lain semakin majunya teknolagi, bahayapun
semakin membangun diri seperti kemajuan dibidang kelistrikan manusia menderita atau
celaka karena kesetrum, dibidang oabat obatan, celaka karena overdosis, dalam dunia
seperti tangan tergilas mesin atau terpotong pisau dalam mesin pemotongan dan lain lain.
Jani faktor celaka karena musibah atau karena kelalaian manusia sendiri atau juga
Dengaon kondisi seperti ini maka munculah ide dari pihak swasta atau dari
Pemerintah untuk memberikan perlindungan atas resiko yang terjadi yang menimpa
pertanggungan atau asuransi yang bersifat wajib yang muncul karena diwajibkan oleh
undang- undang ataupun tidak dalam wujud suka rela dari seseorang untuk mengikatkan
sebagai suatu badan yang siap untuk menerima pengalihan resiko yang menakutkan dan
sebagai badan usaha penerima pengalihan resiko, dapat dilaksakan oleh pemeritah
ataupun oleh pihak swasta.Dalam terjadinya resiko kecelakaan di jalan umum sebagai
asuransi atau pertanggungan yang terlibat dalam resiko yang demikian adalah
pertanggungan wajib sosial. Pertanggungan ini diatur melalui Undang Undang No.34
Tahun 1964 dan sebagai peraturan pelaksanaanya melalui Peraturan Pemerintah No. 18
3
Tahun 1965. Penanganan asuransi ini oleh sebuah badan yaitu PT.Jasa Raharja (Persero)
ternyata santunan dari pertanggungan sosial ini tidak mutlak diterima oleh setiap korban
sebagai akibat pengoperasian kendaraan bermotar di jalan umum atau di lajalan raya. Hal
yang demikian ini masih menjadi pertanyaan dikalangan masyarakat pada umumnya oleh
para korban pada khususnya yang mengalami kecelakaan di jalan sebagai akibat
dikalangan korban dikarenakan rumusan Pasal 4 Undang Undang No.34 Tahun 1964
Dengan rumusan :
“Setiap orang yang menjadi korban mati atau cacat tetap akibat kecelakaan yang
disebabkan oleh alat angkutan lau lintas jalan tersebut dalam Pasal 1, Dana akan
member kerugian kepadanya atau kepada ahli warisnya sebesar jumlah yang ditentukan
Sedangkan alat angkutan lalu lintas yang dimaksudkan adalah kendaraan bermotor.
Dalam Pasal 1 angka 7 Undang Undang No22 Tahun 2009 Kendaraan adalah “suatu
sarana angkut di jalan yang terdiri atas kendaraan bermotor dan kendaraan tidak
“Dana ialah Dana yang terhimpun dari sumbangan wajib, yang dipungut dari para
pemilik/ pengusaha alat angkutan lalu lintas jalan dan yang disediakan untuk menutup
4
akibat keuangan karena kecelakaan lalu lintas jalan korban/ahli waris yang
bersangkutan.”
penolakan atau gugurnya hak korban atas klaim santunan pertanggungan, bagi
Adapun ruang lingkup penelitian ini dibatasi dengan tujuan agar pembahasan
menjadi melebar lepas dari kajian permasalahan yang diangkat. Lingkup pembahasan
dasar penolakan hak korban atas klaim santunan pertanggungan, bagi korban
pertanggungan.
5
V. Tujuan Penelitian :
pertanggungan wajib ini tentang alas dasar dari penolakan dan atau gugurnya pengajuan
klaim oleh korban kecelakaan lalu litas atau keluarga korban atas santunan yang diajukan
kepada lembaga pengelola, sehingga korban tidak dapat atau kehilangan hak untuk
menikmati jaminan sosial sebagaimaba diatur dalam Undang Undang No.34 Tahun 1964
b.Dari hasil dari penelitian yang terfokus pada peraturan yang terkait, akan dapat
kepada masyarakat yang pada akhirnya keresahan yang yang mungkin mengarah pada
ditiadakan, atau dengan kata lain tidak terjadi. Sehingga masyarakat yang kurang
memahami hak sejatinya dari korban dalam pertanggungan ini tidak terpropokasi eleh
pikiran pikiran karena kesalah pemahaman atau kurang pemahaman terhadap hak korban
Dalam hal membahas rumusan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini,
maka disampaikan beberapa tinjauan pustaka berupa konsep1 atau bagan antara lain :
1
Sutan Muhammad Zain,tt,Kamus modern Bahasa Indonesia, Grafica,Jakarta ,h.389
6
(sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti kerugian kerugian besar yang belum
pasti’.2 Dari rumusan ini kiranya dapat disampaikan bahwa orang bersedia membayar
kerugian yang sedikit dalam kurun waktu sekarang, dengan harapan agar bisa
menghadapi kerugian kerugian besar yang mungkin terjadi dikemudian hari atau
rumahnya tersebut membayar premi kepada perusahaan asuransi yang bersedia menerima
2.Resiko.
uncertainty yang mungkin melahirkan kerugian (loos). Unsur ketidak tentuan ini dapat
hidup akan selalu menghadapi kemungkinan resiko dalam hidupnya sendiri, sebab
manusia tidak dapat memahami secara pasti tentang kapan sesuatu yang tidak diharapkan
(evenemen) terjadi.Banyak kejadian kejadian dengan tiba tiba muncul tanpa perkiraan
sebelumnya. Tiba tiba terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan atau sesuatu yang
menyebabkan kerugian. Dapat dikatakan bahwa setiap manusia menghadapi resiko atas
2
H.Abas Salim,1991,Asuransi Dan Manajemen Resiko, edisi ke 2, PT Raja Grafindo
Persada,Jakarta,h.,1.
3
Ibid.
7
hidupnya sendiri, misalnya terjadi kematian yang menimpa sanak keluarganya, kurang
lebih dua jam sebelumnya keluarganya menghubungi melalui telepon, kemudian ada
kabar yang bersangkutan meninggal karena kecelakaan lalu lintas dan sebagainya. Selain
kehilangan jawa sanak saudara, tetapi kerugian juga dialami karena kendaraan yang
dikemudikan juga hancur. Akibat inilah suatu resiko yang dihadapi manusia sebagai
akibat perkembangan dan kemajuan dibidang alat perhubungan atau angkutan. Banyak
lagi hal lain kejadian berupa resiko dalam hidup ini. Seperti rumah kebakaran dan lain
lain lagi.Apakah resiko itu akan menjadi kenyataan atau tidak, hal itu merupakan sesuatu
3 Tujuan Asuransi
4.Pembagian Asuransi.
4.1.Pada pokoknya asuransi itu dapat digolongkan atas dua macam yaitu :
a. Asuransi Kerugian ( schade verzekering ) , yang digolongkan kedalam asuransi ini
meliputi asuransi kebakaran, asuransi laut, asuransi pengangkutan di darat.
b. Asuransi sejumlah uang, (sommen verzekering), yang tergolong dalam asuransi ini
adalah asuransi jiwa , asuransi kecelakaan.5
4
Ny.Emmy Pangaribuan Simanjuntak, 1980,Pertanggungan Wajib/Sosial,Undang Undang No.33
Dan 34 Tahun 1964,Cet ke lima , Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada
,Yogyakarta,h.4.( Selanjutnya disebut Ny.Emmy Pangaribuan Simanjuntak I).
5
Ny.Emmy Pangaribuan Simanjuntak,1980, Hukum Pertanggungan Dan Perkembangannya,Seksi
Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada Yogyakarta,Cet.pertama,Yogyakarta,h.41.
(Selanjutnya disebut Ny.Emmy Pangaribuan Simanjuntak II).
8
Adapun yang membedakan asuransi kerugian dan asuransi jumlah pada pokoknya,
dalam asuransi kerugian penanggung berjanji akan mengganti kerugian tertentu yang
diderita tertanggung. Jadi tidak ditentukan berapa jumlah penggantian kerugian yang
akan diberikan kepada tertanggung, baru akan ditentukan kemudian. Sedangkan dalam
asuransi sejumlah uang, sipenanggung berjanji akan membayar sejumlah uang yang
sudah ditentukan besarnya tanpa disandarkan pada suatu kerugian tertentu .
Pengikatan diri seseorang secara sukarela adakah karena kesadaran pribadi bahwa dalam
kehidupan ini terkadang dikelilingi suatu resiko yang menakutkan. Maka dirasa perlu
9
untuk mengalihkan resiko itu kepada badan usaha yang siap menerima pengalihan resiko
(khusus dibidang materiil atau finansiil), sudah tentu dari pengalihan ini akan terlahirkan
hak dan kewajiban dari masing masing pihak. Sebagai kewajiban pihak tertanggung
berupa pembayaran premi pertanggungan atau asuransi. Dalam hal terjadi evenemen
maka penanggung wajib menggantikan kerugian yang diderita atau dialami tertanggung.
Misalnya dalam pengikatan diri ke dalam pertanggungan kebakaran, maka bila terjadi
Pihak yang diwajibkan oleh undang undang dalam pertanggungan wajib atau
sebagaimana tertuang dalam rumusan Pasal 2 ayat(1) Undang Undang No. 34 Tahun
1964 ditetapkan :
wajib setiap tahun kepada Dana yang dimaksud kan dalam Pasal 1”. (nb UU No.34 Th.
1964).
pertanggungan wajib ini. Dengan demikian kewajiban untuk membayar premi tersebut
adalah pengusaha atau pemilik dari alat angkutan laulintas jalan, seperti kendaraan
bermotor roda dua, empat termasuk angkutan kereta api serta angkutan di laut.
10
akibat dari pengoperasian kendaraan bermotor di jalan umum atau jalan raya. Dengan
2009) Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, dalam Pasal 1 angka 12 ditegaskan
bahwa ”jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum yang berada pada permukaan
tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
Untuk lebih formalnya tentang pengertian kecelakaan lalu lintas jalan, maka
dalam Pasal 1 angka 24 UU No.22 Tahun 2009 dengan tegas dinyatakan” suatu peristiwa
di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa
pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda”.
Demikian juga dalam Pasal 1 dari UU No.22 Tahun 2009 ditegaskan tentang :
lintas”.(angka 27), ”Lalu lintas” itu sendiri dimaksudkan adalah gerak kendaraan dan
Kecelakaan lalu lintas yang disingkat laka lantas adalah merupakan suatu peristiwa yang
materian ataupun kondisi fisik seorang atau nyawa. Dengan demikian kasus kecelakaan
11
ini terjadi melibatkan kendaraan lain atau tanpa melibatkan kendaraan lain atau pemakai
jalan lain yaitu karena selip kemudian terjerumus atau menabrak pohon, menabrak
rambu lalu lintas dan lain-lain. Dari kasus ini mengakibatkan korban atau kerugian
material. Dari rumusan Pasal 1 ayat (24), kiranya dapat ditarik suatu unsur dalam
mengunakan jalan untuk berlalu lintas ( UU No.22 Tahun 2009 Pasal 1 ayat (27).
7.Klaim Asuransi
Tuntutan hak pemegang polis ini adalah berupa klaim pertanggungan. 6 Dengan
demikian klaim pertanggungan dimohonkan oleh tertanggung dalam hal terjadi evenemen
pertanggungan, yaitu suatu kejadian yang sama sekali tidak diharapkan terjadi (kemudian
yang tidak diharapkan itu yang menimbulkan kerugian dialihkan kepada badan yang siap
menerima pengalihan itu. Badan itu adalah Badan Usaha Perasuransian atau
6
Dewan Asuransi Indonesia,1991,Kamus Asuransi Jiwa, h.13.
12
tertanggung.
Penolakan ditinjau dari kata dasarnya yaitu tolak. Dengan demikian menolak artinya
tersebut atau tidak menerima permohonan yang disampaikan. 7 Sedangkan kata gugur
dalam padanan kata sehari hari dapat diartikan meninggal, maksudnya tidak memiliki
nyawa atau tidak berjiwa. Gugurnya klaim pertanggungan berarti tidak bernyawanya
klaim yang disampaikan atau klaim yang diajukan telah mati(gugur).Dapat pula diartikan
terkait dengan pengajuan permohonan, permohonan tersebut sudah tidak berlaku lagi atau
1.Jenis penelitian.
Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian ilmu hukum yang beraspek
normatif. Metode penelitian hukum normatif atau metode penelitian hukum kepustakaan
yaitu penelitian hukum yang mempergunakan data sekunder. Penelitian ini dikenal pula
dengan doktrinal8 Dalam penelitian ini penelitian hukum ditujukan untuk mendapatkan
permasalahan hukum yang ada.Sehubungan dengan penelitian ini pula yang ingin
diungkapkan adalah pengaturan dalam perturan perundang- undangan yang ada pada
7
Sutan Muhammad Zain,op.cit ,h 857.
8
Roni Hanitijo Soemitro,1983,Metodologi Penelitian Hukum, Galia Indonesia,Jakarta,24.
13
dasar penolakan atau gugurnya hak korban atas klaim santunan pertanggungan, bagi
2.Jenis pendekatan .
penggunaan alat angkutan bermotor di jalan raya. Adapun peraturan perundang undangan
yang menjadi pokok kajian , khusus yang mengatur kecelakaan dijalan raya dan
perundang undangan yang berhubungan pemberian jaminan sosial atas kecelakaan yang
terjadi sebagai akibat penggunaan teknologi trasportasi yang menimpa awak alat
angkutan umum.
Sumber bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sumber
bahan hukum primer dan sumber bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer
hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini berupa UU No 22 Tahun 2009, UU
No.34 Tahun 1964, PP No 17 Tahun 1965, PP No.18 Tahun 1964. sedangkan bahan
hukum sekunder merupakan bahan hukum berasal dari doktrin-doktrin yang ada dari
menjelaskan bahan hukum primer yang merupakan hasil olahan pendapat atau pikiran
para pakar hukum yang khusus memberikan petunjuk arah penelitian. Adapun yang
dimaksud dengan bahan hukum sekunder yaitu hasil karya ilmiah para sarjana, hasil-hasil
penelitian yang tersangkut dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.
Dengan telah terkumpulnya bahan hukum baik yang berasal dari bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder kemudian diolah dan dianalisa secara kualitatif.Pada
tahap pengolahan bahan hukum yang telah terkumpul, dikatagorikan dan dikualifikasikan
kerangka yang telah disiapkan. Pada tahapan analisis bahan hukum yang telah
satu dengan bahan hukum yang lainnya.Kemudian dilaksakan penafsiran dari bahan
hukum tersebut untuk dapat ditarik simpulan tentang permasalahan yang dibahas atau
diangkat. Keseluruhan hasil analisis disajikan secara diskriptif yaitu dengan memaparkan
secara lengkap segala permasalahan terkait dengan yang diteliti disertai ulasan-ulasan
e.Fakultas : Hukum
1.Komitmen Pemerintah.
Riset tentang kecelakaan lalu lintas dan cara pencegahannya terus berlanjut
untuk mengurangi jumlah kecelakaan, namun kebijakan yang bersifat kuratif juga
diperlukan sebagai contingency plan. Tatkala safety berkendaraan dan trasfortasi belum
sampai pada yang diharapkan, maka program yang dapat membantu meringankan beban
finansial yang diderita oleh para korban kecelakaan lalu lintas dan keluarganya
seharusnya tersedia. Penerapan prinsip prinsip asuransi merupakan salah satu mekanisme
Pemerintah sudah jauh sebelumnya telah menyadari hal tersebut. Dengan pembuktian
diberlakukannya Undang Undang No.33 Tahun 1964 tentang Dana pertanggungan Wajib
kecelakaan penumpang dan Undang Undang No.34 Tahun 1964 tentang Dana kecelakaan
alat trasfortasi modern pada waktu itu. Dengan banyak terjadinya kecelakaan maka
1964 tersebut. Khusus pembentukan Undang Undang No.34 adalah dirancang untuk
memberikan perlindungan kepada pihak ketiga yang berada di luar kendaraan bermotor
yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Misalnya para
pejalan kaki termasuk dalam skema perlindungan ini.Kedua jenis asuransi atau
pertanggungan ini termasuk asuransi sosial yang implikasinya program tersebut sifatnya
wajib.9
16
9
Kun Wahyu Wardana, op.cit.,h.3-5.
17
banyak yang beredar di jalan, maka dengan sendirinya jumlah korban kecelakaan
bermotor sangat berpotensi menyebabkan pengguna jalan lainnya yang tidak bersalah
menjadi korban. Kecelakaan itu terjadi bisa karena adanya unsur kelalaian atau
kesalahan dari sipengemudi dalam mengendarai kendaraannya. Karena itu Pasal 191
bertanggung jawab atas kerugian yang diakibatkan oleh segala perbuatan orang yang
tidaklah serta merta perusahaan angkutan bertanggung jawab, tetapi jika tidak adanya
unsur kesalahan yang dilakukan oleh para pekerja angkutan dalam proses pengangkutan.
Dalam kontek hukum pidana, terkait dengan permasalahan ini dikenal adanya
alasan pembenar dan alasan pemaaf yaitu hal yang dapat dianggap sebagai suatu alasan
yang dianggap dapat menghapus sifat melawan hukum perbuatan itu. Implikasi
Meski perbuatan itu sesuai dengan yang dilarang oleh undang undang. Kreteria yang
- Adanya keadaan memaksa yang sama sekali tidak dapat dielakkan atau diluar
kemampuan
- Disebabkan gerakan orang dan atau hewan walaupun telah diambil tidakan
pencegahan.10
Menelusuri penegasan Pasal 3 Undang Undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu
a. Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman selamat, tertib,
lancar dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian
nasional,memajukan kesejahteraan umum,memperkukuh persatuan dan kesatuan
bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;
b. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan
c. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat. (cetak miring
dari peneliti)
Dari tujuan pengangkutan huruf a., dalam pelayanan angkutan sedapat mungkin
UU No.22 Tahun 2009 dan diulang lagi dalam Pasal 1 ayat (1) PP No.74 Tahun bawa
”angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat ketempat lain
kendaraan dirumuskan dalam Pasal 1 angka 7 UU No.22 Tahun 2009 adalah ”suatu
sarana angkut di jalan yang terdiri atas kendaraan bermotor dan tidak bermotor.” Dengan
pengoperasian sarana angkut ini tidaklah dapat dipungkiri akan bahaya yang ditimbulkan,
10
Kun Wahyu Wardana, op.cit.,h.22.
19
Dari konsideran menimbang huruf b Undang Undang No.22 Tahun 2009, dapat pula
”Bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai bagian dari sistem trasnportasi nasional
Dari tujuan tersebut jelas sekali keselamatan berlalu lintas merupakan tujuan.
a. kelalaian manusia.
b.faktor lain adalah kondisi dari kendaraan bermotor angkutan umum yang tidak layak
Jika dilihat dari fakta yang ada, maka faktor kondisi jalan merupakan faktor pula
dalam terjadinya kecelakaan pengguna jalan. Dalam Tahun 2011 dari data Kepolisian RI
tercatat kecelakaan lalulintas 109.776 kecelakaan dan dari kasus kecelakaan tersebut
korban meninggal mencapai 31.185 jiwa, dalam tahun 2012 jumlah kasus kecelakaan
Untuk daerah Bali angka kecelakaan lalu lintas ( lakalantas) dalan setiap tahunnya
rata-rata mencapai 1.500 kasus dengan korban meninggal mencapai 550 korban jiwa.
11
Ibid.
20
Dari angka ini menunjukkan rata-rata hampir (2) dua jiwa melayang setiap harinya
akibat lakalantas.
Adapun penyebab lakalantas ini pada umumnya menurut penjelasan dari Direktur
Lalu Lintas Polisi Daerah Bali (Polda), Kombes Pol.Beno Leohennapessy ada beberapa
Faktor kelalaian manusia, tertuju pada sopir atau pengendara ngantuk atau sedang
Selain faktor tersebut diatas masih banyak faktor lain yang mengakibatkan
terjadinya kecelakaan di jalan raya yang berakibat fatal( luka-luka, cidera berat,
meninggal). Hal ini tiada lain juga disebabkan kurang beretika dalam berlalu lintas, kebut
kebutan, ugal-ugalan. Hal ini menunjukkan belum adanya etika serta budaya baik dalam
dipahami bahwa sumbangan wajib yang dipungut dari para pemilik atau pengusaha alat
angkutan lalu lintas jalan, terhimpun berupa Dana, kemudian Dana ini dimanfaatkan
untuk menutup akibat keuangan karena kecelakaan lalu lintas jalan bagi korban atau bagi
ahli waris dari korban yang meninggal dunia. Sumbangan wajib ini harus disetorkankan
setiap tahun ( Pasal 2 ayat (1). Dalam praktek dilapangan penyetoran sumbangan wajib
12
Bali Post, 23 Agustus, kolom 1,2 dan 3, h.,3.
21
ini dilaksanakan pada saat perpanjangan surat tanda nomor kendaraan setiap tahun. Dari
Dana ini ( Perusahaan ) akan memberikan santunan kepada setiap orang yang menjadi
korban mati, cacat tetap karena kecelakaan lalu lintas jalan ( Pasal 4 Undang Undang
pemilik kendaraan bermotor kepada pihak ketiga yang menderita kerugian sebagai akibat
penggunaan kendaraan tersebut. Santunan diberikan terbatas pada cidera, cacat tetap atau
meninggalnya seseorang13.
sumbangan wajib di dalam Undang Undang No. 34 Tahun 1964, berarti tidak lain dari
juga harus bertanggung jawab atas segala akibat akibat cacat atau kematian yang
diderita orang lain di luar kendaraan itu yang menyebabkan peristiwa tabrakan atau
13
Kun Wahyu Wardana,, op.cit., h.71
14
Ny Emmy Pangaribuan Simanjuntak I, op.cit.,h.23.
15
Emmy Pangaribuan Simanjuntak, 1980, Hukum Pertanggungan, (selanjutnya disebut Emmy
Pangaribuan Simanjuntak II), Seksi Hukum Dagang, Fak. Hukum Universitas Gajahmada,Yogjakarta.,
h.,91.
22
santunan diatur melalui Peraturan Pemerintah ( PP No.18 Tahun 1965). Jaminan bagi
korban atau ahli waris korban laka lantas ditegaskan dalam rumusan Pasal 10 Peraturan
kecelakaan;
- meninggal dunia dalam kurun waktu 365 hari setelah laka lantas sebagai akibat
3)mengalami cacat tetap dalam kurun 365 hari sejak laka lantas;( berdasarkan Peraturan
santunan terhadap cacat tetap ditentukan pula berdasarkan tabel yang telah ditegaskan
4)biaya pengobatan dari perawatan korban selama 365 hari sejak laka lantas
Rp.10.000.000,-)
5)dalam hal koban meninggal dunia tanpa ahli waris, berdasarkan Peraturan Menteri
Dalam hal terjadi kecelakaan yang dijamin asuransi kecelakaan lalu lintas jalan, maka
pihak korban atau ahli warisnya berhak atas santunan dengan mengikuti prosedur yang
23
b. Mengisi formulir pengajuan santunan Yang telah disediakan oleh PT Jasa Raharja
(Persero)
d. Menyerahkan formulir keterangan kesehatan korban yang telah diisi oleh pihak
e. Dalam hal korban meninggal dunia, maka ahli waris korban harus menyerahkan
formulir keterangan ahli waris yang telah diisi dan ditanda tangani oleh Kepala
cuma).
Kelengkapan lain selain hal tersebut di atas, pihak korban atau ahli warisnya harus
antara lain :
berlaku),
masih berlaku).
Ahli waris korban harus menyerahkan dukumen yang sebagai dimaksud butir
c.1 dan 3.
Jikakalau diperlukan maka korban atau ahli waris korban dapat melengkapi
2. Surat keterangan beda nama dari kepala desa/lurah, bila terdapat perbedaan
nama korban atau ahli waris dalam salah satu persyaratan utama.16
16
Kun Wahyu Wardana, op.cit.,h 104-105.
25
otomatis santunan itu diperoleh, menjadi hak korban untuk mengklaim santunan sebagai
tertuang dalam rumusan Pasal 10 PP. No.18 Tahun 1965. Hal ini secara tegas diatur
dalam Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1964 yang ditegaskan dalam rumusan
Pasal 13;
2. kecelakaan terjadi karena kesengajaan baik oleh korban atau ahli waris korban,
c.korban memiliki cacat badan atau keadaan badaniah/rohaniah luar biasa lain
kecepatan;
b.kecelakaan terjadi akibat peristiwa alam seperti gempa bumi, letusan gunung
Jadi jelas sekali bahwa pemberian santunan kepada korban selain didasarkan atas
kesalahan, tetapi juga bawa korban kecelakaan sebagai akibat tidak dipergunakan sarana
angkutan tersebut yang tidak sesuai dengan peruntukannya, tidak ada jaminanya dengan
bencana alam terkait dengan proses pengangkutan, misalnya pohon tumbang yang
dibatasi sehingga hak korban terhadap santunan sebagai wujud perlindungan dan atau
jaminan sosial juga tegas pembatasannya dalam Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun
kendaraan bermotor di jalan raya merupakan bentuk lakalantas sebagaimana yang telah
pelaksanaannya, tetapi ada faktor waktu yang mengakibatkan gugurnya hak korban
lakalantas atas jaminan sosial berupa santunan kecelakaan lalu lintas.Tentang gugurnya
1).Pasal 18 ayat (1) huruf a.jikalau klaim tidak diajukan dalam enam bulan terhitung saat
terjadinya lakalantas;
27
2).Pasal 18 ayat (1) huruf b, jika pihak penjamin digugat ke pengadilan perdata yang
berwenang dalam waktu enam bulan setelah klaim ditolak secara tertulis oleh penjamin;
3).Pasal 18 ayat (1) huruf c, jika klaim dipenuhi tetapi tidak direalisasi oleh yang berhak
4).Pasal 18 ayat (2) jikalau tidak mengindahkan penunjukan dokter untuk pemeriksaan
dokter tertentu bila dipandang perlu untuk pemeriksaan korban adalah hak penjamin
dan wajib untuk dipatuhi oleh korban atau ahli warisnya Pasal 10 ayat (5dan 6) PP No
18 Tahun 1965).
8. Hak Korban Atas Batuan Laka Lantas Dalam UU No.22 Tahun 2009.
Jikalau hak korban itu tidak dibatalkan atau digugurkan maka hah hak korban
dapat dipahami dari ketentuan Undang Undang Lalu Litas Jalan.Sebagai mana
terumuskan dalam Pasal 191 Undang Undang Lalu Lintas Jalan Undang Undang No 22
”Perusahaan Angkutan Umum Bertanggung Jawab atas kerugian yang diakibatkan oleh
Dari rumusan pasal ini dapat diarik suatu pengertian bahwa akibat kelalaian si pengemudi
perusahaan bertangung jawab atas tindakan si pengemudi. Hal ini dipertegas kembali
angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang dan/
28
atau pemilik barang dan / atau pihak ketiga karena kelalaian pengemudi.” Lebih lanjut
tentang hak korban, Pasal 235 ,” Jika korban meninggal dunia akibat lakalantas
sebagaimana dimaksud Pasal 229 pengemudi, pemilik atau perusahaan angkutan umum
wajib memberi bantuan kepada ahli waris korban berupa biaya pengobatan / biaya
penguburan dengan tidak mengurangi tuntutan pidana. Jikalau hal ini dihubungkan
dengan Pasal 236 undang undang ini, dengan rumusan ” Pihak yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud Pasal 229 wajib mengganti
berat ringannya kecelakaan atas kecelakaan ringan, sedang dan kecelakaan berat.
pada kendaraan dan atau barang. Kecelakaan desang adalah laka lantas yang
lakalantas berat adalah kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau
luka berat. Kecelakaan kecelakaan ini tidak semata mata kecerobohan atau kelalaian
pengguna jalan semata mata tetapi juga dapat diakibatkan oleh ketidaklaikan kendaraan
Dalam Pasal 240 huruf b, juga ditegaskan kembali ”Ganti rugi dari pihak yang
bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan dan 249 c, ”santunan kecelakaan lalu
lintas dari Perusahaan Asuransi. Dari rumusan Pasal 240 dapat disimpulkan gati rugi
yang dialami korban mendapat bantuan dari dua sumber yaitu dari pihak yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan dan dari pihak asuransi. Pihak asuransi yang
29
dimaksud adalah lakalantas berdasarkan Undang Undang No.34 Tahun 1964 yaitu
9.Kesimpulan :
9.1. Mengenai hak korban untuk memperleh jaminan sosial berupa santunan sebagai
wujud perlindungan bagi pihak ketiga yang mengalami kecelakaan sebagai akibat
dari penggunaan angkutan lalu lintas jalan antara lain pengguaannya harus sesuai
batas waktu baik dalam pengajuan klaim santunan dan realisasi hak yang telah
jaminan dari santunan kecelakaan penumpang, yang berakibat pada penolakan dan
9.2. Mekanisme pengajuan klaim atas santunan lakalantas, formulir permohonan telah
disiapkan oleh perusahaan yang berisi identitas diri yang berhak atau ahli waisnya,
bukti prosesverbal dari polisi lalu lintas atau lembaga yang berwenang, dilengkapi
dengan keadaan korban, cacat tetap atau meninggal (bukti keabsahan sebagai ahli
waris), dari dokter yang berwenang, diajukan kepada PT Jasa Rahaja ( Persero)
10.Saran-Saran.
10.1.Walau undang undang tentangjaminan sosial ini tertogolong sudah renta dari segi
berwajib sebaiknya selalu mencari momen yang tepat untuk mensosilisasikan aturan
ini agar selalu terngiang ditelinga para pengguna jalan. Dengan demikia tujuan untuk
10.2.Sosialisasi secara terpadu dengan pihak terkait ke semua lini, seperti organisasi
organisasi sosial, sekolah sekolah, dalam kegiatan ilmiah,bisnis, keagamaan dan lain
Buku :
Abas Salim A,2000, Asuransi Dan Manajemen Resiko, Raja Grafindo Persada,Jakarta.
Jasa Raharja, Tt., Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Dan Penumpang Umum.
Indonesia, Unadang Undang Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan ,Undang Undang
No.22 Tahun 2009, Lembaran Negara RI Tahun 2009 No.96,Tambahan LN RI
No.5025.
30