Anda di halaman 1dari 22

PERTANGGUNGJAWABAN ASURANSI TERHADAP

BAHAYA DI LAUT

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Investasi dan Pasar Modal Dosen
pengampu : Prof. Dr. Abdullah S.H., M.H.

Disusun oleh

Kelompok 4

Anggota:

Rifat Paquita Gutama (11180480000007)

Egidia Trinisa (11180480000038)

Mira Rosadah (11180480000099)

Panji Ananta Puspanegara (11180480000079)

Muammar Rafii Fauzan (11180480000072)

Rizkya Amalia (11180480000106)

Viena Maysa (11180480000039)

Program Studi Ilmu Hukum

Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

1443 H / 2021 M

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang
berjudul “Asuransi Laut” dengan baik.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Abdullah S.H., M.H. selaku
dosen pengampu pada mata kuliah Hukum Perbankan yang telah memberikan arahan terkait
makalah ini. Terima kasih pula kami ucapkan kepada pihak lainnya yang telah membantu
selama proses pembuatan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi dan juga ilmu yang bermanfaat terhadap pembaca. Akhir kata,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Ciputat, 28 Oktober 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................5
C. Tujuan.................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................6
A. Landasan Hukum Asuransi Laut........................................................................................6
B. Hak dan Kewajiban Pihak-Pihak dalam Asuransi Laut......................................................7
C. Manfaat Asuransi................................................................................................................7
D. Prinsip-prinsip Dasar Asuransi Prinsip-prinsip dasar penutupan asuransi merupakan
dasar persetujuan.....................................................................................................................8
E. Jenis Bahaya Laut...............................................................................................................8
F. Jenis Asuransi Laut...........................................................................................................10
G. Ruang Lingkup Pertanggungjawaban Asuransi Laut.......................................................11
H. Contoh Kasus Dan Penyelesaiannya Berdasarkan Pertanggungjawaban Asuransi
Terhadap Bahaya Di Laut.....................................................................................................15
BAB III.....................................................................................................................................20
PENUTUP.................................................................................................................................20
A. KESIMPULAN................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia di dalam hidupnya selalu menginginkan semua yang dilakukannya berjalan


dengan lancar, baik itu usaha, perjalanan, pendidikan anak-anaknya, ataupun kesehatan. Akan
tetapi tidak semua dari apa yang direncanakan selalu menjadi kenyataan. Terkadang, ada
peristiwa-periswa yang tidak dapat dihindari oleh manusia, contohnya adalah bencana alam.
Kemungkinan menderita kerugian itulah yang disebut dengan risiko.

Ada beberapa cara yang dilakukan oleh manusia atas risiko yang tidak pasti tersebut. Cara
yang pertama adalah dengan cara menghindari resiko dengan mengusahakan supaya
kehilangan atau kerugian itu tidak terjadi . Yang kedua adalah menghadapi resiko agar risiko
yang terjadi tidak semakin besar. Dan yang ketiga adalah mengalihkan resiko kepada orang
lain, hal inilah yang disebut perjanjian pengalihan resiko atau asuransi.

Man S. Sastrawidjaja dan Endang mengatakan bahwa adanya kegunaan positif dari
asuransi membuat perlu adanya perkembangan asuransi. Sehingga asuransi yang semula
hanya asuransi yang terdapat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), saat
ini sudah mengalami perkembangan, baik hal tersebut merupakan asuransi sosial ataupun
asuransi komersial.

Di dalam pengangkutan laut pemilik barang selalu menghadapi resiko barang-barang


yang diangkut itu kemungkinan sampai di tempat tujuan nilai dan barangnya itu akan
berkurang, baik karena hilang karena kerusakan selama berlangsungnya pengangkutan,
karena musnah ataupun karena sebab yang lain. Kemungkinan berkurangnya nilai dari barang
yang tidak disadari oleh pemilik barang tersebut te,ntunya tidak diharapkan terjadinya. Semua
kerugian yang mungkin dialami oleh pemilik barang dapat dialihkan kepada perusahaan
astrransi.

Sehubungan dengan hal tersebut dibutuhkan hadimya penrsahaan asuransi sebagai


pengalihan risiko atas kerugian yang dapat timbul karena terjadinya berbagai macam kejadian
yang tidak terduga. Hadimya perusahaan asuransi juga dirasakan oleh dunia usaha mengingat
disatu pihak terdapat berbagai nsiko ynng secara dasar dan rasional dirasakan dapat
mengganggu kelangsurgan kegiatan usahanya

4
B. Rumusan Masalah

1. Apa landasan hukum mengenai Asuransi Laut?

2. Apa saja hak dan kewajiban para pihak Asuransi Laut?

3. Apa saja manfaat asuransi bagi para pihak Asuransi Laut?

4. Prinsip-prinsip apa saja yang dipakai dalam Asuransi?

5. Apa saja jenis bahaya laut?

6. Apa saja yang menjadi ruang lingkup asuransi laut?

7. Bagaimana penyelesaian kasus berdasarkan pertanggungjawaban asuransi terhadap


bahaya di laut?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa saja hukum yang melandasi terkait asuransi laut

2. Untuk mengetahui apa saja bahaya laut

3. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi ruang lingkup asuransi laut

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Hukum Asuransi Laut

Asuransi Laut merupakan pelopor dari segala jenis asuransi. Asuransi Laut di dalam
KUHD diatur secara jelas, terperinci dan luas hingga lebih dari 25 Pasal, diantaranya
adalah :1

a. Buku I Bab IX Pasal 246 KUHD - Pasal 286 KUHD tentang Asuransi pada umummya
sejauh tidak diatur dengan ketentuan khusus;

b. Buku II Bab IX Pasal 592 KUHD – Pasal 685 KUHD tentang Asuransi Bahaya Laut,
dan Bab X Pasal 686 KUHD – Pasal 695 KUHD tentang Asuransi Bahaya Sungai dan
Perairan Pedalaman;

c. Buku II Bab XI Pasal 709 KUHD Pasal 721 KUHD tentang Avarai;

d. Buku II Bab XII Pasal 744 KUHD tentang Berakhirnya perikatan dalam Perdagangan
laut.2

Asuransi Laut termasuk dalam jenis asuransi pengangkutan yang merupakan produk
asuransi yang bertujuan untuk memberikan proteksi terhadap barang yang diangkut baik
melalui darat, laut maupun udara. Asuransi pengangkutan diperuntukan bagi pemilik barang
baik perseorangan, lembaga ataupun perusahaan, yang memerlukan perlindungan atas
pengangkutan barang asuransi kelautan bertujuan melindungi tertanggung (seperti eksportir,
importer, pengirim barang, pemesan barang, pemilik barang-barang pindahan) terhadap
resikoresiko kerugian atau kerusakan barang-barang selama barang-barang tersebut menjalani
pengangkutan atau pengiriman.

Asuransi laut (marine insurance) adalah kontrak pembebasan antara perusahaan asuransi
dan orang yang diasuransikan (perusahaan asuransi) untuk manfaat yang terkait dengan kapal
sebagai alat transportasi dan barang sebagai muatan di kapal, dan bahaya (bahaya laut). )
Atau lainnya bahaya yang terkait dengan bahaya maritim. Anda mungkin untuk kepentingan
dan tanggung jawab pihak lain atau pihak ketiga sebagai penyebab kejadian atau sebagai
1 Hukum Asuransi, Dwi Tatak Subagiyo, S.H., M.HUM, Fries Melia Salviana, S,H., M.H, PT REVKA PETRA MEDIA,
2016, (https://erepository.uwks.ac.id/5191/1/Buku%20Hukum%20Asuransi.pdf) 2
Muhammad, Abdulkadir. 2011. Hukum Asuransi Indonesia, Cet ke 5. Bandung : PT.
Citra Aditya Bakti.

6
korban dari kejadian yang menyebabkan kerusakan tersebut. Banyak pemangku kepentingan,
seperti ahli, serta mereka yang bertanggung jawab atas kasus-kasus seperti perusahaan
pelayaran,
perusahaan bongkar muat, perusahaan transportasi, dan pengelola terminal pelabuhan terlibat
dalam penyelesaian klaim. Selain Pasal 256 KUHD Selain Pasal 256 KUHD, maka Pasal 592
KUHD mewajibkan polis :

1. Nama Nahkoda, nama Kapal, dengan menyebutkan macamnya, dan pada


pertanggungan kapalnya, penyitaan apakah kapal itu terbuat dari kayu cemara, atau
keterangan bahwa Tertanggung tidak mengetahui tentang keadaan itu;

2. Tempat barang-barang dimuat atau harus dimuat;

3. Pelabuhan tempat kapal seharusnya berangkat, atau harus berangkat;

4. Pelabuhan atau pantai tempat kapal harus memuat atau membongkar;

5. Pelabuhan atau pantai yang harus disinggahi kapal;

6. Tempat permulaan berlangsungnya bahaya yang menjadi beban penanggung:

7. Nilai kapal yang dipertanggungkan.

B. Hak dan Kewajiban Pihak-Pihak dalam Asuransi Laut

1. Penanggung
Penanggung (Insurer), yaitu pihak yang menerima pengalihan risiko yang
mungkin dihadapi oleh Tertanggung. Hak utama dari seorang Penanggung adalah
mendapatkan premi dalam jumlah yang telah ditentukan, dan kewajibannya adalah
memberikan penggantian kepada Tertanggung karena sesuatu kerugian, kerusakan
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan diderita.
2. Tertanggung
Tertanggung (insured), yaitu pihak yang mengalihkan risiko yang mungkin
dihadapinya. Kewajiban dan hak yang paling utama dari tertanggung adalah
membayar sejumlah tertentu, serta mengajukan klaim kepada Penanggung apabila
risiko yang dipertanggungkannya benar-benar terjadi.

7
C. Manfaat Asuransi

1. Bagi Penanggung
Kesediaan penanggung untuk memberikan proteksi atas risiko yang dialihkan oleh
Tertanggung dikarenakan premi yang diperoleh dari Tertanggung sendiri, sebagai
balas jasa proteksi asuransi selama periode pertanggungan. Premi disini
mencerminkan besarnya biaya biaya dan keuntungan yang diharapkan oleh
Penanggung dalam produksi jasa-jasa asuransinya.
2. Bagi Tertanggung
Manfaat asuransi bagi tertanggung (khususnya bagi pengusaha) adalah menambah
efisiensi atau menguntungkan. Sebab apabila kepentingan yang di asuransikan
terkena risiko dan mengakibatkan kerugian yang paling besar, maka pemiliknya
akan mendapatkan ganti rugi hanya dengan membayar premi yang jumlahnya
sedikit, dan juga para pengusaha tidak perlu ragu-ragu untuk melakukan kegiatan
usahanya, karena telah terhindar dari risiko kerugian dan kemacetan
perkembangan usahanya dikemudian hari.

D. Prinsip-prinsip Dasar Asuransi Prinsip-prinsip dasar penutupan asuransi


merupakan dasar persetujuan

Asuransi yang harus diperhatikan dan dipenuhi oleh Tertanggung dan Penanggung serta
merupakan prinsip yang mengikat kedua belah pihak. meskipun tidak dinyatakan secara
tertulis dalam polis (Implied conditions), yakni sebagai berikut

1. Kepentingan Yang Di Asuransikan (Principles of Insurable Interest)


Menurut prinsip Insurable Interest dalam asuransi laut, tertanggung hanya boleh
melakukan penutupan asuransi atau objek pertanggungan apabila ia mempunyai
kepentingan (Interest) yang dapat di asuransikan.
2. Itikad Baik (Principles of Utmost Good Faith)
Menurut prinsip ini penutupan asuransi baru di anggap sah secara hukum apabila
dilakukan atas dasar itikad baik dari kedua belah pihak. yakni Tertanggung dan
Penanggung.

8
E. Jenis Bahaya Laut

Bahaya laut merupakan bahaya yang terjadi akibat atau juga bisa berhubungan dengan
navigasi laut. Dalam hal ini seperti api, bahaya perang, pencuri, bajak laut, penyitaan,
penangkapan, penahanan dan lain sebagainya. Bahaya laut tersebut dibedakan menjadi 2
yaitu perils on the sea dan perils of the sea. Setiap jenis bahaya tersebut juga memiliki
beberapa jenis lainnya. Jenis bahaya pelaut yang bisa terjadi, yaitu:2

1. Perils on the sea

Bahaya ini terjadi dilaut dan bukan disebabkan oleh alam. Dalam hal ini bisa terjadi karena
kelalaian awak kapal dan lainnya:

• Musuh: walaupun di laut dalam keadaan tanpa kapal lain yang melintas, namun sangat
bisa terjadi bahaya yang disebabkan oleh musuh. Kapal milik musuh bisa
mengakibatkan kerugian yang ditanggung dan tertanggung oleh polisi kelautan.

• Kebakaran: kerusakan yang diakibatkan oleh api dan asap bisa termasuk dalam
bahaya kebakaran. Air yang digunakan untuk membantu memadamkan api bisa
menyebabkan kerusakan pada barang yang dipertanggungkan. Akibatnya barang
tersebut tidak bisa

diasuransikan. Sedangkan kerusakan karena ledakan, petir dan kebakaran karena lalai
bisa dimintai bersetujuan dari underwriter.

• Bajak laut: walaupun saat ini sudah jarang terjadi karena semakin canggihnya alat
komunikasi, namun bajak laut tetap bisa menjadi ancaman. Untuk itu memang penting
mengetahui bahaya yang bisa terjadi jika ingin menjadi pelaut dari lowker pelaut.

• Pemfitnahan: tindakan berupa pemfitnahan secara sengaja yang dilakukan antar kru
tanpa sepengetahuan pemilik dengan sengaja.

• Penahanan: merupakan kerugian yang disebabkan oleh penahanan kapal atau


muatannya karena regulasi tertentu.

2 Apa Saja 2 Jenis Bahaya Pelaut yang Bisa Terjadi JobPelaut, 2021, (https://jobpelaut.com/info-pelaut/apasaja-
2-jenis-bahaya-pelaut-yang-bisa-terjadi/)

9
• Pengekangan: pengekangan ini merupakan ketidakleluasaan sebuah kapal untuk
menggunakan pelabuhan dengan bebas karena pemerintah. Hal tersebut bisa
menyebabkan kemungkinan kehilangan pelayaran atau gangguan.

• Ledakan: ledakan pada kapal yang bisa merusak kargo atau lambung kapal juga
termasuk dalam bahaya kapal.

2. Perils of the sea

Termasuk dalam jenis bahaya laut yang memang disebabkan oleh alam atau sifat laut. Seperti
menabrak karang, ombak besar, kandas dan lainnya.

• Kondisi cuaca: bahaya laut yang satu ini memang dikarenakan perubahan cuaca di
lautan yang mungkin tidak terduga. Seperti tiba-tiba adanya angin besar, ombak yang
besar dan cuaca buruk lainnya.

• Tidak disengaja: bahaya pelaut dalam kapal selanjutnya adalah tidak disengaja.
Kehilangan yang tidak disengaja atau kebetulan yang bisa terjadi karena adanya
ombak atau angin yang tidak biasa.

• Kebetulan: korban atau kecelakaan yang banyak disebutkan terkadang sebagai sesuai
yang terjadi dalam keadaan tidak sengaja. Dimana kejadian tersebut bisa
menyebabkan cedera atau kerusakan.3

F. Jenis Asuransi Laut

1. Marine Cargo Insurance, yaitu asuransi yang mempertanggungkan barang dan


kepentingan yang ada didalamnya :

a. Cargo, harga beli barang itu sendiri;

b. Freight, biaya pengiriman atau ongkos kapal;

c. Forwading Expenses, ongkos pembongkaran dan pengurusan barang;

d. Premi Asuransi;

e. Imaginary Profit, keuntungan yang diharapkan;

3 Talaat, Wan & Hussain, Shaik. 2009. Perils of the Sea. The International Journal of Interdisciplinary Social
Sciences: Annual Review. 4. 213-226. 10.18848/1833-1882/CGP/v04i09/52990.

10
f. Cash in Transit.

2. Marine Hull and Machinary Insurance, yaitu asuransi atas kapal dan kepentingan
yang melekat di dalamnya, meliputi :

a. Kepentingan dari pemilik kapal akibat dari rusaknya kapal serta kerugian-kerugian
lainnya yang langsung diderita pemiliknya.

b. Kerugian pemilik kapal akibat tanggung jawanya kepada pihak lain yang terjadi
selama ia mengoperasikan kapalnya.

G. Ruang Lingkup Pertanggungjawaban Asuransi Laut

1. TLO (Total Loss Only)

Kondisi polis ini memberikan jaminan dalam hal barang/objek yang dipertanggungkan
mengalami kerugian Total, yang berarti :4

▪ Musnah atau rusak seluruhnya, tidak berbentuk sama sekali.hilang seluruhnya.

▪ Hilangnya hak/kepentingan atas barang tersebut.

▪ Apabila biaya-biaya pemulihan/pengembalian barang yang dipertanggungkan lebih


besar dari harga barang tersebut ditempat tujuan, maka kerugian tersebut secara
Constructive dapat dikatakan Kerugian Total (Total Loss).

Kondisi Total Loss ini dibagi dalam 2 Jenis, yaitu :

▪ Total Loss of the goods.

▪ Total Loss of the goods following Total Loss of the vessel.

(selain barang yang mengalami Total Loss, Kapal Pengangkut juga harus Total Loss)

▪ Institute Cargo Clause “C” 1/1/82

▪ Institute Cargo Clause “B” 1/1/82

4 Jenis-jenis kondisi pertanggungan dalam Asuransi Marine Cargo, Afrianto Budi, 2012, Akademi Asuransi,
(https://www.akademiasuransi.org/2012/11/jenis-jenis-kondisi-pertanggungan-dalam.html)

11
▪ Institute Cargo Clause “A” 1/1/82

Untuk kondisi ICC “C”, “B” dan “A” dapat lihat dibawah ini (terjemahan bebas dalam
bahasa Indonesia, namun hanya digunakan untuk kepentingan internal PT. Asuransi
Central Asia saja, tidak diperkenankan untuk umum).-

INSTITUTE CARGO CLAUSE 1/1/82.

Adalah klausula yang lazim dipergunakan dalam pengangkutan melalui laut (Marine Cargo
Insurance), klausula ini berlaku secara International, termasuk Perusahaan Asuransi di
Indonesia juga mempergunakan klausula ini dalam setiap penutupan Asuransi Pengang-kutan
melalui laut.

Klausula ini terdiri dari 3(tiga) jenis, yaitu :

▪ Institute Cargo Clause “A” 1/1/82

▪ Institute Cargo Clause “B” 1/1/82

▪ Institute Cargo Clause “C” 1/1/82

Klausula ini terdiri dari 19 pasal, perbedaan antara klausula “A”; “B” dan “C” hanya
terletak pada Pasal I mengenai Risiko yang dijamin, sedangkan pasal-pasal yang lain sama.
Terjemahan bebas dari clausula tersebut sebagai berikut :

Institute Cargo Clause “A” 1/1/82

Risiko yang Dijamin

▪ Asuransi ini menanggung semua kerugian atau kerusakan terhadap barang yang
dipertanggungkan, kecuali yang disebutkan dalam pasal 4, 5, 6, 7 dibawah ini.

▪ Asuransi ini menanggung kerugian General Average dan Salvage Charges,


disesuaikan atau ditetapkan menurut kontrak pengangkutan dan/atau undang-undang
dan kebiasaan yang berlaku yang dijalankan untuk menghindari atau ada hubungannya
dengan usaha untuk meng-hindari kerugian dari sebab apa saja, tidak termasuk yang
dikecualikan dalam pasal 4, 5, 6 dan 7 atau dibagian lain dalam asuransi ini.

12
▪ Asuransi ini juga mengganti kerugian pada tertanggung atas bagian barang
tanggungan dibawah kontrak pengangkutan dengan klausula “Tabrakan dimana kedua
pihak bersalah” dalam hubungan dengan kerugian yang ditemukan kembali seperti
tersebut dalam klausula ini. Dalam hal terjadinya klaim oleh pemilik kapal dalam
klausula ini Tertanggung setuju untuk memberitahukan Perusahaan Asuransi yang
akan mempunyai hak atas biaya mereka sendiri dan membela kepentingan
Tertanggung mengenai klaim.

Institute Cargo Clause “B” 1/1/82

Risiko yang Dijamin

▪ Asuransi ini menanggung, kecuali yang disebutkan dalam pasal 4, 5, 6


dan 7 dibawah ini

▪ Kerugian atau kerusakan barang yang dipertanggungkan yang secara


wajar disebabkan oleh :

▪ Kebakaran atau peledakan.

▪ Kapal atau craft mengalami kandas, tenggelam atau terbalik.

▪ Alat angkut (darat) tergelincir atau keluar rel.

▪ Tabrakan atau sentuhan antara kapal, alat pengangkut dengan kapal


lain atau objek lain selain air.

▪ Pembongkaran barang di pelabuhan darurat.

▪ Gempa bumi, letusan gunung berapi atau petir.

▪ Kerugian/kerusakan barang yang dipertanggungkan yang disebabkan


oleh

▪ Pengorbanan General Average.

▪ Pembuangan atau terlemparnya barang ke laut.

▪ Masuknya air laut, danau atau sungai ke dalam kapal, alat angkut, peti
kemas atau tempat penimbunan.

13
▪ Kerugian keseluruhan (Total Loss) per-koli, hilang atau jatuh selama
bongkar muat dari/ke kapal atau perahu.

▪ Asuransi ini menanggung kerugian General Average dan Salvage


Charges, disesuaikan atau ditetapkan menurut kontrak pengangkutan
dan/atau undang-undang dan kebiasaan yang berlaku yang dijalankan
untuk menghindari atau ada hubungannya dengan usaha untuk
menghindari kerugian dari sebab apa saja, tidak termasuk yang
dikecualikan dalam pasal 4, 5, 6 dan 7 atau dibagian lain dalam
asuransi ini.

▪ Asuransi ini juga mengganti kerugian pada tertanggung atas bagian


barang tanggungan dibawah kontrak pengangkutan dengan klausula
“Tabrakan dimana kedua pihak bersalah” dalam hubungan dengan
kerugian yang ditemukan kembali seperti tersebut dalam klausula ini.
Dalam hal terjadinya klaim oleh pemilik kapal dalam klausula ini
Tertanggung setuju untuk memberitahukan Perusahaan Asuransi yang
akan mempunyai hak atas biaya mereka sendiri dan membela
kepentingan Tertanggung mengenai klaim.

Institute Cargo Clause “C” 1/1/82

Risiko yang Dijamin

▪ Asuransi ini menanggung, kecuali yang disebutkan dalam pasal 4, 5, 6


dan 7 dibawah ini.

▪ Kerugian atau kerusakan barang yang dipertanggungkan yang secara


wajar disebabkan oleh :

▪ Kebakaran atau peledakan.

▪ Kapal atau craft mengalami kandas, tenggelam atau terbalik.

▪ Alat angkut (darat) tergelincir atau keluar rel.

▪ Tabrakan atau sentuhan antara kapal, alat pengangkut dengan kapal


lain atau objek lain selain air.

▪ Pembongkaran barang di pelabuhan darurat.

14
▪ Kerugian/kerusakan barang yang dipertanggungkan yang disebabkan
oleh

▪ Pengorbanan General Average.

▪ Pembuangan barang kelaut

▪ Asuransi ini menanggung kerugian General Average dan Salvage


Charges, disesuaikan atau ditetapkan menurut kontrak pengangkutan
dan/atau undang-undang dan kebiasaan yang berlaku yang dijalankan
untuk menghindari atau ada hubungannya dengan usaha untuk meng-
hindari kerugian dari sebab apa saja, tidak termasuk yang dikecualikan
dalam pasal 4, 5, 6 dan 7 atau dibagian lain dalam asuransi ini.

▪ Asuransi ini juga mengganti kerugian pada tertanggung atas bagian


barang tanggungan dibawah kontrak pengangkutan dengan klausula
“Tabrakan dimana kedua pihak bersalah” dalam hubungan dengan
kerugian yang ditemukan kembali seperti tersebut dalam klausula ini.
Dalam hal terjadinya klaim oleh pemilik kapal dalam klausula ini
Tertanggung setuju untuk memberitahukan Perusahaan Asuransi yang
akan mempunyai hak atas biaya mereka sendiri dan membela
kepentingan Tertanggung mengenai klaim.

H. Contoh Kasus Dan Penyelesaiannya Berdasarkan Pertanggungjawaban


Asuransi Terhadap Bahaya Di Laut

1. Kronologi Kasus
Dalam asuransi laut pada dasarnya memberikan ganti rugi yang terbilang kecil
karena jauh dari nilai awal dari objek yang diasuransikan. Hal ini membuat ketika
terjadinya suatu kecelakaan dilaut, objek yang diperjanjikan hilang atau mengalami
kerusakan. Maka PT Jasa Raharja Putera hanya akan melakukan penggantian yang
kecil sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal tersebut karena kecilnya kemungkinan
terjadi kecelakaan maupun kehilangan dilaut.
Penggantian yang relatif kecil membuat tertanggung merasa dirugikan dan
melakukan penuntutan terhadap perusahaan yang memberikan ganti rugi atas barang

15
miliknya. Penggantian lain bisa dilakukan jika tertanggung melakukan perjanjian
asuransi dengan perusahaan lain. Untuk kerusakan hanya salah satu perusahaan
penanggung yang bisa melakukan ganti rugi. Untuk kehilangan semua perusahaan
harus melakukan ganti rugi. Untuk penggantian yang kecil dan tidak sesuai dengan
harapan tertanggung maka PT Jasa Raharja Putera lebih sebagai mediator. Penengah
antara tertanggung dan perusahaan kapal yang dipakai pada saat perjalanan laut.

Proses penyelesaian dari masalah tersebut akan dibahas dan dicari jalan keluar
sebagaimana seharusnya sesuai ketentuan yang berlaku. Untuk Asuransi Kapal sendiri
biasanya dilakukan oleh individu. Ketika terjadi kehilangan, kerusakan maupun kasus
yang sempat hangat diperbincangkan yaitu kapal tersebut dibajak oleh perompak.
Maka asuransi atas kapal tersebut biasanya ditanggungkan pada satu perusahaan
asuransi. Tetapi bisa juga ditanggungkan ke lebih dari satu perusahaan asuransi. Hal
tersebut dilakukan karena biasanya ganti rugi yang diberikan relatif lebih kecil dari
benda yang diasuransikan. Hal ini sering memicu terjadinya masalah.

2. Pembahasan Secara Umum


JP Insurance memberikan asuransi laut dalam produknya di bidang Asuransi
Rangka Kapal (Marine Hull Insurance), Asuransi Pengangkutan (Marine Cargo
Insurance) dan Asuransi Tanggung Jawab Pengangkut (Carrier's Liability Insurance).
Untuk asuransi lain diluar produknya merupakan hasil dari perjanjian kerjasama yang
dilakukan PT Jasa Raharja Putera dengan subjek hukum/pajak lainnya. Tetapi meski
diberikan asuransi diberbagai bidang terkait dengan kapal dan laut tersebut. Asuransi
yang sering dilakukan adalah asuransi pengangkutan. Hanya sebagian kecil yang
melakukan asuransi atas kapal yang lebih sering dilakukan oleh perseorangan.
Ketika terjadinya sebuah kerusakan atau kehilangan atas barang yang
diasuransikan tentu harus melalui proses tertentu untuk bisa mendapatkan ganti rugi.
Adapun mekanisme dari penggantian rugi dalam PT Jasa Raharja Putera/JP Insurance
adalah :
a. Jika terjadi kerugian yang dialami tertanggung maka melaporkannya kepada JP
Insurance
b. JP Insurance akan merespon dengan melakukan survey on the spot
c. Tertanggung melakukan proses administrasi atas kerigian tersebut serta
melengkapi berkas-berkas
16
d. Apabila penyebab terjadinya kerugai tidak terjamin maka JP Insurance akan
mengeluarkan Surat Penolakan Klaim. Namun apabila diterima akan dilakukan
proses penyelesaian ganti rugi yang disepakati.

Untuk mendapat ganti rugi tersebut sebelum melalui proses atau mekanisme
penggantian rugi maka berkas yang berkaitan dengan penggantian rugi tersebut harus
dilengkapi. Kelengkapan berkas klaim dalam pengganian rugi yang mana secara
umum mekanisme adalah sebagai berikut:
a. Tertanggung sesegera mungkin melaporkan/menyampaikan keterangan tertulis
mengenai kerugian yang terjadi dengan tidak. merubah/merusak objek yang
mengalami kerugian.
b. Pengajuan klaim untuk barang atau kendaraan bermotor dilakukan dengan mengisi
Formulir Klaim atau keterangan tertulis (surat/faksimile) dengan melampirkan :
Copy Polis, Copy SIM dan STNK (untuk penggantian kendaraan bermotor), Surat
tuntutan kerugian Surat keterangan kejadian, Estimasi kerugian, Surat keterangan
dari kepolisian Dokumen pendukung lainnya yang diperlukan

Untuk ganti kerugian terhadap penumpang harus memenuhi syarat-syarat


sebagai berikut :
a. Mengisi formulir Laporan Klaim Asuransi Kecelakaan Diri (LKI)
b. Melampirkan kwitansi biaya pengobatan.
c. Melampirkan surat kematian, copy Kartu Keluarga dan KTP khusus untuk
meninggal dunia.
d. Untuk korban cacat tetap dilengkapi dengan laporan kesehatan terakhir dari
dokter. Pendukung lainnya
e. Dokumen yang diperlukan Ketika salah satu dari syarat dan berkas tidak dapat
dipenuhi dan dilengkapi maka penggantian rugi tidak bisa didapatkan. Ketikai
berkas dapat dilengkapi dan syarat-syarat dapat dipenuhi tidak menutup
kemungkinan terjadinya masalah. Karena pernah terjadi adanya ketidaksesuaian
data yang diberikan dengan yang sebenarnya. Hal tersebut bisa disebabkan faktor
kesengajaan (dolus) atau kelalaian (culpa). Hal-hal tersebut juga acapkali menjadi
faktor yang mendorong terjadinya masalah antara tertanggung dan penanggung
(perusahaan asuransi).

17
3. Analisis Kasus dan Penyelesaiannya
Dalam penggantian rugi tidaklah didapatkan dengan cara mudah, harus melalui
proses yang dapat membuktikan bahwa kerugian benar-benar terjadi dan terbukti.
Karena telah banyak wanprestasi yang melakukan kerugian yang fiktif. Hal tersebut
pada dasarnya batal demi hukum dan dapat menyebabkan batalnya suatu perjanjian
asuransi.
Sesuai dengan budaya perusahaan dari JP Insurance yaitu :
a. Jujur dalam bertindak
b. Disiplin dalam bertindak
c. Tanggap dalam memberikan layanan perlindungan
d. Cermat dalam menciptakan solusi perlindungan
e. Santun dalam menjadi mitra sekaligus sahabat perlindungan

JP Insurance dituntut melakukan penggantian rugi sebagaimana layaknya.


Tidak melahirkan citra yang cenderung merugikan pihak tertanggung. Tidak
memberikan image penggantian rugi yang tidak. sebanding dengan premi yang telah
dibayar oleh tertanggung. Haruslah sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati
yang mana telah dituangkan dalam polis.
Dalam kasus penggantian kerugian laut, pada dasarnya yang menjadi
tertanggung adalah perusahaan transportasi laut. Dalam hal ini yang menjalin
kerjasama dengan JP Insurance adalah PT PELNI dan Darmalautan. Jika terjadi
kerugian atas penumpang dan barang bawaannya. Maka JP Insurance memberikan
ganti rugi kepada perusahaan tersebut, kemudian perusahaan tersebut yang
memberikannya kepada pemumpang atas kerugian yang dialaminya.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa sering kali terjadinya penggantian rugi
yang tidak sesuai dengan harapan dari tertanggung. Kesan ini yang sering dialami
masyarakat ketika mengikuti atau membuat sebuah asuransi. Dalam kerugian yang
dialami dalam perjalanan laut misalnya. Penggantian kerugian yang diberikan oleh PT
PELNI dan Darmalautan misalnya dengan penumpangnya dan barang bawaannya.
Karena memang ganti rugi yang diberikan relatif kecil. Sehingga sering merasa
dicurangi dan menuntut ganti rugi yang lebih besar lagi. Akhirnya untuk mengatasi hal
tersebut PT Jasa Raharja Putera harus ikut campur tangan sebagai wadah penyelesaian
masalah. Dilakukan mediasi antara pihak yan mengalami kerugian (penumpang) dan
pihak yang memberikan ganti kerugian (PT PELNI dan Darmalautan). Biasanya PT
18
Jasa Raharja Putera langsung melakukan penunjukan MoU antara PT Jasa Raharja
Putera dengan pihak yang melakukan perjanjian yang dalam hal ini adalah PT PELNI
dan Darmalautan. Setelah penunjukan tersebut masalah tersebut segera selesai.
Namun apabila tertanggung melakukan asuransi lain atas dirinya dan barang
bawaannya yang lebih besar dari PT Jasa Raharja Putera. Maka perusahaan tersebut
yang biasanya akan dimintakan ganti rugi dalam hal kerusakan. Dalam penggantian
kerugian yang hilang maka setiap perusahaan yang menjadi penanggung harus
melakukan ganti rugi. Karena pada dasarnya ganti rugi asuransi laut adalah kecil
dibanding asuransi biasa yang mencapai ganti rugi sebesar 90 persen.
Untuk penggantian kerugian tersebut pihak JP-INSURANCE juga memerlukan
asuransi ulang atas perusahannya. Perusahaan JP INSURANCE memperoleh
dukungan reasuransi dari perusahaan perusahaan reasuransi dalam maupun luar negeri:
a. PT. Reasuransi Internasional Indonesia (REINDO)
b. PT. Reasuransi Nasional Indonesia (NASRE)
c. PT. Tugu Jasatama Reasuransi Indonesia (TUGURE)
d. PT. Maskapai Reasuransi Indonesia (MAREIN)
e. Swiss Reinsurance Company, Zurich - Swiss (Swissre)

Penggantian kerugian oleh antara perusahaan asuransi misalnya dalam hal ini
adalah JP-INSURANCE dilakukan dengan asas kepercayaan karena ketika
menghadapi masalah perlu dilakukan crosscheck terhadap data dan bukti yang ada,
tidak hanya melaporkan kerugian dan langsung mendapatkan ganti rugi. Dalam
asuransi kapal misalnya, jumlah kerugian yang besar tentu akan memberikan dampak
yang besar jika seandainya terjadi kesalahan atau wanprestasi. Untuk itu asas
kepercayaan tadi harus dijunjung tinggi dibarengi dengan tindakan yang tidak
menyalahi ketentuan yang berlaku karena jika melakukan pelaporan atas kerugian
fiktif maka hal tersebut dapat menjadi alasan yang kuat untuk membatalkan penjanjian
yang telah dilakukan.
Sudah sering kali terjadi masalah antara tertanggung dan penanggung. Ketika
salah satu pihak merasa saling dirugikan perlu dicermati klausul yang disepakati para
pihak dalam MoU asuransi yang dilakukan. Ketika semuanya sudah memenuhi
ketentuan dalam MoU maka masalah tersebut akan mudah diselesaikan. Karena asas
pacta sunt servanda yang menyatakan bahwa kesepakatan yang terjadi antara pihak
yang melakukan perjanjian adalah undang-undang.
19
20
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Asuransi kargo laut (marine insurance) adalah kontrak pembebasan antara perusahaan
asuransi dan orang yang diasuransikan (perusahaan asuransi) untuk manfaat yang terkait
dengan kapal sebagai alat transportasi dan barang sebagai muatan di kapal, dan bahaya
(bahaya laut). ) Atau lainnya bahaya yang terkait dengan bahaya maritim.

Bahaya laut merupakan bahaya yang terjadi akibat atau juga bisa berhubungan dengan
navigasi laut. Dalam hal ini seperti api, bahaya perang, pencuri, bajak laut, penyitaan,
penangkapan, penahanan dan lain sebagainya. Bahaya laut tersebut dibedakan menjadi 2
yaitu perils on the sea dan perils of the sea. Jenis Asuransi Laut ada 2 yakni Marine Cargo
Insurance, yaitu asuransi yang mempertanggungkan barang dan kepentingan yang ada
didalamnya dan Marine Hull and Machinary Insurance, yaitu asuransi atas kapal dan
kepentingan yang melekat di dalamnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Hukum Asuransi, Dwi Tatak Subagiyo, S.H., M.HUM, Fries Melia Salviana, S,H.,
M.H, PT REVKA PETRA MEDIA, 2016.
2. Muhammad, Abdulkadir. 2011. Hukum Asuransi Indonesia, Cet ke 5. Bandung : PT.
Citra
3. Aditya Bakti
4. Talaat, Wan & Hussain, Shaik. 2009. Perils of the Sea. The International Journal of
Interdisciplinary Social Sciences: Annual Review. 4. 213-226.
10.18848/18331882/CGP/v04i09/52990
5. Jenis-jenis kondisi pertanggungan dalam Asuransi Marine Cargo, Afrianto Budi,
2012, Akademi Asuransi, (https://www.akademiasuransi.org/2012/11/jenis-
jeniskondisi-pertanggungan-dalam.html)
6. Apa Saja 2 Jenis Bahaya Pelaut yang Bisa Terjadi JobPelaut, 2021,
(https://jobpelaut.com/info-pelaut/apa-saja-2-jenis-bahaya-pelaut-yang-bisa-terjadi/)

22

Anda mungkin juga menyukai