Anda di halaman 1dari 22

PRAKTIK MENGAJUKAN PERMOHONAN PENUNDAAN

KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (2)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Peradilan Umum/Niaga


Dosen Pengampu: Mustolih, SH.I., M.H., CLA

Disusun oleh:

kelompok 9

Dwiki Septi Julian F 11180480000016

Muhammad Rafa Abimanyu 11180480000094

Juniawan Alvin Pratama 11180480000115

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM 7-A

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021 M/ 1443 H
KATA PENGANTAR

Bismillâhirrahmânirrahîm

Assalâmu‘alaikum wa Rahmatullâhi wa Barakâtuhu

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Praktik Mengajukan Permohonan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (1)” dengan baik.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal sesuai dengan standar
penulisan yang baik dan benar. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya.

Harapan kesempurnaan merupakan suatu kewajaran. Namun kami menyadari


bahwa dalam penyusunan makalah ini memiliki keterbatasan dan kekurangan, segala
saran dan kritik yang membangun, akan bermanfaat bagi kami di masa mendatang.

Wassalâmu‘alaikum wa Rahmatullâhi wa Barakâtuhu

Walhamdulilâhirrabil ‘âlamin

Jakarta, 24 November 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 2
BAB II ....................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
A. Kasus Posisi .................................................................................................................. 3
B. Landasan Teori ............................................................................................................ 6
C. Pengertian Surat Kuasa .............................................................................................. 7
D. Isi Surat Kuasa............................................................................................................. 8
E. Jenis-jenis Surat Kuasa ............................................................................................... 9
F. Contoh Surat Kuasa Pemohon .................................................................................... 10
G. Contoh Surat Kuasa Termohon ........................................................................... 11
H. Prosedur Permohonan PKPU............................................................................... 13
I. Contoh Pengajuan Permohonan .............................................................................. 14
PENUTUP .............................................................................................................................. 18
KESIMPULAN ...................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakikatnya maksud dari permohonan penundaan kewajiban pembayaran


utang (PKPU), pada umumnya adalah untuk mengajukan penawaran rencana
perdamaian oleh debitor. Rencana perdamaian ini sejatinya memberikan kesempatan
kepada debitor untuk melakukan renstrukturisasi utang-utangnya, yang dapat meliputi
pembayaran seluruh atau sebagian utang kepada konkuren. Sehingga dengan demikian
dapat dikatakan bahwa Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang mengandung tujuan
untuk memungkinkan debitur untuk meneruskan usahanya meskipun terdapat
kesukaran pembayaran dan untuk menghindari kepailitan. 1 Dalam penerapannya
sendiri, tidak luput pula dari hak pemberi kuasa, yang bertujuan untuk mengurus
kepentingan hukum seseorang.

Pemberian kuasa adalah suatu perbuatan hukum yang bersumber pada


perjanjian yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena bermacam-
macam alasan, di samping kesibukan sehari-hari sebagai anggota masyarakat yang
demikian kompleks sering dilakukan dengan surat kuasa.2 Pengertian surat kuasa
secara umum, dapat dirujuk dari Pasal 1792 KUHPerdata, yang menyatakan:
pemberian kuasa adalah suatu persetujuan dengan mana seorang memberikan
kekuasaan kepada seorang lain, yang menerimanya untuk dan atas namanya
menyelenggarakan suatu urusan.Bertitik tolak dari ketentuan Pasal tersebut, dalam
perjanjian kuasa, terdapat dua pihak yang terdiri atas: pemberi kuasa dan penerima
kuasa yang diberi perintah atau mandat melakukan sesuatu untuk dan atas nama
pemberi kuasa.

1Rahayu Hartini, Hukum Kepailitan: Edisi Revisi, hlm. 190.


2
Djaja S. Meliala, Penuntun Praktis Perjanjian Pemberian Kuasa Menurut KUHPerdata, Nuansa
Alulia, Bandung, 2008, hlm. 1

1
Menurut KUHPerdata pemberian kuasa dibagi menjadi kuasa umum dan kuasa
khusus. Kuasa yang diberikan secara umum menurut Pasal 1796 KUHPerdata adalah
Pemberian kuasa yang dirumuskan secara umum hanya meliputi tindakan-tindakan
yang menyangkut pengurusan untuk memindahtangankan barang atau meletakkan
hipotek di atasnya, untuk membuat suatu perdamaian, ataupun melakukan tindakan lain
yang hanya dapat dilakukan oleh seorang pemilik, diperlukan suatu pemberian kuasa
dengan kata-kata yang tegas. Meliputi perbuatan-perbuatan pengurusan yang
mencakup segala kepentingan pemberi kuasa, kecuali perbuatan yang hanya dapat
dilakukan oleh seorang pemilik.

Berdasarkan uraian di atas, maka kelompok pemakalah akan membahas lebih lanjut
mengenai PRAKTIK MENGAJUKAN PERMOHONAN PENUNDAAN
KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (2) untuk lebih jelasnya akan diuraikan
pada bab berikutnya

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari pengajuan permohonan dalam PKPU dan apa saja
unsur yang terdapat di dalamnya?
2. Bagaimana mekanisme penyususan dalam pengajuan berkas permohonan?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bagaimana pengertian dalam pembuatan surat kuasa, serta berkas


pengajuan dalam permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang
(PKPU). Berdasarkan contoh putusan terkait pembahasan ini
2. Mengetahui bagaimana prosedur dalam pengajuan permohonan PKPU.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Kasus Posisi
1. Bahwa di antara PT.BOXINDAH GALA SEJATI (Pemohon PKPU) dan PT
NIPPRES, TBK (Termohon PKPU) telah terjadi hubungan hukum, karena
Pemohon PKPU dan Termohon PKPU telah mengadakan perikatan hukum
berdasarkan Perjanjian Produksi tertanggal 5 Februari 2019 (selanjutnya disebut
“Perjanjian Produksi”), dimana Pemohon PKPU diminta oleh Termohon PKPU
untuk memproduksi dan memasok kotak/kardus/box kemasan kepada Termohon
PKPU dari waktu ke waktu sesuai permintan Termohon PKPU selama masa
berlakunya Perjanjian Produksi (“Pekerjaan Produksi”).
2. Bedasarkan Perjanjian produksi Pemohon PKPU harus membeli mesin produksi
yang sesuai kemampuan produksi Termohon PKPU, dengan total 2.040.500.000
(Dua miliar emapat puluh juta lima ratus rupiah) sudah termasuk PPN.
3. Termohon PKPU telah menyetujui total harga penawaran atas mesin Produksi
yang terlebih dahulu telah disampaikan oleh Pemohon PKPU kepada Termohon
PKPU berdasarkan Surat Pemohon PKPU No.018/PH-BGS/I/2019 tanggal 18
Januari 2019 perihal Penawaran Harga, Termohon PKPU sepakat untuk membayar
pembelian Mesin Produksi tersebut yang nilainya adalah sebesar
Rp.2.040.500.000 (dua miliar empat puluh juta lima ratus ribu Rupiah) (“Harga
Pembelian”); dan
4. Termohon PKPU akan melakukan pembayaran atas harga Pembelian mesin
produksi secara bertahap, yaitu: DP 1 : 15% dari harga pembelian, DP 2 : 30%
dari harga pembelian, DP 3 : 30% dari harga pembelian, Pelunasan : 25% dari
harga pembelian.
5. Sebagai bukti Termohon PKPU telah setuju untuk membayar pembelian mesin,
Termohon PKPU telah menerbitkan dan mengirimkan Purchase Order
No.GRO2019.02.02159 tanggal 6 Februari 2019 (“Purchase Order”) kepada
Pemohon PKPU yang pada intinya menginstruksikan Pemohon PKPU untuk

3
membeli Mesin Produksi dengan total harga sebesar Rp.2.040.500.000 (dua miliar
empat puluh juta lima ratus ribu Rupiah).
6. Sehubungan dengan telah diterbitkan dan dikirimkannya Purchase Order
sebagaimana dimaksud di atas dan telah dilakukannya seluruh pengiriman Mesin
Produksi kepada Pemohon PKPU, MAKA TELAH TIMBUL HAK BAGI
PEMOHON PKPU UNTUK MEMPEROLEH PEMBAYARAN SEJUMLAH
UANG DARI TERMOHON PKPU SENILAI Rp.2.040.500.000 (DUA MILIAR
EMPAT PULUH JUTA LIMA RATUS RIBU RUPIAH) (selanjutnya disebut
"Tagihan”).
7. Bahwa untuk memperoleh hak-hak yang dimilikinya atas Tagihan, Pemohon
PKPU telah menerbitkan dan mengirimkan 4 (empat) buah invoice kepada
Termohon PKPU untuk menagih pembayaran atas Harga Pembelian Mesin
Produksi,
8. Dengan merujuk kepada ketentuan Pasal 3.2 Perjanjian Produksi sebagaimana
bunyinya telah kami uraikan pada butir angka 2 huruf e di atas, dengan demikian
Invoice-Invoice di atas TELAH JATUH TEMPO SEKETIKA SEJAK
TANGGAL DITERBITKANNYA MASING-MASING INVOICE TERSEBUT
sebagaimana dapat dilihat pada tabel pada butir angka 5 di atas (“Tanggal-Tanggal
Jatuh Tempo”). Merupakan fakta hukum bahwa sampai dengan lewatnya
Tanggal-Tanggal Jatuh Tempo, bahkan sampai dengan diajukannya Permohonan
PKPU ini, TERMOHON PKPU TIDAK PERNAH MEMBAYAR DAN/ATAU
MELUNASI TAGIHAN, BAIK SEBAGIAN ATAUPUN SELURUHNYA,
KEPADA PEMOHON PKPU.
9. Bahwa sehubungan dengan Utang Yang Telah Jatuh Waktu dan Dapat Ditagih
yang tidak juga dibayar oleh Termohon PKPU, Pemohon PKPU sesungguhnya
telah melakukan segala upaya dan dengan berbagai macam cara untuk menegur,
mengingatkan, menagih dan/atau meminta Termohon PKPU untuk segera
memenuhi kewajibannya untuk melakukan pembayaran atas Utang Yang Telah
Jatuh Waktu dan Dapat Ditagih kepada Pemohon PKPU, yaitu dengan
mengirimkan somasi-somasi sebagai berikut kepada Termohon PKPU: Surat

4
peringatan No.020/EX-BGS/VIII/2019 tanggal 19 Agustus 2019, Surat peringatan
tanggal No.021/EX-BGS/VIII/2019 26 Agustus 2019, Surat peringatan
No.022/EX-BGS/IX/2019 tanggal 2 September 2019
10. Bahwa walaupun Surat-Surat Somasi telah Pemohon PKPU kirimkan kepada
Termohon PKPU, TERMOHON PKPU MASIH JUGA LALAI DAN TIDAK
JUGA MEMENUHI KEWAJIBANNYA UNTUK MEMBAYAR UTANG
YANG TELAH JATUH WAKTU DAN DAPAT DITAGIH TERSEBUT
SESUAI TENGGAT WAKTU PEMBAYARAN YANG DIBERIKAN
SEBAGAIMANA DISAMPAIKAN DI DALAM SURAT-SURAT SOMASI
TERSEBUT.
11. Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
No.116/Pdt.Sus-PKPU/2019/PN.Niaga.Jkt.Pst yang diucapkan dalam sidang yang
terbuka untuk umum pada tanggal 2 Juli 2019, dimana Majelis Hakim yang
memutus perkara tersebut dalam pertimbangannya menyatakan: “Menimbang,
bahwa dengan demikian, Majelis berpendapat bahwa Permohonan Pemohon
PKPU telah memenuhi syarat formil yakni Permohonan PKPU telah ditanda
tangani oleh Pemohon PKPU dan Advokatnya, dan syarat materiil, yakni
Termohon PKPU memiliki utang kepada Pemohon PKPU yang telah jatuh waktu
dan dapat ditagih, namun hingga saat ini belum dibayar atau dilunasi oleh
Termohon PKPU , sehingga ada kekhawatiran dari Pemohon PKPU bahwa
Termohon tidak dapat meneruskan pembayaran utangnya tersebut, karena selain
kepada Pemohon PKPU, Termohon PKPU juga memiliki Kreditor lain yang
tagihannya juga belum dilunasi oleh Termohon PKPU
12. Bedasarkan uraian-uraian tersebut di atas, kiranya cukup alasan bagi Majelis
Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang menangani
perkara a quo untuk memeriksa, mengadili serta memberikan putusan sebagai
berikut:
a. Mengabulkan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)
yang diajukan oleh Pemohon PKPU terhadap PT NIPRESS TBK/Termohon

5
PKPU, dan menyatakan PT NIPRESS TBK/Termohon PKPU berada dalam
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
b. enetapkan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) Sementara
terhadap PT NIPRESS TBK/Termohon PKPU untuk jangka waktu paling lama
45 (empat puluh lima) hari sejak dikeluarkannya putusan ini.
c. Menunjuk dan mengangkat Hakim Pengawas dari Hakim-Hakim Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk mengawasi proses
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) terhadap PT NIPRESS
TBK/Termohon PKPU

B. Landasan Teori
1. Teori Kepastian hukum

Menurut Soerjono Soekanto, wujud dari kepastian hukum adalah perturan-


peraturan dari pemerintah pusat yang berlaku umum diseluruh wilayah negara.
Kemungkinan lain adalah peraturan tersebut berlaku umum, tetapi bagi golongan
tertentu dapat pula peraturan setempat, yaitu peraturan yang dibuat oleh penguasa
setempat yang hanya berlaku didaerahnya saja. 3 Teori kepastian hukum menurut Van
Apeldoorn adalah dapat ditentukan hukum apa yang berlaku untuk masalah-masalah
yang kongkret. Dengan dapat ditentukannya peraturan hukum untuk masalah-masalah
yang kongkret, pihak-pihak yang berperkara sudah dapat mengetahui sejak awal
ketentuan-ketentuan apakah yang akan dipergunakan dalam penyelesaian sengketa
tersebut. Kemudian kepastian hukum berarti perlindungan hukum.4

2. Teori Kewenangan

Teori kewenangan (authority theory) merupakan teori yang mengkaji dan


menganalisis tentang kekuasaan dari organ pemerintah maupun perlengkapan negara
lainnya untuk melakukan kewenangannya, baik dalam lapangan hukum puplik maupun

3
Soerjono Soekanto, Beberapa Masalah Hukum dalam Kerangka Pembangunan di Indonesia. Jakarta,
UI Press, 2006), hlm. 155.
4
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana Pranada Media Group, 2010, hlm. 60.

6
privat.5 Wewenang sekurang-kurangnya terdiri atas tiga komponen, yaitu : pengaruh,
dasar hukum dan konformitas hukum. Komponen pengaruh dimaksudkan, bahwa
penggunaan wewenang bertujuan untuk mengendalikan prilaku subyek hukum;
komponen dasar hukum dimaksudkan, bahwa wewenang itu harus didasarkan pada
hukum yang jelas; dan komponen konformitas hukum menghendaki bahwa wewenang
harus memiliki standart yang jelas (untuk wewenang umum), dan standart khusus
(untuk jenis wewenang tertentu). Secara yuridis, wewenang merupakan kemampuan
yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan untuk melakukan perbuatan yang
menimbulkan akibat hukum.6

Kewenangan harus dilandasi oleh ketentuan hukum yang ada (konstitusi),


sehingga kewenangan merupakan kewenangan yang sah. Pejabat (organ) dalam
mengeluarkan Keputusan didukung oleh sumber kewenangan tersebut. Wewenang
bagi pejabat atau organ (institusi) pemerintahan dibagi menjadi :7

a. Kewenangan yang bersifat atributif (orisinil), yaitu pemberian wewenang


pemerintah oleh pembuat undang-undang kepada organ pemerintahan.
b. Kewenangan yang bersifat non atributif (non orisinil) yaitu kewenangan yang
diperoleh karena pelimpahan wewenang dari aparat yang lain. Kewenangan
non atributif bersifat insidental dan berakhir jika pejabat yang berwenang telah
menariknya kembali.

C. Pengertian Surat Kuasa

Surat kuasa adalah surat yang berisi tentang pernyataan pemberian kuasa atau
wewenang yang diberikan oleh pemegang kuasa kepada pihak lain yang dipercayakan.

5
Salim HS & Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan Disertasi,
RajaGrafindo Persada, jakata, 2013 hlm. 40.
6
Indroharto, Usaha Memahami Peradilan Tata Usaha Negara, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2002,
hal.68
7
HD Van Wijk/Willem Konijnenbelt, Hoofdstukken Van Administratief Recht,
Vugas’Gravenhage, hal.129, Dikutip dari Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Edisi Revisi,
Rajawali Prees, Jakarta, 2010, hal. 102

7
Dengan kata lain fungsi surat kuasa merupakan bukti sah pihak yang diberikan kuasa
memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan pemilik kuasa sebelumnya, sehingga
dapat melakukan tugas atau kewajibannya sesuai dengan isi dari surat kuasa
tersebut.Memberi kuasa kepada pihak lain tentu harus kepada orang yang benar-benar
dipercaya dan mampu menjalankan tanggung jawabnya, sesuai dengan pemberian hak
dalam surat kuasa. Sehingga pembuatan surat kuasa harus memberikan informasi
sesungguhnya dan berdasarkan keadaan yang benar. Oleh karena itu, pembuatan surat
kuasa tidak bisa sembarangan melihat dari pentingnya fungsi surat kuasa ini sebagai
bukti sah. fungsi surat kuasa adalah sebagai bukti yang sah pemindahan hak dan
kewajiban seorang pemberi kuasa kepada pihak penerima kuasa tersebut. Surat kuasa
ini akan menjadi tanda kuat bahwa penerima kuasa bisa melakukan kewajiban dan
menjalankan tugasnya seperti yang terdapat pada surat kuasa.

Menurut Pasal 1792 KUH Perdata Pemberian Kuasa adalah suatu perjanjian
dengan mana seorang memberikan kekuasaan (wewenang) kepada seorang lain, yang
menerimanya untuk atas namanya menyelenggarakan suatu urusan. Apabila dilihat dari
cara terjadinya, perjanjian pemberian kuasa dibedakan menjadi enam macam, yaitu:
akta umum, surat di bawah tangan, lisan, diam-diam, cuma-cuma,kata khusus, dan
umum (Pasal 1793 s.d. Pasal 1796 KUH Perdata).

D. Isi Surat Kuasa

Dalam cara membuat surat kuasa harus terdapat beberapa bagian yang wajib
tercantum. Bagian-bagian yang perlu dicantumkan dalam surat kuasa pribadi dapat
kamu lihat berikut ini:

a. Judul surat
b. Data diri pemberi kuasa
c. Data diri penerima kuasa
d. Tujuan diberikannya kuasa kepada si penerima kuasa
e. Hal-hal yang menyangkut jenis tugas dan tindakan yang dikuasakan

8
f. Isi surat yang sesuai dengan pemberian wewenang
g. Tempat diikuti tanggal pembuatan surat kuasa
h. Tanda tangan pemberi serta penerima kuasa yang dibubuhkan di atas materai

E. Jenis-jenis Surat Kuasa

Melihat dari fungsi surat kuasa, tentu surat kuasa ini memiliki beberapa jenis
yang sesuai dengan kepentingannya, berikut ini jenis-jenis surat kuasa:

a. Surat Kuasa Perorangan

Surat kuasa perorangan merupakan surat kuasa yang bersifat tidak formal,
pembuatan surat kuasa ini hanya bersifat pribadi. Pada umumnya fungsi surat
kuasa ini hanya berkaitan dengan dokumen-dokumen pribadi. Contoh surat
kuasa pengambilan gaji pensiun.

b. Surat Kuasa Resmi (Kedinasan)

Surat kuasa resmi atau kedinasan merupakan surat kuasa yang sifatnya formal,
surat kuasa ini biasanya diterbitkan atau diperuntukan untuk suatu lembaga,
instansi pemerintahan maupun perusahaan. Fungsi surat kuasa ini meliputi
pemberian tugas atau amanat yang diberikan kepada karyawan atau pejabat
sebagai perwakilan perusahaan maupun instansi pemerintahan. Contoh surat
kuasa dinas ke luar kota di salah satu perusahaan.

c. Surat Kuasa Istimewa

Berikutnya surat kuasa istimewa, dimana surat kuasa ini hanya diberikan oleh
orang yang memiliki masalah hukum kepada pengacara atau lembaga bantuan
hukum. Fungsi surat kuasa ini yaitu memberikan kuasa secara hukum kepada
pengacara dalam menyelesaikan kasus hukum pemberi surat kuasa tersebut.

9
F. Contoh Surat Kuasa Pemohon

Surat Kuasa Khusus


Nomor : …………/…../XI/2021

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Rudy Warga Negara Indonesia, selaku Direksi PT.BOXINDAH GALA SEJATI


suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Negara Republik
Indonesia, beralamat di Jl. Penerangan II No.9, RT.02/RW.03, Kelurahan Jelambar,
Kecamatan Grogol
Petamburan, Jakarta Barat, Indonesia, untuk selanjutnya disebut sebagai PEMBERI
KUASA;

Dalam hal ini memilih domisili hukum di Kantor Kuasanya yang disebut dibawah ini
dan selanjutnya menerangkan bahwa dengan ini memberi Kuasa kepada: Bramasta
Noviantara Girindra Wardhana, SH., dan Michael Dominique Firdaus, SH.
Selaku Advokat, pada kantor hukum GIRINDRA WARDHANA & PARTNERS,
beralamat di Gedung CoHive 101 (d/h Graha XL), Lantai 10, Jl. Mega Kuningan Barat
Lot. E.4.7, No.1, Jakarta Selatan, Indonesia 12950, Baik secara bersama-sama maupun
sendiri-sendiri, yang untuk selanjutnya disebut PENERIMA KUASA.

--------------------------------------------- KHUSUS --------------------------------------------


------
Bertindak untuk dan atas nama serta mewakili PEMBERI KUASA selaku Kreditor
(Pemohon PKPU) mengajukan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
(PKPU) terhadap

PT NIPPRES, TBK., suatu perseroan terbatas terbuka yang didirikan berdasarkan


hukum Negara Republik Indonesia, beralamat di Jl. Raya Narogong Km.26, Cileungsi,
Bogor, Jawa Barat, Indonesia Di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.

Selanjutnya PENERIMA KUASA diberikan kuasa untuk:


Menghadap di muka Pengadilan Niaga, berbicara dan beracara , Panitia-Panitia,
Penitera-Panitera, Hakim-Hakim Pengadilan Niaga, Pengurus, Hakim Pengawas, Juru
Sita, Pejabat Lelang, dan atau Pejabat-Pejabat lainnya; membuat, mengajukan dan atau
menolak bukti; membuat, menandatangani serta mengajukan segala permohonan; akta-
akta dan surat-surat lainnya; memberikan keterangan-keterangan yang menurut hukum

10
harus dijalankan atau diberikan oleh seorang kuasa; menerima pembayaran-
pembayaran, menerima uang dan menandatangani kwitansi-kwitansi, mempertahankan
dan membela hak serta kepentingan PEMBERI KUASA, dan pada umumnya
melakukan upaya-upaya hukum yang dianggap baik dan perlu oleh PENERIMA
KUASA, berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, termasuk namun
tidak terbatas pada Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, HIR/RBG, Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, untuk kepentingan PEMBERI KUASA guna tercapainya maksud dan tujuan
pemberian kuasa ini.

Surat Kuasa ini dapat dialihkan baik sebagian maupun seluruhnya dengan Hak
Substitusi, secara tegas memiliki Hak Retensi, menerima Honorarium dan seterusnya
menurut hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1812 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata dan menurut syarat-syarat lainnya yang ditetapkan dalam Undang-Undang dan
peraturan yang berlaku di Negara Republik Indonesia.
Jakarta, 10 Februari 2020

Penerima Kuasa Pemberi Kuasa

(Bramasta Noviantara Girindra Wardhana, S.H.) (RUDY)

(Michael Dominique Firdaus, S.H.)

G. Contoh Surat Kuasa Termohon


Surat Kuasa Khusus

Nomor : …………/…../XI/2021
Yang bertanda tangan di bawah ini:

Budi Raharjo, Warga Negara Indonesia, selaku Direksi PT NIPPRES, TBK., suatu
perseroan terbatas terbuka yang didirikan berdasarkan hukum Negara Republik

11
Indonesia, beralamat di Jl. Raya Narogong Km.26, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat,
Indonesia, untuk selanjutnya disebut sebagai PEMBERI KUASA;

Dalam hal ini memilih domisili hukum di Kantor Kuasanya yang disebut dibawah ini
dan selanjutnya menerangkan bahwa dengan ini memberi Kuasa kepada: Kartono Aji,
S.H. selaku Advokat, pada kantor hukum MARCO GINANJAR & PATNERS,
beralamat di Jl. Kebayoran Baru No. 15, Jakarta Selatan, Indonesia, 12950, baik secara
bersama-sama maupun sendiri-sendiri, yang untuk selanjutnya disebut PENERIMA
KUASA.
-------------------------------------------KHUSUS------------------------------------------------
Bertindak untuk dan atas nama serta mewakili PEMBERI KUASA selaku Debitor
(Termohon PKPU) mengajukan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang (PKPU) terhadap

PT. BOXINDAH GALA SEJATI, suatu perseroan terbatas (PT) yang didirikan
berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia, beralamat kantor di Jl. Penerangan II
No.9, RT.02/RW.03, Kelurahan Jelambar, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta
Barat, Indonesia, Di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.

Selanjutnya PENERIMA KUASA diberikan kuasa untuk:


Menghadap di muka Pengadilan Niaga, berbicara dan beracara , Panitia-Panitia,
Penitera-Panitera, Hakim-Hakim Pengadilan Niaga, Pengurus, Hakim Pengawas, Juru
Sita, Pejabat Lelang, dan atau Pejabat-Pejabat lainnya; membuat, mengajukan dan atau
menolak bukti; membuat, menandatangani serta mengajukan segala permohonan; akta-
akta dan surat-surat lainnya; memberikan keterangan-keterangan yang menurut hukum
harus dijalankan atau diberikan oleh seorang kuasa; menerima pembayaran-
pembayaran, menerima uang dan menandatangani kwitansi-kwitansi, mempertahankan
dan membela hak serta kepentingan PEMBERI KUASA, dan pada umumnya
melakukan upaya-upaya hukum yang dianggap baik dan perlu oleh PENERIMA
KUASA, berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, termasuk namun
tidak terbatas pada Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, HIR/RBG, Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, untuk kepentingan PEMBERI KUASA guna tercapainya maksud dan tujuan
pemberian kuasa ini.

Surat Kuasa ini dapat dialihkan baik sebagian maupun seluruhnya dengan Hak
Substitusi, secara tegas memiliki Hak Retensi, menerima Honorarium dan seterusnya
menurut hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1812 Kitab Undang-Undang Hukum

12
Perdata dan menurut syarat-syarat lainnya yang ditetapkan dalam Undang-Undang dan
peraturan yang berlaku di Negara Republik Indonesia.

Jakarta, 9 Februari 2020

PENERIMA KUASA PEMBERI KUASA

Kartono Aji, S.H Budi Raharjo

H. Prosedur Permohonan PKPU


a. Permohonan-permohonan PKPU Harus di ajukan kepada ketua pengadilan
niaga didaerah tempat kedudukan hukum debitur dengan ketentuan :
• Apabila debitur telah meninggalkan wilayah Negara Indonesia,
pengadilan yang berwenang untuk menjatuhkan permohonan putusan
atas PKPU adalah pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat
kedudukan hukum terakhir debitur.
• Apabila debitur adalah persero suatu firma, pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum firma tersebut juga
berwenang untuk memutuskan
• Apabila debitur tidak berkedudukan di wilayah Negara Indonesia akan
tetapi menjalankan profesi atau usahanya di wilayah Indonesia, maka
pengadilan yang berwenang memutuskannya adalah Pengadilan Niaga
yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan atau kantor pusat
debitur
• Apabila debitur merupakan badan hukum, tempat kedudukannya
hukumnya adalah sebagaimana dimaksud dalam anggaran
dasarnya.Perlu diketahui juga bahwa permohonan ini juga harus
dilampiri dengan rencana perdamaian
b. Dalam hal pemohon adalah Debitor, permohonan penundaan kewajiban
pembayaran utang harus disertai daftar yang memuat :
• Sifat
• Jumlah piutang
• Jumlah hutang debitor beserta surat bukti secukupnya,

13
• Dan apabila yang mengajukan permohonan adalah kreditor, Pengadilan
wajib memanggil Debitor melalui juru sita dengan surat kilat tercatat
paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum sidang.
c. Surat permohonan Surat permohonan berikut lampirannya (bila ada) harus
disediakan di Kepaniteraan Pengadilan agar dapat dilihat oleh setiap orang
secara cuma-cuma. Sistematika dari surat permohonan PKPU itu sendiri paling
tidak memuat hal-hal sebagai berikut :
• Tempat dan tanggal permohonan
• Alamat pengadilan Niaga yang berwenang
• Identitas Pemohon dan advokatnya
• Uraian tentang alasan permohonan PKPU
• Tanda tangan pemohon dan advokatnya
d. Sementara kelengkapan berkas yang harus disiapkan sebagai syarat
permohonan PKPU pada Pengadilan Niaga, meliputi :
• Surat permohonan bermeterai yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan
Niaga
• Identitas diri debitur
• Permohonan harus ditandatangani oleh Debitur dan Penasehat
Hukumnya
• Surat kuasa khusus yang asli (penunjukkan kuasa pada orangnya bukan
kepada Law Firmnya)
• Ijin Penasehat Hukum/Kartu Penasehat Hukum
• Nama dan tempat tinggal/kedudukan para kreditur konkuren disertai
jumlah tagihannya masing-masing pada debitur g. Neraca pembukuan
terakhir
• Rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran seluruh atau
sebagian utang kepada Kreditur Konkuren (Jika ada).

I. Contoh Pengajuan Permohonan


Jakarta, 12 Februari 2020

Kepada Yth,
Bapak Ketua Pengadilan Niaga
Pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Di,
Jakarta

Hal: Permohonan PKPU

14
Dengan hormat,

PT.BOXINDAH GALA SEJATI suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan


hukum Negara Republik Indonesia, beralamat di Jl. Penerangan II No.9, RT.02/RW.03,
Kelurahan Jelambar, Kecamatan Grogol. Dalam hal ini memilih domisili hukum di
Kantor Kuasanya yang disebut dibawah ini dan selanjutnya menerangkan bahwa
dengan ini memberi Kuasa kepada: Bramasta Noviantara Girindra Wardhana, SH.,
dan Michael Dominique Firdaus, SH. Selaku Advokat, pada kantor hukum
GIRINDRA WARDHANA & PARTNERS, beralamat di Gedung CoHive 101 (d/h
Graha XL), Lantai 10, Jl. Mega Kuningan Barat Lot. E.4.7, No.1, Jakarta Selatan,
Indonesia 12950, yang ditunjuk sebagai Kuasa Hukum dari PT.BOXINDAH GALA
SEJATI, berdasarkan Surat Khusus tanggal 10 Februari 2020, selanjutnya disebut
sebagai “PEMOHON Kepailitan”.

Pemohon PKPU bersama dengan ini mengajukan permohonan terhadap:


PT. NIPRESS, TBK., suatu perseroan terbatas terbuka yang didirikan berdasarkan
hukum Negara Republik Indonesia, beralamat di Jl. Raya Narogong Km.26,
Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Indonesia, selanjutnya disebut “TERMOHON
PKPU”
POSITA GUGATAN:
Adapun alasan-alasan yang menjadi dasar permohonan adalah sebagai berikut:
1. Bahwa, Pemohon menyampaikan utang Termohon PKPU kepada Pemohon PKPU
seluruhnya adalah berjumlah Rp.2.040.500.000 (dua miliar empat puluh juta lima
ratus ribu Rupiah). Dimana jumlah tersebut oleh Termohon PKPU mengakuinya.
Namun karena melemahnya likuiditas keuangan Termohon PKPU, yang berakibat
pada ketidakmampuan Termohon PKPU untuk menyelesaikan kewajibannya
tersebut kepada Pemohon PKPU;
2. Bahwa, sesuai dengan fakta hukum tersebut membuktikan adanya kewajiban-
kewajiban dari Termohon PKPU untuk melakukan pembayaran sejumlah uang
kepada Pemohon PKPU yang telah jatuh tempo,yang sekaligus juga membuktikan
adanya tindakan dari Pemohon PKPU yang melakukan peneguran atau somasi
kepada Termohon PKPU (vide Bukti P – 11 sampai dengan Bukti P – 13), agar
Termohon PKPU melakukan kewajiban dalam hal pelunasan utang kepada
Pemohon PKPU, namun tidak dilaksanakan oleh Termohon PKPU.
3. Bahwa selanjutnya akan dipertimbangkan apakah Keberadaan Utang Termohon
kepada paling sedikit kepada 2 (dua) Kreditornya Dapat dibuktikan dengan
sederhana (Pasal 8 ayat (4) UU no. 37 tahun 2004).

15
4. bahwa telah dibuktikan diatas bahwa Termohon PKPU memiliki kewajiban kepada
Pemohon berjumlah Rp.2.040.500.000 (dua miliar empat puluh juta lima ratus ribu
Rupiah). Dimana jumlah tersebut oleh Termohon PKPU tidak disangkal;
5. bahwa berdasarkan uraian tersebut, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa utang
Termohon PKPU sebagaimana tersebut di atas, telah terbukti secara sederhana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4) Undang-undang RI Nomor 37 Tahun
2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang;

PETITUM GUGATAN:

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka Tergugat dengan segala
kerendahan hati mohon agar Pengadilan Niaga Jakarta pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, berkenan untuk memutuskan sebagai berikut:

1. Menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;


2. Menyatakan bahwa Termohon mempunyai hutang yang telah jatuh tempo dan dapat
ditagih;
3. Menyatakan Termohon berada dalam keadaan pailit dengan segala akibat
hukumnya;
4. Mengangkat salah seorang Hakim Pengawas yang ditentukan oleh Pengadilan Niaga
Jakarta pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk kepailitan tersebut;
5. Mengangkat Ibu Duma Hutapea, SH., dari kantor Duma & Partners, berkantor di
Jalan Raya Boulevar Barat, Blok LC-7, No: 25, Kelapa Gading, Jakarta Utara 14240,
sebagai Kurator dalam Kepailitan ini;
6. Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara;

Atau, apabila Ketua Pengadilan Niaga Jakarta pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
berpendapat lain, mohon diberikan putusan yang seadil-adilnya berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.

Hormat kami,

Kuasa Hukum Pemohon


Kantor Hukum GIRINDRA WARDHANA & PARTNERS

16
Jakarta, 12 Februari 20208

Advokat Pemohon

(Bramasta Noviantara Girindra Wardhana, S.H.) (RUDY)

(Michael Dominique Firdaus, S.H.)

8 https://www.hukumindo.com/2021/04/contoh-permohonan-pkpu.html?m=1

17
PENUTUP

KESIMPULAN

Pada hakikatnya maksud dari permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang


(PKPU), pada umumnya adalah untuk mengajukan penawaran rencana perdamaian
oleh debitor. Rencana perdamaian ini sejatinya memberikan kesempatan kepada
debitor untuk melakukan renstrukturisasi utang-utangnya, yang dapat meliputi
pembayaran seluruh atau sebagian utang kepada konkuren.
Berdasarkan dari Perkara PKPU di atas yang menjelaskan Bahwa di antara
PT.BOXINDAH GALA SEJATI (Pemohon PKPU) dan PT NIPPRES, TBK
(Termohon PKPU) telah terjadi hubungan hukum, karena Pemohon PKPU dan
Termohon PKPU telah mengadakan perikatan hukum berdasarkan Perjanjian Produksi
tertanggal 5 Februari 2019 (selanjutnya disebut “Perjanjian Produksi”), dimana
Pemohon PKPU diminta oleh Termohon PKPU untuk memproduksi dan memasok
kotak/kardus/box kemasan kepada Termohon PKPU dari waktu ke waktu sesuai
permintan Termohon PKPU selama masa berlakunya Perjanjian Produksi (“Pekerjaan
Produksi”).
Dan Hakim Memberikan Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat No.116/Pdt.Sus-PKPU/2019/PN.Niaga.Jkt.Pst yang diucapkan dalam
sidang yang terbuka untuk umum pada tanggal 2 Juli 2019, dimana Majelis Hakim
yang memutus perkara tersebut dalam pertimbangannya menyatakan: “Menimbang,
bahwa dengan demikian, Majelis berpendapat bahwa Permohonan Pemohon PKPU
telah memenuhi syarat formil yakni Permohonan PKPU telah ditanda tangani oleh
Pemohon PKPU dan Advokatnya, dan syarat materiil, yakni Termohon PKPU
memiliki utang kepada Pemohon PKPU yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,
namun hingga saat ini belum dibayar atau dilunasi oleh Termohon PKPU , sehingga
ada kekhawatiran dari Pemohon PKPU bahwa Termohon tidak dapat meneruskan
pembayaran utangnya tersebut, karena selain kepada Pemohon PKPU, Termohon
PKPU juga memiliki Kreditor lain yang tagihannya juga belum dilunasi oleh Termohon
PKPU

18
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu Hartini, Hukum Kepailitan: Edisi Revisi.

Djaja S. Meliala, Penuntun Praktis Perjanjian Pemberian Kuasa Menurut

KUHPerdata, Nuansa Alulia, Bandung.

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang Pasal 229 ayat 3

Salim HS & Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis

dan Disertasi, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Indrohaarto, Usaha Memahami Peradilan Tata Usaha Negara, Pustaka Sinar

Harapan, Jakarta, 2002.

HD Van Wijk/ Willen Konjinenbelt, Hoofdstukken Van Administratief Recht,

Vugas’Gravenhage, Dikutip dari Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Edisi

Revisi, Rajawali Prees, Jakarta, 2010.

https://www.hukumindo.com/2021/04/contoh-permohonan-pkpu.html?m=1

19

Anda mungkin juga menyukai