Makalah Kel 9.final
Makalah Kel 9.final
Disusun oleh:
kelompok 9
JAKARTA
2021 M/ 1443 H
KATA PENGANTAR
Bismillâhirrahmânirrahîm
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Praktik Mengajukan Permohonan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (1)” dengan baik.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal sesuai dengan standar
penulisan yang baik dan benar. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya.
Walhamdulilâhirrabil ‘âlamin
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Menurut KUHPerdata pemberian kuasa dibagi menjadi kuasa umum dan kuasa
khusus. Kuasa yang diberikan secara umum menurut Pasal 1796 KUHPerdata adalah
Pemberian kuasa yang dirumuskan secara umum hanya meliputi tindakan-tindakan
yang menyangkut pengurusan untuk memindahtangankan barang atau meletakkan
hipotek di atasnya, untuk membuat suatu perdamaian, ataupun melakukan tindakan lain
yang hanya dapat dilakukan oleh seorang pemilik, diperlukan suatu pemberian kuasa
dengan kata-kata yang tegas. Meliputi perbuatan-perbuatan pengurusan yang
mencakup segala kepentingan pemberi kuasa, kecuali perbuatan yang hanya dapat
dilakukan oleh seorang pemilik.
Berdasarkan uraian di atas, maka kelompok pemakalah akan membahas lebih lanjut
mengenai PRAKTIK MENGAJUKAN PERMOHONAN PENUNDAAN
KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (2) untuk lebih jelasnya akan diuraikan
pada bab berikutnya
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari pengajuan permohonan dalam PKPU dan apa saja
unsur yang terdapat di dalamnya?
2. Bagaimana mekanisme penyususan dalam pengajuan berkas permohonan?
C. Tujuan Penelitian
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kasus Posisi
1. Bahwa di antara PT.BOXINDAH GALA SEJATI (Pemohon PKPU) dan PT
NIPPRES, TBK (Termohon PKPU) telah terjadi hubungan hukum, karena
Pemohon PKPU dan Termohon PKPU telah mengadakan perikatan hukum
berdasarkan Perjanjian Produksi tertanggal 5 Februari 2019 (selanjutnya disebut
“Perjanjian Produksi”), dimana Pemohon PKPU diminta oleh Termohon PKPU
untuk memproduksi dan memasok kotak/kardus/box kemasan kepada Termohon
PKPU dari waktu ke waktu sesuai permintan Termohon PKPU selama masa
berlakunya Perjanjian Produksi (“Pekerjaan Produksi”).
2. Bedasarkan Perjanjian produksi Pemohon PKPU harus membeli mesin produksi
yang sesuai kemampuan produksi Termohon PKPU, dengan total 2.040.500.000
(Dua miliar emapat puluh juta lima ratus rupiah) sudah termasuk PPN.
3. Termohon PKPU telah menyetujui total harga penawaran atas mesin Produksi
yang terlebih dahulu telah disampaikan oleh Pemohon PKPU kepada Termohon
PKPU berdasarkan Surat Pemohon PKPU No.018/PH-BGS/I/2019 tanggal 18
Januari 2019 perihal Penawaran Harga, Termohon PKPU sepakat untuk membayar
pembelian Mesin Produksi tersebut yang nilainya adalah sebesar
Rp.2.040.500.000 (dua miliar empat puluh juta lima ratus ribu Rupiah) (“Harga
Pembelian”); dan
4. Termohon PKPU akan melakukan pembayaran atas harga Pembelian mesin
produksi secara bertahap, yaitu: DP 1 : 15% dari harga pembelian, DP 2 : 30%
dari harga pembelian, DP 3 : 30% dari harga pembelian, Pelunasan : 25% dari
harga pembelian.
5. Sebagai bukti Termohon PKPU telah setuju untuk membayar pembelian mesin,
Termohon PKPU telah menerbitkan dan mengirimkan Purchase Order
No.GRO2019.02.02159 tanggal 6 Februari 2019 (“Purchase Order”) kepada
Pemohon PKPU yang pada intinya menginstruksikan Pemohon PKPU untuk
3
membeli Mesin Produksi dengan total harga sebesar Rp.2.040.500.000 (dua miliar
empat puluh juta lima ratus ribu Rupiah).
6. Sehubungan dengan telah diterbitkan dan dikirimkannya Purchase Order
sebagaimana dimaksud di atas dan telah dilakukannya seluruh pengiriman Mesin
Produksi kepada Pemohon PKPU, MAKA TELAH TIMBUL HAK BAGI
PEMOHON PKPU UNTUK MEMPEROLEH PEMBAYARAN SEJUMLAH
UANG DARI TERMOHON PKPU SENILAI Rp.2.040.500.000 (DUA MILIAR
EMPAT PULUH JUTA LIMA RATUS RIBU RUPIAH) (selanjutnya disebut
"Tagihan”).
7. Bahwa untuk memperoleh hak-hak yang dimilikinya atas Tagihan, Pemohon
PKPU telah menerbitkan dan mengirimkan 4 (empat) buah invoice kepada
Termohon PKPU untuk menagih pembayaran atas Harga Pembelian Mesin
Produksi,
8. Dengan merujuk kepada ketentuan Pasal 3.2 Perjanjian Produksi sebagaimana
bunyinya telah kami uraikan pada butir angka 2 huruf e di atas, dengan demikian
Invoice-Invoice di atas TELAH JATUH TEMPO SEKETIKA SEJAK
TANGGAL DITERBITKANNYA MASING-MASING INVOICE TERSEBUT
sebagaimana dapat dilihat pada tabel pada butir angka 5 di atas (“Tanggal-Tanggal
Jatuh Tempo”). Merupakan fakta hukum bahwa sampai dengan lewatnya
Tanggal-Tanggal Jatuh Tempo, bahkan sampai dengan diajukannya Permohonan
PKPU ini, TERMOHON PKPU TIDAK PERNAH MEMBAYAR DAN/ATAU
MELUNASI TAGIHAN, BAIK SEBAGIAN ATAUPUN SELURUHNYA,
KEPADA PEMOHON PKPU.
9. Bahwa sehubungan dengan Utang Yang Telah Jatuh Waktu dan Dapat Ditagih
yang tidak juga dibayar oleh Termohon PKPU, Pemohon PKPU sesungguhnya
telah melakukan segala upaya dan dengan berbagai macam cara untuk menegur,
mengingatkan, menagih dan/atau meminta Termohon PKPU untuk segera
memenuhi kewajibannya untuk melakukan pembayaran atas Utang Yang Telah
Jatuh Waktu dan Dapat Ditagih kepada Pemohon PKPU, yaitu dengan
mengirimkan somasi-somasi sebagai berikut kepada Termohon PKPU: Surat
4
peringatan No.020/EX-BGS/VIII/2019 tanggal 19 Agustus 2019, Surat peringatan
tanggal No.021/EX-BGS/VIII/2019 26 Agustus 2019, Surat peringatan
No.022/EX-BGS/IX/2019 tanggal 2 September 2019
10. Bahwa walaupun Surat-Surat Somasi telah Pemohon PKPU kirimkan kepada
Termohon PKPU, TERMOHON PKPU MASIH JUGA LALAI DAN TIDAK
JUGA MEMENUHI KEWAJIBANNYA UNTUK MEMBAYAR UTANG
YANG TELAH JATUH WAKTU DAN DAPAT DITAGIH TERSEBUT
SESUAI TENGGAT WAKTU PEMBAYARAN YANG DIBERIKAN
SEBAGAIMANA DISAMPAIKAN DI DALAM SURAT-SURAT SOMASI
TERSEBUT.
11. Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
No.116/Pdt.Sus-PKPU/2019/PN.Niaga.Jkt.Pst yang diucapkan dalam sidang yang
terbuka untuk umum pada tanggal 2 Juli 2019, dimana Majelis Hakim yang
memutus perkara tersebut dalam pertimbangannya menyatakan: “Menimbang,
bahwa dengan demikian, Majelis berpendapat bahwa Permohonan Pemohon
PKPU telah memenuhi syarat formil yakni Permohonan PKPU telah ditanda
tangani oleh Pemohon PKPU dan Advokatnya, dan syarat materiil, yakni
Termohon PKPU memiliki utang kepada Pemohon PKPU yang telah jatuh waktu
dan dapat ditagih, namun hingga saat ini belum dibayar atau dilunasi oleh
Termohon PKPU , sehingga ada kekhawatiran dari Pemohon PKPU bahwa
Termohon tidak dapat meneruskan pembayaran utangnya tersebut, karena selain
kepada Pemohon PKPU, Termohon PKPU juga memiliki Kreditor lain yang
tagihannya juga belum dilunasi oleh Termohon PKPU
12. Bedasarkan uraian-uraian tersebut di atas, kiranya cukup alasan bagi Majelis
Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang menangani
perkara a quo untuk memeriksa, mengadili serta memberikan putusan sebagai
berikut:
a. Mengabulkan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)
yang diajukan oleh Pemohon PKPU terhadap PT NIPRESS TBK/Termohon
5
PKPU, dan menyatakan PT NIPRESS TBK/Termohon PKPU berada dalam
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
b. enetapkan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) Sementara
terhadap PT NIPRESS TBK/Termohon PKPU untuk jangka waktu paling lama
45 (empat puluh lima) hari sejak dikeluarkannya putusan ini.
c. Menunjuk dan mengangkat Hakim Pengawas dari Hakim-Hakim Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk mengawasi proses
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) terhadap PT NIPRESS
TBK/Termohon PKPU
B. Landasan Teori
1. Teori Kepastian hukum
2. Teori Kewenangan
3
Soerjono Soekanto, Beberapa Masalah Hukum dalam Kerangka Pembangunan di Indonesia. Jakarta,
UI Press, 2006), hlm. 155.
4
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana Pranada Media Group, 2010, hlm. 60.
6
privat.5 Wewenang sekurang-kurangnya terdiri atas tiga komponen, yaitu : pengaruh,
dasar hukum dan konformitas hukum. Komponen pengaruh dimaksudkan, bahwa
penggunaan wewenang bertujuan untuk mengendalikan prilaku subyek hukum;
komponen dasar hukum dimaksudkan, bahwa wewenang itu harus didasarkan pada
hukum yang jelas; dan komponen konformitas hukum menghendaki bahwa wewenang
harus memiliki standart yang jelas (untuk wewenang umum), dan standart khusus
(untuk jenis wewenang tertentu). Secara yuridis, wewenang merupakan kemampuan
yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan untuk melakukan perbuatan yang
menimbulkan akibat hukum.6
Surat kuasa adalah surat yang berisi tentang pernyataan pemberian kuasa atau
wewenang yang diberikan oleh pemegang kuasa kepada pihak lain yang dipercayakan.
5
Salim HS & Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan Disertasi,
RajaGrafindo Persada, jakata, 2013 hlm. 40.
6
Indroharto, Usaha Memahami Peradilan Tata Usaha Negara, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2002,
hal.68
7
HD Van Wijk/Willem Konijnenbelt, Hoofdstukken Van Administratief Recht,
Vugas’Gravenhage, hal.129, Dikutip dari Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Edisi Revisi,
Rajawali Prees, Jakarta, 2010, hal. 102
7
Dengan kata lain fungsi surat kuasa merupakan bukti sah pihak yang diberikan kuasa
memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan pemilik kuasa sebelumnya, sehingga
dapat melakukan tugas atau kewajibannya sesuai dengan isi dari surat kuasa
tersebut.Memberi kuasa kepada pihak lain tentu harus kepada orang yang benar-benar
dipercaya dan mampu menjalankan tanggung jawabnya, sesuai dengan pemberian hak
dalam surat kuasa. Sehingga pembuatan surat kuasa harus memberikan informasi
sesungguhnya dan berdasarkan keadaan yang benar. Oleh karena itu, pembuatan surat
kuasa tidak bisa sembarangan melihat dari pentingnya fungsi surat kuasa ini sebagai
bukti sah. fungsi surat kuasa adalah sebagai bukti yang sah pemindahan hak dan
kewajiban seorang pemberi kuasa kepada pihak penerima kuasa tersebut. Surat kuasa
ini akan menjadi tanda kuat bahwa penerima kuasa bisa melakukan kewajiban dan
menjalankan tugasnya seperti yang terdapat pada surat kuasa.
Menurut Pasal 1792 KUH Perdata Pemberian Kuasa adalah suatu perjanjian
dengan mana seorang memberikan kekuasaan (wewenang) kepada seorang lain, yang
menerimanya untuk atas namanya menyelenggarakan suatu urusan. Apabila dilihat dari
cara terjadinya, perjanjian pemberian kuasa dibedakan menjadi enam macam, yaitu:
akta umum, surat di bawah tangan, lisan, diam-diam, cuma-cuma,kata khusus, dan
umum (Pasal 1793 s.d. Pasal 1796 KUH Perdata).
Dalam cara membuat surat kuasa harus terdapat beberapa bagian yang wajib
tercantum. Bagian-bagian yang perlu dicantumkan dalam surat kuasa pribadi dapat
kamu lihat berikut ini:
a. Judul surat
b. Data diri pemberi kuasa
c. Data diri penerima kuasa
d. Tujuan diberikannya kuasa kepada si penerima kuasa
e. Hal-hal yang menyangkut jenis tugas dan tindakan yang dikuasakan
8
f. Isi surat yang sesuai dengan pemberian wewenang
g. Tempat diikuti tanggal pembuatan surat kuasa
h. Tanda tangan pemberi serta penerima kuasa yang dibubuhkan di atas materai
Melihat dari fungsi surat kuasa, tentu surat kuasa ini memiliki beberapa jenis
yang sesuai dengan kepentingannya, berikut ini jenis-jenis surat kuasa:
Surat kuasa perorangan merupakan surat kuasa yang bersifat tidak formal,
pembuatan surat kuasa ini hanya bersifat pribadi. Pada umumnya fungsi surat
kuasa ini hanya berkaitan dengan dokumen-dokumen pribadi. Contoh surat
kuasa pengambilan gaji pensiun.
Surat kuasa resmi atau kedinasan merupakan surat kuasa yang sifatnya formal,
surat kuasa ini biasanya diterbitkan atau diperuntukan untuk suatu lembaga,
instansi pemerintahan maupun perusahaan. Fungsi surat kuasa ini meliputi
pemberian tugas atau amanat yang diberikan kepada karyawan atau pejabat
sebagai perwakilan perusahaan maupun instansi pemerintahan. Contoh surat
kuasa dinas ke luar kota di salah satu perusahaan.
Berikutnya surat kuasa istimewa, dimana surat kuasa ini hanya diberikan oleh
orang yang memiliki masalah hukum kepada pengacara atau lembaga bantuan
hukum. Fungsi surat kuasa ini yaitu memberikan kuasa secara hukum kepada
pengacara dalam menyelesaikan kasus hukum pemberi surat kuasa tersebut.
9
F. Contoh Surat Kuasa Pemohon
Dalam hal ini memilih domisili hukum di Kantor Kuasanya yang disebut dibawah ini
dan selanjutnya menerangkan bahwa dengan ini memberi Kuasa kepada: Bramasta
Noviantara Girindra Wardhana, SH., dan Michael Dominique Firdaus, SH.
Selaku Advokat, pada kantor hukum GIRINDRA WARDHANA & PARTNERS,
beralamat di Gedung CoHive 101 (d/h Graha XL), Lantai 10, Jl. Mega Kuningan Barat
Lot. E.4.7, No.1, Jakarta Selatan, Indonesia 12950, Baik secara bersama-sama maupun
sendiri-sendiri, yang untuk selanjutnya disebut PENERIMA KUASA.
10
harus dijalankan atau diberikan oleh seorang kuasa; menerima pembayaran-
pembayaran, menerima uang dan menandatangani kwitansi-kwitansi, mempertahankan
dan membela hak serta kepentingan PEMBERI KUASA, dan pada umumnya
melakukan upaya-upaya hukum yang dianggap baik dan perlu oleh PENERIMA
KUASA, berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, termasuk namun
tidak terbatas pada Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, HIR/RBG, Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, untuk kepentingan PEMBERI KUASA guna tercapainya maksud dan tujuan
pemberian kuasa ini.
Surat Kuasa ini dapat dialihkan baik sebagian maupun seluruhnya dengan Hak
Substitusi, secara tegas memiliki Hak Retensi, menerima Honorarium dan seterusnya
menurut hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1812 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata dan menurut syarat-syarat lainnya yang ditetapkan dalam Undang-Undang dan
peraturan yang berlaku di Negara Republik Indonesia.
Jakarta, 10 Februari 2020
Nomor : …………/…../XI/2021
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Budi Raharjo, Warga Negara Indonesia, selaku Direksi PT NIPPRES, TBK., suatu
perseroan terbatas terbuka yang didirikan berdasarkan hukum Negara Republik
11
Indonesia, beralamat di Jl. Raya Narogong Km.26, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat,
Indonesia, untuk selanjutnya disebut sebagai PEMBERI KUASA;
Dalam hal ini memilih domisili hukum di Kantor Kuasanya yang disebut dibawah ini
dan selanjutnya menerangkan bahwa dengan ini memberi Kuasa kepada: Kartono Aji,
S.H. selaku Advokat, pada kantor hukum MARCO GINANJAR & PATNERS,
beralamat di Jl. Kebayoran Baru No. 15, Jakarta Selatan, Indonesia, 12950, baik secara
bersama-sama maupun sendiri-sendiri, yang untuk selanjutnya disebut PENERIMA
KUASA.
-------------------------------------------KHUSUS------------------------------------------------
Bertindak untuk dan atas nama serta mewakili PEMBERI KUASA selaku Debitor
(Termohon PKPU) mengajukan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang (PKPU) terhadap
PT. BOXINDAH GALA SEJATI, suatu perseroan terbatas (PT) yang didirikan
berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia, beralamat kantor di Jl. Penerangan II
No.9, RT.02/RW.03, Kelurahan Jelambar, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta
Barat, Indonesia, Di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
Surat Kuasa ini dapat dialihkan baik sebagian maupun seluruhnya dengan Hak
Substitusi, secara tegas memiliki Hak Retensi, menerima Honorarium dan seterusnya
menurut hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1812 Kitab Undang-Undang Hukum
12
Perdata dan menurut syarat-syarat lainnya yang ditetapkan dalam Undang-Undang dan
peraturan yang berlaku di Negara Republik Indonesia.
13
• Dan apabila yang mengajukan permohonan adalah kreditor, Pengadilan
wajib memanggil Debitor melalui juru sita dengan surat kilat tercatat
paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum sidang.
c. Surat permohonan Surat permohonan berikut lampirannya (bila ada) harus
disediakan di Kepaniteraan Pengadilan agar dapat dilihat oleh setiap orang
secara cuma-cuma. Sistematika dari surat permohonan PKPU itu sendiri paling
tidak memuat hal-hal sebagai berikut :
• Tempat dan tanggal permohonan
• Alamat pengadilan Niaga yang berwenang
• Identitas Pemohon dan advokatnya
• Uraian tentang alasan permohonan PKPU
• Tanda tangan pemohon dan advokatnya
d. Sementara kelengkapan berkas yang harus disiapkan sebagai syarat
permohonan PKPU pada Pengadilan Niaga, meliputi :
• Surat permohonan bermeterai yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan
Niaga
• Identitas diri debitur
• Permohonan harus ditandatangani oleh Debitur dan Penasehat
Hukumnya
• Surat kuasa khusus yang asli (penunjukkan kuasa pada orangnya bukan
kepada Law Firmnya)
• Ijin Penasehat Hukum/Kartu Penasehat Hukum
• Nama dan tempat tinggal/kedudukan para kreditur konkuren disertai
jumlah tagihannya masing-masing pada debitur g. Neraca pembukuan
terakhir
• Rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran seluruh atau
sebagian utang kepada Kreditur Konkuren (Jika ada).
Kepada Yth,
Bapak Ketua Pengadilan Niaga
Pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Di,
Jakarta
14
Dengan hormat,
15
4. bahwa telah dibuktikan diatas bahwa Termohon PKPU memiliki kewajiban kepada
Pemohon berjumlah Rp.2.040.500.000 (dua miliar empat puluh juta lima ratus ribu
Rupiah). Dimana jumlah tersebut oleh Termohon PKPU tidak disangkal;
5. bahwa berdasarkan uraian tersebut, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa utang
Termohon PKPU sebagaimana tersebut di atas, telah terbukti secara sederhana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4) Undang-undang RI Nomor 37 Tahun
2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang;
PETITUM GUGATAN:
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka Tergugat dengan segala
kerendahan hati mohon agar Pengadilan Niaga Jakarta pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, berkenan untuk memutuskan sebagai berikut:
Atau, apabila Ketua Pengadilan Niaga Jakarta pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
berpendapat lain, mohon diberikan putusan yang seadil-adilnya berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Hormat kami,
16
Jakarta, 12 Februari 20208
Advokat Pemohon
8 https://www.hukumindo.com/2021/04/contoh-permohonan-pkpu.html?m=1
17
PENUTUP
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
Salim HS & Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis
https://www.hukumindo.com/2021/04/contoh-permohonan-pkpu.html?m=1
19