Disusun oleh :
Pricillia Grenata Sambeka 71134001120015
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“PENILAIAN MUTU PANGAN” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Ilmu Teknologi Pangan. Dan kami berterima kasih kepada Bapak Phembriah Saither
Kereh, SPd, SST, M.Si, selaku dosen mata kuliah Ilmu Teknologi Pangan yang telah
memberikan tugas makalah ini kepada kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu mohon
maaf bila ada salah kata dalam pengetikan yang tidak di sengaja. Dan kami juga menerima kritik
dan saran yang akan membangun kami untuk jauh lebih baik kedepannya.
2
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………………………1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI……..………………………………………………………………………..3
BAB I……………………………………………………………………………………...4
PENDAHULUAN…...........................................................................................................4
1. Latar Belakang…………………………………………………………………....4
2. Rumusan Masalah……………............................................................……...........5
3. Tujuan Pembahasan................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................6
A. Pengertian Penilaian Mutu Pangan...............................................................6
B. Spesifikasi Dan Pengawasan Mutu (Quality Control)..................................7
C. Tujuan Nilai Mutu Pangan............................................................................7
D. Cara-cara nilai mutu Pangan……………...………………………………..8
E. Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Mutu Pangan……...……………….9
F. Prinsip dan teknik penilaian mutu pangan……….………………………...10
BAB III……………………………………………………………..........................12
PENUTUP……….....................................................................................................12
A. KESIMPULAN…..........................................................................................12
B. SARAN……..................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA……........................................................................................13
SOAL JAWABAN PILIHAN GANDA....................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Memperoleh jaminan akan kecukupan dan keamanan pangan adalah hak asasi manusia.
Pengakuan akan hal tersebut tercantum pada kesepakatan para pemimpin dunia dalam sidang
World Health Organization (WHO) mengenai keamanan pangan. Kemampuan negaara untuk
dapat memberikan pangan yang aman bagi semua orang tidak akan terlepas dari adanya konitmen
bersama antara pemerintah, pelaku industri, dan konsumen yang disertai dengan pembagian
taanggung jawab semua pihak di dalamnya. Sosialisasi dan pemahaman akan kebijakan serta
peraturan yang menyertainya sangat diperlukan oleh semua pelaku bidang pangan. Produk pangan
terbaik dapat dikembangkan dan dihasilkan oleh industri yang memperhatikan factor sensori
sebagai bagian utama dan dilakukan secara profesional, lebih dari sekedar pengujian rutin. Factor
sensori yang harus diperhatikan, antara lain adalah pengukuran atribut mutu sensori dan cara-cara
melaksanakan penilaian mutu sensori.
Pengawasan mutu merupakan program atau kegiatan yang tidak dapat terpisahkan dengan
dunia industri, yaitu dunia usaha yang meliputi proses produksi, pengolahan dan pemasaran
produk. Industri mempunyai hubungan yang erat sekali dengan pengawasan mutu karena hanya
produk hasil industri yang bermutu yang dapat memenuhi kebutuhan pasar, yaitu masyarakat
konsumen. Seperti halnya proses produksi, pengawasan mutu sangat berlandaskan pada ilmu
pengetahuan dan teknologi. Makin modern tingkat industri, makin kompleks ilmu pengetahuan
dan teknologi yagn diperlukan untuk menaganni mutunya. Demikian pula, semakin maju tingkat
kesejahteraan masyarakat, makin besar dan maikin kompleks kebutuhan masyarakat terhadap
beraneka ragam jenis produk pangan. Oleh karena itu, sistem pengawasan mutu pangan yang kuat
dan dinamis diperlukan untuk membina produksi dan perdagangan produk pangan.
Pengawasan mutu mencakup pengertian yang luas, meliputi aspek kebijkasanaan,
standardisasi, pengendalian, jaminan mutu, pembinaan mutu dan perundang-undangan (Soekarto,
1990), Hubies (1997) menyatakan bahwa pengendalian mutu pangan ditujukan untuk mengurangi
kerusakan aau cacat pada hasil produksi berdasarkan penyebab kerusakan tersebut. Hal ini
dilakukan perbaikan proses produksi (menyusun batas dan derajat tokeransi) yang dimulai dari
tahap pengembangan, perencanaan, produksi, pemasaran dan pelayanan hasil produksi dan jaasa
pada tingkat biaya yagn efektif dan optimum untuk memuaskan konsumen (persyaratan mutu)
dengan menerapkan standardisasi perusahaan/industry yagn baku. Tiga kegiatan yang dilakukan
dalam pengendalian mutu yaitu , penetapan standar (pengkelasan), penilaian kesesuaian dengan
standar (inspeksi dan pengendalian), serta melakukan tindak koreksi (prosedur uji).
Menurut Undang_Undang RI N0. 7 Tahun 1996 tentang pangan, mutu pangan adalah
nilai yang ditentukan atas dasar krriteria keamanan pangan, kandungan gizi dna standar
perdagangan terhadap bahan makanan dan minuman. Berdasarkan pengertian tersebut, mutu
pangan tidak hanya mengenai kandungan gizi, tetapi mencakup keamanan pangan dan kesesuaian
dengan standar perdagangan yang berlaku
4
Pengawasan mutu pangan juga mencakup penilaian pangan, yaitu kegiatan yagn
dilakukan berdasarkan kemampuan alat indera. Cara ini disebut penilaian inderawi atau
organoleptic. Di samping menggunakan analisis mutu berdasarkan prinsip-prinsip ilmu yang
makin canggih, pengawasan mutu dalam industru pangan modern tetap mempertahankan
penilaian secara inderawi/organoleptik. Nilai-nilai kemanusiaan yaitu selera, social budaya dan
kepercayaan, serta aspek perlindungan kesehatan konsumen baik kesehatan fisik yang
berhubungan dengan penyakit maupun kesehatan rohani yagn berkaitan dengna agama dan
kepercayaan juga harus dipertimbangkan
2. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian penilaian mutu makanan ?
2) Apa tujuan penilaian mutu makanan ?
3) Bagaimana cara penilaian mutu makanan ?
4) Kelebihan dan kekurangan penilaian mutu makanan?
3. Tujuan Pembahasan
1) Mengetahui pengertian penilaian mutu makanan?
2) Mengetahui tujuan penilaian mutu makanan
3) Mnegetahui cara penilian mutu makanan
4) Mengetahui Kelebihan dan kekurangan penilaian mutu makanan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Namun demikian, ciri organoleptik lain seperti bau, aroma, rasa dan warna, juga ikut menentukan
profil produk pangan. Pemenuhan spesifikasi dan fungsi produk pada produk pangan yang
bersangkutan dilakukan menurut standar estetika (warna, rasa, bau dan kejernihan) , kimiawi
(mineral, logam berat dan bahan kimia yang ada dalam bahan pangan) dan mikrobiologi (tidak
mengandung bakteri Eschericia coli dan pathogen). Mutu harus dirancang dan dibentuk ke dalam
produk (Kadarisman 1996). Kramer danTwigg (1983) mengklasifikasika karakterisitik mutu
bahan pangan menjadi dua kelompok, yaitu :
(1) Karakteristik fisik / tampak, meliputi penampilan yaitu warna, ukuran, bentuk, dan cacat
fisik: kinestetika yaitu tekstur, kekentalan dan konsisten: flavour yaitu sensasi dari
kombinasi bau dan cicip, dan
(2) Kakrakteristik tersembunyi, yaitu nilai gizi dan keamanan mikrobiologis. Berdasarkan
karakteristik tersebut, profil produk pangan umumnya dditentukan oleh ciri organoleptik
kritis, misalnya kerenyahan pada keripik
Namun demikian, ciri organoleptik lain seperti bau, aroma, rasa, dan warna, juga
ikut menentukan profil pangan. Pemenuhan spesifikasi dan fungsi produk pada produk pangan
yang bersangkutan dilakukan menurut standar estetika (warna, rasa, baud an kejernihan),
6
kimiawi (mineral, logan berat dan bahan kimia yang ada dalam bahan pangan) mutu harus
dirancang dan dibentuk ke dalam produk (Kadarisman, 1996)
Penilaian menurut Griffin & Nix (1991) suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta
untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu. Penilaian merupakan salah satu
implementasi fungsi manajemen yang bertujuan untuk menilai pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan rencana dan kebijaksanaan yang disusun sehingga dapat mencapai (Depkes RI 2003)
Baik mutu pangan intrinsik maupun ekstrinsik mempengaruhi perilaku konsumen . mutu
pangan tersebut merupakan sumber informasi bagi konsumen untuk megevaluasi karakter
pproduk sebelum menentukan keputusan pembelian. Konsumen bisa saja memandang mutu
produk tersebut secara objektif dilihat berdasarkan karakteristik fisik produk, sedangkan mutu
pangan subjektif dilihat berdasarkan pemikiran dan pertimbangan konsumen. Mutu objektif
bersifat teknis, sehingga proses dan control mutu dapat diukur dan diverrifikasi (Espejel et al.
2007)
Secara subjektif , penilaian terhadap mutu pangan ditentukan oleh proses yang dilalui
konsumen untuk dapat menggali informasi yang ada pada produk. Proses ini dimulai dari awal
terbentuknya kebutuhan sampai dengan penilaian oleh factor tertentu, seperti faktor internal
(jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan) maupun faktor (informasi yagn
diperoleh dari lingkungan).
7
D. Cara- cara peneliitian mutu pangan
1. Subjektif
Uji organoleptic merupakan pengujian secara subjektif, Pengujian secara sensoris/
organoleptic dilakukan dengan sensai dari rasa, bau/aroma, penglihatan, sentuhan/rabaan, dan
suara/pengnedaraan pada saat makanan dimakan. Sebagai contoh rasa enak adalah hasil dari
sejumlah faktor pengamatan yagn masing-masing mempunyai sifat tersendiri.
Contoh keterlibatan panca indera dalam uji organoleptic, yaitu :
1. Rasa (“taste”) dengan 4 dasar sifat rasa, yaitu masis, asam, asin dan [ahit
2. Tekstur (“konsistensi”) adalah hasil pengamatan yang berupa sifat lunak, liat, keras,
halus, kasar, dan sebagainya.
3. Bau (“odour”) dengan berbagai sifat seperti harum, amis, apek, busuk, dan
sebagainya.
4. Warna merupakan hasil pengamatan dengan penglihatan yanga dapat membedakan
antara satu warna dengan warna lainnya, cerah, buram, bening dan sebagainya
5. Suara memrupakan hasil pengamatan dengan indera pendengaran yang akan
membdakan antara kerenyahan (dengan cara mematahkan smpel), melempem dan
sebagainya.
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses penginderaan.
Penginderaan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu kesadaran atau pengenalaan
alat indera akan sifat-sifat benda karena adanya rangsangan yang diterima alat indera yang
berasal dari nenda tersebut. Pengindraan dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat
indra mendapat rangsangan (stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya
rangsangan dapat berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak
menyukai akan benda penyebab rangsangan. Kesadaran, kesan dan sikap terhadap rangsangan
adalah reasi psikologis atau reaksi subyektif. Pengukuran terhadap nilai/tingkat kesan, kesadaran
dan sikap disebut pengukuran subyektif. Disebut penilaian subyektif karena hassil penilaian atau
pengukuran sangat ditentukan oleh pelaku atau yang melakukan pengukuran.
2. Objektif
a. Fisik
Kualitas produk diukir objektif berdasarkan hal-hal yang Nampak dari suatu produk.
Metode penilaian mutu dengan alat dapat digunaka untuk mengungkapkan karakteristik atau
sifat-sifat mutu pangan yang tersembunyi. Umumnya, hasil pengukuran karakteristik mutu
dengan uji sensori memiliki nilai kolerasi yang tinggi dengan hasil pengukuran karakteristik
mutu dengan alat. Metode pengukuran uji fisik digunakan untuk menguji warna, volume,
tekstur, viskositas atau kekentalan dan konsistensi, keempukan dan keliatan, serta bobot jenis.
Sifat fisik memiliki kaitan sangat erat dengan mutu bahan pangan karena dapat
digunakan sebagai informasi dasar dalam menentukan tingkat metode penanganan dan atau
8
bagaimana mendesain peralatan pengolahan terutama peralatan pengolahan yang bersifat
otomatis.
b. Kimia
Metode penilaian untuk dibagi dua kelompok, yaitu :
Analisis kualitatif, yaitu komponen makro (protein, lemak, karbohidrat) maupun unsur mikro
yang dapat dijadikan suatu indicator melihat seberapa baik mutu ataupun kualitas dari
pangan itu sendiri.
c. Mikrobiologi
Mikrobiologi penilaian uji mikrobiologis, digunakan untuk analasis kualitatif
mikroorganisme, seperti bakteri , kapang, ragi dan protozoa. Untuk mengetahui keberadaan
cemaran mikroorganisme dalam bahan pangan. Sebagai indikator apakah makanan tersebut
tercemar atau tidak. Serta jenis mikroorganisme yang mencemari bahan pangan dapat
berubah/berganti akibat proses pengolahan.
9
Kedua, sebagai penelitian yang bergerak dalam dunia realitas yang subyektif tidak
memiliki parameter yang dapat diukur secara obyektif, sebagaimana dalam penelitian
kuantitatif, unsur subyektifitas dari peneliti bagaimanapun sangat sulit untuk dihindari.
B. OBYEKTIF
1. FISIK
Prinsip :
1. Pengujian menggunakan alat/instrument tertentu
2. Pengujian berhubungan dengan karakteristik bahan dan komponen fungsional di
dalamnya
3. Sifat fisik : warna, volume, tekstur, viskositas/konsistensi/kekentalan,
keempukan/keliatan, bobot jenis
Teknik
1. Warna : koloritemer
2. Volume : volumetri
3. Tekstur : hardness
10
4. Viskositas/konsistensi/.kekentalan : viskosimetri, turbidimeter
5. Keempukan/keliatan : uji tekan
6. Bobot jenis : perhitungan berat jenis
2. KIMIA
Prinsip :
1. Pengujian menggunakan alat/instrument tertentu dan metode terstandar
2. Dalam melakukan pengujian kualitas secara kimia dibutuhkan dasar pengetahuan kima
3. Terbagi menjadi analisa proksimat (kadar air, kadar P, L, KH, abu) dan analisa kualitatif
dan kuantitatif (komponen makro dan mikro)
Teknik :
1. Gravimetri
2. Volumetri
3. Spektrofotometri
4. Kromatografi
3. MIKROBIOLOGI
Prinsip :
1. Pengujian menggunakan alat/instrumen tertentu dan metode standar
2. Dalam melakukan pengujian kualitas secara kimia dibutuhkan dasar pengetahuan
mikribiologi pangan
3. Terdiri dari analisis kualitatif dan kuantitatif mikroorganisme, seperti bakteri, kapang,
ragi, protozoa
Teknik :
1. Analisa TPC (total plate count)
2. Analisa coliform (E.coli)
3. Analisa Pseudomonas aeroginosa (PA)
4. Analisa Salmonella
5. Analisa Yeast dan Mold
6. Analisa Water treatment
11
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mutu pangan meruoakan seperangkat sifat atau faktor pada produk pangan yang bersifat
multi dimensi dan mempunyai banyak aspek. Aspek-aspek mutu pangan tersebut antara lain
adalah aspek gizi (kalori, protein, lemak, mineral, vitamin, dan lain-lain) serta aspek selera
(inderawi, enak, menarik dan rohani). Kepuasan konsumen berkaitan dengan mutu. Penilaian
menurut Griffin & Nix (1991) suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk
menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu. Penilaian meruoakan salah satu
implementasi fungsi maanjemen yagn bertujuan untuk menilai pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan rencana dan kebijkasanaan yang disusun sehingga dapat mencapai sasaran (Depkes
RI, 2003)
B. Saran
Semoga makalah ini dapat diterima dengan baik dan bermanfaat kedepannya. Setelah
menyelesaikan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang penilaian mutu
pangan. Kritik dan saran yang membangun selalu kami harpakan yang nanti dapat menjadi
pedoman bagi kami dalam menyempurnakan mkalah ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
SOAL JAWABAN PILIHAN GANDA
1. Seperangkat sifat atau faktor pada produk pangan yagn membedakan tingkat pemuas
produk itu bagi pembeli/konsumen. Pernyataan diatas adalah pengertian dari?
A. Penilaian Keevektifan Pangan
B. Penilaian Mutu Pangan
C. Penilaian keamanan pangan
D. Penilaian keaslian pangan
2. Menurut Krammer dan Twigg (1983) ada berapa karakteristik mutu bahan pangan
A. Satu karakteristik
B. Dua karakterisitik
C. Tiga karakteristik
D. Empat karakteristik
15