Halaman
Daftar Isi.................................................................................................................................................1
Kata Pengantar....................................................................................................................................2
BAB I Pendahuluan..............................................................................................................................3
1.1. Latar Belakang...................................................................................................................3
1.2. Tujuan................................................................................................................................4
1.3. Rumusan Masalah.............................................................................................................4
BAB II Pembahasan..............................................................................................................................5
2.1.
Kata Pengantar
1
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mana berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan tugas makalah ini kami ucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada dosen pembimbing mata kuliah Teknologi Pangan, Ibu Meilinasari, SKM,
M.Kes dalam membimbing makalah ini dan semua pihak yang telah membantu pembuatan
makalah ini.
Kami harap makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat
menambah wawasan kita mengenai Kerusakan Pangan dan Penilaian Kualitas Pangan.
Memang makalah kami ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju ke arah yang lebih
baik lagi.
Demikian kata pengantar pada makalah ini, mudah-mudahan makalah yang kami buat
ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Penulis
BAB I
Pendahuluan
2
1.2. Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan ruang lingkup dalam penilaian kualitas makanan
secara subjektif dan objektif yang meliputi ; pengertian dan tujuan, cara-cara penilaian, serta
kelebihan dan kekurangan masing-masing penilaian tersebut.
BAB II
Pembahasan
4
2.1.1.
-
Kualitas pangan
tersebut merupakan
sumber
informasi
bagi
konsumen
untuk mengevaluasi
karakter
keputusan
pembelian. Konsumen
bisa
produk
dilakukan
dengan
sensasi
dari
rasa,
bau/aroma,
yang berbeda akan menimbulkan aroma yang berbeda pula. Rasa makanan
merupakan faktor kedua yang mempengaruhi citarasa makanan setelah
penampilan makanan itu sendiri.
5) Rasa
Rasa (taste) merupakan tanggapan atas adanya rangsangan kimiawi yang
sampai di indera pengecap lidah, khususnya jenis rasa yaitu manis, asin,
asam, pahit, dan umami.
Pada konsumsi tinggi indera pengecap akan mudah mengenal rasa-rasa
tersebut. Beberapa komponen yang berperan dalam penentuan rasa makanan
adalah aroma makanan, bumbu masakan dan bahan makanan, keempukan
atau kekenyalan makanan, kerenyahan makanan, tingkat kematangan dan
temperatur makanan.
6) Tekstur (Keempukan)
Penilaian tekstur (konsistensi) makanan dapat dilakukan dengan jari, gigi,
dan langit-langit (palatum). Dari nilai yang diperoleh diharapkan dapat diketahui
kualitas makanan. Faktor tekstur diantaranya adalah rabaan oleh tangan,
keempukan,
kemudahan
dikunyah
serta
kerenyahan
makanan.
Hasil
pengamatan dapat berupa sifat lunak, liat, keras, halus, kasar, dan sebagainya.
Untuk itu cara pemasakan bahan makanan dapat mempengaruhi kualitas
tekstur makanan yang dihasilkan.
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses
penginderaan. Penginderaan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu
kesadaran atau pengenalan alat indera akan sifat-sifat benda karena adanya
rangsangan yang diterima alat indera yang berasal dari benda tersebut.
Penginderaan dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indera mendapat
rangsangan (stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya
rangsangan dapat berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak
menyukai akan benda penyebab rangsangan. Kesadaran, kesan dan sikap terhadap
rangsangan adalah reaksi psikologis atau reaksi subyektif. Pengukuran terhadap
nilai/tingkat kesan, kesadaran dan sikap disebut pengukuran subyektif atau penilaian
subyektif. Disebut penilaian subyektif karena hasil penilaian atau pengukuran sangat
ditentukan oleh pelaku atau yang melakukan pengukuran.
Panel
Untuk melaksanakan suatu penilaian organoleptic diperlukan panel. Dalam
penilaian mutu atau analisis sifat-sifat sensorik suatu komoditi, panel bertindak
8
sebagai instrument atau alat. Alat ini terdiri dari orang atau kelompok orang yang
disebut panel yang bertugas menilai sifat atau mutu benda berdasarkan kesan
subjektif. Orang yang menjadi anggota panel disebut panelis. Jadi, penilaian makanan
secara panel berdasarkan kesan subjektif dari para panelis dengan prosedur sensorik
tertentu yang harus dituruti.
Ada 6 macam panel yang biasa digunakan dalam penilaian organoleptic, yaitu
sebagai berikut.
1. Panel Pencicip Peorangan (Individual Expert)
Pencicip perorangan juga disebut pencicip tradisional. Pencicip demikian telah
lama digunakan dalam industri-industri makanan, seperti teh, kopi, anggur, es krim,
atau penguji bau pada industry minyak wangi (parfum). Pencicip perorangan ini
mempunyai kepekaan yang sangat tinggi, jauh melebihi kepekaan rata-rata manusia.
Tingkat kepekaan ini diperoleh selain dari pembawaan lahir, juga dari pengalaman dan
latihan yang lama. Ketajaman atau kepekaan ini biasanya hanya terhadap satu jenis
komoditi.
Keistimewaan seorang pencicip ini adalah dalam waktu singkat ia dapat menilai
suatu hasil dengan tepat bahkan dapat menilai pengaruh dari macam-macam
perlakuan, misalnya bahan asal, macam-macam cara pengolahan.
2. Panel Pencicip Terbatas (Small Expert Panel)
Untuk menghindari ketergantungan pada pencicip perorangan, maka beberapa
industri menggunakan 3-5 orang penilai yang mempunyai kepekaan tinggi yang
disebut panel pencicip terbatas. Biasanya panel ini diambil dari personal laboratorium
yang sudah mempunyai pengalaman yang luas terhadap suatu komoditi tertentu.
Keputusan diambil secara musyawarah di antara anggota panel.
3. Panel Terlatih (Trained Panel)
Anggota panel terlatih lebih besar daripada panel pencicip terbatas, yaitu Antara
15-25 orang. Angotanya tidak hanya personal laboraorium tetapi dapat pula karyawan
atau pegawai lain. Tingkat kepekaan yang diharapkan tidak perlu setinggi panel
pencicip terbatas, sedangkan tugas penilaian dan tanggung jawabnya juga tidak
sebesar panel pencicip terbatas.
Jika panel terlatih biasanya untuk menguji perbedaan (difference test), maka
panel tak terlatih umumnya untuk menguji kesukaan (preference test). Panel tak
terlatih diambil dari luar dan pemilihannya lebih mengutamakan segi social, seperti
latar belakang pendidikan, asal daerah, kelas ekonomi, dll.
5. Panel Agak Terlatih (Semi-Trained Panel)
Di antara panel terlatih dan panel tak terlatih terdapat suatu panel yang disebut
panel agak terlatih. Panel ini tidak dipilih menurut prosedur pemilihan panel terlatih,
tetapi juga tidak diambil dari orang-orang awam yang tidak mengenal sifat-sifat
sensorik dan penilaian organoleptic.
Termasuk dalam katagori panel agak terlatih adalah sekelompok masiswa atau
staf peneliti yagn dijadikan panelis secara musiman atau hanya kadang-kadang.
Jumlah anggota panel agak terlatih berkisar Antara 15-25 orang. Makin kurang terlatih
makin besar jumlah panelis yang diperlukan.
6. Panel Konsumen
Panel ini biasanya mempunyai anggota yang besar jumlahnya, 30 sampai 1000
orang. Pengujiannya biasanya mengenai uji kesukaan (preference test) dan dilakukan
sebelum pengujian pasar. Hasil uji kesukaan dapat digunakan untuk menentukan
apakah suatu jenis makanan dapat diterima oleh masyarakat.
Laboratorium Penilaian Organoleptik
Laboratorium
menggunakan
penilaian
manusia
organoleptic
sebagai
alat
adalah
pengukur
suatu
laboratorium
berdasarkan
yang
kemampuan
10
Peralatan untuk persiapan contoh dapat berupa seperti layaknya peralatan dapur,
misalnya panci, kompor, pisau, dll. Sarana dapur diperlukan dalam laboratorium
penilaian
organoleptic.
Peralatan
penyajian
contoh
meliputi
peralatan
untuk
menghidangkan makanan atau minuman seperti sendok, garpu, piring, gelas, nampan,
dll. Peralatan untuk komunikas dapat berupa system kode lampu, formulir isian,
formulir instruksi tertulis, dan alat tulis.
Persyaratan Laboratorium Penilaian Organoleptic
1. Isolasi
Untuk menjamin keadaan tenang, sebaiknya laboratorium terpisah dari
kegiatan-kegiatan lain. Perlu disiapkan ruangan khusus untuk pencicipan yang
tenang.
Ruangan
tersebut
hendaknya
terpisah
dari
keramaian
proses
tempat
bilik-bilik
pencicip
harus
dibangun
kedap
suara
(soundproof). Cara yang paling mudah dan murah adalah dengan memiliki ruang
laboratorium yang jauh dari keramaian. Jika hal itu tidak memungkinkan, dapat
melapisi dinding ruangan dengan bahan kedap suara.
3. Kedap Bau
Ruangan penilaian tersebut juga harus bebas dari bau-bauan asing atau
yang datang dari luar. Ruang pencicip harus diusahakan jauh dari ruang
pengolahan, daerah pembuangan kotoran, atau daerah yang menghasilkan baubauan. Lubang-lubang ventilasi ruangan di tempat yang tinggi perlu dilengkapi
dengan rangkap atau saringan gas. Ruangan itu juga harus bebas dari baubauan rokok dan parfum yang berasal dari panelis.
4. Suhu dan Kelembapan
Suhu ruangan harus dibuat tetap dan setinggi suhu kamar (20-25C).
Kelembapan diatur kira-kira 65%. Untuk mengatur suhu ruangan biasanya
digunakan penyejuk ruangan (air conditioning).
5. Cahaya
Cahaya dalam ruangan sedapat mungkin tidak terlalu kuat, tetapi juga tidak
telalu redup.
11
atau
seorang
staff
yang
diserahi
tugas
khusus
untuk
pengujian,
memilih
metode
pengujian,
menyiapkan
dan
Meskipun disiplin
pengujian
terputus.
Apabila
hal
tersebut
terjadi
dapat
menggelisahkan panelis.
B. Komunikasi Penguji dan Panelis
Antara penguji dan panelis perlu ada komunikasi yang tepat. Informasi yang
diberikan hanya secukupnya. Informasi itu tidak boleh kurang tetapi juga tidak
boleh berlebihan, supaya tidak menimbulkan kecenderungan (bias). Keandalan
hasil penelitian sangat bergantung pada ketepatan komunikasi antara penguji
dengan panelis.
1. Penjelasan Umum
13
dalam
melakukan uji
14
1. Pengujian Pembedaan
Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada perbedaan sifat
sensorik atau organoleptic antara 2 contoh. Uji-uji ini digunakan untuk menilai
pengaruh macam-macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan
pangan bagi industri, atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan
antara 2 produk dari komoditi yang sama.
Jumlah anggota panelis mempengaruhi derajat keandalan hasil pengujian. Uji
pembedaan biasanya menggunakan anggota panelis yang berjumlah 15-30 panelis
terlatih. Dengan demikian, biaya penyelenggaraan lebih kecil dan hasil pengujiannya
cukup peka.
a. Uji Pasangan
Uji pasangan disebut juga paired comparison, paired test, atau dual
comparation. Cara pengujian ini termasuk paling sederhana dan paling tua,
sehingga itu sering digunakan. Dalam pengujian dengan uji pasangan, dua contoh
disajikan bersamaan atau berurutan dengan nomer kode yang berlainan. Masingmasing anggota panel diminta menyatakan ada atau tidak ada perbedaan dalam
hal sifat yang diujikan.
Ada dua cara uji pasangan yaitu dengan dan tanpa dengan bahan
pembanding (reference). Dari dua contoh yang disajikan, salah satunya
merupakan bahan pembanding atau sebagai control, sedangkan yang lainnya
sebagai yang dibandingkan, dinilai, atau yang diuji. Dalam uji pasangan,
pengujian dapat dianggap cukup jika panelis telah dapat menyatakan ada atau
tidaknya perbedaan.
b. Uji Segitiga
Uji segitiga digunakan untuk mendeteksi perbedaan yang kecil. Pengujian ini
lebih banyak digunakan karena lebih peka daripada uji pasangan. Dalam
pengujian ini kepada masing-masing panelis, disajikan secara acak 3 contoh yang
15
sudah diberi kode. Pengujian ketiga contoh itu biasanya dilakukan secara
bersamaan tetapi dapat pula berurutan. Dua dari tiga contoh itu sama dan yang
ketiga berbeda. Panelis diminta memilih satu di antara 3 contoh yang berbeda dari
2 yang lain. Dalam uji ini tidak ada pembanding.
c. Uji Duo-Trio
Uji ini seperti halnya pada uji segitiga, tiap-tiap anggota panel disajikan 3
contoh, 2 contoh dari bahan yang sama dan contoh ketiga dari bahan yang
berbeda. Bedanya ialah bahwa salah satu dari 2 contoh yang sama itu dicicip atau
dikenali dulu dan dianggap sebagai contoh baku/pembanding, sedangkan kedua
contoh lainnya kemudian. Dalam penyuguhannya, ketiga contoh tersebut dapat
diberikan bersamaan atau pembandingnya diberikan terlebih dahulu kemudian
baru contoh yang lainnya diberikan.
Dalam pelaksanaa uji, panelis diminta untuk memilih salah satu di Antara 2
contoh terakhir yang sama dengan pembanding.
16
f.
17
dibuat acak. Hal ini juga dimaksud untuk memudahkan mengenal kembali contoh
baku.
18
2. Uji Skalar
Pada uji skalar panelis diminta menyatakan besaran kesan yang diperolehnya.
Besaran skalar digambarkan dalam bentuk garis lurus berarah dengan pembagian
skala den gan jarak yang sama atau dalam bentuk pita skalar dengan gradasi yang
mengarah.
a. Uji Skalar Garis
Bentuk garis lurus berarah adalah bentuk yang paling biasa dalam
menunjukkan besaran skalar. Garis itu mempunyai pangkal dan mempunyai arah.
Sepanjang garis itu dapat dibuat skala dengan jarak yang sama. Arah skalar
dapat satu dapat pula dua.
Dalam pengujian panelis diminta menyatakkan besaran kesan dengan
menempatkannya pada suatu lokasi di garis skalar. Caranya dengan membuat
tanda berupa garis vertical, atau tanda X pada titik digaris skalar. Seperti halnya
pada skala hedonic, data penilaian uji skalar juga dapat dinyatakkan dengan
angka yang kemudian dianalisis dengan statistic.
Tanda garis vertical
b. Uji Skor
Uji skor juga disebut pemberian skor atau scoring. Pemberian skor adalah
memberikan angka nilai atau menetapkan nilai mutu sensorik terhadap bahan
yang diuji pada jenjang mutu atau tingkat skala hedonic. Tingkat skala mutu ini
dapat dinyatakan dalam ungkapan-ungkapan skala mutu yang sudah menjadi
baku.
Uji skor dapat dilakukan pada penilaian sifat sensorik yang spesifik seperti
tekstur pejet pada nasi, warna merah pada tomat, rasa langu pada hasil olahan
kedelai atau sifat sensorik umum seperti sifat hedonic atau juga sifat-sifat sensorik
kolektif seperti pada pengawasan mutu komoditi.
Skala Mutu
Sempurna
Nilai Ujian
10
19
Luar biasa
Sangat bagus
Bagus
Sedang
Kurang
Sangat kurang
Buruk
9
8
7
6
5
4
3
Skala Numerik
+3
Lebih baik
+2
+1
Tidak berbeda
-1
Lebih buruk
-2
-3
bersamaan.
Contoh
pembanding
dapat
pula
diberikan.
Dalam
Skala Perbandingan
Skala Numeric
20
Lebih baik
Sama
Lebih buruk
e. Uji Penjenjangan
Uji penjenjangan juga disebut uji pengurutan atau ranking. Dalam uji ini
panelis diminta membuat urutan contoh-contoh yang diujimenurut perbedaan
tingkat mutu sensorik. Dalam urutan jenjang ini, jarak (interval) antara jenjang ke
atas dan ke bawah tidak harus sama. Misalnya jenjang no.1 dan 2 tidak harus
sama dengan perbedaan jenjang no.2 dan 3.
Uji penjenjangan jauh berbeda dengan uji skor. Dalam uji penjenjangan
komoditi diurutkan atau diberi nomor urut. Urutan ertama selalu menyatakan yang
paling tinggi, makin kebawah nomor urut makin besar. Angka-angka ini tidak
menyatakan besaran skalar melainkan nomor urut. Dalam uji penjenjangan,
contoh pembanding tidak dinyatakan.
3. Pengujian Deskripsi
Pengujian deskripsi merupakan penilaian sensorik yang berdasarkan sifat-sifat
sensorik yang lebih kompleks, meliputi banyak sifat sensorik. Dalam pengujian
deskripsi banyak sifat sensorik di nilai dan dianalisis secara keseluruhan. Jadi, sifatsifat sensorik itu menyusun mutu sensorik secara keseluruhan, tetapi tidak semua sifat
sensorik itu cukup relevan terhadap atau peka sebagai pengukur mutu. Hanya
sebagian saja dari sifat-sifat sensorik diilih, terutama yang paling relevan terhadap
mutu atau yang paling peka terhadap erubahan mutu dipilih untuk menyatakkan
deskripsi mutu sensorik suatu komuditi. Sifat-sifat sensorik mutu itu disebut atribut
mutu.
Dalam engujian deskripsi pada mulanya masing-masing atribut mutu diujikan
secara rating. Hasil keseluruhan dari masing-masing pengujian atribut disajikan dalam
bentuk pengujian rating. Pada tahap selanjutnya data hasil pengujian rating
ditransformasikan dalam bentuk grafik majemuk. Dalam pengujian deskripsi grafik
disusun secara radial. Masing-masing garis menggambarkan himpunan nilai mutu.
Titik pusatnya menyatakan nilai mutu tertinggi. Angka tertinggi ditetapkan secara
arbiter, misalnya nilai antara 50 100. Dapat pula ditetapkan di bawah angka 50
21
misalnya angka 35. Biasanya sudut antara 2 garis radial sama dan ditetapkan dengan
cara membagi suut keliling dengan jumlah atribut mutu. Misalnya ada 9 atribut mutu
maka sudut antara 2 garis atribut adalah 360 / 9 = 40.
Penggunaan Analisis Deskriptif
Menurut Zook da Wessman (1977), penggunaan analisis deskriptif adalah sebagai
berikut.
1. Menilai pengembangan produk
Disini analisis deskriptif digunakan untuk menilai mutu produk baru terhadap
produk lama, mutu produk terhadap produk siangannya, pengaruh penanganan
terhadap suatu produk atau terhadap beberapa perubahan dalam pengolahan.
2. Mempertahankan atau menyeragamkan mutu
Untuk mendapatkan mutu yang seragam dari waktu ke waktu, dari pengolahan ke
pengolahan, analisis deskriptif dapat menolong penyidikan. Penyebab perubahan
atau ketidakseragaman dapat segera diketahui dengan analisis ini dengan
tindakan-tindakan pembetulan segera dapat dilakukan.
3. Sebagai alat diagnosis
Jika pasaran suatu produk mundur, maka dapat dilakukan diagnosis penyebab
kemunduran. Dengan analisis ini dapat didiagnosis penyebab kemunduran
pemasaran itu.
4. Pengukuran pengawasan mutu
Analisis deskriptif dapat memberikan gambaran mutu suatu komoditi. Dengan
analisis ini dapat pula diketahui mutu hasil pengolahan. Disamping itu analisis
deskriptif dapat pula digunakan sebagai alat pengukur, apakah mutu komuditi
mengalami penyimpangan dari waktu ke waktu.
b. Objektif
Fisik
Uji fisik adalah uji dimana kualitas produk diukur secara objektif
berdasarkan hal-hal fisik yang nampak dari suatu produk. Prinsip uji fisik
yaitu pengujian dilakukan dengan cara kasat mata, penciuman, perabaan
dan pengecapan dan alat-alat tertentu yang sudah di akui secara
akademis. Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk menguji sifat fisik
bahan pangan. Pertama, menggunakan indera manusia, dengan cara
22
Kimia
Uji kimia adalah uji dimana kualitas produk diukur secara objektif
23
Kelebihan
Kekurangan
Kompleks
konsentrasinya
ditentukan
dengan
jalan
3. Spektrofotometri
25
panjang
gelombang
monokromator
prisma
atau
yang
spesifik
kisi
dengan
difraksi
menggunakan
dan detector
vacuum
dari
kolom,
komponen
tersebut
dapat
dianalisa
dengan
Mutu Karbohidrat
Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup,
terutama
sebagai bahan
bakar(misalnya, glukosa),
cadangan
Mutu Protein
26
Mutu protein bahan makanan ditentukan oleh jenis dan proporsi asam
amino yang dikandungnya. Protein komplit atau protein dengan nilai
biologi tinggi atau bermutu tinggi adalah protein yang mengandung
semua jenis asam amino esensial dalam proporsi yang sesuai untuk
keperluan pertumbuhan, yaitu semua protein hewani kecuali gelatin,
merupakan protein komplit. Protein tidak komplit atau protein bermutu
rendah adalah protein yang tidak mengandung atau mengandung
dalam jumlah yang kurang satu atau lebih asam amino esensial, yaitu
sebagian besar protein nabati kecuali kacang kedelai dan kacangkacang lain merupakan protein tidak komplit. Asam amino yang
terdapat dalam jumlah terbatas untuk memungkinkan pertumbuhan
dinamakan asam amino pembatas (limiting amino acid). Metionin
merupakan asam amino pembatas kacang-kacangan dan lisin dari
beras.
Mutu Lemak
Lemak merupakan salah satu kandungan utama dalam makanan, dan
penting dalam diet karena beberapa alasan. Lemak merupakan salah
satu sumber utama energi dan mengandung lemak esensial. Namun
konsumsi lemak berlebihan dapat merugikan kesehatan, misalnya
kolesterol dan lemak jenuh. Dalam berbagai makanan, komponen
lemak memegang peranan penting yang menentukan karakteristik fisik
keseluruhan, seperti aroma, tekstur, rasa dan penampilan. Karena itu
sulit untuk menjadikan makanan tertentu menjadi rendah lemak (low
fat), karena jika lemak dihilangkan, salah satu karakteristik fisik
menjadi hilang. Lemak juga merupakan target untuk oksidasi, yang
menyebabkan pembentukan rasa tak enak dan produk menjadi
berbahaya.
Analisis lemak dalam makanan meliputi :
- Kadar lemak total
- Jenis lemak yang ada
- Sifat fisikokima lemak, seperti kristalisasi, titik leleh, titik asap,
rheologi, densitas dan warna
Prinsip :
Mikrobiologi
Metode penilaian uji mikrobiologi, digunakan untuk analisis kualitatif
mikroorganisme
yang
mencemari
bahan
pangan
dapat
uji
mikrobiologi
kualitas
produk
diukur
secara
objektif
Kelebihan
Kekurangan
28
berperan besar untuk mengetahui higienis resiko kontaminasi terhadap penguji dan butuh
dan sanitasi makanan
Media
Bakteri
Enrichmen
BGLBB, LB,
1. E. Coli
BHIB
2. Salmonella
BSA, SCB,
thypi
SELENITIF
3. Pseudomonas
aeruginosa
Media Selektif
Hasil Positif
EMBA,Mc
concey
SSA, BSA
BHIB
MHA, CETA
BHIB
VJA
mungkinberwarna hitam
Koloni kecil dan sedang, jernih,
sedikit keruh
Koloni hijau berfluoresen
Koloni berukuran kecil dan
berwarna hitam, dikelilingi oleh
4. Staphylococcus
aureus
5. Vibrio cholera
APW
TCBSA
Hitungan mikroskopis
29
Hitungan cawan
Volumetric
Gravimetric
Kekeruhan (Turbidimeter)
panas)
Analisis konsumsi nutrien (karbon, nitrogen, oksigen, asam amino,
mineral)
sample yang diujikan adalah Air Baku, produk jadi dan air pembilas. Analisa ini
dilakukan setiap hari sedangkan pada kualitas ruangan dilakukan anlisa E.Coli 1
minggu sekali tanpa metode filtrasi melainkan media dengan keadaan terbuka.
Tujuan analisa E.Coli adalah untuk mengetahui ada tidaknya E.Coli pada air.
Dimana bakteri E.Coli penyebab penyakit diare. Masa inkubasi adalah 24 jam.
3. Analisa Pseudomonas aeroginosa (PA)
Analisa merupakan analisa kuantitatif, jika positif maka ditandai dengan
koloni berwarna hijau-kebiruan pada membran, bernilai negatif jika ditandai warna
pada membran. Media yang digunakan adalah Cetrimite Agar Base (CAB).
Metode yang digunakan adalah metode filtrasi dengan sample yang diujikan
adalah produk jadi botol, gallon, cup. Analisa ini dilakukan seminggu sekali. Masa
inkubasi analisa ini adalah 24 jam.
4. Analisa Salmonella
Analisa Salmonella merupakan analisa kuantitati, jika hasil analisa positif
maka ditandai dengan bintik hitam yang menyerupai mata ikan pada membran.
Media yang digunakan adalah Bismuth Sulfit Agar (BSA). Metode yang digunakan
adalah metode filtrasi dengan titik sample produk jadi tidaknya bakteri Salmonella
yang dapat mengganggu saluran pencernaan. Masa inkubasi untuk analisa ini
adalah 3x24jam.
5. Analisa Yeast dan Mold
Analisa YM merupakan analisa kuantitatif dengan menghitung jumlah koloni
yang tumbuh. Media yang digunakan adalah Potato Dextro Agar (PDA). Metode
yang digunakan adalah metode filtrasi dengan sample yang diujikan adalah
produk jadi (botol,cup dan gallon) dan wadah kosong (botol kosong, botol gallon
kosong dan cup kosong), sedangkan pada cap gallon, cap srew, dan lid dari ruang
filling dilakukan dengan metode swab test. Untuk kualitas udara ruangan dengan
membiarkan media diruangan dengan terbuka. Masa inkubasi analisa ini adalah 2
x 24 jam.
31
Pengujian Skalar
Pengujian Diskripsi
b. Objektif
1. Fisik
Prinsip
-
Warna : kolorimeter
Volume : volumetri
Tekstur : hardness
Viskositas/konsistensi/kekentalan : viskosimetri, turbidimeter
Keempukan/keliatan : uji tekan
vi.
2. Kimia
Prinsip
-
Teknik
33
a.
Gravimetri
b.
Volumetri
c.
Spektrofotometri
d.
Kromatografi
3. Mikrobiologi
Prinsip
-
Teknik
a. Analisa TPC (Total Plate Count)
b. Analisa Coliform (E.coli)
c. Analisa Pseudomonas aeroginosa (PA)
d. Analisa Salmonella
e. Analisa Yeast dan Mold
f.
BAB III
Penutup
3.1. Kesimpulan
Mutu pangan merupakan seperangkat sifat atau factor pada produk pangan yang
membedakan tingkat pemuas/aseptabilitas produk itu bagi pembeli/konsumen.
34
Mutu objektif adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan,
kandungan gizi, dan standar perdagangan terhadap bahan makanan, makanan,
dan minuman, yang bersifat teknis, sehingga proses dan kontrol mutu dapat
diukur dan diverifikasi. Beberapa uji pada mutu objektif adalah uji fisik, uji kimia,
uji fisika-kimia, uji mikrobiologis, uji mikroanalitik & histologist dan kalibrasi alat.
3.2. Saran
Sebaiknya kita sebagai mahasiswa gizi disarankan agar lebih banyak lagi mengetahui
pengetahuan tentang penilaian mutu pangan, memahami konsep dan dimensi mutu bahan
maupun produk pangan, baik secara objektif maupun subjektif. Juga mengenal dan
memahami berbagai sistem dan program mutu yang berlaku di industri pangan, agar segala
pengetahuan tersebut dapat bermanfaat di dunia kerja dan dapat kita terapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Daftar Pustaka
Muchtadi., Tien R. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Winarno,
F.G.
Fardiaz,
Srikandi
dan
Fardiaz,
Dedi.
1980. Pengantar
Teknologi
35