TQM yang baik dan berkualitas pada suatu industri adalah yang berorientasi
pada standar jaminan mutu (keunggulan kompetitif) untuk meningkatkan kualitas
produksi dan efisiensi kerja di segala bidang, terutama pada sektor yang menghasilkan
produksi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk memuaskan konsumen
secara menyeluruh, (Hubies,1999). Pendekatan ini dapat dilakukan dengan terus
meningkatkan pangsa pasar, dan keuntungan yang diukur dari kinerja perusahaan,
yaitu meliputi tujuan, mutu, biaya, pelayanan, keandalan dan hubungan konsumen.
TQM, menurut Tenner dan Detoro (1992), menekankan mutu sebagai hal yang
didefinikan oleh pelanggan (kepuasan), mutu sebagai hal yang dicapai oleh
manajemen (standarisasi) dan mutu itu sendiri merupakan tanggung jawab dari
perusahaaan (kepemimpinan dan pengelolaan sumber daya manusia).
Hubeis (1999) memberikan ilustrasi dari penerapan TQM, pada kasus industri
daging ayam potong yang dimulai dari pembiak bibit, peternak, perusahaan pakan,
peternakan ayam, transportasi, rumah potong ayam, pengolahan, distribusi dan sampai
ke konsumen dilakukan pengendalian tidak hanya pada produk akhir (daging), tetapi
juga pengawasan terhadap proses lain yang terkait dengan mata rantai pemasaran,
produk antara dan jasa. Masalah tersebut dapat dipecahkan dengan perbaikan mutu
yang terus menerus dan kepuasan konsumen. Dalam hal ini pengetahuan (sanitasi dan
teknologi mutu produk pada akhir siklus) dan pengendalian proses produksi (misal
sistem produksi intensif dengan 90 % produksi ayam potong berasal dari ayam
hibrida) serta koordinasi seluruh hal terkait (kemitraan dan penerapan pengendalian
mutu) adalah penting untuk menghasilkan mutu yang baik.Terlihat bahwa manajemen
mutu pada tingkat TQM berhubungan dengan seluruh proses pada organisasi
(komitmen dan fokus kinerja) yang memberikan kontribusi langsung (barang dan
jasa) ataupun perilaku terhadap mutu yang didefinisikan oleh konsumen.