Anda di halaman 1dari 66

BAB

PENDAHULUAN

Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata mata sebuah imitasi (dalam Luxemburg, 1989: 5). Karya sastra sebagai bentuk
dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang
mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh
sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang
melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya
dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. (dalam Sarjidu,
2004: 2).
Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa. Jadi,
yang termasuk dalam kategori Sastra adalah: Novel cerita/cerpen (tertulis/lisan),
syair, pantun, sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi.
Drama / teater adalah salah satu sastra yang amat popular hingga sekarang.
Bahkan di zaman ini telah terjadi perkembangan yang sangat pesat di bidang
teater. Contohnya sinetron, film layar lebar, dan pertunjukan pertunjukan lain
yang menggambarkan kehidupan makhluk hidup.
Selain itu, seni drama / teater juga telah menjadi lahan bisnis yang luar
biasa. Dalam hal ini, penyelanggara ataupun pemeran akan mendapat keuntungan
financial serta menjadi terkenal, tetapi sebelum sampai ke situ seorang
penyelenggara atau pemeran harus menjadi insan yang profesionalitas agar dapat
berkembang terus.
Berdasarkan ulasan di atas, maka penulis membuat makalah ini guna
membantu para pembaca yang ingin menekuni dunia drama. Selain tentang
pengertian dan unsur unsur drama, makalah ini juga memuat catatan tentang
manfaat drama serta dilengkapi juga dengan panduan bagaimana akting yang baik.

Demikian gambaran isi makalah ini dari penulis. Akhir kata, kami ucapkan
terima kasih.
Selamat Membaca!!

BAB

II

PEMBAHASAN

A.

Pengertian Drama
Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat,
berlaku, bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan.
Arti pertama dari Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, actiom
(segala yang terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axcting),
dan ketegangan pada para pendengar.
Arti kedua, menurut Moulton Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan
gerak (life presented in action).
Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan kehendak
dengan action.
Menurut Balthazar Vallhagen : Drama adalah kesenian melukiskan sifat
dan sifat manusia dengan gerak.
Arti ketiga drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang
diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action
dihadapan penonton (audience)
Adapun istilah lain drama berasal dari kata drame, sebuah kata Perancis
yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon
mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih ketat, sebuah
drama adalah lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting
meskipun mungkin berakhir dengan bahagia atau tidak bahagia tapi tidak
bertujuan mengagungkan tragedi. Bagaimanapun juga, dalam jagat modern, istilah
drama sering diperluas sehingga mencakup semua lakon serius, termasuk
didalamnya tragedi dan lakon absurd.
Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan
action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga

dipandang sebagai pengertian action. Meskipun merupakan satu bentuk


kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari bentuk kekusastraan lainnya.
Novel, cerpen dan balada masing-masing menceritakan kisah yang melibatkan
tokoh-tokoh lewat kombinasi antara dialog dan narasi, dan merupakan karya
sastra yang dicetak. Sebuah drama hanya terdiri atas dialog; mungkin ada
semacam penjelasannya, tapi hanya berisi petunjuk pementasan untuk dijadikan
pedoman oleh sutradara. Oleh para ahli, dialog dan tokoh itu disebut hauptext atau
teks utama; petunjuk pementasannya disebut nebentext atau tek sampingan.
Contoh;
Chaterina ( bergegas masuk, membawa berita bagus ); Raina ! ( ia mengucapkan
Raina, dengan tekanan pada i ) Raina ! ( ia menunjuk ketempat tidur, berharap
menemukan Raina disitu ) Mengapa, di mana.! ( Raina menoleh kedalam
ruangan).
Fase-fase dalam kurung diatas adalah petunjuk permainan untuk sutradara
dan pemain. Ini memandu para aktor dan sutradara maupun tetang penataan
perlengkapan panggung. George Bernard Shaw ( 1856 1950 ), pelopor realisme
dalam sejarah drama Inggris, memberi petunjuk secara panjang lebar pada
nebentext-nya yang ditemukan dalam kebanyakan naskahnya karena ia tidak ingin
interprestasi lakon-lakonnya menyeleweng dari apa yang sebenarnya ia
kehendaki.
Tidak adanya narasi dalam drama bisa digantikan oleh akting para pemain
yang, dengan menghubunkan diri mereka sendiri dengan perlengkapan,
perlampuan dan iringan musik, menciptakan suasan dan menghidupkan panggung
itu menjadi dunia yang amat nyata. Disamping itu, penjelasan tentang tokoh
disampaikan melalui dialog antara tokoh yang membicarakan tokoh lain. Pada
puisi, daya ekpresi dan irama mentepati posisi yang dominan. Oleh karena itu,
puisi tidak bercerita. Jika balada bertumpu pada narasi, sebab sebenarnya balada
adalah kisah, atau cerita yang dinyanyikan. Contohnya, mahabarata dan ramayana

dalam bentuk tembang. Puisi yang dibaca dengan baik menjadi dramatik, seperti
yang dilakukan Rendra, aktor baik. Maka Tidak tidak diragukan lagi drama
kadang dianggap diambil dari kata dramen yang berarti sesuatu untuk
dimainkan.Mungkin drama memperoleh hampir semua efektivitasnya dari
kemampuannya untuk mengatur dan menjelaskan pengalaman manusia. Oleh
karenanya, drama, seperti halnya karya sastra pada umumnya, dapat dianggap
sebagai interprestasi penulis lakon tentang hidup. Unsur dasar dramaperasaan,hasrat, konflik dan rekonsilasi merupakan unsur utama pengalaman
manusia.
Dalam
merupakan

kehidupan

kumpulan

nyata,

berbagai

semua
kesan

pengalaman
yang

saling

emosional
ada

tersebut

hubungannya.

Bagaimanapun juga, dalam drama, penulis lakon mampu mengorganisir semua


pengalaman ini ke dalam satu pola yang bisa dipahami. Penonton melihat materi
kehidupan nyata yang disajikan dalam bentuk yang padatmakna dengan
menghapus hal-hal yang tidak penting dan memberi tekanan kepada hal-hal yang
penting.
Penulis lakon menulis drama untuk dipentaskan, ia menulis drama itu
dengan membayangkan action dan ucapan para aktor diatas panggung. Jadi
ucapan dan action yang terwujud dalam dialog itu adalah bagian paling penting,
yang tanpa itu drama bukan benar-benar sebuah lakon. Karena itu, sebuah drama
mewujudkan action, emosi, pemikiran, karakterisasi, yang perlu digali dari dialogdialog itu. Adalah satu keharusan bagi seorang sutradra untuk menganalisis drama
sebelum memanggugkan drama itu.
B.

Sejarah Drama
Kebanyakan dari kita mengira bahwa drama berasal dari Yunani Kuno.
Namun demikian, sebuah buku yang berjudul A History of the theatre menunjukan
pada kita bahwa pemujaan pada Dionisus, yang kelak diubah kedalam festival
drama di Yunani, berasal dari Mesir Kuno. Tek Piramid yang bertanggal 4000SM.

Adalah naskah Abydos Passion Play yang terkenal. Tentu saja para pakar masih
meragukan apakah teks itu drama atau bukan sebelum Gaston Maspero
menunjukan bahwa dalam teks tersebut ada petunjuk action dan indikasi berbagai
tokohnya.
Ada tiga macam teori yang mempersoalkan asal mula drama. Menurut
Brockett, drama mungkin telah berkembang dari upacara relijius primitif yang
dipentaskan untuk minta pertolonga dari Dewa. Upacara ini mengandung banyak
benih drama. Para pendeta sering memerankan mahluk superaalami atau binatang;
dan kadang kadang meniru action berburu, misalnya. Kisah-kisah berkembang
sekitar beberapa ritus dan tetap hidup bahkan setelah upacara itu sendiri sudah
tidak diadakan lagi. Kelak mite-mite itu merupakan dasar dari banyak drama.
Teori kedua memberi kesan bahwa himne pujian dinyanyikan bersama
didepan makam seorang pahlawan. Pembicara memisahkan diri dari koor dan
memperagakan perbuatan-perbuatan dalam kehidupan almarhum pahlawan itu.
Bagian yang diperagakan makin lama makin rumit dan koor tidak dipakai lagi.
Seorang kritisi memberi kesan bahwa sementara koor makinlama makin kurang
penting, muncul pembicara lain. Dialog mulai terjadi ketika ada dua pembicara
diatas panggung.
Teori ketiga memberi kesan bahwa drama tumbuh dari kecintaan manusia
untuk bercerita. Kisah kisah yang diceritakan disekeliling api perkemahan
menciptakan kembali kisah kisah perburuan atau peperangan, atau perbuatan
gagah seorang pahlawan yang telah gugur. Ketiga teaori itu merupakan cikalbakal drama. Meskipun tak seorang pun merasa pasti mana yang terbaik, harus
diingat bahwa ketiganya membicarakan tentang action. Konon, action adalah
intisari dari seni pertunjukan.
C.

Unsur unsur Drama


Unsur-unsur dalam drama meliputi :

1)

Tema

: gagasan/ide/dasar cerita.

2)

Alur

: tahapan cerita yang bersambungan. Meliputi Pemaparan, pertikaian,


penggawatan, klimaks, peleraian. Dilihat dari cara menyusun : alur maju/lurus,
alur mundur, alur sorot balik, alur gabungan.

3)

Tokoh

: Pemain/orang yang berperan dalam cerita.


Tokoh dilihat dari watak : protagonis, antagonis, dan tritagonis
Tokoh dilihat dari perkembangan watak : tokoh bulat dan tokoh datar.
Tokoh dilihat dari kedudukan dalam cerita : tokoh utama(sentral) dan tokoh
bawahan (sampingan).

4)

Latar

: bagian

dari

cerita

yang

menjelaskan

waktu

dan

tempat

kejadian

ketikatokoh mengalami peristiwa


Latar terbagi dalam :
-

latar fisik

latar sosial

: latar yang berupa, waktu, suasana, masa, bahasa.

: latar yang berupa benda-benda di sekitar tokoh misal, rumah, ruang tamu,
dapur, sawah, hutan, pakaian/ baju.

5)

Amanat

: pesan atau sisipan nasihat yang disampaikan pengarang melalui tokoh dan
konflik dalam suatu cerita.
Hal mendasar yang membedakan antara karya sastra puisi, prosa, dan
drama adalah pada bagian dialog. Dialog adalah komunikasi antar tokoh yang
dapat dilihat (bila dalam naskah drama) dan didengar langsung oleh penonton,
apabila dalam bentuk drama pementasan.

D.

Struktur Drama
Seorang Aristoteles, filsuf Yunani yang hidup sekitar 300
S.M. telah menulis Poetics. Untuk mengenali plot, karakter,
pikiran, diksi, musik dan spektakel dari tragedi. Kelak identifikasi
itu dianggap sebagai falsafah dasar dari strukturalisme yang oleh
T.S. Eliot disebut the Formalistick Approach.

Strukturdramatik :
Eksposisi : Isinya pemaparan masalah utama atau konflik utama yang berkaitan
dengan posisi diametral antara protagonis dan antagonis. Hasil akhir : Antagonis
berhasil menghimpun kekuatan yang lebih dominan.
Raising Action : Isinya menggambarkan pertentangan kepentingan antar tokoh.
Hasil akhir : Protagonis tidak berhasil melemahkan Antagonis. Antagonis
mengancam kedudukan Protagonis. Krisis diawali.
Complication : Isinya perumitan pertentangan dengan hadirnya konflik sekunder.
Pertentangan meruncing dan meluas, melibatkan sekutu kedua kekuatan yang
berseteru. Hasil akhir : Antagonis dan sekutunya memenangkan pertentangan.
Kubu protagonis tersudut.
Klimaks : Isinya jatuhnya korban dari kubu Protagonis, juga korban dari kubu
Antagonis. Hasil akhir : Peristiwa-peristiwa tragis dan menimbulkan dampak
besar bagi perimbangan kekuatan antar kubu.
Resolusi : Isinya hadirnya tokoh penyelamat, bisa muncul dari kubu protagonis
atau tokoh baru yang berfungsi sebagai penyatu kekuatan kekuatan konflik,
sehingga situasi yang kosmotik dapat tercipta kembali. Pada tahap ini, pesan
moral disampaikan, yang biasanya berupa solusi moral yang berkaitan dengan
tema atau konflik yang sudah diusung.
Berikut contoh penggunaan struktur drama dalam Drama Romeo Juliet.
Pada awal plot kita ada eksposisi. Ini memberi penonton informasi yang
diperlukan tentang peristiwa sebelumnya, situasi sekarang atau tokoh-tokohnya.
Dalam kebanyakan lakon, sudah sejak awal pengarang memberi tekanan kepada
satu pertanyaan atau konplik penting. Pada awal kisah Romeo and Juliet,
Shakespeare telah menyajikan pertengkaran antara Sampson, Gregory lawan
Baltazar dan Abraham, satu penjelasan yang memberi Leitmotive kepada tema,
konplik dan rekonsiliasinya.
Gregory : Anda berkelahi, ya ?

Abraham : Berkelahi? Ah, ngak, nggak!


Sampson : Tapi kalau ya, saya memihak anda, saya mengabdi sebaik anda
Abraham : ah, tak akan lebih baik.
Sampson : Baiklah
Gregory : (kesamping kepada Sampson, melihat Tybalt keluar panggung)
Katakanlah lebih baik. Itu salah satu dari orang majikanku datang.
Sampson : Ya, lebih baik.
Abraham : Bohong!
Sampson : Cabut pedangmu, kalau kamu lelaki. Gregory, ingat hantamanmu.
( mereka berkelahi ).
Dialog diatas menciptakan suasana babak itu dan suatu pelukisan singkat
tapi lengkap tenatang konplik antara keluarga Montague versus keluarga Capulet
yang akan menimbulkan bencana itu.
Terkadang juga ada eksposisi tentang tokoh-tokoh. Sebuah film berjudul
Jango versus Santana dapat dijadikan contoh. Film itu dimulai dengan sebuah
pemandangan. Sebidang tanah tandus dengan pohon-pohon kaktus tumbuh
disana-sini. Sementara fokus kamera bergerak kearah kanan, seorang lelaki
dengan baju kotor dan basah kuyup tampak berlutut didepan sebuah makam.
Lelaki itu berdiri dan kamera mengambil gambarnya dalam teknik medium. Posisi
enface memberikan gambaran jelas tokot itu. Ia tak mengalami kemalangan, tapi
ia menghadapinya dengan tegar. Pelukisan singkat tapi hampir lengkap dari tokoh
tersebut memberi titik awal yang jelas untuk memulai film itu.
Dalam eksposisi itu, unsur-unsur konpliknya statis. Melalui satu insiden
yang merangsang maka action mulai bergerak. Disini konflik dramatik besar
mulai jelas menyatukan kejadian kejadian dalam lakon itu. Insiden yang
merangsang dalam Romeo and Juliet tampak ketika Tybalt mengenali Romeo dan
ingin menantang berkelahi. Presiden dari stimulasi itu terjadi ketika inang
memberi tahu Juliet bahwa Romeo adalah anggota keluarga Montague. Unsur

statis dalam eksposisi itu mulai bergerak dan konflik sehari-hari antara Sampson
versus Abraham makin lama makin menjadi makin serius. ( Babak I ) timbul
serentetan konflik ketika Romeo membocorkan rahasianya kepada temantemannya, memanjat tembok kebun keluarga Capulet, dan menunggu Juliet
muncul dijendelanya waktu gadis itu muncul, keduanya saling mengungkapkan
cinta dan memutuskan untuk kawin lari ( Babak II). Makin lama lakon itu makin
tegang

sampai

pendeta

sampai

pendeta

Laurence

berharap,

setelah

menyeleggarakan upacara pernikahan, pertikaian antara keluarga itu akan berakhir


dan Romeo berpendapat begitu. Kisah cinta sederhana antara pemuda dan pemudi
itu sekarang berkembang menjadi idealisme yang melibatkan masalah besar yang
dihadapi kedua orang tua itu. Tidak diragukan bahwa konflikasi tersebut menuju
suatu krisi, satu titik balik ketika informasi yang sebelumnya dirahasiakan sedikit
sebagian terungkap dan masalah dramatik itu bisa dijawab.
Meskipun Juliet sudah menikah dengan Romeo, ia tidak berterus terang
pada ayahnya. Oleh karenanya itu, Capulet tetap menjalankan rencananya untuk
menikahkan Juliet dengan Paris. Karena pernikahan akan berlangsung pada hari
kamis, pendeta Laurence mengusulkan agar pada hari rabu Juliet harus menelan
ramuan yang akan membuatnya mati suri; sementara Laurence akan mengirimkan
pesan pada Romeo untuk menyelamatkan Juliet dari makam keluarga Capulet,
karena ia merasa yakin gadis itu akan dimakamkan disana. Capulet, karena
ditentang oleh putrinya, memutuskan untuk mengajukan pernikahan itu sehari.
Rencana itu membuat Juliet harus segera mereguk racun tadi. Agar rencananya
tidak terhalang, ia menyuruh inang keluar dan tanpa pikir panjang langsung
mereguk racun tadi. Paginya inang menemukan Juliet sudah tak bernyawa.
Laurence dan Paris tiba; tapi upacara pernikahan harus diubah menjadi upacara
pemakaman ( Babak IV ).
Bagian terakhir dari lakon itu, sering disebut resolusi, berkembang dari
krisis sampai tirai ditutup untuk terakhir kalinya. Ini terkadang mengumpulkan

berbagai alur action dan membawa situasinya ke suatu keseimbangan baru,


dengan

demikian

hasilnya

bisa

jadi

memuaskan,

tapi

mungkin

juga

mengecewakan harapan penonton.


Karena tidak tahu bahwa Jliet hanya kelihatannya mati, Balthazar tiba di
Mantua sebelum pendeta tiba dan memberi tahukan tentang kematian Juliet.
Mendengar itu Romeo membeli racun untuk bunuh diri dimakam Juliet. Setelah
membunuh Paris, Romeo mereguk racun itu. Ketika terjaga, Juliet menemukan
Romeo yang sudah mati dan bunuh diri. Pertikaian kedua keluarga itu berakhir di
atas dua kekasih yang sudah mati ( Babak V )
E.

Kelengkapan Drama

Naskah drama : skrip yang dijadikan panduan pemain sebelum pentas.

Penulis naskah : orang yang menulis skenario dan dialog dalam bentuk jadi
naskah drama

Sutradara : orang yang memimpin atau yang mengatur suatu kelompok drama.

Pemain : orang yang berperan melakonkan cerita

Lighting : pengatur cahaya dalam pementasan

Tata busana/make up : bagian kelengkapan drama yang bertugas merias dan


memakaian propertis pakaian

Tata suara : pengatur suara untuk memunculkan efek tertentu dalam


pementasan

Tata panggung : kelengkapan drama yang mengatur latar setiap adegan

Panggung : tempat bagi pemain untuk melakonkan cerita

F.

Jenis jenis Drama


Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis
yaitu drama baru dan drama lama.

1.

Drama Baru / Drama Modern

Drama

baru

adalah

drama

yang

memiliki

tujuan

untuk

memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya


bertema kehidupan manusia sehari-hari.
2.

Drama Lama / Drama Klasik


Drama

lama

menceritakan

adalah
tentang

drama

khayalan

kesaktian,

yang

kehidupan

umumnya

istanan

atau

kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain


sebagainya.
Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita :
1.

Drama Komedi
Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh
keceriaan.

2.

Drama Tragedi
Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh
kemalangan.

3.

Drama Tragedi Komedi


Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada
lucunya.

4.

Opera
Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.

5.

Lelucon / Dagelan
Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola
jenaka merangsang gelak tawa penonton.

6.

Operet / Operette
Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.

7.

Pantomim
Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan
tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.

8.

Tablau
Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh
gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.

9.

Passie
Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius.

10. Wayang
Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka
wayang. Dan lain sebagainya.
G.

AKTING YANG BAIK


Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa
gerak. Dialog yang baik ialah dialog yang :

1. terdengar (volume baik)


2. jelas (artikulasi baik)
3. dimengerti (lafal benar)
4. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan
dalam naskah)
5. Gerak yang balk ialah gerak yang :
6. terlihat (blocking baik)
7. jelas (tidak ragu-ragu, meyakinkan)
8. dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan)
9. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan
dalam naskah)
Penjelasan :
1.

Volume suara yang baik ialah suara yang dapat terdengar


sampai jauh.

2.

Artikulasi yang baik ialah pengucapan yang jelas. Setiap suku


kata terucap dengan jelas dan terang meskipun diucapkan
dengan cepat sekali. Jangan terjadi kata-kata yang diucapkan
menjadi tumpang tindih.

3.

Lafal yang benar pengucapan kata yang sesuai dengan hukum


pengucapan bahasa yang dipakai . Misalnya berani yang berarti
tidak takut harus diucapkan berani bukan ber-ani.

4.

Menghayati atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan


harus dapat menimbulkan kesan yang sesuai dengan tuntutan
peran dalam naskah.

5.

Blocking ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan


antara pemain yang satu dengan yang lainnya tidak saling
menutupi sehingga penonton tidak dapat melihat pemain yang
ditutupi.

6.

Pemain lebih baik terlihat sebagian besar bagian depan tubuh


daripada terlihat sebagian besar belakang tubuh. Hal ini dapat
diatur dengan patokan sebagai berikut

a. Kalau berdiri menghadap ke kanan, maka kaki kanan sebaiknya


berada didepan.
b. Kalau berdiri menghadap ke kiri, maka kaki kiri sebaiknya berada
didepan.
c. Harus diatur pula balance para pemain di panggung. Jangan
sampai seluruh pemain mengelompok di satu tempat. Dalam hal
mengatur balance, komposisinya:
Bagian kanan lebih berat daripada kiri
Bagian depan lebih berat daripada belakang
Yang tinggi lebih berat daripada yang rendah
Yang lebar lebih berat daripada yang sempit
Yang terang lebih berat daripada yang gelap
Menghadap lebih berat daripada yang membelakangi
Komposisi diatur tidak hanya bertujuan untuk enak dilihat
tetapi juga untuk mewarnai sesuai adegan yang berlangsung;
Jelas, tidak ragu-ragu, meyakinkan, mempunyai pengertian
bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah-setengah bahkan
jangan sampai berlebihan. Kalau ragu-ragu terkesan kaku
sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting. Dimengerti,
berarti apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak
menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila
mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka
tubuh

kita

akan

miring

ke

kiri,

dsb.

Menghayati

berarti

gerak-gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai


tuntutan peran dalam naskah, termasuk pula bentuk dan usia.
H. PERKEMBANGAN DRAMA DI INDONESIA
Perkembangan drama di Indonesia tak sesemarak dan setua perkembangan
puisi dan prosa. Kalau puisi dan prosa mengenal puisi lama dan porsa lama, tak
demikianlah dengan drama. Genre sastra drama di Indonesia benar-benar baru,

seiring dengan perkembangan pendidikan di Indonesia, muncul pada tahun 1900an.


Sastra drama di Indonesia ditulis pada awal abad 19, tepatnya tahun 1901,
oleh seorang peranakan Belanda bernama F. Wiggers, berupa sebuah drama satu
babak berjudul Lelakon Raden Beij Soerio Retno. Untuk selanjutnya
bermunculanlah naskah-naskah drama dalam bahasa Melayu Rendah yang ditulis
oleh para pengarang peranakan Belanda dan atau Tionghoa.
Selanjutnya, anak Indonesia sendiri yang mulai menulis drama. Berikut ini
Anda akan disuguhi beberapa dramawan Indonesia dari mulai Rustam Effendi
(lahir 1903) sampai dengan Hamdy Salad (lahir 1961).
Tahun
Kelahiran
Pengarang

Pengarang

Judul

1903

Rustam Effendi

Bebasari

1905

Sanusi Pane

Kertajaya

1906

Abu Hanifah

Taufan di Atas Asia

1916

Trisno Sumarjo

Tumbang

1918

D. Jayakusuma

Rama Bargawa

1920

Utuy Tatang Sontani Bunga Rumah Makan

1921

Usmar Ismail

Leburan Seniman

1926

Asrul Sani

Mahkamah

1928

Mohammad

Iblis

1933

Diponegoro

Bung Besar

1934

Misbach Yusa Biran Domba-domba

1935

D. Sularto

Revolusi

Pembenci Matahari
Malam Jahanam
Masyitoh
Rahman Age

Egon

Motinggo Busye

Dalam Bayangan Tuhan

1937

Ajip Rosidi

atawa Interogasi

1938

Saini KM

Syeh Siti Jenar

1938

Arifin C. Noer

Perahu Nuh II

1941

Vredi Kasram Marta Dam

1942

Aspar Paturusi

Cindua Mato

1943

Putu Wijaya

Jaka Tarub

1944

Wisran Hadi

Sampek Engtay

1945

Akhudiat

Ronggeng-ronggeng

1946

N. Riantiarno

Syair Ikan Tongkol

1949

Yono Daryono

Perempuan

1955

Arthur S. Nalan

Kereta

1959

Hamdy Salad

dalam

1961

I.

MANFAAT DRAMA/TEATER
Banyak hal yang dapat kita raih dalam bermain drama, baik fisik maupun
psikis. Pembicaraan ini tidak akan memisahkan secara rinci antara bermain drama
dan teater, karena keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Di bawah ini
akan diuraikan manfaat bermain drama atau teater.

a.

Meningkatkan pemahaman
Meningkatkan pemahaman kita terhadap fenomena dan kejadian-kejadian
yang sering kita saksikan dan kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kita
menyadari bahwa memahami orang lain merupakan pekerjaan yang paling sulit
dan membutuhkan waktu. Untuk itu drama/teater merupakan salah satu cara untuk
memecahkannya. Dengan bermain drama atau berteater kita selalu berkumpul
dengan orang-orang yang sama sekali berbeda dengan diri kita. Dari segi
individual differences inilah kita dituntut untuk memahami orang lain.
Pemahaman kita kepada orang lain tidak hanya dilihat dari orangnya, melainkan
keseluruhan orang tersebut. Meliputi sifat, watak, cara berbicara, cara bertindak
(tingkah laku), cara merespon suatu masalah, merupakan keadaan yang harus kita
pahami dari orang tersebut.

b.

Mempertajam kepekaan emosi


Drama melatih kita untuk menahan rasa, melatih kepekaan

rasa,

menumbuhkan kepekaan, dan mempertajam emosi kita. Rasa kadang kala tidak
perlu dirasakan, karena sudah ada dalam diri kita. Perlu diingat bahwa rasa,
sebagai sesuatu yang khas, perlu dipupuk agar semakin tajam. Apa yang ada
dihadapan kita perlu adanya rasa. Kalau tidak, maka segala sesuatu yang ada akan
kita anggap wajar saja. Padahal sebenarnya tidak demikian. Kita semakin peka
terhadap sesuatu tentu saja melalui latihan yang lebih. Rasa indah, seimbang,
tidak cocok, tidak asyik, tidak mesra adalah bagian dari emosi. Oleh karena itu,
perasaan perlu ditingkatkan untuk mencapai kepuasan batin.
Drama menyajikan semua itu. Peka panggung, peka kesalahan, peka
keindahan, peka suara atau musik, peka lakuan yang tidak enak dan enak, semua
berasal dari rasa. Semakin kita perasa semakin halus pula tanggapan kita terhadap
sesuatu yang kita hadapi.
c.

Pengembangan ujar
Naskah drama sebagai genre sastra, hampir seluruhnya berisi cakapan.
Cakapan secara tepat, intonasi, maka ujar kita semakin jelas dan mudah dipahami
oleh lawan bicara. Kejelasan tersebut dapat membantu pendengar untuk mencerna
makna yang ada. Harus ada kata yang ditekankan supaya memudahkan
pemaknaan. Dimana kita memberi koma (,) dan titik (.). hampir keseluruhan
konjungsi harus diperhatikan selam kita berlatih membaca dalam bermain drama.
Suara yang tidak jelas dapat berpengaruh pada pendengar dan lebih-lebih
pemaknaan pendengar atau penonton. Di sini perlu adanya kekuatan vokal dan
warna vokal yang berbeda dalam setiap situasi. Tidak semua situasi memerlukan
vokal yang sama. Tidak semua kalimat harus ditekan melainkan pasti ada yang
dipentingkan. Drama memberi semua kemungkinan ini. Sebagai salah satu karya
sastra yang harus dipentaskan dan berisi lakuan serta ucapan.

d.

Apresiasi dramatik.

Apresiasi dramatik dikatakan sebagai pemahaman drama. Realisasi


pemahaman ini adalah dengan pernyataan baik dan tidak baik. Kita bisa memberi
pernyataan tersebut jika kita tidak pernah mengenal drama. Semakin sering kita
menonton pementasan drama semakin luas pula pemahaman kita terhadap drama
atau teater. Karena itulah, kita dituntut untuk lebih meningkatkan kecintaan kita
terhadap drama. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperoleh wawasan dramatik
yang lebih baik.
e.

Pembentukan Postur Tubuh


Postur berkaitan erat dengan latihan bermain drama, latihan ini dibagi
menjadi dua golongan besar, yaitu dasar dan lanjut. Yang termasuk latihan dasar
ini adalah latihan vokal dan latihan olah tubuh. Yang terkait dengan postur adalah
olah tubuh. Kelenturan tubuh diperlukan dalam bermain drama, sebab bermain
drama memerlukan gerak-gerik. Gerak-gerik inilah yang nantinya dapat
membentuk postur tubuh kita sedemikian rupa.

f.

Berkelompok (Bersosialisasi)
Bermain drama tidak mungkin dilaksanakan sendirian, kecuali monoplay.
Bermain drama, secara umum, dilakukan secara berkelompok atau group. Betapa
sulitnya mengatur kelompok sudah kita pahami bersama, bagaimana kita bisa
hidup

secara

berkelompok

adalah

bergantung

pada

diri

kita

sendiri.

Masing-masing orang dalam kelompok drama memiliki tugas dan tanggung jawab
yang sama. Tak ada yang lebih dan tak ada yang kurang, semuanya sama rendah
dan sama tinggi, sama-sama penting. Untuk itu, drama selalu menekankan pada
sikap

pemahaman

kepada

orang

lain

dan

lingkungannya.

Kelompok drama harus merupakan satu kesatuan yang utuh. Semua unsur dalam
drama tidak ada yang tidak penting, melainkan semuanya penting. Rasa
kebersamaan, memiliki, dan menjaga keharmonisan kelompok merupakan
tanggung jawab dan tugas semua anggota kelompok itu. Bukan hanya tugas dan
tanggung jawab ketua kelompok. Baik buruknya pementasan drama tidak akan

dinilai dari salah seorang anggota kelompok tetapi semua orang yang terlibat
dalam pementasan. Oleh karena itu, perlu adanya kekompakan, kebersamaan, dan
kesatuan serta keutuhan.
g.

Menyalurkan hobi
Bermain drama dapat juga dikatakan sebagai penyalur hobi. Hobi yang
berkaitan dengan sastra secara umum dan drama khususnya. Dalam drama
terdapat unsur-unsur sastra. Drama sebagai seni campuran (sastra, tari, arsitektur).

BAB

III

PENUTUP

A.
-

Kesimpulan
Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan
action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga
dipandang sebagai pengertian action.

Sebuah buku yang berjudul A History of the theatre menunjukan pada kita
bahwa pemujaan pada Dionisus, yang kelak diubah kedalam festival drama di
Yunani, berasal dari Mesir Kuno. Tek Piramid yang bertanggal 4000SM. Adalah
naskah Abydos Passion Play yang terkenal.

Unsur unsur Drama

Tema

Alur

Tokoh

Latar

Amanat

Manfaat drama/teater :

Menyalurkan hobi
Berkelompok (Bersosialisasi)
Pembentukan Postur Tubuh
Apresiasi dramatik.
Pengembangan ujar
Mempertajam kepekaan emosi
Meningkatkan pemahaman
B.

Saran

Hendaknya pihak sekolah menambah kegiatan ekstrakurikuler di bidang seni


drama, agar siswa mendapat bimbingan dan lebih dapat mengekspresikan
bakatnya.

Hendaknya sekolah mengadakan pagelaran / pertunjukan drama, agar siswa


lebih matang dalam mengembangkan bakat seni dramanya.

DAFTAR PUSTAKA

1.

http://sendratasik.wordpress.com/2008/12/05/pengertian-drama-dan-teknikpenulisan-naskah-drama/

2.

http://www.slideshare.net/hanifphone/drama-429983

3.

http://aamovi.wordpress.com/2009/03/26/pengertian-drama-dan-teater-2/

4.

http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-drama-dan-jenis-macam-dramapelajaran-bahasa-indonesia

5.

http://my-name-is-sedre.jimdo.com/2009/05/09/pengetahuan-dasar-teater-dandrama

6.

http://awan965.wordpress.com/2008/02/27/perkembangan-sastra-di-indonesia/
BAB I
PENDAHULUAN
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata mata sebuah imitasi (dalam Luxemburg, 1989: 5). Karya sastra sebagai bentuk
dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang
mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh
sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang
melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya
dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. (dalam Sarjidu,
2004: 2).
Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa. Jadi,
yang termasuk dalam kategori Sastra adalah: Novel cerita/cerpen (tertulis/lisan),
syair, pantun, sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi.
Drama / teater adalah salah satu sastra yang amat popular hingga sekarang.
Bahkan di zaman ini telah terjadi perkembangan yang sangat pesat di bidang
teater. Contohnya sinetron, film layar lebar, dan pertunjukan pertunjukan lain
yang menggambarkan kehidupan makhluk hidup.
Selain itu, seni drama / teater juga telah menjadi lahan bisnis yang luar
biasa. Dalam hal ini, penyelanggara ataupun pemeran akan mendapat keuntungan
financial serta menjadi terkenal, tetapi sebelum sampai ke situ seorang
penyelenggara atau pemeran harus menjadi insan yang profesionalitas agar dapat
berkembang terus.
Berdasarkan ulasan di atas, maka penulis membuat makalah ini guna
membantu para pembaca yang ingin menekuni dunia drama. Selain tentang
pengertian dan unsur unsur drama, makalah ini juga memuat catatan tentang
manfaat drama serta dilengkapi juga dengan panduan bagaimana akting yang baik.

Demikian gambaran isi makalah ini dari penulis. Akhir kata, kami ucapkan
terima kasih.
Selamat Membaca!!

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pengertian Drama
Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat,
berlaku, bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan.
Arti pertama dari Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, actiom
(segala yang terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axcting),
dan ketegangan pada para pendengar.
Arti kedua, menurut Moulton Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan
gerak (life presented in action).
Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan kehendak
dengan action.
Menurut Balthazar Vallhagen : Drama adalah kesenian melukiskan sifat
dan sifat manusia dengan gerak.
Arti ketiga drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang
diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action
dihadapan penonton (audience)
Adapun istilah lain drama berasal dari kata drame, sebuah kata Perancis
yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon
mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih ketat, sebuah
drama adalah lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting
meskipun mungkin berakhir dengan bahagia atau tidak bahagia tapi tidak
bertujuan mengagungkan tragedi. Bagaimanapun juga, dalam jagat modern, istilah
drama sering diperluas sehingga mencakup semua lakon serius, termasuk
didalamnya tragedi dan lakon absurd.
Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan
action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga
dipandang sebagai pengertian action. Meskipun merupakan satu bentuk
kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari bentuk kekusastraan lainnya.
Novel, cerpen dan balada masing-masing menceritakan kisah yang melibatkan
tokoh-tokoh lewat kombinasi antara dialog dan narasi, dan merupakan karya
sastra yang dicetak. Sebuah drama hanya terdiri atas dialog; mungkin ada
semacam penjelasannya, tapi hanya berisi petunjuk pementasan untuk dijadikan
pedoman oleh sutradara. Oleh para ahli, dialog dan tokoh itu disebut hauptext atau
teks utama; petunjuk pementasannya disebut nebentext atau tek sampingan.
Contoh;
Chaterina ( bergegas masuk, membawa berita bagus ); Raina ! ( ia mengucapkan
Raina, dengan tekanan pada i ) Raina ! ( ia menunjuk ketempat tidur, berharap
menemukan Raina disitu ) Mengapa, di mana.! ( Raina menoleh kedalam
ruangan).
Fase-fase dalam kurung diatas adalah petunjuk permainan untuk sutradara
dan pemain. Ini memandu para aktor dan sutradara maupun tetang penataan
perlengkapan panggung. George Bernard Shaw ( 1856 1950 ), pelopor realisme
dalam sejarah drama Inggris, memberi petunjuk secara panjang lebar pada

nebentext-nya yang ditemukan dalam kebanyakan naskahnya karena ia tidak ingin


interprestasi lakon-lakonnya menyeleweng dari apa yang sebenarnya ia
kehendaki.
Tidak adanya narasi dalam drama bisa digantikan oleh akting para pemain
yang, dengan menghubunkan diri mereka sendiri dengan perlengkapan,
perlampuan dan iringan musik, menciptakan suasan dan menghidupkan panggung
itu menjadi dunia yang amat nyata. Disamping itu, penjelasan tentang tokoh
disampaikan melalui dialog antara tokoh yang membicarakan tokoh lain. Pada
puisi, daya ekpresi dan irama mentepati posisi yang dominan. Oleh karena itu,
puisi tidak bercerita. Jika balada bertumpu pada narasi, sebab sebenarnya balada
adalah kisah, atau cerita yang dinyanyikan. Contohnya, mahabarata dan ramayana
dalam bentuk tembang. Puisi yang dibaca dengan baik menjadi dramatik, seperti
yang dilakukan Rendra, aktor baik. Maka Tidak tidak diragukan lagi drama
kadang dianggap diambil dari kata dramen yang berarti sesuatu untuk
dimainkan.Mungkin drama memperoleh hampir semua efektivitasnya dari
kemampuannya untuk mengatur dan menjelaskan pengalaman manusia. Oleh
karenanya, drama, seperti halnya karya sastra pada umumnya, dapat dianggap
sebagai interprestasi penulis lakon tentang hidup. Unsur dasar dramaperasaan,hasrat, konflik dan rekonsilasi merupakan unsur utama pengalaman
manusia.
Dalam kehidupan nyata, semua pengalaman emosional tersebut
merupakan kumpulan berbagai kesan yang saling ada hubungannya.
Bagaimanapun juga, dalam drama, penulis lakon mampu mengorganisir semua
pengalaman ini ke dalam satu pola yang bisa dipahami. Penonton melihat materi
kehidupan nyata yang disajikan dalam bentuk yang padatmakna dengan
menghapus hal-hal yang tidak penting dan memberi tekanan kepada hal-hal yang
penting.
Penulis lakon menulis drama untuk dipentaskan, ia menulis drama itu
dengan membayangkan action dan ucapan para aktor diatas panggung. Jadi
ucapan dan action yang terwujud dalam dialog itu adalah bagian paling penting,
yang tanpa itu drama bukan benar-benar sebuah lakon. Karena itu, sebuah drama
mewujudkan action, emosi, pemikiran, karakterisasi, yang perlu digali dari dialogdialog itu. Adalah satu keharusan bagi seorang sutradra untuk menganalisis drama
sebelum memanggugkan drama itu.
B. Sejarah Drama
Kebanyakan dari kita mengira bahwa drama berasal dari Yunani Kuno.
Namun demikian, sebuah buku yang berjudul A History of the theatre menunjukan
pada kita bahwa pemujaan pada Dionisus, yang kelak diubah kedalam festival
drama di Yunani, berasal dari Mesir Kuno. Tek Piramid yang bertanggal 4000SM.
Adalah naskah Abydos Passion Play yang terkenal. Tentu saja para pakar masih
meragukan apakah teks itu drama atau bukan sebelum Gaston Maspero
menunjukan bahwa dalam teks tersebut ada petunjuk action dan indikasi berbagai
tokohnya.
Ada tiga macam teori yang mempersoalkan asal mula drama. Menurut
Brockett, drama mungkin telah berkembang dari upacara relijius primitif yang

2)

3)

4)

5)

dipentaskan untuk minta pertolonga dari Dewa. Upacara ini mengandung banyak
benih drama. Para pendeta sering memerankan mahluk superaalami atau binatang;
dan kadang kadang meniru action berburu, misalnya. Kisah-kisah berkembang
sekitar beberapa ritus dan tetap hidup bahkan setelah upacara itu sendiri sudah
tidak diadakan lagi. Kelak mite-mite itu merupakan dasar dari banyak drama.
Teori kedua memberi kesan bahwa himne pujian dinyanyikan bersama
didepan makam seorang pahlawan. Pembicara memisahkan diri dari koor dan
memperagakan perbuatan-perbuatan dalam kehidupan almarhum pahlawan itu.
Bagian yang diperagakan makin lama makin rumit dan koor tidak dipakai lagi.
Seorang kritisi memberi kesan bahwa sementara koor makinlama makin kurang
penting, muncul pembicara lain. Dialog mulai terjadi ketika ada dua pembicara
diatas panggung.
Teori ketiga memberi kesan bahwa drama tumbuh dari kecintaan manusia
untuk bercerita. Kisah kisah yang diceritakan disekeliling api perkemahan
menciptakan kembali kisah kisah perburuan atau peperangan, atau perbuatan
gagah seorang pahlawan yang telah gugur. Ketiga teaori itu merupakan cikalbakal drama. Meskipun tak seorang pun merasa pasti mana yang terbaik, harus
diingat bahwa ketiganya membicarakan tentang action. Konon, action adalah
intisari dari seni pertunjukan.
C. Unsur unsur Drama
Unsur-unsur dalam drama meliputi :
1)
Tema
: gagasan/ide/dasar cerita.
Alur
: tahapan cerita yang bersambungan. Meliputi Pemaparan, pertikaian,
penggawatan, klimaks, peleraian. Dilihat dari cara menyusun : alur maju/lurus,
alur mundur, alur sorot balik, alur gabungan.
Tokoh
: Pemain/orang yang berperan dalam cerita.
Tokoh dilihat dari watak : protagonis, antagonis, dan tritagonis
Tokoh dilihat dari perkembangan watak : tokoh bulat dan tokoh datar.
Tokoh dilihat dari kedudukan dalam cerita : tokoh utama(sentral) dan tokoh
bawahan (sampingan).
Latar
: bagian dari cerita yang menjelaskan waktu dan tempat kejadian
ketikatokoh mengalami peristiwa
Latar terbagi dalam :
latar sosial
: latar yang berupa, waktu, suasana, masa, bahasa.
latar fisik
: latar yang berupa benda-benda di sekitar tokoh misal, rumah, ruang tamu,
dapur, sawah, hutan, pakaian/ baju.
Amanat : pesan atau sisipan nasihat yang disampaikan pengarang melalui tokoh dan
konflik dalam suatu cerita.
Hal mendasar yang membedakan antara karya sastra puisi, prosa, dan
drama adalah pada bagian dialog. Dialog adalah komunikasi antar tokoh yang
dapat dilihat (bila dalam naskah drama) dan didengar langsung oleh penonton,
apabila dalam bentuk drama pementasan.
D. Struktur Drama
Seorang Aristoteles, filsuf Yunani yang hidup sekitar 300
S.M. telah menulis Poetics. Untuk mengenali plot, karakter,

pikiran, diksi, musik dan spektakel dari tragedi. Kelak identifikasi


itu dianggap sebagai falsafah dasar dari strukturalisme yang oleh
T.S. Eliot disebut the Formalistick Approach.

Strukturdramatik :
Eksposisi : Isinya pemaparan masalah utama atau konflik utama yang berkaitan
dengan posisi diametral antara protagonis dan antagonis. Hasil akhir : Antagonis
berhasil menghimpun kekuatan yang lebih dominan.
Raising Action : Isinya menggambarkan pertentangan kepentingan antar tokoh.
Hasil akhir : Protagonis tidak berhasil melemahkan Antagonis. Antagonis
mengancam kedudukan Protagonis. Krisis diawali.
Complication : Isinya perumitan pertentangan dengan hadirnya konflik sekunder.
Pertentangan meruncing dan meluas, melibatkan sekutu kedua kekuatan yang
berseteru. Hasil akhir : Antagonis dan sekutunya memenangkan pertentangan.
Kubu protagonis tersudut.
Klimaks : Isinya jatuhnya korban dari kubu Protagonis, juga korban dari kubu
Antagonis. Hasil akhir : Peristiwa-peristiwa tragis dan menimbulkan dampak
besar bagi perimbangan kekuatan antar kubu.
Resolusi : Isinya hadirnya tokoh penyelamat, bisa muncul dari kubu protagonis
atau tokoh baru yang berfungsi sebagai penyatu kekuatan kekuatan konflik,
sehingga situasi yang kosmotik dapat tercipta kembali. Pada tahap ini, pesan
moral disampaikan, yang biasanya berupa solusi moral yang berkaitan dengan
tema atau konflik yang sudah diusung.
Berikut contoh penggunaan struktur drama dalam Drama Romeo Juliet.
Pada awal plot kita ada eksposisi. Ini memberi penonton informasi yang
diperlukan tentang peristiwa sebelumnya, situasi sekarang atau tokoh-tokohnya.
Dalam kebanyakan lakon, sudah sejak awal pengarang memberi tekanan kepada
satu pertanyaan atau konplik penting. Pada awal kisah Romeo and Juliet,
Shakespeare telah menyajikan pertengkaran antara Sampson, Gregory lawan
Baltazar dan Abraham, satu penjelasan yang memberi Leitmotive kepada tema,
konplik dan rekonsiliasinya.
Gregory : Anda berkelahi, ya ?
Abraham : Berkelahi? Ah, ngak, nggak!
Sampson : Tapi kalau ya, saya memihak anda, saya mengabdi sebaik anda
Abraham : ah, tak akan lebih baik.
Sampson : Baiklah
Gregory : (kesamping kepada Sampson, melihat Tybalt keluar panggung)
Katakanlah lebih baik. Itu salah satu dari orang majikanku datang.
Sampson : Ya, lebih baik.
Abraham : Bohong!
Sampson : Cabut pedangmu, kalau kamu lelaki. Gregory, ingat hantamanmu.
( mereka berkelahi ).
Dialog diatas menciptakan suasana babak itu dan suatu pelukisan singkat
tapi lengkap tenatang konplik antara keluarga Montague versus keluarga Capulet
yang akan menimbulkan bencana itu.
Terkadang juga ada eksposisi tentang tokoh-tokoh. Sebuah film berjudul
Jango versus Santana dapat dijadikan contoh. Film itu dimulai dengan sebuah
pemandangan. Sebidang tanah tandus dengan pohon-pohon kaktus tumbuh
disana-sini. Sementara fokus kamera bergerak kearah kanan, seorang lelaki

dengan baju kotor dan basah kuyup tampak berlutut didepan sebuah makam.
Lelaki itu berdiri dan kamera mengambil gambarnya dalam teknik medium. Posisi
enface memberikan gambaran jelas tokot itu. Ia tak mengalami kemalangan, tapi
ia menghadapinya dengan tegar. Pelukisan singkat tapi hampir lengkap dari tokoh
tersebut memberi titik awal yang jelas untuk memulai film itu.
Dalam eksposisi itu, unsur-unsur konpliknya statis. Melalui satu insiden
yang merangsang maka action mulai bergerak. Disini konflik dramatik besar
mulai jelas menyatukan kejadian kejadian dalam lakon itu. Insiden yang
merangsang dalam Romeo and Juliet tampak ketika Tybalt mengenali Romeo dan
ingin menantang berkelahi. Presiden dari stimulasi itu terjadi ketika inang
memberi tahu Juliet bahwa Romeo adalah anggota keluarga Montague. Unsur
statis dalam eksposisi itu mulai bergerak dan konflik sehari-hari antara Sampson
versus Abraham makin lama makin menjadi makin serius. ( Babak I ) timbul
serentetan konflik ketika Romeo membocorkan rahasianya kepada temantemannya, memanjat tembok kebun keluarga Capulet, dan menunggu Juliet
muncul dijendelanya waktu gadis itu muncul, keduanya saling mengungkapkan
cinta dan memutuskan untuk kawin lari ( Babak II). Makin lama lakon itu makin
tegang sampai pendeta sampai pendeta Laurence berharap, setelah
menyeleggarakan upacara pernikahan, pertikaian antara keluarga itu akan berakhir
dan Romeo berpendapat begitu. Kisah cinta sederhana antara pemuda dan pemudi
itu sekarang berkembang menjadi idealisme yang melibatkan masalah besar yang
dihadapi kedua orang tua itu. Tidak diragukan bahwa konflikasi tersebut menuju
suatu krisi, satu titik balik ketika informasi yang sebelumnya dirahasiakan sedikit
sebagian terungkap dan masalah dramatik itu bisa dijawab.
Meskipun Juliet sudah menikah dengan Romeo, ia tidak berterus terang
pada ayahnya. Oleh karenanya itu, Capulet tetap menjalankan rencananya untuk
menikahkan Juliet dengan Paris. Karena pernikahan akan berlangsung pada hari
kamis, pendeta Laurence mengusulkan agar pada hari rabu Juliet harus menelan
ramuan yang akan membuatnya mati suri; sementara Laurence akan mengirimkan
pesan pada Romeo untuk menyelamatkan Juliet dari makam keluarga Capulet,
karena ia merasa yakin gadis itu akan dimakamkan disana. Capulet, karena
ditentang oleh putrinya, memutuskan untuk mengajukan pernikahan itu sehari.
Rencana itu membuat Juliet harus segera mereguk racun tadi. Agar rencananya
tidak terhalang, ia menyuruh inang keluar dan tanpa pikir panjang langsung
mereguk racun tadi. Paginya inang menemukan Juliet sudah tak bernyawa.
Laurence dan Paris tiba; tapi upacara pernikahan harus diubah menjadi upacara
pemakaman ( Babak IV ).
Bagian terakhir dari lakon itu, sering disebut resolusi, berkembang dari
krisis sampai tirai ditutup untuk terakhir kalinya. Ini terkadang mengumpulkan
berbagai alur action dan membawa situasinya ke suatu keseimbangan baru,
dengan demikian hasilnya bisa jadi memuaskan, tapi mungkin juga
mengecewakan harapan penonton.
Karena tidak tahu bahwa Jliet hanya kelihatannya mati, Balthazar tiba di
Mantua sebelum pendeta tiba dan memberi tahukan tentang kematian Juliet.
Mendengar itu Romeo membeli racun untuk bunuh diri dimakam Juliet. Setelah

E.

F.
1.

2.

1.

2.
3.

4.
5.
6.

membunuh Paris, Romeo mereguk racun itu. Ketika terjaga, Juliet menemukan
Romeo yang sudah mati dan bunuh diri. Pertikaian kedua keluarga itu berakhir di
atas dua kekasih yang sudah mati ( Babak V )
Kelengkapan Drama
Naskah drama : skrip yang dijadikan panduan pemain sebelum pentas.
Penulis naskah : orang yang menulis skenario dan dialog dalam bentuk jadi
naskah drama
Sutradara : orang yang memimpin atau yang mengatur suatu kelompok drama.
Pemain : orang yang berperan melakonkan cerita
Lighting : pengatur cahaya dalam pementasan
Tata busana/make up : bagian kelengkapan drama yang bertugas merias dan
memakaian propertis pakaian
Tata suara : pengatur suara untuk memunculkan efek tertentu dalam
pementasan
Tata panggung : kelengkapan drama yang mengatur latar setiap adegan
Panggung : tempat bagi pemain untuk melakonkan cerita
Jenis jenis Drama
Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis
yaitu drama baru dan drama lama.
Drama Baru / Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk
memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya
bertema kehidupan manusia sehari-hari.
Drama Lama / Drama Klasik
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya
menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istanan atau
kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain
sebagainya.
Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita :
Drama Komedi
Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh
keceriaan.
Drama Tragedi
Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh
kemalangan.
Drama Tragedi Komedi
Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada
lucunya.
Opera
Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
Lelucon / Dagelan
Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola
jenaka merangsang gelak tawa penonton.
Operet / Operette
Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.

7.

Pantomim
Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan
tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
8.
Tablau
Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh
gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.

9.

Passie
Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius.
10. Wayang
Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka
wayang. Dan lain sebagainya.
G. AKTING YANG BAIK
Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa
gerak. Dialog yang baik ialah dialog yang :
1. terdengar (volume baik)
2. jelas (artikulasi baik)
3. dimengerti (lafal benar)
4. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan
dalam naskah)
5. Gerak yang balk ialah gerak yang :
6. terlihat (blocking baik)
7. jelas (tidak ragu-ragu, meyakinkan)
8. dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan)
9. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan
dalam naskah)
Penjelasan :
1.
Volume suara yang baik ialah suara yang dapat terdengar
sampai jauh.
2.
Artikulasi yang baik ialah pengucapan yang jelas. Setiap suku
kata terucap dengan jelas dan terang meskipun diucapkan
dengan cepat sekali. Jangan terjadi kata-kata yang diucapkan
menjadi tumpang tindih.
3.
Lafal yang benar pengucapan kata yang sesuai dengan hukum
pengucapan bahasa yang dipakai . Misalnya berani yang berarti
tidak takut harus diucapkan berani bukan ber-ani.
4.
Menghayati atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan
harus dapat menimbulkan kesan yang sesuai dengan tuntutan
peran dalam naskah.
5.
Blocking ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan
antara pemain yang satu dengan yang lainnya tidak saling
menutupi sehingga penonton tidak dapat melihat pemain yang
ditutupi.
6.
Pemain lebih baik terlihat sebagian besar bagian depan tubuh
daripada terlihat sebagian besar belakang tubuh. Hal ini dapat
diatur dengan patokan sebagai berikut

a. Kalau berdiri menghadap ke kanan, maka kaki kanan sebaiknya


berada didepan.
b. Kalau berdiri menghadap ke kiri, maka kaki kiri sebaiknya berada
didepan.
c. Harus diatur pula balance para pemain di panggung. Jangan
sampai seluruh pemain mengelompok di satu tempat. Dalam hal
mengatur balance, komposisinya:
Bagian kanan lebih berat daripada kiri
Bagian depan lebih berat daripada belakang
Yang tinggi lebih berat daripada yang rendah
Yang lebar lebih berat daripada yang sempit
Yang terang lebih berat daripada yang gelap
Menghadap lebih berat daripada yang membelakangi
Komposisi diatur tidak hanya bertujuan untuk enak dilihat
tetapi juga untuk mewarnai sesuai adegan yang berlangsung;
Jelas, tidak ragu-ragu, meyakinkan, mempunyai pengertian
bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah-setengah bahkan
jangan sampai berlebihan. Kalau ragu-ragu terkesan kaku
sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting. Dimengerti,
berarti apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak
menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila
mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka
tubuh kita akan miring ke kiri, dsb. Menghayati berarti
gerak-gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai
tuntutan peran dalam naskah, termasuk pula bentuk dan usia.
H. PERKEMBANGAN DRAMA DI INDONESIA
Perkembangan drama di Indonesia tak sesemarak dan setua perkembangan
puisi dan prosa. Kalau puisi dan prosa mengenal puisi lama dan porsa lama, tak
demikianlah dengan drama. Genre sastra drama di Indonesia benar-benar baru,
seiring dengan perkembangan pendidikan di Indonesia, muncul pada tahun 1900an.
Sastra drama di Indonesia ditulis pada awal abad 19, tepatnya tahun 1901,
oleh seorang peranakan Belanda bernama F. Wiggers, berupa sebuah drama satu
babak berjudul Lelakon Raden Beij Soerio Retno. Untuk selanjutnya
bermunculanlah naskah-naskah drama dalam bahasa Melayu Rendah yang ditulis
oleh para pengarang peranakan Belanda dan atau Tionghoa.
Selanjutnya, anak Indonesia sendiri yang mulai menulis drama. Berikut ini
Anda akan disuguhi beberapa dramawan Indonesia dari mulai Rustam Effendi
(lahir 1903) sampai dengan Hamdy Salad (lahir 1961).
Tahun
Kelahiran
Pengarang

Pengarang

Judul

1903
1905
1906
1916
1918
1920
1921
1926
1928
1933
1934
1935
1937
1938
1938
1941
1942
1943
1944
1945
1946
1949
1955
1959
1961
I.

Bebasari
Kertajaya
Taufan di Atas Asia
Rustam Effendi
Tumbang
Sanusi Pane
Rama Bargawa
Abu Hanifah
Bunga Rumah Makan
Trisno Sumarjo
Leburan Seniman
D. Jayakusuma
Mahkamah
Utuy Tatang Sontani Iblis
Usmar Ismail
Bung Besar
Asrul Sani
Domba-domba
Mohammad
Revolusi
Diponegoro
Pembenci Matahari
Misbach Yusa Biran Malam Jahanam
D. Sularto
Masyitoh
Rahman Age
Egon
Motinggo Busye
Dalam Bayangan Tuhan
Ajip Rosidi
atawa Interogasi
Saini KM
Syeh Siti Jenar
Arifin C. Noer
Perahu Nuh II
Vredi Kasram Marta Dam
Aspar Paturusi
Cindua Mato
Putu Wijaya
Jaka Tarub
Wisran Hadi
Sampek Engtay
Akhudiat
Ronggeng-ronggeng
N. Riantiarno
Syair Ikan Tongkol
Yono Daryono
Perempuan
dalam
Arthur S. Nalan
Kereta
Hamdy Salad

MANFAAT DRAMA/TEATER
Banyak hal yang dapat kita raih dalam bermain drama, baik fisik maupun
psikis. Pembicaraan ini tidak akan memisahkan secara rinci antara bermain drama
dan teater, karena keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Di bawah ini
akan diuraikan manfaat bermain drama atau teater.
a.
Meningkatkan pemahaman
Meningkatkan pemahaman kita terhadap fenomena dan kejadian-kejadian
yang sering kita saksikan dan kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kita

menyadari bahwa memahami orang lain merupakan pekerjaan yang paling sulit
dan membutuhkan waktu. Untuk itu drama/teater merupakan salah satu cara untuk
memecahkannya. Dengan bermain drama atau berteater kita selalu berkumpul
dengan orang-orang yang sama sekali berbeda dengan diri kita. Dari segi
individual differences inilah kita dituntut untuk memahami orang lain.
Pemahaman kita kepada orang lain tidak hanya dilihat dari orangnya, melainkan
keseluruhan orang tersebut. Meliputi sifat, watak, cara berbicara, cara bertindak
(tingkah laku), cara merespon suatu masalah, merupakan keadaan yang harus kita
pahami dari orang tersebut.

b.

c.

d.

e.

f.

Mempertajam kepekaan emosi


Drama melatih kita untuk menahan rasa, melatih kepekaan rasa,
menumbuhkan kepekaan, dan mempertajam emosi kita. Rasa kadang kala tidak
perlu dirasakan, karena sudah ada dalam diri kita. Perlu diingat bahwa rasa,
sebagai sesuatu yang khas, perlu dipupuk agar semakin tajam. Apa yang ada
dihadapan kita perlu adanya rasa. Kalau tidak, maka segala sesuatu yang ada akan
kita anggap wajar saja. Padahal sebenarnya tidak demikian. Kita semakin peka
terhadap sesuatu tentu saja melalui latihan yang lebih. Rasa indah, seimbang,
tidak cocok, tidak asyik, tidak mesra adalah bagian dari emosi. Oleh karena itu,
perasaan perlu ditingkatkan untuk mencapai kepuasan batin.
Drama menyajikan semua itu. Peka panggung, peka kesalahan, peka
keindahan, peka suara atau musik, peka lakuan yang tidak enak dan enak, semua
berasal dari rasa. Semakin kita perasa semakin halus pula tanggapan kita terhadap
sesuatu yang kita hadapi.
Pengembangan ujar
Naskah drama sebagai genre sastra, hampir seluruhnya berisi cakapan.
Cakapan secara tepat, intonasi, maka ujar kita semakin jelas dan mudah dipahami
oleh lawan bicara. Kejelasan tersebut dapat membantu pendengar untuk mencerna
makna yang ada. Harus ada kata yang ditekankan supaya memudahkan
pemaknaan. Dimana kita memberi koma (,) dan titik (.). hampir keseluruhan
konjungsi harus diperhatikan selam kita berlatih membaca dalam bermain drama.
Suara yang tidak jelas dapat berpengaruh pada pendengar dan lebih-lebih
pemaknaan pendengar atau penonton. Di sini perlu adanya kekuatan vokal dan
warna vokal yang berbeda dalam setiap situasi. Tidak semua situasi memerlukan
vokal yang sama. Tidak semua kalimat harus ditekan melainkan pasti ada yang
dipentingkan. Drama memberi semua kemungkinan ini. Sebagai salah satu karya
sastra yang harus dipentaskan dan berisi lakuan serta ucapan.
Apresiasi dramatik.
Apresiasi dramatik dikatakan sebagai pemahaman drama. Realisasi
pemahaman ini adalah dengan pernyataan baik dan tidak baik. Kita bisa memberi
pernyataan tersebut jika kita tidak pernah mengenal drama. Semakin sering kita
menonton pementasan drama semakin luas pula pemahaman kita terhadap drama
atau teater. Karena itulah, kita dituntut untuk lebih meningkatkan kecintaan kita
terhadap drama. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperoleh wawasan dramatik
yang lebih baik.
Pembentukan Postur Tubuh
Postur berkaitan erat dengan latihan bermain drama, latihan ini dibagi
menjadi dua golongan besar, yaitu dasar dan lanjut. Yang termasuk latihan dasar
ini adalah latihan vokal dan latihan olah tubuh. Yang terkait dengan postur adalah
olah tubuh. Kelenturan tubuh diperlukan dalam bermain drama, sebab bermain
drama memerlukan gerak-gerik. Gerak-gerik inilah yang nantinya dapat
membentuk postur tubuh kita sedemikian rupa.
Berkelompok (Bersosialisasi)
Bermain drama tidak mungkin dilaksanakan sendirian, kecuali monoplay.
Bermain drama, secara umum, dilakukan secara berkelompok atau group. Betapa

sulitnya mengatur kelompok sudah kita pahami bersama, bagaimana kita bisa
hidup secara berkelompok adalah bergantung pada diri kita sendiri.
Masing-masing orang dalam kelompok drama memiliki tugas dan tanggung jawab
yang sama. Tak ada yang lebih dan tak ada yang kurang, semuanya sama rendah
dan sama tinggi, sama-sama penting. Untuk itu, drama selalu menekankan pada
sikap
pemahaman
kepada
orang
lain
dan
lingkungannya.
Kelompok drama harus merupakan satu kesatuan yang utuh. Semua unsur dalam
drama tidak ada yang tidak penting, melainkan semuanya penting. Rasa
kebersamaan, memiliki, dan menjaga keharmonisan kelompok merupakan
tanggung jawab dan tugas semua anggota kelompok itu. Bukan hanya tugas dan
tanggung jawab ketua kelompok. Baik buruknya pementasan drama tidak akan
dinilai dari salah seorang anggota kelompok tetapi semua orang yang terlibat
dalam pementasan. Oleh karena itu, perlu adanya kekompakan, kebersamaan, dan
kesatuan serta keutuhan.
g.
Menyalurkan hobi
Bermain drama dapat juga dikatakan sebagai penyalur hobi. Hobi yang
berkaitan dengan sastra secara umum dan drama khususnya. Dalam drama
terdapat unsur-unsur sastra. Drama sebagai seni campuran (sastra, tari, arsitektur).

BAB III
PENUTUP
A.
-

B.
-

Kesimpulan
Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan
action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga
dipandang sebagai pengertian action.
Sebuah buku yang berjudul A History of the theatre menunjukan pada kita
bahwa pemujaan pada Dionisus, yang kelak diubah kedalam festival drama di
Yunani, berasal dari Mesir Kuno. Tek Piramid yang bertanggal 4000SM. Adalah
naskah Abydos Passion Play yang terkenal.
Unsur unsur Drama
Tema
Alur
Tokoh
Latar
Amanat
Manfaat drama/teater :
Menyalurkan hobi
Berkelompok (Bersosialisasi)
Pembentukan Postur Tubuh
Apresiasi dramatik.
Pengembangan ujar
Mempertajam kepekaan emosi
Meningkatkan pemahaman
Saran
Hendaknya pihak sekolah menambah kegiatan ekstrakurikuler di bidang seni
drama, agar siswa mendapat bimbingan dan lebih dapat mengekspresikan
bakatnya.
Hendaknya sekolah mengadakan pagelaran / pertunjukan drama, agar siswa
lebih matang dalam mengembangkan bakat seni dramanya.

DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.

http://sendratasik.wordpress.com/2008/12/05/pengertian-drama-dan-teknikpenulisan-naskah-drama/
http://www.slideshare.net/hanifphone/drama-429983
http://aamovi.wordpress.com/2009/03/26/pengertian-drama-dan-teater-2/
http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-drama-dan-jenis-macam-dramapelajaran-bahasa-indonesia
http://my-name-is-sedre.jimdo.com/2009/05/09/pengetahuan-dasar-teater-dandrama
http://awan965.wordpress.com/2008/02/27/perkembangan-sastra-di-indonesia/

I.

PENDAHULUAN

Dalam belajar bahasa Indonesia banyak sekali materi yang dipelajari baik berupa
sastra maupun non sastra. Dalam penjelasan yang akan dijelaskan berikut ini adalah
berupa bagian dari sastra yaitu drama. Drama ini dapat kita saksikan baik secara
langsung maupun lewat televisi. Namun akan lebih seru bila kita menyaksikan drama
secara langsung karena secara langsung lebih bisa menikmati dan merasakan
suasananya. Berbeda lagi jika yang kita bicarakan tentang pendidikan drama.

II.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Drama
Istilah drama berasal dari bahasa yunani droomai yang berarti berbuat.
Pengertian drama adalah pertunjukan cerita atau lakon kehidupan manusia yang
dipentaskan. Drama ialah aksi mimetic (peniruan), yaitu aksi yang meniru atau
mewakilkan perlakuan manusia. Menurut Aristotle, drama ialah peniruan kehidupan,
sebuah cermin budaya dan suatu bayangan kebenaran. Dalam buku The American
College Dictionary, drama didefinisikan sebagai karangan prosa dan puisi yang
menyajikan dialog, pantomin atau cereka yang mengandungi konflik untuk dipentaskan.
Mengikut Oxford Dictionary, drama sebagai komposisi prosa boleh disesuaikan untuk
disaksikan di atas pentas yang ceritanya disampaikan melalui dialog dan aksi, dan
dipersembahkan dengan bantuan gerak, kostum dan latar hiasan seperti kehidupan yang
sebenar. Bagi Aristotle, plot merupakan penggerak utama sesebuah drama dan drama
harus dibina dari tiga kesatuan, yaitu aksi, tempat dan masa. Elemen-elemen inilah yang
menyebabkan drama menjadi sebagian dari cabang sastra. Selain elemen sastra, drama
juga merangkumi elemen-elemen seni yang lain seperti lakon, seni musik, seni busana
dan seni tari.

B. Ciri-ciri Drama

Pada umumnya, drama mempunyai ciri-ciri yang berikut :

Drama merupakan prosa modern yang dihasilkan sebagai naskah untuk


dibaca dan dipentaskan.

Naskah drama boleh berbentuk prosa atau puisi.

Drama terdiri dari dialog yang disusun oleh pengarang dengan watak yang
diwujudkan.

Pemikiran dan gagasan pengarang disampaikan melalui dialog watakwataknya.

Konflik ialah unsur penting dalam drama. Konflik digerakkan oleh watakwatak dalam plot, elemen penting dalam sesebuah skrip drama.

Sebuah skrip yang tidak didasari oleh konflik tidak dianggap sebuah drama
yang baik.

Gaya bahasa dalam sebuah drama juga penting kerana ia menunjukkan latar
masa dan masyarakat yang diwakilinya, sekali gus drama ini mencerminkan
sosiobudaya masyarakat yang digambarkan oleh pengarang

C. Unsur-unsur Drama
Unsur dalam drama dapat diklasifikasikan menjadi dua unsur yaitu unsur intrinsik
(unsur dalam) dan unsur ektrinsik (unsur luar). Unsur intrinsik atau disebut juga unsur
dalam adalah unsur yang tidak tampak.
Unsur intrinsik (unsur dalam) diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Tokoh
Tokoh adalah individu atau seseorang yang menjadi pelaku cerita. Pelaku cerita
atau pemain drama disebut actor (pria) dan aktris (wanita). Tokoh dalam cerita fiksi atau
drama berkaitan dengan nama, usia, jenis kelamin, tipe fisik, jabatan, dan keadaan
kejiwaan. Tokoh dalam drama diklasifikasikan menjadi:
a. Berdasarkan sifatnya, tokoh diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Tokoh protagonist yaitu tokoh utama yang mendukung cerita.

2. Tokoh antagonis yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang tokoh utama yang
menetang cerita.

3. Tokoh tritagonis yaitu tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonist maupun tokoh
antagonis.
b. Berdasarkan peranannya, tokoh diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Tokoh sentral yaitu tokoh yang paling menentukan dalam drama. Tokoh sentral
merupakan penyebab terjadinya konflik. Tokoh sentral meliputi tokoh protagonis dan
tokoh antagonis.

2. Tokoh utama yaitu tokoh pendukung atau penentang tokoh sentral. Dapat juga sebagai
perantara tokoh sentral atau dalam hal ini adalah tokoh tritagonis.

3. Tokoh pembantu tokoh-tokoh yang memegang peran pelengkap atau tambahan dalam
mata rangkai cerita. Kehadiran tokoh pembantu ini menurut kebutuhan cerita saja. Jadi
tidak semua drama menampilkan kehadiran tokoh pembantu.
Contoh:
Dalam cerita Romeo dan Juliet tokoh protagonist yang sekaligus juga tokoh sentral
adalah Romeo dan Juliet. Tokoh utama sekaligus juga tokoh tritagonis adalah pendeta
Lorenso dan wakil keluarga Capulet. Tokoh-tokoh lain, seperti tentara pangeran, inang,
wakil-wakil Montage, dan wakil-wakil Capulet yang lain adalah tokoh-tokoh pembantu.
2.

Perwatakan atau Penokohan


Perwatakan disebut juga penokohan. Perwatakan atau Penokohan adalah
penggambaran efek batin seseorang tokoh yang disajikan dalam cerita. Watak pada
tokoh digambarkan dalam tiga dimensi (watak dimensional). Penggambaran itu
berdasarkan keadaan fisik biasanya dilukiskan paling awal, baru kemudian sosialnya.
Pelukisan watak tokoh dapat langsung pada dialog yang mewujudkan watak dan
perkembangan lakon.

a. Keadaan Fisik
Yang termasuk dalam keadaan fisik tokoh adalah umur, jenis kelamin, cirri-ciri
tubuh, cacat jasmani, cirri khas yang menonjol,, suku, bangsa, raut muka, kesukaan,
tinggi/pendek, kurus/gemuk. Misalnya seseorang yang berleher pendek mempunyai
watak mudah tersinggung, seseorang yang berleher panjang mempunyai watak sabar.
b. Keadaan Psikis
Keadaan psikis tokoh meliputi: watak, kegemaran, mental, standar moral,
temperanmen, ambisi, psikologis yang dialami, dan keadaan emosi.

c. Keadaan Sosiologis
Keadaan sosiologis tokoh meliputi: jabatan, pekerjaan, kelas social, ras, agama,
dan ideology. Contoh penampilan pegawai bank akan berbeda dengan penampilan
makelar, kendatipun keadaan social ekonominya sama. Penampilan istri bupati, akan
berbeda dengan penampilan istri gubernur atau istri lurah. Perwatakan tokoh-tokoh
dalam drama digambarkan melalui dialog, ekspresi, atau tingkah laku sang tokoh.
3.

Setting
Setting diciptakan penulis/pengarang untuk memperjelas satuan peristiwa dalam
cerita agar menjadi logis atau konkretisasi sebuah tempat agar penonton, pembaca
mempunyai pembayangan yang tepat terhadap berlangsungnya suatu peristiwa. Selain
itu, setting juga diciptakan untuk menggerakan emosi atau kejiwaan pembaca atau
penonton. Secara emottif penonton atau pembaca diharapkan mempunyai daya khayal
yang lebih dalam sesuai dengan kedalaman-kedalaman pengalaman berfikirnya.
Misalnya pelaku yang berada diantara deretan pedagang-pedagang kaki lima, bukan di
sebuah plasa atau supermarket, pembaca atau penonton akan menagkap kesan
kesedihan, bahkan kemiskinan. Setting atau tempat kejadian cerita sering disebut juga
latar cerita. Setting meliputi tiga dimensi:

a. Setting tempat
Setting tempat adalah tempat terjadinya cerita dalam drama. Setting tempat tidak dapat
berdiri sendiri. Setting tempat berhubungan dengan setting ruang dan waktu.
b. Setting waktu
Setting waktu adalah waktu atau zaman atau periode sejarah terjadinya cerita dalam
drama. Settingwaktu juga terjadi di waktu pagi, siang, sore, atau malam.
c. Setting ruang
Setting ruang juga dapat berarti ruang dalam rumah atau latar rumah, hiasan, warna, dan
peralatan dalam ruang akan memberi corak tersendiri dalam drama yang dipentaskan.
Misalnya di ruang tamu keluarga modern yang kaya akan berbeda dengan ruang tamu
keluarga tradisional yang miskin.
4.

Tema
Tema merupakan gagasan pokok atau ide yang mendasari pembuatan sebuah
drama. Tema dalam drama dikembangkan melalui alur, tokoh-tokoh dan perwatakan yang
memungkinkan adanya konflik, dan ditulis dalam bentuk dialog. Tema yang bisa diangkat

dalam drama adalah masalah percintaan, kritik social, kemiskinan, kesenjangan social,
penindasan, ketuhanan, keluarga yang retak, patriotism, dan renungan hidup.
5.

Setting
Alur atau plot adalah jalan cerita. Dalam alur sebuah naskah drama bukan
permasalahan maju-mundurnya sebuah cerita seperti yang dimaksudkan dalam
karangan prosa, tetapi alur yang membimbing cerita dari awal hingga tuntas. Dimulai
dengan pemaparan (perkenalan awal tokoh dan penokohan), adanya masalah (konflik),
konflikasi (masalah baru), krisis (pertentangan mencapai titik puncak-klimak s.d.
antiklimaks), resolusi (pemecahan masalah), dan ditutup dengan ending (keputusan).
Ada pula yang menggambarkan alur dalam sebah naskah drama itu pemaparanmasalah-pemecahan masalah atau resolusi-keputusan.

6.

Amanat dan Nama Pengarang


Seorang pengarang drama baik sadar atau tidak sadar pasti menyampaikan
amanat dalam karyanya. Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang kepada
pembaca atau penonton melalui karyanya. Amanat yang hendak disampaikan pengarang
melalui drama harus ditentukan atau dicari sendiri oleh pembaca atau penonton. Setiap
pembaca atau penonton dapat berbeda-beda dalam menafsirkan amanat drama.
Amanat bersifat kias subjektif & umum sedangkan tema bersifat lugas, objektif, &
khusus. Amanat biasanya memberikan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Amanat
drama selalu berhubungan dengan tema drama.
Contoh:
Drama Romeo dan Juliet bertema masalah percintaan yang berakhir dengan kematian,
berdasarkan temanya drama Romeo dan Juliet memiliki amanat:

a. Meskipun manusia begitu cermat dan teliti merencanakan sesuatu, Tuhan jugalah yang
menetukan apa yang terjadi.
b. Manusia tidak kuasa melawan garis nasib yang ditetapkan oleh Tuhan.
Amanat drama yang dipaparkan diatas adalah versi penulis. Amanat drama Romeo
dan Juliet dapat ditafsirkan berbeda-beda oleh penonton atau pembacanya. Sedangkan
unsur ekstrinsik (unsur luar) dalam drama adalah unsur yang tampak, seperti adanya
dialog atau percakapan. Namun, unsur-unsur ini bisa bertambah ketika naskah sudah
dipentaskan. Seperti panggung, properti, tokoh, sutradara, dan penonton.

D. Jeni-jenis Drama
Jenis-jenis drama dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

1. Berdasarkan isi ceritanya.


a. Drama tragedy (drama duka)
Tragedy atau drama duka adalah drama yang melukiskan kisah sedih yang besar dan
agung. Tokoh-tokohnya terlibat dalam bencana atau masalah yang besar. Drama tragedy
menceritakan pertentangan antara tokoh protagonist dengan kekuatan dari luar atau
tokoh lainya. Pertentangan ini berakhir dengan keputusan, kehancuran, atau kematian
tokoh protagonis.
Contoh: Drama Romeo dan Juliet, film Ttitanic.
b. Melodrama
Melodrama adalah drama yang sangat menyentuh perasaan (sentimental),
mendebarkan hati, dan mengharukan. Ceritanya dilebih-lebihkan sehingga kurang
meyakinkan penonton. Tokoh-tokoh dalam melodrama adalah tokoh-tokoh yang hitam
putih dan bersifat tetap (stereotip). Seorang tokoh jahat adalah seluruh wataknya jahat,
tidak ada sisi baik sedikkitpun, sebaliknya, tokoh hero atau tokoh protagonist adalah
tokoh pujaan yang luput dari kekurangan, kesalahan, dan tindak kejahatan. Tokoh hero
ini pada akhirnya akan memenagkan peperangan, masalah, atau persaingan yang ada.
Tokoh-tokoh dalam melodrama dilukiskan pasrah atau menerima nasibnya terhadap apa
yang terjadi. Biasanya sinentron dan film Indonesia merupakan melodrama.
Contoh: Film Ada Apa Dengan Cinta, sinetron Cinta Fitri.
c. Komedi (drama ria)
Komedi adalah drama ringan yang sifatnya menghibur dan didalamnya terdapat dialog
kocak yang bersifat menyindir dan biasanya berakhir dengan kebahagiaan. Drama
komedi menampilkan tokoh tolol, konyol, atau tokoh bijaksana tapi lucu. Penilaian
penonton terhadap drama komedi dapat berbeda. Ada yang dapat tertawa saat menonton
drama komedi, ada juga yang tidak. Perbedaan penilaian ini disebabkan oleh perbedaan
budaya dan pengalaman. Penonton yang pernah mengalami peristiwa yang diceritakan
dalam drama komedi akan tertawa jika melihat drama tersebut.
Contoh: Film Mister Bean, sinetron Bajaj Bajuri
d. Dagelan
Dagelan adalah drama kocak dan ringan. Isi cerita dagelan biasanya kasar, lentur, dan
vulgar. Dalam dagelan tidak terdapat kesetiaan terhadap alur cerita. Irama permainan
dapat melantur dan ketetapan waktu tidak dipatuhi. Tokoh-tokoh dalam dagelan
mempunyai watak yang berubah-ubah dari awal sampai akhir. Tokoh yang serius dapat

berubah secara tiba-tiba menjadi kocak. Dagelan disebut juga banyolan, sering disebut
tontonan konyol atau tontonan murahan.
Contoh: Teater Srimulat, Ketoprak Humor, Opera Van Java, dan Opera Anak
2.

Berdasarkan cara penyajianya

1. Closed Drama (drama untuk dibaca)


Closed drama adalah drama yang dibuat hanya untuk dibaca dan hanya indah untuk
dibaca. Closed drama mempunyai dialog-dialog yang panjang dan menggunakan bahasa
yang indah. Dialog-dialog yang digunakan tidak mencerminkan percakapan sehari-hari
sehingga sulit dipentaskan.
2. Drama treatikal (Drama yang dipentaskan)
Drama treatikal adalah drama yang dapat dipentaskan. Drama treatikal dipentaskan di
atas pentas atau panggung.
3. Drama radio
Drama radio adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan melalui radio. Drama
radio mementingkan dialog yang diucapkan melalui media radio. Drama radio biasanya
direkam melalui kaset. Misalnya, selingan music, sound effect, dan jenis suara. Adegan
dan babak dalam drama radio dapat diganti sebanyak mungkin karena tidak perlu
menyiapkan pergantian dekor. Misalnya sahur sepuh.
4. Drama televise
Drama televisi adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan melalui media televisi.
Kelebihan drama televisi adalah dalam melukiskan flashback (kenangan masa lalu).
Drama televisi berbentuk scenario . drama televisi ditampilkan dalam bentuk film,
sinetron, atau telenovela.
3.

Berdasarkan bentuknya

a. Sandiwara
Sandiwara berasal dari dua kata bahasa jawa, yaitu sandi yang berarti rahasia dan
warah yang berarti ajaran. Sandiwara berarti suatu pengajaran yang diberikan secara
rahasia dalam bentuk tontonan.
b. Teater rakyat
Teater rakyat adalah segala jenis tontonan yang dipertunjukan di depan orang banyak
dan bersifat kerakyatan. Seperti ketoprak dari jawa, lundruk dari jawa timur, arja dari bali,
lenong dari Jakarta, dan sebagainya.
c. Opera

Opera adalah drama yang berisikan nyanyian dan music pada saat pementasanya.
Nyanyian digunakan sebagai dialog. Opera sering disebut drama musical.
d. Sendratari
Sendratari adalah seni drama tari atau drama tanpa dialog dari pemainanya. Suasana
dan adegan dinyatakan dengan gerak yang berunsur tari. Sendratari sebagian besar
diangkat dari cerita-cerita klasik, seperti Ramayana dan mahabarata.
e. Pantomim
Pantomim adalah pertunjukan drama tanpa kata-kata yang hanya dimainkan dengan
gerak dan ekspresi wajah biasanya diiringi music.
f.

Operet atau Operette


Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.

g. Tableau
Tableau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota
tubuh dan mimik wajah pelakunya. Atau drama tanpa kata-kata, dan pelaku hanya
mengandalkan gerak patah-patah.
h. Passie
Passie adalah drama yang mengandung unsur agama atau religius.
i.

Wayang
Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang.

j.

Minikata
Drama dengan cakapan singkat yang mengandalkan gerak treatikal.

4.

Menurut masanya
drama dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama.

a. Drama Baru (Modern)


Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada
mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
b. Drama Lama (Klasik)
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian,
kehidupan istana atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain
sebagainya.

E. Hal-hal yang Perlu di Perhatikan dalam Pementasan Drama


Didalam pementasan drama ini ada beberapa istilah-istilah yang perlu diketahui, yaitu:

1. Prolog yaitu kata kata pembukaan dalam suatu pementasan drama.

2. Epilog yaitu kata-kata penutup dalam suatu pementasan drama yang berisikanpesan,
kesimpulan dan amanat.

3. Monolog yaitu berbicara sendiri dalam suatu pementasan drama.


4. Dialog yaitu bagian dari naskah drama atau percakapan para pemain.
Selain itu, hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah:

a. Tata panggung
Sesuaikah tata panggung dengan tema tersebut? Misalnya tema tentang keadaan
perang, tentu saja tata panggung harus bisa menggambarkan hal itu.

b. Pemeran
Pemeran sangat memengaruhi berhasil tidaknya suatu pertunjukan drama. Pemeran
harus mampu menampilkan watak dari tokoh yang diperankannya.

c. Kostum
Kostum akan mendukung pementasan tersebut. Pemilihan kostum harus sesuai
karakter tokoh yang diperankannya.

d. Suara
Suara sangat memengaruhi kelancaran suatu pementasan. Suara dapat berupa vokal
si pemain ataupun musik yang mengiri pementasan itu. Penggunaan pengeras suara
sangat diperlukan jika pemain tidak dapat bersuara secara lantang dan jelas.

KESIMPULAN
Drama merupakan pertunjukan cerita atau lakon kehidupan manusia yang
dipentaskan. Yang mempunyai ciri-ciri diantaranya drama merupakan prosa modern,
naskah drama berbentuk prosa atau puisi, drama terdiri dari dialog, pemikiran dan
gagasan pengarang disampaikan melalui dialog watak-wataknya, konflik, sebuah skrip
yang tidak didasari oleh konflik tidak dianggap sebuah drama yang baik, dan gaya
bahasa.
Adapun unsur-unsur yang terkandung di dalamnya yaitu unsur intrinsik (unsur
dalam) dan unsur ektrinsik (unsur luar).
Unsur-unsur intrinsik yaitu tokoh, penokohan, setting, tema, alur atau plot, dan
amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik dalam drama adalah unsur yang tampak, seperti
adanya dialog atau percakapan. Namun, unsur-unsur ini bisa bertambah ketika naskah
sudah dipentaskan. Seperti panggung, properti, tokoh, sutradara, dan penonton.
Jenis-jenis drama dapat diklasifikasikan berdasarkan isi ceritanya (drama
tragedy, melodrama, komedi dagelan). Berdasarkan cara penyajiannya (closed drama,

drama treatikal, drama radio, drama televisi). Berdasarkan bentuknya (sandiwara, teater
rakyat, opera, sendratari, pantomim, operet, tableau, passie, wayang, minikata). Dan
menurut masanya drama ada drama baru dan drama lama.
Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu prolog, epilog, monolog, dan dialog. Selain
itu juga ada tata panggung, pemeran, kostum, dan suara yang perlu diperhatikan.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah


Dibuatnya makalah yang berisi tentang drama ini, karena untuk

memenuhi tugas bahasa indonesia. Selain itu mudah-mudahan isi dari


makalah ini bermanfaat bagi kita yang membaca dan mempelajarinya.
Serta mudah-mudahan bisa menambah wawasan dan pengetahuan
tentang drama.

1.2.

Tujuan
Untuk meningkatkan pembelajaran tentang drama, meningkatkan

kemampuan kalian dalam berbahasa indonesia, secara baik dan benar.


Baik

secara

lisan

maupun

tertulis.

Dan

supaya

keterampilan kalian dalam mengapresiasikan sastra.

menambah

BAB II
ISI

2.1.

Pengertian Drama
Drama adalah karya yang ditulis dalam bentuk percakapan
(dialog) yang dipertunjukan oleh tokoh-tokoh dia atas pentas. Drama
digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu drama dalam bentuk tertulis
dan drama yang dipentaskan.
Drama berasal dari bahasa Yunani dari kata Draomai yang
berarti berbuat, bertindak, atau beraksi. Drama berpijak pada 2 (dua)
cabang kesenian yaitu seni sastra dan seni pentas.

2.2.

Unsur-unsur intrinsik cerpen


Drama merupakan jenis kerja sastra yang berbentuk percakapan.
Unsur-unsur drama antara lain :

1.

Tema (inti cerita)


Tema adalah pikiran pokok yang mendasari lakon drama.

2.

Amanat
Amanat pesan moral yang ingin di sampaikan penulis kepada pembaca
naskah / penonton drama dalam pentas

3.

Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa dalam drama

4.

Tokoh
Adalah orang yang bermain dalam drama

5.

Perwatakan
Adalah watak setiap tokoh / keseluruhan ciri-ciri jiwa seseorang tokoh
dalam lakon drama. Watak dibagi menjadi 3 bagian yaitu pratogin
(baik), antagonis (jahat), dan trigagonis (tokoh pembantu prata dan
anta)

6.

Konflik

Merupakan masalah dalam drama


7.

Percakapan
Merupakan dialog para pemain

8.

Tata artisitik
Merupakan seting panggung

9.

Casting
Yaitu pemilihan peran yang tepat

10.

Akting
Yaitu perilaku para pemain di panggung

11.

Latar
Adalah tempat, waktu dan suasana terjadinya suatu adegan.

2.3.

Menulis Drama
Naskah drama adalah karangan yang berisi cerita, dialog yang
diucapkan para tokoh dan keadaan panggung yang diperlukan juga
sikap pelaku saat pentas. Naskah drama ditulis dengan selengkaplengkapnya, bukan saja berisi keterangan atau petunjuk. Selain itu,
naskah drama merupakan jalinan cerita (plot) drama, plot merupakan
kerangka cerita dari awal hingga akhir. Yang merupakan jalinan konflik
antara dua tokoh yang berlawanan. Selain itu, naskah drama juga
memasukan unsur intrinsik drama, naskah drama disampaikan dengan
kalimat langsung dan diberi informasi mengenai latar, ekspresi, dan
keterangan bagi pelaku.
Terkait dengan bahasa drama, berikut ini ada beberapa hal yang
perlu kalian perhatikan :

1.

Kalimat yang digunakan harus komunikatid dan efektif

2.

Dialog harus ditulis dengan ragam bahasa yang tepat sesuai dengan
siapa yang

berbiacara, tepat pembicaraan

itu

berlangsung

dan

masalah yang dibicarakan.


3.

Harus dibedakan dengan hjelas antara prolog, epilog, dialog, dan


monolog.

a.

Prolog adalah kata pendahuluan dalam lakon drama

b.

Epilog adalah kata penutup yang mengakhiri pementasan

c.

Dialog adalah percakapan para pemain

d.

Monolog adalah percakapan seseorang pemain dengan dirinya sendiri


Apa yang diucapkan itu tidak ditunjukkan kepada orang lain.
Selain ketiga hal di atas, kalian juga perlu memperhatikan petunjuk
teknis pementasan drama. Petunjuk teknis ini berisi keterangan geerak
pelaku, ekspresi pelaku, nada pengucapan dialog, ataupun keterangan
keadaan panggung.

2.4.
1.

Langkah-langkah menulis naskah drama


Melihat gambar / perisitiwa yang menyentuh perasaan, atau menggali
sesuatu dalam diri dan lingkungan sekitar.

2.

Membayangkan peristiwa yang dapat terjadi melalui gambaran itu

3.

Membuat rangkaian cerita

4.

Memilih peristiwa yang dapat digambarkan dalam naskah

5.

Menulis dialog sehingga membentuk naskah drama

6.

Memberi nama tokoh / pelaku dalam setiap dialog

7.

Menambahkan narasi, berupa latar suasana, dan lakuan tokoh.

2.5.

Contoh Naskah drama


Suatu hari amalia mendengarkan keluh kesah Bapak dan ibunya
yang sedang berdiskusi tentang tanaman yang cocok ditanam dimusim
kemarau. Lia yang mendengar diskusi tersebut memberikan saran
untuk

mengembangkan

budidaya

melon.

Kebutuhan

salah

satu

seorang guru Lia ada yang menjadi petani melon yang sukses
(diberanda rumah duduk bapak dan ibu di sebuah kursi bambu)
Bapak

: (termenung) Bu bagaimana menurutmu jika sawah kita itu ditanami


tanaman lain.

Ibu
Bapak

: Maksud bapak? (bingung)


: Ya kita ubah dari tanaman padi menjadi tanaman yang lebih
menghasilkan Bu ! Jika dimusim kemarau berkepanjangan seperti ini,
Bapak tidak mampu melanjutkan menanam padi lagi ?

Ibu

: (Bingung) Lha kita mau menanam apa pak ? selain itu benihnya kita
peroleh dari mana ?

Bapak

: (Menghela nafas) itulah bu yang Bapak bingungkan (Amalia muncul


dan duduk disamping bapak)

Amalia

: Ada masalah apa, pak ?

Ibu

: Ini lho lia bapakmu ingin mengganti tanaman padi dengan tanaman
lainnya. Tapi bapak mu ini belum tahun mau menanam apa

Amalia
Bapak
Amalia

: Bagaimana kalau bapak menanam melon saja ?


: Bagus sekali usulanmu Lia ! Tapi ... benihnya dari mana?
: (tersenyum) Bapak tidak usah bingung. Disekolah lia ada seorang
guru yang juga petani melon sukses. Bapak kenal dengan Pak Ali,

Bapak

: Tentu kenal dong lia, beliau yang punya sawah di desa sebelah, bukan
?

Amalia

: Ya, bapak benar. Beliau juga sering mengakan penyuluhan tentang


budidaya melon lho. Pak ! bagaimana kalau beliau kita undang ke desa
kita ?

Ibu
Amalia

: (Antusias) O... boleh.... boleh sekali lia ! kapan dan dimana ?


: Ibu atur saja waktu dan tempatnya. Jangan lupa mengajar warga
desa kita agar pengetahuan mereka tentang budidaya melon ini
menajdi lebih jelas.

Ibu

: Beres....

BAB III
PENUTUP

3.1.

Kesimpulan
Drama adalah karya yang ditulis dalam bentuk percakapan
(dialog) yang dipertunjukan oleh tokoh-tokoh di atas pentas.
Naskah

drama

ditulis

dengan

selengkap-lengkapnya

dalam

naskah drama termuat nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang


diucapkan pada tokoh, keadaan anggung yang diperlukan dan kadangkadang dilengkapi, penjelasan, tentang tata busana, tata lampu dan
tata suara.

3.2.

Saran
Semoga makalah ini bermanfaat. Dan sering diadakan latihan
pembuatan makalah supaya dapat menambah kreatifitas siswa dan
seringkali diadakan berdiskusi supaya siswa lebih bisa memahami
pembelajaran.

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata - mata
sebuah imitasi (dalam Luxemburg, 1989: 5). Karya sastra sebagai bentuk dan hasil
sebuah pekerjaan kreatif pada hakikatnya adalah suatu media yang
mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh
sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang
melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya
dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. (dalam Sarjidu,
2004: 2).
Drama adalah salah satu sastra yang amat popular hingga sekarang, bahkan
di zaman ini telah terjadi perkembangan yang sangat pesat di bidang drama.
Contohnya sinetron, film layar lebar, dan pertunjukan pertunjukan lain yang
menggambarkan kehidupan makhluk hidup. Selain itu, seni drama juga telah
menjadi lahan bisnis yang luar biasa. Dalam hal ini, penyelanggara ataupun

pemeran akan mendapat keuntungan financial serta menjadi terkenal, tetapi


sebelum sampai ke situ seorang penyelenggara atau pemeran harus menjadi insan
yang profesionalitas agar dapat berkembang terus.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah;
1) Untuk meningkatkan pembelajaran tentang drama
2) Meningkatkan kemampuan kalian dalam berbahasa indonesia, secara baik dan
benar. Baik secara lisan maupun tertulis.
3) Dan supaya menambah keterampilan kalian dalam mengapresiasikan sastra.
C.
Rumusan Masalah
1) Pengertian drama?
2) Unsur unsur drama?
3) Struktur drama?
4) Jenis jenis drama
5) Langkah langkah mengarang drama

BAB II
AWAL SEJARAH
A. Sejarah Drama
Kebanyakan dari kita mengira bahwa drama berasal dari Yunani Kuno.
Namun demikian, sebuah buku yang berjudul A History of the theatre menunjukan
pada kita bahwa pemujaan pada Dionisus, yang kelak diubah kedalam festival
drama di Yunani, berasal dari Mesir Kuno. Tek Piramid yang bertanggal 4000SM.
Adalah naskah Abydos Passion Play yang terkenal. Tentu saja para pakar masih
meragukan apakah teks itu drama atau bukan sebelum Gaston Maspero
menunjukan bahwa dalam teks tersebut ada petunjuk action dan indikasi berbagai
tokohnya.
B.

Pengertian Drama Menurut Para Ahli

Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia, drama berasal dari bahasa Yunani


purba dram, artinya berbuat. Pengertian drama merujuk kepada karya tulis untuk
teater, setiap situasi yang mempunyai konflik dan solusi, jenis karya sastra
yang berbentuk dialog yang dibuat untuk tujuan dipertunjukkan di atas pentas
(Hasanuddin WS dkk, 2007 : 229).
1) menurut Moulton Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life
presented in action).
2) Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan kehendak dengan
action.
3) Menurut Balthazar Vallhagen : Drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sifat
manusia dengan gerak.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Drama
Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat, berlaku,
bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan. Arti pertama
dari Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, actiom (segala yang terlihat di
pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (acting), dan ketegangan pada
para pendengar.
Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan
action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga
dipandang sebagai pengertian action. Meskipun merupakan satu bentuk
kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari bentuk kekusastraan lainnya.
Novel, cerpen dan balada masing-masing menceritakan kisah yang melibatkan
tokoh-tokoh lewat kombinasi antara dialog dan narasi, dan merupakan karya
sastra yang dicetak
Arti pertama dari Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, actiom (segala
yang terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axcting), dan
ketegangan pada para pendengar.
Arti kedua, drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang
diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action
dihadapan penonton (audience)
Adapun istilah lain drama berasal dari kata drame, sebuah kata Perancis yang
diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka
tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih ketat, sebuah drama
adalah lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting
meskipun mungkin berakhir dengan bahagia atau tidak bahagia tapi tidak
bertujuan mengagungkan tragedi. Bagaimanapun juga, dalam jagat modern, istilah
drama sering diperluas sehingga mencakup semua lakon serius, termasuk
didalamnya tragedi dan lakon absurd.
B. Unsur unsur Drama
Unsur-unsur dalam drama meliputi :
1) Tema :Tema merupakan gagasan pokok atau ide yang mendasari pembuatan
sebuah drama. Tema dalam drama dikembangkan melalui alur, tokoh-tokoh dan
perwatakan yang memungkinkan adanya konflik, dan ditulis dalam bentuk dialog.
2) Alur: Alur atau plot adalah jalan cerita yang dimulai dengan pemaparan
(perkenalan awal tokoh dan penokohan), adanya masalah (konflik), konflikasi
(masalah baru), krisis (pertentangan mencapai titik puncak-klimak sampai dengan

antiklimaks), resolusi (pemecahan masalah), dan ditutup dengan ending


(keputusan). Ada pula yang menggambarkan alur dalam sebuah naskah drama itu
pemaparan-masalah-pemecahan masalah atau resolusi-keputusan.
3) Tokoh: Tokoh adalah individu atau seseorang yang menjadi pelaku cerita. Pelaku
cerita atau pemain drama disebut actor (pria) dan aktris (wanita). Tokoh dalam
cerita drama berkaitan dengan nama, usia, jenis kelamin, tipe fisik, jabatan, dan
keadaan kejiwaan.
Tokoh dilihat dari watak : protagonis, antagonis, dan tritagonis
Tokoh dilihat dari kedudukan dalam cerita : tokoh utama(sentral) dan tokoh
bawahan (sampingan).
4) Latar/Setting: bagian dari cerita yang menjelaskan waktu dan tempat kejadian
ketika tokoh mengalami peristiwa
Latar terbagi dalam :
latar sosial: latar yang berupa, waktu, suasana, masa, bahasa.
latar fisik : latar yang berupa benda-benda di sekitar tokoh misal, rumah, ruang
tamu, dapur, sawah, hutan, pakaian/ baju.
5) Amanat : pesan atau sisipan nasihat yang disampaikan pengarang melalui tokoh
dan konflik dalam suatu cerita.

C. Struktur Drama
Adapun strukturdrama yaitu :
1) Eksposisi : yaitu pemaparan masalah utama atau konflik utama yang berkaitan
dengan posisi diametral antara protagonis dan antagonis. Hasil
akhirnya antagonis berhasil menghimpun kekuatan yang lebih dominan.
2) Raising Action : yaitu menggambarkan pertentangan kepentingan antar tokoh.
Hasil akhirnya protagonis tidak berhasil melemahkan Antagonis. Antagonis
mengancam kedudukan Protagonis. Awal terjadi masalah
3) Complication : yaitu perumitan pertentangan dengan hadirnya konflik sekunder.
Pertentangan meruncing dan meluas, melibatkan sekutu kedua kekuatan yang
berseteru. Hasil akhirnya antagonis dan sekutunya memenangkan pertentangan.
Kubu protagonis tersudut.
4) Klimaks : yaitu jatuhnya korban dari kubu Protagonis, juga korban dari kubu
Antagonis. Hasil akhirnya peristiwa-peristiwa tragis dan menimbulkan dampak
besar bagi perimbangan kekuatan antar kubu.
5) Resolusi : yaitu hadirnya tokoh penyelamat, bisa muncul dari kubu protagonis
atau tokoh baru yang berfungsi sebagai penyatu kekuatan kekuatan konflik,
sehingga situasi yang kosmotik dapat tercipta kembali. Pada tahap ini, pesan

moral disampaikan, yang biasanya berupa solusi moral yang berkaitan dengan
tema atau konflik yang sudah diusung.
D. Jenis jenis Drama
Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan
drama lama.
1. Drama Baru / Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan
kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
2. Drama Lama / Drama Klasik
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang
kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar
biasa, dan lain sebagainya.
Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita :
1. Drama Komedi, adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
2. Drama Tragedi, adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
3. Drama Tragedi Komedi, adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
4. Opera, adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
5. Lelucon / Dagelan, adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka
merangsang gelak tawa penonton.
6. Operet / Operette, adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
7. Pantomim, adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau
bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
8. Tablau, adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik
anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
9. Passie, adalah drama yang mengandung unsur agama / religius.
10. Wayang, adalah drama yang pemain dramanya berupa boneka wayang. Atau
sejenisnya

E. Langkah Langkah Mengarang Drama


1) Menentukan Tema.
Tema adalah gagasan dasar cerita atau pesan yang akan disampaikan oleh
pengarang kepada penonton. Tema, akan menuntun laku cerita dari awal sampai
akhir. Misalnya tema yang dipilih adalah kebaikan akan mengalahkan
kejahatan, maka dalam cerita hal tersebut harus dimunculkan melalui aksi tokohtokohnya sehingga penonton dapat menangkap maksud dari cerita bahwa sehebat
apapun kejahatan pasti akan dikalahkan oleh kebaikan.
2) Menentukan Persoalan (Konflik).

3)

4)

5)

6)

Persoalan atau konflik adalah inti dari cerita drama. Tidak ada cerita drama
tanpa konflik. Oleh karena itu pangkal persoalan atau titik awal konflik perlu
dibuat dan disesuaikan dengan tema yang dikehendaki. Misalnya dengan tema
kebaikan akan mengalahkan kejahatan, pangkal persoalan yang dibicarakan
adalah sikap licik seseorang yang selalu memfitnah orang lain demi
kepentingannya sendiri. Persoalan ini kemudian dikembangkan dalam cerita yang
hendak dituliskan.
Membuat Sinopsis (ringkasan cerita).
Gambaran cerita secara global dari awal sampai akhir hendaknya
dituliskan. Sinopsis digunakan pemandu proses penulisan naskah sehingga alur
dan persoalan tidak melebar. Dengan adanya sinopsis maka penulisan lakon
menjadi terarah dan tidak mengada-ada.
Menentukan Kerangka Cerita.
Kerangka cerita akan membingkai jalannya cerita dari awal sampai akhir.
Kerangka ini membagi jalannya cerita mulai dari pemaparan, konflik, klimaks
sampai penyelesaian. Dengan membuat kerangka cerita maka penulis akan
memiliki batasan yang jelas sehingga cerita tidak bertele-tele. William Froug
(1993) misalnya, membuat kerangka cerita (skenario) dengan empat bagian, yaitu
pembukaan, bagian awal, tengah, dan akhir. Pada bagian pembukaan memaparkan
sketsa singkat tokoh-tokoh cerita. Bagian awal adalah bagian pengenalan secara
lebih rinci masing-masing tokoh dan titik konflik awal muncul. Bagian tengah
adalah konflik yang meruncing hingga sampai klimaks. Pada bagian akhir, titik
balik cerita dimulai dan konflik diselesaikan. Riantiarno (2003), sutradara
sekaligus penulis naskah Teater Koma, menentukan kerangka lakon dalam tiga
bagian, yaitu pembuka yang berisi pengantar cerita atau sebab awal, isi yang
berisi pemaparan, konflik hingga klimaks, dan penutup yang merupakan simpulan
cerita atau akibat.
Menentukan Protagonis.
Tokoh protagonis adalah tokoh yang membawa laku keseluruhan cerita.
Dengan menentukan tokoh protagonis secara mendetil, maka tokoh lainnya
mudah ditemukan. Misalnya, dalam persoalan tentang kelicikan, maka tokoh
protagonis dapat diwujudkan sebagi orang yang rajin, semangat dalam bekerja,
senang membantu orang lain, berkecukupan, dermawan, serta jujur. Semakin detil
sifat atau karakter protagonis, maka semakin jelas pula karakter tokoh antagonis.
Dengan menulis lawan dari sifat protagonis maka karakter antagonis dengan
sendirinya terbentuk. Jika tokoh protagonis dan antagonis sudah ditemukan, maka
tokoh lain baik yang berada di pihak protagonis atau antagonis akan mudah
diciptakan.
Menentukan Cara Penyelesaian.

7)

Mengakhiri sebuah persoalan yang dimunculkan tidaklah mudah. Dalam


beberapa lakon ada cerita yang diakhiri dengan baik tetapi ada yang diakhiri
secara tergesa-gesa, bahkan ada yang bingung mengakhirinya. Akhir cerita yang
mengesankan selalu akan dinanti oleh penonton. Oleh karena itu tentukan akhir
cerita dengan baik, logis, dan tidak tergesa-gesa.
Menulis.
Setelah semua hal disiapkan maka proses berikutnya adalah menulis.
Mencari dan mengembangkan gagasan memang tidak mudah, tetapi lebih tidak
mudah lagi memindahkan gagasan dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu, gunakan
dan manfaatkan waktu sebaik mungkin.

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan action
tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga
dipandang sebagai pengertian action, dalam sebuah cerita drama tentu memiliki
unsure yang akan mendukung sebuah cerita drama ursur tersebut adalah tema,
alur, tokoh, latar/setting, dan amanat. Terciptnya sebuah drama yang menarik
tentu harus ada pondasi yang di susun dengan teratur yaitu mulai dari eksposisi,
rising action, complication, klimaks, resolu. Untuk mengarang sebuah cerita
drama, langkah langkahnya yaitu; menentukan tema, menentukan persoalan
(konflik), membuat sinopsis (ringkasan cerita), menentukan kerangka
cerita, menentukan protagonist, menentukan cara penyelesaian, setelah itu
menulis.
B. SARAN
Demi terciptanya sebuah masyarakat yang memiliki aroma seni yang pekat di
mata internasional, disini Penulis mengharapkan agar seni drama mendapatkan
perhatian yang tinggi, baik di kalangan biasa, pendidikan, pebisnis maupun
pemerintah.

Daftar Pustaka
http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-drama-dan-jenis-macamdrama-pelajaran-bahasa-indonesia
http://arisudaryatno.blogspot.com/2010/01/unsur-unsur-drama.html
http://www.dbp.gov.my/lamandbp/main.php?
Content=vertsections&SubVertSectionID=893&VertSectionID=25&CurLoc
ation=208&IID=&Page=1
http://sendratasik.wordpress.com/2008/12/05/pengertian-drama-dan-teknikpenulisan-naskah-drama/
http://www.slideshare.net/hanifphone/drama-429983
http://aamovi.wordpress.com/2009/03/26/pengertian-drama-dan-teater-2/
http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-drama-dan-jenis-macam-dramapelajaran-bahasa-indonesia
http://my-name-is-sedre.jimdo.com/2009/05/09/pengetahuan-dasar-teater-dandrama
http://awan965.wordpress.com/2008/02/27/perkembangan-sastra-di-indonesia/
Maryati, Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTs kelas VIII, Semarang: CV.
Aneka
Ilmu
Noor, Redyanto, dkk, 2004, Pengantar Pengkajian Sastra, Semarang: fasindo
Yuli eti, Nunung, dkk, 2005, Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Klaten: Intan
Pariwara

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Chaer. 2000. Pengantar Semantik. Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka


Cipta
_________. 2002. Terampil Bermain drama. Jakarta : Grasindo
_________. 2005. Kesusastraan Sekolah. Jakarta : Grasindo
Herman J. Waluyo. 1987. Drama I. Surakarta : Universitas sebelas maret
_________. 1987. Drama II. Surakarta : Universitas Sebelas maret
Pamusuk Eneste. 1995. Buku Pintar Penyiunting Naskah. Jakarta : Obor
_________. 2001. Buku pintar sastra indonesia. Jakarta : penerbit buku kompas
Anindyarini, A. 2008. Bahasa Indoensia. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional. Tahun 2008.

Anda mungkin juga menyukai