Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENELITIAN

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI


MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG
DI KELAS II.2 SEMESTER I SMA NEGERI 2 PEKANBARU
TAH UN PELAJARAN 2010 - 2011

Hj. YUSBARNI, S.Pd


NIP. 195706081981032002

GURU BIOLOGI
SMA NEGERI 2 PEKANBARU
TAHUN 2010

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan penelitian ini. Periulisan laporan penelitian ini dimaksudkan sebagai
syarat guna memperol.eh angka kredit untuk pengembangan profesi guru melalui
penelitian. Adapun judul dari laporan penelitian ini adalah Upaya Peningkatan
Hasil Belajar Biologi Melalui Model Pengajaran Langsung di Kelas 11.2 Semester
I SMA Negcri 2 Pekanbaru Tahun Pelajaran 2010/2011.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya keDada :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bapak Kepala SMA Negeri 2 Pekanbaru


Bapak dan Ibu Majelis Guru SMA Negeri 2 Pekanbaru
Staftata usaha SMA Negeri 2 Pekanbaru
Seinua respondcli yang telah membantu memberikan data.
Pegawai Perpustakam yang telah membantu dalam penyediaan literatur
Semua pihal: yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan laporan
penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa apa yang telah dilakukan masih jauh dari

kesempurnaan. Urtuk itu penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran


yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penelitian selanjutnya. Akhimya
penulis berharap semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat. Amin
Pekanbaru, November 2010
Penulis

Hj. Yusbarni, S.Pd


NIP. 195706081981032002

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................

iii

DAFTAR ISI....................................................................................................

iv

BAB I

PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.

BAB II

Latar Belakang Masalah ............................................................


Perumusan Masalah ..................................................................
Tujuan Penelitian .......................................................................
Manfaat Penelitian.....................................................................

KERANGKA TEORITIS
A. Hasil Belajar ..............................................................................
B. Model Pengajaran Langsung .....................................................
C. Hubungan Hasil Belajar Dengan Model Penajaran
Langsung....................................................................................
D. Hipotesis.....................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN


A.
B.
C.
D.
E.

Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................


Subjek Penelitian .......................................................................
Parameter Penelitian ..................................................................
instrumen Penelitian ..................................................................
Teknik Analisa Data ..................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Plaksanaan Tindakan ................................................
B. Analiss Deskripsi Hasil Penelitian ...........................................
C. Aktivitas Guru Selama Kegiatan Belajar Mengajar .................
BAB V

20
20
29

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan................................................................................
B. Saran .........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

33
33

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Biologi merupakan salah satu bidang ilmu pendidikan yang memegang
peranan penting dalam perkembangan teknologi. Menyadari pentingnya peranan
biologi maka dalam mempelajari biologi dibutuhkan pemahaman yang cukuy
tinggi untuk menguasai konsep-konsep dan teori-teori yang tcrdapat dalam
pelajaran biologi itu sendiri.
Tujuan mempelajari biologi dari sekolah dasar hingga sekolah menengah
adalah untuk mengembangkan sikap rasa cinta akan alam lingkungan, kesadaran
akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan sumber daya alam,
keterampilan untuk mengadaptasi diri dalam lingkungan fisik dan melatih siswa
untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi secara ilmiah (Depdikbud,
1995).
Untuk mewujucikan tujuan di atas, maka harus dilakukan suatu proses
belajar mengajar yang memungkinkan basil belajar siswa baik, sesuai dengan
tujuan pembelajaran biologi. Untuk itu siswa dituntut untuk dapat menciptakan
pemahaman dan pengertian yang diharapkan suatu materi ajar, dan juga harus
dinamis dan kreatif menciptakan. suasana pembelajaran yang menarik simpati
siswa. Agar terjadi reaksi positif yang ditainpilkan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Roestiyah (1991) rnenyatakan bahwa di dalam proses belajar mengajar
guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien
clan mengena pada tujuan yang diharapkan.

Apabila guru dapat menerapkan strategi yang tepat dalam kegiatan belajar
mengajar biologi, maka sangat memungkinkan terjadinya peningkatan hasil
belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan pengmatan di lapangan di SMA Negeri 2 Pekanbaru terdapat
masalah-masalah vaitu kurangnya minat siswa, kurangnya keaktifan siswa,
rendahnya pemaharnan siswa tentang kansep-konsep dasar biologi dan scbagi in
siswa tidak mau memperhatikan pada saat pelajaran berlansung sehingga
menyebabkan nilai rerata pelajaran Biologi di kelas II, pada ulangan harian pokok
bahasan sebelumnya yaitu pada sistem horrnon adalah 5,15. Berbagai usaha telah
dilakukan dalam proses pembelajaran biologi seperti ceramah, diskusi, tanya
jawab, dan meringkas dengan menyajikan di depan kelas namun hasilnya tetap
belum memuaskan. Selain itu materi biologi di SMA kelas II banyak
rnenampilkan garnbar-gambar yang tidak mudah disampaikan hanya. dengan
metode ceramah, diskusi dan tanya jawab seperti yang selama ini banyak dipakai,
contohnya pada pokok bahasan, sebelum pokok bahasan sistem indera.
Untuk mengatasi permasalahan di atas upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan menggunakan Model pengajaran langsung untuk meningkatkan hasil
belajar biologi siswa kelas II2 pada sistem indera. Model pengajaran langsung
merupakan salah satu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa
mempelajari keterampilan dasar dan memperoieh informasi yang dapat diajarkan
selangkah demi selangkah DEPDIKNAS (2003). Materi pelajaran sistem indera
merupakan materi yang melibatkan organ-organ tubuh yang sangat sulit dipahami,
oleh siswa, oleh karena itu di dalam menjelaskan materi ini guru dituntut untuk

dapat memberikan pertanyaan-pertanvaan sesuai dengan tingkat perkembangan


siswa.
Model pengajaran langsung secara sistematika menuntun dan dapat
membantu siswa mengembangkan penguasaan keterampilan sederhana dan
komplek serta pengetahuan dekralatif.
Berdasarkan dari uraian di atas, penults mencoba melakukan penelitian
yang berjudul, Upaya peningkatan hasil belajar Biologi melalui model pengajaran
langsung di kelas II2 semester I SMA Negeri 2 Pekanbaru Tahun Pelajaran
2010/2011.
B. Perumusan Masalah
Rumusan rnasalah Jalam penelitian ini adalah : Apakah dengan model
pengajaran langsung dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas II pada
pokok bahasan sistem indra di SMA Negeri 2 Pekanbaru Tahun Pelajaran
2010/2011
C. Tujuan Penetitian
Untuk meningkatkan hash belajar biologi siswa kels II melalui model
pengajaran langsung pada pokok bahasan sistem indera di SMA Negeri 2
Pekanbaru Tahun Pelajaran 2010/2011.
D. Manfaat Penetitian
1. Bagi siswa diharapkan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui
pendekatan model pengajaran langsung
2. Bagi guru, diharapkan pendekatan model pengajaran langsung dapat dijadikan
sebagai salah satu alternatif yang dapat meningkatkan mutu pendidikan
sekolah.

3. Bagi sekolah, diharapkan model pengajaran langsung dapat dijadikan salah


satu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan mutu pendidikan
sekolah.
4. Bagi peneliti yang berkeinginan mengembangkan penelitian ini dapat
dijadikan sebagai dasar untuk melakukan penelitan lanjutan.

BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalamanpengalaman baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku, misalnya
setelah belajar biologi, siswa mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan
keterampilannya yang mana sebelumnya ia tidak dapat melakukan. Mansur (1996)
menyatakan belajar adalah proses perubahan perilaku seseorang berkat
pengalaman dan latihan. Tujuan kegiatan belajar adalah terjadinya perubahan
tingkah laku yang menyangkut pengetahuan, keterarnpilan maupun sikap bahkan
meliputi segenap aspek organisme atau pribadi
Pendapat lain tentang basil belajar juga dikemukakan oleh Sudjana (2000),
dalam bukunva mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengetahuan dari belajar. Hasil adalah out put
yang dicapai berkat adanya proses pembelajaran.
Selain itu Mujiono dalam Susanti (2002) juga mengemukakan bahwa basil
belajar adalah basil yang dicapai siswa daiam bentuk angkaangka setelah
diberikan sautu test basil belajar pada tiap akhir pertemuan, pertengahan semester
ataupun di akhir semester.
Guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar, oleh
karena oleh guru harus mampu menciptakan proses belajar mengajar yang
melibatkan siswa secara langsung. Dengan terlibatnya siswa dalam proses belajar
mengajar tentu hasil belajar siswa akan meningkat.

Ukuran standard dari basil belajar adalah ketuntasan belajar. Ketuntasan


belajar adalah suatu anggapan bahwa peserta didik sudah mengerti dengan materi
yang diajarkan. Depdikbud (1995), mengemukakan bahwa ketuntasan dapat
dilihat secara individu dan kelompok. Ketuntasan belajar siswa secara individual
tercapai apabila daya serap siswa sudah mencapai minimal 65%. Sedangkan
ketuntasan belajar secara klasikal dicapai apabila mencapai minimal 85% dari
jumlah siswa sudah mencapai daya serap 65%.
Dari uraian

atas disimpulkan bahwa basil belajar dinyatakan

dengan skor a tau angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes basil belajar
yang dilaksanakan setelah melalui proses pembelajaran. Hasil pembelajaran
biologi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah perubahan peningkatan
yang dinyatakan dengan skor yang diperoleh siswa dari tes belajar biologi setelah
melalui proses pengajaran langsung pada pokok bahasan sistem indera.
Menurut Siameto (1988) ada tiga faktor yang mempengaruhi kegiatan
belajar siswa faktor

internal

adalah

faktor

yang

berasal

dan

dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek yaitu aspek fisiologi dan aspek
fistkologis. As pek fisiologis adalah aspek tingkat kecerdasan, minat, bakat,
motivasi dan kemampuan kognitif siswa. Faktor eksternal adalah faktor berasal
dari luar diri siswa yang meliputi faktor lingkungan sosial seperti keberadaan guru
dan teman-teman sekolah. Faktor pendekatan belajar adalah jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran.

Oleh

karena

itu

pengenalan

guru

terhadap

faktor

yang

dapat

mempengaruhi hasil belajar penting sekali. Artinya dalam rangka membantu siswa
mencapai hasil belajar sesuai dengan kemampuan masing-masing.
B. Model Pengajaran langsung
Model pengajaran adalah suatu kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam
melaksanakan

aktifitas

pembelajaran

(Usmadi,

2002).

Kardi

(2000)

mengemukakan bahwa pengajaran langsung dirancang khusus untul: menunjang


proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan
pengetahuan deklaratif yaitu pengetahuan tentang sesuatu yang terstruktur dengan
baik dan dapat diajarkan dengan poly kegiatan bertahap, selangkah demi
selangkah.
Arends (1997) menyatakan pengajaran langsung adalah suatu model
pengajaran

yang

membantu

siswa

mempelajari

keterampilan

dasar

dan memperoleh informasi dari guru melalui lima tahap yaitu : (1) Penyampaian
tujuan pembelajaran, (2) Mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan
(3) Pemberian latihan pembimbing (4) Mengevaluasi pentahaman siswa dan
memberikan umpan balik (5) Pemberian perluasan latihan.
Langkah-Langkah model pengajaran langsung adalah sebagai berikut :
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran mempersiapkan siswa
a. Menjelaskan tujuan
Para siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka berpartisipasi
dalam suatu mereka perlu pembelajaran dan mengetahui apa yang harus
mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pembelajaran.

Dengan demikian siswa dapat melihat keseluruhan tahap pembelajaran dan


hubungan antar tahap-tahap tersebut (Kardi, 2000).
b. Menyiapkan Siswa
Kegiatan Ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan
perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada
hasil belajar yang telah dimiliknya, yang relevan dengan pokok
pembicaraan yang akan dipelajari.
2. Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
a. Mencapai kejelasan
Kemampuan guru untuk menyampaikan informasi yang jelas dan spesifik
kepada siswa. Mempunyai dampak positif terhadap proses belajar siswa
(Kan. 2000). Bila informasi yang diberikan oleh guru membingungkan
siswa, hal ini tentu disebabkan karena guru tidak menguasai isi pokok
bahasan yang akan diajarkan, dan tidak mengaasai teknik komunikasi yang
baik.
b. Melakukan demonstrasi
Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi, bahwa sebagian besar
yang dipelajari berasal dari mengamati orang lain. Agar dapat
mendemonstrasikan suatu konsep atau keterampilan dengan berhasil maka
guru perlu sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan
didemonstrasikan, dan berlatih melakukan demonstrasi.
3. Memberikan latihan terbimbing
Salah satu tahap dalam pengajaran langsung adalah cara guru mempersiapkan
dan memberikan latihan terbimbing, yang berguna untuk membantu siswa
dalam melakutan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam LKS. Prinsip-prinsip
yang dapat diaunakan sebagai acuan bagi guru cialam menerapkan dan
memberikan latihan adalah : (1) Berl siswa tugas untuk melakukan latihan

terbimbing, cara singkat dan bermakna (2) Berikan pelatihan sampai benarbenar menguasai konsep keteran-Tiian yang dipelajari (3) Berikan latihan
berselang, tidak secara terus-rnenerus, karena pelatihan ini, sangat efektif
untuk memantapkan keterampilan yang dipelajari siswa (4) Perhatikan tahaptahap awal pelatihan, yang mungkin saja siswa melakukan keterampilan yang
kurang tepat atau bahkan salah.
4. Mengevaluasi pemahaman siswa dan memberikan umpan balik
Tahap ini disebut juga tahap resitasi yang ditandai dengan pertanyaanpertanvaan yang diberikan guru kepada siswa clan siswa memberikan ;awaban
yang menurut pendapat mereka benar. Kemudian guru merespon jawaban
siswa tersebut. Kardi (2000) menyarankan cara pemberian umpan balik
sebagai berikut (1) Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah pelatihan
(2) Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik (3) Umpan Balik ditujukan
pada tingkah laku (4) Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang
benat (5) Bantulali siswa memusatkan perhatiannya pada proses dan bukan
pada hasil (6) Ajari siswa cara memberi umpan batik kepada dirinya sendiri,
dan bagaimana menilai keberhasilan kinerjanya.

5. Memberikan Perluasan. Latihan


Kebanyakan perluasan latihan yang diberikan kepada siswa sebagai fase akhir
peiajoran rengajaran langsung adalah pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah, tau
berlatih secara mandiri, merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan
keterampilan yang baru saga diperolehnva. Kardi (2000) memberikan tiga
panduan umum untuk latihan mandiri, yakni : (1) Tugas rumah yang diberikan

bukan kelanjutan dan proses pembelajaran, tetapi merupakan kelanjutan


pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran berikutnva (2) Guru seyogyanya
menginformasikan kepada orang tua siswa tentang tingkat keterlibatan mereka
dalam membimbing siswa di rumah (3) Guru seharusnva memberikan urnpan
balik tentang pekerjaan rumah yang dikeriakan siswa.
Model pengajaran langsung secara sistematis menuntun clan membantu siswa
belajar melalui langkah-langkah pembelajaran, selanjutnya siswa akan aktif
bekerja sendiri dengan adanva latihan terbimbing berarti siswa mendapatkan
informasi yang jelas akan mempelajari suatu materi pelajaran. Pelaksanaan
pembelajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau
praktek, dan kerja kelompok Kardi (2000). Menurut Kardi (2000) rarigkuman
kelima tahap tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.
Sintak Model Pengajaran Langsung
N
o
1
2

3
4
5

Fase

Peran Guru

Menyampaikan
tujuan
mempersiapkan siswa.

dan Guru menjelaskan TPK, informasi


latar belakang pelajaran, pentingnya
pelajaran mempersiapkan untuk guru
Mendemonstrasikan pengetahuan Guru
mendemonstrasikan
atau keterampilan
keterampilan dengan benar atau
menyajikan informasi tahap demi
tahap.
Membimbing, pelatihan
Guru merencanakan dan memberikan
bimbingan latihan awal
Mengecek
pemahaman
dan Mengatahui apakah siswa telah
memberikan umpan balik
berhasil melakukan tugas
dengan
baik, memberi umpan balik
Memberikan kesempatan untuk Guru mempersiapkan kesempatan
nelatihan lanjutan dan penerapan melakukan pelatihan lanjutan, dengan
perhatian
khusus pada penerapan
kepada situasi lebih kompleks dan
kehidupan sehari-hari

C. Hubungan Hasil Belajar dengan Model Pengajaran Langsung

Tujuan pembelajaran dapat dicapai melalui berbagai model pengajaran


yang salah satunya adalah model pengajaran langsung atau direct instruction
model (Arends, 1997). Model ini memfokuskan pada suatu pendekatan mengajar
yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh
informasi yang dapat diajarkan, selangkah demi selangkah. Pengetahuan lain yang
termasuk dalam keterampilan dasar adalah pengetahuan deklaratif, yaitu
pengetahuan tentang sesuatu. Jadi model pengajaran langsung dirancang secara
khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan
pengetahuan dekiaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan
selangkall demi selangkah.
Bermacam-macam cara dapat dilakukan untuk meningkatkan basil belajar
Biologi, saleh satu cara yang dapat dilakukan guru adalah dengan penerapan
model pengajaran langsung dengan adarya pengajaran langsung diharapkan dapat
memotivasi siswa untuk mempelajari biologi sehingga materi bisa dikuasai
dengan baik dan dapat meningkatkan basil belajar biologi.
Pelaksanaan model pembelajaran langsung diharapkan guru agar dapat
mendemonstrasikan (rnempresentasikan) setiap materi pelajarari sehingga siswa
dapat memahami materi secara dekiaratif.
D. Hipatesa
Model pengajaran langsung dapat meningkatkan hash belajar biologi siswa
pokok bahan sistem indera di kelas II semester I SMA Negeri 2 Fekanbaru T. A2010/2011.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Pekanbaru. Waktu penelitian
selama 4 bulan yaitu dari bulan Agustus sampai dengan November 2010.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalarn penelitian ini adalah siswa kelas I 2 semester I SMA Negeri 2
Pekanbaru Tahun Ajaran 2010/2011 yang berjumlah 48 orang siswa, yang terdiri
Mari 26 orang siswa putra dan 22 orang siswa putri.
C. Parameter Penelitian
Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa
dan aktivitas guru. Hasil belajar siswa berupa daya serap dan ketuntasan individu
maupun klasikal.
D. Instrumen renelitian
Instrumen penelitian terdiri dari dua bagian yaitu perangkat pembelajaran
dan instrumen pengumpulan data.
1. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran dalam penelitian inti adalah :
a. Rencana pembelajaran yaitu perangkat yang memuat tujuan pembelajaran
khusus, materi pembelajaran dan kegiatan pembelajaran Rencana
Pembelajaran merupakan pembelajaran untuk satu kali pertermuan, yang
mengacu pada model pengajaran langsung. Lembar kerja siswa (LKS)

merupakan lembar kerja yang berisikan langkah kerja dan pertanvaan yang
diberikan kepada siswa untuk memudahkan mereka dalam memahami
materi yang sedang dibahas,
b. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data ada 2 macam yaitu :
tes dalam bentuk obyektif dan lembaran observasi aktivitas guru.
2. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaku an dengan tahap-tahap sebagai berikut :
a. Tahap Perencanaan
1) Menetapkan mulai melakukan penelitian yaitu minggu kedua bulan
Mei.
2) Menetapkan kelas penelitian yaitu kelas II2 SMA Negeri 2 Pekanbaru .
3) Menetapkan pelajaran yang akan disajikan yaitu pokok bahasan sistem
indera yang terdiri dari dua siklus.
4) Mempersiapkan
perangkat
pembelajaran

berupa

Rencana

Pembelajaran, LKS dan alat evaluasi berupa test hasil belajar.


5) Menyiapkan lembar observasi, aktivitas guru selama kegiatan, belajar.
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan prases pembelajaran melalui penerapan pengajaran langsung
meliputi :
1) Pendahuluan (5 menit)
Memberikan motivasi dengan mengajukan beberapa pertanyaan
pada siswa.
Menyampaikan tujuan pebelajaran dan mempersiapkan siswa
(Fase-1)
2) Kegiatan inti (60 Menit)
Mendemonstrasikan

pengetahuan

atau

keterampilan

dan

menyajikan tahap demi tahap (Fase -2)


Guru merencanakan dan memberikan bimbingan kegiatan awal
(Fase -3)
Guru mengecek pemahaman siswa dan. memberikan umpan balik,
rneminta salah satu siswa menjelaskan kembali hal-hal yang telali

didemonstrasikan guru, jika terdapat kesalahan langsung diberikan


umpan batik (Fase -4)
Guru meminta siswa untuk pelatihan lanjutan (Fase -5)
3) Penutup (15 Menit)
Guru dan siswa bersama-sama merangkum materi kegiatan yang
dilakukan.
Mengadakan evaluasi untuk mengukur apakah tujuan pembelajaran
tercapai.
c. Tahap Observasi
Observasi dilaksanakan seiring dengan pelaksanaan tindakan, observasi
dilakukan oleh satu orang observer.
d. Tahap Refleksi
Setelah data dianalisis dijadikan acuan untuk melakukan tindakan pada
siklus berikutnya.

E. Teknik Analisa Data


Data yang dikuinpulkan pada penelitian ini berupa skor tes hasil.
belajar siswa yang meliputi daya serap, ketuntasan belajar (individu klasikal)
aktivitas guru.
Skor tes hasil belajar yang diperoleh di analisis berdasarkan :
1. Daya Serap
Daya serap siswa diperoleh dengan menggunakan rumus:
DS=

JB
100
BS

Keterangan :
DS

= Menyatakan daya serap siswa

JB

= Menyatakan jumlah jawaban yang benar

BS

= Menyatakan jumlah semua butir soal

Untuk mengetahui daya serap siswa, dari hasil belajar dianalisis dengan
menggunakan kriteria seperti tabel berikut :
Tabel 2
Interval dan Kategori Daya Serap Siswa
% Interval
Kategori
85 - 100
Amat baik
70 - 84
Baik
50 - 69
Cukup
0 - 49
Kurang baik
2. Ketuntasan Belajar Siswa
a. Ketuntasart individu dengan rumus :
Ketuntasan individu
Jawaban Yang benar
Ketunta san Individu=
100
Jumlah soal
Dengan kriteria apabila secrang siswa (individu) telah mencapai skor 65%
dari jumlah soal yang diberikan atau dengan nilai 6,5 maka individu
dikatakan tuntas.
b. Ketuntasan dengan Klasikal dengan rumus :
Jumlah siswa yang tuntas
Ketuntasan Klasikal=

Jawaban Siswa Yang Tuntas


100
Jumlah Siswa Seluruhnya

c. Aktifitas Guru
Penilaian mengenai aktivitas guru dilakukan oleh observer menggunakan
lembaran observasi yang mengacu pada pembelajaran langsung.
Tabel 3
Skala Penilaian dan Kategori Aktivitas Guru
% Interval
91 - 100
71 - 84
61 - 69
49

Kategori
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Sumber : (Anonirnus, 1991)

BAB IV
HAS IL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pelaksanaa Tindakan
Penelitian tipdakan kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas II2 SMA Negeri
2 Pekanbaru Semester I tahun Pelajaran 2010/2011 pada konsep sistem indra.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus sebanyak 5 kali pertemuan
meliputi 3 kali pertemuan untuk kegiatan pembelajaran siklus 1 dan 2 kali
pertemuan untuk kegiatan pen-ibelajaran siklus II. Pada setiap pertemuan ada satu
orang observer yang rnelaksanakan observasi terhadap aktivitas guru dengan
menggunakan lembaran observasi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Pada setiap akhir pertemuan diberika post test untuk rnengetahui pemahaman
siswa terhadap materi yang telah diberikan dan pada akhir konsep diberikan
ulangan harian untuk mengetahui daya serap dan ketuntasan belajar siswa pada
konsep tersebut.
B. Analisis Deskripsi Hasil Penelitian
Analisis hasil belajar siswa dengan menggunakan model pengajaran
langsung pada siswa kelas II2 SMA Negeri 2 Pekanbaru dilakukan pengukuran
terhadap daya serap siswa, ketuntasan belajar secara individual dan klasikal serta
aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar sebagai data pendukung.

1. Daya Serap Siswa


a. Daya serap siswa pada siklus I
Berdasarkan data dapat dilihat daya serap siswa yang diperoleh dari nilai
post test pertemuan I, II, III dan ulangan harian satu yaitu pada konsep Sistem
Indera pada Manusia. Daya serap siswa tersehut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4
Daya Serap Siswa Me lalui Post Test dan Ulangan Harian Setelah
Menggunakan Model Pengajaran Langsung Pada Kegiatan Belajar
Mengajar Kelas II2 SMA Negeri 2 Pekanbaru

No
1
2
3
4

Interval

Kategori

85 - 1000
Amat Baik
70 - 84
Baik
50 - 69
Cukup
0 - 49
Kurang
Jumlah Siswa yang Hadir
Rata-rata Nilai
Kategori

Data Serap Siswa Pada Sikius I


Post Test
Ulangan
Harian
I
II
III
N (%)
N (%)
N (%)
2 (4,26)
6 (12,5)
10 (20,83) 12 (25)
31 65,95) 28 (58,33) 33 68,75) 29 60,42)
13 (27,66)
12 (25)
5 (10,42)
6 (12,5)
1 (2,13)
2 (4,17)
1 (2,08)
47 (100)
48 (100)
48 (100)
48 (100)
67,23
79
76,45
74,47
Cukup
Cukup
Baik
Baik

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata (Jaya scrap siswa
melalui basil post test dan ulangan harian pada sikius I konsep Indera Pada
Manusia. Rata-rata nilai post test selama 3 kali pertemuan yaitu pertemuan 1
adalah

67,23 (kategori cukup) pertemuan II 69,79

(katejori cukup) clan

pertemuan II 176,45 (kategori baik). Dari hasil post test ini terlihat bahwa terjadi
peningkatan pada tiap-tiap pertemuan. Dari pertemuan I ke pertemuan II,
walaupun masih dikategorikan cukup, namun meningkat sebesar 2,56 dan pada
pertemuan III terjadi peningkatan lagi sebesar 6,66. Daya serap siswa, pada
ulangan harian nilai rata-ratanya adalali 71,47 (kategori baik).
Dari uraian di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa semakin meningkat
walaupun pada pertemuan I dan II rata-rata nilai daya serap siswa masih

dikategorikan cukup, ini menunjukkan bahwa siswa telah berangsur-angsur


mengerti dan dapat meniru kegiatan-kegiatan apa yang dilakukan oleh guru
didalarn menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan model pengajaran langsung.
Menurut Bandura dalam Hamalik (2003) sebagiarn besar manusia belajar melalui
pengamatan selektif kemudian rnengingat dan meniru tingkah laku orang lain.
Artinya manusia dapat belajar melalui modeling, yaitu dari contoh atau model.
Pada post test I, II dan ulangan harian, ada siswa yang memperoleh nilai
dengan kategori kurang, hal ini dikarenakan siswa tersebut padawaktu guru
menjelaskan

materi

pelajaran

kurang

memperhatikan,

sehingga

dapat

mempengaruhi nilai siswa tersebut. Sesuai dengan sinta.ks model pengajaran


langsung pada fase satu yaitu mernpersiapkan siswa untuk menerima penjelasan
guru, seandainva siswa tidak slap menerima suatu materi pelajaran yang diberikan
guru akan mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa. Menurut Slameto (1995)
ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor dari dalam diri siswa
(internal) dan faktor yang berasai clari luar diri siswa (eksternal), yang antara lain,
kecerdasan, minat, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif siswa. Dalam
pembelajaran faktor internal dan eksternal tersebut akan mempengaruhi hasil
belajar siswa, siswa yang kurang berbakat atau kurang berminat dengan pelajaran,
tentunya is akan kurang bersemangat dalam pembelajaran.
Oleh karena itu guru sangat berperan untuk membangkitkan semangat
belajar siswa, dan memusatkan perhatiannya pada materi yang disampaikan oleh
guru. Dalam pelaksanaan model pengajaran langsung sesuai dengan sintaks model
pengajaran langsung guru berperan memberikan bimbingan sesuai dengan sintaks
model pengajaran langsung pada face tiga yang berguna untuk membantu siswa

dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam LKS, sehingga siswa


mengeriakannya sampai benar-benar menguasai konsep keterampilan yang Hal
dipelajari jadi dengan adanya bimbingan diharapkan dapat meningkatkan
semangat belajar siswa, sehingga siswa dapat aktif dan hasil belajar meningkat.
Meningkatnya basil belajar siswa ini juga tidak terlepas dari peran guru,
penyiapan perangkat pembelajaran, pembuatan charta dan penyediaan alat-alat
yang dibutuhkan siswa sangat menunjang kelancaran proses pembelajaran.
Demikian pula penampilan guru sesuai dengan apa yang dituntut dalam
model pengajaran langsung mengikuti kriteria yang terdapat pada lembar
observasi guna. Karena masih banyak siswa yang belum tuntas secara individu
pada siklus I, maka dilaksanakan siklus II.
b. Daya serap siswa pada siklus II
Berdasarkar, data dapat dilihat daya serap siswa yang diperoleh dari nilai
post test pertemuan IV, V dan ulangan harian 2 yaitu pada konsep Sistem Indera
pada Hewan. Daya serap tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5
Daya Serap Siswa Melalui Post Test dan Ulangan Harlan Setelah
Menggunakan Model Pengajaran Langsung Pada Kegiatan Belajar
Mengajai Biologi Kelas II2 SMA Negeri 2 Pekanbaru

No
1
2
3
4

Interval

Kategori

85 - 100
Amat Baik
70 - 84
Baik
50 - 69
Cuku
0 - 49
Kurang
Jumlah Siswa yang Hadir
Rata-rata Nilai
Kategori

Daya serap pada siklus II


Post Test
IV
V
N (%)
N (%)
12 (26,26)
15 (2,61)
30 (65,22)
29 (63,04)
4 (8,69)
2 (4,35)
46 (100)
46 (100)
77,60
80,65
Baik
Baik

Ulangan
Harlan
13 (27,08)
27 (56,25)
8 (16,67)
48 (100)
77,70
Baik

Dari tabel di atas dapat bahwa nilai rata-rata daya serap siswa melalui basil
post test dan ulangan harian pada siklus II konsep Indira Pada Hewan. Rata-rata
nilai post test dari 2 kali pertemuan yaitu pertemuan IV adalah 77,60 (kategori
baik), pertemuan V adalah 80,65 (kategori baik). Dari hasil post test ini terlihat
bahwa terjadi peningkatan dari pertemuan IV ke pertemuan V meningkat sebesar
3,05. Daya scrap siswa pada ulangan harian nilai rata-ratanya adalah 77,70
(kategori baik).
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa semakin
meningkat pada siklus II ini. Dilihat dari nilai post test pada 2 kali pertemuan,
nilai kategori amat baik meningkat persentasenya, dan nilai kurarig baik ada Iagi
siswa yang memperolehnya. Begitu juga pada ulangan harian, nilai rata-rata siswa
juga meningkat dibanding pada siklus I.
Hasil belajar siswa lebih tinggi pada siklus II dibanding pada siklus I,
disebabkan karena siswa sudah terlatih dan pengalaman mengerjakan soal-soal
karena pada setiap akhir dari proses pembelajaran diadakan post tes. Hamalik
(2001) rnengatakan bahwa belajar berdasarkan pengalaman akan merangsang
anak untuk mempelajari masalah tersebut lebih lanjut, Jadi dari pengalaman
tersebut siswa mendapat pelajaran untuk lebih rnengutamakan mendalami konsep
konsep-konsep yang ada pada LKS di setiap pertemuan. Maka pada saat ulangan
harian siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanvaan yang diberikan karena telah
memallami konsepkonsep yang dipelalari.
Meningkatnya basil belajar siswa pada siklus II juga dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu faktor siswa dan faktor guru, dari faktor siswa disebabkan siswa
sudah terlatih dan terbiasa belajar menggunakan model pengajaran langsung

merupakan pendekatan mengajar yang dapat membantu. siswa mempelajari


keterampilan dasar yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural,
Kardi (2000). Menurut Arends (1997) bahwa kemampuan guru untuk
menyampaikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, mempunyai
dampak yang positif terhadap proses hasil belajar siswa, sehingga hasil belajar
siswa meningkat.
Jadi dengan meingkatnva hasil belajar siswa pada tiap-tiap pertemuan, dan
pada ulangan harian dari dua siklus, maka pengelolaan, pembelajaran pengajaran
langsung yang dilakukan oleh guru sudah menjamin terjadinya keterlibatan siswa,
terutama dalam proses memperhatikan, mendengarkan dan resitasi (tanya jawab),
Kardi (2000).
2. Ketuntasan Belajar Siswa
Berdasarkan data, kctuntasan belajar siswa yang diperoleh dari nilai
ulangan harian pada 2 siklus dengan menggunakan model pengajaran langsung
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 6
Ketuntasan Belajar Siswa Berdasarkan Ulangan Harlan Setelah
Menggunakan Model Pengajaran Langsung Selarna 2 Siklus Pada
Kegiatan Belajar Mengajar Biologi Kelas II2 SMA Negeri 2 Pekanbaru

Siklus
1
2

Ketuntasal individu
Siswa yang
Siswa yang
Siswa yang
hadir
tidak
tuntas
tuntas
48
42
6
48
1
4b
2

Ketuntasan klasikal
Persen
Kategori
ketuntasan ketuntasan
87,5
95,83

Tuntas
Tuntas

Dari tabel 6 di atasdapat dilihat persentase ketuntasan belajar siswa


berdasarkan hasil ulangan harian pada 2 siklus. Pada siklus I konsep Sistem
Indera pada Manusia. 42 siswa dinyatakan tuntas secara individu, sedangkan yang

belum tuntas ada 6 orang siswa. Tidak tuntasnya 6 orang siswa tersebut
disebabkan dalam mtngikuti proses pembelajaran tentang konsep Indera pada
Manusia berlangsung, keenam siswa tersebut pasif daiam kegiatan belajar
mengajar sehingga memungkinkan belajarnya rendah. Namun secara klasikal,
pada siklus I ini kelas tersebut sudah dinyatakan tuntas. Ketuntasan klasikal
mencapai 87,5 %. Depdekbud (1995) mengemukakan bahwa kelas suciah
dinyatakan tuntas belajar bila jumlah individu siswa yang mendapat nilai 65 ke
atas, jumiahnya 85 % dari jumlah siswa seluruhnya.
Sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas meningkat yaitu 46 siswa
dinyatakan tuntas secara individu, dan yang tidak tuntas sebanyak 2 orang, siswa
ini disebabl:an karena faktor interen yang terdapat pada 2 siswa tersebut, sehingga
rnemungkinkan siswa tersebut belum mengerti tentang materi pelajaran yang
diberikan. Walaupun demikian secara klasikal pada siklus II ini juga sudah
dinyatakan tuntas, dan meningkat dibandingkan pada ketuntasan klasikal siklus II
mencapai 95,83 %.
Adanya peningkatan ketuntasan klasikal ini disebabkan siswa sering
bertanya pada guru di dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar berlangsung,
dan guru langsung memberikan umpan balik, sehingga siswa dapat memahami
dan lebih mengerti tentang materi yang disampaikan oleh guru. Dengan begitu
dapat berpengaruh pada basil belajarnya.
Secara umum siswa telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal
namun bagi siswa yang belum tuntas diberikan perbaikan sampai mencapai nilai
minimal 65 sesuai dengan pendapat Suryo Subroto (1997) bila secara klasikal
proses pengajaran telah tuntas, tetapi secara individual masih ada siswa yang

belum tuntas, maka siswa tersebut harus diberikan perbaikan sampai mencapai
ketuntasan belajar. Perbaikan yang diberikan guru berupa tugas yaitu menjawab
soal-soal tentang konsep yang - bersangkutan.
Ketuntasan belajar biologi siswa secara individual dan klasikal tercapai
dimana pada saat diadakan ulangan harian siswa dapat menjawab soal-soal
dengan baik, karena pada saat pembelajaran model pengajaran langsung
berlangsung siswa dapat mengamati dan meniru kegiatankegiatan yang dilakukan
dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Slameto
(1995) mengatakan bahwa dengan mengamati dan meniru suatu model, siswa
menghubungkan tingkah laku dari model denganresponse yang telah dimilikinya.
Dengan begitu response-response itu ditirnbulkannya.
Dari penjelasan diatas terlihat bahwa penggunaan model pengajaran
langsung dalam kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan ketuntasan belajar
siswa, pada konsep sistem indera baik individu maupun klasikal.
C. Aktivitas Guru Selama Kegiatan Belajar Mengajar
Berdasarkan data persentase aktivitas guru pada setiap pertemuan dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 7
Hasil Observasi Aktivitas Guru Selama Kegiatan Belajar Mengajar
dengan Menggu lakan Model Pengajaran Langsung
di kelas II2 SMA Negeri 2 Pekanbaru
No
1

Siklus
Siklus I
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3
Rata-rata
Persentase
Siklus I

Persentase aktivitas guru (%)

Kategori

87,5
100
100

Baik
Baik Sekali
Baik Sekali

95,83

Baik Sekali

Siklus II
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Rata-rata
Persentase
Siklus Ii

100
100

Baik Sekali
Baik Sekali

100

Baik Sekali

Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru diatas dapat dilihat bahwa


selama 2 siklus mengalami peningkatan rata-rata persentase aktivitas guru pada
siklus I adalah 95,83 % (kategori baik sekali) dan pada siklus II rata-rata 100%
(kategori baik sekali)
Dari penjelasan diatas terlihat bahwa persentase aktivitas guru selama
kegiatan belajar mengajar rata-rata dikategorikan baik sekali. Hal ini guru telah
benar-benar rnempersiapkan diri dan segala sesuatunya untuk pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model pengajaran langsung. Kesiapan guru
akan sangat menentukan berlangsungnya proses belajar mengajar dan pencapaian
hasil belajar sesuai dengan yang dikernukakan oleh Hamalik (2003) bahwa
kesiapan guru dalam bentuk aktivitas-aktivitasnya akan mewujudan interaksi
antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa paham hal ini guru sebagai
organisator yaitu mengorganisasikan belajar sehingga belajar menjadi bermakria
bagi siswa.
Peranan guru dalam pengajaran sangat penting untuk mendorong keaktifan
siswa, dengan cara mengelola kelas dengan balk, membimbing dan meningkatkan
motivasi dalam belajar. Menurut Roestivah (1991) bahwa peranan guru dalam
pengajaran antara lain sebagai facilitator, pembimbing dan organisatorharus
mampu merangsang aktivitas siswa. Apabila guru mampu merangsang aktivitas
siswa, maka suasana menjadi lebih hidup serta hasil belajar meningkat yaitu
pembelajaran langsung.

Jadi guru yang mampu mengorganisasikan kelasnya dengan baik akan


mempengaruhi

proses

pembelajaran

yang

baik

pula

sesai

yang

dikeniukakan oleh Kardi (2000) mengatakan bahwa guru yang memiliki kelas
yang terorganisasikan dengan baik dimana pengelaman-pengalaman yang
terstruktur paling sering tercermat, menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang
lebih tinggi dan basil belajar yang lebih tinggi pada guru yang menggunakan
pendekatan yang kurang formal dan kurang terstruktur.
Pada model pengajaran langsung pada fase satu guru dituntut untuk
menjelaskan tujuan pelajaran yang dicapai kepada sisa, agar siswa slap menerima
materi pelaiaran yang diberikan oleh guru. Roestiyah (1991) mengatakari guru
perlu menyampaikan tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran secara
jelas dan penjelasan mengenai tugas juga perlu dinyatakan secara jelas, agar siswa
paham dan mengerti apa yang harus dikerjakan dan mengerjakan tugas dengan
penuh tanggung jawab.
Dari uraian jelaslah bahwa guru memegang peranan penting dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran dengan mengggunakan
model pengajaran langsung. Peran guru menurut Arends (1997) pengajaran
langsung adalah model yang berpusat pada guru dan mempunyai 5 langkah, yaitu
menyiapkan siswa untuk menerima pelajaran, artinya guru berusaha menarik
perhatian siswa sehingga dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik, guru
mendernonstrasikan materi pelajaran, kernuclian menjelaskan mater pelajaran
supaya siswa mengerti dan memahami materi pelajaran, siswa melakukan latihan
terbimbing yang langsung di bimbing dan dikontrol oleh guru dan guru meminta
siswa melakukannya sampai benar-benar menguasai konsep keterampilan yang

telah dipelajari, guru mengecek pemahaman apakah siswa sudah paham tentang
materi yang telah dipelajari dan memberikan umpan balik, guru meminta siswa
melakukan latihan lanjutan.
Jadi peran guru sangat penting dalam pembelajaran, tanpa peran aktif guru
hasil belajar yang dicapai siswa tidak akan optimal.

BAB V
KEEIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Daya serap siswa melalui ulangan harian mengalami peningkatan pada sikus I
rata-ratanya 74,47 (Kategori Baik) dan pada siklus II rata-ratanya 77,70
(Kategori Baik)
2. Ketuntasan belajat siswa mengalami peningkatkan pada siklus I 87,5%
(kategori tuntas) dan pada siklus II 95,83% (kategori tuntas)
3. Aktivitas belajar guru mengalami peningkatan. Pada siklus I 95,83%
(kategori baik sekali) dan pada siklus II 100% (kategori baik sekali).
4. Penggunaan model pengajaran langsung dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas II2 SMA Negeri 2 Pekanbaru .
B. Saran
1. Sebaikrya guru menerapkan model pengajaran langsung sebagai salah satu
aiternatif dalam proses pembelajaran biologi, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Diharapkan kepada guru-guru yang ingin Menggunakan model pengajaran
langsung agar sebelumnya mempersiapkan segala suatu yang berhubungan
dengan materi pelajaran yang diberikan, agar diperoleh hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 1991. Petunjuk Operasional Peningkatan Mita Pandirlikan Depdikbud
Propinsi Riau.

Arends, R.I. 1997. Classroom Instructional and Management. Mc. Graw-Hill


Companies Inc Companies Inc New York.
Depdikbud. 1995.. Pedoman PcniMinn IKI PKG IPS Geografi Putaran VIII dan
PMP. Malang. Depdikbud. Jakarta.
Depdiknas, 2003. Pelatiltan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata
Pelajaran Pengajaran Langsung. Depdiknas, Jakarta.
Hamalik, O. 2001. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Tarsito
Bandung
Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta
Kordi, S. dan Nur NL. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya. UNVESAUniversity Press
Mansur. 1996. Strategi Majar Mengajar, Jakarta, Dirjen Pembinaan Kelemhagaan
Isl am dan University Terbuka.
Roestiyah, N.K, 1991. Strategi Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Sudjana,
N. 2000. Metede Statistika. Tarsito. Bandung
Slameto. 1988. Belajar :Jan Samber-Sumber yang niempengaruln. Bina Aksara.
Jakarta.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang meimpengaruhinya. PT, Rineka
Cipta. Jakarta.
Suryosubroto, B. 1997. Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Susanti, E. 2002. Penerapan Strategi Pembelajaran Model Pencapaian Konsep
untuk meningkatkan Hasil Belajar matematika di kelas I SMK Negeri 3
Pekanharit. Program Studi Pendidikan Matematika. FKIP Unri.
Usmadi, 2002. Penerapan Model Peinbelajaran Langsung dengan Strgte Motivasi
ARCS pada Poko. k Bahasan Persamaan Linear-Dua Perubah di SLTP
Kitadijalt Surabaya. IKIP Malang. Tesis

Anda mungkin juga menyukai