Anda di halaman 1dari 14

1

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum Pidana Merupakan Bagian Dari Ranah Hukum Publik.Hukum Pidana
Diindonesia Diatur Secara Umum Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP),Yang Merupakan Peninggalan Zaman Penjajahan Belanda.Kuhp Merupakan
Lex Generalis Bagi Pengaturan Hukum Pidana Diindonesia.Dimana Asas-asas Umum
Termuat dan Menjadi Dasar Bagi Semua Ketentuan Pidana Yang Diatur Diluar KUHP.
Hukum Pidana Menurut Van Hammel Adalah Semua Dasar-dasar dan Aturan-aturan
Yang Dianut Oleh Suatu Negara Dalam Menyelenggarakan Ketertiban Hukum Yaitu
Dengan Melarang Apa Yang Tertentang Dengan Hukum.dan Mengenakan Suatu
Nestapa Kepada Yang Melanggar Peraturan Tersebut.Mempelajari Sumber Atau Sejarah
Hukum Serta Mengetahui Bagaimana Suatu Hukum Hidup Dalam Masyarakat Pada
Masa Priode Tertentu dan pada Wilayah Tertentu.Serta Apa Saja Ilmu-IlmuYang
Berkenaan Dalam Hukum Pidana Tersebut.
Hukum Pidana Terdiri dari Norma-norma .Doktrin Hukum Pidana Bahkan Doktrin
Hukum Pada Umumnya Sangat Berpengaruh dan Bahkan Bahkan Menjadi Landasan
Dibentuknya Norma Hukum Pidana .Oleh Karena Itu Tugas ilmu Hukum Pidana Adalah
Berusaha Merumuskan Dan Menjelaskan Asas-asas yang Menjadi Dasar Bagi Norma-
norma Yang BerlakuBaik Mengenai Aturan Umum-Nya Maupun Aturan Khusus
Mengenai Tindak Pidananya ,Mencari Dan Menetapkan Hubungan Antara Asas Satu
Dengan Asas Yang Lain,Kemudian Menyatukannya Kedalam Sebuah Sistem Yang
Bulat.Semua Itu Diperlukan Untuk Dapat Menjelaskan Perihal Norma-Norma Yang
Sedang Berlaku Tadi.
Dalam Memahami Hukum Pidana Kita Juga Perlu Mengetahui Sumber-sumber
Hukum Pidana Indonesia Serta Sejarahnya Dari HUkum Tersebut .Mengenai Sejarah
Hukum Pidana Indonesia Seperti yang Kita Ketahui Selain KUHP,Maupun Undang-
undang KUHP,Indonesia Juga Memiliki Sumber Hukum Pidana Adat,Khususnya Delik-
delik Adat.Bagaimana Terjadinya Kenyataan Ini Perlu Dipelajari Dari Sejarah Hukum
Pidana Inndonesia Yang Akan Kita Bahas Lebih Mendalam Dalam Isi Makalah Ini.
Undang-undang Dasar 1945 Sebagai Landasan Konstitusional Mengamanatkan Asas
Setiap Warga Negara Sama Kedudukannya Dalam Hukum Dan Pemerintahan. Hal Ini
Tidak Terbukti Dengan Adanya Ketidak-Seimbangan Antara Perlindungan Hukum
Antara Perlindungan Korban Kejahatan Dengan Pelaku Kejahatan Karena masih
Sedikitnya Hak-hak Korban Kejahatan Diatur pada Perundang-undangan Nasional.
Segala Aktivitas Manusia Dalam Segala aspek Kehidupan Sosial,Politik,Dan
Ekonomi Dapat Menjadi Sebab Terjadinya Kejahatan.Kejahatan Akan Selalu Hadir
Dalam Kehodupan Sosial,Politik,Ekonomi Dapat Menjadi sebab Terjadinya
Kejahatan,Karena Itu Diperlukannya Upaya Untuk Menangani-Nya.Dengan Upaya
2

Penanggulangan Kejahatan,Diharapkan Dapat Menekan Baik Dari Kualitas Maupun


Kuantitasnya Hingga Pada Titik Yang Paling Rendah Sesuai Dengan Keadaan-nya.
Membicarakan Sejarah Hukum Tidak Akan Lepas Dari Sejarah Bangsa
Indonesia.Bangsa Indonesia Mengalami Perjalanan Sejarah Yang Sangat Panjang
hingga Sampai Saat Ini.

B. Rumusan Masalah
Untuk Lebih Lanjut Akan Dipaparkan Rumusan Masalah Yang Akan Dibahas Dalam
Makalah,Yaitu:
1. Jelaskan Sumber-sumber Hukum Pidana Indonesia?
2. Bagaimana Sejarah Hukum Pidana Indonesia?
3. Bagaimana Sejarah Dari KUHPid?
4. Jelaskan Sistematika KUHPid?
5. Apa Saja Ilmu Hukum Pidana?
6. Bagaimana Hubungan Ilmu Hukum Pidana dan Kriminologi ?
7. Bagaimana Penemuan Hukum dan Hukum Pidana?
3

BAB II
PEMBAHASAN

1. Sumber-sumber Hukum Pidana Indonesia


A. Sumber Hukum Dalam Arti Formal Untuk Hukum Pidana Indonesia
Sumber Hukum Dalam Arti Formal Adalah Forum ( Wadah,Bentuk) Dimana Kita
Dapat Melihat Hukum Yang Berlaku. Pada Umummnya Yang dipandang Sebagai
SumberHukum Dalam Arti Formal,Yaitu UU,Kebiasaan,Traktat,Yurisprudensi,,Dan
Doktrin.
UU Merupakan Sumber Hukum dalam arti Formal yang utama untuk hukum Pidana
Indonesia.Indonesia Memiliki KUHPid dan Sejumlah UU pidana diluar KUHPid.Selain
Dalam Undang-undang, Ketentuan-ketentuan Hukum Pidana juga dapat Ditemukan
Dalam Peraturan Perundang-undangan Lainnya,Yaitu Dalam Peraturan Pemerintah dan
Peraturan Daerah, Walaupun Sifatnya Lebih Terbatas.
Kebiasaan Merupakan Sumber Hukum Dalam Arti Formal Untuk Hal-hal Tertentu ,Dua
Hal Dapat Dikemukakan Yaitu:
 Kebiasaan Setempat Memiliki Pengaruh Untuk Delik Susila.Pasal 281 KUHPid
Mengancamkan Pidana Terhadap barangsiapa Dengan Sengaja Dan Terbuka
Melanggar Kesusilaan .Apakah Suatu Perbuatan Bersifat “Melanggar Kesusilaan” Atau
Tidak,harus dilihat dari sudut kebiasaan Setempat .Kebiasaan Dikota-kota Besar dan
Kebiasaan Didaerah Pedesaaan Mungkin Berbeda Tentang Melanggar Kesusilaan
Atau Tidak.
 Sejumlah Pengadilan Negeri Diindonesia Masih Berwenang Mengadili Delik Adat
.Hal Ini diatur dalam UU No.1/Drt/1951.
Traktat Pada Umumnya Tidak Merupakan Sumber Hukum Dalam Arti Formal
Untuk Indonesia .traktat yang memuat hukum pidana Perlu melalui Dua Tahap Untuk
memberlakukan Isinya Bagi Orang-orang Indonesia yaitu:
a. Traktat Diratifikasi Melalui UU.Contoh,Dengan UU No.2 Tahun 1976
Diratifikasi Konvensi Tokyo 1963 ,Kovensi de Hague 1970,dan Kovensi
Montereal 1971.
b. Dibuat UU Yang lain lagi untuk memberlakukan Sejumlah isi dari Traktat yang
bersangkutan Sebagai bagian dari hukum pidana indinesia.
Yurisprudensi ,diindonesia Sekarang ini dipandang Sumber Hukum dalam Arti
Formal Untuk Hukum Pidana.Oleh Karenanya,Secara Berkala Mahkamah Agung
Menerbitkan Yurispsrudensi Indonesia,Yang Memuat Antara Lain Putusan Perkara
Pidana Dari Pengadilan Negeri,Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung ,Serta
Norma-norma yang Ditarik dari Putusan Mahkamah Agung Tersebut.
Doktrin (Pendapat Ahli Hukum),juga Merupakan Sumber Hukum Dalam Arti
Formal Untuk Hukum Pidana.Adakalanya Hakim Mengutip Sesuatu Tulisan Ahli
4

Hukum Dalam Putusannya Dan Digunakannya Keterangan Ahli Disidang


Pengadilan Pidana.

2. Sejarah Hukum Pidana Indonesia


Tenyata Selain UU,bail KUHPid Maupun Undang-undang Pidana Diluar
KUHPid,Indonesia Jiga Memiliki Sumber Hukum Pidana Yang Berupa Hukum Pidana
Adat,Khusus-Nya Delik-delik Adat.Bagaimana Terjadinya Kenyataan Ini Perlu Dipelajari
Dari Sejarah Hukum Pidana Indonesia.
Sejarah Hukum Pidana di- Indonesia Pada Pokoknya Dapat Dibagi Atas Tiga
Masa,Yaitu Masa Sebelum Kedatangan Bangsa Belanda,Masa Pendudukan Belanda dan
masa Kemerdekaan.Inggris dan Jepang Pernah Menduduki Indonesia,Tetapi Karena
WaktunyA Singkat Dan Menetapkan Tetap Berlakunya Hukum Pidana yang ada maka
pengaruh Mereka Boleh Dikatakan Tidak Ada Terhadap Hukum Pidana Indonesia.
 Masa Sebelum Kedatangan Bangsa Belanda.
Pada Mulanya.Sebelum Kedatangan Bangsa Belanda ,Wilayah Yang Sekarang
dinamakan wilayah negara republic Indonesia ,Terpecah Atas Banyak Kerajaan Dan
Keliompok –kelompok masyarakat Yang berdiri Sendiri Karena Jauh Dari Pusat-pusat
Kerajaan.
Kerajaan-kerajaan Tersebut Hanya Sedikit Membuat peraturan Tentang perbuatan-
perbuatan Yang Dilarang Dan Diancam pidana.Kelompok-kelompok masyarakat
diindonesia Kebanyakan Hidup menurut Hukum Adat Mereka Masing-masing yang
berbeda-beda antara satu masyarakat hukum adat dengan masyarakat hukum adat
lainnya.
 Masa Pendudukan Belanda
Sepanjang masa Pendudukan Belanda,Tidak Ada Penyatuan Sepenuhnya hukum
pidana yang berlaku,karena untuk Golongan Indonesia Tetap Diakui Berlakunya Hukum
pidana Adat Mereka sendiri Sekalipun Untuk Mereka ini ditetapkan juga Hukum Pidana
Yang Dikodifikasikan.

Masa Dapat Diabagi Atas beberpa Tahap Pekembangan Sehubungan Dengan Soal
Kodifikasi Huklu Pidana ,Yaitu:

a. Pra-Kodifikasi
Hukum Pidana Dimasa Pra-Kodifikasi Ini Berbeda Amtara Orang Belanda Dengan
Indonesia.
Bangsa Belanda Datang Dengan Membawa Hukumnya Sendiri,Dimana Hukum
Pidana Yang Berlaku Bagi Mereka diindonesia Sebelum Kodifikasi Tahun
1867,Yaitu:
 Hukum dalam Statuta Betawi,Pada Mulanya Oleh VOC DIBUAT Peraturan-
peraturan yang diumumkan dalam Plakat-plakat .Tahun 1642 Plakat-plakat Itu
Dihimpun dan diumumkan dengan Nama Statuten Van Batavia (Statuta
Betawi)
5

 Hukum Belanda yang kuno,Menurut Suatu Plakat Tahun 1625,Hakim


danAdministerasi Harus Menjalankan Hukum Belanda Yang Kuno Bila Hukum
Statuta Tidak Dapat Menyelesaikan Suatu Perkara.
 Asas-asas Hukum Romawi,Yang Mengatur Kedudukan Para Budak.
 Sejumlah Perundang-undangan Pidana Tersendiri,Seperti Peraturan Pidana
Tersendiri,Seperti Peraturan Pidana Tentang Pemalsuan Uang Logam (Staatsblad
1822 N0. 32) dan Peraturan Pidana Tentang Perdangan Budak (Staatsblad 1825
No. 44).

Untuk Orang Indonesia dan yang Dipersamakan ,Sebelum Kodifikasi yang


Berlaku bagi Mereka tahun 1873,Tunduk pada Hukum Pidana Adatnya Masing-
masing.

b. Dualisme Kodifikasi
Bagi Golongan Eropa Berlaku Het Wetboek Van Straf recht voor de Europeanen
(Staatsblad 1866 No. 55, Mulai Berlaku 1 January 1867).

Bagi Golongan Indonesia dan yang Dipersamakan Berlaku:


 Het Wetboek Van Strafrecht Voor Inlanders En Daarmede
Gelijkgestelden,Staatsblad 1872 No.85, yang Mulai Berlaku 1 Januari
1873.Kodifikasi ini diterapkan Oleh Penradilan Gubeernemen ,Yaitu Peradilan
Negara.
 Bagi Kawula Daerah Swapraja Yang Tunduk Pada Peradilan Swapraja dan
Orang-orang Yang Tunduk Pda Peradilan Adat ,Selain Diberlakukan Kodifikasi
Juga Diterapkan Hukum Pidana Adat.
 Unifikasi Kodifikasi.Tahun 1918,Dua Kodifikasi Hukum Pidana yang Berlaku
Sebelumnya di Gantikan Oleh Wetboek Van Strafrecht VOOR Nederlands
Indie,Staatsblad 1915 No.732,Yang Mulai Berlaku Sejak 1 Januari 1918.

Kodifikasi yang baru ini berlaku Untuk Semua Orang diindonesia Tanpa Membeda-
bedakan Golongan Penduduk.Dengan Demikian,Boleh dikata Telah Tercapai
Unifikasi Dalam Kodifikasi Hukum Pidana Diindonesia.
Tetapi,Bagi Golongan Penduduk Indonesia Disejumlah Tempat Masih Juga
Diberlakukan Hukum Pidana Adat.Dasar Hukumnya,Yaitu:
 Peradilan Adat (Inheemse Rechtspraak),Staatsblad 1932 No.80.
 Peradilan Swapraja (Zelfbestuur Rechtspraak) Diluar Jawa dan Madura
berdasarkam Zelfbestuursregelen 1938 (staatsblad 1938 No. 529).

c. Masa Kemerdekaan
Setelah Merdeka,,Dibuat UU No.1 Tahun 1946 Tentang peraturan Hukum
Pidana.Pasal 1 Undang-undang Ini Menentukan Bahwa Dengan Menyimpang
Seperlunya Dari Peraturan Presiden Republik Indonesia Tertanggal 10 Oktober
6

1945 No.1,Menetapkan Bahwa Peraturan –peraturan Hukum Pidana Yang Sekarang


Berlaku,Ialah Peraturan –peraturan Hukum Pidana Yang ada pada Tanggal 8 Maret
1942.
Undang-undang Ini pada Mulanya Hanya Berlaku Untuk Jawa Dan
1
Madura ,Sedangkan Untuk Daerah-daerah Lain Akan Ditentukan
Kemudian.Pemerintah Hindia-Belanda yan menguasai Daerah Luar Jawa dan
Madura tidak Tidak Mengakui Undang-undang Ini Tetapi,Secara Material,Baik
Pemerintah RI Yogyakarta Maupun Pemerintah Hindia-Belanda ,Kedua-duanya
Melanjutkan Keadaan Sebelum Penduduk Jepang.

Sekarang Ini ,Hukum Pidana Yang Berlaku Diindonesia,Yaitu:


 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
 Berbagai Peratuiran Perundang-undangan diluar KUHPid,Seperti UU
No.7/Drt/1955 Tentang Pengusutan,Penuntutan dan Peradilan Tindak Pidana
Ekonomi.
 Disejumlah Pengadilan Negeri,Selain Hukum Pidana Tertulis ,juga masig
Diberlakukan Hukum Pidana Adat Berdasarkan Pasal 5 ayat (3) b UU
No.1/Drt/1951 Tentang Tindakan-tindakan Sementara Untuk
Menyelenggarakan Kesatuan Susunan,Kekusaan Dan Acara Pengadilan-
Pengadilan Sipil.

3. Sejarah KUHPid
Pada Mulanya,Kelompok-kelompok masyarakat Indonesia kebanyakan Hidup Menurut
Hukum Adatnya Msing-masing yang berbeda-beda Antara Satu Masyarakat Hukum Adat
Dengan Masyarakat Hukum Adat Lainnya. Mengenai Hukum Pidana,Oleh Andi Zainal
Abidin Dikatakan Bahwa Sebelum Datangnya Penjajahan Belanda, Hukum Pidana Yang
Berlaku Adalah Hukum Adat Pidana (hukum Pidana Yang Sebagian Besar Tidat Tertulis )
yang Beraneka Ragam yang Berlaku Dimasing-masing Dikerajaan Yang Ada Dinusantara
Ini.
Kedatangan Bangsa Belanda,yang Pertama Kali Mendarat Dibanten Tahun 1596,Secara
Beransur-ansur Mulai Membawa Perubahan,bangsa Belanda Yang Mulanya Datang Sebagai
Pedagangb Dan Kemudian Digantikan Oleh Pemerintahan Hindia Belanda Sejak 1 Januari
1800,Menguasai Banyak Wilayah Dan Membuat Peraturan-peraturan Tertulis.
Dengan Demikian, KUHPid Yang Digunakan Diindonesia Sekarang Ini Pada Dasarnya
Adalah Kodifikasi Peninggalan Masa Pemerintahan Hindia-Belanda.Kodifikasi Itu Pertama
Kali Diundangkan Dalam Staatsblad 1915-732 Dengan Nama Wetboek Van Strafrcht Voor
Nederlands Indie,yang Mulai Berlaku Sejak 1 Januari 1918.
Dengan UU No.1 Tahun 1946 Tentang Peraturan Hukum Pidana,Wetboek Van Strafrcht
Voor Nederlands Indie Ini Dinyatakan Tetap Berlaku Dengan Sejumlah
Perubahan,Penambahan dan pencabutan ,Antara Lain Nama Wetboek Van Strafrcht Voor
Nederlands Indie Diganti Menjadi Wetboek Van Strafrecht Atau Kitab Undang-undang
Hukum Pidana.
1
Maramis Frans, Hukum Pidana di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013. Hlm,35-42
7

Pada Saat Diundangkan,UU No.1 Tahun 1946 Ini Hanya Berlaku Untuk Wilayah
Pemerintahan RI Yogyakarta Saja. Dengan Demikian,Semula Ada Dua Dasar Hukum
Berlakunya KUHPid diindonesia,Yaitu Untuk Wilayah pemerintahan RI Yogyakarta
Dasar Hukumnya UU No.1 Tahun 1946 JO staatblad 1915-732 Sedangkan Untuk Wilayah
Lainnya Tetap Langsung Berdasarkan Staatsblad 1915-732.Nanti Kemudian Dengan UU
No.73 Tahun 1958,maka UU No.1 Tahun 1946 dinyatakan Berlaku Untuk Seluruh
Wilayah RI.
Ditinjau Dari Aspek Sejarah Hukum ,WvS Voor Nederlands Indie Ini Dibuat Dengan
Berpedoman Pada KUHPid Belanda Yang Diundangkan Ditahun 1881.Sesuatu Hal Yang
Perlu Diperhatikan Yaitu Rancangan KUHPid Belanda Diajukan Ke- Parlemen Belanda
Disertai Dengan Memorie Van Teolichting (Risalah Penjelasan).Dengan Demikian,Pasal-
pasal KUHPid Belanda Dapat Dicari Penjelasannya Dalam Memorie Van Teolichting
Tersebut.Oleh Karena Bagian Terbesar Pasal-pasal KUHPid indonesia Mencontoh pada
KUHPid Belanda 1881,Maka Keterangan-keterangan Pada Memorie Van Teolichting itu
Juga Dapat Menjelaskan Bagian Terbesar Pasal-pasal KUHPid Indonesia.
KUHPid Belanda 1881 Itu Sendiri Mendapat Banyak Pengaruh Dari Code Penal Prancis
Karena Prancis Pernah Menjajah Belanda Dan Memberlakukan Code Penal Mereka Untuk
Negeri Belanda.Untuk Memahami Bagaimana Jiwa Dari KUHPid Yang Sekarang berlaku
di Indonesia Ini Perlu Diketahui Bagaimana Lahirnya Code Penal Prancis Tersebut.
Diprancis,Dan Dibanyak Negara eropa ,Sejak Abad Ke-16 Telah Mucul Raja-raja
Dengan Pemerintahan Yang Bersifat Absolut (Mutlak).masalah Kenegaraan Dan Hukum
Pidana Dipandan Bukan Merupakan Bidang Para Ahli Hukum Melainkan Sebagai
Wewenang Penuh Dari Raja.Para Hakim Mengadili Berdasarkan Wewenang Raja Dan
Memutus Berdasarkan Apa Yang Dipandang Bebar Oleh Para Hakim Itu Sendiri.Akibat-
nya Para Terdakwa Tidak Memiliki Dasar Atau Titik Tolak Yang Jelas Dalam Melakukan
Pembelaan Diri Didepan pengadilan,Sebab Perbuatan Apa Yang Dipandang Tidak Boleh
Dan Diancam Pidana Tergantung Sepenuhnya Kepada Para Hakim.Dengan Demikian,Telah
Terjadi Kesewenang-Wenangan Para Hakim.
Terhadap Keadaan Hukum Pidana Dan Hukum Acara Pidana Yang Buruk Dibanyak
negara Eropa Waktu Itu,Mka Pada Abad Ke-18 Di-Prancis Muncul Sejumlah
Penulis.Penulis-penulis ini dalam Karya-karya Mereka Telah Menentang Kesewenang-
Wenangan Raja Dan Kebebasan yang Terlalu Luas Dari Para Hakim .
Walaupun KUHPid Telah mengalami Sejumlah Perubahan,Pencabutan Dan
Penambahan,Tetapi Dasar Pikiran Yan Menjadi Latar Belakang KUHPid Tersebut Masih
Tidak Berubah.
Sebagai Bangsa Yang Telah Merdeka,Maka Indonesia Juga Telah Berupaya Menyusun
Rancangan KUHPid Nasional Sejak Tahun 1963.Pada Waktu itu,Karena Indonesia
Memiliki Kedekatan Dengan Uni Soviet,Telah Dibuat Suatu Rancangan Yang Mengacu
Kepada Ketentuan-Ketentuan Umum Dalam Hukum Pidana Uni Soviet.Sesudah Itu Telah
Disusun Pula Beberapa Rancangan KUHPid Nasional.

4. Sistematika KUHPid
A. Sistematika KUHPid
KUHPid Terdiri Drai Tiga Bagian Yang Dinamakan Buku (Belanda:Boek),Yaitu:
8

Buku Kesa : Ketentuan-ketentuan Umum (Algemene Bepalingen) .


Buku Kedua : Kejahatan-kejahatan (Misdrijven).
Buku Ketiga : Pelanggaran-pelanggaran (Overtredingen).
Dalam Buku Kesatu Dimuat pengertian-pengertian Dan Asas-asas yang pada Umumnya
Menjadi Dasar Seluruh Hukum Pidana Positif,Baik Hukum Pidana Positif Dalam KUHPid
Sendiri Maupun Hukum Pidana Positif Diluar KUHPid.
Buku Kesatu Ini Terdiri Dari Sembilan Bab.Bab IX Adalah Tentang Arti Beberapa
Istilah Yang Dipakai Dalam Kitab Undang-undang .Dalam BAB ix Ini Juga Dimadukkan
Aturan Penutup Pasal 103.
Ditempatkannya Pengertian-pengertian dan Asas-asaas Hukum Pidana Ini Dalam Satu
Bagian Tersendiri ,Yaitu Adalah Buku Kesatu ,Mempunyai Tujuan Praktis,Yaitu Agar
Pembentuk Undang-undang Tidak Perlu Harus Berulang-ulang Menyebutnya Dalam
Merumuskan Ketentuan-ketentuan Pidana Dalam Buku Kedua Dan Buku Ketiga
KUHPid.Contohnya Mengenai Hal Tersebut Yaitu Tentang PercobaaN Melakukan Tindak
Pidana.PercobaaN Diatur Dalam Buku Kesatu ,Pasal 53 DaN 54 .Jika Tidak Dicantumkan
Dalam Pasal 53 dan 54,maka Semua Rumusan Tindak Pidana Harus Diikuti Dengan
Ketentuan Mengenai Percobaan.

B. Tindak Pidana Diluar KUHPid


Selain tindak Pidana Didalam KUHPid ,Yakni Dalam buku II dan Buku III,Juga Ada
Tindakan Pidana Yang Diatur Dalam UU Tersendiri Diluar KUHPid.Contoh-contoh:
 UU No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi,Sebagaimana Yang Telah Diubah Dengan UU No. 20 Tahun 2001.
 UU No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang.
 UU No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang.
Anatara KUHPid Dengan Undang-undang Yang Memuat Tindak Pidana Diluar
KUHPid ,Ada Hubungan Yang Erat.Bagaimana Hubungan antara Keduannya Diatur
Dalam Pasal 103 kuhpID.
C. Pasal 103 KUHPid
Hubungan antara KUHPid Dengan UU yang Memuat Tindak Pidana Diluar KUHPid
Diatur Dalam Pasal 103 Yang Terletak Dalam Buku 1: Ketentuan Umum KUHPid
.Menurut Pasal 103 KUHPid,Ketentuan-ketentuan Dalam Bab 1 Sampai Dengan Bab VIII
buku Satu Juga Berlaku Bagi Perbuatan-perbuatan Yang Oleh Ketentuan Perundang-
undangan Lain Diancam Pidana, Kecuali Jika Ileh UU ditentukan Lain.
Pasal 103 kuhpID Menyebit Bab 1 Sampai Dengan Bab VIII.Jadi,Bab IX Dikecualikan
Dari Ketentuan ini .Bab 1 sampai Dengan Bab VIII Buku Kesatu KUHPid Berlaku Juga
Bagi Undang-undang Yang Memuat Tindak Pidana Diluar KUHPid.Jadi, Bab IX Dari
Buku Kesatu Tidak Berlaku Bagi Undang-undang Yang Memuat Tindak Pidana Diluat
KUHPid.
D. Delik Adat
9

Beberapa Pengadilan Negeri Diindonesia Memiliki Wewenang Untuk Mengadili Delik


Adat. Tidak Semua Pengadilan Negeri Diindonesia Memiliki Wewenang
Tersebut.Jadi,Ada Perbedaan Wewenang Antara Satu Pengadilan Negeri Dengan
Pengadilan Negeri Yan g Lain Berkenaan Dengan Delik Adat.
Dasar Hukum Wewenang Tersebut Bagi Beberapa Pengadilan Negeri,Yaitu UU
No.1/Drt/1951 Tentang Tindakan –tindakan Sementara Untuk Menyelenggarakan
Kesatuan Susunan,Kekuasaan Dan Acara Pangadilan-pengadilan Sipil,Khususnya Pasal 5
ayat (3)Huruf b.
Latar Belakang Dubuat-nya UU Draurat Ini Karena DImasa Pemerintahan Hindia-
belanda Telah Dibentuk Beraneka Ragam Pengadilan,Diantara-Nya Pengadilan Swapraja
Dan Pengadilan Adat.
Melalui UU No.1/Drt/1951,Dilakukan Langkah-langkah Untuk Penyederhanaan
Pengadilan Diindonesia,Dimana Untuk Perkara Perdata Dan Pidana Hanya Dikenal
Pengadilan Negeri Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama;Kecuali Pengadilan Agama Dan
Pengadilan Militer Yang Masi Tetap Dipertahankan.Pengadilan-pengadilan Seperti
pengadilan Swapraja dan pengadilan Adat/Pribumi,Secara Bertahap Dihapuskan.
Tetapi Dalam pasal 5 Ayat (3) Huruf b Undang-undang No. 1/Drt/1951 Ditentukan
Bahwa:
Hukum Materiel Sipil Dan Untuk Sementara Waktupun Hukum Materiil Pidana sipil
Yang Sampai Kini Berlaku Untuk Kawula-kawula Daerah Swapraja Dan Orang-orang
yang Dahulu Diadili Oleh Pengadilan Adat,Ada Tetap Berlaku Untuk Kawula –kawula
dan Orang-orang Itu,Dengan Pengertian:
Bahwa Satu Perbuatan Yang Menurut hukum yang hidup Harus Dianggap Perbuatan
Pidana, Akan Tetapi Tiada Tandingannya Dalam Kitab Hukum Pidana Sipil,Maka
Dianggap Diancam Dengan Hukuman Yang Tida Padak Lebih Dari Tiga Bulan penjara
Dan/Atau Denda Lima Ratus Rupiah,Yaitu Sebagai Hukuman Pengganti Bilamana
Hukuman Adat Yang Dijatuhkan Tidak Diikuti Oleh Pihak Yang Terhukum Dan
Penggatian Yang Dimaksud Dianggap Sepadan Oleh Hakim Dengan Besar Kesalahan
Yang Terhukum.
Bahwa,Bilamana Hukuman Adat Yang Dijatuhkan Itu Menurut Pikiran Hakim
Melampui Padanya Dengan Hukuman Kurungan Atau Denda yang Dimaksud
Diatas,Maka Atas Kesalahan Terdakwa Dapat Dikenakan Hukuman Pengganti Setinggi
10 Tahun Penjawa,Dengan Pengertian bahwa Hukuman Adat Yang Menurut Paham
Hakim Tidak Seralas Lagi Dengan Zaman Senantiasa Mesti Diganti Seperti Tersebut
Diatas,dan
Bahwa Satu Perbuatan Yang Mrnurut Hukum Yang Hidup Harus Dianggap
Perbuatan Pidana Dan Yang Ada Bandingnya Dalam Kitab Hukum Pidana Sipil,Maka
Dianggap Diancam Dengan Hukuman Bandingnya Yang Paling Mrip Kepada
Perbuatan Pidana Itu.
Dalam Pasal-pasal Ini Disebut Tentang “Kawula-kawula Daerah Swapraja Dan Orang-
orang Yang Dahulu Diadili Oleh Pengadilan Adat”.Mereka Ini Untuk Selanjutnya
Tunduk Pada Pengadilan Negeri.Tetapi,Terhadap Mereka Ini ,Yaitu Kawula-kawula
Daerah Swapraja Dan Orang-orang Yang Dahulu Diadili Oleh Pengadilan Adat,Selain
Ditetpakan Peraturan Perundang-undangan Yang Sama Dengan Penduduk Diwiliyah
10

Lain Juga Dapat Diterapkan Hukum Pidana Adat.Dengan Demikian,Beberapa


Pengadilan Negeri,Yaitu Pengadilan Negeri-Pengadilan Negeri Yang Dalam
Yurisdiksinya Dahulu Dan Pengadilan Swapraja Atau Pengadilan Adat/Pribumi,Yang
Dahulu Berwenang Mengadili Berdasarkan Hukum Pidana Adat/Delik Adat,Juga
Memiliki Kewenangan Mengadili Berdasarkan Hukum Pidana Adat/Delik Adat.
Jadi,Tidak Semua Pengadilan Negeri Diindonesia Memiliki Wewenang Mengadili
Berdasarkan Hukum Pidana Adat/Delit Adat.Di-daerah Provinsi Sulawesi Utara
Misalnya,Dulu Tidak Ada Pengadilan Swapraja Maupun Pengadilan Adat/Pribumi.Oleh
Karena Itu,Pengadilan Negeri Manado,Pengadilan NegeriTondono dan Pengadilan Negeri
Bitung,Yang Terletak Diprovinsi Sulawesi Utara,Tidak Memiliki Wewenang Mengadili
Berdasarkan Hukum Pidana Adat/Delik Adat.

5. Objek Ilmu Hukum Pidana :Asas,Norma,Dan Sanksi


Penemuan Hukum dan Hukum Pidana Pada Dasarnya Ilmu Hukum Pidana Dapat Dibedakan
Antara Ilmu Hukum Pidana Dalam Arti Sempit Dan Ilmu Hukum Pidana Dalam Arti Luas.
Objek Ilmu Hukum Pidana Adalah Asas,Kaidah,Dan Sanksi Dalam Hukum pidana
Positip.Asas Adalah Dasar Pikiran Yang Menjadi Latar Belakang Dari Suatu
Kaidah,contohnya;Asas Legalitas Yang Menjadi Latar Belakang Dari Pasal 1 Ayat (1)
KUHPid.

A. Ilmu-ilmu Hukum Pidana Dalam Arti Sempit


Yaitu Mempelajari Norma-norma Yang Ada Dalam Hukum Pidana Positif Yang Saat
Ini Sedang Berlaku (Ius Constitutum).Objek Kajian Hukum Pidana Normative Dalam
Arti Sempit Ini Adalah Hukum Pidana Positif Yang Ruang Lingkupnya Dapat Meliputi:
 Hukum Pidana Materiel,Yang Meliputi Ketentuan KUHP dan ketentuan diluar
KUHP.
 Hukum Pidana Formal,Yang Meliputi Hukum Acara Pidana Umum (KUHP),Dan
Acara Pidana Khusus. (Misalnya, Hukum Acara Pidana Militer).

B. Ilmu-ilmu Hukum Pidana Dalam Arti Luas
Istilah Ilmu Hukum Pidana Dapat Juga Digunakan Dalam Arti Yang Jauh Lebih
Luas,Sehingga Lebih Tepat Disebut Ilmu-ilmu Hukum Pidana.Dalam Hal Ini Hukum
Pidana dan Pelaksanaan-nya Menjadi Objek Tela’ah Berbagai Ilmu,Yaitu:

a. Ilmu-ilmu Hukum Pidana Sistematis


 Ilmu Hukum Pidana Materil,Buku Ini Berkenaan Dengan Ilmu Hukum Pidana Dalam
Arti Ini.Yaitu memuat Aturan –aturan Ynag Menetapkan Dan Merumuskan Perbuatan
–Perbuatan Ynag Dapat Dipidana,Aturan-Aturan Yang Memuat Syarat-syarat Untuk
dapat menjatuhkan pidana dan Ketentuan Mengenai Pidana Yang Dapat
Dijatuhkan.Dengan Kata Lain Hukum Pidana Materil Berbicara Masalah Norma Dan
Sanksi Hukum Pidana Serta Ketentuan-ketentuan Umum Yang membatasi
,Memperluas Atau Menjelaskan Norma Dan Pidana Tersebut.
 Ilmu Hukum Pidana Formal,Yaitu Seluruh Garis Hukum Yang Menjadi Dasar Atau
Pedoman Bagi Penegak Hukum Untuk Melaksanakan Ketentuan-ketentuan Hukum
11

Pidana Materiel Atau Dengan Singkat Dapat Dikatakan Jika Hukum Pidana Formil
Mengatur Tentang Bagaimana Negara Dengan Alat Alat Perlengkapannya Melakukan
Kewajiban Untuk Menyidik,Menuntut,Menjatuhkan dan Melaksanakan Pidana.2

b. Ilmu-ilmu Hukum Pidana Empiris


 Kriminologi,Yaitu Ilmu Tentang Kejahatan Dan Sebab-sebabnya.
 Sosiologi Hukum Pidana,Yaitu Ilmu Yang Mempelajari Hukum Pidana Sebagai Gejala
Masyarakat.
 Penologi,Yaitu Ilmu Yang Mempelajari Sejarah,Bentuk-bentuk,dan Manfaat Reaksi
Manusia Terhadap Kejahatan.
 Victimology,Yaitu Ilmu Yang Khusus Mempelajari Hal-hal Yang Berkenaan Dengan
Korban (Victim).
 Ilmu-ilmu Forensik,Yaitu Ilmu-ilmu yang Merupakan Pengunaan Berbagai Ilmu
Untuk Kepentingan Peradilan.:
 Kedokteran Forensik.
 Psikologi Forensik
 Psikiatri Forensik.
 Kimia Forensik.
 Kriminalistik,Yaitu Ilmu Tentang Penyidikan Terdirui Dari Kumpulan Ilmu
Lain,Seperti Ilmu Sidik Jari (Dactyloscopy),ilmu tentang Peluru (Balistick),Ilmu
Tentang Racun(Toxicology).
c. Filsafat Hukum Pidana
Dalam Filsafat Hukum Pidana Dikaji Secara Filsafat Sejumlah Masalah Dalam
Hukum Pidana.Kajian Yang Paling dikenal Antara Lain Yaitu Apakah Yang
Membenarkan Dikenakannya Suatu Pidana. Apakah Ini Tidak Sma Dengan NalurI
Hewan Yang membalas Kekerasan Dengan Kekerasan.

d. Tugas Ilmu Hukum Pidana


Tugas Ilmu HUkum Pidana Mencakup:
Menerangkan,Ilmu Hukum Pidana Bertugas menerangkan Atau Memberikan Pengertian
Objektif Dari Hukum Pidana.Tugas Ini Tentunya Setelah Dilakukan Analisis dan
Sistematisasi Terlebih Dahulu.
Menganalisis,Tugas Menganalisis Ini Terutama Dilakukan Melalui Metode-metode
Penemuan Hukum,yang Mencakup penafsiran dan KonstruksiHukum.
Menyistematiskan,Dalam Hal Ini Ilmu Hukum Pidana Juga mempunyai Fungsi
Kritik,Yaitu Menela’ah Soal Perlunya Penyelarasan Antara Peraturan Perundang-
undangan Dengan Asas-asas Hukum Pidana.

2
Maramis Frans, Hukum Pidana di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013, Hlm.43-53
Maramis Frans, Hukum Pidana di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Hlm.26-27
12

6. Ilmu Hukum Pidana Dan Kriminologi


A. Pengertian Kriminologi
Kriminologi Secara Harfiah Berarti Ilmu Tentang Kejahatan . Kriminologi Adalah
Ilmu Yang Mempelajari Kejahatan dalam Arti yang Seluas-luas-Nya.
Objek Tela’ahm Kriminologi dalam Arti Yang Seluas-luasnya Mencakup Tiga
Bagian,Yaitu:
 Kejahatan,Penjahat,dan Mereka Yang Tersangkut dalam Suatu Proses Perkara
Pidana ,Yaitu Polisi,jaksa,Hakim,Dan Juga Korban.Kajian Terhadap Pokok-pokok
Ini Dilakukan Dari Sudut Sosiologi Hukum.
Perbedaan Antara Ilmu Hukum Pidana Dengan Kriminologi,Yaitu Ilmu Hukum
Pidana Merupakan Ilmu Normatif Sedangkan Kriminologi Merupakan Ilmu
Empiris.Oleh Karenanya,Kedua Ilmu Ini Memiliki Sudut Pandang Atau Konsep
yang Berbeda Mengenai Pokok-pokok Tertentu,Misalnya Mengenai Dari
Kejahatan.Dari Sudut POandang Hukum Pidana ,Kejahatan adalah Perbuatan
Yang Melanggar Norma-norma Dalam Undang-undang Pidana.
 Sebab-sebab Kejahatan .Para Ahli Kriminologi sependapat Bahwa Sebab-sebab
Kejahatan Merupakan Bagian Kriminologi,Lahirnya Kriminologi Memang Karena
Keinginana Manusia Untuk Mencari Tahu Sebab-sebab terjadinya Kejahatan.
 Penologi,Penologi Secara Harfiah Berarti Ilmu Tentang Pidana.Penologi Adalah
Ilmu yang Mempelajari Sejarah,Bentuk-bentuk ,Dan Manfaat Reaksi Manusia
Terhadap Kejahatan.

B. Hubungan Ilmu Hukum Pidana Dengan Kriminologi


Kriminologi Memberikan Pemahaman Yang Lebih Mendalam Mengenai
Kejahatan,Penjahat,dan Pidana.Selain Itu Penelitian-penelitian Kriminologi Dapat
Menjadi dasar Untuk Tugas Kritik Dalam Ilmu Hukum Pidana Sehingga Hasilnya
Dapat Menjadi Masukkan Untu Pembaruan Hukum Pidana.
Mardjono Reksodiputro Menulis Berkenaan Dengan Hal Ini.Dalam Sebuah
Kutipan,Ia Memberi Gambaran Tentang Proses Bagaimana Krimonologi
Mempengaruhi (Ilmu ) Hukum Pidana,Yaitu:Penelitian Kriminologi,-Pertemuan Ilmiah-
Wawasan Baru- pembeharuan Politik Kriminal –Pengaruh Pada Hukum Pidana dan
Pelaksanaan Peradilan Pidana

7. Penemuan Hukum Dan Hukum Pidana


Salah Satu Tugas Ilmu Hukum Pidana adalah Melakukan Analisis,Dimana Salah Satu
Analisis Yaitu Dengan Memanfaatkan Teknik Penemuan Hukum
(Belanda:Rechtsvinding).Penemuan Hukum ,Menurut Paul Scholten ,Adalah Penerapan
Peraturan Terhadap Fakta-fakta,dan Peraturan-peraturan Tersebut Hnayalah Yang
Diberikan Oleh Undang-undang ,metode-metode Dalam Penemuan Hukum Mencakup:
 Penafsiran (Interpretatie).
 Metode Sejarah,YangMeliputi Metode Sejarah Undang-undang Dan
Metode Sejarah Hukum.
 Metode Sistematis,Yaitu Dengan Melihat Hubungan Antara Satu Pasal
Dengan Pasal Lain-nya.
13

 Tujuan Dibuatnya suatu Undang-undang.


 Kostruksi (Belanda:Constructie) yang Terdiri Atas:
 Metode Analogi,Yaitu Melakukan Generalisasi Terhadap Sesuatu Peraturan
Sampai Pada Dasar Pikiran (Rasio) dari Peraturan Itu Sehingga Dapat
Dicakup Hal-hal Lain yang Mempunyai Dasar Pikiran yang Sama.Dalam
Hukum Pidana,Metode Analogi Pada Umumnya Tidak Dapat Diterima.
 Metode Penghalusan Hukum(Belanda:Rechtsverfijning),Adalah Metode
Dimana Suatu Peraturan Umum Dibatasi/ Dikurangi Oleh Pengecualian
Khusus Dengan cara Menempatkan Peraturan Umum Itu Kedalam Suatu
Asas Umum.Penghalusan Hukum Merupakan Pembatasan (Penghalusan)
Suatu aturan umum Dengan menerima Pengecualian Untuk Kejadian-
kejadian Khusus.Pengecualian Ini Diperoleh Dengan Cara membawa
Suatu aturan Umum Kedalam Suatu Asas Umum.
 Metode Argumentum a contrario ,Yaitu “Is Niet Van Anderen Aard dan
die der Anologie.wij gaaan op Dezelfde Wijze te werk,Maar Komen Tot
Een Ander,Neatief,Resultaat” (Tidak Memiliki Sifat Yang Berbeda Dengan
Anologi.Kita Berkerja Dengan cara Yang Sama,Tetapi Tiba Pada
Kesimpulan Yang Berbeda,Yaitu Negatif).3

3
Maramis Frans, Hukum Pidana di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013, Hlm.28-33
14

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Undang-undang Merupakan Sumber Hukum Dalam Arti Formal Yang Utama Untuk
Hukum Pidana Indonesia,Antara Lain KUHPid.Secara Lebih Berantas ,Ketentuan-
ketentuan Hukum Pidana Juga Dapat Ditemukan Dalam Peraturan Pemerintah dan
Peraturan Daerah.
KUHPid pada dasarnya adalah Wetboek van Strafrecht Voor Nederlands Indie
(Statsblad 1915-732),Mulai Berlaku Sejak Satu Januari 1918,Yang Dengan UU No.1
Tahun 1946 Tentang Peraturan Hukum Pidana,,Dinyatakan Tetap Berlaku Dengan
Sejumlah Perubahan ,Penambahan dan Pencabutan ,Antara lain Nama Wetboek van
Strafrecht Voor Nederlands Indie Diganti Menjadi Wetboek Van Strafrecht Atau
Kitab Undang-undang Hukum Pidana.Pada Saat Diundangkan,UU No.1 Tahun 1946
Ini Hanya Berlaku Untuk Wilayah Pemerintahan RI Yogyakarta Saja,Kemudian
Dengan UU No.73 Tahun 1958,Maka UU No.1 Tahun 1946 Diyatakan Berlaku Untuk
Seluruh Wilayah RI.Sejak Itu Telah Dilakukan Pula Sejumlah
Perubahan,Penambahan,Dan Pencabutan.
Menurut Pasal 103 KUHPid,Ketentuan-ketemtuan Dlam Bab 1 Sampai Dengan Bab
VIII-Tidak Termasuk Bab IX-Buku 1 juga Berlaku Bagi Perbuatan-perbuatan yang
Oleh Ketentuan Perundang-undangan Lain Diancam Pidana,Kecuali Jika Oleh Undang-
undang Ditentukan Lain.pasal 103 KUHPid Merupakan Penghubung Antara KUHPid
Dengan Undang-undang Pidana Diluar KUHPid.
Mengenai Ilmu Hukum Pidana Sendiri,Ilmu Hukum Pidana adalah Ilmu Tentang
Pengertuian abjektif Dari Hukum Pidana Positif.
Objek Ilmu Hukum Pidana Adalah Asas, Kaidah, Dan Sanksi Dalam Hukum Pidana
Positif.
TugasIlmuHukumPidanaMencakup menerangkan,
Menganalisis.Menyistematiskan,dan Fungsi Kritik.
Dalam Rangka Tugas Analisis Dapat Digunakan Metode-metode Penemuan HUkum
pada Umum-Nya,yang Mencakup Penafsiran dan Kostruksi Hukum;Dengan Catatan
Bahwa Dalam Hukum Pidana,Metode Analogi Dalam Kostruksi Hukum Pada
Umumnya Tidak dapat Diterima.

Anda mungkin juga menyukai