Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

HUKUM PEMBERIAN NAMA PADA ANAK DALAM AGAMA ISLAM

Dosen Pengampu

Abdul Rasyid, SHI, MCL., Ph.D.

Disusun Oleh

NAMA : Chelsea Vallentio

NIM : 2602152225

BUSINESS LAW

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah ini adalah “Hukum Pemberian Nama pada Anak dalam
Agama Islam”.

Di samping itu, tentu saja makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan
dukungan dan bimbingan dari dosen saya. Untuk itu, pada kesempatan ini, saya ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen mata kuliah Business Law, Pak
Abdul Rasyid, yang telah membimbing dan memberikan pengarahan kepada saya
selama penulisan makalah ini.

Saya juga menyadari bahwa tulisan yang telah saya buat ini sangat jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
nantinya akan berguna dalam penyempurnaan tulisan makalah ini. Saya juga
berharap agar apa yang telah saya tulis ini dapat bermanfaat bagi banyak orang.

Jakarta, 5 Oktober 2022

Chelsea Vallentio

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL································································· i

KATA PENGANTAR·······························································ii

DAFTAR ISI··········································································iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang··········································1


1.2 Rumusan Masalah······································1
1.3 Tujuan····················································2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kaidah Pemberian Nama Anak Menurut Syariat


Islam··························································2
2.2 Hak dan Kewajiban Orangtua Memberi Nama
Anak···························································12
2.3 Permasalahan dalam Pemberian Nama Anak·······15

BAB III KESIMPULAN············································16

DAFTAR PUSTAKA································································17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap pasangan yang mendambakan seorang buah hati tentunya harus


terlebih dahulu memikirkan nama yang akan diberikan untuk anak tersebut. Hal ini
dikarenakan nama merupakan sebuah atribut penting bagi suatu anak sebagai alat
identifikasi bagi orang-orang di sekitarnya. Akan tetapi, pemberian nama anak
seringkali didasari oleh kepercayaan bahwa nama yang memiliki arti baik berperan
penting dalam menentukan nasib anak tersebut kelak di dunia. Tidak hanya dalam
hal nasib, tetapi nama juga dapat melambangkan doa dan harapan orangtua bagi si
anak. Maka dari itu, proses pemberian nama anak dianggap oleh sebagian orang
merupakan suatu peristiwa penting yang perlu dipersiapkan atau direncanakan
dengan matang agar tidak membawa penyesalan dalam hidup.

Bagi pasangan Muslim, pemilihan nama anak hendaknya dilakukan dengan


mengikuti kaidah-kaidah yang telah disesuaikan dengan Sunnah Rasullah SAW agar
nama sang buah hati mengandung arti yang baik. Namun, pada tahun 2022 lalu,
Dinas Kependudukan dan Pencatatatan Sipil (Dukcapil) mengeluarkan peraturan
baru mengenai syarat penamaan anak yang disahkan melalui peraturan menteri
dalam negeri nomor 73 tahun 2022. Oleh sebab itu, seharusnya perencanaan nama
anak tidak hanya dilakukan berdasarkan pertimbangan menurut sisi agama tetapi
juga harus disesuaikan dengan aturan baru yang telah dikeluarkan oleh pemerintah.
Hal ini bertujuan untuk mencegah segala kendala dan keterhambatan dalam
pengurusan administrasi kependudukan warga negara, khususnya dalam hal yang
berkaitan dengan pendataan dokumen pribadi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang terdapat dalam topik ini, maka rumusan masalah
yang dapat diambil adalah sebagai berikut.

1
1. Apa hukum pemberian nama anak yang baik sesuai dengan ajaran Islam?

2. Apa hak dan kewajiban orangtua dalam memberikan nama anak?

3. Apa saja contoh kasus dan masalah yang timbul dari peristiwa penamaan anak?

1.3 Tujuan

Penulisan makalah ini dibuat dengan tujuan untuk:

1. Mengetahui kaidah-kaidah dan syarat pemberian nama anak menurut agama Islam

2. Mengetahui peran orangtua dalam memberikan nama anak

3. Mencari tahu permasalahan yang muncul dari peristiwa penamaan anak

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kaidah Pemberian Nama Anak Menurut Ajaran Islam

Nama memiliki peranan penting dalam mengidentifikasi seorang individu


dalam kehidupan sehari-hari. Identitas berupa nama merupakan salah satu ciri
pengenal seseorang sejak ia lahir sampai ia wafat. Pemberian nama juga merupakan
perintah Allah SWT sebagaimana yang terterta di dalam Alquran surat Maryam ayat
7 dengan bunyi:

‫ك بِغُاَل ٍم ا ْس ُمهُ يَحْ يَى لَ ْم نَجْ َعل لَّهُ ِمن قَ ْب ُل َس ِميًّا‬


َ ‫يَا زَ َك ِريَّا ِإنَّا نُبَ ِّش ُر‬

“Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan


(beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah
menciptakan orang yang serupa dengan dia.” (QS. Maryam: 7).1

1
Tafsirq, “Surat Maryam Ayat 7” (On-line), tersedia di https://tafsirq.com/19-maryam/ayat-7 (12
Januari 2023).

2
Pemberian nama anak tidak hanya semata-mata berupa firman Allah SWT
yang bersifat abstrak, tetapi dalam pelaksanaannya juga terdapat hukum dan kaidah-
kaidah yang harus dipatuhi oleh para pengikut-Nya. Hal ini dikarenakan nama yang
baik dipercaya dapat membawa berkat dan menentukan sifat anak tersebut. Adapun
beberapa sunnah yang diberitakan Nabi Muhammad SAW terkait dengan nama anak
adalah sebagai berikut:

1. Memilih nama yang baik

Pemilihan nama anak harus didasari dengan makna yang baik dan arti indah
agar kelak anak tersebut dapat dikenal dengan hormat oleh orang-orang di
sekitarnya dan tidak mendapat ejekan maupun olokan yang disebabkan oleh
nama tersebut.

Rasullah SAW menyarankan agar nama yang dipilih merupakan nama-nama


yang disukai-Nya, seperti nama para nabi, tokoh Muslim dalam cerita-cerita
Al-Qur’an, dan orang-orang alim ataupun sholeh. Bahkan Allah SWT telah
menyebutkan secara spesifik dalam menyarankan umat Muslim untuk
menyelipkan Asmaul Husna (al-asmâ’ al-ḫusnâ) di setiap doa mereka. Hal ini
sesuai dengan yang disabdakan oleh Nabi dalam surat al-A’raf ayat 180:

َ‫ َسيُجْ َزوْ نَ َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬،‫ َو َذرُوا الَّ ِذينَ ي ُْل ِح ُدونَ فِي َأ ْس َماِئ ِه‬،‫َوهَّلِل ِ اَأْل ْس َما ُء ْال ُح ْسن َٰى فَا ْدعُوهُ بِهَا‬

“Allah memiliki Asmaul Husna maka bermohonlah kepada-Nya dengan


menyebut Asmaul Husna (nama-nama terbaik) itu dan tinggalkanlah orang-
orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat
balasan terhadap apa yang mereka kerjakan” (QS. Al-Araf : 180).2

Asmaul Husna merupakan kumpulan nama-nama indah terbaik yang dimiliki


oleh Allah. Dengan melafalkan doa Asmaul Husna, umat Muslim dipercaya
dapat menghindari segala malapetaka dan diberkati dengan hal-hal baik.
Maka dari itu, pemilihan nama yang didasarkan pada lafal doa Asmaul Husna
dipercaya dapat membawa berkat bagi sang buah hati.

Berikut merupakan daftar Asmaul Husna yang terdiri dari 99 nama.

2
Mahbib Khoiron, “Tabel 99 Asmaul Husna dan Artinya” (On-line), tersedia di
https://islam.nu.or.id/ubudiyah/99-asmaul-husna-dan-artinya-1T8jl (12 Januari 2023).

3
Asmaul
No Husna Asmaul Husna (Arab) Artinya
(Latin)
1 Ar-Rahmânu ُ‫الرَّحْ م ٰـن‬ Yang Maha Pengasih
2 Ar-Raḫîmu ‫َّح ْي ُم‬
ِ ‫الر‬ Yang Maha Penyayang
3 Al-Maliku ‫ك‬ ُ ِ‫ْال َمل‬ Yang Maha Merajai/
Memerintah
4 Al-Quddûsu ُ‫ْالقُ ُّدوْ س‬ Yang Mahasuci
5 As-Salâmu ‫ال َّسالَ ُم‬ Yang Maha Memberi
Kesejahteraan
6 Al-Mu’minu ُ‫ْال ُمْؤ ِمن‬ Yang Maha Memberi
Keamanan
7 Al- ‫ْال ُمهَ ْي ِم ُـن‬ Yang Maha Pemelihara
Muhaiminu
8 Al-`Azizu ‫ْال َع ِز ْي ُز‬ Yang Memiliki Mutlak
Kegagahan
9 Al-Jabbâru ‫ْال َجبَّا ُر‬ Yang Maha Perkasa
10 Al- ‫ْال ُمتَ َكبِّ ُر‬ Yang Maha Megah
Mutakabbiru
11 Al-Khâliqu ُ ِ‫ْالخَال‬
‫ق‬ Yang Maha Pencipta
12 Al-Bâri’u ِ َ‫ْالب‬
‫ارُئ‬ Yang Maha Melepaskan
13 Al- َ ‫ْال ُم‬
‫ص ِّو ُر‬ Yang Maha Membentuk
Mushawwiru Rupa (makhluknya)
14 Al-Ghaffaru ‫ْال َغفَّا ُر‬ Yang Maha Pengampun
15 Al-Qahhâru ‫ْالقَهَّا ُر‬ Yang Maha Memaksa
16 Al-Wahhâbu ُ‫ْال َوهَّاب‬ Yang Maha Pemberi
Karunia
17 Ar-Razzâqu ُ ‫ال َّر َّزا‬
‫ق‬ Yang Maha Pemberi Rezeki
18 Al-Fattâhu ‫ْالفَتَّا ُح‬ Yang Maha Pembuka
Rahmat

4
19 Al-`Alîmu ‫ْال َعلِ ْي ُم‬ Yang Maha Mengetahui
(Memiliki Ilmu)

20 Al-Qâbidlu ُ‫ْالقَابِض‬ Yang Maha Menyempitkan


(makhluknya)
21 Al-Bâsithu ُ‫ْالبَا ِسط‬ Yang Maha Melapangkan
(makhluknya)
22 Al-Khâfidlu ُ‫ْالخَافِض‬ Yang Maha Merendahkan
(makhluknya)
23 Ar-Râfi`u ‫الرَّافِ ُع‬ Yang Maha Meninggikan
(makhluknya)
24 Al-Mu`izzu ‫ْال ُم ِع ُّز‬ Yang Maha Memuliakan
(makhluknya)
25 Al-Mudzillu ُّ‫ْال ُم ِذل‬ Yang Maha Menghinakan
(makhluknya)
26 As-Samî`u ‫ال َّس ِم ْي ُع‬ Yang Maha Mendengar
27 Al-Bashîru ِ َ‫ْالب‬
‫ص ْي ُر‬ Yang Maha Melihat
28 Al-Ḫakamu ‫ْال َح َك ُم‬ Yang Maha Menetapkan
29 Al-`Adlu ‫ْال َع ْد ُل‬ Yang Mahaadil
30 Al-Lathîfu ُ‫اللَّ ِطيْف‬ Yang Mahalembut
31 Al-Khabîru ‫ْال َخبِ ْي ُر‬ Yang Maha Mengetahui
Rahasia
32 Al-Ḫalîmu ‫ْال َحلِ ْي ُم‬ Yang Maha Penyantun
33 Al-`Adhîmu ‫ْال َع ِظ ْي ُم‬ Yang Mahaagung
34 Al-Ghafûru ‫ْال َغفُوْ ُر‬ Yang Maha Pengampun
35 Asy-Syakûru ‫ال َّش ُكوْ ُر‬ Yang Maha Pembalas Budi
(Menghargai)
36 Al-`Aliyyu ‫ال َعلِ ُّي‬ Yang Maha Tinggi
37 Al-Kabîru ‫ْال َكبِ ْي ُر‬ Yang Maha Besar
38 Al-Ḫafîdhu ُ‫ْال َحفِ ْيظ‬ Yang Maha Menjaga
39 Al-Muqîtu ُ ‫ْال ُمقِي‬
‫ْت‬ Yang Maha Pemberi
Kecukupan

5
40 Al-Ḫasîbu ُ‫ْال َح ِسيْب‬ Yang Maha Membuat
Perhitungan
41 Al-Jalîlu ‫ْال َجلِ ْي ُل‬ Yang Mahamulia
42 Al-Karîmu ‫ْال َك ِر ْي ُم‬ Yang Maha Pemurah
43 Ar-Raqîbu ُ‫ال َّرقِيْب‬ Yang Maha Mengawasi

44 Al-Mujîbu ُ‫ْال ُم ِجيْب‬ Yang Maha Mengabulkan


45 Al-Wâsi`u ‫ْال َوا ِس ُع‬ Yang Maha Luas
46 Al-Ḫakîmu ‫ْال َح ِك ْي ُم‬ Yang Maha Bijaksana
47 Al-Wadûdu ‫ْال َو ُدوْ ُد‬ Yang Maha Pencinta

48 Al-Majîdu ‫ْال َم ِج ْي ُد‬ Yang Maha Mulia


49 Al-Bâ`itsu ُ ‫ْالبَا ِع‬
‫ث‬ Yang Maha
Membangkitkan
50 Asy-Syahîdu ‫ال َّش ِه ْي ُد‬ Yang Maha Menyaksikan
51 Al-Ḫaqqu ُّ ‫ْال َح‬
‫ق‬ Yang Mahabenar
52 Al-Wakîlu ‫ْال َو ِك ْي ُل‬ Yang Maha Memelihara
53 Al-Qawiyyu ُّ‫ْالقَ ِوي‬ Yang Mahakuat
54 Al-Matînu ُ‫ْال َمتِيْن‬ Yang Mahakokoh
55 Al-Waliyyu ‫ْال َولِ ُّي‬ Yang Maha Melindungi
56 Al-Ḫamîdu ‫ْال َح ِم ْي ُد‬ Yang Maha Terpuji
57 Al-Muḫshî ‫ص ْي‬ِ ْ‫ْال ُمح‬ Yang Maha Mengalkulasi
58 Al-Mubdi’u ‫ْال ُم ْب ِدُئ‬ Yang Maha Memulai
59 Al-Mu`idu ‫ْال ُم ِع ْي ُـد‬ Yang Maha
Mengembalikan Kehidupan
60 Al-Muḫyi ‫ْال ُمحْ ِي‬ Yang Maha Menghidupkan
61 Al-Mumîtu ‫ْت‬ُ ‫ْال ُم ِمي‬ Yang Maha Mematikan
62 Al-Ḫayyu ‫ْال َح ُّي‬ Yang Mahahidup
63 Al-Qayyûmu ‫ْالقَيُّوْ ُم‬ Yang Mahamandiri
64 Al-Wâjidu ِ ‫ْال َو‬
‫اج ُد‬ Yang Maha Penemu
65 Al-Mâjidu ِ ‫ْال َم‬
‫اج ُد‬ Yang Mahamulia
66 Al-Wâḫidu ِ ‫ْال َو‬
‫اح ُد‬ Yang Maha Tunggal
67 Al-Aḫadu ‫اَأْل َح ُد‬ Yang Maha Esa

6
6
68 Ash- ‫ص َم ُد‬
َّ ‫ال‬ Yang Maha Dibutuhkan
Shamadu (tempat meminta)
69 Al-Qâdiru ‫ْالقَا ِد ُر‬ Yang Maha Menentukan
(maha menyeimbangkan)
70 Al- ‫ْال ُم ْقتَ ِد ُر‬ Yang Maha Berkuasa
Muqtadiru
71 Al- ‫ْال ُمقَ ِّد ُم‬ Yang Maha Mendahulukan
Muqaddimu
72 Al-Muakhiru ‫ْال ُمَؤ ِّخ ُر‬ Yang Maha Mengakhirkan
73 Al-Awwalu ‫ااْل َ َّو ُل‬ Yang Mahaawal
74 Al-Âkhiru ‫اآْل ِخ ُر‬ Yang Mahaakhir
75 Adh- ‫الظَّا ِه ُر‬ Yang Mahanyata
Dhâhiru
76 Al-Bâthinu ُ‫ْالبَا ِطن‬ Yang Maha Ghaib
77 Al-Wâlî ‫ْال َوالِي‬ Yang Maha Memerintah
78 Al-Muta`âli ‫ْال ُمتَ َعالِي‬ Yang Maha Tinggi
79 Al-Barru ُّ‫ْالبَر‬ Yang Maha Penderma
80 At-Tawwabu ُ‫التَّوَّاب‬ Yang Maha Penerima Tobat
81 Al- ‫ْال ُم ْنتَقِ ُم‬ Yang Maha Penuntut Balas
Muntaqimu
82 Al-`Afuwwu ‫ْال َعفُ ُّو‬ Yang Maha Pemaaf
83 Ar-Ra’ûfu ُ‫الرَُّؤ وْ ف‬ Yang Maha Pengasih
84 Mâlikul- ِ ‫ك ْال ُم ْل‬
‫ك‬ ُ ِ‫َمال‬ Yang Maha Penguasa
mulki Kerajaan (Alam Semesta)
85 Dzul-Jalâli ‫ُذوْ ْال َجاَل ِل َوااْل ِ ْك َر ِام‬ Yang Maha Pemilik
wal-Ikram Kebesaran dan Kemuliaan
86 Al-Muqsithu ُ‫ْال ُم ْق ِسط‬ Yang Mahaadil
87 Al-Jâmi`u ‫ْال َجا ِم ُع‬ Yang Maha Mengumpulkan
88 Al-Ghaniyyu ‫ْال َغنِ ُّي‬ Yang Maha Berkecukupan
89 Al-Mughnî ‫ْال ُم ْغنِ ْي‬ Yang Maha Memberi
Kekayaan
90 Al-Mâni`u ‫ْال َمانِ ُع‬ Yang Maha Mencegah

7
91 Adl-Dlâru ‫الضَّا ُر‬ Yang Maha Memberi
Derita
92 An-Nâfi`u ‫النَّافِ ُع‬ Yang Maha Memberi
Manfaat
93 An-Nûru ‫النُّوْ ُر‬ Yang Maha Bercahaya
(Menerangi, Memberi
Cahaya)
94 Al- ْ‫ْالهَا ِدي‬ Yang Maha Pemberi
Hâdî Petunjuk
95 Al- ‫ْالبَ ِد ْي ُـع‬ Yang Maha Pencipta
Badî`u
96 Al-Bâqî ‫ْالبَاقِ ْي‬ Yang Mahakekal
97 Al- ‫ث‬ ِ ‫ْال َو‬
ُ ‫ار‬ Yang Maha Pewaris
Wâritsu
98 Ar-Rasyîdu ‫َّش ْي ُد‬
ِ ‫الر‬ Yang Mahapandai
99 َّ ‫ال‬
Ash-Shabûru ‫صبُوْ ُر‬ Yang Mahasabar
Sumber: Mahbib Khoiron, “Tabel 99 Asmaul Husna dan Artinya” (On-line),
tersedia di https://islam.nu.or.id/ubudiyah/99-asmaul-husna-dan-artinya-1T8jl
(12 Januari 2023).

Akan tetapi, walaupun nama yang dipilih berdasarkan Asmaul Husna


semuanya memiliki arti yang bagus, para orangtua juga harus memperhatikan
makna dari setiap nama yang tertera dalam daftar tersebut. Sebab, beberapa
nama dalam daftar Asmaul Husna merupakan nama-nama yang
diperuntukkan hanya kepada Allah SWT dan tidak seharusnya dipakai oleh
makhluk ciptaan-Nya.

Contoh nama-nama yang tidak sah hukumnya digunakan oleh


pengikut-Nya ialah Ar-Rahman (Maha Pengasih), Al-Khaliq (Maha Pencipta),
Al-Bari (Maha Melepaskan), Al-Qayyum (Maha Mandiri), Ar-Razzaq (Maha
Pemberi Rezeki), Ash-Shamad (Maha Dibutuhkan atau tempat meminta), Al-
Ahad (Maha Esa), Al-Mutakabbir (Maha Megah), Al-Maliku (Maha Merajai/

8
Memerintah), Malikul mulki (Maha Penguasa Kerajaan atau semesta), dan
lain-lain.3

Adapun nama-nama yang paling difavoritkan Allah dari semuanya


ialah Abdullāh dan Abdurraḩmān karena kedua nama ini merujuk pada arti
“penghambaan”. Namun, pada bagian belakang nama tersebut juga dapat
diberikan sandaran yang mengandung makna yang bagus , misal: Abdul Aziz.
Abdul berarti hamba, sedangkan Aziz berarti gagah. Jika digabungkan, maka
nama Abdul Aziz memiliki arti hamba Allah yang gagah.

Difavoritkannya nama Abdullāh dan Abdurraḩmān terbukti dengan adanya


sabda dari Nabi Muhammad yang berbunyi:

‫ِإ َّن َأ َحبَّ َأس َماِئ ُك ْم ِإلَى هَّللا ِ عَب ُدهَّللا ِ َو عَب ُد الرَّحْ َم ِن‬

“Sesungguhnya nama yang paling dicintai Allah adalah Abdullah dan


Abdurrahman.”4

2. Menghindari nama-nama yang diharamkan

Selain memberikan anjuran yang baik perihal dengan pemberian


nama, Rasullah SAW juga menetapkan beberapa jenis nama yang patut
dihindari penggunaannya. Jika ada umat Muslim yang menamai anak-
anaknya dengan nama-nama ini, maka umat tersebut sejatinya telah
melanggar perintah Allah dan berbuat dosa. Berikut merupakan jenis-jenis
nama yang dinyatakan haram penggunaannya dalam agama Islam, yakni
sebagai berikut:

a. Nama-nama kaum kafir

Kaum kafir ialah mereka yang bukan merupakan penganut agama Islam (non-
Muslim), misalnya para Yahudi yang pada zaman Romawi pernah terlibat
perang dengan kaum Islami. Oleh sebab itu, nama-nama yang mengandung

3
Herawati Ningsih, “Asmaul Husna Allah SWT untuk Nama Anak, Bolehkah?” (On-line), tersedia di
https://www.ayobandung.com/umum/pr-793414461/asmaul-husna-allah-swt-untuk-nama-anak-
bolehkah?page=2 (12 Januari 2023).
4
Muslim bin Hajjāj Al-Naisābūri, Shahīh Muslim (Beirut: Dār Ihyā Al-Turāts Al- ‘Arabi, 1991), hlm.
1682.

9
bahasa asing, khususnya yang bersifat kebarat-baratan seringkali dianggap
sebagai nama yang haram digunakan oleh kaum Muslim.

Contoh: Michael, Audrey, Christian, Fred, dll.

b. Nama-nama makhluk ghoib atau setan

Contoh: - Walhan dan Honzab (setan yang suka mengganggu saat salat)

- Khobaaits dan Khubuts (setan yang mengganggu di kamar mandi)

- Ghilan atau Ghul (setan yang suka menakuti)5

c. Nama-nama patung atau berhala atau benda yang mengandung


penyembahan kepada selain Allah SWT (ubudiyyah)6

Contoh: - Abdur Rasul = hamba Rasul

- Abdun Nabi = hamba Nabi

- Abdul Uzza = hamba Al-Uzza atau berhala

- Abdus Syamsu = hamba matahari

- Abdul Kabah = hamba Kabah7

d. Nama-nama yang mengandung pujian terhadap diri sendiri (tazkiyyah)

Contoh: Malakul Amlak (rajanya diraja), Rabah (untung), Najah (sukses),


Aflah (menang), Yasar (kaya).8

e. Nama-nama yang merujuk pada perbuatan nafsu (syahwat)

Contoh: Amah (hamba suruhan perempuan), Ghāwiyah (yang sesat,


mengikuti nafsu), Ңasīdah (yang hasad), Wişaal (berhubungan badan),

5
Cynthia Amanda Male, “Jangan Dipakai, Inilah 8 Nama Bayi yang Dilarang dalam Islam” (On-line),
tersedia di https://www.dream.co.id/stories/jangan-dipakai-inilah-8-nama-bayi-yang-dilarang-dalam-
islam-210524n.html (13 Januari 2023).
6
Ujang Andi Yusuf, “Hak Pemberian Nama Anak dalam Tinjauan Hukum Islam,” Al-Mashlahah:
Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam, vol.8, no.1 (Mei 2020), hlm.169.
7
Cynthia Amanda Male, op.cit.
8
Fiqih Rahmawati, “6 Larangan Bagi Muslim saat Memberikan Nama pada Buah Hati” (On-line),
tersedia di https://akurat.co/6-larangan-bagi-muslim-saat-memberikan-nama-pada-buah-hati (13
Januari 2023).

10
Syadiyah (biduanita), Ahlām (mimpi basah), Zānī (lelaki pezina), Zāniyah
(pezina perempuan), Wātī (persetubuhan).

f. Nama perbuatan-perbuatan jelek atau perbuatan-perbuatan maksiat

Contoh: - Khāli’ah (yang tidak segan mengikuti hawa nafsu)

- La’īnah (yang terkutuk)

- Āsifah (yang menyesal)

g. Nama-nama orang fasik yang sudah hilang rasa malunya, seperti nama para
artis atau aktor, penari ular atau figuran.9

3. Menghindari nama-nama yang dimakruhkan

Makruh dalam agama Islam berarti segala perbuatan yang tidak


dianjurkan oleh Allah SWT bagi penyembah-Nya untuk dilakukan dan ada
baiknya juga ditinggalkan, akan tetapi jika dilakukan tidak akan dinyatakan
berdosa. Berikut beberapa jenis nama yang dinyatakan makruh oleh Allah
SWT:

a. Nama yang mengandung makna buruk atau jelek

Nabi Muhammad SAW melarang pemilihan nama anak yang memuat arti
yang jelek karena nama yang buruk dapat menyebabkan anak tersebut
mendapat ejekan atau olokan dari orang-orang. Dengan menghindari nama
yang jelek, maka anak tersebut dapat memperoleh penghormatan dari
lingkungan sekitarnya. Contoh nama yang mengandung arti buruk adalah
Ashiyah yang memiliki arti anak durhaka.

b. Nama para pemimpin tirani, misal: Firaun, Qarun, Haman.

c. Nama-nama hewan yang telah dikenal akan sifat-sifat jeleknya, misal:


Hanasy (lalat), Kalbun (anjing), Kulaib (anjing kecil), Himar (keledai), dan
lain-lain10

9
Yahya Bin Said Ali Syalwa, Wahai Ayah dan Ibu, Didiklah Anakmu (Yogyakarta: Menara Kudus,
2003), hlm. 46-47.
10
Ibid.

11
d. Nama-nama dengan sifat-sifat yang mirip dengan lafaz al-dīn dan al-islām,
misal: Nurruddin, Dliyauddin, Saiful Islam, dll.11

e. Nama-nama ganda

Nama ganda merupakan nama seseorang yang terdiri dari 2 suku kata seperti
contohnya Muhammad Ahmad. Nama Ahmad tidak mengandung unsur nama
keluarga sehingga kedua nama tersebut, yaitu Muhammad dan Ahmad
sekaligus dimiliki oleh 1 orang.12

f. Nama-nama surat dalam Al-Qur’an, misal: Yāsīn, Thāhā, Hā’Mīm, dan


lainnya.13

4. Memilih waktu yang baik saat penamaan anak

Tidak hanya melakukan pemilihan terhadap nama yang bagus, tetapi


para orangtua juga disarankan untuk memberikan nama kepada anaknya di
waktu yang tepat agar peristiwa penamaan anak tersebut membawa pahala.
Berdasarkan Sunnah dari Allah SWT, terdapat tiga masa yang disarankan
untuk memberikan nama kepada anak, yakni:

a. Di kala kelahiran anak tersebut ataupun ketika anak tersebut baru saja
dilahirkan;

b. Tiga sampai tujuh hari setelah hari kelahiran anak tersebut; dan

c. Di hari ke-7 setelah hari kelahiran anak tersebut.

2.2 Hak dan Kewajiban Orangtua Memberi Nama Anak

Pada saat seorang anak lahir, maka ia wajib diberikan nama oleh orangtuanya
sendiri agar ia kelak bisa mengenal dirinya sendiri dan dikenal oleh orang lain dalam
hidupnya. Sebuah pasangan yang telah mendapatkan anugerah anak dari Allah SWT
harus melakukan beberapa ritual syukuran untuk menyambut kehadiran sang buah

11
Ujang Andi Yusuf, op.cit. hlm.167.
12
Abu Muhammad Abdurrahman Sarijan, “Etika Memberi Nama Anak dalam Islam” (On-line),
tersedia di http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/permata-hati/etika-memberi-nama-anak-dalam-
islam/ (13 Januari 2023).
13
Ibid.

12
hati seperti membacakan kalimat adzan kepada bayi tersebut, mencukur rambut bayi
tersebut pada hari ke-7, menyembelih hewan kambing (aqiqah), dan memberikan
nama pada anak tersebut. Maka dari itu, pemberian nama tak dapat dipungkiri
menjadi salah satu peristiwa penting yang terjadi pasca seseorang mengalami
kelahiran di dunia. Pedoman ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan Imam
Tirmidzi yang berbunyi:

‫(اخرجــه‬.ُ‫ق َرْأ ُسـه‬ َّ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ْالغُاَل ُم ُمرْ تَهَ ٌن بِ َعقِيقَتِ ِه ي ُْذبَ ُـح َع ْنـهُ يَــوْ َم‬
ُ ‫السـابِ ِع َوي َُسـ َّمى َويُحْ لَـ‬ َ ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬
َ َ‫ق‬
)‫الترمذي في كتاب االضاحي‬

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujr berkata, telah mengabarkan kepada
kami Ali bin Mushir dari Isma'il bin Muslim dari Al Hasan dari Samurah ia berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang anak laki-laki itu
tergadai dengan akikahnya yang disembelih pada hari ketujuh, pada hari itu ia
diberi nama dan dicukur rambutnya."14

a. Hak dan kewajiban seorang ayah

Dalam agama Islam, seorang bapak atau ayah memiliki hak dan tugas dalam
menjaga rumah tangganya. Sesuai dengan hadits berikut yang mengatakan:

"Anak-anak memiliki tiga hak atas ayah mereka. Yang pertama adalah
mereka diberi nama baik. Yang kedua, mereka diberikan pendidikan yang
baik; dan yang terakhir, mereka dibantu memilih pasangan yang baik." (HR.
Ibnu Najjar)15

Maka, dapat disimpulkan bahwa salah satu hak seorang bapak dalam keluarga
juga berlaku dalam hal pemberian nama pada anak. Namun, pada kasus
tertentu, jika terdapat perbedaan pendapat mengenai persoalan nama antara si
ibu dan si bapak dari anak tersebut, maka pendapat ayah yang lebih
diutamakan karena ialah yang bertanggung jawab menamai anaknya. Tetapi,

14
Makalah.co.id, “Makalah Pentingnya Pendidikan Anak” (On-line), tersedia di
http://www.makalah.co.id/2016/10/makalah-pentingnya-pendidikan-anak.html (13 Januari 2023).
15
Nanda Djohan, “Agar Berkah, Ini Adab Memberi Nama Anak dalam Islam, Moms!” (On-line),
tersedia di https://motherandbeyond.id/read/19397/agar-berkah-ini-adab-memberi-nama-anak-dalam-
islam-moms (13 Januari 2023).

13
permasalahan ini alangkah baiknya diselesaikan dengan kesepakatan hasil
musyawarah dan dalam kondisi yang damai.

b. Nama menunjukkan nasab ayah

Selain sebagai identitas diri, nama secara langsung juga menunjukkan dari
garis keturunan mana anak tersebut berasal. Menurut syariat Islam mengenai
penamaan anak, nama anak biasanya mengikuti nama bapaknya atau
dinisbatkan pada ayahnya. Sebagaimana yang tertera sesuai dengan sabda
Allah dalam Muhyiddin Dhib, Lawami’ al-Anwar, hlm.146:

‫ فاحسنوا اسمائكم‬،‫ انكم تدعون يوم القيامة باسماءكم واسماء آبائكم‬:‫قال رسول هللا صل هللا عليه و سلم‬.

“Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama


kalian dan nama bapak kalian, maka perbaguslah nama kalian.”16

Dan firman Allah dalam Al Quran;

“Panggillah mereka (anak–anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak–


bapak mereka: Itulah yang lebih adil pada sisi Allah.” ( QS Al Ahzab: 5)17

Dalam melakukan pemberian nama, seorang ayah juga wajib menambahkan


nama bin jika anaknya adalah seorang laki-laki dan menambahkan nama binti
jika anaknya adalah seorang perempuan. Hukum ini bersifat wajib walaupun
suatu hari nanti jika sang ayah sudah meninggal dunia, bercerai dengan
ibunya, ataupun tidak ikut membesarkan sang anak dalam hidupnya.18

16
Kertajaticintaaulia.blogspot.com, “Hakekat Sebuah Nama dalam Islam” (On-line), tersedia di
https://nurussyahid.blogspot.com/2013/11/kejujuran-modal-dalam-menuju-segala.html (13 Januari
2023).
17
Siti Aisyiah, “Ajaran Islam dalam Menamai Anak: Penyandaran Nama kepada Ayah” (On-line),
tersedia di https://suaramuslim.net/ajaran-islam-dalam-menamai-anak-penyandaran-nama-anak-
kepada-ayah/ (13 Januari 2023).

18
Nanda Djohan, op.cit.

14
2.3 Permasalahan dalam Pemberian Nama Anak

Seiring dengan perkembangan zaman dan dunia, pemilihan nama anak


menjadi sebuah tantangan bagi sebagian orangtua, terlebih lagi karena adanya
globalisasi yang melahirkan tren-tren baru di kalangan masyarakat. Tidak hanya
berdampak dalam bidang-bidang tertentu, arus globalisasi nyatanya juga
mempengaruhi gaya hidup masyarakat, yang dimana dapat dibuktikan dengan
munculnya nama-nama anak yang semakin unik dan abstrak di beberapa tahun ini.
Hal ini dilakukan agar nama yang diberikan kepada anak tidak hanya terdengar
keren, tetapi juga terkesan gaul dan tidak ketinggalan zaman. Para orangtua bahkan
berlomba-lomba memikirkan nama yang unik untuk anaknya. Selain itu, beberapa
waktu ini juga sering ditemui nama-nama anak yang tersusun dari banyak susunan
kata. Tidak seperti zaman dahulu dimana kebanyakan anak hanya memiliki 1-2 suku
kata dalam nama mereka, anak zaman sekarang umumnya malah diberikan 3-5 suku
kata oleh orangtuanya.

Munculnya tren-tren penamaan anak ini tentunya juga memberikan


permasalahan dalam pengurusan dokumen pribadi, seperti pengurusan pembuatan
KTP, paspor, SIM, STNK, dll. Menurut Dirjen Dukcapil Kemendagri, Prof Zudan
Arif Fakrulloh, berdasarkan basis data kependudukan (SIAK), terdapat nama-nama
yang jumlah huruf terlalu banyak, panjang melebihi ketentuan karakter pada aplikasi
dan formulir dokumen kependudukan.
Contoh: Ikajek Bagas Paksi Wahyu Sarjana Kesuma Adi, Emeralda Insani Nuansa
Singgasana Pelangi Jelita Dialiran Sungai Pasadena.19 Untuk menjawab persoalan
ini, Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia (Kemendagri) pada tahun 2022
lalu kemudian mengeluarkan peraturan baru mengenai syarat pemberian nama bagi
anak. Peraturan tertulis ini tertuang dalam:
Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 73 Tahun 2022
 Pasal 4 ayat (2):

Pencatatan Nama pada Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dengan memenuhi persyaratan:

a. mudah dibaca, tidak bermakna negatif, dan tidak multitafsir;


19
Kumparan News, “Dirjen Dukcapil Jelaskan Dampak Nama Terlalu Panjang atau Disingkat” (On-
line), tersedia di https://kumparan.com/kumparannews/dirjen-dukcapil-jelaskan-dampak-nama-terlalu-
panjang-atau-disingkat-1y8Ltgab3m4/full (14 Januari 2023).

15
b. jumlah huruf paling banyak 60 (enam puluh) huruf termasuk spasi; dan

c. jumlah kata paling sedikit 2 (dua) kata.

 Pasal 5 Ayat (1):


Tata cara Pencatatan Nama pada Dokumen Kependudukan meliputi:
a. menggunakan huruf latin sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia;
b. nama marga, famili atau yang disebut dengan nama lain dapat
dicantumkan pada Dokumen Kependudukan; dan
c. gelar pendidikan, adat dan keagamaan dapat dicantumkan pada kartu
keluarga dan kartu tanda penduduk elektronik yang penulisannya dapat
disingkat.20

Dengan diundangkannya peraturan ini, Kemendagri mengharapkan agar ke depannya


masyarakat lebih memperhatikan kaidah-kaidah penamaan pada saat merencanakan
nama sang buah hati. Selain untuk mempermudah pengejaan, nama yang sesuai
dengan syarat-syarat tersebut juga dapat mencegah hambatan dan kerumitan yang
bersangkutan dengan masalah pengurusan dokumen.

BAB III
KESIMPULAN

Selain untuk memenuhi kewajiban pemberian nama pada anak, orangtua


khususnya ayah, memiliki hak utama dalam menamai anaknya. Akan tetapi, sebelum
melakukan penamaan anak, orangtua wajib mempertimbangkan makna dari nama
tersebut karena nama tidak hanya menjadi identitas seseorang, tetapi juga menjadi
ciri penanda yang melekat pada anak tersebut dari sejak ia lahir sampai ia wafat.
Dalam agama Islam, terdapat beberapa syariat dan larangan yang diberikan Allah
SWT bagi umat-Nya tentang pemberian nama.
Tidak hanya mengikuti petunjuk Allah ketika memberi nama anak, para orangtua
Muslim juga harus mengikuti peraturan penamaan yang telah dikeluarkan oleh
pemerintah dengan tujuan agar nama yang dipilih tidak menimbulkan masalah

20
JDIH BPK RI, “Peraturan Nama pada Dokumen Kependudukan” (On-line), tersedia di
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/210274/permendagri-no-73-tahun-2022 (14 Januari 2023).

16
nantinya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa nama memiliki peran yang penting dalam
hidup manusia dan oleh sebab itu, perencanaan sebuah nama perlu dilakukan dengan
penuh pertimbangan dan serius.

17
DAFTAR PUSTAKA

Tafsirq. “Surat Maryam Ayat 7” (On-line). Tersedia di

https://tafsirq.com/19-maryam/ayat-7 (12 Januari 2023).

Khoiron, Mahbib. “Tabel 99 Asmaul Husna dan Artinya” (On-line). Tersedia di


https://islam.nu.or.id/ubudiyah/99-asmaul-husna-dan-artinya-1T8jl (12
Januari 2023).

Ningsih, Herawati. “Asmaul Husna Allah SWT untuk Nama Anak, Bolehkah?” (On-
line). Tersedia di
https://www.ayobandung.com/umum/pr-793414461/asmaul-husna-allah-
swt-untuk-nama-anak-bolehkah?page=2 (12 Januari 2023).

Bin Hajjāj Al-Naisābūri, Muslim. Shahīh Muslim. Beirut: Dār Ihyā Al-Turāts Al-
‘Arabi, 1991.

Amanda Male, Cynthia. “Jangan Dipakai, Inilah 8 Nama Bayi yang Dilarang dalam
Islam” (On-line). Tersedia di https://www.dream.co.id/stories/jangan-
dipakai-inilah-8-nama-bayi-yang-dilarang-dalam-islam-210524n.html (13
Januari 2023).

Andi Yusuf, Ujang. “Hak Pemberian Nama Anak dalam Tinjauan Hukum Islam.”
Al- Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam. Vol.8, no.1
(Mei 2020). Hlm. 169.

Rahmawati, Fiqih. “6 Larangan Bagi Muslim saat Memberikan Nama pada Buah
Hati” (On-line). Tersedia di https://akurat.co/6-larangan-bagi-muslim-saat-
memberikan-nama-pada-buah-hati (13 Januari 2023).

Bin Said Ali Syalwa, Yahya. Wahai Ayah dan Ibu, Didiklah Anakmu. Yogyakarta:
Menara Kudus, 2003.

Muhammad Abdurrahman Sarijan, Abu. “Etika Memberi Nama Anak dalam Islam”
(On-line). Tersedia di http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/permata-
hati/etika-memberi-nama-anak-dalam-islam/ (13 Januari 2023).

18
Makalah.co.id. “Makalah Pentingnya Pendidikan Anak” (On-line). Tersedia di
http://www.makalah.co.id/2016/10/makalah-pentingnya-pendidikan-
anak.html (13 Januari 2023).
Djohan, Nanda. “Agar Berkah, Ini Adab Memberi Nama Anak dalam Islam, Moms!”

(On-line). Tersedia di https://motherandbeyond.id/read/19397/agar-berkah-


ini-adab-memberi-nama-anak-dalam-islam-moms (13 Januari 2023).

Kertajaticintaaulia.blogspot.com. “Hakekat Sebuah Nama dalam Islam” (On-line).


Tersedia di https://nurussyahid.blogspot.com/2013/11/kejujuran-modal-
dalam-menuju-segala.html (13 Januari 2023).

Aisyiah, Siti. “Ajaran Islam dalam Menamai Anak: Penyandaran Nama kepada

Ayah” (On-line). Tersedia di https://suaramuslim.net/ajaran-islam-dalam-


menamai-anak-penyandaran-nama-anak-kepada-ayah/ (13 Januari 2023).

Kumparan News. “Dirjen Dukcapil Jelaskan Dampak Nama Terlalu Panjang atau

Disingkat” (On-line). Tersedia di


https://kumparan.com/kumparannews/dirjen-dukcapil-jelaskan-dampak-
nama-terlalu-panjang-atau-disingkat-1y8Ltgab3m4/full (14 Januari 2023).

JDIH BPK RI. “Peraturan Nama pada Dokumen Kependudukan” (On-line). Tersedia
di https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/210274/permendagri-no-73-
tahun-2022 (14 Januari 2023).

19

Anda mungkin juga menyukai