Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

ANALISIS MA’ANI TENTANG PERUBAHAN NAMA

A. Esensi Sebuah Nama Dalam Pandangan Islam

‫َو َم ا َخ َلْقُت اْلِج َّن َو اإلْنَس ِإال ِلَيْعُبُد وِن‬


“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka
menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56) .1

Sebagaimana halnya manusia diciptakan untuk menyembah dan mengabdi

kepada Allah Swt, begitupula segala hal didunia ini tercipta dengan Esensi yang

sama. Yaitu untuk berdzikir, beribadah dan menyembah hanya padaNya. Maka

namapun layaknya memiliki maksud dan tujuan untuk beribadah kepadanya.

Sebagaimana telah ditetapkan di dalam agama mengenai nama yang akan diberikan

kepada sang anak. Manusia adalah makhluk Allah Swt. Yang paling sempurna,

karena itu pula Islam memberikan aturan dalam pemberian nama kepada anak.

Mengapa hal ini diatur? Tentu sebagai bentuk memuliakan seorang makhluk

yang proses penciptaannya sedemikian unik dan diberikan kelebihan dari pada

makhluk ciptaan lainnya. Pertama kita bahas apa alasan Islam mengatur hal ini?

Karena kita sebagai makhluk ciptaan-Nya dengan derajat tertinggi, rupa yang telah

diciptakan sedemikian indahnya, patut kiranya kalau kita harus mematuhi apa yang

diperintahkan Allah swt. kepada kita, yakni menggunakan panggilan yang baik

terhadap semua makhluk terutama manusia.

1
Kementerian Agama Republik Indonesia, Alquran dan Terjemahnya...,

52
53

‫إَّنُك ْم ُتْد َعْو َن َيْو َم الِقياَم ِة بأْسمائُك ْم وأسماِء آباِئُك ْم فأْح ِس ُنوا أْسماَء ُك ْم‬
“Sesungguhnya kamu kelak pada hari kiamat akan dipanggil dengan nama-
namamu dan nama-nama ayah-ayahmu, maka perindahkan namamu.” (H.R. Abu
Dawud dan Ibnu Hibban)2

Demikian dalam Fatwa Syabakah Islamiyyah dijelaskan bahwa seseorang akan

dipanggil sesuai namanya dan dinisbatkan pada nasab bapaknya

‫ِﺋ‬ ‫ِﻘ ِﺔ‬


‫َﻓﺎﻟَّﻈﺎﻫُﺮ – َﻭﺍﻟَّﻠُﻪ َﺗَﻌﺎﻰَﻟ َﺃْﻋ َﻠُﻢ – َﺃَّﻥ ﺍﻟّﻨﺎَﺱ َﻳْﻮ َﻡ ﺍﻟ َﻴﺎَﻣ َﻳْﺪ ُﻋْﻮ َﻥ ِﺑَﺄَﻤْﺳﺎ ِﻬ ْﻢ َﻣ ْﻨُﺴ ْﻮ ِﺑَﻦْﻴ‬

‫ِﻬِﺗ‬ ‫ِﺋِﻬ‬
‫ِﺇﻰَﻟ ﺁَﺑﺎ ْﻢ َﻻ ِﺇﻰَﻟ ُﺃَّﻣَﻬ ﺎ ْﻢ‬

“Pendapat yang kuat -wallahu a’lam- bahwa manusia pada hari kiamat akan
dipanggail sesuai dengan nama merrka (di dunia) dan dinisbatkan pada bapak
mereka, bukan pada ibunya.”(Fatawa no. 20374)3

‫الَّرْح َم ِنَع ْبُد َو الَّلِهَع ْبُد الَّلِهِإَلىَأْس َم اِئُك ْم َأَح َّبِإَّن‬

“Nama-nama yang paling disukai Allah Ta’ala ialah ‘Abdullah dan


‘Abdurrahman.” (H.R. Muslim, Abu Dawud, al-Tirmidzi, dan Ibnu Umar Ra)4

Dari hadits-hadits di atas dapat kita lihat bagaimana Nabi Muhammad saw.

sendiri memberikan perhatian khusus dalam masalah pemberian nama kepada

seorang anak. Tak lain tujuan tersebut adalah untuk memuliakan Manusia tersebut

dan beribadah kepada Allah Swt.

2
Abdul Aziz Salim Basyarahil, Nama-nama Islam Indah dan Mudah, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1998), 15.
3
Syabakah IslamiyyahFatawa no. 20374
4
Abdul Aziz Salim Basyarahil, Nama-nama..., 15.
54

Seiring berjalannya waktu, dunia semakin berkembang, kesibukan manusia

semakin beragam, sehingga waktu untuk mempelajari apa yang diajarkan oleh agama

sepertinya mulai berkurang bahkan tidak ada lagi. Tren nama-nama barat mulai

merebak dikalangan masyarakat saat ini. Para orang tua mulai tertarik dengan nama-

nama yang jauh dari yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Bahkan banyak yang

mulai menganggap nama-nama yang berbau Islami itu Kuno.

Suatu kenyataan yang memperihatinkan bahwa sebagian kaum muslimin diliputi

perasaan minder dan malu untuk memberi nama anaknya dengan nama Islami.

Karena ingin mengikuti zaman banyak orang tua yang sudah tak memperdulikan

esensi dari sebuah nama yang akan disandang oleh anak-anak mereka.

Esensi dari nama-nama yang bertujuan untuk menghamba dan mencari ridha

Allah Swt. Kini mulai ternodai oleh nama-nama yang bahkan bukan berasal dari

negara sendiri. Nama-nama yang hanya terdengar enak dan tanpa tahu sama sekali

maksud dan arti dari nama-nama asing tersebut. Sesungguhnya metode penamaan

anak tidaklah cukup hanya didasari perasaan subyektif bahwa nama itu indah, bagus

dan enak didengar saja, tetapi yang benar adalah nama yang sesuai dengan tuntunan

syari’at.
55

B. Urgensi pergantian nama menurut Hadits

Nama adalah ciri atau tanda, maksudnya adalah orang yang diberi nama dapat

mengenal dirinya atau dikenal oleh orang lain. Dalam Al-Qur’anul Kariim

disebutkan:

‫َيا َزَك ِر َّيا ِإَّنا ُنَبِّش ُر َك ِبُغاَل ٍم اُمْسُه ْحَيىَي ْمَل ْجَنَعل َّلُه ِم ن َقْبُل ِمَس ًّيا‬

“Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan


(beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah
menciptakan orang yang serupa dengan dia” (QS. Maryam: 7).

Adakalanya anak sudah terlanjur diberi nama dengan nama yang kurang baik

atau maknanya kurang jelas. Kejadian seperti ini seringkali disebabkan orangtua

tidak memahami pentingnya sebuah nama. Atau, ketika menetapkan pemberian nama

kurang teliti memilih nama yang baik. Dalam keadaan seperti ini, nama anak bisa

diganti dengan yang lebih baik. Sebagaimana halnya yang sudah dijelaskan bahwa nama

itu sangatlah penting. Nama adalah harga diri manusia. Maka dari itu, jangan sampai

namakitabermakna buruk. Terdapat sebuah ungkapan bahwa, “Jika nama tidak dapat

dihormati, apalagi orangnya.”5

Nama yang diberikan kepada seseorang memiliki arti, arti sebuah nama

terkadang memiliki hubungan dengan pemilik nama bahkan memiliki hubungan

dengan perilaku dan perbuatan. Ibnu Qoyyim menyebutkan bahwa secara umum,

akhlak, perilaku, dan perbuatan yang buruk mengarah pada nama-nama yang buruk

5
Abū Dāwūd Sulaimān bin Al-Asy‟aś as-Sijistānī al-Azdī, op. cit,
56

juga. Sebaliknya, perilaku yang bagus mengarah pada nama-nama yang bagus pula 6.

Sebagaimana yang terjadi pada nama-nama berupa kata sifat, terjadi pula pada nama-

nama berupa kata benda. Ibnu Qoyyim mencontohkan pula hubungan ini dengan

Rasulullah SAW dinamai Muhammad dan Ahmad melainkan karena beliau banyak

melakukan hal-hal yang terpuji. Karenanya, Liwa al-hamd (bendera pujian) berada

dalam genggamannya. Umat beliau pundisebutal-Hammadun(orang-orang yang

terpuji),beliau adalahmakhluk yang paling agung.

Untuk melihat pengaruh nama terhadap pemilik nama tersebut, ada hadits hadits

yang diriwayatkan oleh Sa`id bin al-Musayyab,

‫َح َّد َثَنا ِإْبَر اِه يُم ْبُن ُموَس ى َح َّد َثَنا ِه َش اٌم َأَّن اْبَن ُج َر ْيٍج َأْخ َبَر ُه ْم َق اَل َأْخ َبَر يِن َعْب ُد‬
‫ِع ِد‬ ‫ِم ِد‬
‫اَحْل ي ْبُن ُجَبِرْي ْبِن َش ْيَبَة َق اَل َج َلْس ُت ِإىَل َس ي ْبِن اْلُم َس َّيِب َفَح َّد َثيِن َأَّن َج َّد ُه‬
‫ِمْس‬ ‫َّل َّل ِه َّل‬ ‫ِد‬
‫َح ْز ًنا َق َم َعَلى الَّنِّيِب َص ى ال ُه َعَلْي َو َس َم َفَق اَل َم ا اُمْسَك َقاَل ا ي َح ْز ٌن َقاَل َبْل‬

‫َأْنَت َس ْه ٌل َقاَل َم ا َأَنا ُمِبَغٍرِّي اًمْسا َّمَساِنيِه َأيِب َقاَل اْبُن اْلُم َس َّيِب َفَم ا َز اَلْت ِفيَن ا اُحْلُز وَنُة‬

‫َبْع ُد‬
Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Musa telah menceritakan kepada
kami Hisyam bahwa Ibnu Juraij telah mengabarkan kepada orang-orang, katanya;
telah mengabarkan kepadaku Abdul Hamid bin Jubair bin Syaibah dia berkata; saya
duduk di hadapan Sa'id bin Musayyab maka dia menceritakan kepadaku,bahwa
kakeknya datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam keadaan sedih,
lalubeliaubertanya;"Siapakahnamamu?"diamenjawab;"Namaku Hazn(sedih),"beliau
6
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Kado Menyambut Si Buah Hati, Terj. Hidayat, Mahfud
(Jakarta: al-Kautsar, 2007, Cet. Pertama) h. 222
57

bersabda:"Bahkan namamu adalah Sahl." Namun dia berkata; "Tidak, aku tidak
akan merubah nama yang pernah di berikan oleh ayahku." Ibnu Musayyib berkata;
"Maka dia masih saja terlihat sedih setelah peristiwa itu”(HR. Bukhari dalam
shahihnya 619).

Pasca pemberian nama bagi anak yang terlahir, sangat memungkinkan

terdapat kesalahan pemberian nama karena keterbatasan informasi atau karena satu

dan lain hal. Penggantian nama dapat dilakukan demi kebaikan entah karena

pengertian yang tidak baik atau tujuan baiklainnya.

Ibnu Qoyyim menyebutkan bahwa Penggantian nama juga dilakukan pada

nama-nama yang pengertiannya baik untuk tujuan yang lain (tidak hanya pada nama

yang pengertiannya tidak baik)7. Misalnya, nama Birrah menjadi; Zainab, karena

khawatir jadi pensucian. ika dikatakan,“Keluarlah seseorang dari Birrah,” atau

“Aku berada di samping Birrah,”makaia berkata,“tidak” 8. Hal ini sebagaimana

disebutkan dalam sebuah Hadits:

‫َح َّد َثَنا َص َدَقُة ْبُن اْلَفْض ِل َأْخ َبَر َن ا َحُمَّم ُد ْبُن َج ْع َف ٍر َعْن ُش ْع َبَة َعْن َعَط اِء ْبِن َأيِب‬

‫َم ْيُم وَنَة َعْن َأيِب َر اِف ٍع َعْن َأيِب ُه َر ْيَر َة َأَّن َز ْيَنَب َك اَن اُمْسَه ا َبَّر َة َفِق يَل ُتَز ِّك ي َنْف َس َه ا‬
‫ِه‬ ‫ِه‬
‫َفَس َّم اَه ا َرُس وُل الَّل َص َّلى الَّلُه َعَلْي َو َس َّلَم َز ْيَنَب‬
Telah menceritakan kepada kami Shadaqah bin Al Fadl telah mengabarkan
kepada kami Muhammad bin Ja'far dari Syu'bah dari 'Atha` bin Abu Maimunah dari
Abu Rafi' dari Abu Hurairah bahwa Zainab nama (aslinya) adalah Barrah, maka
dikatakan kepadanya; "Apakah kamu hendak mensucikankan dirinya?" setelah itu
7
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Kado Menyambut Si Buah Hati, Terj. Hidayat, Mahfud (Jakarta:
Al-Kautsar, 2007, Cet. Pertama) h. 215
8
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Fiqh Bayi, Terj. Sitanggal, H. Anshori Umar (Jakarta: Fikr, 2007,
Cet. Pertama) h.191
58

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menamainya Zainab. "(HR. Bukhari dalam


shahihnya).

Jalan keluar dari hal ini adalah merubah nama-nama tersebut dengan nama-

nama yang disukai (mustahab) atau yang diperbolehkan secara syar’i. Sesungguhnya

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam merubah nama-nama yang mengandung

makna kesyirikan kepada Allah kepada nama-nama Islamiy, dari nama-nama kufur

kepada nama-nama imaniyah.

Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhaiallahu ‘anha, ia berkata:

‫َأِبيِه‬ ‫ِه ِم‬ ‫ِم‬ ‫ِل‬ ‫ِف‬


‫َح َّد َثَنا َأُبو َبْك ِر ْبُن َنا ٍع اْلَبْص ِر ُّي َح َّد َثَنا ُعَمُر ْبُن َع ٍّي اْلُم َق َّد ُّي َعْن َش ا ْبِن ُعْر َو َة َعْن‬

‫ِب‬ ‫اِل‬ ‫ِه‬ ‫ِئ‬


‫َعْن َعا َش َةَأَّن الَّنَّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْي َو َس َّلَم َك اَن ُيَغِّيُر ا ْس َم اْلَق يَح‬

Abu Bakar bin Nafi' Al Bashri menceritakan kepada kami, Umar bin Ali Al
Muqaddami menceritakan kepada kami, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari
Aisyah bahwasanya Nabi SAW pernah merubah namayang buruk. Shahih: Ash-
Shahihah (HR. AT-Tirmidzi).9
Dalam Ahkamul Fuqaha, Keputusan Muktamar ke-8 di Jakarta 12 Muharram,

dijelaskan hukum wajib merubah nama haram dan sunnahnya mengubah nama yang

makruh10. Sebagaimana disbutkan dalam kitab Tanwirul Qulub :

‫ِة‬ ‫ِء‬ ‫ِة‬ ‫ِء‬


‫َو ِجَي ُب َتْغِيْيُر اَألَمْسا اَحملِّر َم َو ُيْس َتَح ُّب َتْغِيْيُر اَألَمْسا اَملْك ُر ْو َه‬

9
Abu Isa Muhamamd ibn Isa al- Tirmizi, Kitab al-J mi‟ al-Tirmidzi, (Beirut; Darul Kutub Ilmiyyah)
Hadist No. 2839
10
Nahdlatul „Ulama Imam Ghazali Said (Editor), Ahkamul Fuqaha – Solusi Problematika Aktual
Hukum Islam Keputusan Muktamar, Munas dan Konbes Nahdlatul Ulama, (Jombang; Lajnah a‟lif
wan Nas r, Diantama, 2012), h.342
59

Mengubah nama-nama yang Haram ituu wajib hukumnya dan nama-nama


yang Makruh itu Sunnah. (Tanwirul Qulub fii Mu’amalati ‘allamul Ghuyub, Syeikh
Muhammad Amin Al-Qurdi)11.

Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kesalahan pemberian nama adalah

masalah klasik yang sudah terjadi dari masa lalu karenanya Mahmud Mahdi mengutip

perkataan Imam Ibnu Qayyim yang berkata, “Telah bertindak gegabah sebagian

orang yang tidak mengerti di dalam memberikan nama kepada anak-anak mereka.

Oleh karena itu, Nabi memberikan petunjuk kepada umatnya dengan mencegah

mereka dari hal-hal yang dapat menjebak mereka memperdengarkan apa yang

dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya.Semuaitu bertujuan agar mereka tidak terjebak

dalam taklid buta dengan memberikan nama yang tidak sesuai dengan apa yang

sesungguhnya mereka inginkan, kepada anak-anak mereka sehingga nantinya

tidak mendatangkankerusakan.”12

Disisi lain, pemberian namayang berlebihan “terlalubaik” juga kerap kali

menimbulkan masalah.Hal inisebagaimana IbnuQayyim berkata,”Memberikan nama

yang baik kepada anak adalah dengan harapan, agar memperoleh kebaikan pada

seluruh sisi kehidupannya. Sementara sebagian orang mengira, bahwa nama yang

diberikan oleh orang tuanya telah sesuai dengan sifat yang dimilikinya, sehingga

iamenjadi bangga dengannya. Mahmud Mahdi menyebutkan bahwa persoalan lain

yang juga sering terjadi adalah, bahwa seseorang menduga kalau nama yang

disandangnya itu terpuji, bahwa dirinya suci dan dapat mengangkat kedudukannya
11
Tanwirul Qulub fii Mu’amalati ‘allamul Ghuyub, Syeikh Muhammad Amin Al-Qurdi, Jamiul huquq
Darul Qolam Al-Arabi. Cetakan pertama, 1991,hal 320
12
Mahmud Mahdi al-Istambuli, Kado Perkawinan, Terj. Ibnu Ibrahim, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007,
Cet. Ke-21) h. 379-381
60

(berlaku ujub).13

C. Hubungan antara fenomena pergantian nama di dalam masyarakat saat

ini dengan Hadits Nabi

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa lazimnya nama yang dicantumkan

dibelakang nama seseorang adalah nama orang tuanya, terutama bapak kandung.

Pencantuman itu ada karena dibubuhi dengan “bin”, “binti”, atau tanpa itu semua.

Ada juga yang menyandingkan namanya dengan nama kedua orang tuanya sekaligus

seperti Abdullah bin Ubay bin Salul. Yang mana Ubay adalah nama Bapaknya, Salul

nama Ibunya, sedangkan namanya sendiri adalah Abdullah.14

Pencantuman nama orang tua di belakang nama anak biasanya dipakai untuk

sejumlah kepentingan. Salah satunya pencantuman nama itu dimaksud untuk

penegasan nasab atau hubungan biologis.Pengubahan nama ini sudah menjadi hal

lumrah pada masa Nabi SAW.contohnya adalah Beliau menyuruh untuk mengubah

nama Āṣiyah menjadi Jamīlah. Alasan pengubahan ini karena Āṣiyah mempunyai

makna buruk dan hal demikian memang sudah semestinya untuk diubah. Kemudian

contoh lain adalah Nabi menyuruh mengubah nama Barrah menjadi Zainab dengan

alasan nama itu bermakna mensucikan diridiri.

Jika kita teliti hadis-hadisnya,Nabi mengubah nama-nama tersebut karena

mempunyai makna yang buruk atau pujian yangberlebihan. Dengan alasan itu, maka

Nabi menganjurkan untuk mengubah nama.Sebagaimana nama Barrah yang diganti


13
Mahmud Mahdi al-Istambuli, Kado Perkawinan, Terj. Ibnu Ibrahim, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007,
Cet. Ke-21) h. 379-381
14
Syeikh Sulaiman Umar al-Jamal, Al-Futuhatul Ilahiyah bi Taudhihi Tafsir Jalalain lid D
q‟iqilKhfiyy h,(Beirut:DarulFikr,2003,JuzIII)h.302
61

oleh nabi karena mengandung penghambaan / pensucian pada diri sendiri yang

tidaklah baik. Seperti disebutkan dalam hadits berikut :

‫َعْن َحُمَّم ِد ْبِن َعْم ِر و ْبِن َعَط اٍء َق اَل َّمَسْيُت اْبَنيِت َبَّر َة َفَق اَلْت يِل َز ْيَنُب ِبْنُت َأيِب َس َلَم َة ِإَّن‬

‫َرُس وَل الَّل ِه َص َّلى الَّل ُه َعَلْي ِه َو َس َّلَم َنَه ى َعْن َه َذ ا ااِل ْس ِم َو ِّمُسيُت َبَّر َة َفَق اَل َرُس وُل الَّل ِه َص َّلى‬

‫الَّل ُه َعَلْي ِه َو َس َّلَم اَل ُتَز ُّك وا َأْنُفَس ُك ْم الَّل ُه َأْع َلُم ِبَأْه ِل اْلِّرِب ِم ْنُك ْم َفَق اُلوا َمِب ُنَس ِّم يَه ا َق اَل ُّمَسوَه ا‬

‫َز ْيَنَب‬
Dari Muhammad bin Amr bin Atha' dia berkata, "Dulu saya member nama anak
perempuan saya Barrah. Kemudian Zainab binti Abu Salama berkata kepada saya,
'Sesungguhnya Rasulullah SAW telah melarang pemberian nama itu. Dulu nama saya
adalah Barrah. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, 'Janganlah kalian menganggap
bersih diri kalian, karena Allah lebih tahu ahli kebaikan di antara kalian. Ketika
para sahabat bertanya,”nama apa yang sebaiknya kami berikan kepadanya?"
Rasulullah SAW langsung menjawab, "Berilah nama Zainab.' {Muslim 6/173-174)

Dalam hadits lain :

‫َعْن ُمَسَر َة ْبِن ُج ْنَد ٍب َق اَل َق اَل َرُس وُل الَّل ِه َص َّلى الَّل ُه َعَلْي ِه َو َس َّلَم َأَح ُّب اْلَك اَل ِم ِإىَل‬
‫ِل ِه‬ ‫ِه‬ ‫ِه‬
‫الَّل َأْر َبٌع ُس ْبَح اَن الَّل َو اَحْلْم ُد َّل َو اَل ِإَلَه ِإاَّل الَّلُه َو الَّلُه َأْك َبُر اَل َيُضُّر َك ِبَأِّيِه َّن َب َد ْأَت‬

‫َو اَل ُتَس ِّم َّنَي ُغاَل َم َك َيَس اًر ا َو اَل َرَباًح ا َو اَل ِجَن يًح ا َو اَل َأْفَلَح َفِإَّنَك َتُق وُل َأَّمَث ُه َو َفاَل‬

‫َيُك وُن َفَيُقوُل اَل ِإَمَّنا ُه َّن َأْر َبٌع َفاَل َتِز يُد َّن َعَلَّي‬
Dari Samurah bin Jundab RA, dia berkata, "Rasulullah SAW telah bersabda,
'Ada empat ucapan yang paling disukai Allah Subhanahu wa Ta'ala: Subhanallah,
wal Hamdulillah, wa laa ilaaha illallahu, wallahu akbar. Tidak berdosa bagimu
dengan yang mana kamu memulai. Selain itu, janganlah kamu member nama anakmu
62

dengan nama : yasar {mudah}, rabah {untung}, najih {berhasil}, atau aflah
{beruntung}. Karena, jika kamu bertanya, "Apakah memang demikian {keadaanmu
sesuai dengan namamu} dan ternyata tidak seperti itu, maka ia akan menjawab,
"Tidak. "Sebenarnya, kalimat yang saya dengar hanya empat dan tidak lebih.
{Muslim 6/172}

Dan dalam Hadits lain disebutkan bahwa Nabi mengganti nama-nama yang

buruk menjadi indah :

‫ِه‬ ‫ِص‬ ‫ِل‬


‫َعْن اْبِن ُعَم َر َأَّن اْبَن ًة ُعَم َر َك اَنْت ُيَق اُل َهَلا َعا َيُة َفَس َّم اَه ا َرُس وُل الَّل َص َّلى الَّل ُه‬

‫َعَلْيِه َو َس َّلَم ِمَج يَلَة‬


Dari Ibnu Umar RA, bahwasanya putri Umar RA semula bernama 'Ashiyah
{yang durhaka}. Setelah itu, Rasulullah pun menggantinya dengan nama Jamilah
{yang cantik}. {Muslim 6/173}

‫ِم ِد‬ ‫يِن‬ ‫ِه‬ ‫ِإ ِه‬


‫َح َّد َثَنا ْبَر ا يُم ْبُن ُموَس ى َح َّد َثَنا َش اٌم َأَّن اْبَن ُج َر ْيٍج َأْخ َبَر ُه ْم َقاَل َأْخ َبَر َعْب ُد اَحْل ي ْبُن‬
‫ِد‬ ‫ِع ِد‬
‫ُجَبِرْي ْبِن َش ْيَبَة َق اَل َج َلْس ُت ِإىَل َس ي ْبِن اْلُم َس َّيِب َفَح َّد َثيِن َأَّن َج َّد ُه َح ْز ًن ا َق َم َعَلى الَّنِّيِب‬
‫َص َّلى الَّل ُه َعَلْي ِه َس َّل َفَق اَل َم ا اُمْسَك َق اَل اِمْس ي َح ْز ٌن َق اَل َب َأْنَت َس ْه َق اَل َم ا َأَنا ُمِبَغٍرِّي‬
‫ٌل‬ ‫ْل‬ ‫َو َم‬

‫اًمْسا َّمَساِنيِه َأيِب َقاَل اْبُن اْلُم َس َّيِب َفَم ا َز اَلْت ِفيَنا اُحْلُز وَنُة َبْع ُد‬
Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Musa telah menceritakan
kepada kami Hisyam bahwa Ibnu Juraij telah mengabarkan kepada orang-orang,
katanya; telah mengabarkan kepadaku Abdul Hamid bin Jubair bin Syaibah dia
berkata; saya duduk di hadapan Sa'id bin Musayyab maka dia menceritakan
kepadaku, bahwa kakeknya datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam
keadaan sedih, lalu beliau bertanya; "Siapakah namamu?" dia menjawab; "Namaku
Hazn (sedih), " beliau bersabda: "Bahkan namamu adalah Sahl." Namun dia
berkata; "Tidak, aku tidak akan merubah nama yang pernah di berikan oleh ayahku."
Ibnu Musayyib berkata; "Maka dia masih saja terlihat sedih setelah peristiwa
itu."(H.R. Bukhari)
63

Sementara itu pada masa yang dianggap modern ini telah lama pula ada mitos

“keberatan nama” dikalangan umat Islam khususnya di negara Indeonesia. Dimana

pada sebagian anak ataupun orang dewas yang diberi nama para sahabat Rasulullah

atau orang-orang saleh seperti para kiyai oleh orang tuanya, mengalami sakit terus

menerus, sering dapat sial atau hal lainnya yang membuat kesehatannya terganggu,

khususnya di masa balita. Sehingga namanya yang indah karena meniru nama para

sahabat atau orang-orang saleh diganti menjadi nama-nama yang jauh dari apa yang

disunnahkan oleh Rasulullah. Hal ini karena adanya anggapan bahwa sang bayi atau

orang tersebut mengalami” keberatan nama” dan tak sanggup menyandang nama

tersebut.

Dalam tradisi Jawa kuno ada istilah “Kabotan Jeneng” atau keberatan nama.

Selain itu ada juga istilah keberatan nama. Dijelaskan oleh ahlu penyempurnaan

nama, Ni Kadek Kristy Hellen Winatasari, S.Psi, M.Ed, menurutnya nama memang

mengandung kekuatan spritual yang berkaitan erat dengan nasib sesorang. “Sebagai

contoh Presiden Joko Widodo (dulu Mulyono) dan Soekarno (dulu Kusno). Masa

kecil Mulyono dan Kusno sakit-sakitan kemudian berganti nama.” Kata Hellen.15

Para sahabat yang telah diganti nama-namanya di dalam Hadits bukan karena

terus sakit-sakitan atau ‘keberatan’ dengan nama tersebut, tapi karena nama-nama

tersebut mengandung dakwaan suci, makna yang buruk atau menyelisihi syari’at.

Sebagian orang tua mengganti nama anaknya karena menururt mereka si anak

15
Kompas, Jernih melihat dunia. Ganti Nama Biar Hidup Lebih Bahagia. Tgl 3/03/2019
64

‘keberatan’ dengan namanya, sehingga terus sakit-sakitan, padahal nama yang

diberikan telah sesuai dengan ajaran Islam.melihat fenomena baru ini yang terjadi di

masa sekarang merupakan masalah yang harus ditemukan jalan keluarnya , tentang

pergantian nama sudah jelas hukumnya boleh asal alasannya sesuai dengan sudah

dijelaskan dan berdasarkan hadis- hadis Rasulullah namun jika pergantian nama

dikaitkan dengan musibah (Sakit), kesialan bahkan firasat buruk maka penulis

berpendapat itu merupakan suatu hal yang berbeda, karena belum ada penjelasan dari

Rasulullah, sahabat, tabiin atau ulama kontemporer mengenai kerkaitan dua hal ini.

Untuk lebih jelasnya mari kita pahami penafsiran dari Ulama terkemukan Ibnu

katsir dalam Firman Allah Swt.:

‫َو ِإْن ُتِص ْبُه ْم َح َس َنٌة‬

Dan jika mereka memperoleh kebaikan. (An-Nisa: 78)

Yaitu kemakmuran dan rezeki yang berlimpah berupa buah-buahan, hasil

pertanian, banyak anak, dan lain-lainnya berupa rezeki. Demikianlah menurut

pendapat Ibnu Abbas, Abul Aliyah, dan As-Saddi.

‫َيُقوُلوا َه ِذِه ِم ْن ِعْنِد الَّلِه َو ِإْن ُتِص ْبُه ْم َس ِّيَئٌة‬


Mereka mengatakan, "Ini adalah dari sisi Allah," dan kalau mereka ditimpa
sesuatu bencana. (An-Nisa: 78)
65

Berupa paceklik, kekeringan, dan rezeki yang kering, atau tertimpa kematian
anak atau tidak mempunyai penghasilan atau lain-lainnya yang merupakan bencana.
Demikianlah menurut pendapat Abul Aliyah dan As-Saddi.

‫َيُقوُلوا َه ِذِه ِم ْن ِعْنِد َك‬


Mereka mengatakan, "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)." (An-Nisa: 78)

Yakni dari sisi kamu, disebabkan kami mengikuti kamu dan memasuki
agamamu. Seperti makna yang terkandung di dalam firman-Nya yang menceritakan
perihal kaum Fir'aun, yaitu:

‫ِص‬ ‫ِذِه‬
‫َفِإَذا َج اَءْتُه ُم اَحْلَس َنُة َقاُلوا َلَنا َه َو ِإْن ُت ْبُه ْم َس ِّيَئٌة َيَّطَّيُر وا ُمِبوَس ى َو َمْن َم َعُه‬
Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata, "Ini
adalah karena (usaha) kami." Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka
lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang mengikutinya. (Al-
A'raf: 131)

Juga semakna dengan apa yang terkandung di dalam firman-Nya:


‫ٍف‬ ‫ِم‬
‫َو َن الَّناِس َمْن َيْع ُبُد الَّلَه َعلى َحْر‬
Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di
tepi. (Al-Hajj: 11), hingga akhir ayat.

Demikian pula yang dikatakan oleh orang-orang munafik, yaitu mereka yang

masuk Islam lahiriahnya, sedangkan hati mereka benci terhadap Islam. Karena itulah

bila mereka tertimpa bencana, maka mereka kaitkan hal itu dengan penyebab karena

mengikuti Nabi Saw. As-Saddi mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: dan jika

mereka memperoleh kebaikan. (An-Nisa: 78) Yang dimaksud dengan al-hasanah

ialah kemakmuran dan kesuburan yang membuat ternak mereka berkembang biak
66

dengan pesatnya —begitu pula ternak kuda mereka— dan keadaan mereka menjadi

membaik serta istri-istri mereka melahirkan anak-anaknya. mereka mengaiakan, "Ini

adalah dari sisi Allah," dan kalau mereka tertimpa sesuatu bencana. (An-Nisa: 78)

Yang dimaksud dengan sayyiah ialah kekeringan (paceklik) dan bencana

yang menimpa harta mereka; maka mereka melemparkan kesialan itu kepada Nabi

Muhammad Saw., lalu mereka mengatakan, "Ini gara-gara kamu." Dengan kata lain,

mereka bermaksud bahwa karena kami meninggalkan agama kami dan mengikuti

Muhammad, akhirnya kami tertimpa bencana ini. Maka Allah Swt. menurunkan

firman-Nya: Katakanlah, "Semuanya (datang) dari sisi Allah." (An-Nisa: 78)

Adapun firman Allah Swt.: Katakanlah, "Semuanya (datang) dari sisi Allah." (An-

Nisa:78) Maksudnya, semuanya itu adalah atas ketetapan dan takdir Allah, Dia

melakukan keputusan-Nya terhadap semua orang, baik terhadap orang yang bertakwa

maupun terhadap orang yang durhaka, dan baik terhadap orang mukmin maupun

terhadap orang kafir, tanpa pandang bulu.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil beberapa poin yaitu:

1. Melibatkan hal buruk pada seseorang merupakan sebuah kesalahan karena

kebaikan dan keburukan semua sudah kehendak Allah. SWT.

2. Musibah merupakan ujian sebagai wujud kasih sayang Allah. SWT

Mengganti nama dari yang sudah baik dengan alasan sakit merupakan

keputusan yang gegabah dan apabila meyakini benar karena sakit maka itu

bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. Karena beliau selalu

memenjatkan doa kepada Allah swt jika terkena sakit atau jika ada sahabat yang
67

terkena penyakit dan bukan mengganti nama orang yang terkena musibah

sebagaimana sabda beliau:

‫ِا‬
‫َو َش َك ا َلْيِه َو ْجًعا ِجَي ْد ُه يِف َج َس ِدِه ُمْنُد‬,‫َو اْس َتْف َتاُه ُعْثَم اُن ْبُن َأيِب الَعاِص َر ِض َي اُهلل َعْنُه‬
‫ ِبا ِم اِهلل‬: ‫ِد َك ُق‬ ‫َد َك َلي الِد ي ْأ ِم‬
‫ُق‬
‫َو ْل‬ ,‫ا‬‫ًث‬ ‫َث‬
‫اَل‬ , ‫ْس‬ ‫َي َمل ْن َج َس َو ْل‬ ‫ َض ْع َي َع‬: ‫َفَق اَل‬, ‫َأْس َلْم‬
‫ِل‬ ‫ِد ِد‬ ‫ِج‬ ‫ِتِه ِم‬ ‫ِبِع ِة ِهلل‬
‫ َأُعوُد َّز ا َو ُقْد َر ْن َشِّر َم اَأ ُد َو ُأَح ا ُر ْك ُر ُه ُمْس ْم‬:‫َس ْبَع َم َّر ات‬
Utsman bin abil ‘ash ra mengadukan sakit yang terdapat dalam tubuhnya
mulai sejak islam . Rasulullah bersabda: “ Letakanlah tanganmu di atas anggota
tubuh yang sakit dan ucapkan dengan nama tuhan tiga kali) aku berlindung dengan
keagungan tuhan dan kekuasaanya dari kejahatan sesuatu yang saya dapat dan saya
takuti (tujuh kali) ( HR.Muslim)

Bagaimana dengan penyakit yang sedang menimpa kamu?RasulullahS AW

ditanya; bagaimana penyakit yang sedang menimpakami,apa balasan bagi kami?

Beliau SAW menjawab": Pelebur dosa'."Abu Sa'id Al Khudri ra bertanya:" Walaupun

sedikit?" Beliau menjawab":Walaupun duri, kemudian di atasnya"Abu Sa'id Al

Khudrikemudian berdoa agar beliau kurang sehat sampai wafat tetapi

tidakmengganggu haji umrah,jihad dan sholat berjamaah Maka beliau selalusakit

panas sampai wafat. (HR. Ahmad)16

Ruqya syar’iyyah sebagai alternatif pilihan penyembuh sakit:

Ar-ruqa’ ( ‫ )الرقي‬adala bentuk jamak dari ruqyah( ‫رقيٌة‬ ). Artinya adalah

do’a perlindungan yang biasa dipakai sebagai bacaan bagi orang sakit dan untuk

menyembuhkan orang sakit. Do’a itu bisa berasal dari Al-Qur’an atau As-Sunnah
16
Ibnul Qayyim Aljauzi, Panduan Hukum Islam , Pustaka azza. Hal 890
68

atau selain dari keduanya yang dikenal mujarrab dan dibolehkan secara syar’i.

Ruqyah dibolehkan dalam syari’at Islam berdasarkan hadits ‘Auf bin Malik ra dalam

shahih Muslim, ia berkata:” Di masa Jahiliyyah kami biasa melakukan ruqyah, lalu

kami bertanya kepada Rasulullah saw: Bagaimana menurutmu, wahai Rasulullah

saw? Maka beliau menjawab: ‘tunjukkanlah kepadaku ruqyah kalian. Tidaklah

mengapa ruqyah yang didalamnya tidak mengandung syirik”17

Berdasarkan hadis diatas jelaslah bahwa jika kita kita terkena musibah (sakit)

maka hendaknya kita berdo’a kepada Allah. SWT (Ruqyah) dan juga berobat kepada

Dokter atau ahli pengobatan. Adapun mengenai nasib sial atau hal buruk lainnya yang

menimpa seseorang didasari karena keyakinan yang salah maka mari kita simak hadis

dibawah ini:

Rasulullah SAW bersabda":Tidak ada firasat jelek. Dan yang palingBaikdari

firasatjelek adalah fa '1". Ada yang bertanya... Wahai Rasulullah, Apakah fa'l itu?"

Beliau SAW menjawab": Kalimat baik yang didengar oleh sebagian dari kalian".

( HR. BukhariM uslim).

Dalam salah satu riwayat Bukhari Muslim," Tidak ada penularan penyakit dan

tidak ada firasat buruk dan aku kagum pada fa'1,'. para shahabat bertanya",Apakahf

a'l itu". menjawab.:, Kalimat yang baik,.Dan ketika beliau bersabda":tidak ada

penularan penyakit firasat Buruk dan kesialan karena binatang"Maka seorang lelaki

berkata kepada Rasulullah SAW: "Apa pendapat tuan tentang seekor unta terkena

Penyakit kurap, kemudian semua unta terkena penyakit tersebut? Beliau menjawab":
17
HR. Muslim (no.2200). dari sahabat ‘Auf bin Malik al-Asyja’iy.
69

ltu adalah takdir. Siapa yang mengurapkan unta yangpertama?" dalam hadits tidak

ada dalil bagi orang yang mengingkari usaha(sebab) bahakan dalam hadits ini

ditetapkan takdir dan pengembalian sebab terhadap sebab sebelumnya maka

terjadilah tasalsul padahalitu mahal. Rasulullah SAW meniadakan tasalsul dengan

sabda beliau:"Siapa yang mengurapkan unta yang pertama?"Karena andaikata

untayang pertama terkena kurap karena penularan unta sebelumnya makaterjadilah

tasalsul.18

Dari hadis diatas mengenai firasat buruk atau anggapan kita mengenai

musibah yang menimpa kita Rasulullah menegaskan bahwa itu merupakan taqdir dari

Allah SWT dan tidak ada yang namanya firasat jelek dan hati kita akan selalu di buat

takut dan berfirasat yang jelek jika terkena musibah karena itu merupakan langkah

setan untuk melemahkan iman kita kepada Allah SWT dan meninggalkan ajaran

Rasulullah Saw yang merupakan suritauladan yang benar. Jika kita terkena sakit atau

anak kita terkena musibah maka sebagai muslim yang baik kita harus bersabar dan

bertawakkal kepada Allah SWT dan selalu husnuzzan bahwa ini adalah ujian

peningkatan iman. Terlebih jika kita melihat sejarah para Nabi dan Rasul terdahulu

banyak diantara mereka yang ditimpa berbagai macam ujian baik berupa sakit atau

kekurang harta benda dunia akan tetapi musibah yang dialami justru makin

menebalkan iman mereka kepada Allah Swt karena dengan begitu maka Allah SWT

akan mengganti semuanya dengan berlipat lipat ganda, dan dengan mengikuti firasat

buruk dan bisikan setan serta kepercayaan-kepercayaan yang tidak didasari dengan
18
Ibnul Qayyim Aljauzi, Panduan Hukum Islam , Pustaka azza. Hal 892
70

Al-Qur’an dan Hadist justru akan menyesatkan kita semakin dalam bahkan akan

memperparah keadaan, mengikis keimanan maka keadaan yang lemah seperti inilah

yang diinginkan setan laknatullah alaih.

D. Kriteria nama-nama yang harus diganti dan tuntunan memberi nama

yang baik

Pemberian nama baik agar tidak membuat sang anak kecewa saat ia mengerti

kelak, pemberian nama yang hina,bernada pesimistis, nama orang jahat, pendurhaka.

Hal tersebut berdasarkan praktek Nabi SAW yang bahkan tak segan-segan mengganti

nama-nama yang memiliki kesan buruk. Perubahan nama dapat dari nama yang

mengandung kesyirikan kepada Allah kepada nama Islami, dari nama-nama kufur

kepada nama-nama Imani. Hal tersebut berdasarkan hadits Tirmidzi dari Aisyah yang

disahihkan oleh al-Albani yaitu:

‫ِب‬ ‫اِل‬ ‫ِه‬


‫َأَّن الَّنَّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْي َو َس َّلَم َك اَن ُيَغِّيُر ا ْس َم اْلَق يَح‬

bahwasanya Nabi SAW pernah merubah nama yang buruk. Shahih: Ash-
Shahihah (HR. AT-Tirmidzi).19

Adapun Kriteria nama-nama yang sudah seharusnya diganti sebagai berikut :

1. Nama dengan Penamaan Nama / sifat Ketuhanan.

Memberi nama dengan nama-nama sepertial-ahad, al-shamad al-

Khaliq,ataual-Raziqyangmerupakannama-namakhususbagiAllah

19
Abu Isa Muhamamd ibn Isa al- Tirmizi, Kitab al-J mi‟ al-Tirmidzi, (Beirut; Darul Kutub
Ilmiyyah) Hadist No. 2839
71

SWTadalahdilarang.Begitupulatidakbolehmenyebutpararajadengan gelar al-

qahir, al-zhahir, al-jabbar,al-mutakabbir, al-awwal,l-akhirdan nama-nama Allah

lainnya20. Hal tersebut menjelaskan bahwa terdapat larangan menggunakan nama

Allah sebagaimana yang termuat dalam asma’ul husna (nama-nama baik Allah).

Sebagaimana dalam hadits Bukhari disebutkan :

‫َح َّد َثَنا َأُب و اْلَيَم اِن َأْخ َبَر َن ا ُش َعْيٌب َح َّد َثَنا َأُب و الِّز َن اِد َعْن اَأْلْع َر ِج َعْن َأيِب ُه َر ْيَر َة َق اَل َق اَل‬
‫ِل‬ ‫ِق‬ ‫ِء‬
‫َرُس وُل الَّل ِه َص َّلى الَّل ُه َعَلْي ِه َو َس َّلَم َأْخ ىَن اَأْلَمْسا َيْو َم اْل َياَم ِة ِعْن َد الَّل ِه َرُج ٌل َتَس َّم ى َم َك‬
‫اَأْل اَل ِك‬
‫ْم‬
Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarkan kepada kami
Syu'aib telah menceritakan kepada kami Abu Az Zinnad dari Al A'raj dari Abu
Hurairah dia berkata;Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sehina-
hinanya nama di sisi Allah pada hari Kiamat kelak adalah seseorang yang bernama
Malikil Amlak (raja diraja)."(H.R.Bukhari)

Terkait dengan ini, Al-Subky dalam buku Fiqih Keluarga mencoba menceritakan

sebuah kisah Sebagaimana peringatan Rasulullah SAW tidak memberikan nama

dengan nama-nama yang khusus kepada Allah SWT dalam perintahnya. Sungguh

telah diriwayatkan bahwa salah satu utusan yang menghadap Rasullullah SAWdi

Madinah, ia menjadi kepalanya bernama Abu al-Hakam. Lalu Rasullullah

memanggilnya dan berkata kepadanya : “Sesungguhnya Allah SWT adalah al-

Hakam, kepadanyalah hukum kembali, mengapa ia diberi gelar al-Hakam?” Ia

berkata: Sesungguhnya kaumku jika mereka berselisih mereka datang padaku dan

20
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Fiqh Bayi, Terj. Sitanggal, H. Anshori Umar (Jakarta: Dar al-
Fikr, 2007, Cet. Pertama) h. 180
72

aku menetapkan hukum antara mereka berdasarkan dalam perkiraan masing-masing

kelompok”. Lalu Rasullullah SAW berkata: “Sungguh bagus ini! Aapakah engkau

tidak memilik anak?” Ia berkata: “Aku memilik anak, Syuraih, Muslim, dan

Abdullah”. Rasullullah berkata :” Siapakah yang terbesar di antara mereka?” Ia

berkata :” Syuraih.” Lalu Rasullullah mengatakan :” Jadi engkau adalah Abu

Syuraih”.(Abu Daud dalam sunannya)21

2. Nama dengan penamaan Malaikat.

Mengenai memberikan nama anak kita dengan nama-nama Malaikat seperti

Jibril, Mikail, Israfil dan lain-lain, masih ada dua pendapat dari pada

ulama.Sebagianmembolehkandansebagianyanglainmelarangnya.

Ibnu Qoyyim telah menjelaskan perbedaan pendapat ini dengan menguraikan

beberapa menceritakan kisah Asyhab yang berkata : “Malikdiajukanpertanyaan

mengenai pemberian nama dengan nama Jibril. Malik pun memakruhkannya ” al-

Qadhi Iyadh berkata Sebagian ulama memakruhkan pemberian nama dengan nama-

nama malaikat. Ini adalah pendapat Harits bin Miskin. Menurutnya, Malik telah

memakruhkan pemberian nama dengan Jibril dan Yasin. Sementara ulama yang

lainnya malah membolehkannya. Abdurrazzaq dalam kitabnya al-Jami’ dari Ma’mar

ia berkataaku bertanya kepada Hammad bin Abu Sulaiman, bagaimana menurut anda

tentang penamaan dengannama Jibril dan Mika’il?” Ia pun menjawab Tidak masalah

”22

21
Ali Yusuf al-Subki, Fiqh Keluarga (Jakarta: Amzah, Cet. Pertama, 2010) h. 269
73

ImamBukharimengatakandalamTarikh-

nyabahwaImamAhmadbinHaritsberkata,ImamAbuQatadahal-Syami(bukanal-

Harrani,meninggaltahun 164 H) telah menceritakan kepada kami Dia berkata :

“Adullah bin Jaradtelahmenceritakan kepada kami, katanya bahwa ada seseorang

dari Muzainah menemaniku Orang itu bersama saya datang kepada

NabiShallallahu ‘ laihi wa Sallam katanya Ya Rasulullah! Saya dikaruniai

seorang anak. Nama apakah yang terbaik untuknya?” Rasul menjawab :

‫َت ُّم وا ِبَأ اِء اَألْنِب اِء اَل َت ُّم وا ِبَأ اِء ا َالِئَك ِة‬
‫َمْس َمل‬ ‫َي َو َس‬ ‫َمْس‬ ‫َس‬

“Namailah dengan nama-nama para Nabi dan janganlah kalian menamai


dengan nama-nama para malaikat”(H.R. Bukhari dalam al-Taarikhul kabir v.35)

Pendapat yang paling kuat -Wallahu a’alam – adalah dengan memberi rincian, yakni

di antara nama Malaikat ada yang bersifat Musytarok,artinya nama trsebut juga lazim

digunakan oleh manusia, tetapi ada juga yang khusus bagi malaikat. Untuka nama-

nama yang bersifat Musytarok,seperti Malik, hukum yang tampak jelas adalah boleh

menggunakannya.

3. Nama dengan Penamaan Nama Al-Qur’an danSurah-Surahnya

Memberi nama seseorang dengan nama-nama al-Qur’an dan surah- surahnya

(seperti Thaha, Yasin, Hamim) pun dilarang. Imam Malik telah menyatakan makruh

memberi nama dengan Yasin seperti disebut Imam as- Suhaili.Adapun perkataan

22
Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Kado Menyambut si Buah Hati, (Jakarta; Pustaka al-Kautsar;
2007, Cet. Pertama), Penerjemah Mahmud Hidayat, Hal, 195
74

orang awam bahwa Yasin dan Thaha adalah sebagian dari nama-nama Nabi

Muhammad SAW tidaklah benar. Hal itu tidak ada di dalam hadits shahih,

hasan, atau mursal, dan tidak pula ada di dalam atsar yang didengar dari salah

seorang sahabat.23

4. Nama dengan Nama Orang-orangSombong / durhaka

Begitu pula nama-nama para penguasa yang zhalim, seperti Fir’aun Qarun,

Haman dan Walid24.

5. Penggunaan nama Abd atau Abdul yang disandarkan kepada

selain Allah.

Misalnya Abdul Ka’bah, Abdul Nabi. Ibnu Hazm menegaskan

sudahmenjadiIjma’ ulama untuk menghindari nama Abdul kepada selain Allah

kecuali Abdul Muthalib. Ibnu Qayyim mengutip perkataan Abu Muhammad bin

Hazm mereka sepakat bahwa setiap nama sembahan selain Allah hukumnya adalah

haram, seperti; Abd al-Uzza, Abd Hubal, Abd Amr, Abd al-Ka’bah dan yang

serupa dengannya Kecuali Abd Muthalib. Karenanya, hukumnya tidak halal

memberi nama dengan; Abd Ali, Abd al-Husain, Abd al-Ka’bah.25

Oleh karena itu, jika ada yang bertanya alasan para ulama sepakat
mengharamkannamayangdihambakankepadaselainAllah,halitukarenaNabi

23
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Fiqh Bayi, Terj. Sitanggal, H. Anshori Umar (Jakarta: Dar al-
Fikr, 2007, Cet. Pertama) h.183
24
Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Kado Menyambut si Buah Hati, (Jakarta; Pustaka al-Kautsar;
2007, Cet. Pertama), h. 194
25
Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Kado Menyambut si Buah Hati, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar,
2007, Cet. Pertama), h, 188
75

Shallallahu ‘ laihi wa Sallam bersabda :


‫َة ِض‬
‫َر‬ ‫ْي‬
‫َر‬ ‫َر‬ ‫ُه‬ ‫َح َّد َثيِن ْحَيىَي ْبُن ُيوُس َف َأْخ َبَر َنا َأُبو َبْك ٍر َعْن َأيِب َح ِص ٍني َعْن َأيِب َص اِلٍح َعْن َأيِب‬
‫َي‬
‫ُد الِّديَناِر الِّد ِم اْلَق ِط يَف ِة‬ ‫ِع‬ ‫ِه‬ ‫ِه‬
‫َو ْر َه َو‬ ‫الَّل ُه َعْن ُه َق اَل َق اَل َرُس وُل الَّل َص َّلى الَّل ُه َعَلْي َو َس َّلَم َت َس َعْب‬
‫ِط ِض‬ ‫ِم ِة‬
‫َو اَخْل يَص ِإْن ُأْع َي َر َي َو ِإْن ْمَل ُيْع َط ْمَل َيْر َض‬
Telah menceritakan kepadaku Yahya bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami
Abu Bakr dari Abu Hashin dari Abu Shalih dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dia
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Celakalah budak dinar,
budak dirham dan budak pakaian (sutra kasar) serta budak Khamishah (campuran
sutera), jika diberi ia akan ridla dan jika tidak diberi maka dia tidak akan ridla."
(H.R. Bukhori).26

Dilain hadits :
‫ِد ِل‬ ‫ِذ‬
‫َأَنا الَّنُّيِب اَل َك ْب َأَنا اْبُن َعْب اْلُم َّط ْب‬
“Akulah Nabi, tidak Kadzib(pendusta),aku putera Abdul Muthallib.
(H.R Bukhari)27

Adapun tuntunan dalam memberi nama yang baikbagi anak, orang tua dianjurkan

untuk memperhatikan beberapa hal ini pada saat akan memberikan nama :

1. Hendaknya mengetahui bahwa nama tersebut akan terus melekat bersamanya

sepanjang hidup, nama yang tidak pantas bisa jadi akan menyebabkannya

merasa sempit, sedih dan tidak merasa nyaman dengan kedua orang tuanya

atau kepada orang lain saat berkenalan ataupun bersosialisasi. Terlebih lagi

26
Al-Bukhari, Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Kairo:
Lajnah Ihya Kutubu al-Sunan, 1990),h.1603
27
Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisburi, Shahih Muslim, (Riyadl:
Daarul Haya, 1953), h. 853
76

dengan nama tersebut juga dia akan di panggil di akhirat kelak. Sabda Nabi

SAW :

‫ِس‬ ‫ِء ِئ‬ ‫ِق ِة ِب ِئ‬ ‫ِإ‬


‫َّنُك ْم ُتْد َعْو َن َيْو َم اْل َياَم َأَمْسا ُك ْم َو َأَمْسا آَبا ُك ْم َفَأْح ُنوا َأَمْساَءُك ْم‬
"Sesungguhnya kalian akan dipanggil nanti pada Hari Kiamat dengan
nama-nama kalian dan nama bapak-bapak kalian. Maka, perbaguslah nama-
nama kalian." (HR. Ahmad).

2. Pada saat melihat daftar atau mencari nama, penting untuk

mempertimbangkannya dari banyak sisi, maka hendaknya dilihat sisi nama

tersebut. Penting juga difikirkan kesesuaian nama tersebut pada saat masih

anak-anak, remaja bahkan pada saat usia lanjut nantinya. Termasuk

kesesuaian nama tersebut jika ia dipanggil dengan nama tersebut, juga sejauh

mana keserasian dengan nama ayahnya dan seterusnya.28

3. Wajib hukumnya menyandarkan nasab seorang anak kepada ayahnya.

Meskipun sudah meninggal, dicerai, dan lain sebagainya. Meskipun ayahnya

tidak ikut membesarkannya atau belum pernah sama sekali melihatnya.

Haram hukumnya menisbatkan nasab anak kepada selain bapaknya.

‫آِل ِئِه‬
‫اْد ُعوُه ْم َبا ْم‬
Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-

bapak mereka…” (QS. Al-Ahzab: 5)

28
Islamqa.com, pertanyaan dan jawaban Islam, Syaikh Muhammad Saalih al-Munajjid
77

4. Pilih nama yang baik dalam arti maupun panggilan. Islam menganjurkan agar

para orang tua memberikan nama kepada anaknya dengan baik dan benar.

Karena menururt Islam,nama adalah sebuah doa. Maka dari itu pemberian

nama dalam Islam pun tidak boleh sembarangan. Dan dianjurkan memberi

nama dengan arti yang bagus, dan juga indah untuk dipanggil. Pemberian

nama yang baik dapat diambil dari Nabi-nabi dan Rasul,orang-orang shalih

dan Shalihah.

‫إَّن َأَح َّب َأسَم اِئُك ْم ِإَلى الَّلِه َعبُد الَّلِه َو َعبُد الَّر ْح َم ِن‬
Sesungguhnya nama yang paling dicintai Allah adalah Abdullah dan

( H.R Muslim)

5. Memberikan nama pada waktu yang terbaik. Waktu yang baik dalam

memberikan nama kepada anak adalah segera setelah anak tersebut lahir.

‫َح َّد َثيِن ِإْس َح اُق ْبُن َنْص ٍر َح َّد َثَنا َأُب و ُأَس اَم َة َق اَل َح َّد َثيِن ُبَر ْي ٌد َعْن َأيِب ُبْر َدَة َعْن َأيِب‬

‫ِه‬ ‫ِه‬ ‫ِل‬ ‫ِض‬


‫ُموَس ى َر َي الَّلُه َعْنُه َقاَل ُو َد يِل ُغاَل ٌم َفَأَتْيُت ِب الَّنَّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْي َو َس َّلَم َفَس َّم اُه‬
‫ِإْبَر اِه يَم َفَح َّنَك ُه ِبَتْم َر ٍة َو َدَعا َلُه ِباْلَبَر َك ِة َو َدَفَعُه ِإَّيَل َو َك اَن َأْك َبَر َو َلِد َأيِب ُموَس ى‬
Telah menceritakan kepadaku Ishaq ibn Nashr berkata, telah menceritakan
kepada kami Abu Usamah ia berkata; telah menceritakan kepadak Buraid
dari Abu burdah dari Abu Musa radliallahu 'anhu, ia berkata, "Anak laki-
lakiku lahir, kemudian aku membawanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam. Beliau lalu memberinya nama Ibrahim, beliau menyuapinya
dengan kunyahan kurma dan mendoakannya dengan keberkahan, setelah itu
menyerahkannya kepadaku." Ibrahim adalah anak tertua Abu Musa.( H.R
Bukhari)

Anda mungkin juga menyukai