kepada Allah Swt, begitupula segala hal didunia ini tercipta dengan Esensi yang
sama. Yaitu untuk berdzikir, beribadah dan menyembah hanya padaNya. Maka
Sebagaimana telah ditetapkan di dalam agama mengenai nama yang akan diberikan
kepada sang anak. Manusia adalah makhluk Allah Swt. Yang paling sempurna,
karena itu pula Islam memberikan aturan dalam pemberian nama kepada anak.
Mengapa hal ini diatur? Tentu sebagai bentuk memuliakan seorang makhluk
yang proses penciptaannya sedemikian unik dan diberikan kelebihan dari pada
makhluk ciptaan lainnya. Pertama kita bahas apa alasan Islam mengatur hal ini?
Karena kita sebagai makhluk ciptaan-Nya dengan derajat tertinggi, rupa yang telah
diciptakan sedemikian indahnya, patut kiranya kalau kita harus mematuhi apa yang
diperintahkan Allah swt. kepada kita, yakni menggunakan panggilan yang baik
1
Kementerian Agama Republik Indonesia, Alquran dan Terjemahnya...,
52
53
إَّنُك ْم ُتْد َعْو َن َيْو َم الِقياَم ِة بأْسمائُك ْم وأسماِء آباِئُك ْم فأْح ِس ُنوا أْسماَء ُك ْم
“Sesungguhnya kamu kelak pada hari kiamat akan dipanggil dengan nama-
namamu dan nama-nama ayah-ayahmu, maka perindahkan namamu.” (H.R. Abu
Dawud dan Ibnu Hibban)2
ِﻬِﺗ ِﺋِﻬ
ِﺇﻰَﻟ ﺁَﺑﺎ ْﻢ َﻻ ِﺇﻰَﻟ ُﺃَّﻣَﻬ ﺎ ْﻢ
“Pendapat yang kuat -wallahu a’lam- bahwa manusia pada hari kiamat akan
dipanggail sesuai dengan nama merrka (di dunia) dan dinisbatkan pada bapak
mereka, bukan pada ibunya.”(Fatawa no. 20374)3
Dari hadits-hadits di atas dapat kita lihat bagaimana Nabi Muhammad saw.
seorang anak. Tak lain tujuan tersebut adalah untuk memuliakan Manusia tersebut
2
Abdul Aziz Salim Basyarahil, Nama-nama Islam Indah dan Mudah, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1998), 15.
3
Syabakah IslamiyyahFatawa no. 20374
4
Abdul Aziz Salim Basyarahil, Nama-nama..., 15.
54
semakin beragam, sehingga waktu untuk mempelajari apa yang diajarkan oleh agama
sepertinya mulai berkurang bahkan tidak ada lagi. Tren nama-nama barat mulai
merebak dikalangan masyarakat saat ini. Para orang tua mulai tertarik dengan nama-
nama yang jauh dari yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Bahkan banyak yang
perasaan minder dan malu untuk memberi nama anaknya dengan nama Islami.
Karena ingin mengikuti zaman banyak orang tua yang sudah tak memperdulikan
esensi dari sebuah nama yang akan disandang oleh anak-anak mereka.
Esensi dari nama-nama yang bertujuan untuk menghamba dan mencari ridha
Allah Swt. Kini mulai ternodai oleh nama-nama yang bahkan bukan berasal dari
negara sendiri. Nama-nama yang hanya terdengar enak dan tanpa tahu sama sekali
maksud dan arti dari nama-nama asing tersebut. Sesungguhnya metode penamaan
anak tidaklah cukup hanya didasari perasaan subyektif bahwa nama itu indah, bagus
dan enak didengar saja, tetapi yang benar adalah nama yang sesuai dengan tuntunan
syari’at.
55
Nama adalah ciri atau tanda, maksudnya adalah orang yang diberi nama dapat
mengenal dirinya atau dikenal oleh orang lain. Dalam Al-Qur’anul Kariim
disebutkan:
َيا َزَك ِر َّيا ِإَّنا ُنَبِّش ُر َك ِبُغاَل ٍم اُمْسُه ْحَيىَي ْمَل ْجَنَعل َّلُه ِم ن َقْبُل ِمَس ًّيا
Adakalanya anak sudah terlanjur diberi nama dengan nama yang kurang baik
atau maknanya kurang jelas. Kejadian seperti ini seringkali disebabkan orangtua
tidak memahami pentingnya sebuah nama. Atau, ketika menetapkan pemberian nama
kurang teliti memilih nama yang baik. Dalam keadaan seperti ini, nama anak bisa
diganti dengan yang lebih baik. Sebagaimana halnya yang sudah dijelaskan bahwa nama
itu sangatlah penting. Nama adalah harga diri manusia. Maka dari itu, jangan sampai
namakitabermakna buruk. Terdapat sebuah ungkapan bahwa, “Jika nama tidak dapat
Nama yang diberikan kepada seseorang memiliki arti, arti sebuah nama
dengan perilaku dan perbuatan. Ibnu Qoyyim menyebutkan bahwa secara umum,
akhlak, perilaku, dan perbuatan yang buruk mengarah pada nama-nama yang buruk
5
Abū Dāwūd Sulaimān bin Al-Asy‟aś as-Sijistānī al-Azdī, op. cit,
56
juga. Sebaliknya, perilaku yang bagus mengarah pada nama-nama yang bagus pula 6.
Sebagaimana yang terjadi pada nama-nama berupa kata sifat, terjadi pula pada nama-
nama berupa kata benda. Ibnu Qoyyim mencontohkan pula hubungan ini dengan
Rasulullah SAW dinamai Muhammad dan Ahmad melainkan karena beliau banyak
melakukan hal-hal yang terpuji. Karenanya, Liwa al-hamd (bendera pujian) berada
Untuk melihat pengaruh nama terhadap pemilik nama tersebut, ada hadits hadits
َح َّد َثَنا ِإْبَر اِه يُم ْبُن ُموَس ى َح َّد َثَنا ِه َش اٌم َأَّن اْبَن ُج َر ْيٍج َأْخ َبَر ُه ْم َق اَل َأْخ َبَر يِن َعْب ُد
ِع ِد ِم ِد
اَحْل ي ْبُن ُجَبِرْي ْبِن َش ْيَبَة َق اَل َج َلْس ُت ِإىَل َس ي ْبِن اْلُم َس َّيِب َفَح َّد َثيِن َأَّن َج َّد ُه
ِمْس َّل َّل ِه َّل ِد
َح ْز ًنا َق َم َعَلى الَّنِّيِب َص ى ال ُه َعَلْي َو َس َم َفَق اَل َم ا اُمْسَك َقاَل ا ي َح ْز ٌن َقاَل َبْل
َأْنَت َس ْه ٌل َقاَل َم ا َأَنا ُمِبَغٍرِّي اًمْسا َّمَساِنيِه َأيِب َقاَل اْبُن اْلُم َس َّيِب َفَم ا َز اَلْت ِفيَن ا اُحْلُز وَنُة
َبْع ُد
Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Musa telah menceritakan kepada
kami Hisyam bahwa Ibnu Juraij telah mengabarkan kepada orang-orang, katanya;
telah mengabarkan kepadaku Abdul Hamid bin Jubair bin Syaibah dia berkata; saya
duduk di hadapan Sa'id bin Musayyab maka dia menceritakan kepadaku,bahwa
kakeknya datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam keadaan sedih,
lalubeliaubertanya;"Siapakahnamamu?"diamenjawab;"Namaku Hazn(sedih),"beliau
6
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Kado Menyambut Si Buah Hati, Terj. Hidayat, Mahfud
(Jakarta: al-Kautsar, 2007, Cet. Pertama) h. 222
57
bersabda:"Bahkan namamu adalah Sahl." Namun dia berkata; "Tidak, aku tidak
akan merubah nama yang pernah di berikan oleh ayahku." Ibnu Musayyib berkata;
"Maka dia masih saja terlihat sedih setelah peristiwa itu”(HR. Bukhari dalam
shahihnya 619).
terdapat kesalahan pemberian nama karena keterbatasan informasi atau karena satu
dan lain hal. Penggantian nama dapat dilakukan demi kebaikan entah karena
nama-nama yang pengertiannya baik untuk tujuan yang lain (tidak hanya pada nama
yang pengertiannya tidak baik)7. Misalnya, nama Birrah menjadi; Zainab, karena
َح َّد َثَنا َص َدَقُة ْبُن اْلَفْض ِل َأْخ َبَر َن ا َحُمَّم ُد ْبُن َج ْع َف ٍر َعْن ُش ْع َبَة َعْن َعَط اِء ْبِن َأيِب
َم ْيُم وَنَة َعْن َأيِب َر اِف ٍع َعْن َأيِب ُه َر ْيَر َة َأَّن َز ْيَنَب َك اَن اُمْسَه ا َبَّر َة َفِق يَل ُتَز ِّك ي َنْف َس َه ا
ِه ِه
َفَس َّم اَه ا َرُس وُل الَّل َص َّلى الَّلُه َعَلْي َو َس َّلَم َز ْيَنَب
Telah menceritakan kepada kami Shadaqah bin Al Fadl telah mengabarkan
kepada kami Muhammad bin Ja'far dari Syu'bah dari 'Atha` bin Abu Maimunah dari
Abu Rafi' dari Abu Hurairah bahwa Zainab nama (aslinya) adalah Barrah, maka
dikatakan kepadanya; "Apakah kamu hendak mensucikankan dirinya?" setelah itu
7
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Kado Menyambut Si Buah Hati, Terj. Hidayat, Mahfud (Jakarta:
Al-Kautsar, 2007, Cet. Pertama) h. 215
8
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Fiqh Bayi, Terj. Sitanggal, H. Anshori Umar (Jakarta: Fikr, 2007,
Cet. Pertama) h.191
58
Jalan keluar dari hal ini adalah merubah nama-nama tersebut dengan nama-
nama yang disukai (mustahab) atau yang diperbolehkan secara syar’i. Sesungguhnya
makna kesyirikan kepada Allah kepada nama-nama Islamiy, dari nama-nama kufur
Abu Bakar bin Nafi' Al Bashri menceritakan kepada kami, Umar bin Ali Al
Muqaddami menceritakan kepada kami, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari
Aisyah bahwasanya Nabi SAW pernah merubah namayang buruk. Shahih: Ash-
Shahihah (HR. AT-Tirmidzi).9
Dalam Ahkamul Fuqaha, Keputusan Muktamar ke-8 di Jakarta 12 Muharram,
dijelaskan hukum wajib merubah nama haram dan sunnahnya mengubah nama yang
9
Abu Isa Muhamamd ibn Isa al- Tirmizi, Kitab al-J mi‟ al-Tirmidzi, (Beirut; Darul Kutub Ilmiyyah)
Hadist No. 2839
10
Nahdlatul „Ulama Imam Ghazali Said (Editor), Ahkamul Fuqaha – Solusi Problematika Aktual
Hukum Islam Keputusan Muktamar, Munas dan Konbes Nahdlatul Ulama, (Jombang; Lajnah a‟lif
wan Nas r, Diantama, 2012), h.342
59
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kesalahan pemberian nama adalah
masalah klasik yang sudah terjadi dari masa lalu karenanya Mahmud Mahdi mengutip
perkataan Imam Ibnu Qayyim yang berkata, “Telah bertindak gegabah sebagian
orang yang tidak mengerti di dalam memberikan nama kepada anak-anak mereka.
Oleh karena itu, Nabi memberikan petunjuk kepada umatnya dengan mencegah
mereka dari hal-hal yang dapat menjebak mereka memperdengarkan apa yang
dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya.Semuaitu bertujuan agar mereka tidak terjebak
dalam taklid buta dengan memberikan nama yang tidak sesuai dengan apa yang
tidak mendatangkankerusakan.”12
yang baik kepada anak adalah dengan harapan, agar memperoleh kebaikan pada
seluruh sisi kehidupannya. Sementara sebagian orang mengira, bahwa nama yang
diberikan oleh orang tuanya telah sesuai dengan sifat yang dimilikinya, sehingga
yang juga sering terjadi adalah, bahwa seseorang menduga kalau nama yang
disandangnya itu terpuji, bahwa dirinya suci dan dapat mengangkat kedudukannya
11
Tanwirul Qulub fii Mu’amalati ‘allamul Ghuyub, Syeikh Muhammad Amin Al-Qurdi, Jamiul huquq
Darul Qolam Al-Arabi. Cetakan pertama, 1991,hal 320
12
Mahmud Mahdi al-Istambuli, Kado Perkawinan, Terj. Ibnu Ibrahim, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007,
Cet. Ke-21) h. 379-381
60
(berlaku ujub).13
dibelakang nama seseorang adalah nama orang tuanya, terutama bapak kandung.
Pencantuman itu ada karena dibubuhi dengan “bin”, “binti”, atau tanpa itu semua.
Ada juga yang menyandingkan namanya dengan nama kedua orang tuanya sekaligus
seperti Abdullah bin Ubay bin Salul. Yang mana Ubay adalah nama Bapaknya, Salul
Pencantuman nama orang tua di belakang nama anak biasanya dipakai untuk
penegasan nasab atau hubungan biologis.Pengubahan nama ini sudah menjadi hal
lumrah pada masa Nabi SAW.contohnya adalah Beliau menyuruh untuk mengubah
nama Āṣiyah menjadi Jamīlah. Alasan pengubahan ini karena Āṣiyah mempunyai
makna buruk dan hal demikian memang sudah semestinya untuk diubah. Kemudian
contoh lain adalah Nabi menyuruh mengubah nama Barrah menjadi Zainab dengan
mempunyai makna yang buruk atau pujian yangberlebihan. Dengan alasan itu, maka
oleh nabi karena mengandung penghambaan / pensucian pada diri sendiri yang
َعْن َحُمَّم ِد ْبِن َعْم ِر و ْبِن َعَط اٍء َق اَل َّمَسْيُت اْبَنيِت َبَّر َة َفَق اَلْت يِل َز ْيَنُب ِبْنُت َأيِب َس َلَم َة ِإَّن
َرُس وَل الَّل ِه َص َّلى الَّل ُه َعَلْي ِه َو َس َّلَم َنَه ى َعْن َه َذ ا ااِل ْس ِم َو ِّمُسيُت َبَّر َة َفَق اَل َرُس وُل الَّل ِه َص َّلى
الَّل ُه َعَلْي ِه َو َس َّلَم اَل ُتَز ُّك وا َأْنُفَس ُك ْم الَّل ُه َأْع َلُم ِبَأْه ِل اْلِّرِب ِم ْنُك ْم َفَق اُلوا َمِب ُنَس ِّم يَه ا َق اَل ُّمَسوَه ا
َز ْيَنَب
Dari Muhammad bin Amr bin Atha' dia berkata, "Dulu saya member nama anak
perempuan saya Barrah. Kemudian Zainab binti Abu Salama berkata kepada saya,
'Sesungguhnya Rasulullah SAW telah melarang pemberian nama itu. Dulu nama saya
adalah Barrah. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, 'Janganlah kalian menganggap
bersih diri kalian, karena Allah lebih tahu ahli kebaikan di antara kalian. Ketika
para sahabat bertanya,”nama apa yang sebaiknya kami berikan kepadanya?"
Rasulullah SAW langsung menjawab, "Berilah nama Zainab.' {Muslim 6/173-174)
َعْن ُمَسَر َة ْبِن ُج ْنَد ٍب َق اَل َق اَل َرُس وُل الَّل ِه َص َّلى الَّل ُه َعَلْي ِه َو َس َّلَم َأَح ُّب اْلَك اَل ِم ِإىَل
ِل ِه ِه ِه
الَّل َأْر َبٌع ُس ْبَح اَن الَّل َو اَحْلْم ُد َّل َو اَل ِإَلَه ِإاَّل الَّلُه َو الَّلُه َأْك َبُر اَل َيُضُّر َك ِبَأِّيِه َّن َب َد ْأَت
َو اَل ُتَس ِّم َّنَي ُغاَل َم َك َيَس اًر ا َو اَل َرَباًح ا َو اَل ِجَن يًح ا َو اَل َأْفَلَح َفِإَّنَك َتُق وُل َأَّمَث ُه َو َفاَل
َيُك وُن َفَيُقوُل اَل ِإَمَّنا ُه َّن َأْر َبٌع َفاَل َتِز يُد َّن َعَلَّي
Dari Samurah bin Jundab RA, dia berkata, "Rasulullah SAW telah bersabda,
'Ada empat ucapan yang paling disukai Allah Subhanahu wa Ta'ala: Subhanallah,
wal Hamdulillah, wa laa ilaaha illallahu, wallahu akbar. Tidak berdosa bagimu
dengan yang mana kamu memulai. Selain itu, janganlah kamu member nama anakmu
62
dengan nama : yasar {mudah}, rabah {untung}, najih {berhasil}, atau aflah
{beruntung}. Karena, jika kamu bertanya, "Apakah memang demikian {keadaanmu
sesuai dengan namamu} dan ternyata tidak seperti itu, maka ia akan menjawab,
"Tidak. "Sebenarnya, kalimat yang saya dengar hanya empat dan tidak lebih.
{Muslim 6/172}
Dan dalam Hadits lain disebutkan bahwa Nabi mengganti nama-nama yang
اًمْسا َّمَساِنيِه َأيِب َقاَل اْبُن اْلُم َس َّيِب َفَم ا َز اَلْت ِفيَنا اُحْلُز وَنُة َبْع ُد
Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Musa telah menceritakan
kepada kami Hisyam bahwa Ibnu Juraij telah mengabarkan kepada orang-orang,
katanya; telah mengabarkan kepadaku Abdul Hamid bin Jubair bin Syaibah dia
berkata; saya duduk di hadapan Sa'id bin Musayyab maka dia menceritakan
kepadaku, bahwa kakeknya datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam
keadaan sedih, lalu beliau bertanya; "Siapakah namamu?" dia menjawab; "Namaku
Hazn (sedih), " beliau bersabda: "Bahkan namamu adalah Sahl." Namun dia
berkata; "Tidak, aku tidak akan merubah nama yang pernah di berikan oleh ayahku."
Ibnu Musayyib berkata; "Maka dia masih saja terlihat sedih setelah peristiwa
itu."(H.R. Bukhari)
63
Sementara itu pada masa yang dianggap modern ini telah lama pula ada mitos
pada sebagian anak ataupun orang dewas yang diberi nama para sahabat Rasulullah
atau orang-orang saleh seperti para kiyai oleh orang tuanya, mengalami sakit terus
menerus, sering dapat sial atau hal lainnya yang membuat kesehatannya terganggu,
khususnya di masa balita. Sehingga namanya yang indah karena meniru nama para
sahabat atau orang-orang saleh diganti menjadi nama-nama yang jauh dari apa yang
disunnahkan oleh Rasulullah. Hal ini karena adanya anggapan bahwa sang bayi atau
orang tersebut mengalami” keberatan nama” dan tak sanggup menyandang nama
tersebut.
Dalam tradisi Jawa kuno ada istilah “Kabotan Jeneng” atau keberatan nama.
Selain itu ada juga istilah keberatan nama. Dijelaskan oleh ahlu penyempurnaan
nama, Ni Kadek Kristy Hellen Winatasari, S.Psi, M.Ed, menurutnya nama memang
mengandung kekuatan spritual yang berkaitan erat dengan nasib sesorang. “Sebagai
contoh Presiden Joko Widodo (dulu Mulyono) dan Soekarno (dulu Kusno). Masa
kecil Mulyono dan Kusno sakit-sakitan kemudian berganti nama.” Kata Hellen.15
Para sahabat yang telah diganti nama-namanya di dalam Hadits bukan karena
terus sakit-sakitan atau ‘keberatan’ dengan nama tersebut, tapi karena nama-nama
tersebut mengandung dakwaan suci, makna yang buruk atau menyelisihi syari’at.
Sebagian orang tua mengganti nama anaknya karena menururt mereka si anak
15
Kompas, Jernih melihat dunia. Ganti Nama Biar Hidup Lebih Bahagia. Tgl 3/03/2019
64
diberikan telah sesuai dengan ajaran Islam.melihat fenomena baru ini yang terjadi di
masa sekarang merupakan masalah yang harus ditemukan jalan keluarnya , tentang
pergantian nama sudah jelas hukumnya boleh asal alasannya sesuai dengan sudah
dijelaskan dan berdasarkan hadis- hadis Rasulullah namun jika pergantian nama
dikaitkan dengan musibah (Sakit), kesialan bahkan firasat buruk maka penulis
berpendapat itu merupakan suatu hal yang berbeda, karena belum ada penjelasan dari
Rasulullah, sahabat, tabiin atau ulama kontemporer mengenai kerkaitan dua hal ini.
Untuk lebih jelasnya mari kita pahami penafsiran dari Ulama terkemukan Ibnu
Berupa paceklik, kekeringan, dan rezeki yang kering, atau tertimpa kematian
anak atau tidak mempunyai penghasilan atau lain-lainnya yang merupakan bencana.
Demikianlah menurut pendapat Abul Aliyah dan As-Saddi.
Yakni dari sisi kamu, disebabkan kami mengikuti kamu dan memasuki
agamamu. Seperti makna yang terkandung di dalam firman-Nya yang menceritakan
perihal kaum Fir'aun, yaitu:
ِص ِذِه
َفِإَذا َج اَءْتُه ُم اَحْلَس َنُة َقاُلوا َلَنا َه َو ِإْن ُت ْبُه ْم َس ِّيَئٌة َيَّطَّيُر وا ُمِبوَس ى َو َمْن َم َعُه
Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata, "Ini
adalah karena (usaha) kami." Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka
lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang mengikutinya. (Al-
A'raf: 131)
Demikian pula yang dikatakan oleh orang-orang munafik, yaitu mereka yang
masuk Islam lahiriahnya, sedangkan hati mereka benci terhadap Islam. Karena itulah
bila mereka tertimpa bencana, maka mereka kaitkan hal itu dengan penyebab karena
mengikuti Nabi Saw. As-Saddi mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: dan jika
ialah kemakmuran dan kesuburan yang membuat ternak mereka berkembang biak
66
dengan pesatnya —begitu pula ternak kuda mereka— dan keadaan mereka menjadi
adalah dari sisi Allah," dan kalau mereka tertimpa sesuatu bencana. (An-Nisa: 78)
yang menimpa harta mereka; maka mereka melemparkan kesialan itu kepada Nabi
Muhammad Saw., lalu mereka mengatakan, "Ini gara-gara kamu." Dengan kata lain,
mereka bermaksud bahwa karena kami meninggalkan agama kami dan mengikuti
Muhammad, akhirnya kami tertimpa bencana ini. Maka Allah Swt. menurunkan
Adapun firman Allah Swt.: Katakanlah, "Semuanya (datang) dari sisi Allah." (An-
Nisa:78) Maksudnya, semuanya itu adalah atas ketetapan dan takdir Allah, Dia
melakukan keputusan-Nya terhadap semua orang, baik terhadap orang yang bertakwa
maupun terhadap orang yang durhaka, dan baik terhadap orang mukmin maupun
Mengganti nama dari yang sudah baik dengan alasan sakit merupakan
keputusan yang gegabah dan apabila meyakini benar karena sakit maka itu
bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. Karena beliau selalu
memenjatkan doa kepada Allah swt jika terkena sakit atau jika ada sahabat yang
67
terkena penyakit dan bukan mengganti nama orang yang terkena musibah
ِا
َو َش َك ا َلْيِه َو ْجًعا ِجَي ْد ُه يِف َج َس ِدِه ُمْنُد,َو اْس َتْف َتاُه ُعْثَم اُن ْبُن َأيِب الَعاِص َر ِض َي اُهلل َعْنُه
ِبا ِم اِهلل: ِد َك ُق َد َك َلي الِد ي ْأ ِم
ُق
َو ْل ,اًث َث
اَل , ْس َي َمل ْن َج َس َو ْل َض ْع َي َع: َفَق اَل, َأْس َلْم
ِل ِد ِد ِج ِتِه ِم ِبِع ِة ِهلل
َأُعوُد َّز ا َو ُقْد َر ْن َشِّر َم اَأ ُد َو ُأَح ا ُر ْك ُر ُه ُمْس ْم:َس ْبَع َم َّر ات
Utsman bin abil ‘ash ra mengadukan sakit yang terdapat dalam tubuhnya
mulai sejak islam . Rasulullah bersabda: “ Letakanlah tanganmu di atas anggota
tubuh yang sakit dan ucapkan dengan nama tuhan tiga kali) aku berlindung dengan
keagungan tuhan dan kekuasaanya dari kejahatan sesuatu yang saya dapat dan saya
takuti (tujuh kali) ( HR.Muslim)
do’a perlindungan yang biasa dipakai sebagai bacaan bagi orang sakit dan untuk
menyembuhkan orang sakit. Do’a itu bisa berasal dari Al-Qur’an atau As-Sunnah
16
Ibnul Qayyim Aljauzi, Panduan Hukum Islam , Pustaka azza. Hal 890
68
atau selain dari keduanya yang dikenal mujarrab dan dibolehkan secara syar’i.
Ruqyah dibolehkan dalam syari’at Islam berdasarkan hadits ‘Auf bin Malik ra dalam
shahih Muslim, ia berkata:” Di masa Jahiliyyah kami biasa melakukan ruqyah, lalu
Berdasarkan hadis diatas jelaslah bahwa jika kita kita terkena musibah (sakit)
maka hendaknya kita berdo’a kepada Allah. SWT (Ruqyah) dan juga berobat kepada
Dokter atau ahli pengobatan. Adapun mengenai nasib sial atau hal buruk lainnya yang
menimpa seseorang didasari karena keyakinan yang salah maka mari kita simak hadis
dibawah ini:
firasatjelek adalah fa '1". Ada yang bertanya... Wahai Rasulullah, Apakah fa'l itu?"
Beliau SAW menjawab": Kalimat baik yang didengar oleh sebagian dari kalian".
Dalam salah satu riwayat Bukhari Muslim," Tidak ada penularan penyakit dan
tidak ada firasat buruk dan aku kagum pada fa'1,'. para shahabat bertanya",Apakahf
a'l itu". menjawab.:, Kalimat yang baik,.Dan ketika beliau bersabda":tidak ada
penularan penyakit firasat Buruk dan kesialan karena binatang"Maka seorang lelaki
berkata kepada Rasulullah SAW: "Apa pendapat tuan tentang seekor unta terkena
Penyakit kurap, kemudian semua unta terkena penyakit tersebut? Beliau menjawab":
17
HR. Muslim (no.2200). dari sahabat ‘Auf bin Malik al-Asyja’iy.
69
ltu adalah takdir. Siapa yang mengurapkan unta yangpertama?" dalam hadits tidak
ada dalil bagi orang yang mengingkari usaha(sebab) bahakan dalam hadits ini
tasalsul.18
Dari hadis diatas mengenai firasat buruk atau anggapan kita mengenai
musibah yang menimpa kita Rasulullah menegaskan bahwa itu merupakan taqdir dari
Allah SWT dan tidak ada yang namanya firasat jelek dan hati kita akan selalu di buat
takut dan berfirasat yang jelek jika terkena musibah karena itu merupakan langkah
setan untuk melemahkan iman kita kepada Allah SWT dan meninggalkan ajaran
Rasulullah Saw yang merupakan suritauladan yang benar. Jika kita terkena sakit atau
anak kita terkena musibah maka sebagai muslim yang baik kita harus bersabar dan
bertawakkal kepada Allah SWT dan selalu husnuzzan bahwa ini adalah ujian
peningkatan iman. Terlebih jika kita melihat sejarah para Nabi dan Rasul terdahulu
banyak diantara mereka yang ditimpa berbagai macam ujian baik berupa sakit atau
kekurang harta benda dunia akan tetapi musibah yang dialami justru makin
menebalkan iman mereka kepada Allah Swt karena dengan begitu maka Allah SWT
akan mengganti semuanya dengan berlipat lipat ganda, dan dengan mengikuti firasat
buruk dan bisikan setan serta kepercayaan-kepercayaan yang tidak didasari dengan
18
Ibnul Qayyim Aljauzi, Panduan Hukum Islam , Pustaka azza. Hal 892
70
Al-Qur’an dan Hadist justru akan menyesatkan kita semakin dalam bahkan akan
memperparah keadaan, mengikis keimanan maka keadaan yang lemah seperti inilah
yang baik
Pemberian nama baik agar tidak membuat sang anak kecewa saat ia mengerti
kelak, pemberian nama yang hina,bernada pesimistis, nama orang jahat, pendurhaka.
Hal tersebut berdasarkan praktek Nabi SAW yang bahkan tak segan-segan mengganti
nama-nama yang memiliki kesan buruk. Perubahan nama dapat dari nama yang
mengandung kesyirikan kepada Allah kepada nama Islami, dari nama-nama kufur
kepada nama-nama Imani. Hal tersebut berdasarkan hadits Tirmidzi dari Aisyah yang
bahwasanya Nabi SAW pernah merubah nama yang buruk. Shahih: Ash-
Shahihah (HR. AT-Tirmidzi).19
Khaliq,ataual-Raziqyangmerupakannama-namakhususbagiAllah
19
Abu Isa Muhamamd ibn Isa al- Tirmizi, Kitab al-J mi‟ al-Tirmidzi, (Beirut; Darul Kutub
Ilmiyyah) Hadist No. 2839
71
Allah sebagaimana yang termuat dalam asma’ul husna (nama-nama baik Allah).
َح َّد َثَنا َأُب و اْلَيَم اِن َأْخ َبَر َن ا ُش َعْيٌب َح َّد َثَنا َأُب و الِّز َن اِد َعْن اَأْلْع َر ِج َعْن َأيِب ُه َر ْيَر َة َق اَل َق اَل
ِل ِق ِء
َرُس وُل الَّل ِه َص َّلى الَّل ُه َعَلْي ِه َو َس َّلَم َأْخ ىَن اَأْلَمْسا َيْو َم اْل َياَم ِة ِعْن َد الَّل ِه َرُج ٌل َتَس َّم ى َم َك
اَأْل اَل ِك
ْم
Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarkan kepada kami
Syu'aib telah menceritakan kepada kami Abu Az Zinnad dari Al A'raj dari Abu
Hurairah dia berkata;Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sehina-
hinanya nama di sisi Allah pada hari Kiamat kelak adalah seseorang yang bernama
Malikil Amlak (raja diraja)."(H.R.Bukhari)
Terkait dengan ini, Al-Subky dalam buku Fiqih Keluarga mencoba menceritakan
dengan nama-nama yang khusus kepada Allah SWT dalam perintahnya. Sungguh
telah diriwayatkan bahwa salah satu utusan yang menghadap Rasullullah SAWdi
berkata: Sesungguhnya kaumku jika mereka berselisih mereka datang padaku dan
20
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Fiqh Bayi, Terj. Sitanggal, H. Anshori Umar (Jakarta: Dar al-
Fikr, 2007, Cet. Pertama) h. 180
72
kelompok”. Lalu Rasullullah SAW berkata: “Sungguh bagus ini! Aapakah engkau
tidak memilik anak?” Ia berkata: “Aku memilik anak, Syuraih, Muslim, dan
Jibril, Mikail, Israfil dan lain-lain, masih ada dua pendapat dari pada
ulama.Sebagianmembolehkandansebagianyanglainmelarangnya.
mengenai pemberian nama dengan nama Jibril. Malik pun memakruhkannya ” al-
Qadhi Iyadh berkata Sebagian ulama memakruhkan pemberian nama dengan nama-
nama malaikat. Ini adalah pendapat Harits bin Miskin. Menurutnya, Malik telah
memakruhkan pemberian nama dengan Jibril dan Yasin. Sementara ulama yang
ia berkataaku bertanya kepada Hammad bin Abu Sulaiman, bagaimana menurut anda
tentang penamaan dengannama Jibril dan Mika’il?” Ia pun menjawab Tidak masalah
”22
21
Ali Yusuf al-Subki, Fiqh Keluarga (Jakarta: Amzah, Cet. Pertama, 2010) h. 269
73
ImamBukharimengatakandalamTarikh-
nyabahwaImamAhmadbinHaritsberkata,ImamAbuQatadahal-Syami(bukanal-
َت ُّم وا ِبَأ اِء اَألْنِب اِء اَل َت ُّم وا ِبَأ اِء ا َالِئَك ِة
َمْس َمل َي َو َس َمْس َس
Pendapat yang paling kuat -Wallahu a’alam – adalah dengan memberi rincian, yakni
di antara nama Malaikat ada yang bersifat Musytarok,artinya nama trsebut juga lazim
digunakan oleh manusia, tetapi ada juga yang khusus bagi malaikat. Untuka nama-
nama yang bersifat Musytarok,seperti Malik, hukum yang tampak jelas adalah boleh
menggunakannya.
(seperti Thaha, Yasin, Hamim) pun dilarang. Imam Malik telah menyatakan makruh
memberi nama dengan Yasin seperti disebut Imam as- Suhaili.Adapun perkataan
22
Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Kado Menyambut si Buah Hati, (Jakarta; Pustaka al-Kautsar;
2007, Cet. Pertama), Penerjemah Mahmud Hidayat, Hal, 195
74
orang awam bahwa Yasin dan Thaha adalah sebagian dari nama-nama Nabi
Muhammad SAW tidaklah benar. Hal itu tidak ada di dalam hadits shahih,
hasan, atau mursal, dan tidak pula ada di dalam atsar yang didengar dari salah
seorang sahabat.23
Begitu pula nama-nama para penguasa yang zhalim, seperti Fir’aun Qarun,
selain Allah.
kecuali Abdul Muthalib. Ibnu Qayyim mengutip perkataan Abu Muhammad bin
Hazm mereka sepakat bahwa setiap nama sembahan selain Allah hukumnya adalah
haram, seperti; Abd al-Uzza, Abd Hubal, Abd Amr, Abd al-Ka’bah dan yang
Oleh karena itu, jika ada yang bertanya alasan para ulama sepakat
mengharamkannamayangdihambakankepadaselainAllah,halitukarenaNabi
23
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Fiqh Bayi, Terj. Sitanggal, H. Anshori Umar (Jakarta: Dar al-
Fikr, 2007, Cet. Pertama) h.183
24
Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Kado Menyambut si Buah Hati, (Jakarta; Pustaka al-Kautsar;
2007, Cet. Pertama), h. 194
25
Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Kado Menyambut si Buah Hati, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar,
2007, Cet. Pertama), h, 188
75
Dilain hadits :
ِد ِل ِذ
َأَنا الَّنُّيِب اَل َك ْب َأَنا اْبُن َعْب اْلُم َّط ْب
“Akulah Nabi, tidak Kadzib(pendusta),aku putera Abdul Muthallib.
(H.R Bukhari)27
Adapun tuntunan dalam memberi nama yang baikbagi anak, orang tua dianjurkan
untuk memperhatikan beberapa hal ini pada saat akan memberikan nama :
sepanjang hidup, nama yang tidak pantas bisa jadi akan menyebabkannya
merasa sempit, sedih dan tidak merasa nyaman dengan kedua orang tuanya
atau kepada orang lain saat berkenalan ataupun bersosialisasi. Terlebih lagi
26
Al-Bukhari, Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Kairo:
Lajnah Ihya Kutubu al-Sunan, 1990),h.1603
27
Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisburi, Shahih Muslim, (Riyadl:
Daarul Haya, 1953), h. 853
76
dengan nama tersebut juga dia akan di panggil di akhirat kelak. Sabda Nabi
SAW :
tersebut. Penting juga difikirkan kesesuaian nama tersebut pada saat masih
kesesuaian nama tersebut jika ia dipanggil dengan nama tersebut, juga sejauh
آِل ِئِه
اْد ُعوُه ْم َبا ْم
Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-
28
Islamqa.com, pertanyaan dan jawaban Islam, Syaikh Muhammad Saalih al-Munajjid
77
4. Pilih nama yang baik dalam arti maupun panggilan. Islam menganjurkan agar
para orang tua memberikan nama kepada anaknya dengan baik dan benar.
Karena menururt Islam,nama adalah sebuah doa. Maka dari itu pemberian
nama dalam Islam pun tidak boleh sembarangan. Dan dianjurkan memberi
nama dengan arti yang bagus, dan juga indah untuk dipanggil. Pemberian
nama yang baik dapat diambil dari Nabi-nabi dan Rasul,orang-orang shalih
dan Shalihah.
إَّن َأَح َّب َأسَم اِئُك ْم ِإَلى الَّلِه َعبُد الَّلِه َو َعبُد الَّر ْح َم ِن
Sesungguhnya nama yang paling dicintai Allah adalah Abdullah dan
( H.R Muslim)
5. Memberikan nama pada waktu yang terbaik. Waktu yang baik dalam
memberikan nama kepada anak adalah segera setelah anak tersebut lahir.
َح َّد َثيِن ِإْس َح اُق ْبُن َنْص ٍر َح َّد َثَنا َأُب و ُأَس اَم َة َق اَل َح َّد َثيِن ُبَر ْي ٌد َعْن َأيِب ُبْر َدَة َعْن َأيِب