Anda di halaman 1dari 6

MANAJEMEN 

HIPOVOLEMIA  

Observasi

 Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,turgor kulit
menurun, membrane mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat,
haus dan lemah)
 Monitor intake dan output cairan 

Terapeutik

 Hitung kebutuhan cairan


 Berikan posisi modified trendelenburg
 Berikan asupan cairan oral

Edukasi

 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral


 Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis (mis. cairan NaCl, RL)


 Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
 Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate)
 Kolaborasi pemberian produk darah

MANAJEMEN HIPERTERMIA (I.15506)

Observasi

 Identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi terpapar lingkungan panas


penggunaan incubator)
 Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
 Monitor haluaran urine

Terapeutik

 Sediakan lingkungan yang dingin


 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih)
 Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila)
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
 Batasi oksigen, jika perlu
Edukasi

 Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

 Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

REGULASI TEMPERATUR

Observasi

 Monitor suhu bayi sampai stabil ( 36.5 C -37.5 C)


 Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam, jika perlu
 Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor dan catat  tanda dan gejala hipotermia dan hipertermia

Terapeutik

 Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu


 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
 Bedong bayi segera setelah lahir, untuk mencegah kehilangan panas
 Masukkan bayi BBLR ke dalam plastic segera setelah lahir ( mis. bahan
polyethylene, poly urethane)
 Gunakan topi bayi untuk memcegah kehilangan panas pada bayi baru lahir
 Tempatkan bayi baru lahir di bawah radiant warmer 
 Pertahankan kelembaban incubator 50 % atau lebih untuk mengurangi
kehilangan panas Karena proses evaporasi
 Atur suhu incubator sesuai kebutuhan
 Hangatkan terlebih dahulu bhan-bahan yang akan kontak dengan bayi (mis.
seelimut,kain bedongan,stetoskop)
 Hindari meletakkan bayi di dekat jendela terbuka atau di area aliran pendingin
ruangan atau kipas angin
 Gunakan matras penghangat, selimut hangat dan penghangat ruangan, untuk
menaikkan suhu tubuh, jika perlu
 Gunakan kasur pendingin, water circulating blanket, ice pack atau jellpad dan
intravascular cooling catherization untuk menurunkan suhu
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien

Edukasi

 Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion,heat stroke


 Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara dingin
 Demonstrasikan teknik perawatan metode kangguru (PMK) untuk bayi BBLR

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian antipiretik jika perlu


MANAJEMEN SYOK HIPOVOLEMIK
Observasi
 Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD.
MAP)
 Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
 Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
 Periksa tingkat kesadaran dan respon pupil
 Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya DOTS (deformitiyldeformitas,
open wound/luka terbuka, tenderness/nyeri tekan, swelling/bengkak)
Terapeutik
 Pertahankan jalan napas paten
 Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
 Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
 Lakukan penekanan langsung (direct pressure) pada perdarahan eksternal
 Berikan posisi syok (modified Trendelenberg)
 Pasang jalur IV berukuran besar (mis. nomor 14 atau 16)
 Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
 Pasang selang nasogastrik untuk dekompresi lambung
 Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah langkap dan elektrolit
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 1-2 L pada dewasa
 Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20 mL/K9BB pada anak
 Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
MANAJEMEN JALAN NAPAS

Observasi

 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)


 Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi
kering)
 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

Terapeutik

 Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust


jika curiga trauma cervical)
 Posisikan semi-Fowler atau Fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum
 Penghisapan endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill 
 Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi. 
 Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

PENCEGAHAN ASPIRASI

Observasi

 Monitor tingkat kesadaran, batuk, muntah dan kemampuan menelan


 Monitor status pernafasan
 Monitor bunyi nafas, terutama setelah makan/ minum
 Periksa residu gaster sebelum memberi asupan oral
 Periksa kepatenan selang nasogastric sebelum memberi asupan oral

Terapeutik

 Posisikan semi fowler (30-45 derajat) 30 menit sebelum memberi asupan oral
 Pertahankan posisi semi fowler (30-45 derajat) pada pasien tidak sadar
 Pertahanakan kepatenan jalan nafas (mis. Tehnik head tilt chin lift, jaw trust,
in line)
 Pertahankan pengembangan balon ETT
 Lakukan penghisapan jalan nafas, jika produksi secret meningkat
 Sediakan suction di ruangan
 Hindari memberi makan melalui selang gastrointestinal jika residu banyak
 Berikan obat oral dalam bentuk cair

 Edukasi

 Anjurkan makan secara perlahan


 Ajarkan strategi mencegah aspirasi
 Ajarkan teknik mengunyah atau menelan, jika perlu

Manajemen Gangguan Makan

Observasi

 Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori

Terapeutik

 Timbang berat badan secara rutin


 Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas fisik (termasuk olahraga) yang sesuai
 Lakukan kontrak perilaku (mis. target berat badan, tanggung jawab perilaku)
 Dampingi ke kamar mandi untuk pengamatan perilaku memuntahkan kembali
makanan
 Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan perubahan prilaku
 Berikan konsekuensi jika tidak mencapai target sesuai kontrak
 Rencanakan program pengobatan untuk perawatan di rumah (mis. medis, konseling)

Edukasi

 Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu


pengeluaran makanan (mis. pengeluaran yang disengaja, muntah, aktivitas
berlebihan)
 Ajarkan pengaturan diet yang tepat
 Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah perilaku makan

Kolaborasi

 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan kebutuhan kalori dan pilihan
makanan

MANAJEMEN NUTRISI

Observasi

 Identifikasi status nutrisi


 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik

 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu


 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi

Edukasi

 Anjurkan posisi duduk, jika mampu


 Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,


antiemetik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai