Dilakukannya promosi kepada khalayak ramai yaitu Edukasi dan promosi kesehatan infeksi saluran
kemih (ISK) utamanya adalah mengenai pengobatan dan pencegahan rekurensi.
Pendekatan Perilaku
Tiga faktor risiko utama dari ISK berulang pada wanita adalah frekuensi berhubungan seksual,
penggunaan spermisida dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), dan kehilangan efek estrogen
pada struktur vagina dan periuretra. Modifikasi perilaku yang berhubungan dengan faktor risiko
utama tersebut dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan ISK.
Pada Individu yang aktif melakukan hubungan seksual harus dibiasakan langsung berkemih setelah
berhubungan seksual. Hal ini sebagai upaya menurunkan risiko masuknya bakteri ke kandung kemih
yang berhubungan dengan koitus. Pada pria, penggunaan kodnom pada saat berhubungan seksual
juga menurunkan risiko ISK.
Sirkumsisi harus dipertimbangkan pada anak laki-laki dengan riwayat ISK berulang dan pada individu
dengan refluks vesikoureter tingkat tinggi (tingkat 3 atau lebih) untuk mencegah terjadinya ISK.
Namun pada anak laki-laki yang normal dan tanpa adanya faktor penyulit, berbagai penelitian
menunjukkan tidak adanya keuntungan yang signifikan dari sirkumsisi untuk mencegah ISK.
Terapi Antibiotik Inisiatif-Sendiri
Dalam sebuah penelitian, wanita dengan riwayat ISK setidaknya dua kali sebelumnya terbukti
mampu mendiagnosa dan memberikan terapi ISK sendiri. trimetoprim (TMP) selama 3 hari sering
dipilih sebgai terapi lini pertama,sama seperti dengan amoxicillin dan sefalosporin. Wanita dengan
kecenderungan ISK berulang akibat hubungan seksual, profilaksis poskoitus berupa dosis tunggal
dari antibiotik efektif dapat diberikan seperti: Nitrofurantoin 50mg, trimetoprim-sulfamethoxazole
(TMP-SMX) 40/200mg, atau Cefalexin 500mg.
Pada wanita yang gagal dengan profilaksis poskoitus; pada penderita ISK bukan karena penyebab
yang dapat dimodifikasi, atau pada individu yang berisiko terkena ISK rumit yang berulang, antibiotik
pencegahan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
Pada anak-anak, pencegahan ISK dengan antibiotik tidak memberikan hasil yang efektif, bahkan
meningkatkan kemungkinan dari resistensi antibiotik di kemudian hari.