Anda di halaman 1dari 33

BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Bahasa Indonesia
Para ahli sependapat bahwa
cikal bakal bahasa Indonesia
adalah bahasa
melayu kuno yang dalam
perkembangannya kemudian
melahirkan sejumlah
dialek regional dan dialek
sosial yang tersebar luas di
wilayah Asia
Tenggara. Selain itu, bahasa
melayu yang menurut para
pakar (Blust
1983,1984, Nothofer 1996,
Collins 2005) berasal dari
wilayah Kalimantan
Barat telah pula melahirkan dua
dialek/ragam politis, yaitu
bahasa Indonesia
dan bahasa Malaysia, disamping
dua ragam politis lain yaitu
bahasa Melayu
di Singapura dan bahasa
Melayu di Brunei Darussalam.
Bukti bahwa bahasa Indonesia
berasal dari bahasa Melayu
kuno adalah
adanya sejumlah prasasti
yang di temukan di pulau
Sumatera, Pulau
Bangka, Semenanjung Malaya
(wilayah Malaysia sekarang)
dan di Pulau
Jawa. Prasasti-prasasti itu
ditulis dengan menggunakan
huruf pallawa, yakni
aksara yang dibawah oleh
orang-orang Hindu ke
Indonesia. Ada juga,
menurut Teeluw(1961)
prasasti yang ditulis dengan
huruf Arab, dan ini
tentunya prasasti yang dibuat
sesudah masuknya agama Islam
ke Indonesia.
Menurut Kridalaksana (1991)
sudah ada 18 buah prasasti
yang sudah
teridentifikasi dan besar
kemungkinan akan bertambah
lagi.
Sebagai contoh sebagai
contoh bentuk bahasa
melayu kuno berikut
dikutipkan bagian dari
sebuah prasasti yang telah
ditranslitrasi kedalam
huruf latin.
”Nipahat di welanya yang wala
griwijaya kaliwatmanapik yang
bhumi
jaya tida bhakti ka griwajaya.”
Secara harfiah artinya: Dipahat
di waktunya yang tentara
sriwijaya telah
menyerang tanah jawa tidak
takluk ke sriwijaya
Makna sebenarnya: Dipahat
pada waktu tentara sriwijaya
telah
menyerang tanah jawa yang
tidak takluk pada sriwijaya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Bahasa Indonesia
Para ahli sependapat bahwa
cikal bakal bahasa Indonesia
adalah bahasa
melayu kuno yang dalam
perkembangannya kemudian
melahirkan sejumlah
dialek regional dan dialek
sosial yang tersebar luas di
wilayah Asia
Tenggara. Selain itu, bahasa
melayu yang menurut para
pakar (Blust
1983,1984, Nothofer 1996,
Collins 2005) berasal dari
wilayah Kalimantan
Barat telah pula melahirkan dua
dialek/ragam politis, yaitu
bahasa Indonesia
dan bahasa Malaysia, disamping
dua ragam politis lain yaitu
bahasa Melayu
di Singapura dan bahasa
Melayu di Brunei Darussalam.
Bukti bahwa bahasa Indonesia
berasal dari bahasa Melayu
kuno adalah
adanya sejumlah prasasti
yang di temukan di pulau
Sumatera, Pulau
Bangka, Semenanjung Malaya
(wilayah Malaysia sekarang)
dan di Pulau
Jawa. Prasasti-prasasti itu
ditulis dengan menggunakan
huruf pallawa, yakni
aksara yang dibawah oleh
orang-orang Hindu ke
Indonesia. Ada juga,
menurut Teeluw(1961)
prasasti yang ditulis dengan
huruf Arab, dan ini
tentunya prasasti yang dibuat
sesudah masuknya agama Islam
ke Indonesia.
Menurut Kridalaksana (1991)
sudah ada 18 buah prasasti
yang sudah
teridentifikasi dan besar
kemungkinan akan bertambah
lagi.
Sebagai contoh sebagai
contoh bentuk bahasa
melayu kuno berikut
dikutipkan bagian dari
sebuah prasasti yang telah
ditranslitrasi kedalam
huruf latin.
”Nipahat di welanya yang wala
griwijaya kaliwatmanapik yang
bhumi
jaya tida bhakti ka griwajaya.”
Secara harfiah artinya: Dipahat
di waktunya yang tentara
sriwijaya telah
menyerang tanah jawa tidak
takluk ke sriwijaya
Makna sebenarnya: Dipahat
pada waktu tentara sriwijaya
telah
menyerang tanah jawa yang
tidak takluk pada sriwijaya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Bahasa Indonesia
Para ahli sependapat bahwa
cikal bakal bahasa Indonesia
adalah bahasa
melayu kuno yang dalam
perkembangannya kemudian
melahirkan sejumlah
dialek regional dan dialek
sosial yang tersebar luas di
wilayah Asia
Tenggara. Selain itu, bahasa
melayu yang menurut para
pakar (Blust
1983,1984, Nothofer 1996,
Collins 2005) berasal dari
wilayah Kalimantan
Barat telah pula melahirkan dua
dialek/ragam politis, yaitu
bahasa Indonesia
dan bahasa Malaysia, disamping
dua ragam politis lain yaitu
bahasa Melayu
di Singapura dan bahasa
Melayu di Brunei Darussalam.
Bukti bahwa bahasa Indonesia
berasal dari bahasa Melayu
kuno adalah
adanya sejumlah prasasti
yang di temukan di pulau
Sumatera, Pulau
Bangka, Semenanjung Malaya
(wilayah Malaysia sekarang)
dan di Pulau
Jawa. Prasasti-prasasti itu
ditulis dengan menggunakan
huruf pallawa, yakni
aksara yang dibawah oleh
orang-orang Hindu ke
Indonesia. Ada juga,
menurut Teeluw(1961)
prasasti yang ditulis dengan
huruf Arab, dan ini
tentunya prasasti yang dibuat
sesudah masuknya agama Islam
ke Indonesia.
Menurut Kridalaksana (1991)
sudah ada 18 buah prasasti
yang sudah
teridentifikasi dan besar
kemungkinan akan bertambah
lagi.
Sebagai contoh sebagai
contoh bentuk bahasa
melayu kuno berikut
dikutipkan bagian dari
sebuah prasasti yang telah
ditranslitrasi kedalam
huruf latin.
”Nipahat di welanya yang wala
griwijaya kaliwatmanapik yang
bhumi
jaya tida bhakti ka griwajaya.”
Secara harfiah artinya: Dipahat
di waktunya yang tentara
sriwijaya telah
menyerang tanah jawa tidak
takluk ke sriwijaya
Makna sebenarnya: Dipahat
pada waktu tentara sriwijaya
telah
menyerang tanah jawa yang
tidak takluk pada sriwijaya
KATA PENGANTAR
Tujuan dari pendidikan tinggi adalah mewujudkan manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan
bangsa. Terkait dengan tujuan tersebut, mata kuliah Bahasa Indonesia perlu
dikembangkan untuk tujuan yang lebih khusus.
Yang dimaksud tujuan khusus ini adalah mampu mengarahkan pada
mahasiswa untuk memiliki rasa kebangsaan dan bela negara yang tinggi. Hal
tersebut dilakukan sebab banyak ditemukan turunnnya rasa nasionalisme
mahasiswa dengan mulai ditinggalkannya nilai-nilai kebangsaan dan bela negara.
Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tujuan dari pendidikan tinggi adalah mewujudkan manusia yang beriman danbertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten,
dan berbudaya untuk kepentinganbangsa. Terkait dengan tujuan tersebut, mata kuliah Bahasa
Indonesia perludikembangkan untuk tujuan yang lebih khusus. Yang dimaksud tujuan khusus ini
adalah mampu mengarahkan padamahasiswa untuk memiliki rasa kebangsaan dan bela negara
yang tinggi. Haltersebut dilakukan sebab banyak ditemukan turunnnya rasa
nasionalismemahasiswa dengan mulai ditinggalkannya nilai-nilai kebangsaan dan bela negara.Penyusun
sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuandan pengalaman bagi pembaca.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masihbanyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini karena keterbatasanpengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritikdan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penulisan 2

1.4 Manfaat Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Sejarah Bahasa Indonesia 3

2.1.1 Bahasa Indonesia Sebelum Kemerdekaan 4


2.1.2 Bahasa Indonesia Sesudah Kemerdekaan 8

2.2 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia 11

BAB III PENUTUP 16

3.1 Kesimpulan 16

3.2 Saran 16

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang berasal dari bahasa Melayu.Bahasa tersebut digunakan
sebagai bahasa perantara (lingua franca) ataubahasa pergaulan, di hampir seluruh wilayah Asia
Tenggara. Hal ini diperkuatdengan ditemukannya prasasti-prasasti kuno yang ditulis
denganmenggunakan bahasa Melayu.Bahasa Indonesia dikumandangkan secara resmi pada tanggal 28
Oktober1928 yang bertepatan dengan peristiwa Sumpah Pemuda. Peresmian namabahasa Indonesia
tersebut bermakna politis sebab bahasa Indonesia dijadikansebagai alat perjuangan oleh kaum
nasionalis yang sekaligus bertindaksebagai perencana bahasa untuk mencapai negara Indonesia
yang merdekadan berdaulat. Peresmian nama itu juga menunjukan bahwa sebelumperistiwa
Sumpah Pemuda itu nama bahasa Indonesia sudah ada. Faktasejarah menunjukkan bahwa
sebelum tahun 1928 telah ada gerakankebangsaan yang menggunakan nama “Indonesia”
dan dengan sendirinyapada mereka telah ada suatu konsep tentang bahasa Indonesia.Alasan yang
kuat sehingga bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasakebangsaan adalah (1) bahasa Indonesia
sudah merupakan lingua franca,yakni bahasa perhubungan antaretnis di Indonesia, (2)
walaupun jumlahpenutur aslinya tidak sebanyak penutur bahasa Jawa, Sunda, atau
bahasaMadura, bahasa Melayu memiliki daerah penyebaran yang sangat luas danyang melampaui
batas-batas wilayah bahasa lain, (3) Bahasa Melayu masihberkerabat dengan bahasa-bahasa
nusantara lain sehingga tidak dianggapsebagai bahasa asing lagi, (4) Bahasa Melayu
mempunyai sistem yangsederhana sehingga relatif mudah dipelajari, (5) faktor psikologis,
yaituadanya kerelaan dan keinsafan dari penutur bahasa Jawa dan Sunda, sertapenutur bahasa-bahasa
lain, untuk menerima bahasa Melayu sebagai bahasapersatuan, (6) bahasa Melayu memiliki
sesanggupan untuk dapat dipakaisebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan kita bahas dalam makalah ini yaitu :

1. Bagaimana sejarah perkembangan bahasa Indonesia?

2. Bagaimana kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia?


1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah:

1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan bahasa Indonesia.

2. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

1.4. Manfaat

Adapun Manfaat penulisan makalah ini ialah :

1. Memahami dan mengetahui sejarah perkembangan bahasa Indonesia.

2. Memahami dan mengetahui kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Bahasa Indonesia

Para ahli sependapat bahwa cikal bakal bahasa Indonesia adalah bahasamelayu kuno yang dalam
perkembangannya kemudian melahirkan sejumlahdialek regional dan dialek sosial yang tersebar
luas di wilayah AsiaTenggara. Selain itu, bahasa melayu yang menurut para pakar
(Blust1983,1984, Nothofer 1996, Collins 2005) berasal dari wilayah KalimantanBarat telah pula
melahirkan dua dialek/ragam politis, yaitu bahasa Indonesiadan bahasa Malaysia, disamping dua ragam
politis lain yaitu bahasa Melayudi Singapura dan bahasa Melayu di Brunei Darussalam.Bukti bahwa
bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu kuno adalahadanya sejumlah prasasti yang di
temukan di pulau Sumatera, PulauBangka, Semenanjung Malaya (wilayah Malaysia sekarang) dan di
PulauJawa. Prasasti-prasasti itu ditulis dengan menggunakan huruf pallawa, yakniaksara yang dibawah
oleh orang-orang Hindu ke Indonesia. Ada juga,menurut Teeluw(1961) prasasti yang ditulis
dengan huruf Arab, dan initentunya prasasti yang dibuat sesudah masuknya agama Islam ke
Indonesia.Menurut Kridalaksana (1991) sudah ada 18 buah prasasti yang sudahteridentifikasi
dan besar kemungkinan akan bertambah lagi.Sebagai contoh sebagai contoh bentuk bahasa
melayu kuno berikutdikutipkan bagian dari sebuah prasasti yang telah ditranslitrasi
kedalamhuruf latin. ”Nipahat di welanya yang wala griwijaya kaliwatmanapik yang bhumijaya tida bhakti
ka griwajaya.”Secara harfiah artinya: Dipahat di waktunya yang tentara sriwijaya telahmenyerang tanah
jawa tidak takluk ke sriwijayaMakna sebenarnya: Dipahat pada waktu tentara sriwijaya
telahmenyerang tanah jawa yang tidak takluk pada sriwijaya.
Dari kutipan tersebutdapat
dikenali sejumlah kata yang
hingga yang
kini masih biasa digunakan.
Kata kata itu adalah pahat, di,
yang, wala(bala)
bhumi(bumi), tida(tidak), bhakti
(bakti), dan ka (ke).
Kata wala menjadi bala dimana
fonem [w] berubah menjadi [b]
adalah
perubahan yang umum dan
biasa. Ada contoh lain, yaitu
watu menjadi batu
dan wankai menjadi bangkai.
Fonem [bh] menjadii [b] pada
kata bhumi dan
bhakti adalah juga perubahan
yang biasa terjadi begitupun
fonem[a] berubah
menjadi [e] pada kata ka juga
merupakan peubahan yang
biasa ada contoh
lain, yaitu kata tantara
menjadi tentara dan kata
karena menjadi kerana
(dalam bahasa Melayu kini).
Dari kutipan tersebutdapat dikenali sejumlah kata yang hingga yangkini masih biasa digunakan. Kata
kata itu adalah pahat, di, yang, wala(bala)bhumi(bumi), tida(tidak), bhakti (bakti), dan ka (ke).Kata wala
menjadi bala dimana fonem [w] berubah menjadi [b] adalahperubahan yang umum dan biasa. Ada
contoh lain, yaitu watu menjadi batudan wankai menjadi bangkai. Fonem [bh] menjadii [b] pada kata
bhumi danbhakti adalah juga perubahan yang biasa terjadi begitupun fonem[a] berubahmenjadi [e]
pada kata ka juga merupakan peubahan yang biasa ada contohlain, yaitu kata tantara menjadi
tentara dan kata karena menjadi kerana(dalam bahasa Melayu kini).
2.1.1 Bahasa Indonesia
sebelum kemerdekaan
Pada dasarnya Bahasa
Indonesia berasal dari bahasa
Melayu. Pada
zaman Sriwijaya, bahasa
Melayu dipakai sebagai
bahasa penghubung
antar suku di Nusantara
dan sebagai bahasa yang di
gunakan dalam
perdagangan antara pedagang
dari dalam Nusantara dan
dari luar
Nusantara.Membahas tentang
sejarah perkembangan bahasa
indonesia
sebelum merdeka tidak terjadi
dalam suatu waktu yang
singkat, tetapi
mengalami proses pertumbuhan
berabad-abad lamanya.
Alasan dipilihnya bahasa
Melayu sebagai bahasa
nasional adalah
sebagai berikut:
a. Bahasa Melayu telah
berabad-abad lamanya dipakai
sebagai lingua
franca (bahasa perantara atau
bahasa pergaulan dibidang
perdagangan) di seluruh
wilayah Nusantara.
b. Bahasa Melayu
mempunyai struktur
sederhana sehingga mudah
dipelajari, mudah
dikembangkan pemakaiannya,
dan mudah
menerima pengaruh luar
untuk memerkaya dan
menyempurnakan
fungsinya.
c. Bahasa Melayu bersifat
demokratis, tidak
memperlihatkan adanya
perbedaan tingkatan bahasa
berdasarkan perbedaan status
sosial
pemakainya, sehingga tidak
menimbulkan perasaan
sentimen dan
perpecahan
2.1.1 Bahasa Indonesia sebelum kemerdekaan.

Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Padazaman Sriwijaya, bahasa Melayu
dipakai sebagai bahasa penghubungantar suku di Nusantara dan sebagai bahasa yang di
gunakan dalamperdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan dari
luarNusantara.Membahas tentang sejarah perkembangan bahasa indonesiasebelum merdeka
tidak terjadi dalam suatu waktu yang singkat, tetapimengalami proses pertumbuhan berabad-abad
lamanya.Alasan dipilihnya bahasa Melayu sebagai bahasa nasional adalahsebagai berikut:

a. Bahasa Melayu telah berabad-abad lamanya dipakai sebagai linguafranca (bahasa perantara atau
bahasa pergaulan dibidangperdagangan) di seluruh wilayah Nusantara.
b. Bahasa Melayu mempunyai struktur sederhana sehingga mudahdipelajari, mudah
dikembangkan pemakaiannya, dan mudahmenerima pengaruh luar untuk memerkaya dan
menyempurnakanfungsinya.

c. Bahasa Melayu bersifat demokratis, tidak memperlihatkan adanyaperbedaan tingkatan bahasa


berdasarkan perbedaan status sosialpemakainya, sehingga tidak menimbulkan perasaan
sentimen dan perpecahan

d. Adanya semangat kebangsaan yang besar dari pemakai bahasadaerah lain untuk
menerima bahasa Melayu sebagai bahasapersatuan.

e. Adanya semangat rela berkorban dari masyarakat Jawa demi tujuanyang mulia

Bahasa Melayu adalah bahasa kebangsaan Brunei,Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Bahasa
Indonesia yangberkedudukan sebagai bahasa kebangsaan dan bahasa resmi NegaraRepublik
Indonesia merupakan sebuah dialek bahasa Melayu, yangpokoknya dari bahasa Melayu Riau
(bahasa Melayu dari provinsi Riau,Sumatera, Indonesia). Agaknya terlalu sederhana untuk
mengatakan bahwa BahasaIndonesia berasal dari bahasa Melayu Riau. Orang-orang lupa
bahwabahasa Melayu Riau hanyalah merupakan satu dialek dari sekian banyakdialek Melayu yang
lain.Diatas semua ini sudah terkenal di seluruhNusantara suatu bahasa perhubungan,
suatulingua Franca yang disebutdengan Melayu Pasar. Melayu Pasar inilah yang merupakan faktor
yangpaling penting untuk di terimanya.Nama Melayu mula-mula digunakan sebagai nama kerajaan tua
didaerah Jambi di tepi sungai Batanghari, yang pada pertengahan abad ke-7ditaklukkan oleh kerajaan
Sriwijaya. Selama empat abad, kerajaan iniberkuasa di daerah Sumatera Selatan bagian Timur
dan di bawahpemerintahan raja-raja Syailendra bukan saja menjadi pusat politik diAsia Tenggara,
melainkan juga menjadi pusat ilmu pengetahuan.Untuk mengikuti pertumbuhan bahasa Indonesia
dari awal mulaterdapatnya faktor-faktor historis hingga sekarang, baiklah kita mengikutibeberapa
perkembangan berikut.

A . Masa Prakolonial

Walaupun bukti-bukti tertulis masih kurang, dapat di pastikanbahasa yang di pakai oleh kerajaan
Sriwijaya pada abad VII adalahbahasa Melayu. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa
Melayutampak lebih jelas dari berbagai peninggalan–peninggalan bersejarah misalnya: Tulisan yang
terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh,Aceh pada tahun 1380 M, Prasasti Kedukan Bukit,
di Palembang,pada tahun 683, Prasasti Talang Tuo, di Palembang, pada tahun 684,Prasasti Kota
Kapur, di Bangka Barat, pada tahun 686, PrasastiKarang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada
tahun 688.Walaupun bukti tertulis hampir tidak ada, dengan adanyabermacam-macam dialek
Melayu yang tersebar di seluruh Nusantaraseperti dialek Melayu Ambon, Larantuka, Kupang
Betawi, danManado, dapatlah dipastikan bahwa bahasa Melayu sudah mengalamipenyebaran seluas
itu.Dalam kesusastraan Tiongkok terdapat berita-berita tentangmusafir-musafir Cina yang
bertahun-tahun tinggal di kota-kotaIndonesia. Mereka mempergunakan bahasa penduduk asli
yangdisebut Kwu’un Lun. I Tsing yang belajar di Sriwijaya pada akhirabad VII juga menggunakan
bahasa itu.

b. Masa Kolonial

Ketika orang-orang Barat sampai di Indonesia pada abad ke XVI,mereka menghadapi suatu kenyataan,
yaitu bahasa Melayu merupakansuatu bahasa resmi dalam pergaulan dan bahasa perantara
dalamperdagangan (lingua franca). Hal ini dapat di buktikan dari beberapakenyataan berikut. Seorang
Portugis bernama Pigafetta, setelahmenjunjung Tidore, menyusun semacam daftar kata pada tahun
1522;berarti sebelum itu bahasa Melayu sudah tersebar sampai KepulauanMaluku. Baik bangsa
Portugis maupun bangsa Belanda yang datang keIndonesia mendirikan sekolah-sekolah. Mereka
terbentur pada soalbahasa pengantar. Usaha-usaha untuk memakai bahasa Portugis ataubahasa
Belanda sebagai bahasa pengantar selalu mengalamikegagalan. Demikianlah pengakuan seorang
Belanda yang bernamaDanckaerts dalam tahun 1631.Ia menyatakan bahwa kebanyakan sekolah di
Maluku itukebanyakan memakai bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. 7Kegagalan di
dalam memakai bahasa-bahasa Barat itu memuncakdengan keluarnya suatu keputusan
pemerintah kolonial, KB 1871 No.104, yang menyatakan bahwa pengajaran di sekolah-sekolah
BumiPutra, kalau tidak digunakan bahasa Melayu, di berikan dalam bahasadaerah

c. Masa Pergerakan Kemerdekaan

Dengan lahirnya Budi Utomo pada tahun 1908 sebagaipenggerakan kemerdekaan, terasa
sangat diperlukan suatu bahasauntuk mengikat bermacam-macam suku bangsa di
Indonesia.Pergerakan yang besar dan hebat hanya dapat berhasil kalau semuarakyat diikutsertakan.
Untuk itu mereka mencari suatu bahasa yangdapat dipahami dan dipakai semua orang.Pada mulanya
memang sulit untuk menentukan bahasa mana yangakan menjadi bahasa persatuan. Tiap perhimpunan
pemuda, apakahJong Java, Jong Sumatra atau Jong Ambon, lebih suka menggunakanbahasa daerahnya
sendiri. Budi Utomo, misalnya lebih menekankankebudayaan dan bahasa Jawa. Hal-hal ini
dirasakan sangatmenghambat persatuan dan kesatuan yang hendak dicapai.Mengingat kesulitan-
kesulitan untuk mempersatukan berbagaisuku bangsa di Indonesia, pada tahun 1926 Jong Java
merasa perlumengakui suatu bahasa daerah sebagai media penghubung pemuda-pemudi Indonesia.
Bahasa melayu dipilih sebagai bahasapengantar. Pemuda-pemudi di Sumatra sudah lebih dulu
menyatakandengan tegas hasrat mereka agar bahasa Melayu Riau, yang jugadisebut Melayu
Tinggi, diakui sebagai bahasa persatuan. Walaupundengan adanya hasrat yang tegas ini, sebagai
majalah Jong Java danJong Sumatranen Bond masih ditulis dalam bahasa Belanda.Perlu pula dicatat
jasa beberapa Surat kabar yang turutmenyebarluaskan bahasa Melayu, seperti Bianglala, Bintang
Timoer,Kaum Moeda, dan Neratja. Disamping pengaruhnya yang sangat besardalam perkembangan
bahasa Melayu, media tersebut sekaligus

menjadi penghubung dan tempat latihan bagi putra-putri Indonesiauntuk mengutarakan berbagai
macam masalah.Dengan adanya bermacam-macam faktor seperti disebutkandiatas, akhirnya
tibalah saat diadakan Kongres Pemuda Indonesia diJakarta, yaitu pada tanggal 28 Oktober 1928.
Sebagai hasil yangpaling gemilang dari kongres itu, diadakan ikrar bersama yangterkenal
dengan nama Sumpah Pemuda, yang berbunyi:Kami poetera dan poeteri Indonesiamengakoe
bertoempah darah satoe,Tanah Air Indonesia.Kami poetera dan poeteri Indonesiamengakoe berbangsa
satoe,Bangsa Indonesia.Kami poetera dan poeteri IndonesiaMendjoendjoeng bahasa persatoean,Bahasa
Indonesia

2.1.2 Bahasa Indonesia Setelah Kemerdekaan

Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, tanggal 18 Agustus 1945,dalam UUD 1945 ditetapkanlah
bahasa Indonesia sebagai bahasaNegara pada pasal 36. Pada tanggal 19 Maret 1947”bahasa
Negaraadalah bahasa Indonesia”. Penggunaan Ejaan Republik (EjaanSoewandi) diresmikan
menggantikan Ejaan van Ophuysen yang berlakusejak tahun 1901.Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada
tahun 1901 dan diterbitkandalam sebuah buku Kitab Logat Melajoe. Sejak ditetapkannya itu, ejaanVan
Ophuysen pun dinyatakan berlaku. Sesuai dengan namanya ejaanitu disusun oleh Ch.A.Van
Ophuysen, yang dibantu oleh EngkuNawawi gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan
Ibrahim.Sebelum ejaan Van Ophuysen disusun para penulis pada umumnyamempunyai aturan
sendiri-sendiri dalam menuliskan konsonan, vokal,kata, kalimat, dan tanda baca. Oleh karena itu,
sistem ejaan yang igunakan pada waktu itu sangat beragam. Terbitnya ejaan VanOphuysen
mengurangi kekacauan ejaan yang terjadi pada masa itu.Beberapa hal yang cukup menonjol dalam
Ejaan Van Ophuysen

antara lain sebagai berikut :

1.Huruf y ditulis dengan j, misalnya:

Sayang → Sajang

Yakin →Jakin

Saya →Saja

2. Huruf u ditulis dengan oe, misalnya:

Umum →Oemoem

Sempurna →Sempoerna

3. Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma diatas, misalnya:

Rakyat → Ra’yat

Bapak → Bapa’

Rusak → Rusa’
4. Huruf j ditulis dengan dj, misalnya :

Jakarta→ Djakarta

Raja → Radja

Jalan → Djalan

5. Huruf c ditulis dengan tj, misalnya :

Pacar → Patjar

Cara → Tjara

Ejaan Republik ialah ejaan baru yang disusun oleh Mr. Soewandi.Penyusunan ejaan baru
dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaanyang berlaku sebelumnya yaitu ejaan Van
Ophuysen juga untukmenyederhanakan sistem ejaan bahasa Indonesia. Pada tanggal 19Maret
1947, setelah selesai disusun ejaan baru itu diresmikan danditetapkan berdasarkan surat
keputusan menteri pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor
264/Bhg.A, tanggal 19Maret 1947. Ejaan baru itu diresmikan dengan Nama Ejaan Republik.Ejaan
Repubik lazim disebut Ejaan Soewandi karena Nama itudisesuaikan dengan Nama orang yang
memprakarsainya. Seperti kitaketahui, Soewandi merupakan Nama Menteri Pendidikan,
Pengajaran,dan Kebudayaan ketika ejaan itu disusun oleh karena itu, kiranya wajarjika ejaan yang
disusunnya juga dikenal sebagai Ejaan Soewandi.Ejaan yang terakhir yang berlaku sampai sekarang
adalah Ejaanyang disempurnakan. Ejaan ini diresmikan pada tahun 1972. SebelumEYD, Lembaga
Bahasa dan Kesusastraan, (sekarang Pusat Bahasa),pada tahun 1967 mengeluarkan Ejaan Baru
(Ejaan LBK). Ejaan Barupada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang telah dirintis olehpanitia
Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri daripanitia Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan
dari Malaysia. Panitia ituberhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang kemudian diberi namaEjaan
Baru. Panitia itu bekerja atas dasar surat keputusan menteripendidikan dan kebudayaan
no.062/67, tanggal 19 September 1967.Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama ditandatangani
olehMenteri Pelajaran Malaysia Tun Hussein Onn dan Menteri Pendidikandan Kebudayaan Indonesia,
Mashuri. Pernyataan bersama tersebutmengandung persetujuan untuk melaksanakan asas
yang telahdisepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru danEjaan Yang
Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972,berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57
Tahun 1972, berlakulahsistem ejaan Latin bagi bahasa Melayu ("Rumi" dalam istilah bahasaMelayu
Malaysia) dan bahasa Indonesia. Di Malaysia, ejaan barubersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi
Bersama (ERB). Pada waktupidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun
KemerdakanRepublik Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17 Agustus 1972diresmikanlah
pemakaikan ejaan baru untuk bahasa Indonesia olehPresiden Republik Indonesia. Dengan
Keputusan Presiden No. 57tahun 1972, ejaan tersebut dikenal dengan nama Ejaan Bahasa

Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Ejaan tersebut merupakan hasilyang dicapai oleh kerja
panitia ejaan bahasa Indonesia yang telahdibentuk pada tahun 1966. Ejaan Bahasa
Indonesia YangDisempurnakan ini merupakan penyederhanaan serta penyempurnaandari pada Ejaan
Suwandi atau ejaan Republik yang dipakai sejak bulanMaret 1947.Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober
1972, Panitia PengembanganBahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan
Kebudayaanmenerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yangDisempurnakan"
dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas.Setelah itu, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan KeputusanMenteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975
Nomor0196/U/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan BahasaIndonesia yang
Disempurnakan" dan "Pedoman Umum PembentukanIstilah".

Garis Waktu Peresmian Ejaan

a. Tahun 1901 ejaan yang digunakan ejaan van ophuijsen


b. Ejaan republik diresmikan 1947
c. Berdasarkan Putusan Presiden No.57, Tahun 1972, diresmikanpemakaian Ejaan Bahasa
Indonesia. Departemen pendidikan danKebudayaan menyebarkan buku kecil yang
berjudul PedomanEjaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
d. Tahun 1975 dikeluarkan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yangDisempurnakan (EYD) dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilaholeh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat
putusannyaNo. 0196/1975.
e. Lima tahun sekali, Ejaan Bahasa Indonesia senantiasadisempurnakan hingga sekarang
melalui Kongres Nasional BahasaIndonesia dengan motor penggerak Pusat Bahasa.
f. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisidikuatkan dengan
Surat Putusan Menteri Pendidikan danKebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September
1987.
g. Di era kesejagatan kini, Bahasa Indonesia dipelajari di berbagaiPerguruan Tinggi nasional dan
internasional.

2.2 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

sebagai bahasa nasional; kedudukannya berada diatas bahasa-bahasadaerah. Selain itu, di


dalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasalkhusus (Bab XV, Pasal 36) mengenai
kedudukanbahasa Indonesia yangmenyatakan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Dengan
kata lain,ada dua macam kedudukan bahasa Indonesia. Pertama, bahasa
Indonesiaberkedudukan sebagai bahasa nasional sesuai dengan sumpah pemuda 1928;kedua, bahasa
Indonesia berkedudukan sebagai bahasa negara sesuai denganUndang-Undang Dasar 1945.

Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting yangtercantum di dalam:


1. Ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 dengan bunyi, “Kami putra dan putriIndonesia menjunjung
bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.
2. Undang- Undang Dasar RI 1945 Bab XV (Bendera, Bahasa, dan lambangNegara, serta Lagu
Kebangsaan) Pasal 36 menyatakan bahwa “BahasaNegara ialah Bahasa Indonesia”.

Maka kedudukan Bahasa Indonesia sebagai:

A. Bahasa Nasional

Kedudukannya berada diatas bahasa-bahasa daerah. Hasil PerumusanSeminar Politik Bahasa Nasional
yang diselenggarakan di Jakarta padatanggal 25-28 Februari 1975 menegaskan bahwa dalam
kedudukannya

sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:

1. Lambang kebanggaan Nasional.

Sebagai lambang kebanggaan Nasional bahasa Indonesiamemancarkan nilai-nilai sosial budaya


luhur bangsa Indonesia. Dengankeluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus
bangga,menjunjung dan mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan terhadap bahasa
Indonesia, harusmemakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Kitaharus bangga
memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya.

2. Lambang Identitas Nasional.

Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakanlambang bangsa Indonesia. Berarti
bahasa Indonesia akan dapatmengetahui identitas seseorang, yaitu sifat, tingkah laku, dan
wataksebagai bangsa Indonesia. Kita harus menjaganya jangan sampai cirikepribadian kita tidak
tercermin di dalamnya. Jangan sampai bahasaIndonesia tidak menunjukkan gambaran bangsa
Indonesia yangsebenarnya.

3. Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakangsosial budaya dan
bahasanya.

Dengan fungsi ini memungkinkan masyarakat Indonesia yangberagam latar belakang sosial
budaya dan berbeda-beda bahasanyadapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita,
dan rasa nasibyang sama. Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa amandan serasi
hidupnya, karena mereka tidak merasa bersaing dan tidakmerasa lagi ‘dijajah’ oleh masyarakat suku
lain. Karena dengan adanya kenyataan bahwa dengan menggunakanbahasa Indonesia, identitas
suku dan nilai-nilai sosial budaya daerahmasih tercermin dalam bahasa daerah masing-masing.
Kedudukan danfungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun.Bahkan,
bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanahbahasa Indonesia.
d. Alat penghubung antar budaya antar daerah.

Manfaat bahasa Indonesia dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa Indonesia
seseorang dapat saling berhubunganuntuk segala aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala
kebijakan danstrategi yang berhubungan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial,budaya,
pertahanan, dan kemanan mudah diinformasikan kepada warga.Apabila arus informasi antarmanusia
meningkat berarti akanmempercepat peningkatan pengetahuan seseorang. Apabila
pengetahuanseseorang meningkat berarti tujuan pembangunan akan cepat tercapai.

B. Bahasa Negara (Bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia)

Dalam Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yangdiselenggarakan di Jakarta pada
tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai
bahasa negara,bahasa Indonesia berfungsi sebagai:

1. Bahasa resmi kenegaraan.

Bukti bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraanadalah digunakannya bahasa
Indonesia dalam naskah proklamasikemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu bahasa Indonesia
digunakandalam segala upacara, peristiwa serta kegiatan kenegaraan.

2. Bahasa pengantar resmi dilembaga-lembaga pendidikan.

Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari
Taman Kanak-Kanak sampai denganPerguruan Tinggi. Untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar,
materi pelajaranyang berbentuk media cetak hendaknya juga berbahasa Indonesia. Halini dapat
dilakukan dengan menerjemahkan buku-buku yang berbahasaasing. Apabila hal ini dilakukan,
sangat membantu peningkatanperkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan
danteknologi (iptek).

3. Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untukkepentingan perencanaan


dan pelaksanaan pembangunan sertapemerintah.

Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antarbadan pemerintahdan penyebarluasan informasi


kepada masyarakat. Sehubungan denganitu hendaknya diadakan penyeragaman sistem administrasi dan
mutumedia komunikasi massa. Tujuan penyeragaman dan peningkatan mututersebut agar isi atau
pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dantepat diterima oleh masyarakat.

3. Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatanilmu pengetahuan serta


teknologi modern.

Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antarbadan pemerintahdan penyebarluasan informasi


kepada masyarakat. Sehubungan denganitu hendaknya diadakan penyeragaman sistem administrasi dan
mutumedia komunikasi massa. Tujuan penyeragaman dan peningkatan mututersebut agar isi atau
pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dantepat diterima oleh masyarakat.

4. Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatanilmu pengetahuan serta


teknologi modern.

Kebudayaan nasional yang beragam yang berasal dari masyarakatIndonesia yang beragam pula.
Dalam penyebarluasan ilmu dan teknologi modern agar jangkauan pemakaiannya lebih luas,
penyebaranilmu dan teknologi, baik melalui buku-buku pelajaran, buku-bukupopuler, majalah-
majalah ilmiah maupun media cetak lain, hendaknyamenggunakan bahasa Indonesia. Pelaksanaan ini
mempunyai hubungantimbal-balik dengan fungsinya sebagai bahasa ilmu yang dirintis lewatlembaga-
lembaga pendidikan, khususnya di perguruan tinggi.

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pemahaman terhadap kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia dapatmenjadi dasar


menumbuhkan jiwa nasionalisme kaum muda dan pelajar.Dalam hal ini bahasa Indonesia
mempunyai dua kedudukan yaitu sebagaibahasa Nasional dan bahasa Negara. Dalam kedudukannya
sebagai bahasanasional bahasa berfungsi sebagai lambang kebanggaan kebangsaan,indentitas
nasional, alat perhubungan antarwarga, antardaerah danantarbudaya, dan alat pemrsatu suku,
budaya dan bahasa di Nusantara. Sedangkan dalam kedudukannya sebagai bahasa negara bahasa
Indonesiaberfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan,alat
perhubungan tingkat nasional dan alat pengembangan kebudayaan, ilmupengetahuan dan teknologi.
Mengimgat pentingnya kedudukan dan fungsibahasa Indonesia penulis mengajak kaum muda dan
pelajar untuk menjagadan terus mengembangkan agar bahasa Indonesia terus bertahan
danberkembang dalam masa yang akan datang. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik
Indonesia sebagaimanadisebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36”bahasa Negaraadalah
bahasa Indonesia”. Sejarah bahasa Indonesia telah tumbuh danberkembang sekitar abad ke VII
dari bahasa Melayu yang sejak zaman dahulusudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan. Bukan
hanya di KepulauanNusantara, melainkan juga di seluruh Asia Tenggara.

3.2. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan,kedepannya penulis akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentangmakalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak yang tentunyadapat di pertanggung jawabkan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikdan
saran dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Online, Diakses pada tanggal 19 Oktober 2021 pukul 17.10 WIB.Nugroho, Agung,” Pemahaman
kedudukan dan fungsi bahasa indonesia sebagaidasar jiwa nasionalisme”, Prosiding Seminar Nasional
Bulan Bahasa UNIB2015”, Volume 1, No.236, STKIP PGRI Lubuklinggau, Lubuklinggau,2015.
Diakses pada tanggal 23 Oktober 2021 Pukul 19.40 WIB.Sari, Indah Puspita,” Pentingnya pemahaman
kedudukan dan fungsi bahasaindonesia sebagai pemersatu negara kesatuan republik indonesia
(nkri)”,Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015”, Volume 1, No.236,STKIP PGRI
Lubuklinggau, Lubuklinggau, 2015. Diakses pada tanggal 23Oktober 2021 Pukul 17.45 WIB.Sujinah,
Fatin, Dkk. Buku ajar Bahasa Indonesia Edisi Revisi, UMSurabayaPublishing, Surabaya, 2018.
Diakses pada tanggal 25 Oktober 2021 pukul10.11 WIB.

Anda mungkin juga menyukai