NIM : 5213121031
FAKULTAS TEKNIK
APRIL 2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas PENULISAN KARYA ILMIAH ini.
Saya ucapkan terima kasih kepada bapak Sahalla Siallagan selaku dosen mata
kuliah penulisan karya ilmiah yang telah mengajar dan membimbing mahasiswa/i agar
dapat memahami cara membuat suatu karya tulis dengan benar.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
saya bersedia menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki tugas ini.
Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami oleh para pembaca dan dapat
berguna bagi diri saya sendiri selaku penulis. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
salah menempatkan kata-kata. Saya ucapkan terima kasih.
Aryan Marzan
Waruwu
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang............................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................................................................6
1.4. Manfaat Penelitian.....................................................................................................................6
1.5. Metode Penelitian......................................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................................9
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................9
2.1. Perkembangan Islam Di Pulau Nias.............................................................................................9
2.2. Peningalan Bersejarah..............................................................................................................10
3.3. Sistem Kekerabatan..................................................................................................................12
3.4. Sistem Religi..............................................................................................................................12
3.5. Adat Pernikahan Muslim Nias...................................................................................................13
BAB III..................................................................................................................................................15
KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................................................................15
3.1. Kesimpulan...............................................................................................................................15
3.2. Saran.........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
Agama asli suku Nias disebut “Molohe adu” (penyembah roh) yang di dalamnya dikenal
banyak dewa, di antaranya yang paling tinggi adalah Lowalangi.Mereka memuja roh dengan
mendirikan patung-patung dari batu dan kayu, rumah tempat pemujaan roh disebut
osali.Pemimpin agama asli disebut ere. Pada masa sekarang nama Lowalangi diambil untuk
menyebut Tuhan Allah dan Osali menjadi nama gereja dalam konsep Kristen. Budaya Nias
sangatlah unik mulai dari bahasa, upacara pernikahan,kematian, tarian dan uji ketangkasan
kesatria perang dengan Fahombo (Lompat Batu) yang sangat terkenal dan masih dijaga
sampai sekarang. Namun di masa sekarang masyarakat Nias lebih terkenal dengan
masyarakat mayoritasKristen, sama halnya dengan suku Batak, Manado atau suku Minang
dan Aceh adalah Islam. Pulau Nias. Menurut badan statitistik kepulauan Nias yang
mempunyai penduduk sebesar 7.63.410 jiwa tahun 2014,dengan prestase 90% adalah
penganut Agama Kristen dan selebihnya adalah Islam dan Budha, penganut Agama Islam
biasanya bermukim di daerah perkotaan dan paling banyak di daerah pesisir termasuk daerah
pesisir Kabupaten Nias yaitu di Desa Bozihöna, kecamatan Idanögawo yang telah
berkembang dan mempunyai pengaruh yang jelas baik dari segi agama dan budaya.
Tidak begitu banyak informasi tentang agama Islam di pulau Nias.hanya ada beberapa artikel
tentang agama Islam seperti dalam Buku”Tuturan Tiga Sosok Nias”. Namun tidak
menceritakan perkembangan Islam itu sendiri dari masa ke masa namun hanya
menginformasikan tentang sejarahnya saja, tentunya sekarang ini banyak yang tidak
mengetahui, terlebih generasi muda Nias, bahwa masyarakat Muslim itu sendiri mempunyai
keunikan tersendiri dari masyarakat Nias pada umumnya, yang adat istiadatnya tidak lepas
dari pengaruh budaya Nias asli, walaupun pengaruh budaya sepertiMinang dan Aceh terasa
masih sangat kental dalam setiap tradisi budaya mereka. Syiar agama Islam di pulau Nias di
perkenalkan oleh para perantau dari Aceh dan Minang. Oleh keturunan Teuke Polem pada
abad ke-17, 2 (dua) abad sebelum Belanda menginjakan kaki ke pulau Nias. Muslim Nias
adalah bagian yang melekat jelas dan tidak terpisahkan dari masyarakat Nias itu
sendiri.Bahkan di era modern sekarang ini, banyak orang di luar pulau Nias tidak mengetahui
kalau masyarakat Nias ada yang menganut Agama Islam, dan telah berkembang sudah sangat
lama di pulau Nias.Walaupun saat ini penganutnya hanya sekitar 4%, tetapi sebagai agama
yang telah masuk ke Nias sejak abad ke VXI, tentunya telah memberi banyak pengaruh
dalam kehidupan masyarakatNias itu sendiri. Dalam bahasa Nias( Li Nono Niha) Islam
disebut sebagai Ndrawa ini mempunyai arti yaitu pendatang, ini juga berlaku bagi orang
Belanda yang disebut sebagai Niha Ndrawa Ulőndra. Walaupun saat ini Islam di pulau
Niaspenganutnya hanya sekitar 4% yang tersebar di seluruh kepulauan Nias, mereka telah
berjalan selaras dengan tradisi yang ada di Nias, dan tentu memberi sedikit banyak pengaruh
tersendri dalam kehidupan masyarakat Nias.Tentu ini menjadi hal yang menarik untuk
diketahui, khususnya bagi generasi sekarang dan yang mendatang. Karena masyarakat
muslim Nias ini mempunyai keunikan tersendiri, yang adat istiadatnya tidak lepas dari
pengaruh budaya asli Nias, walaupun ada pengaruh dari budaya Melayu, Aceh,dan Minang
yang terasa kental dalam kehidupan masyarakat Muslim Nias.
Budaya Nias dan budaya dari luar khususnya dalam hal ini budaya Islam telah mengalami
Inkulturasi dalam kehidupan muslim Nias seperti halnya tradisi perkawinan, tingkah laku dan
kearifan lokal masyarakat muslim Nias. Tentunya ini menjadi hal perlu kita ketahui bersama
bagaimanakah orang muslimNias? Bagaimanakah tradisi-tradisi mereka dan apakah adat Nias
dari leluhur mereka masih dilakukan dalam kehidupan sosial-budaya mereka sehari-hari.
Desa BozihonaKecamatan IdanogawoKabupaten Nias adalah pesisir yang dihuni oleh
sebagian besar masyarakat muslim Muslim Nias, disana mereka juga melakukan kehidupan
sosial-budaya meraka dengan masyarakat Nias lainnya dan hidup berdampingan dengan
damai dan selaras dengan budaya Nias dan agama Islam yang terus dijaga sampai sekarang.
Ada pepatah (Amaedola) Nias mengatakan “Hulő la’ewa nidanő ba ifuli fahalő-halő’’ yang
artinya, rasa persaudaraan itu sangat kuat dan susah untuk dipecahkan, walupun berbeda dan
banyak tantangan diantara orang bersaudara atau “aoha noro nilului wahea,aoha noroniluli
waoso, alisi tafadayadaya, hulu tafaewolowolo yang artinya Pekerjaan (masalah) yang
dikerjakan (dipecahkan) secara bersama-sama akan lebih gampang tuntasnya. Ini adalah
sebagaian besar pepatah (Amaedola) Nias yang akan terus diturunkan terus memerus oleh
orang tua kepada setiap anak dalam keluarga rasa persaudaraan itu tetap harus dijaga dan adat
harus dijunjung tinggi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif melalui
etnografi.Menurut Spradley (1997:12) tujuan utama etnografi ialah memahami sudut pandang
penduduk asli dan hubungan dengan kehidupannya, untuk mendapatkan pandangan dengan
dunianya. Dalam hal ini, peneliti akan berusaha membangun raport yang baik dengan
masyarakat desa Bozihöna khususnya yang Beragama Islam, dan secara langsung, bahwa
penulis akan menulis bentuk laporan atas penelitian lapangan (field work) selama 1 bulan
penulis akan membuat catatan-catatan ketika berada di desa Bozihöna ketika sedang
mewancarai warga. Sewaktu penelitian di lapangan, penulis akanmelakukan pendekatan
secara holistik dan mendiskripsikannya secara mendalam untuk memperoleh native‟s point of
view mengenai bagaiamana kehiidupan masyarakat muslim Nias berkembang di tengah
kehidupan adat Nias yang masih kuat. Dengan itu penulis akan melakukan observasi
partisipasi di Desa Bozihöna dengan berkunjung ke desa tersebut sekitar hampir setiap hari.
penulis berusaha untuk membangun rapport dengan warga dan juga semua warga yang ada di
desa tersebut. Dalam pendekatan yang dilakukan yaitu penulis menggunakan tidak
mengunakan seragam atau almater atau seragam yang formal dengan tujuan untuk
menjauhkan batasan antara peneliti dengan warga.
1.5.2. Teknik Pengumpulan Data
Data Primer
Data primer adalah data-data yang di peroleh secara langsung dari sumber aslinya
berkaiatan dengan permasalahan utama yang di hadapi.Data primer saya data dari
beberapa tokoh-tokoh Islam, dan Ustad dan sejahrawan yang ada di pulau Nias
maupun di luar. Dalam memperoleh data-data penulis mempunyai cara-cara untuk
pengumpulan data-data dengan cara yaitu.
Terhadap rumusan masalah dipergunakan analisis data studi kasus dengan pendekatan
etnografi. Pada dasarnya seluruh analisis melibatkan suatu cara berpikir yang berujung pada
pengujian sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian-bagiannya, serta hubungan
bagian-bagian itu dengan keseluruhannya. Data yang diperoleh dalam proses penggalian data
dianalisis secara kualitatif, artinya setiap perkembangan data diperoleh dan ditampilkan
dalam laporan penelitian menurut kronologis waktu secara naratif. Dengan model ini, maka
kegiatan analisis data sudah mulai dilakukan pada saat-saat awal pengumpulan data lapangan.
Sedangkan keseluruhan data yang dimiliki akan dicoba diinterpretasikan dan dinarasikan
sebaik mungkin, dengan harapan dapat memahami dengan sebaik-baiknya data yang
diperoleh, sehingga dapat memahami dan menyimpulkan bagaimana perkembangan muslim
Nias di Pulau Nias.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara kronologis masuknya Islam ke pulau Nias dapat diurutkan sebagai berikut:
Tahun 858 M. seorang Persia bernama Sulaiman pernah menyinggahi pulau Nias
yang dinamakannya denga Pulau Nian. Hal ini telah disebutkan oleh E. Fries dalam
bukunya Amoeata Hoelo Nono Niha hal 53. Sayangnya tidak ada penjelasan lebih
lanjut mengenai hal ini.
Tahun 1624 M. Nias masuk menjadi wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda (berkuasa dari tahun 1607 s/d 1635).
Pada tahun 1642(?)/1080 H. orang Aceh di bawah pimpinan Teuku Polem dari
Meulaboh tiba di Nias, yang kemudian menetap di kampung Hele Duna Siwulu
(sekitar Desa Mudik sekarang). Keterangan ini diperkuat dalam buku Encyclopedia
Van Nederndsch Cost Indie III cetakan kedua, keluarang Martinus Nijhoffe
Gravenhage tahun 1915 dalan halaman kedua memuat keterangan seorang Belanda
bernama Davidson tentang apa yang dilihatnya sewaktu dia pada tahun 1665
mengelilingi pulau Nias, bahwa orang Melayu terutama Aceh bergaul dengan suku-
suku Nias dan bahwa agama yang dibawanya Islam. Islam berpengaruh atas lembaga
kebudayaan kerohanian asli orang Nias.
Pada tahun 1111 H. atau sekitar tahun 1690 M. seorang Minangkabau bernama Datuk
Raja Ahmad suku Chaniago asal negeri Priangan Padang Panjang telah sampai di
Nias, sekitar Teluk Baliku kira-kira 12 Km utara kota Gunungsitoli dan tinggal
menetap di Kampung Dalam (sekitar perbatasan Desa Mudik dan Kelurah Ilir
sekarang).
Sekitar tahun 1215 H atau 1794 M dibawah pimpinan Haji Daeng Hafiz (orang Bugis)
tinggal dan menetap di Gunungsitoli.
Sekitar tahun 1810 M. orang Arab di bawah pimpinan Said Abdullah dari Kotaraja
Banda Aceh sampai dan menetap di Gunungsitoli.
Sekitar tahun 1863 M. orang India dibawah pimpinan Mustan Sahib tiba dari
Meulaboh dan menetap di Gunungsitoli, setelah sebelumnya tinggal di Singkil.
Pada masa sekarang ini Islam telah tersebar ke seluruh kepulauan Nias, terlebih di daerah
pesisir dan sedikit yang ada di kota. Tahun demi tahun penganut Agama Islam di Pulau Nias
semakin bertambah walaupun dalam statistik yang masih kecil. Menurut badan sensus
penduduk kepulauan Nias tahun 2010 penganut agama Islam dari setiap kabupaten
ialah:kabupaten Nias 1.536, kabupaten Nias Selatan 7,398, kabupaten Nias Utara 6,894,
kabupaten Nias Barat 1,621 dan kota Gunung Sitoli 17,151. Dalam jumlah presentase jumlah
penganut Agama Islam Adalah hanya 5,9 % saja. Adapun sebabnya penyebab Orang Nias
menjadi Penganut Agama Islam seperti telah jadi Islam sejak dari lahir, akibat pernikahan
dan jadi Mua’laf. Menurut sejarah Islam sudah sangat lama diperkenalkan di pulau Nias,
lebih dulu datang sebelum Agama Kristen dan katolik datang ke Pulau Nias. Namun karena
ajaran Islam sangat bertentangan dengan adat Nias maka Islam kurang diminati oleh rakyat
Nias dan raja-raja atau Balugu Nias padazaman dulu.
Masyarakat nias juga menjalani ibadah seperti ummat islam biasa, namun ada nama ibadah
yang telah di akulturasi yaitu:
Sambahia (shalat)
Fuaso (puasa)
Nidano sambahia (wudhu)
Hazi (haji atau umrah)
Mei ba go’o (ziarah)
3.1. Kesimpulan
Masuknya Agama Islam di Pulau Nias sudah terlebih dahulu sejak kedatangan Teuku Polem
di Luaha Laraga, Gunung Sitoli pada tahun(1643), sebelum adanya agama lain seperti Kristen
Protestan(1865), Khatolik(1854) maupun Budha. Namum tidak begitu berkembang
dikalangan masyarakat Nias pada saat itu karena bertentangan dengan adat nias, seperti
larangan babi yang diharamkan dalam agama islam, namum babi dalam adat masyarakat Nias
sangat lah tinggi. Selain dalam adat, babi juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan pada
saat itu. Agama islam hanya di terima oleh kaum-kaum tertentu pada awal masuknya ke
Pulau Nias. Para pendatang dari seberang memperoleh daerah kekuasan di Pulau Nias karena
adanyapesta adat Owasa yaitu pada tahun 1698 dan disusul dengan Mondrakö ( pembuatan
peraturan) pada tahun 1686 . keputusan dari Mondrakö ialah pembagian wilayah, peraturan
tentang berperang jika ada musuh dan melestarikan tradisi-tradisi pada saat itu. Agar
peraturan-peraturan tidak dilanggar mereka mengangkat sumpah akan membakar manusia
yang melanggar peraturan tersebut. Agama Islam dan nilai adat akan terus berjalan bersama
ke tiap-tiap generasi selanjutnya. Menjadi penganut Islam yang taat adalah suatu keharusan
bagi setiap pemeluknya, dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi larangannya,
walupun begitu tidak melupakan jatidiri sebagai orang nias, dengan menjunjung nilai-nilai
adat.
3.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penelitian ini menyampaikan saran bagi masyarakat
sebagai berikut. Dengan berbagai penjelasan dalam Skripsi ini tentang dunia Islam diPulau
Nias, saya sebagai pembuat makalah ini sangat berharap semoga makalah ini bisa menjadi
sumber penambah wawasan kita tentang suku Nias dan dan berbagai kebudayaan
didalamnya. Dan juga saya berharap dapat menjadi motivasi bagi kita untuk semakin
menjaga kelestarian budaya terlebih bagi kaum muda Nias. Berdasarkan kondisi pembangun
yang masih kurang di desa Bozihona. Banyak masyarakat yang menginginkan percepatan
pembangunan seperti Jalan, pasar dan mesjid. Tentunya jika pembangunan lebih di percepat
maka taraf ekonomi warga akan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Budhisantoso, S. 1988. Sistem kekerabatan dan pola Pewarisan. Jakarta: PT. Pustaka Grafika
Kita. Duha, Nata’alui. 2000. Mengenali perbedaan Kultur Masyarakat Nias. Ghazali,
Muchtar, Adeng. 2011. Antropologi Agama “ Upaya Memahami Keragaman, Kepercayaan,
Keyakinan, dan Agama”. Alfabeta. Hȁmmerle, P. Johanenes. 2001.Asal-Usul Masyarakat
Nias, Suatu Interperestasi. Yayasan Pusaka Nias, Gunung sitoli. Hȁmmerle, P. Johanenes.
2008. Tuturan Tiga Sosok Nias. Gunung Sitoli: Yayasan Pusaka Nias. Harefa, Faogȍli. 1939.
Hikayat dan Tjeritera Bangsa Serta Adat Nias. Seri C. Nr. 1. Sibolga: Rapatfonds Residentie
Tapanoeli. Ihromi. 2006. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan obor. James,
Spadley.1987. Readings in Culture Antrhoropology. Brown and Company. Laiya, Sitasi Z.
1985. Kamus Nias- Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Media
Warisan, Edisi No.22, Yayasan Pusaka Nias. Mendrȍfa, Sȍkhi’ aro Welther. 1981. Fondrakȍ
Ono Niha. Agama Purba, Hukum Adat, hikayat dan Mitologi Masyarakat Buas. Jakarta:
Inkultra Foundation. Mendrȍfa, snk. B., Ama Wohada. 1983/1984 Li ba Li Indonesia. Kamus
Bahasa Nias Indonesia. Medan: Perdana Mintargo, Bambang S. 2000. Tinjauan Manusia dan
Nilai Budaya. Jakarta: Penerbit Universitas Triksakti.