Anda di halaman 1dari 16

PERKEMBANGAN ADAT DAN BUDAYA MASYARAKAT

ISLAM NIAS PESISIR

NAMA : ARYAN MARZAN WARUWU

NIM : 5213121031

DOSEN PENGAMPU : SAHALLA SIALLAGAN

MATA KULIAH : PENULISAN KARYA ILMIAH

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

APRIL 2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas PENULISAN KARYA ILMIAH ini.

Saya ucapkan terima kasih kepada bapak Sahalla Siallagan selaku dosen mata
kuliah penulisan karya ilmiah yang telah mengajar dan membimbing mahasiswa/i agar
dapat memahami cara membuat suatu karya tulis dengan benar.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
saya bersedia menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki tugas ini.

Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami oleh para pembaca dan dapat
berguna bagi diri saya sendiri selaku penulis. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
salah menempatkan kata-kata. Saya ucapkan terima kasih.

Medan, 06 April 2022

Aryan Marzan
Waruwu
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang............................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................................................................6
1.4. Manfaat Penelitian.....................................................................................................................6
1.5. Metode Penelitian......................................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................................9
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................9
2.1. Perkembangan Islam Di Pulau Nias.............................................................................................9
2.2. Peningalan Bersejarah..............................................................................................................10
3.3. Sistem Kekerabatan..................................................................................................................12
3.4. Sistem Religi..............................................................................................................................12
3.5. Adat Pernikahan Muslim Nias...................................................................................................13
BAB III..................................................................................................................................................15
KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................................................................15
3.1. Kesimpulan...............................................................................................................................15
3.2. Saran.........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam bahasa aslinya,
orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha". Artinya Ono adalah anak/keturunan,
sedangkan Niha adalah manusia) dan pulau Nias sebagai "Tanö Niha" Tanö artinya tanah.
Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih
tinggi sampai sekarang.Hukum adat Nias secara umum disebut Fondrakö yang mengatur
segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian.Masyarakat Nias kuno hidup
dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu
besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang. Kasta : Suku
Nias mengenal sistem kasta(12 tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi
adalah "Balugu".Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta
besar dengan mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama
berhari-hari.

Agama asli suku Nias disebut “Molohe adu” (penyembah roh) yang di dalamnya dikenal
banyak dewa, di antaranya yang paling tinggi adalah Lowalangi.Mereka memuja roh dengan
mendirikan patung-patung dari batu dan kayu, rumah tempat pemujaan roh disebut
osali.Pemimpin agama asli disebut ere. Pada masa sekarang nama Lowalangi diambil untuk
menyebut Tuhan Allah dan Osali menjadi nama gereja dalam konsep Kristen. Budaya Nias
sangatlah unik mulai dari bahasa, upacara pernikahan,kematian, tarian dan uji ketangkasan
kesatria perang dengan Fahombo (Lompat Batu) yang sangat terkenal dan masih dijaga
sampai sekarang. Namun di masa sekarang masyarakat Nias lebih terkenal dengan
masyarakat mayoritasKristen, sama halnya dengan suku Batak, Manado atau suku Minang
dan Aceh adalah Islam. Pulau Nias. Menurut badan statitistik kepulauan Nias yang
mempunyai penduduk sebesar 7.63.410 jiwa tahun 2014,dengan prestase 90% adalah
penganut Agama Kristen dan selebihnya adalah Islam dan Budha, penganut Agama Islam
biasanya bermukim di daerah perkotaan dan paling banyak di daerah pesisir termasuk daerah
pesisir Kabupaten Nias yaitu di Desa Bozihöna, kecamatan Idanögawo yang telah
berkembang dan mempunyai pengaruh yang jelas baik dari segi agama dan budaya.

Tidak begitu banyak informasi tentang agama Islam di pulau Nias.hanya ada beberapa artikel
tentang agama Islam seperti dalam Buku”Tuturan Tiga Sosok Nias”. Namun tidak
menceritakan perkembangan Islam itu sendiri dari masa ke masa namun hanya
menginformasikan tentang sejarahnya saja, tentunya sekarang ini banyak yang tidak
mengetahui, terlebih generasi muda Nias, bahwa masyarakat Muslim itu sendiri mempunyai
keunikan tersendiri dari masyarakat Nias pada umumnya, yang adat istiadatnya tidak lepas
dari pengaruh budaya Nias asli, walaupun pengaruh budaya sepertiMinang dan Aceh terasa
masih sangat kental dalam setiap tradisi budaya mereka. Syiar agama Islam di pulau Nias di
perkenalkan oleh para perantau dari Aceh dan Minang. Oleh keturunan Teuke Polem pada
abad ke-17, 2 (dua) abad sebelum Belanda menginjakan kaki ke pulau Nias. Muslim Nias
adalah bagian yang melekat jelas dan tidak terpisahkan dari masyarakat Nias itu
sendiri.Bahkan di era modern sekarang ini, banyak orang di luar pulau Nias tidak mengetahui
kalau masyarakat Nias ada yang menganut Agama Islam, dan telah berkembang sudah sangat
lama di pulau Nias.Walaupun saat ini penganutnya hanya sekitar 4%, tetapi sebagai agama
yang telah masuk ke Nias sejak abad ke VXI, tentunya telah memberi banyak pengaruh
dalam kehidupan masyarakatNias itu sendiri. Dalam bahasa Nias( Li Nono Niha) Islam
disebut sebagai Ndrawa ini mempunyai arti yaitu pendatang, ini juga berlaku bagi orang
Belanda yang disebut sebagai Niha Ndrawa Ulőndra. Walaupun saat ini Islam di pulau
Niaspenganutnya hanya sekitar 4% yang tersebar di seluruh kepulauan Nias, mereka telah
berjalan selaras dengan tradisi yang ada di Nias, dan tentu memberi sedikit banyak pengaruh
tersendri dalam kehidupan masyarakat Nias.Tentu ini menjadi hal yang menarik untuk
diketahui, khususnya bagi generasi sekarang dan yang mendatang. Karena masyarakat
muslim Nias ini mempunyai keunikan tersendiri, yang adat istiadatnya tidak lepas dari
pengaruh budaya asli Nias, walaupun ada pengaruh dari budaya Melayu, Aceh,dan Minang
yang terasa kental dalam kehidupan masyarakat Muslim Nias.

Budaya Nias dan budaya dari luar khususnya dalam hal ini budaya Islam telah mengalami
Inkulturasi dalam kehidupan muslim Nias seperti halnya tradisi perkawinan, tingkah laku dan
kearifan lokal masyarakat muslim Nias. Tentunya ini menjadi hal perlu kita ketahui bersama
bagaimanakah orang muslimNias? Bagaimanakah tradisi-tradisi mereka dan apakah adat Nias
dari leluhur mereka masih dilakukan dalam kehidupan sosial-budaya mereka sehari-hari.
Desa BozihonaKecamatan IdanogawoKabupaten Nias adalah pesisir yang dihuni oleh
sebagian besar masyarakat muslim Muslim Nias, disana mereka juga melakukan kehidupan
sosial-budaya meraka dengan masyarakat Nias lainnya dan hidup berdampingan dengan
damai dan selaras dengan budaya Nias dan agama Islam yang terus dijaga sampai sekarang.
Ada pepatah (Amaedola) Nias mengatakan “Hulő la’ewa nidanő ba ifuli fahalő-halő’’ yang
artinya, rasa persaudaraan itu sangat kuat dan susah untuk dipecahkan, walupun berbeda dan
banyak tantangan diantara orang bersaudara atau “aoha noro nilului wahea,aoha noroniluli
waoso, alisi tafadayadaya, hulu tafaewolowolo yang artinya Pekerjaan (masalah) yang
dikerjakan (dipecahkan) secara bersama-sama akan lebih gampang tuntasnya. Ini adalah
sebagaian besar pepatah (Amaedola) Nias yang akan terus diturunkan terus memerus oleh
orang tua kepada setiap anak dalam keluarga rasa persaudaraan itu tetap harus dijaga dan adat
harus dijunjung tinggi.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah kehidupan masyarakat Muslim Nias di Desa Bozihöna?
2. Bagaimana adat tersebut di akulturasi dengan beberapa budaya lain?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menyelesaikan salah satu tugas perkuliahan dalam mata kuliah penulisan karya
ilmiah
2. Mensosialisasikan adat istiadat muslim pesisir nias

1.4. Manfaat Penelitian


1. untuk menambah wawasan penulis dan pembaca akan sejarah perkembangan Islam di
Pulau Nias dan kearifan lokal masyarakat Islam di pulau Nias.
2. Dengan adanya penelitian ini, peneliti maupun pembaca bisa mengetahui
perkembangan Islam dan kebudayaan Ono Niha Ndrawa yang berkembang dan hidup
berdampingan dengan budaya asli suku Nias

1.5. Metode Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitan kualitatif, adalah penelitian tentang riset yang bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis . Proses dan makna (perspektif subjek) lebih
ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar
fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan.Selain itu landasan teori juga bermanfaat
untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan
hasil penelitian. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan
investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung
dan berinteraksi dengan masyarakat setempat dan membangun hubungan yang baik dengan
informan, melalui wawancara, observasi dan partisipasi. Dalam hal mengumpulkan data
penulis juga melakukan pengamatan secara langsung suatu gejala seperti peristiwa yang
terjadi dalam lingkungan masyarakat, tingkah laku yang penulis temukan dilapangan.

1.5.1. Sifat dan Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif melalui
etnografi.Menurut Spradley (1997:12) tujuan utama etnografi ialah memahami sudut pandang
penduduk asli dan hubungan dengan kehidupannya, untuk mendapatkan pandangan dengan
dunianya. Dalam hal ini, peneliti akan berusaha membangun raport yang baik dengan
masyarakat desa Bozihöna khususnya yang Beragama Islam, dan secara langsung, bahwa
penulis akan menulis bentuk laporan atas penelitian lapangan (field work) selama 1 bulan
penulis akan membuat catatan-catatan ketika berada di desa Bozihöna ketika sedang
mewancarai warga. Sewaktu penelitian di lapangan, penulis akanmelakukan pendekatan
secara holistik dan mendiskripsikannya secara mendalam untuk memperoleh native‟s point of
view mengenai bagaiamana kehiidupan masyarakat muslim Nias berkembang di tengah
kehidupan adat Nias yang masih kuat. Dengan itu penulis akan melakukan observasi
partisipasi di Desa Bozihöna dengan berkunjung ke desa tersebut sekitar hampir setiap hari.
penulis berusaha untuk membangun rapport dengan warga dan juga semua warga yang ada di
desa tersebut. Dalam pendekatan yang dilakukan yaitu penulis menggunakan tidak
mengunakan seragam atau almater atau seragam yang formal dengan tujuan untuk
menjauhkan batasan antara peneliti dengan warga.
1.5.2. Teknik Pengumpulan Data

Data Primer
Data primer adalah data-data yang di peroleh secara langsung dari sumber aslinya
berkaiatan dengan permasalahan utama yang di hadapi.Data primer saya data dari
beberapa tokoh-tokoh Islam, dan Ustad dan sejahrawan yang ada di pulau Nias
maupun di luar. Dalam memperoleh data-data penulis mempunyai cara-cara untuk
pengumpulan data-data dengan cara yaitu.

 Observasi Pengamatan dan berinteraksi secara langsung dengan masyarakat di


lapangan untuk melihat dan mengamati untuk mendapatkan gambaran bagaimana
kehidupan masyarakat MuslimNias bersosialisasi dengan budaya Nias yang
masih sangat kuat, dan untuk mengetahuinya penulis harus peneliti lebih
mendekati para tokoh-tokoh adat atau tokoh Islam yanga ada di pulau Nias
maupun di desa Bozihöna, dengan menjelaskan maksud dan tujuan dari
penelitian penulis tersebut, menjelaskan itu apa ilmu Antropologi Sosial dan
menjelaskan juga bahwa di luar pulau Nias banyak yang tidak mengenal bahwa
suku Nias ada juga yang beragama Islam, dan juga menceritakan bahwa adat dan
tradisi masyarakat muslim di Nias mempunyai perbedaan dengan adat Nias pada
umumnya misalnya pada pernikahan, kelahiran,kematian dan lainnya, dan
menjelaskan tidak ada maksud buruk dari penulis tentang penelitian tersebut,
karena di awal perkanalan saya juga menjelaskan bahwa penulis adalah non-
muslim. Dengan cara seperti ini penulis aakan mendapatkan simpati dari para
informan inti maupun masyarakat. Dan dari penjelasan saya akan maksud dan
tujuan saya, banyak informan lebih antusias memberi penjelasan dan memberi
infromasi yang jelasdan baik yang baik kepada penulis, tanpa harus membatasi
atau mengurangi suatu data, informan melihat penulis sama hal nya seperti
saudara sendiri.
 Partisipasi Di dalam penelitian ini peneliti juga terlibat langsung berinteraksi atau
terlibat langsung dalam beberapa kegiatan masyarakat, penulis pernah di ajak
menghadiri acara pernikahan salah satu warga desa, dan juga membantu dalam
hal beberapa kegiatan seperti gotong royong desa, berbaur dengan para nelayan.
Dalam cara pertisispasi ini, peneliti terus dan dapat membangun rapport yang
baik dengan informan maupun warga desa, dan bisa mengetahui secara langsung
apa yang terjadi di lapangan. Setiap apa yang terjadi di lapangan, peneliti
berusaha menyimak dan mengikuti alur pembicaraan dan kegiatan mereka agar
tidak ada rasa canggung dari saya maupun dari masyarakat ataupun informan
saya.
 Wawancara mendalam Wawancara mendalam atau (Indepth Interview) juga
penulis gunakan dalam memperoleh data-data dari informan. Interview guide
digunakan penulis dalam dalam melakukan wawancara sebagai alat bantu dalam
melakukan wawancara kepada infroman. Wawancara mendalam penulis lakukan
dengan mempunyai tahapan-tahapan seperti di mulai dari percakapan-percakapan
ringan dan juga penulis menyesuaikan diri terhadap informan dengan mencoba
memberi sapaan dalam bahasa Nias maupun dalam Islam dengan tujuan agar
lebih dekat dengan informan.
 Karakteristik informan Dalam pemilihan informan yang dilakukan penulis yaitu
memilih informan, terlebih infroman inti dan juga dalam memilih beberapa tokoh
adat dan tokoh agama dan juga masyarakat agar memberi data-data yang jelas
dan yang paling penting adalah mereka memberi informasi dengan sangat baik
dan ramah, karena fakta dilapangan penulis juga menerima penolakan dari
beberapa masyarakat dengan alasan merekan tidak tau apa apa, dan mereka
mengira penulis akan menulis hal-hal yang berbeda akan mereka. Dan dalam
mendapatkan datadata akan informan penulis meminta bantuan dari informan
inti.
 Pengembangan raport Hubungan yang baik (rapport) sangatlah penulis butuhkan
Dalam melakukan wawancara dan observasi.Penulis berusaha dengan maksimal
untuk menyesuaikan diri bersosialisasi dan berinterakasi dengan sangat baik
dengan informan-informan dan juga kebiasaan dan aturan aturan yang berlaku di
tempat penelitian khusunya di desa Bozihöna .penulis juga mendekati masyarakat
dengan tingkatan umur yang berbeda-beda mulai dari anak sekolah dasar sampai
yang sudah lansia agar memperoleh data yang lebih beragam.

1.5.3. Teknik Analisa Data

Terhadap rumusan masalah dipergunakan analisis data studi kasus dengan pendekatan
etnografi. Pada dasarnya seluruh analisis melibatkan suatu cara berpikir yang berujung pada
pengujian sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian-bagiannya, serta hubungan
bagian-bagian itu dengan keseluruhannya. Data yang diperoleh dalam proses penggalian data
dianalisis secara kualitatif, artinya setiap perkembangan data diperoleh dan ditampilkan
dalam laporan penelitian menurut kronologis waktu secara naratif. Dengan model ini, maka
kegiatan analisis data sudah mulai dilakukan pada saat-saat awal pengumpulan data lapangan.
Sedangkan keseluruhan data yang dimiliki akan dicoba diinterpretasikan dan dinarasikan
sebaik mungkin, dengan harapan dapat memahami dengan sebaik-baiknya data yang
diperoleh, sehingga dapat memahami dan menyimpulkan bagaimana perkembangan muslim
Nias di Pulau Nias.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Perkembangan Islam Di Pulau Nias


Fanömba adu atau Fabelegu adalah merupakan agama kepercayaan suku Nias pada pada
zaman dahulu. Adu merupakan contoh atau gambaran orang tua yang dibuat dari pahatan
kayu dan batu dengan tujan untuk dijadikan sebagai Tuhan, dengan memohon agar hewan
peliharaan seperti babi dan hasil lahan berlimpah. Sifat dari agama ini adalah penyembahan
dewa pencipta, kepercayaan kepada kekuatan gaib dan roh halus, kepercayaan dalam wujud
terlihat dan bisa diraba seperti pohon, binatang, angin dan juga terhadap roh leluhur yang
dibuatkan dalam bentuk pahatan kayu atau batu. Islam masuk ke Pulau Nias bukan melalui
misi khusus untuk menyebarkan agama, melainkan dibawa oleh para pendatang ke Pulau
Nias baik yang berdagang maupun yang menetap disana. Meskipun Islam telah terlebih
dahulu masuk ke P.Nias, namun pada perkembanganya tidak sepesat agama Kristen yang
disebarkan dalam misi khusus oleh para misionaris. Umumnya masyarakat asli Nias yang
masuk Islam adalah karena kesadaran sendiri atau karena ikatan perkawinan dengan para
pendatang yang beragama Islam Menurut pak Yasmin Harefa (Ama Syam), ada beberapa
faktor kemungkinan kurang pesatnya Islam berkembang di Nias pada masa itu, antara lain:
1. Para pendatang ini memang bukan datang untuk menyebarkan agama, berbeda dengan
para misonari Kristen, yang terlebih dahulu telah mempelajari budaya Nias dan
bahasanya, sehingga mudah diterima oleh masyarakat Nias pada saat itu.
2. Kemungkinan karena mereka telah menjalin hubungan yang baik dengan para penguasa
setempat, mereka memilih untuk tetap memelihara hubungan baik yang telah terjalin
tanpa mengintervensi adat dan kepercayaan penduduk setempat. Apalagi setelah adanya
kesepakatan/pemberian wilayah kekuasaan bagi para pendatang dengan penguasa
setempat.
3. Masyarakat setempat yang biasa beternak babi membuat para pendatang beragama Islam
sulit berasimilasi dengan penduduk asli. Hanya penduduk asli yang datang ke
perkampungan umat Islam dan berinteraksi cukup intens dengan para pendatang saja
yang akhirnya masuk Islam.
4. Ternak babi bagi masyarakat Nias merupakan ternak utama untuk upacaraupacara adat,
sehingga sangat wajar jika mereka sulit menerima kepercayaan baru yang
mengharamkannya. Seperti yang diutarakan dalam Buku manusia langit, betapa
pentingnya babi bagi masyarakat Nias Dalam segala hal.

Secara kronologis masuknya Islam ke pulau Nias dapat diurutkan sebagai berikut:

 Tahun 858 M. seorang Persia bernama Sulaiman pernah menyinggahi pulau Nias
yang dinamakannya denga Pulau Nian. Hal ini telah disebutkan oleh E. Fries dalam
bukunya Amoeata Hoelo Nono Niha hal 53. Sayangnya tidak ada penjelasan lebih
lanjut mengenai hal ini.
 Tahun 1624 M. Nias masuk menjadi wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda (berkuasa dari tahun 1607 s/d 1635).
 Pada tahun 1642(?)/1080 H. orang Aceh di bawah pimpinan Teuku Polem dari
Meulaboh tiba di Nias, yang kemudian menetap di kampung Hele Duna Siwulu
(sekitar Desa Mudik sekarang). Keterangan ini diperkuat dalam buku Encyclopedia
Van Nederndsch Cost Indie III cetakan kedua, keluarang Martinus Nijhoffe
Gravenhage tahun 1915 dalan halaman kedua memuat keterangan seorang Belanda
bernama Davidson tentang apa yang dilihatnya sewaktu dia pada tahun 1665
mengelilingi pulau Nias, bahwa orang Melayu terutama Aceh bergaul dengan suku-
suku Nias dan bahwa agama yang dibawanya Islam. Islam berpengaruh atas lembaga
kebudayaan kerohanian asli orang Nias.
 Pada tahun 1111 H. atau sekitar tahun 1690 M. seorang Minangkabau bernama Datuk
Raja Ahmad suku Chaniago asal negeri Priangan Padang Panjang telah sampai di
Nias, sekitar Teluk Baliku kira-kira 12 Km utara kota Gunungsitoli dan tinggal
menetap di Kampung Dalam (sekitar perbatasan Desa Mudik dan Kelurah Ilir
sekarang).
 Sekitar tahun 1215 H atau 1794 M dibawah pimpinan Haji Daeng Hafiz (orang Bugis)
tinggal dan menetap di Gunungsitoli.
 Sekitar tahun 1810 M. orang Arab di bawah pimpinan Said Abdullah dari Kotaraja
Banda Aceh sampai dan menetap di Gunungsitoli.
 Sekitar tahun 1863 M. orang India dibawah pimpinan Mustan Sahib tiba dari
Meulaboh dan menetap di Gunungsitoli, setelah sebelumnya tinggal di Singkil.

Pada masa sekarang ini Islam telah tersebar ke seluruh kepulauan Nias, terlebih di daerah
pesisir dan sedikit yang ada di kota. Tahun demi tahun penganut Agama Islam di Pulau Nias
semakin bertambah walaupun dalam statistik yang masih kecil. Menurut badan sensus
penduduk kepulauan Nias tahun 2010 penganut agama Islam dari setiap kabupaten
ialah:kabupaten Nias 1.536, kabupaten Nias Selatan 7,398, kabupaten Nias Utara 6,894,
kabupaten Nias Barat 1,621 dan kota Gunung Sitoli 17,151. Dalam jumlah presentase jumlah
penganut Agama Islam Adalah hanya 5,9 % saja. Adapun sebabnya penyebab Orang Nias
menjadi Penganut Agama Islam seperti telah jadi Islam sejak dari lahir, akibat pernikahan
dan jadi Mua’laf. Menurut sejarah Islam sudah sangat lama diperkenalkan di pulau Nias,
lebih dulu datang sebelum Agama Kristen dan katolik datang ke Pulau Nias. Namun karena
ajaran Islam sangat bertentangan dengan adat Nias maka Islam kurang diminati oleh rakyat
Nias dan raja-raja atau Balugu Nias padazaman dulu.

2.2. Peningalan Bersejarah


A. Dua Pucuk Meriam
Peningalan bersejarah pemeluk agama Islam pertama di pulau Nias adalah 2 pucuk
meriam yang dibawa oleh T. Simeugang dan Si Acah ketika mereka berkunjung ke
tanah minang pada tahun 1691. Meriam tersebut berada di depan rumah bpati KHD.
Tk.II kabupaten Nias yang berada di Kota Gunung Sitoli dan satu di depan Mesjid
Jamik Mudik. Pada masa pemerintahan Belanda, atas izin dari cucu-cucu Teuku Polem
di ambil oleh Asisten Resident Nias dan di letakan di Muka kediaman Asisten
Resident Nias, Namun tidak banyak yang tahu benda sepanjang 1,5 M dan diameter 35
CM adalah benda sejarah di kota tersebut, banyak masyarakat Nias khusus nya warga
Kota Gunung Sitoli yang tidak tau asal meriam tersebut. Ini tentunya karna kurangnya
penegtahuan tentang sejarah peradaban datangnya Islam di Pulau Nias.

B. Mesjid Jami Ilir kota Gunung Sitoli


Mesjid Jami Ilir kota Gunung Sitoli Adalah Mesjid tertua di pulau Nias, yang masih
berdiri kokoh sampai sekarang walaupun pulau Nias dilanda Gempa hebat pada 2004
silam, menjadi bukti sejarah perkembangan Islam di Pulau Nias. Mesjid yang belamat
di jalan Diponegoro, kelurahan Ilir, Kota gunung Sitoli mempunyai luas bangunan
1.323 M dan luas bangunan 540 M dan memiliki dua lantai mempunyai gaya
artsitektur Mesjid pada umumnya mempunyai satu kubah utama, dan di keempat
sudutya terdapat empat kubah kecil. Sejarah berdirinya Mesjid Jami ini, pasti tidak
lepas dari pengaruh kedatangan Agama Islam di Pulau Nias, yaitu mulai dari
kedatangan orang-orang Aceh terutama yang bermarga Aceh dan Polem dan juga
pendatang dari tanah Minang yang bermarga Chaniago. Sekitar tahun 1115 atau 4
tahun setelah kedatangan Datuk Rajda Ahmad, masyarakat muslim Nias pesisir,
mendirikan Mesjid di pusat kota karena merupakan pusat pertahanan. Karena
perkembangan dan kepentingan dari dua suku pendatang, maka diadakan pembagian
wilayah kekuasaan antara suku polem/Aceh dan suku Chaniago, arah ke hulu Mesjid
menjadi wilayah Suku dari Polem/Aceh sedangkan yang hilir menjadi bagian wilayah
suku Chaniago yang sekarang dinamakan Ilir. Meskipun terjadi pembagian wilayah,
Mesjidini tetap dipergunakan secara bersama-sama oleh penduduk dari wilayah
tersebut. Mesjid Ilir ini telah menjadi tempat ibadah umat Islam pada masa kekuasaan
Raja Teuku Polem, Raja Teuku Pameuggang dan Raja Teuku Sulaiman, sedangkan
penguasa wiilayah pada wilayah Ilir pada saat itu adalah Raja Ahmad, Datuk Raja
Malimpah, sampai Raja Maharia. Dengan pertumbuhan penduduk maka dua wilayah
ini semakin berkambang dan membuat kampung-kampung di daerah lain di Pulau
Nias.

C. Mesjid Al-Furqan Gunung Sitoli


Mesjid yang sekarang ini berdiri kokoh dan megah di pinggir laut kota Gunung Sitoli
ini, juga di kenal dengan nama mesjid Pasar, karena lokasinya berada di jalan Gomo.
kota Gunung Sitoli. Mesjid ini dirikan oleh para pendatang kaum Muslim baik dari
Aceh dan Minang pada tahun 1950 sebagai perwujudan perkembangan Islam di Nias
setelah Mesjid Jami di keluarahan Ilir Kota Gunung Sitoli. Bangunan yang sekarang
ini bukanlah wujud asli dari bangunan mesjid tersebut kerena roboh akibat bencana
alam gempa bumi yang melanda Pulau Nias pada 2004 silam, Namun pada tahun 2009
telah di bentuk panitia pembangunan dan pada tanggal 8 agustus 2009 adalah
peletakan batu pertama oleh panitia dan pemerintah setempat pada saat itu. Dan
pembangunan mesjid telah rampung pada tahun ini berkah dari sumbangan dari
berbagai pihak di Indonesia.Mesjid Al Furqan adalah mesjid terbesar dan termegah di
pulau Nias Sekarang dan merupakan simbol eksintensi umat Islam di Pulau Nias.

3.3. Sistem Kekerabatan


Suku Nias mengikuti garis keturunan melalui garis keturanan dari ayah (Patrineal). Anak
laki-laki maupun perempuan harus mengikuti garis keturunn ayah salah satunya ialah
memngunakan marga/mado ayah dalam identitas. Anak laki-laki yang sudah menikah akan
membawa istri ke rumah orang begitu juga dengan anak perempuan akan tinggal bersama
dirumah suaminya. Semua anggota keluarga dan kerabat boleh saling menyapa, hanya saja
cara menyapa di bedakan kepada yang lebih tua, daripada yang lebih muda. Kepada yang
lebih tua harus lebih hormat daripada yang lebih muda umurnya. Antara mertua dengan
menantunya perempuan dan antara mertua dengan menantunya laki-laki mempunyai
hubungan yang erat sama seperti hubungan orangtua dengan anak kandungnya. Demikian
juga diantara yang beripar yaitu suami dengan istri saudara laki-laki istrinya atau istri dengan
saudara perempuan suaminya dianggap seperti saudara kandung. Tidak ada garis pemisah
antara mereka, boleh bebas berbicara, hanya saja yang muda harus menghormati yang lebih
tua. Kelakar diantara kedua kelompok di atas boleh tapi harus dalam batas-batas kesopanan.
Yang tidak bebas berkelakar ialah antara suami dengan saudara perempuan istrinya.
Kelompok keluarga pihak istri lebih-lebih orangtua atau saudara

3.4. Sistem Religi


Dalam sistem kepercayaan tentunya warga desa bozihöna adalah penganut Agama Islam
yang taat dengan menjauhi larangan agamanya dan melaksanakan perintah agamanya
walaupun dengan begitu dengan tidak melupakan jatidirinya sebagai orang Nias. Penganut
Agama Islam di desa Bozihöna banyak yang beraliran Islam NU (Nahdatul Ulama) dan
sebagian adalah aliran Muhamadiyah. Semua aktivitas keagaman dilakukan dan dipraktekan
dalam kehidupan seharihari. Menurut yang disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Dia rahimahullah mengatakan, “Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu
yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang
tersembunyi (batin) maupun yang nampak (lahir). Maka salat, zakat, puasa, haji, berbicara
jujur, menunaikan amanah, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali kekerabatan,
menepati janji, memerintahkan yang ma’ruf, melarang dari yang munkar, berjihad melawan
orang-orang kafir dan munafiq, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin, ibnu
sabil (orang yang kehabisan bekal di perjalanan), berbuat baik kepada orang atau hewan yang
dijadikan sebagai pekerja, memanjatkan do’a, berdzikir, membaca Al Qur’an dan lain
sebagainya adalah termasuk bagian dari ibadah. Begitu pula rasa cinta kepada Allah dan
Rasul-Nya, takut kepada Allah, inabah (kembali taat) kepada-Nya, memurnikan agama (amal
ketaatan) hanya untuk-Nya, bersabar terhadap keputusan (takdir)-Nya, bersyukur atas
nikmat-nikmat-Nya, merasa ridha terhadap qadha/takdir-Nya, tawakal kepada-Nya,
mengharapkan rahmat (kasih sayang)-Nya, merasa takut dari siksa-Nya dan lain sebagainya
itu semua juga termasuk bagian dari ibadah kepada Allah.” Menurut salah satu ustad di
Mesjid yang ada di desa yaitu Azhar Zendratö, beliau menuturkan aktivitas ibadah
masyarakat Muaslim di desa Bozihöna. Bagi masyarakat umat Islam di desa Bozihöna,
pelaksanaan ibadah atau sembahyang diistilahkan sebagai Shalat. Dalam Islam sendiri, salat
merupakan ibadah yang paling utama di antara banyak ibadah-ibadah lain yang diajarkan
oleh Nabi Muhammad SAW selama dia mendakwahkan agama ini.

Masyarakat nias juga menjalani ibadah seperti ummat islam biasa, namun ada nama ibadah
yang telah di akulturasi yaitu:

 Sambahia (shalat)
 Fuaso (puasa)
 Nidano sambahia (wudhu)
 Hazi (haji atau umrah)
 Mei ba go’o (ziarah)

3.5. Adat Pernikahan Muslim Nias


Berhubungan dengan datangnya Agama Islam di Pulau Nias telah banyak memberi pengaruh
yang sangat kuat bagi setiap kehidupan pengikutnya, terlebih untuk masyarakat Desa
Bozihöna sehingga terjadinya perubahan budaya dalam masyarakat menurut Koentjaraningrat
perubahan budaya ialah proses pergeseran, penguragan, penambahan, dan perkembangan
unsur-unsur dalam suatu kebudayaan. Masyarakat selalu mengamalkan dan mengaplikasikan
setiap ajaranajaran dalam pola-pola kehidupan mereka baik dalam bersosial dan berbudaya.
Seperti halnya pengaruh Agama Islamterhadap adat dan tata cara pernikahan masyarakat
Muslim di Pulau Nias. Menurut bapak Yasmin Harefa (Ama Syam Harefa) Yang merupakan
kepala desa dari desa Bozihöna.“Pernikahan adalah sebuah ikatan lahir batin antara seorang
pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga
atau rumah tangga yang bahagia dan kekal yang disahkan secara agama Islam Dan Secara
adat dan juga merupakan suatu ibadah” seperti juga di sebutkan dalam Al-Quran.Allah
berfirman: “nikahilah kalian wanita yang bagus untuk kalian dua,tiga dan empat” (QS,An-
Nisa’:3) dan Nabi Muhamad bersabda: “maka barang siapa meninggalkan nikah karena takut
fakir, maka ia bukan golonganku”. Menurutnya juga pernikahan adalah “Famakhai oi sitenga
bö’ö, dalam pernikahanIslam bukan hanya menimbulkan hubungan baru antara laki-laki dan
perempuan saja atau anatara pribadi yang bersangkutan, melainkan menyambung hubungan
yang panjang antara keluarga dari kedua pihak tersebut.Pernikahan juga memerlukan
kemampuan untuk menyesuaikan diri dari masing-masing pihak, karena bisa adanya latar
belakang antara keluarga yang berbeda bisa seperti asal ususl dari kedua pihak, tingkat sosial,
kebiasaan, bahasa dan adat istiadat. Tentu ini sangat perlu karena untuk memperoleh
keserasian atau keharmonisan dan keserasian dalam hubungan berumah tangga nantinya.
Perkawinan dalam Islam juga memuntut suatu tanggung jawab yang sangat besar, antara
menyangkut nafkah lahir dan batin. Pernikahan dalam adatmuslim Nias pada umumnya
disebut “Fangowalu” dan pengantin laki-laki disebut “Marafule” dan pengantin wanita
disebut “Ni’owalu” sama seperti pada adat Nias. Namun perlu kita ketahui, adat pernikahan
Muslim Nias masih sangat berbeda dengan adat fangowalu suku Nias pada umumnya, dalam
hal ini yang beragama Kristen, bahkan di daerah terdalam pulau Nias, banyak yang tidak tahu
kalau kaum Muslim punya ada pernikahan tersediri. Banyak yang beranggapan pernikahan
Muslim Nias tidak ada adat hanya Ijab kabul saja di Mesjid ataupun di rumah. Adat
pernikahan Muslim Nias telah mengalami percampuran dengan adat Minang dan Aceh dan
penagruh Agama Islam sehinggga adanya perubahan yang kontras dengan adat perniakahan
suku Nias pada umumnya. Pernikahan antara adat dan agama Islam dalam kehidupan
muslimNias Karena ini tentunya membawa konsekwensi tersediri dalam kehidupan sosial dan
budaya. Baik ketentuan adat maupun ketentuan dalam agama Islam, tidak dapat diabaikan
khususnya dalam pelaksanaan pesta perkawinan. Menurut Bapak Yasmin Harefa (Ama Syam
Harefa ), pernikahan haruslah menjadi sesuatu yang agung dan suci, jika ada penolakan
terhadap salah satu ketentuan-ketentuan adat maupun ketentuan dalam agama Islam, maka
akan membawa konsekwensi yang sangat besar dan pahit yang akan dirasakan sepanjang
hayat dan berkelanjutan dengan semua keturunan nantinya. Maka segala syarat dalam
pernikahan Muslim Nias harus diikuti dan dilaksanakan jika tidak maka adanya hukuman
sosial dari masyarakat desa berupa pengucilan dan pengasingan dari desa, perkawinan yang
dilakukan tanpat sayrat maka akan menjadi pernikahan yang bisu dan sumbang, maka semua
ketentuan-ketentuan adat dan agama harus dilaksanakan, karena pernikahan hanya terjadi
sekali seumur hidup. Pernikahan umumnya mempunyai ketentuan dan syarat, demikian juga
dalam pernikahan Muslim Nias. Syarat dan ketentuan harus diikuti dan dilaksanakan agar
tidak adanya sangsi sosial dan hukum adat dan juga menjaga nama baik keluarga dari kedua
belah pihak.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
Masuknya Agama Islam di Pulau Nias sudah terlebih dahulu sejak kedatangan Teuku Polem
di Luaha Laraga, Gunung Sitoli pada tahun(1643), sebelum adanya agama lain seperti Kristen
Protestan(1865), Khatolik(1854) maupun Budha. Namum tidak begitu berkembang
dikalangan masyarakat Nias pada saat itu karena bertentangan dengan adat nias, seperti
larangan babi yang diharamkan dalam agama islam, namum babi dalam adat masyarakat Nias
sangat lah tinggi. Selain dalam adat, babi juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan pada
saat itu. Agama islam hanya di terima oleh kaum-kaum tertentu pada awal masuknya ke
Pulau Nias. Para pendatang dari seberang memperoleh daerah kekuasan di Pulau Nias karena
adanyapesta adat Owasa yaitu pada tahun 1698 dan disusul dengan Mondrakö ( pembuatan
peraturan) pada tahun 1686 . keputusan dari Mondrakö ialah pembagian wilayah, peraturan
tentang berperang jika ada musuh dan melestarikan tradisi-tradisi pada saat itu. Agar
peraturan-peraturan tidak dilanggar mereka mengangkat sumpah akan membakar manusia
yang melanggar peraturan tersebut. Agama Islam dan nilai adat akan terus berjalan bersama
ke tiap-tiap generasi selanjutnya. Menjadi penganut Islam yang taat adalah suatu keharusan
bagi setiap pemeluknya, dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi larangannya,
walupun begitu tidak melupakan jatidiri sebagai orang nias, dengan menjunjung nilai-nilai
adat.

3.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penelitian ini menyampaikan saran bagi masyarakat
sebagai berikut. Dengan berbagai penjelasan dalam Skripsi ini tentang dunia Islam diPulau
Nias, saya sebagai pembuat makalah ini sangat berharap semoga makalah ini bisa menjadi
sumber penambah wawasan kita tentang suku Nias dan dan berbagai kebudayaan
didalamnya. Dan juga saya berharap dapat menjadi motivasi bagi kita untuk semakin
menjaga kelestarian budaya terlebih bagi kaum muda Nias. Berdasarkan kondisi pembangun
yang masih kurang di desa Bozihona. Banyak masyarakat yang menginginkan percepatan
pembangunan seperti Jalan, pasar dan mesjid. Tentunya jika pembangunan lebih di percepat
maka taraf ekonomi warga akan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Budhisantoso, S. 1988. Sistem kekerabatan dan pola Pewarisan. Jakarta: PT. Pustaka Grafika
Kita. Duha, Nata’alui. 2000. Mengenali perbedaan Kultur Masyarakat Nias. Ghazali,
Muchtar, Adeng. 2011. Antropologi Agama “ Upaya Memahami Keragaman, Kepercayaan,
Keyakinan, dan Agama”. Alfabeta. Hȁmmerle, P. Johanenes. 2001.Asal-Usul Masyarakat
Nias, Suatu Interperestasi. Yayasan Pusaka Nias, Gunung sitoli. Hȁmmerle, P. Johanenes.
2008. Tuturan Tiga Sosok Nias. Gunung Sitoli: Yayasan Pusaka Nias. Harefa, Faogȍli. 1939.
Hikayat dan Tjeritera Bangsa Serta Adat Nias. Seri C. Nr. 1. Sibolga: Rapatfonds Residentie
Tapanoeli. Ihromi. 2006. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan obor. James,
Spadley.1987. Readings in Culture Antrhoropology. Brown and Company. Laiya, Sitasi Z.
1985. Kamus Nias- Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Media
Warisan, Edisi No.22, Yayasan Pusaka Nias. Mendrȍfa, Sȍkhi’ aro Welther. 1981. Fondrakȍ
Ono Niha. Agama Purba, Hukum Adat, hikayat dan Mitologi Masyarakat Buas. Jakarta:
Inkultra Foundation. Mendrȍfa, snk. B., Ama Wohada. 1983/1984 Li ba Li Indonesia. Kamus
Bahasa Nias Indonesia. Medan: Perdana Mintargo, Bambang S. 2000. Tinjauan Manusia dan
Nilai Budaya. Jakarta: Penerbit Universitas Triksakti.

Anda mungkin juga menyukai