Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN AKTIVITAS TIDUR PADA PASIEN

GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN (COMBUSTIO)

Di SusunOleh :

1. TarisaTaranda (192303101122)
2. NurAisyah (192303101152)
3. Muhammad Ramadhoni (192303101100)
4. FikiWerdana Putra (192303101114)
5. Vijay Saxsena (192303101170)
6. VinaRizkiNurRachmawati (192303101018)
7. HanibMiftakulJanah (192303101059)
8. AyuDyah Maharani (192303101180)

PRODI D3 KEPERAWTAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

KAMPUS LUMAJANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat-Nya kita
senantiasa dalam keadaan baik. Tak lupa juga shalawat serta salam semoga tetap tertuju
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, karena beliulah yang membawa kita dari
jaman Jahiliyah kejalan terang benderang ini. Semoga kita semua mendapat syafatnya nanti.

Alhamduliah kami ucapkan terimakasih atas terselesainya tugas KMB II kami yang
berjidul “Asuhan Keperawatan Gangguan Aktivitas Tidur Pada Pasien Gangguan Sistem
Integumen(Combustio)” penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan perhatian dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan ucapakan terimakasih kepada Ibu
Indriana NoorIstiqomah S. Kep. M. Kep. Sebagai dosen mata kuliah KMB II dalam member
dukungan dalam penyusunan makalah ini. Serta kami ucapakan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, bahwa makalah ini tidak luput dari kesalahan dan jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
penyempurnaan dan perbaikan makalah ini. Kami harap makalah ini memberikan manfaat
bagi pembaca.

Lumajang, 15 maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1-2

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1-2


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 3

2.1 Definisi................................................................................................................. 3
2.2 Etiologi.............................................................................................................. 3-4
2.3 Phatofisiologi........................................................................................................ 5
2.4 Manifestasi klinis ................................................................................................. 6
2.5 Komplikasi ........................................................................................................... 7
2.6 Penatalaksanaan.................................................................................................... 8
2.7 Bagan Phatway................................................................................................ 9-10
2.8 Konsep Askep pada Combustio.................................................................. 10-22

BAB III PENUTUP...................................................................................................... 23

3.1 Kesimpulan......................................................................................................... 23
3.2 Saran................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 24

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka bakar (combustio) merupakan salah satu trauma yang sering terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Luka bakar tidak hanya akan mengakibatkan kerusakan kulit,
tetapi juga sangat mempengaruhi seluruh sistem tubuh pasien. Luka bakar disebabkan
oleh kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi
yang mengakibatkan kerusakan atau kehilangan jaringan tubuh. Ditinjau dari
penyebabnya, sebagian besar cedera luka bakar disebabkan oleh api 40%, air panas 30%,
listrik 4%, bahan kimia 3%, dan sisanya oleh sumber panas yang lain seperti sinar
ultraviolet, laser dan lain-lain.
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kulit dengan luka bakar
akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan
tergantung faktor penyebab dan lamanya kontak dengan sumber panas/penyebabnya.
Kedalaman luka bakar akan mempengaruhi kerusakan/ gangguan integritas kulit dan
kematian sel-sel.
Luka bakar mempengaruhi fungsi kulit sebagai barrier utama dalam melawan mikroba.
Kerusakan pada kulit akan memudahkan mikroorganisme untuk menginfiltrasi tubuh
yang nantinya akan menyebabkan infeksi. Pasien luka bakar juga mengalami
imunosupresi sehingga memiliki risiko tinggi untuk berkembangnya proses infeksi.
Infeksi dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas serta sebagai penyebab kematian
utama pada pasien luka bakar. Tujuh dari sepuluh komplikasi pada pasien luka bakar
adalah terkait dengan proses infeksi.
Luka bakar adalah kerusakan yang terjadi pada kulit dan menyebabkan hilangnya barrier
untuk melawan infeksi. Kulit yang terbakar berisiko untuk terjadinya infeksi selama
barriernya tidak ada. Jika tidak ditatalaksana dengan baik luka bakar dapat mengancam
jiwa dan menyebabkan sepsis. Sepsis adalah disfungsi organ yang mengancam jiwa yang
disebabkan oleh disregulasi respon tubuh terhadap infeksi.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan yang dimaksuddenganCombustio!
2. JelaskanetiologidariCombustio!
3. JelaskanpathofisiologidariCombustio!
4. JelaskanManifestasiklinisdariCombustio!
5. JelaskankomplikasidariCombustio!
6. JelaskanpenatalaksanaandariCombustio!
7. JelaskanphatwaydariCombustio!
8. JelaskanasuhankeperawatandariCombustio!
9. Jelaskantindakanpemerisaanskalanyeri!
10. Jelaskantindakanrelaksasidandistraksi (massage)!
1.3 Tujuan
1. MenjelaskanpengertiandariCombustio.
2. MenjelaskanetiologidariCombustio.
3. MenjelaskanpathofisiologidariCombustio.
4. MenjelaskanmanifestasiklinisdariCombustio.
5. MenjelaskankomplikasidariCombustio.
6. MenjelaskanpenatalaksanaandariCombustio.
7. Menjelaskan pathway dariCombustio.
8. MenjelaskankonsepasuhankeperawatandariCombustio.
1.4 Manfaat Penulisan
 Bagipenulis
Denganmakalahinidapatmemperikanpengalamandanpengetahuantentangasuhankeperawat
andariCombustio
 Bagipembaca
Denganmakalahiniberhapbisamenambahpengetahuandanpemahamantetangasuhankepera
watanCombustio.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kulit dengan luka bakar
akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan
tergantung faktor penyebab dan lamanya kontak dengan sumber panas/penyebabnya.
Kedalaman luka bakar akan mempengaruhi kerusakan/ gangguan integritas kulit dan
kematian sel-sel.
Luka bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api langsung maupun tidak
langsung,juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia. Luka
bakar
karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air panas banyak terjadi
pada kecelakaan rumah tangga .

2.2 Etiologi
Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung
maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada
kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun
bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya
luka bakar dapat dibagi menjadi:
1. Paparan api
a. Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian

3
terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan
untukterbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan
menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.
b. Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka
bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak.
Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder
besi atau peralatan masak.
2. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama
waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang
disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya.
Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama
lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka
umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan
garis yang menandai permukaan cairan.
3. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap
panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta
dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat
menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.
4. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi jalan
nafas akibat edema.
5. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh. Umumnya
luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan percikan api dan
membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.
6. Zat kimia (asam atau basa)
7. Radiasi
8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.

2.3 Phatofisiologi
Luka bakar (combustio) pada tubuh dapat terjadi karena konduksi panas langsung atau
radiasi elektromagnetik. Setelah terjadi luka bakar yang parah, dapat mengakibatkan

4
gangguan hemodinamika, jantung, paru, ginjal serta metabolik akan berkembang lebih
cepat. Dalam beberapa detik saja setelah terjadi jejas yang bersangkutan, isi curah jantung
akan menurun, mungkin sebagai akibat dari refleks yang berlebihan serta pengembalian
vena yang menurun. Kontaktibilitas miokardium tidak mengalami gangguan. Segera
setelah terjadi jejas, permeabilitas seluruh pembuluh darah meningkat, sebagai akibatnya
air, elektrolit, serta protein akan hilang dari ruang pembuluh darah masuk ke dalam
jarigan interstisial, baik dalam tempat yang luka maupun yang tidak mengalami luka.
Kehilangan ini terjadi secara berlebihan dalam 12 jam pertama setelah terjadinya luka dan
dapat mencapai sepertiga dari volume darah. Selama 4 hari yang pertama sebanyak 2 pool
albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian kekurangan albumin serta beberapa
macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang sering didapatkan. Dalam jangka
waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran plasma dan laju filtrasi
glomerulus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria. Sekresi hormon
antideuretika dan aldosteron meningkat. Lebih lanjut lagi mengakibatkan penurunan
pembentukankemih, penyerapan natrium oleh tubulus dirangsang, ekskresi kalium
diperbesar dan kemih dikonsentrasikan secara maksimal. Albumin dalam plasma dapat
hilang, dengan demikian kekurangan albumin serta beberapa macam protein plasma
lainnya merupakan masalah yang sering didapatkan. Dalam jangka waktu beberapa menit
setelah luka bakar besar, pengaliran plasma dan laju filtrasi glomerulus mengalami
penurunan, sehingga timbul oliguria. Sekresi hormon antideuretika dan aldosteron
meningkat. Lebih lanjut lagi mengakibatkan penurunan pembentukan kemih, penyerapan
natrium oleh tubulus dirangsang, ekskresi kalium diperbesar dan kemih dikonsentrasikan
secara maksimal.
2.4 Manifestasi Klinis
Kedalaman Dan Bagian Kulit Gejala Penampilan Perjalanan
Penyebab Luka Yang Kesembuhan
Luka
Bakar Terkena
Derajat Satu Epidermis Kesemutan, Memerah, Kesembuhan
(Superfisial): hiperestesia menjadi putih lengkap dalam
Tersengatmatahari (supersensivitas), ketika ditekan waktu satu
, rasa nyeri minimal atau minggu, terjadi
terkena api mereda tanpa edema pengelupasan
denganintensitas jika didinginkan
kuit
rendah
Derajat Dua Epidermis Nyeri, Melepuh, Kesembuhan
(Partial- dan bagian hiperestesia, dasar dalam waktu 2-
Thickness): dermis sensitif terhadap luka berbintik- 3

5
tersiram air udara yang bintik merah, minggu,
mendidih, terbakar epidermis pembentukan
dingin
oleh nyala api retak, parut dan
permukaan depigmentasi,
luka infeksi dapat
basah, terdapat mengubahnya
edema menjadi
derajat-
tiga
Derajat Tiga (Full- Epidermis, Tidak terasa Kering, luka Pembentukan
Thickness): keseluruhan nyeri, bakar eskar,
terbakar nyala api, dermis dan syok, hematuria berwarna putih diperlukan
terkena cairan kadang- (adanya darah seperti bahan pencangkokan,
mendidih dalam kadang dalam kulit atau pembentukan
waktu yang lama, jaringan urin) dan gosong, parut dan
tersengat arus subkutan kemungkinan kulit retak hilangnya
listrik pula dengan bagian kontur
hemolisis lemak yang serta fungsi
(destruksi tampak, kulit,
sel darah merah), terdapat hilangnya jari
kemungkinan edema tangan atau
terdapat luka ekstrenitas
masuk dapat
dan keluar (pada terjadi
luka bakar
listrik)

2.5 Komplikasi
A. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
B. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas kapiler,
syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam
kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah
berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan
saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi
iskemia.
C. AdultRespiratoryDistressSyndrome
Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan pertukaran gas
sudah mengancam jiwa pasien.

D. IleusParalitik dan Ulkus Curling

6
Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-tanda
ileusparalitikakibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat mengakibatnause.
Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stressfisiologik yang massif
(hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh darah okulta dalam feces, regurgitasi
muntahan atau vomitus yang berdarha, ini merupakan tanda-tanda ulkus curling.
E. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik yang
terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya pasien
menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan haluaran urine,
perubahan pada tekanan darah, curah janutng, tekanan cena sentral dan peningkatan
frekuensi denyut nadi.
F. Gagal ginjal akut
Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi cairan yang tidak
adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis dalam urine.

2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat pasien dirawat
melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup
penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat,
penanganan di ruangan intensif dan bangsal. Tindakan yang dilakukan antara lain terapi
cairan, fisioterapi dan psikiatri pasien dengan luka bakar memerlukan obat-obatan topikal
karena eschar tidak dapat ditembus dengan pemberian obat antibiotik sistemis. Pemberian
obat-obatantopikal anti mikrobial bertujuan tidak untuk mensterilkan luka akan tetapi
untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi, dengan
pemberian obat-obatan topikah secara tepat dan efektif dapat mengurangi terjadinya
infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering kali masih terjadi penyebab kematian
pasien.

2.7 Phatway
Thermal burn (gas,cairan,padat), cemical, elektrikal,radiasi

Pengalihan energy darisumberpanas

7
Tubuh

Trauma Kulit

Combustio

Fase akut Fase sub akut Faselanjut

Cidera inhalasi Kerusakan kulit Kerusakan jaringan kulit

Perubahan penapilan tubuh Pengeluaran histamin bradikinin Jaringan kulit hipertropi

Obstruksi jalan nafas Perangsangan nosiseptor Elastisitas kulit menurun

Saraf afferen
Bersihan Jalan Kerusakan Integritas
Nafas Tidak Efektif Kulit
Kornu dorsalis

Medula spinalis

Hipotalamus Kerusakan pada seluruh tubuh

Perangsang nyeri Tidak nyaman pada saat tidur

Nyeri Akut Perubahan Pola


Tidur

2.8 Konsep Askep Gangguan Aktifitas pada Penyakit Osteomilitis


 Pengkajian
A. Pengkajian Combustio/Luka Bakar
a) Anamnesa
1) Biodata
Resiko luka bakar setiap umur berbeda : anak dibawah 2 tahun dan
diatas 60 tahun mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2

8
tahun lebuh rentan terkena infeksi.
2) Riwayat kesehatan sekarang
a. Sumber kecelakaan
b. Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
c. Gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi
d. Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, obat-obatan
e. Keadaan fisik disekitar luka bakarPeristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk
ke RS
3) Riwayat kesehatan dahulu
Penting untuk menentukan apakah pasien mempunyai penyakit yang merubah
kemampuan untuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya pertahanan terhadap
infeksi (seperti DM,gagal jantung, sirosis hepatis, gangguan pernafasan)
b) Pemeriksaan Fisik dan psikososial
1) Aktifitas / istirahat :
Tanda : penurunan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang gerak pada area yang
sakit ; gangguan masa otot, perubahan tonus
2) Sirkulasi :
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT) : hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan
(semua luka bakar)
3) Integritas ego :
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Tanda :
ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah
4) Eliminasi
Tanda : haluaran urine menurun; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi
mioglobin, mengidentifikasikan kerusakan otot dalam; diuresis, penurunan bising
usus
5) Makanan / cairan :
Tanda : oedema jaringan umum, anoreksia, mual / muntah
6) Neurosensori :
Gejala : area batas, kesemutan Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku;
penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang

9
7) Nyeri / keamanan :
Gejala : berbagi nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri; respon terhadap luka bakar ketebalan derajat
kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri
8) Pernafasan
Gejala : terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lamaTanda : serak; batuk mengi;
partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan
sianosis; indikasi cedera inhalasi
c) Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges M.E (2000) pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada
combustio adalah :
a. Hitung darah lengkap : Peningkatan Hematokrit menunjukkan
hemokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan cairan. Menurutnya
Hematokrit dan sel darah merah terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh
panas terhadap pembuluh darah.
b. Leukosit akan meningkat sebagai respons inflamasi
c. Analisa Gas Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cedera inhalasi
d. Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cedera jaringan,
hipokalemia terjadi bila diuresis.
e. Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan
f. Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan
g. EKG : Tanda iskemik miokardia dapat terjadi pada luka bakar
h. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
selanjutnya.
B. Pengkajian Pola Tidur
1. Anamnesa
Perawat haruslah bertanya jika pasien merasa lelah dan mengantuk sepanjang hari.
Pertanyaan untuk perawat tanyakan yaitu (Noreen & Lawrence, 2001) :
1) Berapa lama waktu untuk tertidur pada malam hari?
2) Apakah kamu sering terbangun? Jika iya, berapa kali dalam semalam?
3) Jika kamu terbangun pada malam hari, bisakah kamu kembali tidur?
4) Apakah kamu merasa tidur/istirahat cukup di pagi hari?

10
5) Apakah kamu mempunyai cukup energi untuk melaksanakan tugas mu sepanjang
hari?
6) Apakah kamu temukan dirimu mengantuk atau tidur selama dikelas atau
pertemuan,, atau ketika kamu menonton tv atau film?

2. Riwayat keperawatan
a) Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan pada waktu tidur, jumlah jam
tidur, kualitas tidur, apakah mengalami kesulitan tidur, sering terbangun pada saat
tidur, apakah mengalami mimpi yang mengancam.
b) Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari : apakah merasa segar saat bangun,
apa yang terjadi jika kurang tidur.
c) Adakah alat bantu tidur : apa yang anda lakukan sebelum tidur, apakah
menggunakan obat-obatan untuk membantu tidur
d) Gangguan tidur atau faktor-faktor kontribusi : jenis gangguan tidur, kapan
masalah itu terjadi.

3. Pemeriksaan fisik pola tidur


1) Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien
2) Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu, dan konjungtiva merah.
3) Perilaku : iritabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat, postur
tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak lengket, menarik
diri, bingung, dan kurang koordinasi.

4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang pada gangguan pola tidur
1) EEG : Elektroensefalogram (EEG) adalah salah satu tes yang dilakukan untuk
mengukur aktivitas kelistrikan dari otak untuk mendeteksi adanya kelainan dari
otak. Tindakan ini menggunakan sensor khusus yaitu elektroda yang dipasang di
kepala dan dihubungkan melalui kabel menuju komputer.
2) EMG : Elektromiografi (EMG) adalah teknik yang digunakan untuk mengevaluasi
fungsi saraf dan otot dengan cara merekam aktivitas listrik yang dihasilkan oleh
otot rangka. Ini merupakan tes penting yang digunakan untuk mendiagnosis
kelainan otot dan saraf.

11
3) EOG : Elektrookulogram adalah suatu pengukuran/pencatatan berbagai potensial
pada kornea retina sebagai akibat perubahan posisi dan gerakan mata.
Elektrogastrogram merupakan EMG yang berkaitan gerakan peristaltic traktus
gastrotestinalis.

 Diagnosa

Nyeri akut

a) Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan


jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari tiga bulan.
b) Penyebab:
Agent pencedera fisiologis (mis, inflamasi, iskemia, neoplasma)
Agent pencedera kimia (mis, terbakar, bahan kimia iritan)
Agent pencedera fisik (mis, abses, amputasi, terbakar, terpotong ,mengangkat berat,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
c) Gejala dan tanda mayor
Subjektif:Mengeluh nyeri
Objektif :

a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif (mis, waspada,posisi menghindari nyeri)
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur

Gejala dan tanda minor

Subjektif : Tidak tersedia

Objektif :

a) Tekanan darah meningkat


b) Pola napas berubah
c) Nafsu makan berubah
d) Proses berpikir terganggu

12
e) Menarik diri
f) Berfokus pada diri sendiri
g) Diaforesis

Gangguan pola tidur

a) Definisi :Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal.
b) Penyebab:

a) Hambatan lingkungan (mis, kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan


,pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
b) Kurang kontrol tidur
c) Kurang privasi
d) Restraint fisik
e) Ketiadaan teman tidur
f) Tidak familiar dengan peralatan tidur

c) Gejala dan tanda mayor :


Subjektif

a) Mengeluh sulit tidur


b) Mengeluh sering terjaga
c) Mengeluh tidak puas tidur
d) Mengeluh pola tidur berubah
e) Mengeluh istirahat tidak cukup

Objektif : Tidak tersedia

Gejala dan tanda minor

Subjektif : Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun

Objektif : Tidak tersedia

 Intervensi (Perencanaan)

Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

13
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan pasien a) Identifikasi lokasi,
mampu mengontrol nyeri karakteristik, durasi,
dengan Kriteria hasil: frekuensi, kualitas intensitas
a) Keluhan nyeri menurun nyeri.
b) Meringis menurun b) Identifikasi skala nyeri
c) Sikap protektif c) Identifikasi respons nyeri
menurun non verbal
d) Gelisah menurun d) Identifikasi faktor yang
e) Kesulitan tidur memperberat dan
menurun memperingan nyeri
f) Frekuensi nadi e) Identifikasi pengaruh nyeri
membaik pada kualitas hidup

Terapeutik

a) Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis ,TENS, hipnosis,
akupresure, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi,teknikimaginasi
terbimbing, kompres hangat
/dingin, terapi bermain)
b) Kontol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(nis, suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan)
c) Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

a) Jelaskan
penyebab,periode,dan

14
pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan
nyeri
c) Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
d) Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
e) Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri.

Kolaborasi:

a) Kolaborasikan pemeberian
analgesik, jika perlu

Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur


keperawatan pasien Observasi:
mampu tidur dengan a) Identifikasi pola aktivitas
adekuat dengan Kriteria dan tidur
hasil: b) Identifikasi faktor
a) Keluhan sulit tidur pengganggu tidur
menurun c) Identifikasi makanan dan
b) Keluhan sering terjaga minuman yang mengganggu
menurun tidur
c) Keluhan tidak puas d) Identifikasi obat tidur yang
tidur menurun dikonsumsi
d) Keluhan pola tidur Terapeutik
berubah menurun a) Modifikasi lingkungan
e) Keluhan istirahat tidak b) Batasi waktu tidur siang
cukup munurun c) Fasilitasi menghilangkan
f) Kemampuan stres sebelum tidur
beraktivitas meningkat d) Tetapkan jadwal tidur rutin
e) Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan

15
f) Sesuaikan jadwal
pemberian obat dan
tindakan untuk menunjang
siklus tidur terjaga
Edukasi
a) Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
b) Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
c) Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur.
d) Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
e) Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur
f) Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya

2.9 Pemeriksaan Skala Nyeri


Metode pengukuran skala nyeri meliputi Numeric Rating Scale (NRS),Verbal
Rating Scale (VRS), Visual Analog Scale (VAS), dan Wong Baker FACES Pain Rating
Scale adalahsebagaiberikut :
1) Numeric Rating Scale (NRS)

16
Numeric Rating Scale (NRS)inididasaripadaskalaangka 1-10
untukmenggambarkankualitasnyeri yang dirasakanpasien. Skalanumerikdari 0 hingga
10, nol (0) merupakankeadaanbebasnyeri, sedangkanangkasepuluh (10) suatunyeri
yang sangatberat.

2) Verbal Rating Scale (VRS)


Skalainimenggunakanduaujung yang sama, skala verbal menggunakan kata-kata
danbukangarisatauangkauntukmenggambarkantingkatnyeri. Skala yang
digunakandapatberupatidakadanyeri, sedang, parah.

Gambar 2.2
VerbalRating Scale (V R S)
3) Visual Analog Scale (VAS)
Visual Analog Scale (VAS) memilikirentangnyeriberupagarispanjang 10 cm,
tandapadakeduaujunggarisinidapatberupaangkaataupernyataandeskriptif. Ujung
satuberupapernyataantidakadanyeri, sedangkanujung yang lain berupa rasa nyeriberat,
skalanyeriinidibuatvertikalatau horizontal.
4) Wong Baker FACES Pain Rating Scale
Skalanyeriinimudahuntukdilakukankarenahanyadenganmelihatekspresiwajahpasienpa
dasaatbertatapmukatanpakitamenanyakankeluhannya.
Skalainimenunjukkanserangkaianwajahmulaidariwajahgembirapada 0,
tidakadasakitsampaiwajahmeringgis di skala 10 yang menggambarkansakit
terburuk.

17
2.10 Tindakan relaksasi dan distraksi (massage)
I. Teknik Mengatasi Nyeri Atau Relaksasi Nafas Dalam
Pengertian :
Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien yang mengalami
nyeri kronis. Rileks sempurna yang dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh,
kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulasi nyeri.
Ada tiga hal yang utama dalam teknik relaksasi :
a. Posisikan pasien dengan tepat
b. Pikiran beristirahat
c. Lingkungan yang tenang
Tujuan :
Untuk menggurangi atau menghilangkan rasa nyeri
Indikasi :
Dilakukan untuk pasien yang mengalami nyeri kronis
Prosedur pelaksanaan :
A.Tahap prainteraksi
a. Membaca status pasien
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat

B.Tahap orientasi
a. Memberikan salam teraupetik
b. Validasi kondisi pasien
c. Menjaga privacy pasien
d. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarga

18
C.Tahap kerja
a. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya jika ada ynag kurang jelas
b. Atur posisi pasien agar rileks tanpa beban fisik
c. Instruksikan pasien untuk tarik nafas dalam sehingga rongga paru berisi udara
d. Intruksikan pasien secara perlahan dan menghembuskan udara membiarkanya
keluar dari setiap bagian anggota tubuh, pada waktu bersamaan minta pasien
untuk memusatkan perhatian betapa nikmatnya rasanya
e. Instruksikan pasien untuk bernafas dengan irama normal beberapa saat ( 1-2
menit)
f. Instruksikan pasien untuk bernafas dalam, kemudian menghembuskan secara
perlahan dan merasakan saat ini udara mengalir dari tangan, kaki, menuju keparu-
paru kemudian udara dan rasakan udara mengalir keseluruh tubuh
g. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan tangan, udara yang
mengalir dan merasakan keluar dari ujung-ujung jari tangan dan kai dan rasakan
kehangatanya
h. Instruksiakan pasien untuk mengulani teknik-teknik ini apa bial ras nyeri kembali
lagi
i. Setelah pasien merasakan ketenangan, minta pasien untuk melakukan secara
mandiri

D.Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan
2. Lakukan kontrak untuk kegistsn selanjutnya
3. Akhiri kegiatan dengan baik
4. Cuci tangan

E.Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan tindakan
2. Catat respons pasien
3. Paraf dan nama perawat jaga

II. Teknik Mengatasi Nyeri Atau Distrasi

19
Pengertian : Suatu metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan
perhatian pasien pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang
dirasakan
Tujuan :Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri pada pasien
Indikasi : Dilakukan pada pasiendengan gangguan nyeri kronis
Prosedur pelaksanaan :
A.Tahap prainteraksi

1. Membaca status pasien


2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan peralatan
B.Tahap orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien
2. Validasi kondisi pasien
3. Kontrak waktu
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan pada pasien dan keluarga
C.Tahap kerja
1. Berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya jika kurang jelas
2. Tanyakan keluhan pasien
3. Menjaga privacy pasien
4. Memuli dengan cara yang baik
5. Mengatur posisi pasien agar rileks tanap beban fisik
6. Menberikan penjelasan pada pasien beberapa cara distrasi
a. Bernafas pelan-pelan
b. Massage sambilbernafas pelan-pelan
c. Mendengarkan lagu sambil, menepuk-nepuk jari kaki
d. Menbanyangkan hal-hal yang indah sambil menutup mata
e. Menonton TV
f. Berbincang-bincang dengan orang lain
7. Menganjurkan pasien untuk melakukan salah satu teknik distraksi tersebut
8. Menganjurkan pasien untuk mencoba teknik tersebut bila terasa nyaman atau
ketidak nyamanan
D. Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan

20
2. Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Akhiri kegiatan dengan bsik
4. Cuci tangan
E. Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan tindakan
2. Catat respon pasien terhadap teknik distraksi
3. Paraf dan nama perawat jaga.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kulit dengan luka bakar
akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan
tergantung faktor penyebab dan lamanya kontak dengan sumber panas/penyebabnya.
Kedalaman luka bakar akan mempengaruhi kerusakan/ gangguan integritas kulit dan
kematian sel-sel.
Luka bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api langsung maupun tidak
langsung,juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia. Luka
bakar
karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air panas banyak terjadi
pada kecelakaan rumah tangga .
Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung
maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada
kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun
bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar.
Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat pasien dirawat
melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup
penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat,
penanganan di ruangan intensif dan bangsal. Tindakan yang dilakukan antara lain terapi
cairan, fisioterapi dan psikiatri pasien dengan luka bakar memerlukan obat-obatan
topikal karena eschar tidak dapat ditembus dengan pemberian obat antibiotik sistemis.
1.2 Saran
1. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan
karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna
maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya
penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.

2. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan menerapkan


asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan Combustio

22
DAFTAR PUSTAKA
Ledoh, Otan Octavianus. 2019. “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn
A.NDENGAN COMBUTIODIRUANG ASOKA RSUD PROF DR W.Z
YOHANES KUPANG.
Purwanto,Hadi. 2016. Keperawatan Medikal II. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

23

Anda mungkin juga menyukai