Makalah Luka Bakar
Makalah Luka Bakar
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN DAN MANAJEMEN KASUS PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN INTEGUMEN “LUKA BAKAR”
DOSEN PEMBIMBING :
KELOMPOK 2
NAMA KELOMPOK :
1. DIDK BAHRUR ROKHIM (2102013348P)
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2021 /2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat dan
rahmatNya kepada kami sehingga kami bisa meyelesaikan makalah Asuhan
Keperawatan dan Manajemen Kasus pada Pasien dengan Gangguan Integumen “Luka
Bakar” ini tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah II. Selain itu kami berharap semoga makalah ini bisa membantu menambah
pengetahuan bagi pembaca.
Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II. Dan juga semua pihak yang membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami mengakui makalah ini masih jauh dari sempurna, karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang. Oleh Karena itu kami harap kepada para pembaca
berkenan untuk memberikan masukan yang membangun guna kesempurnaan makalah
ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka yang
lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang
tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. Dengan cepat luka
bakar akan didiami oleh bakteri pathogen, mengalami eksudat dengan perembesan
sejumlah besar air, protein serta elektrolit, dan seringkali diperlukan
pencangkokan kulit dari bagian tubuh yang lain untuk menghasilkan penutupan
luka yang permanen (Arif Muttaqin, 2013).
Luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat global. Hal ini
disebabkan karna tingginya angka mortalitas dan morbiditas luka bakar,
khususnya pada negara dengan pendapatan rendah menengah, dimana lebih dari
95% angka kejadian luka bakar menyebabkan kematian (mortalitas). Bagaimana
juga, kematian bukanlah satu-satunya akibat dari luka bakar. Banyak penderita
luka bakar yang akhirnya mengalami kecacatan (morbiditas). Hal ini tak jarang
menimbulkan stigma penolakan masyarakat. (Ziaeian, Boback and Gregg C.
Fonarow. (2016).)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis pada luka bakar
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada luka bakar
3. Bagaimana pemecahan kasus pada pasien dengan luka bakar
C. TUJUAN
1. Tujuan Umun
Mampu memahami secara menyeluruh tentang asuhan keperawatan dan
manajemen kasus pada pasien dengan luka bakar
2. Tujuan Khusus
a) Dapat mengetahui konsep medis pada luka bakar
D. MANFFAT
Dengan adanya makalah ini diharapkan bisa memahami bagaimana konsep
medis dan asuhan keperawatan pada luka bakar serta memahami cara pemecahan
kasus pada pasien dengan luka bakar.
BAB II
KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN
Luka bakar (combustio) adalah kehilangan jaringan yang di sebabkan kontak
dengan sumber panas seperti air, api, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar
akan mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit, tetapi juga pempengaruhi seluruh
system tubuh.( Brunner& suddarth, 2014)
Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan dan atau kehilangan jaringan
disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat tinggi (misalnya
api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi) atau suhu yang sangat rendah. Saat
terjadi kontak dengan sumber panas (atau penyebab lainnya). Berlangsung reaksi
kimiawi yang menguras energi dari jaringan sehingga sel tereduksi dan mengalami
kerusakan (Moenadjat 2014)
Luka bakar adalah luka yang paling sering dialami oleh manusia dibandingkan
dengan luka lain. Luka bakar dapat terjadi karena adanya kontak dengan sumber
panas ataupun suhu yang sangat rendah, zat kimia, listrik, radiasi dan cahaya.
Berbagai aktifitas sehari-hari yang dilakukanpun dapat menjadi penyebab terjadinya
luka bakar misalnya kecelakaan yang menyebabkan meledaknya kendaraan,
memegang peralatan dalam keadaan panas sewaktu memasak, tersengat arus listrik
ataupun karena sebab lainnya (Azhari, 2012)
B. ETIOLOGI
Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara
langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi
pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik
maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar,
penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:
1. Paparan api
Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar
C. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi kulit
Kulit merupakan organ tubuh paling luar dan membatasi bagian dalam tubuh
dari lingkungan luaar. luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m² dan beratnya sekitar 15
% dari berat badan secara keseluruhan ((Santosa Budi. 2015). Pembagian kulit secara
garis besar terdiri dari tiga bagian yaitu :
1. Lapisan epidermis atau kutikel
Lapisan epidermis terdiri atas lapisan basal/stratum germinativum. Terdiri dari
sel-sel kuboit yang tegak lurus terhadap dermis. Tersusun sebagai tiang pagar atau
palisade. Lapisan terbawah dari epidermis. Terdapat melanosit yaitu sel dendritic
yang membentuk melanin yang berfungsi untuk melimdung kulit dari sinar
matahari.
2. Lapisan malphigi stratum spinosum
Lapisan malphigi merupakan lapisan epidermis yang paling tebal. Sel-sel
mempunyai protoplasma yang menonjol yang terlihat seperti duri,
3. Lapisan granular/stratum gronulosum
Struktur gronulosum terdiri dari butir-butir granula keratohialin yang basofilik.
D. PATOFISIOLOGI
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh.
Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik,
derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi
jaringan yang terkena dan lamanya kulit kotak dengan sumber panas. Cidera luka
bakar mempengaruhi semua system organ. Besarnya respon patofisiologis berkaitan
dengan luasnya luka bakar dan mencapai masa stabil ketika terjadi luka bakar kira-
kira 60% seluruh luas permukaan tubuh (Hudak & Gallo, 2011). Tingkat keperawatan
perubahan tergantung pada luas dan kedalaman luka bakar yang akan menimbulkan
kerusakan dimulai dari terjadinya luka bakar dan akan berlangsung sampai 48- 72 jam
pertama. Kondisi ditandai dengan pergerseran cairan dari komponen vaskuler ke
ruang intertestitium. Bila jaringan terbakar, vasodilatasi meningkatkan permeabilitas
kapiler, dan timbul perubahan permeabilitas sel pada yang luka bakar dan sekitarnya.
Dampaknya jumlah cairan yang banyak berada pada ekstra sel, sodium chloride dan
protein lewat melalui darah byang terbakar dan akan membentuk gelembung-
gelembung dan odema atau keluar melalui luka terbuka. Akibat adanya odema luka
bakar pada lingkungan kulit akan mengalami kerusakan. Kulit sebagai barier mekanik
berfungsi sebagai mekanisme pertahanan diri yang sangat penting , dari organisme
yang mungkin masuk. Terjadinya kerusakan lingkungan kulit akan memungkinkan
mikro organisme masuk dalam tubuh dan akan menyebabkan infeksi pada luka yang
dapat memperlambat proses penyembuhan luka.
E. PATHWAY
protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri.
Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan.
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
a) Luka bakar ringan/ minor
1) Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
2) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
3) Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai
muka, tangan, kaki, dan perineum.
b) Luka bakar sedang (moderate burn)
1) Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar
derajat III kurang dari 10 %
2) Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau
dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
3) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa
yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
c) Luka bakar berat (major burn)
1) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di
atas usia 50 tahun
2) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada
butir pertama
3) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
4) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa
memperhitungkan luas luka bakar
5) Luka bakar listrik tegangan tinggi
6) Disertai trauma lainnya
7) Pasien-pasien dengan resiko tinggi.
4. Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh yang Terbakar
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa
metode yaitu :
a) Wallace Rule of Nine (Adult)
1) Kepala dan leher : 9%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai masing-masing 18% : 36%
5) Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
b) Rule of Nine (Child)
1) Kepala dan leher : 14%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai masing-masing 16% : 32%
Total : 100%
c) Rule of Nine (Infant)
1) Kepala dan leher : 18%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai masing-masing 14% : 28%
Total : 100%
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Doenges M.E (2000) pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah :
1. Hitung darah lengkap: Perhatikan Hematokrit menunjukkan hemokonsentrasi
sehubungan dengan perpindahan cairan. Menurutnya hematokrit dan sel darah
merah menjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap pembuluh
darah.
2. Leukosit akan meningkat sebagai respons inflamasi
3. Analisa Gas Darah ( AGD ) : untuk kecurigaan cidera inhalasi
4. Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cidera jaringan,
hypokalemia terjadi bila diuresis.
5. Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan.
6. Kreatinin meningkat menunjukan perfusi jaringan.
7. EKG : tanda iskemik miokardia dapat terjadi pada luka bakar
8. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
selanjutnya.
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat pasien
dirawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain
mencakup penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat
darurat, penanganan di ruangan intensif dan bangsal. Tindakan yang dilakukan antara
lain terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri pasien dengan luka bakar memerlukan obat-
obatan topikah karena eschar tidak dapat ditembus dengan pemberian obat antibiotik
sistemis. Pemberian obat- obatan topikah anti mikrobial bertujuan tidak untuk
mensterilkan luka akan tetapi untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme dan
mengurangi kolonisasi, dengan pemberian obat-obatan topikah secara tepat dan efektif
dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering kali masih
terjadi penyebab kematian pasien.
I. KOMPLIKASI
1. Segera
Sindrom kompartemen dari luka bakar sirkum ferensial (luka bakar pada
ekstremitas iskemia ekstremitas, luka bakar pada toraks hipoksia dari gagal napas
restriktif).
2. Awal
a) Infeksi (waspadaisteptococcus) obati infeksi yang timbul (10% organisme
pada biopsi luka ) dengan antibiotic sistemis.
b) Ulkus akibat stres (ulkus cerling) ( cegah dengan antasida,broker
H2 atau inhibitor pompa protonprofilaksis)
c) Hiperkalsemia(darisitolisispadalukabakarluas).Obatidengan
insulin,dekstrosa.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku,
bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor registrasi dan diagnose medis.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Penting untuk menentukan apakah pasien, mempunyai penyakit yang
merubah kemampuan untuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya
pertahanan terhadap infeksi (seperti Diabetes mellitus , gagal jantung,
sirosis hipatis, gangguan pernafasan).
c) Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Sumber kecelakaan
2) Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
3) Gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi
4) Factor yang mungkin berpengaruh seperti alcohol, obat-obatan
5) Keadaan fisik disekitar luka bakar
6) Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk rumah sakit
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Didalam keluarga klien apakah memeliki riwayat penyakit yang sama
dengan yang diderita klien.
e) Riwayat Psiko- Sosio- Spiritual
Pengkajian psikologi meliputi status emosi, kognitif, dan perilaku klien,
pengkajian mekanisme koping klien terhadap penyakit yang diderita
2. Pola Kesehatan Sehari-hari
a) Pola kebiasaan
Pasien biasanya melakukan kegiatan berhubungan dengan benda panas dan
sangat beresiko
b) Pola tidur dan istirahat
Pasien mengeluh sulit tidur karena merasa tidak nyaman ataupun nyeri
pada bagian luka.
c) Pola eliminasi
Pasien pada pola eliminasi mengeluh susah melakukan seperti biasa.
d) Pola hubungan dan peran
Terjadinya perubahan peran dan hubungan karena terhambatnya pola
aktivitas.
e) Pola persepsi dan konsep diri
Pasien merasa tidak berdaya ketika sakit dan punya harapan untuk sembuh
3. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
1) Tingkat kesadaran :Compos metis
Keadaan umum: lemah
2) Tanda-tanda vital:
Tekanan darah
Nadi
Respirasi
Suhu tubuh
b) Pemeriksaan fisik head to toe
1) Kepala
Untuk mengetahui turgor kulit dan mengetahui adanya lesi atau bekas
luka.
Inspeksi : lihat ada lesi atau tidak, warna rambut, edema, dan
penyebaran rambut.
Palpasi : meraba dan tentukan elastisitas turgor kulitbserta tekstur
kasar atau halus, akral dingin/ hangat.
2) Rambut
Untuk mengetahui warna rambut, kebersihan rambut, penyebaran
rambut.
Inspeksi : penyebaran rambut merata atau tidak dan adanya ketombe
atau tidak.
Palpasi :mudah rontok atau tidak, rambut lengket atau tidak.
3) Wajah
Palpasi : lakukn penekanan ringan apakah ada nyeri tekan atau tidak
dan elastisitas kartilago.
8) Leher
Untuk mengetahui fungsi dan apakah ada kelainan pada leher.
Inspeksi : lihat warna kulit, bentuk, amati adanya pembesaran kelenjar
tiroid.
Palpasi : lakukan penekanan pada leher dengan cara meletakkan kedua
tangan disisi samping leher dan pasien suruh menelan lalu rasakan
apakah ada pembesaran tiroid pada sisi leher.
9) Dada
Untuk mengetahui bentuk, frekuensi, nyeritekan, irama pernafasan dan
bunyi paru.
Inspeksi : lihat kesimetrisan dada kanan dan kiri, apakah ada retraksi
dada atau tidak.
Palpasi: apakah ada benjolan serta nyeri tekan, lihat apakah ada
pelebaran pada ictus cordis.
Perkusi: untuk melihat batas normal paru.
Auskultasi: untuk mengetahui bunyi nafas.
10) Abdomen
Untuk mengetahui warna, bentuk perut, peristaltic usus, dan apakah
ada nyeri tekan.
Inspeksi: amati bentuk perut, warna kulit, apakah ada benjolan, dan
asites.
Auskultasi: dengarkan peristaltik usus dan hitung apakah ada
peningkatan pada bising usus.
Palpasi: apakah ada lesi, dan nyeri tekan.
Perkusi: apakah ada hipertimpani atau tidak.
11) Musculoskeletal/ Ektremitas
Untuk mengetahui mobilitas kekutan otot.
Inspeksi : lihat apakah ada atrofi pada ekstremitas.
Palpasi : lakukan penekanan dan minta pasien untuk memberi tahanan
pada eskstremitas untuk melihat kekuatan otot pada anggota gerak atas
dan bawah.
12) Pemeriksaan Nervus
NI olfaktorius : untuk memeriksa indra penciuman dengan bau-bauan
yg tajam .
NII optikus : pemeriksaan ketajaman penglihatan dengan visual test
snellen card.
N III,IV,VI okulomotorius, throkhlearis, abdusens : apakah ada
paralisis pada salah satu mata, pemeriksaan pupil, gerakan bola mata.
N V trigeminus : apakah ada gangguan mengunyah, kasus stroke
terkadang terdapat paralisis pada saraf trigeminus.
N VII fasialis : kaji persepsi pengecapan, dan kesimetrisan wajah.
N VIII akustikus : apakah ada gangguan pendengaran .
N IX dan X glosofaringeus dan vagus : kemampuan menelan berfungsi
secara normal atau tidak, serta ajak klien untuk membuka mulut untuk
menilai fungsi dari vagus.
N XI asesorius : minta klien untuk menengok kesisi salah satu tubuh
serta mengangkat bahu.
N XII hipoglosus : melihat saraf motorik untuk ekstrinsik dan
intrinsik lidah.
13) Pemeriksaan Integumen
Inspeksi:amati warna kulit, kaji adanya lesi dan edema
Palpasi:kelembaban kulit, mengecek suhu kulit dengan cara
membandingkan kedua kaki dan lengan tangan dengan menggunakan
jari, tarik/cubit untuk mengetahui turgor kulit (normalnya kembali
cepat).
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal
dengan rule of nine of Wallace yaitu :
a) Kepala dan leher :9%
b) Lengan masing-masing 9% :18%
c) Badan depan 18%, badan bagian belakang :36%
d) Tungkai masing-masing 18 :36%
e) Genitalia/perinium :1%
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan pada pasien luka bakar yang mungkin muncul :
1. Nyeri akut b.d Agen pecedra kimiawi (D.0077) (PPNI 2018)
Tujuan tingkat nyeri menurun (L.08066), dengan kriteria hasil
(PPNI,2018):
a) Keluhan nyeri menurun
b) Meringis menurun
c) Sikap protektif menurun
d) Gelisah menurun
e) Kesulitan tidur menurun
Intervensi (PPNI 2018):
Manajemen Nyeri(I.08238)
a) Observasi
1) Identifikasi skala nyeri
2) Identifikasi nyeri nonverbal
3) Identifikasi factor yang memperberat nyeri dan memperingan
nyeri
b) Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
2) Kontrol lingkungan yang dapat memperberat rasa nyeri
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
c) Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
d) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d bahan kimia iritatif (D.0129)
Tujuan Integritas Kulit Dan Jaringan meningkat (L.14125), dengan kriteria
hasil (PPNI,2018):
a) Elastisitas meningkat
b) Hidrasi meningkat
c) Perfusi jaringan meningkat
d) Kolaborasi
b) Terapeutik
c) Edukasi
b) Terapeutik
1) Batasi jumlah pengunjung
2) Berikan perawatan kulit pada daerah luka
3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
4) Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
c) Edukasi
d) Kolaborasi
b) Terapeutik
c) Edukasi
d) Kolaborasi