Anda di halaman 1dari 35

JOURNAL READING

KECELAKAAN AKIBAT LISTRIK BERTEGANGAN TINGGI (2 CASE REPORT)

Pembimbing: Dr. Intarniati Nur Rohmah, Sp. KF

Residen Pembimbing: Dr. Yudhitya Meglan Haryanto

Olivia Geraldine Roxanne (UNDIP)

Vania Oktaviani Sujamto (UNDIP)

Rafsanjani Hidayatullah (UNDIP)

Bagus Abdillah Winata (Trisakti)

Karina Fitrah Amanda (Trisakti)

Setiafanai Lidiyana (Trisakti)

Anindya Dwitiya Putri (UKI)

Paula Ameta Karina (UKI)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


DAN MEDIKOLEGAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO


2017

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui oleh Dosen Penguji, Journal Reading dari:

Nama/asal Universitas:

1. Olivia Geraldine Roxanne (UNDIP)

2. Vania Oktaviani Sujamto (UNDIP)

3. Rafsanjani Hidayatullah (UNDIP)

4. Bagus Abdillah Winata (Trisakti)

5. Karina Fitrah Amanda (Trisakti)

6. Setiafanai Lidiyana (Trisakti)

7. Anindya Dwitiya Putri (UKI)

8. Paula Ameta Karina (UKI)

Bagian : Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

Judul : Fatal High Voltage Accidental Electrocution - Two Case Reports

Dosen Penguji : Dr. Intarniati Nur Rohmah, Sp. KF

Residen Pembimbing : Dr. Yudhitya Meglan Haryanto

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menjalani Kepaniteraan Senior Ilmu Kedokteran
Forensic Dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Semarang, 18 Agustus 2017

Dosen Penguji,

Dr. Intarniati Nur Rohmah, Sp. KF

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................................iii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv

BAB I ........................................................................................................................................ 3

TERJEMAHAN JURNAL........................................................................................................ 3

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4

iv
BAB I

TERJEMAHAN JURNAL

International Journal of Forensic Science & Pathology (IJFP)

Published: August 19, 2014

KECELAKAAN AKIBAT LISTRIK BERTEGANGAN TINGGI (2 CASE REPORT)

Manigandan G1*, Peranantham S1, Shanmugam K2

1 Senior Resident, Forensic Medicine & Toxicology, JIPMER, Puducherry - 605006, India

2 Junior Resident, Forensic Medicine & Toxicology, JIPMER, Puducherry - 605006, India

INFO JURNAL ABSTRAK


Jenis jurnal:Case report Kecelakaan listrik menyebabkan luka serius
Sejarah jurnal: akibat paparan panas secara langsung maupun
Diterima: 18 Agustus 2017 tidak langsung. Tingkat keparahannya
Disetujui: 16 Agustus 2017 bervariasi antara ringan, syok, sampai
Diterbitkan: 19 Agustus 2017 kematian. Sering kali korban terjatuh ke tanah
dari tiang listrik sehingga mengalami luka
yang fatal.
Penulis : Manigandan G, dkk
Didalam Artikel ini terdapat dua kasus
Institusi: Forensic Medicine & Toxicology
tegangan tinggi yang dilaporkan dan
JIPMER
didiskusikan. Pada kasus pertama korban
menderita luka akibat lengkungan arus. Dalam
kasus kedua, ada beberapa luka keluar di
kedua kaki yang menunjukkan dua arah yang
berbeda dalam aliran arus. Kedua Korban

3
mengalami luka kepala yang fatal akibat
terjatuh.

PENDAHULUAN
Kematian yang disebabkan oleh arusan listrik, terlepas dari sumbernya disebut sebagai
"electrocution". Kematian oleh sengatan listrik jarang terjadi, namun biasanya terjadi karena
kecelakaan. Listrik sangat menakjubkan pentingnya dalam kehidupan manusia. Seseorang tidak
bisa membayangkan bagaimana hidup tanpa listrik. Tapi kita sebagai manusia seharusnya tidak
mengabaikan pro & kontra penggunaan listrik dalam hidup kita. Bahayanya sengatan listrik
bervariasi dari sengatan kecil yang tidak berbahaya, bisa juga menyebabkan kontraksi otot yang
hebat, hingga ketidaksadaran dan kematian. Terkadang korban bisa terlempar ke tanah
danmenyebabkan luka lebih fatal. Kematian akibat sengatan listrik pertama tercatat di Prancis
pada tahun 1879 saat seorang tukang kayu panggung meninggal akibat sengatan arusan listrik
AC (alternating current) sebesar 250 volt. Di India suplai voltase untuk keperluan listrik rumah
tangga sekitar 220 sampai 240 volt. Kematian akibat sengatan listrik terjadi saat seseorang
terkena jumlah arus listrik yang fatal dan ini melibatkan kedua arus tegangan tinggi (> 600
sampai 750 V) dan arus tegangan rendah (<600V ). Cedera akibat tegangan tinggi menimbulkan
ancaman serius bagi nyawa seseorang dan meningkatkan kemungkinan akan kematian. Dalam
laporan kasus ini kami memaparkan dua kasus kematian akibat sengatan listrik yang menyoroti
beberapa ciri khas kematian karena tegangan tinggi, seperti kerusakan besar jaringan lunak
beserta eksposur tulang.

LAPORAN KASUS NO.1

Seorang anak laki-laki berusia 14 tahun dibawa ke rumah sakit dengan riwayat sengatan
listrik selagi bermain kriket. Dia dinyatakan meninggal dunia sebelum perawatan dan mayat
dikirim untuk pemeriksaan post-mortem. Setelah menerima laporan kematian yang tidak
disengaja dari lembaga penyidik dan informasi yang diperoleh dari sanak saudara dan saksi
mata, kami tentukan prima facie(suatu kebenaran) kasus ini sebagai kematian akibat sengatan

4
listrik. Almarhum sedang bermain kriket di sekitar dua kabel listrik bertegangan tinggi. Sambil
bermain, bola terjerat di bagian atas truk. Almarhum menaiki truk untuk melepaskan bola. Pada
saat itu juga, terjadi kontak fisik dengan kabel tegangan tinggi dan dia tersengat listrik. Pada
pemeriksaan post-mortem eksternal, kami melihat pakaian yang hangus terbakar pada lokasi
cedera akibat listrik. Kulit kepala, rambut, alis, bulu mata terlihat hangus terbakar. Beberapa
bekas luka dari sengatan listrik yang terlihat pada mayat sebagai berikut. 1) Luka sengatan
listrik di wajah pada rahang bawah dan seterusnya menutupi leher bagian lateral kanan dan
mencapai batas bawah skapula kanan. Lukanya dalam, mencapai tulang. Penggosongan kotor,
menghitam, bau terbakar dan penghancuran jaringan lunak di tempat rahang dengan periostium
tulang mandibula terekspos dan pelonggaran gigi dari soket dapat terlihat. Terdapat tanda-tanda
reaksi vital. 2) Luka sengatan listrik terlihat di lengan bawah sebelah kiri di sisi dorso-lateral
membentang dari 1/3 bawah sampai jari telunjuk tangan kiri. Lukanya dalam mencapai tulang
dan tulang berada utuh. Tanda-tanda reaksi vital terlihat. 3) Luka akibat listrik terlihat pada
paha kiri di batas medial yang membentang sampai skrotum dan penis, rambut pubis hangus
terbakar dan kedua testis terekspos ke ekterior. Tanda-tanda reaksi vital terlihat. Pada
pemeriksaan post-mortem internal organ-organ, tulang hyoid, tulang rawan tiroid dan trakea
utuh. Bintik-bintik petechiae hemoragik terlihat pada bagian anterior jantung, dan pada kedua
pleurae & meninges. Otak & Paru-paru mengalami edema dan pembengkakan. Perut tidak
berisi/kosong. Jadi berdasarkan riwayat pasien & temuan pemeriksaan post-mortem, kami
memberikan pendapat kami mengenai penyebab kematian sebagai "kematian akibat sengatan
listrik".

LAPORAN KASUS NO.2

Laki-laki berusia 42 tahun dibawa dalam keadaan meninggal dunia akibat kecelakaan
karena terjatuh dari tiang listrik. Laki-laki tersebut adalah seorang tukang listrik yang sedang
mengerjakan perawatan pada tiang listrik tegangan tinggi. Tiba-tiba kepalanya bersentuhan
dengan kabel listrik, sehingga ia tersetrum dan terjatuh ke tanah. Jenazahnya dikirimkan untuk
pemeriksaan postmortem. Pada pemeriksaan luar, kami menemukan bahwa pakaian jenazah
utuh, ternoda darah. Ditemukan juga helaian rambut kepala. Pada jenazah ditemukan dua luka
sebagai berikut: 1) Luka bakar akibat sengatan listrik (luka bakar berukuran 5cm x 3cm, dengan
bentukan kawah di sekitar lokasi kontak dengan kabel kistrik) terletak pada kulit kepala sisi

5
kanan di area parietal, 2cm lateral dari garis tengah tubuh; memanjang dari area parietal kanan
hingga area frontal dengan batas tidak tegas, dasar luka adalah tulang. Tulang di dasar luka
mengalami fraktur. Didapatkan tanda-tanda luka terjadi intravital. 2) Luka robek terletak pada
area oksipital, terposisikan miring, dasar luka adalah tulang. Tulang di dasar luka mengalami
fraktur (akibat jatuh dari ketinggian). 3) Luka robek pada postero-lateral siku kanan dengan
fraktur radius-ulna dan bagian distal humerus (akibat jatuh dari ketinggian).

Pada pemeriksaan dalam, terdapat hematom di bawah kulit kepala di area fronto-parieto-
temporal kiri dengan hematom subdural di atas hemisfer serebri kiri di area parieto-temporal.
Terdapat perdarahan subarachnoid di seluruh permukaan otak. Tulang iga sebelah kanan ketiga,
empat dan lima mengalami fraktur, dan terdapat beberapa robekan pada paru kanan. Pada paru
kiri terdapat beberapa luka memar. Rongga dada terisi 500ml darah dan jendalan darah. Pada
bagian anterior jantung terdapat bintik-bintik perdarahan. Organ tubuh bagian dalam lain utuh
dan lambung dalam keadaan kosong. Sehingga, berdasarkan riwayat kejadian pada kasus dan
temuan-temuan postmortem, kami berpendapat bahwa sebab kematian adalah: kematian
disebabkan oleh perdarahan intrakranial akibat trauma kepala akibat sengatan listrik.

DISKUSI

Hukum fisika menyatakan bahwa aliran elektron akan terjadi pada rangkaian listrik yang
lengkap. Aliran elektron inilah yang menimbulkan arus listrik. Jumlah elektron menghasilkan
besaran arus listrik, sedangkan daya atau beda potensial pada kedua ujung rangkaian listrik
menghasikan tegangan listrik. Efek sengatan listrik pada tubuh bergantung pada besar arus
listrik dan tegangan listrik.1 Besar arus listrik yang akan mengalir pada tubuh dapat ditentukan
dengan rumus A = V / R, di mana A adalah besar arus dinyatakan dalam ampere, V adalah beda
potensial dinyatakan dalam volt, dan R adalah hambatan dinyatakan ohm. Aliran arus listrik
pada tubuh akan besar jika tegangan listrik tinggi (lebih dari 1000 Volt) atau jika hambatannya
rendah.

Kebanyakan kasus berat disebabkan oleh tegangan listrik rumah tangga di antara 110-
380 Volt, yang merupakan kisaran tegangan listrik rumah dan industri. Kabel transmisi (di atas
13.800 Volt) dan distribusi (di bawah 3.800 Volt) biasanya membawa tegangan listrik tinggi.
Kebanyakan kematian akibat sengatan listrik berat adalah asistol, fibrilasi ventrikel, atau gagal

6
napas akibat kontraksi tetani dari otot-otot pernapasan atau kerusakan pada pusat napas sentral.
Kebanyakan korban sengatan listrik tegangan tinggi meninggal dunia di lokasi kejadian atau
dinyatakan meninggal sebelum mendapatkan perawatan dan tidak semua kasus menunjukkan
luka masuk dan keluar, demikian pula pada kasus ini. Biasanya ditemukan kulit hangus menjadi
arang, sebagaimana terlihat pada kasus ini. Daya elektrostatis menyebabkan efek mekanik pada
tubuh dan pakaian, yang tampak pada luka akibat sengatan listrik tegangan tinggi.

Pada laporan kasus , luka masuk dan keluar pada sengatan listrik sulit ditemukan karena
adanya beberapa luka bakar derajat berat, jaringan yang hangus menjadi arang, dan kerusakan
berat, dikarenakan aliran listrik bertegangan sangat tinggi menimbulkan kerusakan berat dan
menghanguskan jaringan lunak serta mengekspos tulang di dasar luka. Temuan ini konsisten
dengan pernyataan penulis bahwa pada kasus sengatan listrik tegangan tinggi dapat terjadi luka
bakar derajat berat bahkan tubuh hangus menjadi arang. Pada laporan kasus, kami dapat
menemukan luka masuk aliran listrik tetapi tidak ada luka keluar dan terdapat pula luka pada
bagian luar dan dalam tubuh yang disebabkan oleh jatuh setelah tersengat listrik.

Sengatan listrik menyebabkan kematian dalam jumlah yang signifikan. Kematian


biasanya merupakan kecelakaan yang berhubungan dengan kecelakaan di tempat kerja. Hampir
semua pekerja India terpaksa mengerjakan pekerjaan yang berbahaya tanpa peraturan keamanan
yang efektif. Banyak pekerja yang tidak menyadari potensi bahaya listrik di tempat kerja
mereka sehingga membahayakan diri mereka akan terjadinya trauma listrik. Maka, dapat
dikatakan bahwa tingginya angka kematian akibat kecelakaan listrik di tempat kerja di negara
kami disebabkan oleh kurangnya pelatihan keamanan kerja untuk perusahaan dan karyawannya.
Sayangnya, kematian akibat trauma listrik tidak memiliki tanda patognomonik, sehingga
penentuan sebab kematian terutama mengacu pada kejadian sekitar waktu kematian dan
ditemukannya luka bakar akibat sengatan listrik yang khas pada otopsi. Langkah paling tepat
yang dapat diambil untuk mengurangi kejadi an trauma listrik pada anak adalah dengan
menempatkan perangkat listrik di almari yang tidak terjangkau anak-anak, terutama di kamar
mandi di mana terdapat akses dengan air. Kebanyakan kematian akibat sengatan listrik bersifat
dapat dicegah dan dapat dicegah dengan menjalankan program edukasi yang tepat bagi
masyarakat, termasuk pekerja yang berhubungan dengan listrik dengan memperhatikan
penggunaan peralatan keamanan dan insulator.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. TRAUMATOLOGI
Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan atas jaringn
yang masih hidup (living tissue); sedangkan logos berarti ilmu. Jadi pengertian dari
traumatologi adalah ilmu yang mempelajari semua aspek yang berkaitan dengan kekerasan
terhadap jaringan tubuh manusia yang masih hidup. Berkaitan dengan forensik tersebut,
traumatology dapat dimanfaatkan untuk membantu menentukan jenis penyebab trauma, waktu
terjadinya trauma, cara melakukannya, akibat trauma, dan kontek peristiwa penyebab trauma.
Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek pada fisik maupun
psikiknya. Efek fisik berupa luka-luka, yang kalau diperiksa akan dapat diketahui penyebabnya,
antara lain benda-benda mekanik, benda-benda fisika, kombinasi mekanik dan fisika, dan zat
kimia korosif.

II. LISTRIK
Listrik adalah aliran dari elektron melewati suatu gradien potensial dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah. Perbedaan potensial ini dinamakan voltase (V), yang mewakili
kekuatan yang mengendalikan elektron. Jumlah atau volume elektron yang mengalir pada
bagian ini dinamakan arus listrik yang mempunyai satuan ampere (A). Sedangkan hambatan
dari aliran ini dinamakan resistensi (R) dengan satuan Ohm. Hukum Ohm menggambarkan:

R= V/I
R: dalam Ohm ()
I: amper (A)
V: Tegangan (V)
Hal utama yang membedakan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh efek langsung
dari energi listrik adalah jumlah arus yang melewati jaringan tubuh, yang secara potensial dapat
memicu arhytmia yang berat. Faktor Iain yang dapat menentukan derajat kerusakan jaringan

8
antara Iain tegangan listrik (V), Hambatan (R), tipe arus, jaringan yang dilewati, dan lama
kontak dengan sumber listrik. Berdasarkan hukum Joule energi panas didapatkan dari .

=
I = kuat arus listrik (A),
R = hambatan (Ohm),
T = lama kontak (s)
Persamaan di atas menunjukkan hubungan antara perananan dari kuat arus, waktu, dan
hambatan dalam memproduksi energi panas yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan
tubuh.

III. TRAUMA LISTRIK

A. DEFINISI
Trauma akibat listrik adalah kerusakan yang terjadi jika arus listrik mengalir ke dalam
tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan terganggunya fungsi suatu organ.
Tubuh manusia adalah penghantar listrik yang baik. Kontak langsung dengan arus listrik bisa
berakibat fatal. Arus listrik yang mengalir ke dalam tubuh manusia akan menghasilkan panas
yang dapat membakar dan menghancurkan jaringan tubuh. Meskipun gambaran Iuka bakar
listrik dikulit tampak ringan, tetapi pada organ dalam terjadi kerusakan organ dalam yang serius,
terutama pada jantung, otot atau otak. Arus listrik bisa menyebabkan terjadinya cedera dan
kematian.

B. KLASIFIKASI ENERGI LISTRIK


Berdasarkan sumber tenaganya, klasifikasi tenaga listrik terdiri dari tenaga listrik alam
yaitu petir atau kilat, dan tenaga listrik buatan yang terdiri dari arus listrik searah (DC), sebagai
contoh telepon (30-50 volt) dan arus listrik bolak-balik (AC), sebagai contoh listrik rumah,
pabrik. Pada tegangan yang sama, arus listrik searah (AC) dapat menyebabkan kerusakan empat
sampai enam kali lebih besar dibandingkan arus listrik searah (DC). Hal ini karena pada arus
listrik searah (DC) dapat menimbulkan kontraksi otot yang berulang ulang dan yang

9
mengakibatkan korban kesulitan melepaskan diri dari sumber listrik dan akhirnya berujung pada
kematian jika tidak ada yang berusaha menolong.
Berdasarkan besar voltasenya energi listrik dapat dibagi menjadi voltase rendah, voltase
tinggi dan voltase sangat tinggi. Voltase rendah memiliki tegangan sekitar 110-460 volt,
contohnya penerangan, pabrik, tram listrik. Bentuk trauma yang ditimbulkan oleh voltase
rendah-sedang adalah electrical mark, yaitu luka berbentuk bundar atau oval, dengan bagian
yang datar dan rendah di tengah, yang dikelilingi oleh kulit di sekitarnya yang meninggi. Bagian
tengah biasanya pucat dan kulit di luar electric mark akan menunjukkan pelebaran pembuluh
darah atau hiperemis. Bentuk serta ukuran electrical mark tergantung dari bentuk dan ukuran
dari benda yang berarus listrik yang mengenai tubuh.
Listrik dengan voltase tinggi memiliki tegangan 1000 volt. Salah satu contoh dari listrik
bertegangan tinggi adalah transport arus listrik melewati tiang saluran udara tegangan ekstra
tinggi (SUTET). Sedangkan listrik dengan voltase sangat tinggi memiliki tegangan sekitar
20.000- 1.000.000 volt, contohnya deep Xrays therapy. Bentuk trauma yang ditimbulkan oleh
voltase tinggi adalah exogenous burn. Pada voltase tinggi akan terjadi perubahan energi listrik
menjadi energi panas sehingga tubuh korban yang terkena listrik tegangan tinggi ini akan habis
terbakar dengan kerusakan yang sangat berat.
Berdasarkan efek terhadap kerusakan jaringan tubuh, besarnya arus listrik dapat dibagi
menjadi listrik arus minimal yang dapat dirasakan tubuh (l mA), arus let-go untuk anak - anak
(3 - 5 mA), arus let-go untuk wanita dewasa (6 - 8 mA), arus let-go untuk laki - laki (7 - 9 mA),
arus let-go adalah arus maksimal dimana korban sudah tersengat untuk beberapa saat tapi masih
bisa untuk melepaskan diri (15 mA), kuat arus 16 -20 mA yang dapat menyebabkan kontraksi
tetanik pada otot rangka, kuat arus 20 50 mA yang dapat menyebabkan paralisis otot
pernafasan, kuat arus 50 - 100 mA yang dapat menyebabkan ventrikular fibrilasi, dan pada arus
yang sangat tinggi hingga I A dapat terjadi henti jantung. Jika aliran dapat dihentikan dan tidak
terjadi kerusakan yang signifikan pada jantung, jantung dapat mulai bekerja secara normal lagi.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEK LISTRIK TERHADAP TUBUH:


a. Jenis / macam aliran listrik
Arus searah (DC) dan arus bolak-balik (AC). Banyak kematian akibat sengatan arus
listrik AC dengan tegangan 220 volt. Suatu arus AC dengan intensitas 70-80 mA dapat

10
menimbulkan kematian, sedangkan arus DC dengan intensitas 250 mA masih dapat ditolerir
tanpa menimbulkan kerusakan.
Arus listrik memegang peranan penting pada berat ringannya kerusakan organ dalam
akibat sengatan listrik, apabila tegangan konstan maka jumlah arus yang masuk kedalam tubuh
tergantung kepada tahanan tubuh dan lama kontak.
Manusia lebih sensitif sekitar 4-6 kali terhadap arus jenis alternating current AC
dibandingkan arus direct current (DC). Arus DC menyebabkan satu kontraksi otot, sedangkan
arus AC menyebabkan kontraksi otot yang kontinyu dapat mencapai 40-110 kali/ detik,
sehingga menyebabkan luka yang lebih parah.
b. Tegangan / voltage
Tegangan yang paling rendah yang sudah dapat menimbulkan kematian manusia adalah
50 volt. Makin tinggi tegangan akan menghasilkan efek yang lebih berat pada manusia baik efek
lokal maupun general. 60% kematian akibat listrik arus listrik dengan tegangan 115 volt.
Sebab kematian pada orang yang terkena arus listrik dengan tegangan tinggi berbeda
dengan tegangan rendah. Kematian pada tegangan rendah disebabkan karena fibrilasi ventrikel
sedangkan jika karena tegangan tinggi kematian lebih disebabkan karena luka bakar/panas.
c. Tahanan / resistance
Tahanan / resistance Tahanan tubuh bervariasi pada masing-masing jaringan, ditentukan
perbedaan kandungan air pada jaringan tersebut. Tahanan yang terbesar terdapat pada kulit
tubuh, akan menurun besarnya pada tulang, lemak, urat saraf, otot, darah dan cairan tubuh.
Tahanan kulit rata-rata 500-10.000 ohm
Di dalam lapisan kulit itu sendiri bervariasi derajat resistensinya, hal ini bergantung
pada ketebalan kulit dan jumlah relatif dari folikel rambut, kelenjar keringat dan lemak. Kulit
yang berkeringat lebih jelek daripada kulit yang kering. Menurut hitungan Cardieu, bahwa
berkeringat dapat menurunkan tahanan sebesar 3000-2500 ohm. Pada kulit yang lembab karena
air atau saline, maka tahanannya turun lebih rendah lagi antara 1200-1500 ohm. Tahanan tubuh
terhadap aliran listrik juga akan menurun pada keadaan demam atau adanya pengaruh obat-
obatan yang mengakibatkan produksi keringat meningkat.
Kulit kering dengan tegangan sebesar 120 Volt memberikan tahanan sebesar 100.000
ohm, apabila kulit kering dan tebal meningkatkan tahanan menjadi jutaan ohm, sedangkan
tahanan kulit yang lembab 1.000 ohm atau kurang, kulit yang tipis serendah 100 ohm. Tahanan

11
yang besar akan meningkatkan suhu dan koagulasi. Kulit kering dimana tahanan besar
mempunyai potensi yang lebih besar menimbulkan kerusakan jaringan superfisial, tetapi
mampu membatasi konduksi aliran listrik yang berbahaya sehingga dapat menimbulkan
kerusakan pada struktur yang lebih dalam. Kulit basah atau lembab memiliki potensi lebih
rendah menimbulkan kerusakan jaringan superfisial tetapi lebih berbahaya untuk struktur yang
lebih dalam. Kelaianan pada kulit bisa tidak ditemukan apabila tersengat listrik dalam bak
mandi yang berisi air.
d. Lamanya waktu kontak dengan konduktor
Makin lama korban kontak dengan konduktor maka makin banyak jumlah arus yang
melalui tubuh sehingga kerusakan tubuh akan bertambah besar & luas. Dengan tegangan yang
rendah akan terjadi spasme otot-otot sehingga korban malah menggenggam konduktor.
Akibatnya arus listrik akan mengalir lebih lama sehingga korban jatuh dalam keadaan syok
yang mematikan Sedangkan pada tegangan tinggi, korban segera terlempar atau melepaskan
konduktor atau sumber listrik yang tersentuh, karena akibat arus listrik dengan tegangan tinggi
tersebut dapat menyebabkan timbulnya kontraksi otot, termasuk otot yang tersentuh aliran
listrik tersebut.
e. Kuat arus / intensitas /amperage
Arus yang di atas 60 mA dan berlangsung lebih dari 1 detik dapat menimbulkan fibrilasi
ventrikel. Berikut ini disajikan sebuah tabel mengenai efek aliran listrik terhadap tubuh:

12
Arus listrik Pengaruh ke tubuh Tegangan yang menghasilkan arus yang
(kontak 1dtk diperkirakan sesuai dengan tahanan tubuh
dengan tubuh)

1 mA Batas nilai ambang 10 V 1V


persepsi. Merasa geli

1-8 mA Sensasi syok, tidak nyeri, 10-8 V 1-8 V


8-15 mA Syok disertai rasa nyeri 80 -150 V 8-15 V
15-20 mA Syok disertai rasa nyeri 150-200 V 15-20 V
dan letih.

20-50 mA Nyeri disertai kontraksi 200-500 V 20-50 V


otot yang hebat.
Kesulitan bernafas
100-300 mA Fibrilasi ventrikel dan 60 000 V 6000 V
kelumpuhan pernafasan

6A Fibrilasi ventrikel dan 60 000 V 6000 V


kelumpuhan pernafasan.
Luka bakar

D. MEKANISME TRAUMA LISTRIK


Arus Listrik akan masuk ke satu titik (tersering tangan yang digunakan untuk
mengenggam, menyentuh atau memanipulasi bermacam peralatan listrik) dan lalu
meninggalkan tubuh melalui satu titik keluar, menuju ke tanah atau konduktor netral yang bebas
dari sumber listrik.
Gejalanya yang muncul akibat trauma listrik tergantung kepada interaksi yang rumit dari
semua sifat arus listrik. Suatu kejutan dari sebuah arus listrik bisa mengejutkan korbannya

13
sehingga dia terjatuh atau menyebabkan terjadinya kontraksi Otot yang kuat, dimana hal
tersebut bisa mengakibatkan dislokasi, patah tulang dan cedera tumpul
Arus listrik bertegangan tinggi bisa membunuh jaringan diantara titik masuk dan titik
keluamya, sehingga terjadi Iuka bakar pada daerah otot yang luas. Akibatnya, sejumlah besar
cairan dan garam (elektrolit) akan hilang dan kadang menyebabkan tekanan darah yang sangat
rendah. Seratserat otot yang rusak akan melepaskan mioglobin, yang bisa menyebabkan
gangguan filtrasi ginjal dan menyebabkan terjadinya gagal ginjal.
Mekanisme trauma listrik dalam mempengaruhi sistem organ manusia antara lain:
1. Sistem pernapasan

Respiratory arrest setelah tersengat listrik dapat terjadi oleh karena adanya inhibisi pada
pusat pengaturan pernapasan di medula oblongata, paralisis otot pernapasan yang berlangsung
lama, kontraksi tetanik pada otot pernapasan atau gabungan dari cardiorespiratory arrest akibat
fibrilasi ventrikel atau asistole. Apabila henti napas tidak ditangani secara baik dengan ventilasi,
fibrilasi ventrikel hipoksik sekunder dapat terjadi. Kerusakan parenkim paru jarang terlihat di
pasien yang pernah mengalami sengatan listrik atau mendapatkan trauma listrik.
2. Kardiovaskuler
Energi listrik menyebabkan kerusakan langsung pada jaringan tubuh, sehingga
menyebabkan asistol, fibrilasi ventrikel, atau apneu. Seperti diketahui bahwa penyebab terbesar
kematian karena sengatan listrik dilaporkan karena terpengaruhnya kerja jantung. Sengatan
listrik mengganggu sistem kelistrikan jantung dan merusak otot jantung.
Jantung pada keadaan normal memiliki sistem kelistrikan yang searah dari nodus sinus
(pacemaker) menuju serat purkinje untuk kemudian menyebar ke seluruh otot jantung yang
berfungsi untuk mengkontraksikan jantung guna memompa darah ke seluruh tubuh supaya
kebutuhan nutrisi terpenuhi untuk metabolisme sel-sel tubuh.
Adanya arus listrik yang melewati jantung mempengaruhi konduksi listrik jantung yang
semula ritmis dan searah. Aliran arus listrik masuk melalui miokardium terutama di lapisan
superfisial epikardium, menyeberang endokardium dan memiliki pengaruh besar yang langsung
pada miokardium, memungkinkan dislokasi nodus pacemaker dan sistem kelistrikan jantung
terganggu.
Efek pada jantung karena sengatan listrik dapat dibagi menjadi:
Aritmia

14
Aritmia ini dapat terjadi jika sistem konduksi dari listrik jantung mengalami gangguan
akibat adanya arus listrik yang masuk. Aritmia (casrdiac arrest) ini biasanya didahului oleh
adanya disritmia, dalam hal ini yang sering ditemukan dalam kasus trauma listrik adalah
fibrilasi ventrikel. Hasil penelitian menunjukan arus AC lebih berbahaya dibandingkan dengan
arus DC pada tegangan yang sama. Pada tegangan berkisar antara 50 V sampai 500 V, insidensi
fibrilasi ventrikel berbanding terbalik dengan tegangan, sedangkan terjadinya takikardia
ventrikel dan fibrilasi atrium berbanding langsung dengan tegangan. Aritmia yang fatal lebih
mungkin disebabkan oleh aliran arus horizontal (tangan ke tangan), sedangkan arus yang
mengalir secara vertikal (dari kepala ke kaki) lebih sering menyebabkan kerusakan jaringan
miokard.
Korban yang selamat dari sengatan listrik sering mengalami suatu bentuk aritmia
berikutnya (10 % sampai 46 %). Aritmia yang paling umum adalah sinus takikardia dan
kontraksi prematur ventrikel, tetapi takikardi ventrikel dan fibrilasi atrium juga pernah
dilaporkan. Sebagian besar aritmia terjadi segera setelah sengatan listrik, tetapi aritrnia ventrikel
yang tertunda (dicatat sampai 12 jam setelah kejadian) juga dapat terjadi. Kebanyakan pasien
yang tidak mengalami kematian jantung tiba-tiba memiliki kelainan gelombang ST-T
nonspesifik pada elektrokardiografi 12-lead (EKG) yang biasanya hilang secara spontan. Pasien
yang tidak menunjukkan perubahan EKG pada pengamatan hampir tidak akan mengalami
aritmia yang mengancam nyawa.
Kerusakan pada Myocardium
Kerusakan myocardium dapat terjadi pada aliran voltase tinggi dan voltase rendah.
Kerusakan yang timbul disebabkan oleh trauma elktrothermal yang merupakan hasil konversi
energi listrik menjadi energi panas dan elektroforasi. Selain kerusakan pada miokardium,
trauma listrik juga dapat menyebabkan spasme arteri koroner yang dapat menyebabkan iskemi
otot jantung dan aritmia yang dapat memicu terjadinya hipotensi dan hipoperfusi coroner
sekunder.

Abnormalitas Konduksi
Syok karena trauma elektrik dapat meyebabkan synus bradykardia dan blokade konduksi
atrioventricular tingkat lanjut. Trauma elektrik karena arus AC memiliki kecenderungan lebih
banyak mengenai nodus sinoatrial dan atrioventricular. Sampai saat ini belum ada penjelasan

15
tentang hal ini. Beberapa hipotesis menyebutkan bahwa nodus sinoatrial dan nodus
atrioventricular mempunyai ion channel yang lebih mudah terpengaruh dan terjadinya iskemi
dan infark pada a. coronaria dextra, yang berjalan didekat permukaan dinding dada dan
mendarahi kedua nodus ini, membuat kedua nodus ini lebih peka terhadap aliran arus listrik.
3. Musculoskeletal
Tulang mempunyai tahanan listrik yang paling besar dan akan mengalamai trauma
elektrothermal yang paling berat, termasuk di sini Iuka bakar periosteal, destruksi dari matriks
tulang, dan osteonekrosis. Kontraksi tetanik yang kuat atau jatuh karena sengatan listrik bisa
menyebabkan fraktur dan dislokasi sendi - sendi besar. Trauma elektrothermal pada jaringan
otot dapat bermanifestasi berupa pembentukan edema, nekrosis jaringan dan bisa pula
menyebabkan compartment syndrom dan rhabdomyolysis.
Kerusakan jaringan otot yang luas dapat ditentukan dengan pemeriksaan kadar kreatinin
kifiase serum. Pada 42 pasien Iuka bakar yang diperiksa, didapatkan peningkatan kreatinin
kinase serum sampai 18 903 U/L pada hari pertama perawatan dirumah sakit. Derajat
peningkatan kreatinin kinase serum ini sebanding dengan luas permukaan tubuh yang
mengalami Iuka bakar. Peningkatan kreatinin kinase serum ini dapat digunakan untuk
pertimbangan dalam mengambil keputusan perlu tidaknya pembedahan decompresi dini.
Mekanisme kematian akibat trauma listrik dapat dibedakan menjadi 3 mekanisme utama,
yaitu:
a. Respiratory arrest akibat depresi pusat pernapasan
Mekanisme kematian yang ketiga ini terjadi jika arus listrik mengenai pusat pernafasan di
Medula oblongata, tapi hal ini jarang terjadi. Mekanisme henti nafas seperti ini terjadi jika arus
listrik berjalan melalui kepala dan leher, biasanya dalam situasi dimana kepala pekerja kontak
dengan konduktor.

b. Respiratory arrest akibat paralisis otot - otot pernapasan

Mekanisme ini terjadi jika arus listrik melalui dinding thoraks dan menyebabkan spasme
atau paralysis muskulus interkostalis dan diafragma sehingga gerak pernahasan terhambat dan
akhirnya terjadi kematian akibat hipoksia.

16
c. Cardiac arrest

Telah diketahui bersama bahwa kasus kematian pada trauma listrik kebanyakan karena
terjadinya aritmia jantung akibat fibrilasi ventrikel. Hal ini disebabkan karena arus listrik
melewati epikardium, miokardium dan mungkin menyeberang ke endokardium. Pada
miokardium arus listrik akan mempengaruhi kerja pacemaker dan sistem konduksi sehingga
kerja jantung akan tergangu dan bahkan dapat terjadi henti jantung yang berujung kepada
kematian.

E. GAMBARAN PEMERIKSAAN LUAR DAN PEMERIKSAAN DALAM PADA LUKA


AKIBAT LISTRIK
1. Pemeriksaan Luar
Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka bakar akibar berubahnya
energi listrik menjadi panas. Kemampuan energi listrik sehingga dapat mengakibatkan
luka bakar tergantung jumlah panas yang dihasilkan untuk dapat menyebabkan
peningkatan suhu pada bagian tubuh yang terpapar. Untuk menegakkan diagnosis
kematian akibat trauma listrik sangatlah sulit, terutama pada kasus trauma listrik
tegangan rendah yang seringkali tidak menimbulkan luka. Sangat penting untuk
memperhatikan riwayat dan keadaan lingkungan sekitar tempat kejadian perkara.
Berikut temuan yang dapat ditemukan dari pemeriksaan luar akibat trauma listrik :
- Secara umum
Pada kasus kematian yang disebabkan oleh asfiksia akibat respiratory arrest
secara umum, wajah dan tubuh akan terlihat pucat dan terjadi kongesti,
perdarahan atau peteki dapat ditemukan pada konjungtiva dan kelopak mata,
pupil dilatasi, rigor mortis terjadi lebih awal. Pada kasus trauma listrik, perlu
dilakukan pemeriksaan lebih teliti pada pakaian atau benda-benda yang melekat
pada korban. Benda- benda yang mengandung bahan metalik akan meleleh dan
menyebabkan luka bakar pada kulit sesuai dengan bentuk benda yang melekat
pada tubuh meskipun bukan tempat masuknya arus listrik karena timbulnya
panas akibat aliran arus listrik.5

17
Gambar 1. Investigasi keadaan lingkungan sekitar tempat kejadian perkara

Gambar 2. Luka bakar yang berkaitan dengan benda metalik

- Kepala
Kadang-kadang ditemukan hangus. Bila tempat masuknya arus listrik dari
kepala, maka akan ditemukan ciri seperti lubang pada permukaan rambut.6
- Tempat masuknya arus listrik
Berupa reaksi eritema dengan pucat sekitarnya dikelilingi hiperemis dengan tepi
agak menonjol dengan gambaran seperti kawah di bagian tengahnya. Disebut
dengan electrical burns , electrical marks, atau Joule burn, sering dijumpai pada
telapak tangan atau ujung jari. Hal ini terjadi karena kulit kontak erat dengan
konduktor listrik, maka aliran listrik yang melaluinya memanaskan cairan
jaringan dan menghasilkan uap. Uap tersebut dapat memisahkan lapisan
epidermis atau dermo-epidermal junction dan terbentuk lepuh yang menonjol ke
permukaan kulit. Bila lepuh menjadi dingin dan kolaps maka terbentuk gambaran
seperti cincin bewarna kelabu atau putih dengan tepi meninggi dan tengahnya
cekung. Pada listrik dengan tegangan rendah akan menyebabkan lesi berwarna
merah, hitam, ataupun putih dengan bagian tengah cekung, biasa muncul pada

18
jari tangan atau kaki, seringkali terlewat saat pemeriksaan luar karena ukuran
yang kecil. Listrik dengan tegangan tinggi akan menyebabkan luka bakar yang
lebih berat (derajat 3). Selain itu dapat pula terjadi gambaran percabangan
pembuluh darah yang terlihat seperti percabangan pohon yang disebut
arborescent mark, akibat listrik bertegangan sangat tinggi, contohnya petir.6

Gambar 3. Luka masuk arus listrik pada listrik tegangan rendah

Gambar 4. Gambaran electrical marks atau Joule burn pada tempat masuk arus
listrik

19
Gambar 5. Aborescent marks

Gambar 6. Luka bakar akibat trauma listrik tegangan tinggi

- Tempat keluarnya arus listrik


Ditemukan luka seperti luka masuk listrik hanya saja tampak kurang parah,
biasanya pada telapak kaki (bagian yang menyentuh bumi atau tanah).7

Gambar 7. Gambaran luka keluar pada trauma listrik

20
- Loncatan arus listrik
Bila kontak permukaan tubuh terhadap konduktor listrik tidak erat maka dapat
terjadi loncatan arus listrik yang bila mengenai permukaan kulit dapat
melelehkan lapisan keratin. Setelah dingin maka keratin akan menjadi nodul
keras berwarna kecoklatan yang menonjol di permukaan kulit yang disebut
sebagai spark lession. Selain itu dapat terjadi loncatan listrik hingga beberapa
sentimeter yang dapat menyebabkan spark lesion yang multipel sehingga terlihat
seperti kulit buaya disebut crocodile skin effect. Lesi kulit akibat trauma listrik
yang terjadi post mortem sama seperti yang terjadi pada intravital, yaitu dijumpai
lepuh kulit dan luka bakar, hanya saja tidak dijumpai adanya daerah hiperemis di
sekitar lepuh yang merupakan tanda intravital.8

Gambar 8. Spark lesion

2. Pemeriksaan Dalam
a. Jantung
Didapatkan tanda kerusakan miokardium, spasme dan trombus arteri koronaria, serta
infark jantung.8

21
Gambar 9. Kerusakan pada jantung akibat trauma listrik yang melewat dinding dada
b. Sistem respirasi
Kerusakan jaringan parenkim paru jarang terlihat pada pasien yang mendapat trauma
listrik. Kerusakan pada paru biasanya tidak secara langsung diakibatkan oleh aliran
listrik, tapi lebih dikarenakan karena trauma tumpul yang lain (misalnya terjatuh saat
tersetrum) berupa efusi pleura atau edema paru).5
c. Pembuluh darah
Pada pembuluh darah didapatkan kerusakan pada tunika media dan tunika intima
yang disebabkan oleh terbentuknya trombus intravaskuler, sering terjadi pada
pembuluh darah kecil yang menyuplai otot-otot kecil. Jika terjadi dalam waktu yang
lama akan terjadi ruptur pembuluh darah. 5
d. Susunan saraf pusat
Dapat didapatkan infark, edema, maupun perdarahan intraserebral.5
e. Muskuloskeletal
Dapat terjadi fraktur tulang panjang, tulang vertebra, atau dislokasi sendi yang
disebabkan oleh kontraksi atau spasme otot yang berlebihan.5
f. Sistem gastrointestinal
Ditemukan perdarahan usus halus.
g. Ginjal
Dapat terjadi kerusakan masif pada ginjal akibat gagal ginjal yang disebabkan karena
mioglobinuri hasil rhabdomiolisis.6

22
F. GAMBARAN HISTOLOGI
Secara mikroskopis, luka yang timbul pada kulit akibat trauma listrik berupa rongga-rongga
pada lapisan epidermis, dan kadang pada dermi. Hal ini disebabkan karena adanya ruang udara
yang berasal dari pemisahan jaringan yang panas dari sel-sel tersebut. Bagian terluar epidermis
dapat terlepas. Sel-sel pada epidermis menjadi panjang dengan nucleus terpusat dan menjadi
besar. Gambaran di atas dapat dikatakan sebagai akibat dari pengaruh listrik. Meskipun
demikian gambaran yang sama juga akan didapatkan pada kasus-kasus luka bakar maupun
hipotermi.9

Gambar 1. Gambar histologis dari luka bakar listrik yang menunjukkan inti keratinosit
pyknotic memanjang dengan aliran vertikal dan homogenisasi kolagen dermal (40X).9

Gambar 2. Gambaran histologi dari luka bakar listrik, A. Pelepasan epidermis, B. Gas kavitasi
dan epitel sel yang terpolarisasi, C. sel kulit tambahan yang menunjukkan aliran nukleus.10

23
Temuan mikroskopis yang lain dari kasus trauma listrik, meskipun tidak spesifik, dapat juga
membantu untuk menegakkan diagnosis pada kasus-kasus yang meragukan. Gambaran tersebut
antara lain adanya vakuola-vakuola kecil pada stratum korneum, terutama pada jari-jari, telapak
tangan, dan telapak kaki yang mengandung lapisan keratin yang tebal. Vakuola berasal dari
kelenjar keringat di tempat mauk dan keluamya arus listtik, sebagai akibat prodksi uap panas
yang berlebih yang mengakibatkan pelebaran kelenjar keringat tersebut.Gambaran ini dikenal
sebagai "honeycomb atau Swiss cheese-like appurance.
Gambaran sel epidermis akan tampak seperti alur yang melingkar (whorled). Pada beberapa
kasus, epidermis dan lapisan sel tanduk menjadi padat dan tertekan. Apabila dilakuakan
pewamaan dengan hematoxylin-eosin akan terbentuk wama lilac. Pada daerah yang lebih dalam
pada epidermis akan terjadi elongasi dan terbentuk palisade pada sel dan inti sel. Sel-sel dan inti
sel folikel rambut serta kelenjar keringat juga akan memberikan gambaran distorsi seperti
kumparan.
Apabila kematian disebabkan karena henti jantung , dapat ditemuka perubahan pada Otak
berupa perdarahan petekiae, dan robekan pada substansia alba. Tidak ada gambaran yang
spesifik akibat trauma listrik pada organ-organ dalam. Gambaran ombak dan fragmentasi pada
serat miokard dapat ditemukan, tetapi gambaran ini tidak mempunyai arti diagnosis. Kontraksi
Pita pada serat otot, khususnya gambaran "bark-like", dapat kita temukan, tetapi sekali lagi hal
ini tidaklah spesifik, sebab hal ini dapat juga kita temukan pada miokardium subepikardial
setelah dilakukannya resusitasi dengan defibrilator.10

Gambar 3. Gambaran MFB pada otot jantung tikus Wistar (Pengecatan HE, Perbesaran 1000x),
MFB: inti sel otot jantung yang hiperkontraksi berbentuk persegi (panah putih), foto preparat 12
Agustus 2009, Laboratorium Patologi Anatomi FK UNDIP.11

24
Gambar 4. Gambaran mikroskopis otot jantung tikus Wistar setelah diberi paparan arus listrik
secara langsung (Pengecatan HE, Perbesaran 400x), foto preparat 12 Agustus 2009,
Laboratorium Patologi Anatomi FK UNDIP.11

Gambar 5. Gambaran mikroskopis otot jantung tikus Wistar setelah diberi paparan arus listrik,
melalui media air (Pengecatan HE, Perbesaran 400x), foto preparat 12 Agustus 2009,
Laboratorium Patologi Anatomi FK UNDIP.11
Trauma akibat sengatan listrik dapat terjadi saat sebuah sumber listrik(konduktor)
berkontak langsung dengan tubuh ataupun saat arus listrik mengalir dalam air. Air merupakan
konduktor listrik. Kemampuan air untuk menghantarkan listrik dipengaruhi oleh konsentrasi
ion, mobilitas ion, status oksidasi, dan temperatur air. Peningkatan konsentrasi ion dalam air
akan meningkatkan kemampuan air dalam menghantarkan arus. Temperatur air yang meningkat
akan menurunkan kemampuan air dalam menghantarkan arus listrik.11

25
G. PENCEGAHAN
1. Jauhkan kabel-kabel dari jangkauan anak-anak.
2. Ajarkan pada anak-anak mengenai bahaya dari listrik.
3. Cegah timbulnya kecelakaan listrik dengan selalu mengikuti petunjuk pengamanan dalam
menggunakan alat-alat elektrik.
4. Cegah penggunakan alat-alat yang menggunakan listrik saat mandi atau dalam keadaan
basah.
5. Jangan pernah menyentuh alat-alat yang menggunakan listrik saat memegang keran atau
pipa air.
6. Menggunakan alas kaki yang bersifat isolator seperti sandal berbahan dari karet.

IV. PETIR

Petir adalah transfer muatan listrik dari pelepasan listrik statis alam secara tiba-tiba.
Diperkirakan, petir memiliki arus sebesar 10.000 sampai 200.000A dan tegangan atau voltase
sebesar 20 juta sampai 1 milyar volt. Sambaran petir mengakibatkan berbagai disfungsi
berbagai sistem dalam tubuh, dan orang yang berhasil selamat mungkin mengalami disabilitas
berkepanjangan.
Angka kematian akibat sambaran petir diperkirakan mencapai angka 30%. Di Amerika
Serikat, sambaran petir menyebabkan kematian lebih banyak dibandikan bencana alam lain
seperti angin topan, letusan gunung berapi dan banjir. Kurang lebih 100 sampai 600 orang
meninggal akibat tersambar petir tiap tahunnya.
Ada beberapa bentuk sambaran petir, diantaranya :
1. Direct Strike
Petir dapat langsung menyambar manusia, umumnya melalui kepala atau tangan yang
sedang diregangkan. Arusnya kemudian ditransfer ke dalam tubuh dan pada kebanyakan
kasus, jalan keluarnya melalui telapak kaki, karena umumnya korban dalam posisi
berdiri. Sambaran petir secara langsung ini biasanya berakibat fatal.
2. Contact Voltage

26
Contact voltage terjadi saat seseorang mengenakan atau membawa benda yang
mengandung bahan metal seperti payung, tongkat golf dan senjata. Jika petir menyambar
benda metal tersebut, arusnya akan mengalir ke dalam tubuh.
3. Side Splash
Terjadi ketika petir menyambar sebuah objek (misalnya pohon atau bangunan) atau
manusia lain, kemudian arus petir menyambar manusia yang berada di dekatnya. Side
splash merupakan bentuk sambaran petir yang paling sering terjadi. Bentuk ini
seringkali membuat celaka beberapa orang.
4. Ground Strike
Ground strike terjadi ketika petir menyambar tanah dan orang yang sedang berdiri atau
berjalan di sekitarnya. Tegangan elektroda mengalir naik melalui salah satu kaki,
kemudian mengalir turun melalui kaki sebelahnya. Ground strike tidak terlalu berbahaya
karena kekuatan petir menghilang dengan cepat ketika melewati tanah. Jantung dan otak
biasanya tidak terpengaruh, tetapi korban seringkali mengalami kelumpuhan sementara
dan tampak terbakar pada kedua kaki.
5. Wire-Mediated Lightning
Dalam kasus ini, gelombang petir dapat mengalir melalui struktur rumah, sehingga
menyebabkan arus listrik mengalir ke tubuh korban dari kabel telepon.

Trauma akibat petir dapat terjadi akibat energi listrik, energi panas atau kekuatan
ledakan yang sangat besar dari sambaran petir. Meskipun pada dasarnya petir
merupakan arus langsung (DC) bertegangan tinggi, efek sambaran petir sangat berbeda
dengan tipe listrik tegangan tinggi lain. Trauma listrik tegangan tinggi biasanya
menyebabkan terbakar dan gosongnya jaringan, sementara sambaran petir memiliki
karakteristik waktu kontak elektrik yang sangat singkat. Meskipun hanya sebagian kecil
arus yang melewati tubuh korban, medan magnet yang terbentuk cukup untuk
mempengaruhi neuromuskular, kardiovaskular dan sistem saraf pusat.
Kerusakan yang paling umum dari sambaran petir adalah luka bakar derajat satu dan
dua pada kulit, tetapi titik dimana arus listrik masuk dan keluar biasanya menunjukkan
luka bakar derajat tiga. Sebagian besar arus mengalir di sepanjang bagian luar tubuh,
sehingga organ dan jaringan di dalam tidak terlalu terbakar dan rusak. Segera setelah

27
tersambar, korban biasanya sangat panas ketika disentuh. Luka bakar akibat petir
muncul dalam beberapa bentuk; feathering, linear, punctuate, thermal, contact dan
flash. Sebagian besar luka bakar akibat petir bersifat superficial dan hanya memerlukan
penanganan lokal. Lichtenberg figure dianggap sebagai pola cedera listrik dan
ditemukan pada kira-kira 30% kasus tersambar petir.
Sebagian besar kematian setelah tersambar petir terjadi akibat primary cardiac arrest
atau hasil dari secondary cardiac arrest yang menyebabkan hipoksia. Karena petir
merupakan arus langsung (DC), hal tersebut dapat mengakibatkan fibrilasi ventrikel.
Meskipun berdasarkan data 50% sampai 75% orang yang mengalami henti jantung akan
meninggal, resusitasi jantung paru dapat membantu korban sambaran petir lebih baik
daripada kasus trauma lain.
Kerusakan paling serius dari sambaran petir adalah kerusakan pada kardiovaskular dan
sistem saraf pusat. Mekanisme kerusakan neuron pada kasus tersambar petir termasuk
depolarisasi lebih lama, kerusakan neuron langsung (panas dan trauma tumpul) dan juga
kerusakan jaringan sekunder dari edema dan iskemia. Telah banyak penelitian yang
menyatakan bahwa sambaran petir menyebabkan vasospasme intens dan iskemia.

V. ASPEK MEDIKOLEGAL PADA KASUS KEMATIAN KARENA TERBAKAR


Prosedur mediko-legal adalah tata-cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai
aspek yang berkaitan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum. Secara garis besar
prosedur mediko-legal mengacu kepada peraturan perundangundangan yang berlaku di
Indonesia, dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika
kedokteran.
Ruang lingkup medikolegal dapat disimpulkan sebagai yang berikut
a. pengadaan visum et repertum,
b. tentang pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka.
c. pemberian keterangan ahli pada masa sebelum persidangan dan pemberian
keterangan ahli di dalam persidangan,
d. kaitan visum et repertum dengan rahasia kedokteran,
e. tentang penerbitan Surat Keterangan Kematian dan Surat Keterangan Medik ,
f. tentang kompetensi pasien untuk menghadapi pemeriksaan penyidik,

28
Didalam melakukan pemeriksaan korban yang terbakar, dokter harus dapat
memberikan kejelasan kepada penyidik dalam hal :
- apakah korban dalam keadaan hidup atau mati sewaktu kebakaran itu
mulai terjadi?
- Penyebab kematian
- Identitas korban
- Perlukaan yang diakibatkan secara langsung oleh api
- Adanya racun, obat-obatan dan alkohol didalam tubuh korban
- Cara kematian, kecelakaan atau pembunuhan

Dasar Hukum
a) KUHP Pasal 338 ( pembunuhan)
barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

b) KUHP Pasal 340 (pembunuhan)


Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang
dihukum karena bersalah melakukan pembunuhan yang direncanakan dengan hukuman
penjara seumur hidup/penjara selama-lamanya 20 tahun.

c) KUHAP Pasal 133(otopsi)


Pasal 133 KUHAP :
Ayat 1:
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman
atau dokter dan atau ahli lainnya.
Ayat 2:
Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan secara
tertulis yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

29
Ayat 3:
Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi
label yg memuat identitas mayat diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki
atau bagian lain badan mayat.

d) KUHP Pasal 345 (bunuh diri)


Barang siapa sengaja mendorong orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam
perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk itu, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun kalau orang itu jadi bunuh diri.

e) KUHP Pasal 359 (kecelakaan)


Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling
lama satu tahun.

30
BAB III

JURNAL PEMBANDING

Journal Utama Journal Pembanding


1. Menyajikan 2 kasus kematian akibat Menyajikan 1 kasus kematian akibat
trauma listrik: trauma listrik dengan tanda khas :
1) tanpa luka masuk maupun luka 1) Luka masuk
keluar 2) Luka keluar
2) ditemukan luka masuk tetapi tidak 3) Crocodile flash burns / Crocodile
ditemuka n luka keluar skin

2. Tidak melakukan pemeriksaan Melakukan pemeriksaan penunjang


penunjang berupa pemeriksaan histopatologi
3. Terdapat penjelasan singkat tentang Tidak terdapat penjelasan tentang aspek
aspek fisika dari trauma listrik fisika dari trauma listrik

4. Secara epidemiologis telah menyebutkan Secara epidemiologis menyebutkan


porsi kematian akibat trauma listrik dari porsi kematian akibat trauma listrik dari
keseluruhan angka kematian pada keseluruhan angka kematian secara
populasi dewasa lebih spesifik dengan menyertakan data
statistiknya

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Lightning injuries, author ; Mary Ann Cooper, MD; chief Editor ; Rick kulkarni MD; Updated: Feb 10,
2012, aviabel form; http://emedicine.medscape.com/article/770642-overview#showall.
2. Artikel Journal of Lightningn injuries Medley OKeefe Gatewood, MDa,Richard D. Zane,
MDb,c,Harvard University School of Medicine, The Massachusetts General andBrigham and
Womens Hospitals, update : 2 mei, 2013
3. Spies, C, Trohman, R.G-,. Narrative Review: Electrocution and LifeThreatening
Electrical Injuries. Ann Intern Med 2006; 145:531-537
4. Dahlan, Sofwan. 11mu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak
Hukum. Cetakan ke-3. Semarang Badan Penerbit Universitas Diponegoro 2004
5. Pointer S, Harrison J. 2007. Electrical injury and death. NISU Briefing Number 9.
Adelaide : AIHW.
6. Spies C, Trohman, RG. 2006. Narrative Review : Electrocution and life threatening
electrical injuries .Ann Intern Med ;145:531-7.
7. Cushing TA, Wright RK. Electrical Ijuries eMedicine 2009.
8. Dix, J. 2000. Color Atlas of Forensic Pathology. Florida : CRC press LOC.
9. Chusing TA, Aclock J. Electrical Injuries in Emergency Medicine. Department of
Emergency Medicine, University of Colorado School of Medicineh. 2017. Accses on:
http://emedicine.medscape.com/article/770179-overview#a5. Acces date 4 August 2017.
10. Pudjiastuti A. Perbedaan Kerusakan Otot Jantung Tikus Wistar Akibat Paparan Arus
Listrik Secara Langsung Dan Melalui Media Air.Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro Semarang. 2009. Hal. 32-5.
11. Chen X, Liu Y, Qin H, Zhang L, Zhu H, Yang Y, Guan P. Death due to electrocution
during shower: one case report and brief review of the literature. Rom J Legal Med.
(23)3: 2015

32
33

Anda mungkin juga menyukai