Oleh:
Ihsan Otriami 2140312037
Okmala Miranti Adri 2140312144
Indah Febranambela Jovie 2140312087
Puji Anugrah 2140312063
Nabila Mustafa 2140312184
Khairunni’mah Shaumi 2140312173
PRESEPTOR:
dr. Noverika Windasari, Sp.FM
2.3 Patofisiologi
Secara umum, energi listrik membutuhkan aliran energi (elektronelektron)
dalam perjalanannya ke objek. Semua objek bisa bersifat konduktor
(menghantarkan listrik) atau resistor (menghambat arus listrik). Kulit berperan
sebagai penghambat arus listrik yang alami dari sebuah aliran listrik. Kulit yang
kering memiliki resistensi sebesar 40.000-100.000 ohm. Kulit yang basah
memiliki resistensi sekitar 1000 ohm, dan kulit yang tebal kira-kira sebesar
2.000.000 ohm. Anak dengan kulit yang tipis dan kadar air tinggi akan
menurunkun resistensi, dibandingkan orang dewasa. Tahanan dari alat-alat tubuh
bagian dalam diperkirakan sekitar 500-1000 ohm, termasuk tulang, tendon, dan
lemak memproduksi tahanan dari arus listrik. Pembuluh darah, sel saraf, membran
mukosa, dan otot adalah penghantar listrik yang baik. Dengan adanya luka listrik,
pada sayatan melintang akan memperlihatkan kerusakan jaringan.1,8
Mekanisme pada proses terjadinya cedera akibat listrik dapat dibagi
menjadi tiga mekanisme utama, yaitu energi listrik menyebabkan kerusakan
jaringan langsung, mengubah potensial istirahat membran sel, dan menimbulkan
tetani otot; konversi energi listrik menjadi energi panas menyebabkan kerusakan
jaringan yang masif dan nekrosis koagulatif; serta cedera mekanis dengan trauma
langsung akibat jatuh atau kontraksi otot yang hebat.10
Elektron dapat mengalir secara abnormal melewati tubuh yang
menyebabkan perlukaan ataupun kematian melalui mekanisme depolarisasi otot
dan saraf, menginisiasi aliran listrik abnormal yang dapat menggangu irama
jantung dan otak, atau produksi energi listrik menyebabkan luka listrik dengan
cara pemanasan yang menyebabkan nekrosis dan membentuk porasi (membentuk
lubang di membran sel).6
Aliran sel yang melewati otak, baik tegangan tinggi atau tegangan rendah,
dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan secara langsung menyebabkan
depolarisasi sel-sel saraf otak. Arus bolak balik dapat menyebabkan fibrilasi
ventrikel jika aliran listrik melewati daerah dada. Hal ini dapat terjadi saat aliran
listrik mengalir dari tangan ke tangan, tangan ke kaki, atau dari kepala ke
tangan/kaki.1,5
Gambar 5. Trauma listrik tegangan tinggi dengan patah tulang (exogenous burn)
2.5 Medikolegal
Trauma/ luka bakar akibat listrik ini sering terjadi baik dalam industri
maupun rumah tangga.12 Faktor penting dalam menyebabkan kerusakan adalah
arus listrik tersebut. Hampir semua kasus sengatan listrik ini berakibat fatal pada
korbannya bahkan dapat menyebabkan kematian. Aspek medikolegal dalam kasus
luka bakar akibat listrik ini perlu diperhatikan dari segi cara/ penyebab luka atau
traumanya dan untuk memastikan cara/ penyebab tersebut dapat dilakukan
beberapa pemeriksaan.10,12
a. Kecelakaan10
Kecelakaan sering terjadi, biasanya akibat dari pemakaian alat-alat
listrik seperti hairdryer dan alat pemanas. Kamar mandi merupakan tempat
yang paling sering mengakibatkan kematian karena sengatan listrik.
Kamar mandi merupakan tempat yang paling berbahaya dirumah,
disebabkan karena lingkungannya yang basah, banyak terdapat air, benda-
benda seperti keran air dan pipanya, tubuh yang tidak menggunakan
pakaian, dimana semuanya itu dapat mendatangkan hambatan listrik yang
rendah, sehingga dapat mempercepat arus listrik masuk ke tubuh (bahkan
tanpa tanda khas).
b. Bunuh Diri10
Saat ini, angka kematian bunuh diri dengan menggunakan arus
listrik di dalam kamar mandi semakin meningkat. Banyak rencana di buat
pada kasus bunuh diri didalam kamar mandi, diantaranya dengan menarik
alat-alat listrik ke dalam air sehingga menghasilkan hubungan yang
kompleks ke tubuh kita.
c. Pembunuhan10
Pembunuhan, kadang-kadang dilakukan dengan listrik. Akibat
sengatan listrik otot-otot interkostal dan diapraghma mengalami spasme
atau paralisis, sehingga meninggalkan tanda berupa pembendungan dan
cyanosis pada wajah, perubahan yang sama juga terjadi pada paru-paru. Di
sini mungkin ditemukan beberapa petekie pada pleura, walaupun hal ini
bukan merupakan tanda spesifik yang dapat membantu diagnosa. Saat
otopsi, tanda pembendungan biasanya ditemukan, dengan (lebam mayat)
hipotesis post mortem dark blue-red (biru kemerahan gelap).
2.6 Pemeriksaan Korban
Pemeriksaan dapat dilakukan pada korban saat awal ditemukannya korban
di tempat kejadian perkara dan pemeriksaan terhadap korban jenazah.
Pemeriksaan pada jenazah dapat dilakukan dengan pemeriksaan luar dan
pemeriksaan dalam.10
Pemeriksaan korban ditempat kejadian perkara
Korban mungkin ditemukan sedang memegang benda yang membuatnya
kena listrik, kadang-kadang ada busa pada mulut. Yang perlu dilakukan
pertama kali adalah mematikan arus listrik atau menjauhkan kawat listrik
dengan kayu kering.12 Lalu kemudian korban diperiksa apakah hidup atau
sudah meninggal dunia. Bilamana belum ada lebam mayat, maka mungkin
korban dalam keadaan mati suri dan perlu diberi pertolongan segera yaitu
pernafasan buatan dan pijat jantung dan kalau perlu segera dibawa ke Rumah
sakit. Pernafasan buatan ini jika dilakukan dengan baik dan benar masih
merupakan pengobatan utama untuk korban akibat listrik. Usaha pertolongan
ini dilakukan sampai korban menunjukkan tanda-tanda hidup atau tanda-
tanda kematian pasti.10
Pemeriksaan jenazah
a. Pemeriksaan Luar10
Pemeriksaan luar sangat penting karena justru kelainan yang menyolok
adalah kelainan pada kulit. Dalam pemeriksaan luar yang harus dicari
adalah tanda-tanda listrik atau current mark/electric mark/stroomerk van
jellinek/joule burn. Tanda-tanda listrik tersebut antara lain :
Electric mark adalah kelainan yang dapat dijumpai pada tempat
dimana listrik masuk ke dalam tubuh. Electric mark berbentuk bundar
atau oval dengan bagian yang datar dan rendah di tengah, dikeliilingi
oleh kulit yang menimbul. Bagian tersebut biasanya pucat dan kulit
diluar elektrik mark akan menunjukkan hiperemis. Bentuk dan
ukurannya tergantung dari benda yang berarus lisrtrik yang mengenai
tubuh.
Gambar 1. Electric mark
Joule burn (endogenous burn) dapat terjadi bilamana kontak antara
tubuh dengan benda yang mengandung arus listrik cukup lama, dengan
demikian bagian tengah yang dangkal dan pucat pada electric mark
dapat menjadi hitam hangus terbakar.
LAPORAN KASUS
B C
D
E
F
G
Korban dirawat di bangsal bedah RSUP Dr.M.Djamil Padang dengan
diagnosis luka bakar listrik high voltase deep dermal-fullthickness luas 5% e/r
manus dextra, manus sinistra, dan pedis sinistra. Terhadap korban dilakukan
pemberian cairan, obat-obatan dan tindakan perawatan luka dengan ialuset, tulle,
dan kassa lembab.
Pada pemeriksaan korban laki-laki berusia empat puluh lima tahun ini,
pada korban ditemukan luka pada telapak tangan kanan, telapak tangan kiri, jari-
jari kaki kiri dan telapak kaki kanan serta gelembung berisi cairan pada lengan
bawah tangan kiri yang menurut pola dan gambarannya sesuai dengan luka bakar
listrik. Cedera tersebut telah menimbulkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan, jabatan/pencahariannya untuk sementara waktu.
BAB IV
DISKUSI
V= Tegangan
V= I . R I= Kuat arus
R= Hambatan
Jika tegangan (V) tinggi atau jika tahanan (R) rendah, kuat arus (I) listrik
yang mengalir dalam tubuh akan menjadi besar. Tahanan tubuh bervariasi pada
masing-masing jaringan, ditentukan perbedaan kandungan air pada jaringan
tersebut. Tahanan yang terbesar terdapat pada kulit tubuh. Di dalam lapisan kulit
itu sendiri bervariasi derajat resistensinya, hal ini bergantung pada ketebalan kulit
dan jumlah relatif dari folikel rambut, kelenjar keringat dan lemak. Kulit yang
berkeringat lebih jelek daripada kulit yang kering. Sehingga, apabila seseorang
meletakkan jarinya pada arus listrik, ketika berdiri tanpa menggunakan alas kaki
dengan lantai yang basah menimbulkan akibat yang lebih fatal dibandingkan
dengan ketika seseorang tersengat listrik saat menggunakan sepatu dengan kondisi
lantau yang kering. Pada kasus ini, pasien memanjat atap tanpa menggunakan alas
kaki dan menggunakan tongkat besi yang dapat menjadi konduktor listrik.
Selain itu, arah aliran listrik juga dapat menentukan beratnya derajat luka.
Seseorang dapat mengalami kematian apabila terkena arus listrik dengan arah
aliran tersebut melintasi otak atau jantung, misalnya arah aliran dari kepala ke
kaki atau dari lengan kiri ke lengan kanan (sebaliknya). Begitu juga dengan
lamanya waktu kontak seseorang dengan benda tersebut, sebagai contoh, bila
intensitas sekitar 70-300 mA, maka kematian akan terjadi dalam 5 detik,
sedangkan pada intensitas sekitar 200-700 mA kematian akan terjadi dalam 1
detik. Charles Dalziel telah membuat suatu riset mengenai respon tubuh manusia
apabila dimasuki arus listrik.
Arus Listrik (mA) Efek terhadap tubuh
1 Ambang batas persepsi, senasi
kesemutan pada lidah
5 Tremor otot
15 Kontraksi otot
40 Hilang kesadaran
75-100 Fibrilasi ventrikel
2000 Ventrikel berhenti berkontraksi
Pada pasien ini, kemungkinan arus listrik yang digunakan tidak mencapai
40 mA sehingga pasien tidak mengalami kehilangan kesadaran. Disamping itu,
berdasarkan efek yang ditimbulkan oleh arus listrik, maka arus listrik dibagi
menjadi 2 bentuk, yaitu listrik berfrekuensi rendah dan listrik berfrekuensi tinggi.
Disebut memiliki frekuensi rendah jika memiliki frekuensi 20 Hz-500.000 Hz,
frekuensi ini mempunyai efek merangsang saraf dan otot sehingga terjadi
kontraksi otot. Sedangkan listrik berfrekuensi tinggi (diatas 500.000 Hz) tidak
mempunyai sifat merangsang saraf dan otot. Namun, memiliki sifat mampu
memanaskan.
Bentuk-bentuk jejas yang ditimbulkan oleh cedera listrik dapat dibedakan
menjadi electric mark dijumpai pada tempat dimana arus listrik masuk ke dalam
tubuh, dengan tegangan rendah sampai sedang. Electric mark berupa kerusakan
lapisan tanduk kulit atau berupa luka bakar dengan tepi menonjol, disekitarnya
terdapat daerah yang pucat dikelilingi oleh kulit hiperemis. Joule burn atau
endogenous burn terjadi bila kontak tubuh dengan benda yang mengandung arus
listrik yang cukup lama. Gambarannya seperti elektric mark dengan bagian tengah
yang menjadi hitam hangus terbakar. Exogenous burn, dapat terjadi bila tubuh
manusia terkena benda yang berarus listrik tinggi dengan tegangan tinggi dan
benda tersebut memang sudah mengandung panas. Tubuh korban hangus terbakar
dengan kerusakan yang sangat berat, yang tidak jarang disertai dengan patahnya
tulang-tulang. Pada pasien ini, luka bakar hanya menimbulkan jejas berupa
electric mark dan endogenous burn namun tidak mencapai exogenous burn.
Berdasarkan kedalaman luka bakar, pasien mengalami luka bakar derajat II
dimana sudah mengenai lapisan dermis dan epidermis, sudah terbentuk blister,
namun belum mencapai derajat III karena luka belum mengenai semua lapisan
kulit, dan pasien masih merasakan nyeri pada area yang luka tersebut.
Berdasarkan pemeriksaan status lokalis didapatkan pada palmar manus dextra
tampak luka bakar superfisial-middermal 1%, palmar manus sinistra tampak luka
bakar superfisial-middermal 1%, wrist joint sinistra tampak luka bakar superfisial-
middermal 1%, pada antebrachia sinistra tampak luka bakar superfisial 1%, dan
pada digiti 1 pedis sinistra tampak luka bakar middermal 1%. Pasien didiagnosis
bedah dengan luka bakar listrik high voltase deep dermal-fullthickness luas 5% e/r
manus dextra, manus sinistra, dan pedis sinistra.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan meliputi pemeriksaan foto polos
dada, pemeriksaan EKG, dan pemeriksaan darah rutin. Pada pemeriksaan foto
polos dada tidak ditemukan kelainan. Hal ini terutama sangat penting pada pasien
yang mengalami luka bakar yang mengenai wajah atau leher, karena dapat
menyebabkan cedera inhalasi yang dapat meningkatkan risiko kematian pada
pasien. Pada pemeriksaan EKG di dapatkan pasien mengalami sinus bradikardi,
hal yang dikhawatirkan pada pasien cedera listrik adalah gangguan irama jantung
berupa ventrikel fibrilasi bahkan cardiac arrest. Pada pemeriksaan darah rutin
didapatkan hasil pasien mengalami leukositosis yang mengindikasikan terjadinya
proses infeksi sehingga sangat penting peranan dari antibiotic untuk mencegah
terjadinya sepsis.
Pada pasien dilakukan tindakan perawatan luka dengan ialuset, tulle, dan
kassa lembab. Ialuset merupakan krim untuk mengobati luka akibat infeksi dan
luka bakar. Krim ini mengandung asam hialuronat dan silver sulfadizin. Asam
hialuronat diproduksi secara alami oleh tubuh. Sifat utama zat ini adalah untuk
mempertahankan kadar air, sehingga berperan menjaga kelembaban dan keutuhan
jaringan, serta berperan dalam regenerasi sel pada jaringan. Zat ini juga berperan
dalam pembentukan pembuluh darah disekitar luka, sehingga proses
penyembuhan luka lebih cepat. Silver sulfadiazine bekerja dengan menghentikan
pertumbuhan bakteri yang dapat menginfeksi luka terbuka. Pada pasien juga
dilakukan observasi kompartemen sindrom, dan dilakukan pemeriksaan EKG
setiap 24 jam.
BAB V
KESIMPULAN
1. Luka bakar listrik adalah luka yang disebabkan oleh trauma listrik, yang
merupakan jenis trauma yang disebabkan oleh adanya persentuhan dengan
benda berarus listrik, yang dapat menghancurkan dan / atau merusak kulit
manusia sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi energi panas.
2. Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya luka listrik adalah tegangan
(volt), kuat arus (ampere), jenis arus listrik, tahanan kulit (ohm), arah
aliran listrik, luas permukaan kontak, lama kontak, dan keadaan korban
3. Luka bakar listrik dapat disebabkan oleh tenaga listrik alami seperti petir
dan kilat; dan tenaga listrik buatan yaitu arus searah/direct current (DC)
dan tenaga listrik dengan arus listrik bolak-balik/alternating current (AC).
4. Mekanisme utama cedera pada trauma listrik diantaranya energi lisrik
kerusakan jaringan langsung; konversi energi listrik menjadi energi panas,
dan cedera mekanis dengan trauma langsung akibat jatuh
5. Tatalaksana pertama adalah mematikan arus listrik atau menjauhkan kawat
listrik dengan kayu kering. Kemudian memeriksa apakah korban masih
hidup (beri bantuan hidup dasar) atau sudah meninggal.
DAFTAR PUSTAKA