Anda di halaman 1dari 27

Case Report Session

LUKA BAKAR LISTRIK

Oleh:
Ihsan Otriami 2140312037
Okmala Miranti Adri 2140312144
Indah Febranambela Jovie 2140312087
Puji Anugrah 2140312063
Nabila Mustafa 2140312184
Khairunni’mah Shaumi 2140312173

PRESEPTOR:
dr. Noverika Windasari, Sp.FM

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M DJAMIL PADANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luka bakar adalah trauma kompleks yang membutuhkan terapi
multidisiplin dan terus menerus, yang terjadi melalui kontak panas intensif
ketubuh, yang menghancurkan dan / atau merusak kulit manusia (luka bakar
termal). Selain luka bakar termal, ada listrik, kimia, radiasi dan luka bakar
inhalasi. Luka bakar merupakan salah satu bentuk trauma yang berat dan bisa
menyebabkan kecacatan bahkan kematian. 1,2
Cedera akibat listrik merupakan kerusakan yang terjadi jika arus listrik
mengalir ke dalam tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan
terganggunya fungsi suatu organ dalam. Tubuh manusia adalah penghantar listrik
yang baik. Kontak langsung dengan arus listrik bisa berakibat fatal. Arus listrik
yang mengalir ke dalam tubuh manusia akan menghasilkan panas yang dapat
membakar dan menghancurkan jaringan tubuh. Meskipun luka bakar listrik
tampak ringan, tetapi mungkin saja telah terjadi kerusakan organ dalam yang
serius, terutama pada jantung, otot atau otak. Luka yang diakibatkan oleh arus
listrik yang fatal umumnya disebabkan oleh kecelakaan, dan lebih sering pada
arus bolak-balik (AC) daripada searah (DC).2
Seiring dengan kemajuan teknologi, kejadian luka bakar listrik juga
semakin meningkat. Penelitian di India pada 2007 tercatat kejadian luka bakar
listrik hanya 2%, namun pada 2012 kejadian nya meningkat hingga 13,8%. Secara
statistik, hampir keseluruahn insidensi luka bakar listrik mengenai laki-laki.
Sebanyak 96% dari kejadian luka bakar listrik mengenai laki-laki dibanding
perempuan. Hal ini disebabkan karena kejadian luka bakar listrik yang
dihubungkan dengan pekerjaan, dimana rata-rata pekerja adalah laki-laki3
Lama rawatan pasien luka bakar listrik cendrung lebih panjang disbanding
tipe luka bakar lainnya. Panjangnya lama rawatan ini dikaitkan dengan komplikasi
dan prosedur pada luka bakar listrik seperti amputasi. Sama halnya dengan
peneltian Tarim et al durasi rawatan lebih panjang pada pasien amputasi. Sebuah
penelitian menunjukan rata-rata lama rawatan yang diakibatkan oleh luka bakar
listrik berkisar 21-30 hari.2,4
Melihat tingginya angka insidensi, angka mortalitas dan dampak yang
ditimbulkan oleh luka bakar listrik, maka diperlukan suatu literatur khusus untuk
membahas tentang luka bakar listrik dalam keilmuan kedokteran forensic.
Sehingga seorang dokter dapat melakukan pemeriksaan terhadap korban yang
mengalami luka bakar listrik terhadap tubuh korban hidup ataupun jenazah.
1.2 Rumusan Masalah
Mengenal pasti pola trauma yang dapat di timbulkan oleh tenaga listrik
terhadap tubuh pasien ataupun jenazah dan juga sebab utama kematian yang
disebabkan trauma listrik.
1.3 Tujuan Penulisan
Membahas tentang trauma listrik dan bagaimana hasil pemeriksaan yang
dapat ditemukan pada pemeriksaan forensik terhadap pasien ataupun jenazah yang
mengalami trauma listrik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Luka listrik adalah luka yang disebabkan oleh trauma listrik, yang
merupakan jenis trauma yang disebabkan oleh adanya persentuhan dengan benda
yang memiliki arus listrik, sehingga dapat menimbulkan luka bakar sebagai akibat
berubahnya energi listrik menjadi energi panas.
Pada umumnya tanda utama trauma listrik adalah luka bakar pada kulit.
Gambaran makroskopis kerusakan kulit yang kontak langsung dengan sumber
listrik bertegangan rendah disebut electrical mark. Dalam studi kasus kematian,
hanya sekitar 55% yang menunjukan electrical mark. Luka listrik biasanya dapat
diamati di titik masuk (entry point) maupun titik keluar (exit point). Faktor-faktor
yang berperan didalam terjadinya luka akibat arus listrik adalah: 5,6,7,8,9
a. Tegangan (volt), tegangan rendah (600 volt atau kurang dari 600 volt),
tegangan tinggi (lebih dari 600 volt).
b. Kuat arus (ampere), makin besar arus, makin berbahaya bagi kelangsungan
hidup.
c. Jenis arus listrik, sensitifitas terhadap arus listrik bolak balik (AC) 4-6 kali
lebih besar dibandingkan arus listrik searah (DC).
d. Tahanan kulit (ohm), tahanan dari tubuh yang terbesar adalah kulit, tulang,
lemak.
e. Arah aliran listrik, mematikan bila melintasi otak atau jantung; misalnya arah
aliran dari kepala ke kaki atau lengan ke lengan
f. Luas permukaan kontak, Luas 50 cm2 dapat mematikan tanpa menimbulkan
jejas listrik
g. Lama kontak, waktu lamanya seseorang kontak dengan benda yang beraliran
listrik menentikan kecepatan datangnya kematian. Sebagai contoh, bila
intensitas sekitar 70-300mA, maka kematian akan terjadi dalam waktu 5
detik; sedangkan pada intensitas sekitar 200-700 mA akan terjadi dalam
waktu 1 detik.
h. Keadaan korban seperti kesadaran korban saat mendapatkan trauma listrik,
riwayat penyakit korban sebelumnya dan pekerjaan korban.
2.2 Etiologi
Trauma listrik terjadi saat seseorang menjadi bagian dari sebuah
perputaran aliran listrik atau bisa disebabkan pada saat berada dekat dengan
sumber listrik. Klasifikasi yang paling sering untuk membagi trauma karena listrik
adalah karena petir, Aliran listrik tegangan rendah arus bolak balik (AC), aliran
listrik tegangan tinggi arus bolak balik (AC) dan arus searah.8
 Petir
Petir/lightening, adalah muatan listrik statis dalam awan dengan voltase
sampai 10 mega volt dan kekuatan arus listrik sampai seratus ribu ampere
yang dalam waktu 1/1000-1 detik dilepaskan kebumi. Luka karena petir
biasanya terjadi saat seseorang menjadi bagian atau berada dekat dengan
terjadinya petir, secara umum, biasanya pasien menjadi objek yang paling
tinggi dibandingkan sekitarnya atau berada dekat dengan objek yang tinggi
misalnya pohon. Pada saat petir menyambar, biasanya langit terlihat bersih.8
Seseorang yang disambar petir pada tubuhnya terdapat kelainan yang
disebabkan oleh faktor arus listrik, faktor panas dan faktor pemindahan
udara.7
1. Efek Listrik
a. Ada tanda listrik (electrick mark).
b. Aborecence mark, adalah gambaran seperti percabangan pohon oleh
karena vasodilatasi pembuluh darah vena pada kulit akibat bersentuhan
dengan petir, gambaran ini akan menghilang setelah beberapa jam.
2. Efek panas
a. Rambut, pakaian, sepatu, bahkan seluruh tubuh akan terbakar/hangus.
b. Metalisasi, yaitu logam yang dikenakan korban akan meleleh
(perhiasan, arloji)
3. Efek ledakan (pemindahan udara)
a. Setelah kilat udara setempat menjadi vacum lalu diisi oleh udara
kembali sehingga timbul suara menggelegar/Guntur
b. Akibat pemindahan udara ini, pakaian korban koyak, korban terlontar
sehingga terdapat luka akibat persentuhan dengan benda tumpul,
misalnya abrasi, kontusi, patah tulang tengkorak, epidural/subdural
bleeding
c. Bila tidak meninggal mungkin dapat terjadi lumpuh, tuli, dan/atau buta
yang sifatnya sementara.
 Listrik tegangan tinggi AC
Pada kasus ini tegangan listrik lebih dari 600 volt. Luka listrik karena
tegangan tinggi sering terjadi pada saat terdapat objek yang bersifat konduktif
disentuh yang tersambung dengan sumber listrik bertegangan tinggi.5
 Listrik tegangan rendah AC
Tegangan rendah adalah 600 volt atau kurang dari 600 volt. Secara umum,
ada 2 tipe luka listrik tegangan rendah dengan arus bolak-balik yang
memungkinkan: Anak yang menggigit kawat listrik yang bisa menyebabkan
luka berat pada bibir, wajah, dan lidah, kemudian anak-anak atau orang
dewasa yang terjatuh saat menyentuh objek yang dialiri energi listrik.5
 Arus searah (DC)
Luka listrik karena arus searah biasanya terjadi saat laki-laki usia muda secara
tidak sengaja menyentuh rel kereta dari sebuah kereta listrik yang sedang
berjalan. Arus searah (DC) kurang berbahaya dibanding arus bolak-balik
(AC); arus dari 50-80 mA AC dapat mematikan dalam hitungan detik, dimana
250 mA DC dalam waktu yang sama sering dapat selamat. Arus bolak-balik
adalah 4-6 kali menyebabkan kematian, sebagian karena efek bertahan, yang
merupakan hasil dari spasme otot tetanoid dan mencegah korban lepas dari
konduktor hidup.5

2.3 Patofisiologi
Secara umum, energi listrik membutuhkan aliran energi (elektronelektron)
dalam perjalanannya ke objek. Semua objek bisa bersifat konduktor
(menghantarkan listrik) atau resistor (menghambat arus listrik). Kulit berperan
sebagai penghambat arus listrik yang alami dari sebuah aliran listrik. Kulit yang
kering memiliki resistensi sebesar 40.000-100.000 ohm. Kulit yang basah
memiliki resistensi sekitar 1000 ohm, dan kulit yang tebal kira-kira sebesar
2.000.000 ohm. Anak dengan kulit yang tipis dan kadar air tinggi akan
menurunkun resistensi, dibandingkan orang dewasa. Tahanan dari alat-alat tubuh
bagian dalam diperkirakan sekitar 500-1000 ohm, termasuk tulang, tendon, dan
lemak memproduksi tahanan dari arus listrik. Pembuluh darah, sel saraf, membran
mukosa, dan otot adalah penghantar listrik yang baik. Dengan adanya luka listrik,
pada sayatan melintang akan memperlihatkan kerusakan jaringan.1,8
Mekanisme pada proses terjadinya cedera akibat listrik dapat dibagi
menjadi tiga mekanisme utama, yaitu energi listrik menyebabkan kerusakan
jaringan langsung, mengubah potensial istirahat membran sel, dan menimbulkan
tetani otot; konversi energi listrik menjadi energi panas menyebabkan kerusakan
jaringan yang masif dan nekrosis koagulatif; serta cedera mekanis dengan trauma
langsung akibat jatuh atau kontraksi otot yang hebat.10
Elektron dapat mengalir secara abnormal melewati tubuh yang
menyebabkan perlukaan ataupun kematian melalui mekanisme depolarisasi otot
dan saraf, menginisiasi aliran listrik abnormal yang dapat menggangu irama
jantung dan otak, atau produksi energi listrik menyebabkan luka listrik dengan
cara pemanasan yang menyebabkan nekrosis dan membentuk porasi (membentuk
lubang di membran sel).6
Aliran sel yang melewati otak, baik tegangan tinggi atau tegangan rendah,
dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan secara langsung menyebabkan
depolarisasi sel-sel saraf otak. Arus bolak balik dapat menyebabkan fibrilasi
ventrikel jika aliran listrik melewati daerah dada. Hal ini dapat terjadi saat aliran
listrik mengalir dari tangan ke tangan, tangan ke kaki, atau dari kepala ke
tangan/kaki.1,5

2.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada cedera akibat listrik berkisar
dari sensasi kesemutan hingga kerusakan jaringan yang meluas dan bahkan
kematian seketika. Tingkat keparahan cedera dapat dipengaruhi oleh resistensi
jaringan, durasi kontak dan kuatnya arus listrik yang masuk. Gejala utama yang
paling sering ditemukan adalah luka bakar. Dalam mengidentifikasi luka bakar,
terdapat pembagian derajat menurut tingkat keparahannya, yaitu:1,11
a. Luka bakar derajat 1
 Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial)
 Kulit kering, hiperemis berupa eritem
 Tidak dijumpai bulla
 Nyeri karena ujung-ujung saraf sensoris teriritasi
 Sembuh spontan dalam 5-10 hari
b. Luka bakar derajat 2
 Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudasi
 Dijumpai bulla
 Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
 Dasar luka berwarna merah atau pucat sering terletak lebih tinggi di atas
kulit normal.
 Dibedakan menjadi dua :
a) Derajat dua A (Superficial)
- Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat dan
kelenjar sebasea masih utuh.
- Penyembuhan secara spontan dalam 10-14 hari.
b) Derajat dua B (Deep)
- Kerusakan hampir seluruh bagian dermis
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih ada.
- Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung dari biji epitel yang
tersisa. (biasanya lebih satu bulan)
c. Luka bakar derajat 3
 Kerusakan seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih dalam.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea rusak.
 Tidak dijumpai bulla
 Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat karena kering letaknya
lebih rendah dibanding kulit sekitar.
 Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis.
 Penyembuhan luka terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan
dari dasar luka.
 Nyeri (-), dan hilang sensasi karena ujung-ujung saraf sensorik rusak.

Gambar 1. Derajat Luka Bakar


Temuan klinis khas yang dapat ditemukan pada cedera akibat listrik ada
tiga bentuk, yaitu:10
a. Electrical mark
Dijumpai pada tempat dimana arus listrik masuk ke dalam tubuh, dengan tegangan
rendah sampai sedang. Electric mark berupa kerusakan lapisan tanduk kulit berupa
luka bakar dengan tepi yang menonjol, di sekitarnya terdapat daerah yang pucat
dikelilingi oleh kulit yang hiperemi. Bentuknya sering sesuai dengan
bentuk benda penyebabnya. Metalisasi dapat juga ditemukan pada jejas listrik.
Gambaran jejas ini juga dapat ditemukan akibat persentuhan kulit dengan
benda/ logam panas (membara). Untuk membedakannya dapat dilakukan
pemeriksaan mikroskopis. Jejas listrik bukanlah tanda intravital karena dapat juga
ditemukan pada kulit mayat atau pasca kematian namun tanpa disertai daerah
hiperemi disekitar jejas.
Gambar 2. Electrical mark

b. Joule burn atau endogenous burn


Terjadi apabila kontak antara tubuh dengan benda yang mengandung arus listrik
yang cukup lama. Gambaran jejas berupa elektric mark dengan bagian tengah yang
menjadi hitam hangus terbakar.

Gambar 3. Joule burn


c. Exogenous burn
Dapat terjadi bila tubuh terkena benda yang berarus listrik dengan tegangan tinggi
dan benda tersebut memang sudah mengandung panas. Tubuh korban akan hangus
terbakar dengan kerusakan yang sangat berat, yang tidak jarang disertai dengan
patahnya tulang-tulang.

Gambar 4. Exogenous burn

Gambar 5. Trauma listrik tegangan tinggi dengan patah tulang (exogenous burn)
2.5 Medikolegal
Trauma/ luka bakar akibat listrik ini sering terjadi baik dalam industri
maupun rumah tangga.12 Faktor penting dalam menyebabkan kerusakan adalah
arus listrik tersebut. Hampir semua kasus sengatan listrik ini berakibat fatal pada
korbannya bahkan dapat menyebabkan kematian. Aspek medikolegal dalam kasus
luka bakar akibat listrik ini perlu diperhatikan dari segi cara/ penyebab luka atau
traumanya dan untuk memastikan cara/ penyebab tersebut dapat dilakukan
beberapa pemeriksaan.10,12
a. Kecelakaan10
Kecelakaan sering terjadi, biasanya akibat dari pemakaian alat-alat
listrik seperti hairdryer dan alat pemanas. Kamar mandi merupakan tempat
yang paling sering mengakibatkan kematian karena sengatan listrik.
Kamar mandi merupakan tempat yang paling berbahaya dirumah,
disebabkan karena lingkungannya yang basah, banyak terdapat air, benda-
benda seperti keran air dan pipanya, tubuh yang tidak menggunakan
pakaian, dimana semuanya itu dapat mendatangkan hambatan listrik yang
rendah, sehingga dapat mempercepat arus listrik masuk ke tubuh (bahkan
tanpa tanda khas).
b. Bunuh Diri10
Saat ini, angka kematian bunuh diri dengan menggunakan arus
listrik di dalam kamar mandi semakin meningkat. Banyak rencana di buat
pada kasus bunuh diri didalam kamar mandi, diantaranya dengan menarik
alat-alat listrik ke dalam air sehingga menghasilkan hubungan yang
kompleks ke tubuh kita.
c. Pembunuhan10
Pembunuhan, kadang-kadang dilakukan dengan listrik. Akibat
sengatan listrik otot-otot interkostal dan diapraghma mengalami spasme
atau paralisis, sehingga meninggalkan tanda berupa pembendungan dan
cyanosis pada wajah, perubahan yang sama juga terjadi pada paru-paru. Di
sini mungkin ditemukan beberapa petekie pada pleura, walaupun hal ini
bukan merupakan tanda spesifik yang dapat membantu diagnosa. Saat
otopsi, tanda pembendungan biasanya ditemukan, dengan (lebam mayat)
hipotesis post mortem dark blue-red (biru kemerahan gelap).
2.6 Pemeriksaan Korban
Pemeriksaan dapat dilakukan pada korban saat awal ditemukannya korban
di tempat kejadian perkara dan pemeriksaan terhadap korban jenazah.
Pemeriksaan pada jenazah dapat dilakukan dengan pemeriksaan luar dan
pemeriksaan dalam.10
 Pemeriksaan korban ditempat kejadian perkara
Korban mungkin ditemukan sedang memegang benda yang membuatnya
kena listrik, kadang-kadang ada busa pada mulut. Yang perlu dilakukan
pertama kali adalah mematikan arus listrik atau menjauhkan kawat listrik
dengan kayu kering.12 Lalu kemudian korban diperiksa apakah hidup atau
sudah meninggal dunia. Bilamana belum ada lebam mayat, maka mungkin
korban dalam keadaan mati suri dan perlu diberi pertolongan segera yaitu
pernafasan buatan dan pijat jantung dan kalau perlu segera dibawa ke Rumah
sakit. Pernafasan buatan ini jika dilakukan dengan baik dan benar masih
merupakan pengobatan utama untuk korban akibat listrik. Usaha pertolongan
ini dilakukan sampai korban menunjukkan tanda-tanda hidup atau tanda-
tanda kematian pasti.10
 Pemeriksaan jenazah
a. Pemeriksaan Luar10
Pemeriksaan luar sangat penting karena justru kelainan yang menyolok
adalah kelainan pada kulit. Dalam pemeriksaan luar yang harus dicari
adalah tanda-tanda listrik atau current mark/electric mark/stroomerk van
jellinek/joule burn. Tanda-tanda listrik tersebut antara lain :
 Electric mark adalah kelainan yang dapat dijumpai pada tempat
dimana listrik masuk ke dalam tubuh. Electric mark berbentuk bundar
atau oval dengan bagian yang datar dan rendah di tengah, dikeliilingi
oleh kulit yang menimbul. Bagian tersebut biasanya pucat dan kulit
diluar elektrik mark akan menunjukkan hiperemis. Bentuk dan
ukurannya tergantung dari benda yang berarus lisrtrik yang mengenai
tubuh.
Gambar 1. Electric mark
 Joule burn (endogenous burn) dapat terjadi bilamana kontak antara
tubuh dengan benda yang mengandung arus listrik cukup lama, dengan
demikian bagian tengah yang dangkal dan pucat pada electric mark
dapat menjadi hitam hangus terbakar.

Gambar 2. Joule burn


 Exogenous burn, dapat terjadi bila tubuh manusia terkena benda yang
berarus listrik dengan tegangan tinggi, yang memang sudah
mengandung panas; misalnya pada tegangan di atas 330 volt. Tubuh
korban hangus terbakar dengan kerusakan yang sangat berat, yang
tidak jarang disertai patahnya tulang-tulang.

Gambar 3. Exogenous burn


b. Pemeriksaan dalam10
Pada autopsi biasanya tidak ditemukan kelainan yang khas. Pada
otak didapatkan perdarahan kecil-kecil dan terutama paling banyak adalah
pada daerah ventrikel III dan IV. Organ jantung akan terjadi fibrilasi bila
dilalui aliran listrik. Pada paru didapatkan edema dan kongesti. Pada korban
yang terkena listrik tegangan tinggi, Custer menemukan pada puncak lobus
salah satu paru terbakar, juga ditemukan pneumothorak, hal ini mungkin
sekali disebabkan oleh aliran listrik yang melalui paru kanan. Organ viscera
menunjukkan kongesti yang merata. Petekie atau perdarahan mukosa gastro
intestinal ditemukan pada 1 dari 100 kasus fatal akibat listrik.
Pada hati ditemukan lesi yang tidak khas, sedangkan pada tulang,
karena tulang mempunyai tahanan listrik yang besar, maka jika ada aliran
listrik akan terjadi panas sehingga tulang meleleh dan terbentuklah butiran-
butiran kalsium fosfat yang menyerupai mutiara atau pearl like bodies. Otot
korban putus akibat perubahan hialin. Perikard, pleura, dan konjungtiva
korban terdapat bintik-bintik pendarahan. Pada ekstremitas, pembuluh darah
korban mengalami nekrosis dan ruptur lalu terjadi pendarahan kemudian
terbentuklah gangren.
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Korban


Nama : Tn.M
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 45 Tahun
Alamat : Padang
No.RM : 01.13.30.62
3.2 Kronologis Kejadian
Korban dibawa ke rumah sakit dalam keadaan sadar dengan keadaan
umum tampak sakit sedang. Berdasarkan anamnesis, peristiwa ini terjadi
pada tanggal 20 Maret 2022 pukul 14.30 WIB saat korban sedang
memotong dahan pohon alpukat yang menjuntai di atas atap rumah. Dahan
pohon tersebut melewati kabel listrik, saat memotong dahan tersebut,
tongkat besi yang digunakan untuk membersihkan dahan tersebut
menempel pada kabel listrik yang menyebabkan pasien terkena sengatan
listrik. Pasien sadar saat dan setelah kejadian. Keluhan nyeri dada tidak
ada, keluhan nyeri dada dan sesak napas tidak ada. Korban dirujuk dari
rumah sakit Semen Padang dengan diagnosis luka bakar derajat II B luas
5-10%. Di rumah sakit Semen Padang pada korban telah dilakukan
pemeriksaan labor, rontgen thoraks, dan pemeriksaan EKG serta telah
mendapatkan Tindakan medis berupa pemberian oksigen via nasal kanul 3
liter per menit, IVFD RL+Ketorolac 20 tetes per menit drip, injeksi
ceftriakson 1 gram. Korban dirujuk ke RSUP Dr.M.Djamil Padang.
3.3 Hasil Pemeriksaan
Pada korban ditemukan:
a. Pada lengan kiri bawah sisi depan, dua sentimeter di atas pergelangan
tangan, terdapat empat buah gelembung sewarna kulit berisi cairan
dengan ukuran masing-masing satu sentimeter kali nol koma lima
sentimeter, satu koma lima sentimeter kali nol koma lima sentimeter,
dua sentimeter kali nol koma tiga sentimeter, dan satu koma lima
sentimeter kali nol koma lima sentimeter.
b. Pada telapak tangan kiri, tiga sentimeter di bawah pergelangan tangan,
terdapat luka dengan kulit yang mengelupas dan terangkat berwarna
kecoklatan dengan ukuran tiga sentimeter kali delapan sentimeter.
c. Pada telapak tangan kanan, tiga sentimeter di bawah pergelangan
tangan, terdapat luka dengan kulit yang mengelupas dan terangkat
berwarna kecoklatan dengan ukuran enam sentimeter kali tiga
sentimeter.
d. Pada ibu jari kaki kiri, sepuluh sentimeter di bawah mata kaki,
terdapat luka bergaung dengan tepi meninggi dan dikelilingi oleh kulit
yang mengelupas berwarna kecoklatan dengan ukuran empat
sentimeter kali tiga sentimeter serta pada bagian atasnya terdapat luka
terbuka tepi tidak rata berwarna kemerahan dengan dasar jaringan
bawah kulit dengan ukuran dua sentimeter kali satu sentimeter.
e. Pada jari telunjuk kaki kiri sisi bawah, dua puluh sentimeter dari
tumit, terdapat luka bergaung dengan tepi meninggi dan dikelilingi
oleh kulit yang mengelupas berwarna kecoklatan dengan ukuran satu
koma lima sentimeter kali satu koma lima sentimeter.
f. Pada jari tengah kaki kiri sisi bawah, dua puluh sentimeter dari tumit,
terdapat luka bergaung dengan tepi meninggi dan dikelilingi oleh kulit
yang mengelupas berwarna kecoklatan dengan ukuran satu koma lima
sentimeter kali satu sentimeter.
g. Pada telapak kaki kanan, sepuluh sentimeter dari tumit, terdapat dua
luka dengan kulit yang mengelupas dan terangkat dengan ukuran
masing-masing empat sentimeter kali dua sentimeter dan lima
sentimeter kali dua sentimeter.
3.4 Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium darah, kadar Hb 14,2 g/dl, leukosit,
15.300/mm3 darah, hitung jenis leukosit 0/0/87/6/7, didapatkan kesan
leukositosis.
Pada pemeriksaan penunjang foto polos dada didapatkan cor tidak
membesar, sinus dan diafragma normal, hilus normal, corakan
bronkovaskuler normal, tidak tampak perbercakan atau nodul di kedua
lapangan paru, skeletal dan soft tissue normal. Kesan tidak tampak
kelainan.

Pada pemeriksaan EKG, didapatkan kesan sinus bradikardi, QRS


rate 57x/menit, axis normal, P wave normal, PR interval 0,16 s, QRS
duration 0,06 s, ST segmen normal, tidak terdapat LVH maupun RVH.
3.5 Dokumentasi Luka

B C

D
E
F

G
Korban dirawat di bangsal bedah RSUP Dr.M.Djamil Padang dengan
diagnosis luka bakar listrik high voltase deep dermal-fullthickness luas 5% e/r
manus dextra, manus sinistra, dan pedis sinistra. Terhadap korban dilakukan
pemberian cairan, obat-obatan dan tindakan perawatan luka dengan ialuset, tulle,
dan kassa lembab.
Pada pemeriksaan korban laki-laki berusia empat puluh lima tahun ini,
pada korban ditemukan luka pada telapak tangan kanan, telapak tangan kiri, jari-
jari kaki kiri dan telapak kaki kanan serta gelembung berisi cairan pada lengan
bawah tangan kiri yang menurut pola dan gambarannya sesuai dengan luka bakar
listrik. Cedera tersebut telah menimbulkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan, jabatan/pencahariannya untuk sementara waktu.
BAB IV

DISKUSI

Tn. M berusia 45 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP


Dr. M. Djamil Padang dengan keluhan nyeri pada telapak tangan dan ujung kaki
kiri sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit. Berdasarkan anamnesis, peristiwa ini
terjadi saat korban sedang memotong dahan pohon alpukat yang menjuntai di atas
atap rumah. Dahan pohon tersebut melewati kabel listrik, saat memotong dahan
tersebut, tongkat besi yang digunakan untuk membersihkan dahan tersebut
menempel pada kabel listrik yang menyebabkan pasien terkena sengatan listrik.
Pasien sadar saat dan setelah kejadian. Keluhan nyeri dada tidak ada, keluhan
nyeri dada dan sesak napas tidak ada. Korban dirujuk dari rumah sakit Semen
Padang dengan diagnosis luka bakar derajat II B luas 5-10%. Di rumah sakit
Semen Padang pada korban telah dilakukan pemeriksaan labor, rontgen thoraks,
dan pemeriksaan EKG serta telah mendapatkan Tindakan medis berupa pemberian
oksigen via nasal kanul 3 liter per menit, IVFD RL+Ketorolac 20 tetes per menit
drip, injeksi ceftriakson 1 gram. Pada korban ditemukan luka pada telapak tangan
kanan, telapak tangan kiri, jari-jari kaki kiri dan telapak kaki kanan serta
gelembung berisi cairan pada lengan bawah tangan kiri yang menurut pola dan
gambarannya sesuai dengan luka bakar listrik.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat diketahui bahwa
pasien mengalami trauma listrik. Trauma listrik merupakan jenis trauma atau
kekerasan yang disebabkan oleh adanya persentuhan dengan benda yang memiliki
arus listrik. Kerusakan yang diakibatkan oleh trauma listrik disebabkan oleh dua
mekanisme yaitu akibat terjadinya pemanasan dan akibat aliran listrik itu sendiri
yang melewati jaringan. Pemanasan akan menyebabkan nekrosis koagulatif dan
aliran listrik pada jaringan akan menyebabkan kerusakan membran sel. Lewatnya
arus listrik secara substansial melalui jaringan dapat menyebabkan lesi pada kulit,
kerusakan organ, bahkan kematian. Sekitar 14% penyebab luka bakar pada
dewasa disebabkan oleh listrik. Pasien mengalami kejadian ini di rumah, hal ini
sesuai dengan laporan American Burn Association 2012, berdasarkan tempat
kejadian, sekitar 69% luka bakar terjadi di rumah tangga, 9% di tempat kerja, 7%
di jalan raya, 5% di tempat rekreasi atau olahraga, dan 10% di tempat lainnya.
Terdapat 2 jenis tenaga listrik, yaitu tenaga listrik alami seperti petir dan
kilat; dan tenaga listrik buatan. Pada pasien ini, trauma yang ditimbulkan
disebabkan oleh tenaga listrik buatan. Tenaga listrik buatan itu sendiri, dibagi lagi
menjadi tenaga listrik dengan arus searah/direct current (DC) dan tenaga listrik
dengan arus listrik bolak-balik/alternating current (AC). Disebut arus searah/DC
karena arah arusnya selalu mengalir dalam satu arah. Contoh sumber listrik searah
adalah batu baterai dan accumulator (aki). Sedangkan arus bolak-balik/AC jika
arah arusnya berbalik setiap setengah putaran. Contohnya adalah pembangkit
listrik perusahaan listrik negara (PLN). Pada pasien ini tenaga listrik buatan yang
menyebabkan trauma memiliki arus listrik bolak-balik/AC. Secara epidemiologi,
cedera akibat arus listrik AC lebih sering menyebabkan kecelakaan dibandingkan
DC. Hal ini disebabkan oleh tubuh manusia lebih sensitif (sekitar 4-6 kali)
terhadap arus listrik AC dibandingkan dengan arus listrik DC. Bila seseorang
terkena arus listrik AC dengan intensitas 80 mA, ia dapat meninggal. Akan tetapi,
dengan arus listrik DC yang intensitasnya 250 A umumnya tidak akan berakibat
kematian.
Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan berkurangnya kehilangan
cairan akibat penguapan yang berlebihan. Peningkatan permeabilitas
menyebabkan edema dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit.
Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskular dan jika luka
bakar yang ditimbulkan cukup luas dapat menimbulkan syok hipovolemik
disamping syok neurogenik yang ditimbulkan karena rasa nyeri. Sehingga, pada
pasien perlu diperhatikan kecukupan cairan. Mekanisme utama trauma akibat
energi listrik adalah:
a. Energi listrik menyebabkan kerusakan jaringan langsung, mengubah
potensial membran sel istirahat, dan memunculkan tetani pada otot.
b. Konversi energi listrik menjadi energi panas, menyebabkan kerusakan
jaringan dan nekrosis koagulatif
c. Cedera mekanis dengan trauma langsung akibat jatuh .
Berbagai faktor dapat menentukan derajat cedera termasuk besarnya energi
listrik yang dihantarkan, resistensi jaringan yang berkontak dengan arus
listrik, jenis arus, jalur arus, dan lamanya kontak. Hal ini sesuai dengan
hukum Ohm “ Perbedaan potensial antara ujung konduktor berbanding
langsung dengan arus yang melewati dan berbanding terbalik dengan
tahanan konduktor”:

V= Tegangan
V= I . R I= Kuat arus
R= Hambatan

Jika tegangan (V) tinggi atau jika tahanan (R) rendah, kuat arus (I) listrik
yang mengalir dalam tubuh akan menjadi besar. Tahanan tubuh bervariasi pada
masing-masing jaringan, ditentukan perbedaan kandungan air pada jaringan
tersebut. Tahanan yang terbesar terdapat pada kulit tubuh. Di dalam lapisan kulit
itu sendiri bervariasi derajat resistensinya, hal ini bergantung pada ketebalan kulit
dan jumlah relatif dari folikel rambut, kelenjar keringat dan lemak. Kulit yang
berkeringat lebih jelek daripada kulit yang kering. Sehingga, apabila seseorang
meletakkan jarinya pada arus listrik, ketika berdiri tanpa menggunakan alas kaki
dengan lantai yang basah menimbulkan akibat yang lebih fatal dibandingkan
dengan ketika seseorang tersengat listrik saat menggunakan sepatu dengan kondisi
lantau yang kering. Pada kasus ini, pasien memanjat atap tanpa menggunakan alas
kaki dan menggunakan tongkat besi yang dapat menjadi konduktor listrik.
Selain itu, arah aliran listrik juga dapat menentukan beratnya derajat luka.
Seseorang dapat mengalami kematian apabila terkena arus listrik dengan arah
aliran tersebut melintasi otak atau jantung, misalnya arah aliran dari kepala ke
kaki atau dari lengan kiri ke lengan kanan (sebaliknya). Begitu juga dengan
lamanya waktu kontak seseorang dengan benda tersebut, sebagai contoh, bila
intensitas sekitar 70-300 mA, maka kematian akan terjadi dalam 5 detik,
sedangkan pada intensitas sekitar 200-700 mA kematian akan terjadi dalam 1
detik. Charles Dalziel telah membuat suatu riset mengenai respon tubuh manusia
apabila dimasuki arus listrik.
Arus Listrik (mA) Efek terhadap tubuh
1 Ambang batas persepsi, senasi
kesemutan pada lidah
5 Tremor otot
15 Kontraksi otot
40 Hilang kesadaran
75-100 Fibrilasi ventrikel
2000 Ventrikel berhenti berkontraksi
Pada pasien ini, kemungkinan arus listrik yang digunakan tidak mencapai
40 mA sehingga pasien tidak mengalami kehilangan kesadaran. Disamping itu,
berdasarkan efek yang ditimbulkan oleh arus listrik, maka arus listrik dibagi
menjadi 2 bentuk, yaitu listrik berfrekuensi rendah dan listrik berfrekuensi tinggi.
Disebut memiliki frekuensi rendah jika memiliki frekuensi 20 Hz-500.000 Hz,
frekuensi ini mempunyai efek merangsang saraf dan otot sehingga terjadi
kontraksi otot. Sedangkan listrik berfrekuensi tinggi (diatas 500.000 Hz) tidak
mempunyai sifat merangsang saraf dan otot. Namun, memiliki sifat mampu
memanaskan.
Bentuk-bentuk jejas yang ditimbulkan oleh cedera listrik dapat dibedakan
menjadi electric mark dijumpai pada tempat dimana arus listrik masuk ke dalam
tubuh, dengan tegangan rendah sampai sedang. Electric mark berupa kerusakan
lapisan tanduk kulit atau berupa luka bakar dengan tepi menonjol, disekitarnya
terdapat daerah yang pucat dikelilingi oleh kulit hiperemis. Joule burn atau
endogenous burn terjadi bila kontak tubuh dengan benda yang mengandung arus
listrik yang cukup lama. Gambarannya seperti elektric mark dengan bagian tengah
yang menjadi hitam hangus terbakar. Exogenous burn, dapat terjadi bila tubuh
manusia terkena benda yang berarus listrik tinggi dengan tegangan tinggi dan
benda tersebut memang sudah mengandung panas. Tubuh korban hangus terbakar
dengan kerusakan yang sangat berat, yang tidak jarang disertai dengan patahnya
tulang-tulang. Pada pasien ini, luka bakar hanya menimbulkan jejas berupa
electric mark dan endogenous burn namun tidak mencapai exogenous burn.
Berdasarkan kedalaman luka bakar, pasien mengalami luka bakar derajat II
dimana sudah mengenai lapisan dermis dan epidermis, sudah terbentuk blister,
namun belum mencapai derajat III karena luka belum mengenai semua lapisan
kulit, dan pasien masih merasakan nyeri pada area yang luka tersebut.
Berdasarkan pemeriksaan status lokalis didapatkan pada palmar manus dextra
tampak luka bakar superfisial-middermal 1%, palmar manus sinistra tampak luka
bakar superfisial-middermal 1%, wrist joint sinistra tampak luka bakar superfisial-
middermal 1%, pada antebrachia sinistra tampak luka bakar superfisial 1%, dan
pada digiti 1 pedis sinistra tampak luka bakar middermal 1%. Pasien didiagnosis
bedah dengan luka bakar listrik high voltase deep dermal-fullthickness luas 5% e/r
manus dextra, manus sinistra, dan pedis sinistra.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan meliputi pemeriksaan foto polos
dada, pemeriksaan EKG, dan pemeriksaan darah rutin. Pada pemeriksaan foto
polos dada tidak ditemukan kelainan. Hal ini terutama sangat penting pada pasien
yang mengalami luka bakar yang mengenai wajah atau leher, karena dapat
menyebabkan cedera inhalasi yang dapat meningkatkan risiko kematian pada
pasien. Pada pemeriksaan EKG di dapatkan pasien mengalami sinus bradikardi,
hal yang dikhawatirkan pada pasien cedera listrik adalah gangguan irama jantung
berupa ventrikel fibrilasi bahkan cardiac arrest. Pada pemeriksaan darah rutin
didapatkan hasil pasien mengalami leukositosis yang mengindikasikan terjadinya
proses infeksi sehingga sangat penting peranan dari antibiotic untuk mencegah
terjadinya sepsis.
Pada pasien dilakukan tindakan perawatan luka dengan ialuset, tulle, dan
kassa lembab. Ialuset merupakan krim untuk mengobati luka akibat infeksi dan
luka bakar. Krim ini mengandung asam hialuronat dan silver sulfadizin. Asam
hialuronat diproduksi secara alami oleh tubuh. Sifat utama zat ini adalah untuk
mempertahankan kadar air, sehingga berperan menjaga kelembaban dan keutuhan
jaringan, serta berperan dalam regenerasi sel pada jaringan. Zat ini juga berperan
dalam pembentukan pembuluh darah disekitar luka, sehingga proses
penyembuhan luka lebih cepat. Silver sulfadiazine bekerja dengan menghentikan
pertumbuhan bakteri yang dapat menginfeksi luka terbuka. Pada pasien juga
dilakukan observasi kompartemen sindrom, dan dilakukan pemeriksaan EKG
setiap 24 jam.
BAB V

KESIMPULAN

1. Luka bakar listrik adalah luka yang disebabkan oleh trauma listrik, yang
merupakan jenis trauma yang disebabkan oleh adanya persentuhan dengan
benda berarus listrik, yang dapat menghancurkan dan / atau merusak kulit
manusia sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi energi panas.
2. Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya luka listrik adalah tegangan
(volt), kuat arus (ampere), jenis arus listrik, tahanan kulit (ohm), arah
aliran listrik, luas permukaan kontak, lama kontak, dan keadaan korban
3. Luka bakar listrik dapat disebabkan oleh tenaga listrik alami seperti petir
dan kilat; dan tenaga listrik buatan yaitu arus searah/direct current (DC)
dan tenaga listrik dengan arus listrik bolak-balik/alternating current (AC).
4. Mekanisme utama cedera pada trauma listrik diantaranya energi lisrik
kerusakan jaringan langsung; konversi energi listrik menjadi energi panas,
dan cedera mekanis dengan trauma langsung akibat jatuh
5. Tatalaksana pertama adalah mematikan arus listrik atau menjauhkan kawat
listrik dengan kayu kering. Kemudian memeriksa apakah korban masih
hidup (beri bantuan hidup dasar) atau sudah meninggal.
DAFTAR PUSTAKA

1. American college of surgeons committee on trauma. Trauma Thermal.


ATLS. United State of America. 7 ed. 2018.
2. Sjamsuhidajat R, Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, ECG,
Jakarta, 2004; p 75-83.
3. Lunawat A, Datey SM, et al. Epidemiology and outcome of electric burns
at saims, a tertiary care centre of centrak India. A prospective study from
the devoloping world. Burns. 2917;43(1):182-189.
4. Cheema SA. Pattern and profile of electric burn injury. cases at a Burn
centre. J Ayub Med Coll Abbottabad. 2016; 28(4):702-5.
5. Ramdhani M., Konsep Rangkaian Listrik. [online] [cited on 2008 April 5
th] available at : http://www.bsn.or.id/files/sni/SNI04-6267.446-2003.pdf
6. Wright RK., Electrical Injuries [online] July 25th 2007 [cited on 2008
March 26th] available at : http://
www.emedicine.com/EMERG/topic162.htm - 105k.
7. Subrahmanyam., Electrical Burn Injuries [online] [cited on 2008 March
26th]; Annals of Burns and Fire Disasters vol.17.no.3;p9 available at :
http:// www.medbc.com/annals/review/vol_17/num_1/text/vol17n1p9.asp.
8. Idries, Abdul Mun’im., Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi 1,
Binarupa Aksara, Jakarta, 2002; p 86-91,108-17.
9. Howard E, Jarvis., Electrical and Lightening Injuries in Emergency
Medicine Manual, edisi 6, McGrawHill, Boston, 2004; p. 593.
10. Parinduri AG. Buku ajar kedokteran forensik dan medikolegal. Cetakan ke
3. Medan: UMSU PRESS; 2020.
11. Benson BE., Electrical Burns [online] October 3rd 2006 [cited on 2022
March 22nd] available at : http://www.emedicine.com/PED/topic2734.html
12. Payne-James J, Jones R, Karch SB, Manlove J. Simpson’s forensic
medicine. 13th Ed. London: Hodder Education; 2011.

Anda mungkin juga menyukai