Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Luka akibat arus listrik adalah kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan
oleh arus listrik yang melintasi tubuh. Dapat berupa kulit yang terbakar,
kerusakan organ internal dan jaringan. Mempengaruhi jantung berupa
arrhythmias, dan berhentinya pernapasan. Luka elektrik ringan dapat ditimbulkan
peralatan dirumah misalnya menyentuh peralatan yang dialiri arus listrik sering
dialami secara kebetulan dalam rumah. Paparan yang lebih berat sering
menimbulkan kematian bahkan di AS sebagai penyebab 400 kematian dalam
setahun.1
World Health Organization (WHO) memperkirakan secara global setiap
tahunnya terjadi 300.000 kematian akibat luka bakar, terbanyak disebabkan oleh
air panas, listrik, kimia dan lainnya.2 Lebih dari 95% kejadian luka bakar sangat
tinggi terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Angka kematian
tertinggi akibat luka bakar ditempati oleh Asia Tenggara (11,6 kematian per
100.000 populasi per tahun), kemudian diikuti oleh Mediterania Timur (6,4
kematian per 100.000 populasi per tahun) dan Afrika (6,1 kematian per 100.000
populasi per tahun).3,4

1.2 Batasan masalah


Laporan kasus ini membahas pengertian, patofisiologi, diagnosis, dan
penanganan luka bakar listrik.

1.3 Tujuan penulisan


Untuk menjelaskan definisi, patofisiologi, penegakkan diagnosis dan
penatalaksanaan yang tepat mengenai luka bakar listrik sehingga mendapatkan
penanganan yang benar dan meningkatkan keselamatan pasien.

1
1.4 Manfaat
Memberikan informasi kepada penulis dan pembaca tentang luka bakar
listrik lebih mendalam dan pada akhirnya dapat diterapkan dalam praktik klinis.

2
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas pasien
Nama : Tn. H
Umur : 25 Tahun
Pekerjaan : Buruh bangunan
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Tegal Sari, KM 04 RT 003 RW 003
Tanggal masuk RS : 25 November 2017

ANAMNESIS
Keluhan Utama : Tersengat listrik 15 menit SMRS

PRIMARY SURVEY
Airway
 Objective : snoring (-), gurgling (-), stridor (-), sumbatan jalan napas (-),
udem mukosa mulut, faring (-)
 Assesment : airway clear
 Action : pemberian O2 nasal kanul 3 L/menit
Breathing
 Objective : Inspeksi : bernapas spontan, gerakan dinding dada simetris kiri
dan kanan, frekuensi napas 20x/menit, jejas (-). Palpasi : krepitasi (-).
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru. Auskultasi: suara nafas
vesikuler (-/-), wheezing (-/-), ronki (-/-)
 Assesment : ventilasi dan ekspansi paru baik
 Action : nasal kanul 3 L/menit
Circulation
 Objective : frekuensi nadi 74 x/menit (pengisian cukup, kuat dan teratur),
TD : 110/70 mmHg, akral hangat, CRT < 2 detik
 Assesment : sirkulasi baik
 Action : IVFD RL 20 tpm

3
Disability
 Objective : GCS 15 (E4 M6 V5), pupil bulat isokor (2mm/2mm), refleks
cahaya (+/+)
 Assesment : hasil pemeriksaan mini neurologis baik
 Action : (-)
Exposure
 Seluruh pakaian pasien dibuka dan pasien diselimuti

SECONDARY SURVEY
Anamnesis (autoanamnesis)

Keluhan utama
Tersengat listrik 15 menit SMRS

Mekanisme trauma
• 15 menit sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami luka bakar akibat
sengatan aliran listrik saat memperbaiki atap bangunan. Saat memperbaiki
bangunan, kedua tangan pasien memegang besi, dan ketika menarik besi,
besi tersentuh kabel terbuka berarus listrik yang berasal dari tiang listrik.
Kemudian pasien terhempas ke tanah dg posisi telungkup. Tegangan listrik
>1000 volt.
• Pasien mengeluhkan nyeri pada jari-jari tangan kanan dan kiri serta kaki
kiri.

Riwayat penyakit dahulu :


- Pasien tidak pernah mengalami luka bakar atau tersengat listrik
sebelumnya

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Komposmentis

4
 GCS : 15 (E4 M5 V6)
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 74 x/menit
 Napas : 20 x/menit
 Suhu : 36,9°C

Pemeriksaan Kepala dan Leher


Kepala : konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), pupil bulat isokor
(2mm/2mm), reflek cahaya (+/+)
Telinga : keluar darah (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), JVP meningkat (-)

Pemeriksaan Thoraks
Paru :
 Inspeksi : gerakan dada simetris kiri dan kanan, bagian paru yang
tertinggal (-), retraksi (-), jejas (-)
 Palpasi : vokal fremitus simetris kiri dan kanan
 Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
 Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung :
 Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : ictus cordis tidak teraba
 Perkusi : batas jantung dalam batas normal
 Auskultasi : bunyi jantung I dan II (+) normal

Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi : jejas (-)
 Auskultasi : bising usus (+) normal
 Palpasi : nyeri tekan (-)
 Perkusi : timpani

5
Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas superior
- Look : tampak luka masuk di interfalang manus dextra dan sinistra
- Feel : nyeri tekan (+)
- Move : ROM terbatas
Ekstremitas inferior
- Look : tampak luka keluar di plantar pedis sinistra
- Feel : nyeri tekan (+), arteri dorsalis pedis teraba (pengisian cukup,
kuat, dan teratur)
- Move : ROM baik

Diagnosis kerja :
Luka bakar listrik

Foto klinis

Gambar 3.1 Luka bakar listrik pada tangan kanan, tangan kiri dan kaki kiri

EKG

6
EKG : Irama sinus, reguler, HR 75 x/menit, normo aksis, complete RBBB
Diagnosis
Luka bakar listrik

Penatalaksanaan IGD
 O2 3 lpm
 IVFD RL makro 10 tpm
 Pasang DC
 Perawatan luka

Penatalaksanaan lanjutan setelah konsul Sp.B


 cek saturasi oksigen setiap jari tangan  98% di setiap jari
 cek urinalisis
 Inj. Cefotaxime 2x1 gr
 Inj. Ketorolac 3x30 mg
 Inj. Ranitidin 2x50 mg
 Konsul ke Sp.PD

Konsul ke Sp.PD
Tidak ada masalah di bagian penyakit dalam

7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Epidemiologi
Menurut The Australian and New Zealand Burn Associationt, angka
kejadian luka bakar listrik di Unit Luka Bakar Australia dan New Zealand periode
2009-2010 pada orang dewasa dan anak-anak masing-masing sebesar 2% dan 1%.
Penelitian di Irak menunjukkan angka kejadian luka bakar listrik sebesar 4% dari
5053 kasus luka bakar, tercatat 98% terjadi pada laki-laki, dengan penyebab 54%
luka bakar listrik tegangan tinggi, 42% luka bakar listrik tegangan rendah dan 4%
luka bakar listrik karena petir.5
Angka kematian akibat luka bakar listrik di RSCM Jakarta tahun 2011-
2012 sebesar 14% dari 76 kasus kematian luka bakar.6

2.2 Patofisiologi
Luka bakar listrik dikelompokkan menjadi luka bakar listrik tegangan
rendah (<1000 V), luka bakar listrik tegangan tinggi (≥1000 V) dan luka bakar
listrik karena petir (lightning). Derajat keparahan yang disebabkan oleh luka bakar
listrik dipengaruhi oleh tegangan, arus, jenis arus, aliran arus listrik, lamanya
kontak, tahanan pada titik kontak dan tahanan pada tubuh setiap individu.
Tegangan rendah biasanya menyebabkan luka bakar pada area yang mengalami
kontak langsung dengan sumber listrik tetapi tidak menimbulkan kerusakan yang
terlalu dalam pada lapisan kulit dan berisiko terjadi henti jantung. Tegangan tinggi
berhubungan dengan luka yang lebih dalam dengan kerusakan jaringan yang lebih
dalam. Luka bakar listrik karena petir yang memiliki tegangan sangat tinggi
dengan durasi yang singkat serta menimbulkan bentuk luka yang khas.7
Terdapat 2 jenis arus atau aliran listrik yaitu arus searah (direct current,
DC) dan arus bolak balik (alternating current, AC). Arus DC menyebabkan satu
konstraksi otot, sedangkan arus AC menyebabkan kontraksi otot seperti tetanus,
dimana hal ini mungkin menjauhkan korban dari kontak listrik atau menjadikan
mereka tetap menempel pada sumber listrik. Hal ini menyebabkan efek yang

8
semakin parah seiring dengan berjalannya waktu. Fenomena ini muncul karena
kedua otot fleksor dan ekstensor pada lengan atas dirangsang oleh aliran listrik.7
Luka bakar memiliki potensi untuk 3 komponen berbeda yaitu: luka bakar
listrik asli disebabkan oleh arus listrik, luka lengkung yang berasal dari arus listrik
dan luka bakar karena api. Lengkung listrik pada suhu lebih dari 4000 0 C
menimbulkan cedera tipe flash, paling sering terlihat pada tukang listrik yang
bekerja dengan alat-alat yang terbuat dari bahan metal dan sangat dekat dengan
sumber listrik. Korban akan terlempar akibat energi yang sangat besar dan
mengalami ruptur gendang telinga dan kontusio organ dalam. Luka bakar listrik
muncul tanpa arus listrik langsung yang mengenai korban dapat ditangani dan
dikelompokkan pada luka bakar biasa.7
Resistensi jaringan dari yang paling rendah ke yang paling tinggi yaitu
saraf, pembuluh darah, otot, kulit, tendon, lemak dan tulang. Secara teori jaringan
yang memiliki resistensi tertinggi akan menghasilkan panas paling banyak. Pada
cedera yang berat lokasinya lebih sering terlihat pada area lengan dan tungkai
dengan bagian terparah adalah bagian proksimal. Jaringan dalam dan perioseus
akan menahan panas terutama yang terletak diantara dua tulang. Jaringan tersebut
mendapat cedera yang lebih banyak dan berat dibanding jaringan superfisial.7

2.3 Gambaran klinis


Berikut ini gambaran klinis dari luka bakar listrik tegangan rendah, luka
bakar listrik tegangan rendah, dan luka bakar listrik karena petir.7
Tabel 1. Gambaran klinis luka bakar listrik
Tegangan Kulit Jaringan dalam Aritmia
Tegangan Luka masuk dan Kemungkinan tidak Kemungkinan henti
rendah keluar lokal ada jantung segera
Tegangan Flashover burn, full Kerusakan otot seperti Kerusakan
tinggi thickness burn pada rabdomiolisis dan miokardium dan
luka masuk dan compartment syndrome delayed aritmia
keluar
Petir Luka superficial Perforasi gendang Henti napas, butuh
atau flashover burn, telinga, kerusakan RJP segera
luka keluar di kaki kornea

9
2.4 Manajemen
2.4.1 Primary survey
Penanganan awal yang harus dilakukan ilalah menjauhkan korban dari
sumber listrik, berhati-hati dengan listrik bertegangan tinggi, apabila kita tidak
dapat memisahkan korban dengan sumber listrik, gunakan isolator seperti kayu
untuk mematikan arus listrik dan memisahkannya.5
Jalan nafas harus dibersihkan dan lindungi tulang servikal. Pernapasan
dapat terhenti akibat dari pengaruh pusat pernapasan di medulla dan henti jantung
karena efek dari arus pada miokardium. Oleh karena itu penting untuk dilakukan
resusitasi jantung paru korban cedera listrik. Intubasi endotrakeal dapat
diindikasikan untuk mempertahankan patensi jalan napas.5
Proteksi terhadap tulang servikal penting dilakukan karena kemungkinan
adanya trauma yang berhubungan dengan luka bakar listrik. Spasme otot yang
hebat terjadi karena arus AC dapat menyebabkan fraktur. Pekerja listrik dapat
terjatuh dari tiang, menara atau tempat yang tinggi. Fraktur servikal sebaiknya
disingkirkan dengan pemeriksaan dan radiologi sebelum melepaskan neck collar
sebagai imobilisasi.5
Selanjutnya hal-hal yang perlu diketahui terhadap korban setelah primary
survey dilakukan seperti riwayat mekanisme trauma, onset kejadian, adanya
penurunan kesadaran, amnesia, trauma lain yang berhubungan serta adanya
cardiac arrest atau gambaran disaritmia yang terekam.7
2.4.2 Secondary survey
Tindakan yang dilakukan pada secondary survey antara lain :6
- Lepaskan semua pakaian dan perhiasan korban
- Perhatikan tempat atau kontak luka dengan sumber listrik seperti kulit
kepala, tangan dan kaki
- Perkirakan luas luka bakar dan kedalaman luka
- Lakukan pemeriksaan neurologis pada persarafan sentral dan perifer
- Dokumentasi semua temuan klinis pada korban
2.4.3 Monitoring EKG

10
Luka bakar listrik tegangan tinggi maupun rendah dapat menyebabkan
ketidaknormalan pada jantung termasuk disaritmia dan kerusakan miokardium
sehingga dibutuhkan monitoring dengan menggunakan EKG. Gambaran
disaritmia yang paling sering muncul adalah perubahan ST-T yang tidak spesifik
dan fibrilasi atrium.7
Kerusakan miokardium langsung juga dapat terjadi. Cedera ini lebih
terlihat sebagai kontusio miokardium akibat trauma daripada infark miokard.
Perubahan pada nilai kreatinin kinase (CK) dan MB kreatinin kinase (CKMB)
menjadi indikator infark miokard yang telah memburuk apabila EKG tidak
memberikan gambaran kerusakan miokardium, khususnya pada kerusakan parah
otot rangka. Indikasi monitoring EKG antara lain :7
- Kehilangan kesadaran
- Abnormal EKG dengan atau tanpa iskemia
- Terekam gambaran disaritma sebelum dan sesudah pemindahan ke
ruang gawat darurat
2.4.4 Mioglobinuria
Mioglobulin merupakan temuan pigmentai urin, yaitu warna keunguan
pada pasien dengan luka bakar listrik, dimana korban luka bakar listrik memiliki
resiko tinggi untuk terkena gagal ginjal. Pasien luka bakar listrik harus diberikan
resusitasi cairan untuk mempertahankan output dari urin yaitu 1,0 – 1,5 cc / kg per
jam sampai urin berubah warna menjadi jernih. Gagal ginjal akut dapat terjadi jika
tindakan resusitasi cairan terlambat dilakukan. Beberapa sumber mengatakan
bahwa penggunaan sodium bikarbonat ( 1 ampul 50 meq ) yang ditambahkan pada
setiap liter cairan berguna untuk membasakan urin. Manitol (25 g/6 jam) atau
furosemid berguna untuk dieresis.7
Algoritma penanganan mioglobinuria dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini:8

11
Gambar 2.1 Algoritma penanganan mioglobinuria

2.4.5 Compartment syndrome


Pada pasien luka bakar listrik tegangan tinggi yang mengenai ekstremitas
memiliki risiko untuk terjadi compartment syndrome dalam waktu 48 jam pertama
setelah cedera. Penilaian sirkulasi perifer meliputi warna kulit, edema, capillary
refill time, pulsasi dan penilaian sensoris. Compartment syndrome terjadi
peningkatan tekanan pada aliran pembuluh darah di dalam ruang osteofasial
akibat kerusakan otot dan pembengkakan pada fascia di ekstremitas. Kondisi ini
harus segera didiagnosis dan ditatalaksana dengan tindakan fasciotomi untuk
mencegah terjadinya iskemia otot.9
Adapun algoritma penanganan luka bakar listrik dapat dilihat pada gambar 2.2
berikut ini :5

 Lepaskan semua pakaian yang Kesampingkan terlebih dahulu patah


terkena panas. tulang/ dislokasi sendi (meskipun
 Lepaskan perhiasan yang bisa terdapat riwayat nyeri yang datang 12
menghantarkan panas. bersamaan)
 Primary survey standar untuk
pasien trauma
 Monitor tungkai per jam,
perhatikan pengisian kapiler,
Periksa pada daerah yang warna kulit dan sensorisnya.
mengalami kontak dengan sumber  Perhatikan tanda-tanda
listrik (terutama kepala,tangan dan compartment syndrome
kaki) (peningkatan tekanan darah, nyeri
atau peregangan pasif, penurunan
sensasi di perifer, pemanjangan
pengisian kapiler).

Apabila positif segera hubungi


spesialis untuk fasciotomi
 Kateterisasi, jika terdapat
perubahan warna urin maka
tingkatkan cairan hingga
memberikan urine output
 Perkirakan lokasi dan area >2mg/kgBB/jam
luka bakar.  Manitol 12 g/L untuk cairan dan
 Hitung berdasarkan Lund and alkalinisasi urin.
Browder chart.
 Resusitasi jika >15% TBSA
 Jika terdapat kelainan atau riwayat
penurunan kesadaran lakukan
monitoring jantung selama 24 jam.
EKG 12 Lead  Ulangi pemeriksaan enzim jantung
setiap 6 jam.

Lakukan pemeriksaan saraf


sentral dan perifer.

 Perkirakan lokasi dan area Hubungi Spesialis Bedah Plastik


luka bakar. untuk rujukan.
 Hitung berdasarkan Lund and Bungkus luka dengan cling film
Browder chart. (kecuali luka bakar pada wajah)
 Resusitasi jika >15% TBSA

Gambar 2.2 Algoritma penanganan luka bakar listrik


2.4.6 Perawatan luka

13
Luka bakar harus dibersihkan dan ditutup dengan dressing steril.
Perawatan luka bakar listrik dengan menggunakan mafenide acetat (Sulfamylon)
pada eskar yang tipis di dekat titik kontak, karena memiliki daya penetrasi yang
bagus. Silver sulfadiazine digunakan sebagai kontrol bakteri pada luka bakar yang
dalam dan sebagai biological dressing pada area superfisial serta pada luka bakar
yang pengirimannya membutuhkan waktu lebih dari 12 jam. Silver sulfadiazine
diberikan pada luka bakar yang luas karena cenderung tidak mengakibatkan
gangguan elektrolit. Tindakan eksisi dilakukan setelah 2-3 hari kejadian hingga
semua jaringan yang mati dibuang. Tatalaksana konservatif seperti pembuangan
jaringan yang rusak dan penutupan luka menggunakan skin graft dengan atau
tanpa flaps untuk menutup jaringan lunak memberikan hasil yang baik.7

2.5 Komplikasi
Komplikasi luka bakar listrik dapat mengenai ginjal, septik, jantung, saraf
dan manisfestasi okuler. Katarak adalah salah satu komplikasi okuler tersering,
meskipun gejala klinisnya akan mengenai seluruh area mata. Patofisiologi hal ini
belum diketahui tapi katarak terjadi pada 5-20% pasien luka bakar listrik.8
Penurunan fungsi saraf muncul terlambat setelah beberapa hari hingga
minggu setelah kejadian cedera. Penurunan fungsi tersebut termasuk paresis,
paralisis Guillain Barre Syndrome, transverse myelitis atau amilotropik lateral
sklerosis. Aktifitas simpatis yang berlebihan juga dapat merubah pola perkemihan
dan fungsi seksual tetapi hal ini belum dapat dijelaskan, kemungkinan karena
terdapat cedera pada vaskuler.8

DAFTAR PUSTAKA

14
1. Anonymous Electrical Injuries (online) available at Electrical and
Lightning Injuries. Available from:  http://Merck.Manual.Professional.htm

2. WHO.int [homepage on the internet]. Burns: Violence and injury


prevention. (cited 2017 Dec 10). Available from
http://www.who.int/violence_inj ury_prevention/other_injury/bur ns/en/.

3. Who.int [homepage on the internet]. Burns : World health organization.


May 2012. [cited 2017 Dec 10].

4. American Burn Association, National Burn Repository 2013. National


burn repository report of data from 2003-2012; 2013(9): 100-14

5. Royal Adelaide Hospital Burns Unit. Fisrt aid and emergency management
of adults burns. South Australia: SA Health. 2011.Available from :
https://www.rah.sa.gov.au/burns/downloads/First-aid-book2011for-
Web.pdf

6. Martina NR, Wardhana A. Burn: mortality analysis of adult burn patients.


Jurnal Plastik Rekonstruksi ; 2013(2):96-100.

7. EB Medicine, Electrical injuries:A review for the emergency clinician


2009; 10(11). Available from :
http://scghed.com/wp-content/uploads/2015/02/EBM-Electrical-Injuries-a-
review-for-the-emergency-physician.pdf

8. Herndon DN. Total burn care. Edisi ke -3. USA: Saunders Elsevier. 2007;
h. 513-8

9. Hospital of New Orlean. Electrical injuries. South Med J. 2009;93(12):1-3

15

Anda mungkin juga menyukai