Pembimbing :
dr. Amru Sungkar, SpB., SpBP-RE (K)
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. C
• Umur : 50 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Alamat : Boyolali, Jawa Tengah
• No RM : 0151xxx
• MRS : 27 Oktober 2020
• Tanggal Periksa : 2 November 2020
KELUHAN UTAMA
Pasien datang ke Ruang COVID Melati I RSUD Dr. Moewardi dengan keluhan
luka bakar listrik di lengan kiri dan kedua tungkai. Pasien terkena luka bakar
listrik 3 hari SMRS pada saat bekerja, tanpa disengaja pasien tersetrum tiang
listrik saat sedang mengecat rumah di lokasi pembangunan. Pasien tiba-tiba
terpental dengan posisi kepala masuk di selokan. Setelah kejadian pasien
mengeluh nyeri luka bakar pada lengan kiri dan kedua tungkai. Kemudian pasien
dibawa ke RS Swasta Cibinong dan dirawat inap selama 2 hari. Karena
keterbatasan sarana, kemudian pasien dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi.
RIWAYAT RIWAYAT PENYAKIT
PENYAKIT DAHULU KELUARGA
• Riwayat keluhan yang sama : disangkal
Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat operasi : disangkal • Riwayat sakit jantung bawaan : disangkal
Primary Survey
Airway : Bebas
Breathing :
Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri, RR: 20 x/menit
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : SDV (normal/normal), RBH (-/-)
Circulation : Tekanan darah=110/70 mmHg, Nadi = 80 x / menit, tegangan dan isi cukup
Disability : GCS E4V5M6, reflex cahaya (+/+), pupil isokor (3mm/3mm)
Exposure : suhu 36,7 oC, jejas (+) lihat status lokalis
PEMERIKSAAN FISIK
Secondary Survey
Keadaan Umum •Jantung
•Keadaan umum : Tampak sakit sedang Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
•Derajat kesadaran : Compos mentis Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Status Generalis Perkusi : batas jantung sulit dievaluasi
•Kepala : mesocephal, rambut hitam, rambut mudah rontok (-) Auskultasi : bunyi jantung I-II intenstas normal, regular, bising (-)
•Mata : konjungtiva pucat (-/-), sclera ikterik (-/-), •Abdomen
pupil isokor(3mm/3mm), reflek cahaya (+/+), Inspeksi : distended (-), jejas (-)
hematom periorbita (-/-), diplopia (-/-), visus (N/N), Auskultasi : bising usus (+) normal
gerak bola mata (N/N) Perkusi : tympani
•Telinga : normotia, sekret (-/-) Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
•Hidung : simetris, napas cuping hidung (-), secret (-), darah (-) •Ekstremitas : jejas (+) lihat status lokalis
•Mulut : gusi berdarah (-), lidah kotor (-), jejas (-), maloklusi (-)
•Leher : pembesaran tiroid (-), pembesaran limfonodi (-),
nyeri tekan (-), JVP R+2
•Thorak : simetris, retraksi (-), jejas (-)
•Paru
Inspeksi : pengembangan dada kanan =kiri, RR:22x/menit
Palpasi : krepitasi (-/-),
Perkusi: sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (normal/normal), RBH (-/-)
STATUS LOKALIS
Luka bakar berat dapat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan
cedera oleh sebab lain.
Di Indonesia, belum ada angka pasti mengenai luka bakar, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk serta
industri, angka luka bakar tersebut makin meningkat.
Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Beratnya luka
bergantung pada dalam, luas, dan letak luka.
Selain beratnya luka bakar, umur dan kondisi kesehatan penderita sebelumnya merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi prognosis.
Definisi
Luka bakar adalah salah satu bentuk trauma pada jaringan yang disebabkan oleh kontak dengan sumber
panas kering (api), panas lembab (uap air, cairan panas), bahan kimia, sumber listrik dan radiasi.
Luka bakar dapat terjadi karena suhu tinggi (thermal burn), luka bakar bahan kimia (chemical burn), luka
bakar radiasi (radiation injury) dan luka bakar karena sengatan listrik (electrical burn).
Secara umum berat ringannya luka bakar tergantung pada faktor, agen, lamanya terpapar, area yang
terkena, kedalamannya, bersamaan dengan trauma, usia dan kondisi penyakit sebelumnya.
Etiologi
Rule of Nine/
Derajat 1 Rule of Ringan
Wallace
Derajat 2
• 2A Sedang
• 2B
Derajat 3 Berat
Patofisiologi
Berdasarkan gambaran histologis, pada luka bakar terdapat tiga zona yaitu
zona koagulasi, zona stasis, dan zona hiperemia :
Kerusakan Pelepasan
Luka bakar endotel dan mediator SIRS MODS
epitel proinflamasi
Patofisiologi
Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai efek sistemik dari pelepasan sitokin dan mediator inflamasi :
o Gangguan kardiovaskular, berupa peningkatan permeabilitas vaskular yang menyebabkan keluarnya protein
dan cairan dari intravaskular ke interstitial
o Gangguan metabolik, terjadi peningkatan basal metabolic rate hingga 3 kali lipat yang menyebabkan
dibutuhkannya pemberian makanan enteral secara agresif untuk mempertahankan integritas saluran pencernaan
o Gangguan imunologis, terdapat penuruanan sistem imun yang mempengaruhi sistem imun humoral dan seluler
Patofisiologi
Fase akut : deteriorasi airway, breathing, circulation, berlangsung selama 0 - 48 jam (72 jam)
Fase lanjut : jaringan parut (hipertrofik, keloid, kontraktur), berlangsung sampai 8-12 bulan
Luka bakar Luka bakar
Gejala dan superficial dalam
Lain lain
Tampak
Tanda cedera
Nyeri pembuluh
inhalasi
darah
Karbonisasi
Diagnosis
Px penunjang
• Cek darah lengkap
• Elektrolit serum
Px Fisik
• Albumin serum
• Primary survey
• Urine
• Secondary survey
Anamnesis • Fotografi luka bakar
• 7 sacred
• 4 fundamental
Tatalaksana
Setelah 48 jam
Fase Penyembuhan Luka Bakar
1. Fase Inflamatori :
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3–4 hari
Dua proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan fagositosis
Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat vasokonstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh
darah, endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah luka
Fagositosis oleh makrofag yang menelan mikroorganisme dan sel debris, dan mengeluarkan faktor angiogenesis
(AGF) yang merangsang pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah, sehingga mempercepat proses
penyembuhan
Fase Penyembuhan Luka Bakar
2. Fase Proliferatif :
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke–4 atau 5 sampai hari ke – 21
Fibroblas (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah terjadi luka
Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari luka, jumlahnya yang meningkat
menambah kekuatan permukaan luka
Kapilarisasi dan epitelisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang memberikan oksigen dan nutrisi
yang diperlukan bagi penyembuhan
Fase Penyembuhan Luka Bakar
3. Fase Maturasi :
Fase maturasi dimulai hari ke–21 dan berakhir 1–2 tahun
Remodeling luka yang merupakan hasil dari peningkatan jaringan kolagen, pemecahan kolagen yang berlebih dan
regresi vaskularitas luka
Terbentuk jaringan parut 50–80% yang sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya
Pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular dan vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan
Komplikasi
Fase lanjut
Ginjal
Gastrointestinal
Fase akut
Luka bakar minor dapat sembuh 5-10 hari tanpa adanya jaringan parut
Luka bakar moderat dapat sembuh dalam 10-14 hari dan mungkin menimbulkan luka parut
Luka bakar mayor membutuhkan lebih dari 14 hari untuk sembuh dan akan membentuk jaringan parut
Aghakhani, K., Heidari, M., Tabatabaee, S. M., & Abdolkarimi, L. (2015). Effect of current pathway on mortality and morbidity in electrical burn patients. Burns, 41(1),
172-176.
Ashraf, A., Mohammadi, A., Roshanzamir, S., Ayaz, M., Tolide-ie, H., & Ghasempoor, M. Z. (2012). Sympathetic skin response in electrical burn injury. Burns, 38(2), 232-
235.
Benlier, E., Eskiocak, S., Puyan, F. O., Kandulu, H., Unal, Y., Top, H., & Aygit, A. C. (2011). Fucoidin, a neutrophil rolling inhibitor, reduces damage in a rat electrical burn
injury model. Burns, 37(7), 1216-1221.
Benlier, E., Eskiocak, S., Puyan, F. O., Sikar, E. Y., Kandulu, H., Omurlu, I. K., ... & Aygit, A. C. (2012). Effect of lidocaine on reducing injury in a rat electrical burn
model. Annals of plastic surgery, 69(2), 152-156.
Chudasama, S., Goverman, J., Donaldson, J. H., Van Aalst, J., Cairns, B. A., & Hultman, C. S. (2010). Does voltage predict return to work and neuropsychiatric sequelae
following electrical burn injury?. Annals of plastic surgery, 64(5), 522-525.
Fan, J., Liu, Y., Liu, L., & Gan, C. (2009). Aesthetic pubic reconstruction after electrical burn using a portion of hair-bearing expanded free-forehead flap. Aesthetic plastic
surgery, 33(4), 643-646.
Fankhauser, G., Klomp, A., Smith, A., Rececca, A., & Casey III, W. (2010). Use of the pedicled tensor fascia lata myocutaneous flap in the salvage of upper extremity high-
voltage electrical injuries. Journal of Burn Care & Research, 31(4), 670-673.
Gajbhiye, A. S., Meshram, M. M., Gajaralwar, R. S., & Kathod, A. P. (2013). The management of electrical burn. Indian Journal of Surgery, 75(4), 278-283.
Gallagher JJ, Wolf SE, Herndon DN. 2008. Burns. In: Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Editors. Sabiston Textbook of Surgery. 18th Ed. Philadelphia:
Saunders Elsevier.
Gandhi I, Lord D, Enoch S. Management of pain 5. in children with burns. Int J Paed. 2010; 12(3): 1-7.
TERIMAKASIH