Anda di halaman 1dari 28

i

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2022

UNIVERSITAS BOSOWA

TRAUMA LISTRIK

DISUSUN OLEH :

Andi Ratnasari

45 20 112 020

DOSEN PEMBIMBING :

dr. Denny Mathius, M.Kes, Sp. F

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BOSOWA

MAKASSAR

2022
ii

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa :

Nama : Andi Ratnasari

NIM : 4520112020

Judul : Trauma Listrik

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepaniteraan


klinik Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas
Kedokteran Universitas Bosowa.

Makassar, Mei 2022

Mengetahui,

Pembimbing

(dr. Denny Mathius, M.Kes, Sp. F)


1

BAB I

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S

Usia : 21 tahun

Alamat : Desa Tinggimae Kab.Gowa

Agama : Islam

Pekerjaan : Buruh bangunan

Pendidikan : -

Masuk RS : Selasa, 24 Desember 2013 pukul 13.24

ANAMNESIS

Keluhan utama : Luka Bakar Listrik

Anamnesis Terpimpin :

Dialami sejak 2 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit akibat
tersengat listrik pada saat bekerja di mesjid. Awalnya pasien tanpa
sengaja memegang kabel telanjang, lalu kesetrum dan terjatuh ke lantai.
Terdapat kesan luka bakar pada lengan kanan dan punggung kiri sampai
ke leher. Nyeri (+) jika luka bakar disentuh. Riwayat pingsan (+) <15
menit, riwayat muntah (-), riwayat sesak (-), batuk(-)

Riwayat penyakit dahulu

Alergi obat, hipertensi, DM, dan asma disangkal.

1
2

Riwayat penyakit keluarga

Alergi obat, hipertensi, DM, dan asma disangkal.

PEMERIKSAAN FISIK

Primary survey

B1:RR:20x/menit, Rh-/-, Wh-/-, SpO2: 99%

B2:TD 110/70 mmHg, N 88 x/menit regular, kuat angkat.

B3: GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor ∅ 2,5mm/2,5mm, RC +/+, suhu axilla


36,8 C

B4: terpasang kateter, produksi urin ±60cc/jam, warna merah kecoklatan.

B5: Datar, peristaltik (+) kesan normal, timpani.

B6: Edema (-), fraktur (-), luka bakar grade iia-iib

Secondary survey

Kepala & wajah : deformitas (-), bibir edema (-),

Mata : edema (-), konjungtiva anemis (-), ikterus (-)

Leher : pembesaran KGB (-)

THT : sekret (-)

Dada : simetris kanan = kiri


 Jantung : BJ I & II normal, murmur (-), gallop (-)
 Paru : vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
 Abdomen : datar, lemas, NT (-), tdk teraba massa, BU (+)
normal

2
3

 Ekstremitas : lihat status lokalis

Status lokalis

Kepala dan leher :3%

Trunkus anterior :0%

Trunkus posterior :7%

Esktremitas atas kanan : 5 %

Ekstremitas atas kiri :2%

Ekstremitas bawah kanan :0%

3
4

Ekstremitas bawah kiri : 0 %

Genitalia :0%+

Total : 17 %

PEMERIKSAAN PENUNJANG

4
1

RUTIN

Hemoglobin : 15,8 g/dL

Hematokrit : 48,4 %

Leukosit : 43.800/L

Trombosit : 455.000/L

MCV : 91 fl

MCH : 29.8 pg

MCHC : 32.7 g/dL

PT : 11.3 detik

PT kontrol : 10.3 detik

APTT : 32.1 detik

APTT kontrol : 23.3 detik

CT : 7’00

BT : 3’00

URINALISIS

Sedimen

Sel epitel : 0-1

Leukosit : 1-2

Eritrosit : 10-11

Silinder :-

Kristal :-

Bakteri :-

Berat jenis : 1.015


2

pH :5

Protein :-

Glukosa :-

Keton :+

Darah/Hb :+

Bilirubin :-

Urobilinogen : 0,2

Nitrit :-

KIMIA DARAH

Ureum : 32 mg/dL

Creatinin : 0,7 mg/dL

SGOT : 533 U/L

SGPT : 112 U/L

GDS : 150 mg/dL

Na : 133 meq/L

K : 4.11 meq/L

Cl : 107 meq/L

DIAGNOSIS KERJA

Luka bakar listrik grade IIA-IIB 17 % + Compartment sindrom

TERAPI
 Airway : O2 2-4 tpm via Nasal Kanul

2
3

 Breathing : spontan
 Circulation : IVFD RL 124 tts/menit pada 6 jam pertama.
Dilanjutkan dengan 46 tts/mnt pada 16 jam berikutnya. Pasang
kateter.
 Drug : Ceftriaxon 1gr/12 j/IV, Ketorolac 30 mg/8jam/iv,
Ranitidin 50 mg/8 jam/iv, kompres NaCl + Silver Sulphadiazine 10 mg
Cr.
 Monitoring resusitasi
 Urin (0,5-1 cc/kgBB/jam) = 30-60 cc/ jam.

PROGNOSIS
 Quo ad Vitam : Bonam
 Quo ad Functionam : Dubia
 Quo ad Sanactionam : Bonam

3
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Luka Listrik


Luka listrik adalah luka yang disebabkan oleh trauma listrik, yang
merupakan jenis trauma yang disebabkan oleh adanya persentuhan
dengan benda yang memiliki arus listrik, sehingga dapat menimbulkan
luka bakar sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi energi panas.
Luka listrik adalah salah satu jenis luka karena peristiwa fisika. Trauma
listrik terjadi saat seseorang menjadi bagian dari sebuah perputaran aliran
listrik atau disebabkan oleh terkenanya pada saat berada dekat dengan
sumber listrik1.

B. Epidemiologi

Kontak tubuh manusia dengan arus listrik dapat menimbulkan


trauma luka bakar. Setiap tahunnya sekitar 4 - 6,5% dari seluruh pasien
luka bakar yang dirawat di rumah sakit di Amerika Serikat mengalami luka
bakar akibat sengatan arus listrik. Prevalensi luka bakar di Indonesia
berdasarkan data Riskesdas tahun 2007 yaitu sebesar 2,2 persen. Data
prevalensi luka bakar listrik di Indonesia masih belum ada. Penelitian
epidemiologi yang dilakukan di Unit Luka Bakar (ULB), Rumah Sakit
Umum Pusat Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2009-2010,
menemukan bahwa sebanyak 36 orang dari 303 pasien atau 11,8%
pasien yang dirawat di ULB RSCM mengalami luka bakar yang
disebabkan oleh listrik4.

C. Etiologi

4
5

Klasifikasi yang paling sering untuk membagi trauma karena listrik


adalah karena petir, Aliran listrik tegangan rendah arus bolak balik (AC),
aliran listrik tegangan tinggi arus bolak balik (AC) dan arus searah1.

1. Petir
Petir/lightening, adalah muatan listrik statis dalam awan dengan
voltase sampai 10 mega volt dan kekuatan arus listrik sampai seratus ribu
ampere yang dalam waktu 1/1000-1 detik dilepaskan kebumi. Luka karena
petir biasanya terjadi saat seseorang menjadi bagian atau berada dekat
dengan terjadinya petir, secara umum, biasanya pasien menjdi objek yang
paling tinggi dibandingkan sekitarnya atau berada dekat dengan objek
yang tinggi misalnya pohon. Pada saat petir menyambar, biasanya langit
terlihat bersih. Seseorang yang disambar petir pada tubuhnya terdapat
kelainan yang disebabkan oleh faktor arus listrik, faktor panas dan faktor
pemindahan udara1.
2. Listrik tegangan Tinggi AC
Pada kasus ini tegangan listrik lebih dari 600 volt. Luka listrik
karena tegangan tinggi sering terjadi pada saat terdapat objek yang
bersifat konduktif disentuh yang tersambung dengan sumber listrik
bertegangan tinggi1.
3. Listrik tegangan rendah AC
Tegangan rendah adalah 600 volt atau kurang dari 600 volt. Secara
umum, ada 2 tipe luka listrik tegangan rendah dengan arus bolak-balik
yang memungkinkan : Anak yang menggigit kawat listrik yang bisa
menyebabkan luka berat pada bibir, wajah, dan lidah, kemudian anak-
anak atau orang dewasa yang terjatuh saat menyentuh objek yang dialiri
energi listrik1
4. Arus searah (DC)
Luka listrik karena arus searah biasanya terjadi saat laki-laki usia
muda secara tidak sengaja menyentuh rel kereta dari sebuah kereta listrik
yang sedang berjalan.

5
6

D. Klasifikasi
Luka bakar listrik dapat diklasifikasikan menjadi1:

1. Kontak langsung : pemanasan elektrothermal


2. Kontak tidak langsung
o bunga api listrik (arc)
o nyala api listrik (flame)
o kilatan listrik (flash)

E. Faktor - Faktor yang Berperan dalam Trauma Listrik


Secara umum beratnya cedera yang diakibatkan arus listrik
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut5,6.

1. Jenis arus, dapat berupa arus searah (DC) atau arus bolak balik.
Arus searah (DC) adalah arus yang mengalir dalam satu arah saja,
contohya adalah baterai,sel surya, dinamo, dan lain- lain.Arus bolak
balik (AC) adalah arus yang mengalir bolak-balik (siklus) melalui
konduktor.Kontak tegangan tinggi dengan arus searah (DC)
cenderung menyebabkan kejang otot tunggal dan sering melempar
korban dari sumber listrik. 5,6.
2. Lamanya kontak, semakin lama kontak, maka akan semakin besar
arus listrik yang memasuki jaringan tubuh5.
3. Besarnya tegangan (voltase). Tegangan adalah ukuran dari
perbedaan potensial listrik antara dua titik dan ditentukan oleh
sumber listrik. Sengatan listrik diklasifikasikan menjadi tegangan
tinggi (≥ 1000 V) dan tegangan rendah (<1000 V).
4. Besarnya tahanan (resistensi). Menurut hukum Ohm, arus listrik
sebanding dengan sumber tegangan dan berbanding terbalik
dengan resistansi konduktor.
5. Kuat arus (ampere), besarnya kuat arus menentukan berbagai efek
yang terjadi pada tubuh5.
6. Luasnya daerah terkena kontak5.

6
7

F. Patofisiologi
Arus listrik adalah aliran elektron (partikel atom bermuatan negatif)
melalui suatu konduktor. Sebuah benda yang mengumpulkan elektron
menjadi bermuatan negatif, dan ketika elektron mengalir dari benda ini
melalui konduktor, maka tercipta arus listrik, yang diukur dalam ampere
(A). Kekuatan yang menyebabkan elektron dapat mengalir adalah
tegangan, dan diukur dalam volt (V). Apa pun yang menghambat aliran
elektron melalui konduktor menciptakan resistensi, yang diukur dalam
ohm (Ω)1.
Cedera listrik akan terjadi ketika seseorang mengalami kontak
dengan arus yang dihasilkan oleh sumber listrik. Sumber listrik dapat dari
buatan manusia, misalnya saluran listrik dari perusahaan utilitas, atau dari
alam, seperti petir1.
Cedera listrik dapat menyebabkan beberapa mekanisme dalam
tubuh yaitu (1) elektroporasi. Elektroporasi terjadi saat energi listrik
diinduksikan pada sel sehingga meningkatkan permeabilitas membran sel
dan dapat membentuk pori-pori membrane. (2) Hiperkontraksi serabut
otot. Aliran listrik yang terus merangsang voltage-gate channel membrane
sel sehingga terjadi hiperpolarisasi. Selain itu juga terjadi spasme arteri
coroner, efek trombogenik hipotensi, dan efek termal pada miokardium
yang akan berakhir pada kerusakan atau nekrosis otot jantung1.
Elektron akan mengalir secara abnormal melewati tubuh yang
menyebabkan perlukaan ataupun kematian dengan cara depolarisasi otot
dan saraf, menginisiasi aliran listrik abnormal yang dapat menggangu
irama jantung dan otak, atau produksi energi listrik menyebabkan luka
listrik dengan cara pemanasan yang menyebabkan nekrosis dan
membentuk porasi (membentuk lubang di membran sel)1.
Aliran sel yang melewati otak, baik tegangan tinggi atau tegangan
rendah, dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan secara langsung
menyebabkan depolarisasi sel-sel saraf otak. Arus bolak balik dapat
menyebabkan fibrilasi ventrikel jika aliran listrik melewati daerah dada. Hal

7
8

ini dapat terjadi saat aliran listrik mengalir dari tangan ke tangan, tangan
ke kaki, atau dari kepala ke tangan/kaki1,2.

Gambar 1 . Patomekanisme Trauma Listrik

Cedera tegangan tinggi terjadi ketika tegangan 1000 V atau lebih besar.
Ada kerusakan jaringan yang luas dan sering kehilangan anggota tubuh. Biasanya
terdapat sejumlah besar nekrosis jaringan lunak dan tulang. Kerusakan otot
menimbulkan rhabdomyolysis, dan gagal ginjal mungkin terjadi dengan cedera
ini. Pola cedera ini membutuhkan lebih banyak resusitasi agresif dan debridement
dibandingkan luka bakar lainnya. Kontak dengan tegangan lebih besar dari 70.000
V selalu berakibat fatal1.

Gambar 2. Ilustrasi Cedera Listrik Tegangan Tinggi dan Luka Bakar Flash

8
9

G. Gejala Klinik
Gejalanya tergantung kepada interaksi yang rumit dari semua sifat
arus listrik. Suatu kejutan dari sebuah arus listrik bisa mengejutkan
korbannya sehingga dia terjatuh atau menyebabkan terjadinya kontraksi
otot yang kuat. Kedua hal tersebut bisa mengakibatkan dislokasi, patah
tulang dan cedera tumpul. Kesadaran bisa menurun, pernafasan dan
denyut jantung bisa lumpuh. Luka bakar listrik bisa terlihat dengan jelas di
kulit dan bisa meluas ke jaringan yang lebih dalam8.

Gambar 3. Presentasi Klinis Cedera Listrik

1. Efek lokal1
a) Luka bakar dan lecet
Terlihat seperti kerutan pada kulit di sekitar tepi luka bakar dengan
area pucat disekitarnya. Tidak ada garis merah di sekitar luka bakar atau
kemerahan pada pangkal titik masuk dan keluar. Tanda karakteristik yang
terlihat disebut Joule burn, juga dikenal sebagai luka bakar / tanda listrik
yang spesifik untuk mendiagnostik luka bakar listrik.

9
10

Gambar 4. Derajat Luka

Gambar 5. Joule burn atau endogenous burn


Joule burn (endogenous burn) dapat terjadi bilamana kontak antara
tubuh dengan benda yang mengandung arus listrik cukup lama, dengan
demikian bagian tengah yang dangkal dan pucat pada electric mark dapat
menjadi hitam hangus terbakar.
 Dasar luks dilapisi oleh kulit pipih pucat. Mungkin ada hiperemia
ringan dari yang berdekatan kulit utuh, karena dilatasi cepat pembuluh
darah pra kapiler.
 Blister terjadi akibat pemanasan jaringan oleh arus listrik, yang
disebut luka bakar endogen. Ketika arus berhenti, lepuh mendingin
dan pecah menjadi dasar luka dengan tepi terangkat. .
 Ketika kontak lebih lama, tanda kulit menjadi coklat dan kemudian
menjadi hangus.
 Joule burn biasanya ditemukan pada bagian tubuh yang terbuka,,
terutama pada telapak tangan.

10
11

Gambar 6. exogenous burn


Exogenous burn, dapat terjadi bila tubuh manusia terkena benda
yang berarus listrik dengan tegangan tinggi, yang memang sudah
mengandung panas; misalnya pada tegangan di atas 330 volt.
Exogenous burn : bentuknya bervariasi, namun beberapa terlihat
seperti luka masuk dimana terlihat perpecahan kulit. Dalam arus tegangan
tinggi, exit mark sering muncul sebagai jenis luka 'blow-out'.

b) Flash atau percikan api


Kontak listrik yang kurang rapat, akibatnya ada celah udara antara
kulit dan konduktor, sehingaa arus melompati celah sebagai percikan dan
menyebabkan keratin kulit luar meleleh.
 Pada luka bakar tegangan tinggi, seperti yang sambungan dari kabel
transmisi jaringan tegangan tinggi, percikan dapat terjadi dalam
beberapa sentimeter. Menyebabkan banyak luka bakar tingkat tiga
atau lesi percikan berwarna merah/coklat yang disebut ''‘crocodile
skin’
 Luka bakar flash juga disebut eksogen burn karena api dihasilkan di
luar tubuh. Flash dapat menyalakan pakaian pasien yang dapat
menyebabkan api terbakar bersama dengan hangusnya rambut.
c) Luka : terkoyak atau tertusuk dengan memar pada margin.
 Panas yang dihasilkan di luka masuk dapat menyebabkan atomisasi
kawat logam yang dapat memberikan kilau logam.

11
12

 Bola-bola kecil dari logam cair yang berasal dari logam elektroda
kontak, yang disebut current pearl, dapat masuk kedalam jaringan
yang dapat diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop elektron.
 Panas yang dihasilkan dapat melelehkan kalsium fosfat yang terlihat
pada sinar-X anggota badan sebagai tipikal fokus padat bulat, yang
dikenal sebagai mutiara tulang atau lilin tetesan.

H. Penyebab Kematian Pada Trauma Listrik


Penyebab kematian pada trauma listrik berupa fibrilasi ventrikel,
dan kelumpuhan otot dan pusat pernapasan. Pada kematian akibat
fibrilasi ventrikel, dalam autopsi akan ditemukan dilatasi dari bilik jantung ,
kadang-kadang dengan peteki dibawah perikardium dan endocardium
ventrikel, ada kongesti dari vena aferent dan pulmonal sianosis1.

I. Temuan Postmortem
Pada pemeriksaan otopsi, dikarenakan tidak ada penemuan
khusus pada luka listrik, sehingga tidak jarang penyebab kematian tidak
jelas. Pada pemeriksaan luar pemeriksa mencari electric mark. Electric
mark adalah kelainan yang dapat dijumpai pada tempat dimana listrik
masuk ke dalam tubuh.

Gambar 9. Eletric Mark akibat trauma listrik di tangan

12
13

Sebelum otopsi, penting untuk memeriksa tempat kejadian dan


perkakas, peralatan atau mesin yang terlibat dalam kecelakaan.
Pemeriksaan seluruh tubuh, terutama tangan dan terutama jari-jari,
bersama dengan pemeriksaan kaki dan sepatu untuk bukti listrik luka
bakar sangat penting1.

J. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan secara klinis pada pasien yang datang
dengan presentasi konsisten terkait cedera akibat listrik. Presentasi klinis
ini dapat berupa luka bakar minor hingga henti jantung atau bahkan
kematian. Cedera yang fatal dapat terjadi meskipun tidak ada tanda luka
bakar atau gejala cedera eksternal atau internal lainnya1.

Banyaknya penyebab dari kasus luka listrik, sehingga anamnesa


yang menunjang sangat diperlukan baik riwayat penyakit sebelumnya
maupun hal-hal spesifik yang berhubungan dengan kejadian saat
seseorang terkena aliran listrik. Arah aliran listrik penting untuk
mengetahui munculnya luka listrik, arah vertikal dapat menjadi lebih
berbahaya daripada arah horizontal1.

Evaluasi jantung pada pasien dengan cedera akibat listrik dapat berupa10:

1. Fibrilasi ventrikel merupakan cedera jantung yang paling sering.


Fibrilasi ventrikel dapat terjadi pada paparan voltase rendah ataupun
tinggi. Kondisi ini berpotensi menyebabkan kematian jantung
mendadak.
2. Lakukan pemeriksaan elektrokardiografi pada pasien yang datang ke
unit gawat darurat karena kejutan listrik, tanpa mempertimbangkan
apapun voltase paparannya
3. Monitoring jantung kontinu harus dilakukan pada selama ≥ 24 jam
pada pasien dengan:
a. Kejutan voltase tinggi

13
14

b. Penurunan kesadaran
c. Aritmia
d. Elektrokardiografi abnormal
e. Peningkatan troponin jantung signifikan
4. Lakukan pemeriksaan darah (hitung darah lengkap, elektrolit,
koagulasi, troponin, serum kreatinin kinase) pada pasien dengan
paparan voltase tinggi dan/atau pasien dengan luka bakar berat untuk
menilai komplikasi
5. Uji urin disptik dapat dilakukan untuk mengevaluasi kemunculan
pigmen heme (mioglobinuria) pada pasien dengan cedera voltase
tinggi
6. Pertimbangkan pemeriksaan radiologis untuk menilai trauma terkait
jika pasien terlempar dan untuk menilai cedera neurologis secara
keseluruahan pada sistem saraf pusat
a. Jangan menunda pengobatan untuk melakukan
pemeriksaan radiologis
b. MRI dan CT Scan hanya dilakukan pada pasien dengan
gangguan neurologis tertunda (terjadi seminggu sampai
beberapa bulan setelah mengalami cedera akibat listrik)
7. Lakukan monitoring janin pada seluruh wanita hamil dengan usia
kehamilan ≥ 20 minggu

K. Tatalaksana

1. Terlebih dahulu, sebelum penderita ditangani, arus listrik harus


diputus.
2. Pada pasien dengan henti jantung berikan resusitasi segera,
agresif, dan memanjang karena pemulihan dilaporkan terjadi
setelah dukungan kehidupan memanjang8
a. Segera lakukan penilain bantuan kehidupan jika tidak
ditemukan respirasi atau sirkulasi spontan, termasuk
menggunakan AED untuk mengidentifikasi dan mengobati

14
15

takikardia ventrikel atau fibrilasi ventrikel


b. Amakan jalan napas dan berikan ventilasi serta oksigen;
intubasi awal diindikasikan jika terdapat bukti luka bakar
ekstensif pada wajah muluh atau leher bagian anterior
(meskipun pasien datang dengan pernapasan spontan)
c. Resusitasi jantung dan normotermia atau hipotermia
teurapetik harus mengikuti pedoman perawatan pasca henti
jantung.
3. Segera berikan resusitasi cairan cepat pada pasien dengan cedera
voltase tinggi atau kerusakan jaringan signifikan8

Berdasarkan American Burn Association luka bakar diklasifikasikan


berdasarkan kedalaman, luas permukaan, dan derajat ringan luka bakar.
Berdasarkan luas permukaan luka bakar7.

Gambar 10. Wallance Rule of Nine


Bedasarkan derajat ringan luka bakar menurut American Burn
Association7

15
16

a. Kebutuhan cairan dapat sekitar 1,7 dikalikan dengan


kebutuhan cairan dari persentase permukaan tubuh yang
mengalami luka bakar berdasarkan formula standar karena
kerusakan jaringan
b. Pada pasien tanpa mioglobinuria gross, tujuan dari resusitasi
cairan adalah untuk mempertahankan tanda vital normal dan
output urin 30-50cc/jam
4. Pada pasien dengan mioglobinuria gross, pemberian resusitasi
cairan agresif dan manitol harus dipertimbangkan jika pigmen tidak
jelas8
a. Kecepatan tetesan bervariasi berdasarkan keparahan
mioglobinuria; Gunakan kecepatan tetesan yang mampu
memenuhi kebutuhan output urin sebesar 1-2 cc/KgBB/Jam
b. Penambahan manitol 12,5-25 gram intravena adalah hal
yang umum dilakukan
c. Pertimbangkan pemberian natrium bikarbonat pada cairan
infus untuk meminimalisis tumpukan pigmen pada tubulus
renal.

16
17

5. Tatalaksana luka bakar7


a. Berikan kontrol nyeri yang adekuat, pertimbangkan opioid
parenteral
b. Cuci luka bakar secara halus dan lakukan dressing dengan
NaCl 0,9% dingian untuk membantu menghentikan proses
kerusakan dan mengurangi nyeri
c. Luka bakar superfisial umumnya sembuh cepat dan dapat
diobati dengan perawatan luka bakar rutin atau minor
d. Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah
infeksi. Yang banyak dipakai adalah golongan
aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas.
e. Pembedahan dibutuhkan pada pasien dengan luka bakar
berat dan/atau asidosis metabolik persisten atau
mioglobinuria refrakter meskipun telah diberikan resusitasi
cairan agresif termasuk:
i. Debridement
ii. Skin grafting
iii. Fasiotomi jika terjadi pembengkakan pada
ekstremitas dan menyebabkan sindrom kompartemen
tungkai akut
f. Direkomendsikan untuk merujuk pasien pada senter luka
bakar khusus pada pasien dengan luka bakar karena cedera
listrik
6. Pasien dapat dipertimbangkan tidak dirawat pada pasien dengan:
a. Cedera voltase rendah
b. Tidak ada sinkop
c. EKG normal
d. Tidak ada indikasi lainnya untuk rawatan seperti cedera
jaringan lunak
7. Follow up jangka panjang dan konsisten penting untuk menilai
presentasi awal dan memantau berbagai perubahan7

17
18

a. Rujukan ke psikiater dapat disarankan untuk merencanakan


pemulihan trauma dan pemulihan jangka panjang
b. Minta pasien untuk kontrol ulang ke pusat pelayanan
kesehatan primer setelah 3-4 hari kunjungan unit gawat
darurat
c. Rujuk semua pasien dengan cedera akibat listrik voltase
tinggi pada spesialis mata dan spesalis telingan 2-3 hari
setelah rawtan untuk menilai komplikasi terkait mata dan
audiovestibular.

L. Komplikasi
Sengatan arus listrik dapat menyebabkan cedera multisistem.
Sistem tubuh yang paling banyak terena adalah sistem kardiovaskular,
sistem saraf, sistem respirasi, dan sistem integumen. Cedera sistem
kardiovaskular adalah cedera sistem yang berpotensi untuk mengancam
nyawa2.
Komplikasi pada luka bakar dibagi menjadi dua, yaitu komplikasi
pada saat perawatan kritis atau akut dan komplikasi yang berhubungan
dengan eksisi dan grafting. Komplikasi yang dapat terjadi pada masa akut
adalah SIRS, sepsis, dan MODS. Selain itu, komplikasi pada
gastrointestinal juga dapat terjadi, yaitu atrofi mukosa, ulserasi, dam
perdarahan mukosa, motilitas usus menurun dan ileus. Pada ginjal dapat
terjadi akut tubular nekrosis karena perfusi ke renal menurun. Skin graft
loss merupakan komplikasi yang paling sering terjadi, hal ini disebabkan
oleh, infeksi dan robeknya graft. Pada fase lanjut suatu luka bakar, dapat
terjadi jaringan parut pada kulit berupa jaringan parut hipertropik, keloid,
dan kontraktur. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan
menyebabkan kekakuan sendi11.

18
19

O. Aspek Medikolegal
1. Kematian akibat trauma listrik biasanya tidak disengaja. Bunuh diri
jarang terjadi dan pembunuhan bahkan lebih jarang1.
a) Metode umum pembunuhan adalah dengan menjatuhkan
perangkat listrik yang dicolokkan ke dalam ember/bak mandi
sambil individu sedang mandi. Biasanya ada tidak ada sengatan
listrik, dan jika perangkat listrik dihilangkan, penyebab kematian
akan terlewatkan1.
2. Kecelakaan iatrogenik dapat disebabkan oleh kelalaian antara lain :
sengatan listrik selama terapi elektro-konvulsif dalam pengobatan
gangguan mental atau penggunaan instrumen yang tidak tepat di
ruang operasi1.
3. Tidak dapat membedakan antara luka bakar liistrik antemortem dan
postmortem1.

19
20

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sengatan listrik dapat menyebabkan cedera pada tingkat seluler.


Cedera Akibat Listrik merupakan kerusakan yang terjadi jika arus listrik
mengalir ke dalam tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun
menyebabkan terganggunya fungsi suatu organ dalam.
Bahaya syok listrik sangat besar; tubuh penderita akan mengalami
ventricular vibrillation, kemudian diikuti dengan kematian. Kehadiran luka
bakar yang parah (umumnya dalam tegangan tinggi cedera listrik),
nekrosis miokard, tingkat cedera sistem saraf pusat, dan kegagalan
sistem organ multiple sekunder menentukan morbiditas berikutnya dan
prognosis jangka Panjang.

B. Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut dan mendalam mengenai luka


bakar akibat listrik, guna memperbaiki serta melengkapi penelitian
terdahulunya.r

20
21

DAFTAR PUSTAKA

1. Biswas, G., 2012, Review of Forensic Medicine and Toxicology,


Jaypee Brothers Medical Publishers, New Delhi, 130.
2. Octaviani, D.,Wulan, A.J.2016. “Efek Paparan Arus Listrik terhadap
Peningkatan Biomarker dan Kelainan Irama Jantung”. MAJORITY,
Volume 5.
3. Rahardja, S, et all. Pengaruh lama paparan trauma listrik terhadap
sistem saraf traktus gastrointestinal pada tikus Wistar galur murni,
Intisari Sains Medis 2021, Volume 12, Number 2: 504-507
4. Suzan, R, et all, Tatalaksana Nutrisi Pada Pasien Luka Bakar Listrik,
JMJ, Volume 5, Nomor 1, Mei 2017, Hal: 1 –13
5. Wright RK., Electrical Injuries [online] July 25th 2007 [cited on 2022
May 217th] available at : http://
www.emedicine.com/EMERG/topic162.htm - 105k
6. Benson BE., Electrical Burns [online] October 3rd 2006 [cited on 2022
May 17th] available at : http://
www.emedicine.com/PED/topic2734.htm -109k
7. American Burn Association., 2007. Advanced Burn Life Support
Course.
8. American College of Surgeon. 2010. ATLS 9th edition.
9. Hettiararchy, S. and Dziewulski, P. Pathophysiology and types of
burns. BMJ. 2004. June 12; 328(7453):1427-9
10. Gerard & Doherty M.,2006. Current Surgical Diagnosis and Treatment.
Edisi 12. Penerbit : McGraw Hill Companies.New York.
11. Siahaan, Shinta, et all, Profil Penderita Luka Bakar Akibat Listrik Di
BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Agustus 2009 −
Agustus 2012.

21
22

Terdapat beberapa strategi dan intervensi yang dapat dilakukan untuk


mengatasi penggunaan oabat yang tidak rasional.
1. Upaya pendidikan (educational strategies)
Dengan upaya peningkatan mutu calon dokter selama pendidikan dimana
metode pengajaran agar lebih diarahkan pada pebgobatan yang rasional
2. upaya managerial
Yang dapat dilakukan adalah :
- Pengendalian kecukupan obat
- perbaikan sistem suplai
- Pembatasan sistem peresepan
- Pembentukan dan pemberdayaan Komite farmasi dan terapi di RS
- informasi harga
- pengaturan pembiayaan
3. Intervensi regulasi
Strategi regulasi dilakukan dalam bentuk kewajiban registrasi obat bagi
obat jadi yang beredar, pengaturan keharusan peresepan generik,
pelabelan generik dan lain-lain
- Daftar obat esensial nasional : buku yang memuat daftar obat esensial /
obat yang terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan mecakup
diagnosis profilaksis terapi dan rehabilitasi yang diupayakan tersedia di
fasilitas kesehatan sesuai fungsi dan tingkatan.
-Formularium obat : buku yang memuat daftar obat terpilih yang paling
dibutuhkan dan harus tersedia di RS dan fasilitas pelayanan kesehatan
lain.
-upaya informasi : bagi dokter / apoteker : untuk mempermudah dalam
memberikan informasi ilmiah dalam menunjang plaksanaan praktek
keprofesian
Bagi masyarakat :agar memahami

22

Anda mungkin juga menyukai