Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

Electrical Burn Injury

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Kepaniteraan


Ilmu Kedaruratan Medik Rumah Sakit Tk. II RS. Dustira Cimahi
Universitas Jendral Achmad Yani

Disusun Oleh:
Evi Septri Andayani 4151171527

Pembimbing:
Terri Sandi, dr., Sp.B

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI


FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
CIMAHI
2020
BAB I
KASUS
1.1 Identitas Pasien
 No RM : 609198
 Nama : Sdr. S
 Umur : 19 th
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 TTL : Bandung, 12 April 2001
 Alamat : Kp. Cicocok rt 05/03 Citatah Cipatat Bandung Barat
 Tanggal/Jam : 08 Februari 2020 / 12:30 WIB

1.2 Triage

Gambar 1.1 Triage


Red
Yellow
Green

Trauma
Non trauma
Maternity

 Airway: Clear/Unclear
 Breathing: Clear/Unclear
 Circulation: Clear/Unclear
Pasien datang
 Sendiri
 Diantar oleh : Keluarga
Pengkajian Assesment
 Auto Anamnesa
 Allo Anamnesa
Pukul Periksa : 12:30 WIB
Pukul Rawat/Plg/Time care : 15:30 WIB
Petugas Triage : Evi Septri Andayani

1.3 Anamnesis
Keluhan Utama : datang dengan luka bakar
Anamnesis:
Pasien datang dengan luka bakar, pasien datang diantar oleh temannya,
pengakuan temannya pasien terkena strum dan percikan api pada tiang listrik saat
pasien hendak membetulkan aliran listrik pada wifi yang tingginya ± 3 meter,
temannya berada dibawah dan melihat kejadian pasien langsung terjatuh dan seperti
orang kejang-kejang dan setelah itu pasien merintih dan menjerit kesakitan. Keluhan
tidak disertai dengan adanya penurunan kesadaran, tidak ada mual dan muntah, tidak
ada riwayat keluar darah dari hidung maupun telinga.

Riwayat penyakit dahulu:


 Riwayat hipertensi : tidak ada
 Riwayat diabetes melitus : tidak ada
 Riwayat penyakit jantung : tidak ada

1.4 Pemeriksaan Fisik


Kesadaran : CM, GCS 14 ( E: 4 ; M: 5 ; V: 5 )
Keadaan umum: Sakit berat
Berat Badan : 60 kg
Tinggi badan : 164 cm
Tanda vital :
Tekanan darah: 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/m
Respirasi : 24 x/m
Suhu : 36,7 oC
Saturasi : 99% (dengan O2)
Skala Nyeri
• Skala Nyeri= 4 (Nyeri mengganggu)
Resiko Pasien Cedera/Jatuh: Ya/ Tidak
Status fungsional: Mandiri/ perlu bantuan/ alat bantu
Survey Sekunder
Kepala : lihat status lokalis
Mata : Konjungtiva anemis -/-, pupil bulat isokor, Ꝋ 3cm, Refleks cahaya
+/+
Leher : Tidak ada pembesaran KGB, trachea tidak deviasi
Thoraks : Tidak ada kelainan
Abdomen : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : Akral dingin, CRT > 2dtk
Status Lokalis
- Status lokalis a/r frontalis sinistra : vulnus laceratum ukuran 3x1cm dengan dasar
jaringan
- Status lokalis combustion ad region :
1. Leher :4½%
2. Dada : 9%
3. Perut : 9%
4. Tangan kanan : 9 %
5. Tangan kiri :9%
6. Genitalia : 1%
7. Paha kiri : 9%
Jumlah luka bakar : 50 ½ %
Regio leher : tampak eritema, kulit terkelupas, bula (-), nyeri (+)
Regio thoracic tampak eritema, kulit terkelupas, nyeri (+)
Regio antebrachii dextra et sinistra tampak eritema, kulit mengelupas, nyeri (+)
Regio abdomen tampak eritema, kulit terkelupas, bula (-), nyeri (+)
Regio pelvis sinistra tampak eritema, kulit terkelupas, bula (-), nyeri (+)
Regio genitalia tampak eritema, kulit terkelupas, bula (-), nyeri (+)
Regio femoralis sinistra tampak eritema, kulit terkelupas, bula (-), nyeri (+)
Kesimpulan : derajat II B dengan luas 50 ½ %
1.5 Pemeriksaan Penunjang
1.5.1 Laboratorium
- Pemeriksaan (8 Februari 2020)
Hasil Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 15,7 g/dl 13,0-18,0
Eritrosit 5,5 juta/uL 4,0-5,5
Leukosit 19,1 x 10^3/uL 4,0-10,0
Hematokrit 44,0 % 36,0-48,0
Trombosit 438 x 10^3/uL 150-450
Nilai Absolut Eritrosit
MCV 80,3 fL 75,0-100,0
MCH 28,6 Pq 25,0-32,0
MCHC 35,7 g/dL 32,0-36,0
RDW 11,9 % 10,0-16,0
Hitung jenis
Basofil 0,5 % 0,0-1,0
Eosinofil 1,7 % 1,0-4,0
Segmen 38,1 % 50,0-80,0
Limfosit 56,2 % 25,0-50,0
Monosit 3,5 % 4,0-8,0
Kimia Klinik
Elektrolit
Natrium (Na) 140 mmol/L 136-145
Kalium 3,1 mmol/L 3,6-5,2
Klorida 106 mmol/L 98-106
1.5.2 Gambar
1.5.3 Ct Scan
1.6 Diagnosis Kerja
Electrical Burn Injury derajat II B dengan luas 50 ½ %

1.8 Penanganan dan Penilaian Ulang


• Airway : Clear
• Breathing : O2 via nasal kanul 5 L/menit
• Circulation : unclear
• Disability : GCS 14
• Exposure : Clear
• Monitoring :- Keadaan umum
- Tanda Vital
- Pengawasan resiko penurunan kesadaran dan syok

1.9 Penatalaksanaan UGD (Konsul Sp.BP)


- Pemberian O2 4-5 L
- Rawat luka dengan NaCl olesi dengan burnazin zalf
- Inj. Pantoprazol I vial (13.15)
- Inj. Ketorolac drip dalam 100cc NaCl
- Inj. Ceftriaxone I gr
- D5 drip Tramadol I amp (13.20)
- Loading Ringer Laktat 250cc (13.45)
- Ringer Laktat 4400cc/ 24jam
- 2200cc habis dalam 8 jam
- 2200cc habis dalam 16 jam

1.10 Kesimpulan
 Perbaikan
 Stabil √
 Perburukan

1.11 Tindak Lanjut


 Rujuk √
 Rawat
 Pulang Paksa
 Pulang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Electrical injury atau luka akibat arus listrik adalah luka yang disebabkan oleh
trauma listrik, merupakan jenis trauma yang disebabkan oleh adanya persentuhan
dengan benda yang memiliki arus listrik, sehingga dapat menimbulkan luka bakar
sebagai akibat  berubahnya energi listrik menjadi energi panas. Umumnya tanda
utama trauma listrik adalah luka bakar pada kulit. Gambaran makroskopis
kerusakan kulit yang kontak langsung dengan sumber listrik bertegangan rendah
disebut electrical mark . Luka listrik biasanya dapat diamati di titik masuk (entry
point ) maupun titik keluar (exit point).1,2

2.2 Epidemiologi

Dari laporan American Burn Association 2012 dikatakan bahwa angka


morbiditas 96,1% lebih banyak terjadi pada wanita. Berdasarkan tempat kejadian, 69
% di rumah tangga dan 9% di tempat kerja, 7% di jalan raya, 5% di rekreasi atau
olahraga 10% dan lain-lain.1,2,3,4
Jumlah kejadian cedera listrik diperkirakan menimbulkan 1000 kematian
pertahun dan sekitar 3000 orang yang dirawat di rumah sakit di Amerika Serikat.
Diperkirakan 20% kejadian luka listrik terjadi pada anak-anak, jumlah terbanyak
pada usia balita.1 Luka bakar listrik kebanyakan terjadi pada anak-anak saat di rumah.
Pada orang dewasa, kebanyakan kecelakaan luka bakar terjadi di tempat kerja dan
menjadi tempat keempat tertinggi yang mengancam jiwa. Lebih dari 50 % pekerja
elektrik mendapat luka dari kabel listrik, dan 25% berasal dari alat elektrik. Rasio
laki-laki dan perempuan sebanyak 9 : 1.1,2

2.3 Klasifikasi
Luka bakar listrik dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Kontak langsung  pemanasan elektrothermal  


b. Kontak tidak langsung 
bunga api listrik (arc) 
nyala api listrik (flame) 
kilatan listrik (flash)

Pemanasan jaringan sekunder untuk menyebabkan arus luka


bakar electrothermal. Biasanya luka bakar ini adalah hasil dari aliran
listrik  bertegangan rendah pada daerah yang terbatas. Aliran yang terus-
menerus saat ini dapat menyebabkan luka bakar yang signifikan di mana saja di
sepanjang  jalan saat ini. Biasanya lesi kulit luka bakar electrothermal yang berbatas
tegas, deep- parsial untuk luka bakar full-thickness.1,2,5

Yang paling merusak dari cedera tidak langsung terjadi ketika korban terkena
dari percikan bunga listrik. Bunga api listrik adalah percikan yang terbentuk antara
dua benda bertegangan yang tidak bersentuhan satu sama lain, biasanya merupakan
sumber yang bertegangan tinggi dan tanah. Karena suhu  bunga api listrik adalah
sekitar 2500 °C, menyebabkan luka bakar yang sangat mendalam pada titik di mana
terjadi kontak dengan kulit. Dalam keadaan lengkung, luka bakar dapat disebabkan
oleh panas dari busur itu sendiri,  pemanas electrothermal akibat arus aliran, atau
dengan api yang dihasilkan dari  pembakaran pakaian.1,2,5

Berdasarkan American Burn Association luka bakar diklasifikasikan


berdasarkan kedalaman, luas permukaan, dan derajat ringan luka  bakar.Berdasarkan
luas permukaan luka bakar
Gambar 2. Rule of nine
Luas luka tubuh dinyatakan sebagai persentase terhadap luas permukaan tubuh
atau Total Body Surface Area (TBSA). Untuk menghitung secara cepat dipakai Rules
of Nine atau Rules of Walles dari Walles. Perhitungan cara ini hanya dapat
diterapkan pada orang dewasa, karena anak-anak mempunyai  proporsi tubuh yang
berbeda. Pada anak-anak dipakai modifikasi Rule of Nines menurut Lund and
Browder, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.1,2,4

Bedasarkan derajat ringan luka bakar menurut American Burn Association : 2,8 

a. Luka Bakar Ringan 

- Luka bakar derajat II < 5% ii.


- Luka bakar derajat II 10% pada anak iii.
- Luka bakar derajat II < 2%
b. Luka Bakar Sedang 

- Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa 
- Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak 
- Luka bakar derajat III < 10%
 c. Luka Bakar Berat 

- Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa
- Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak 
- Luka bakar derajat III 10% atau lebih 
- Luka bakar mengenai tangan, telinga, mata, kaki, dan genitalia/perineum  
- Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

2.4 Etiologi
Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin, ataupun zat kimia.
Ketika kulit terkena panas, maka kedalaman luka dipengaruhi oleh derajat panas,
durasi kontak panas pada kulit dan ketebalan kulit.
1) Luka Bakar Termal (Thermal Burns)
Luka bakar termal disebabkan oleh air panas (scald), jilitan api ke tubuh (flash),
koboran api ke tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-
objek panas lainnya (misalnya plastik logam panas dan lain-lain). 1,4
2) Luka Bakar Zat Kimia (Chemical Burns)
Luka bakar kimia biasanya disebabaka oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih yang sering
digunakan untuk keperluan rumah tangga. 1,4
3) Luka Bakar Listrik (Electrical Burns)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan.
Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling
rendah; dalam hal ini cairan. Kerusakan terutama pada pembuluh darah,
khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal.
Seringkali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan
sumber arus maupun ground. 1,2,4
Trauma listrik terjadi saat seseorang menjadi bagian dari sebuah perputaran
aliran listrik atau bisa disebabkan pada saat berada dekat dengan sumber listrik.
Secara umum ada 2 jenis tenaga listrik, yaitu :4
1.Tenaga listrik alam, seperti petir
2.Tenaga listrik buatan, seperti arus listrik searah (DC) contohnya baterai dan
arus listrik bolak balik (AC) contohnya listrik PLN di rumah atau pabrik

4) Luka Bakar Radiasi (Radiation Exposure)


Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
luka bakar ini sering disebabkan oleh penggunaaan radioaktif untuk keperluan
terapeutik dalam kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang
terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi. 1,4,7, 10
Gambar 3. Tipe luka bakar
2.5 Patofisiologi
Respon Lokal
Terdapat 3 zona luka bakar menurut Jackson yaitu: 1
1. Zona Koagulasi
Merupakan daerah yang langsung mengalami kontak dengan sumber
panas dan terjadi nekrosis dan kerusakan jaringan yang irevisibel disebabkan
oleh koagulasi constituent proteins.

2. Zona Stasis
Zona stasis berada sekitar zona koagulasi, di mana zona ini mengalami
kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit, leukosit sehingga penurunan
perfusi jaringan diikuti perubahan permeabilitas kapiler(kebocoran vaskuler)
dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selam 12-24 jam pasca
cedera, dan mungkin berkakhir dengan nekrosis jaringan. 1

3. Zona Hiperemia

Pada zona hiperemia terjadi vasodilatasi karena inflamasi, jaringannya


masih viable. Proses penyembuhan berawal dari zona inikecuali jika terjadi
sepsi berat dan hipoperfusi yang berkepanjangan.1
Gambar 4. Zona luka bakar Jackson dan efeknya terhadap resusitasi
adekuat dan inadekuat. (1)

Elektron mengalir dalam tubuh secara abnormal sehingga menghasilkan cedera


atau kematian melalui depolarisasi otot dan saraf, inisiasi abnormal irama elektrik
pada jantung dan otak atau menghasilkan luka bakar elektrik internal maupun
eksternal melalui panas dan pembentukan pori di membran sel.2,4

Arus yang melalui otak, baik voltase rendah maupun tinggi mengakibatkan
penurunan kesadaran segera karena depolarisasi saraf otak. Arus bolak balik (AC)
dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel jika jalurnya melalui dada.5 Aliran listrik yang
lama mengakibatkan kerusakan iskemik otak yang diikuti dengan gangguan nafas.3,6

Cedera bisa berupa luka bakar ringan sampai kematian, tergantung kepada:
1. Jenis dan kekuatan arus listrik.
Secara umum, arus searah (DC) tidak terlalu berbahaya jika dibandingkan
dengan arus bolak-balik (AC). Efek AC pada tubuh manusia sangat tergantung
kepada kecepatan berubahnya arus (frekuensi), yang diukur dalam satuan
siklus/detik (hertz). Arus frekuensi rendah (50-60 hertz) lebih berbahaya dari arus
frekuensi tinggi dan 3-5 kali lebih berbahaya dari DC pada tegangan (voltase) dan
kekuatan (ampere) yang sama. 2,3,4

DC cenderung menyebabkan kontraksi otot yang kuat, yang seringkali


mendorong jauh/melempar korbannya dari sumber arus. AC sebesar 60 hertz
menyebabkan otot terpaku pada posisinya, sehingga korban tidak dapat
melepaskan genggamannya pada sumber listrik. Akibatnya korban terkena
sengatan listrik lebih lama sehingga terjadi luka bakar yang berat.2,3,6

Biasanya semakin tinggi tegangan dan kekuatannya, maka semakin besar


kerusakan yang ditimbulkan oleh kedua jenis arus listrik tersebut. Kekuatan arus
listrik diukur dalam ampere. 1 miliampere (mA) sama dengan 1/1,000 ampere.
Pada arus serendah 60-100 mA dengan tegangan rendah (110-220 volt), AC 60
hertz yang mengalir melalui dada dalam waktu sepersekian detik bisa
menyebabkan irama jantung yang tidak beraturan, yang bisa berakibat fatal. Arus
bolak-balik lebih dapat menyebabkan aritmia jantung dibanding arus searah. Arus
dari AC pada 100 mA dalam seperlima detik dapat menyebabkan fibrilasi
ventrikel dan henti jantung. 2,3,4

Efek yang sama ditimbulkan oleh DC sebesar 300-500 mA.


Jika arus langsung mengalir ke jantung, misalnya melalui sebuah pacemaker,
maka bisa terjadi gangguan irama jantung meskipun arus listriknya jauh lebih
rendah (kurang dari 1 mA).2

2. Ketahanan tubuh terhadap arus listrik


Resistensi adalah kemampuan tubuh untuk menghentikan atau memperlambat
aliran arus listrik. Resistensi jaringan, adalah sebagai berikut.

- Resistensi rendah: Saraf, Darah, Membran mukosa, Otot

- Resistensi sedang: Kulit kering, Tendon, Jaringan lemak

- Resistensi tinggi: Tulang

Kebanyakan resistensi tubuh terpusat pada kulit dan secara langsung


tergantung kepada keadaan kulit. Resistensi kulit yang kering dan sehat rata-rata
adalah 40 kali lebih besar dari resistensi kulit yang tipis dan lembab. 2 Resistensi
kulit yang tertusuk atau tergores atau resistensi selaput lendir yang lembab
(misalnya mulut, rektum atau vagina), hanya separuh dari resistensi kulit utuh
yang lembab. Resistensi dari kulit telapak tangan atau telapak kaki yang tebal
adalah 100 kali lebih besar dari kulit yang lebih tipis. Arus listrik banyak yang
melewati kulit, karena itu energinya banyak yang dilepaskan di permukaan. Jika
resistensi kulit tinggi, maka permukaan luka bakar yang luas dapat terjadi pada
titik masuk dan keluarnya arus, disertai dengan hangusnya jaringan diantara titik
masuk dan titik keluarnya arus listrik.5
3. Adanya hubungan dengan bumi

Sehubungan dengan faktor tahanan, maka orang yang berdiri pada tanah yang
basah tanpa alas kaki, akan lebih berbahaya daripada orang yang berdiri dengan
mengggunakan alas sepatu yang kering, karena pada keadaan pertama tahanannya
rendah.1,2

4. Lamanya waktu kontak dengan konduktor

Makin lama korban kontak dengan konduktor maka makin banyak jumlah
harus yang melalui tubuh sehingga kerusakan tubuh akan bertambah besar dan
luas. Dengan tegangan yang rendah akan terjadi spasme otot-otot sehingga korban
malah menggenggam konduktor. Akibatnya arus listrik akan mengalir lebih lama
sehingga korban jatuh dalam keadaan syok yang mematikan Sedangkan pada
tegangan tinggi, korban segera terlempar atau melepaskan konduktor atau
sumberlistrik yang tersentuh, karena akibat arus listrik dengan tegangan tinggi
tersebut dapat menyebabkan timbulnya kontraksi otot, termasuk otot yang
tersentuh aliran listrik tersebut.1,2,5

5. Aliran arus listrik


Adalah tempat-tempat pada tubuh yang dilalui oleh arus listrik sejak masuk
sampai meninggalkan tubuh. Arus listrik paling sering masuk melalui tangan,
kemudian kepala; dan paling sering keluar dari kaki.
Arus listrik yang mengalir dari lengan ke lengan atau dari lengan ke tungkai
bisa melewati jantung, karena itu lebih berbahaya daripada arus listrik yang
mengalir dari tungkai ke tanah. Letak titik masuk arus listrik (point of entry) dan
letak titik keluar bervariasi sehingga efek dari arus listrik tersebut bervariasi dari
ringan sampai berat. Arus listrik masuk dari sebelah kiri bagian tubuh lebih
berbahaya daripada jika masuk dari sebelah kanan. Bahaya terbesar bisa timbul
jika jantung atau otak berada dalam posisi aliran listrik tersebut. Bumi dianggap
sebagai kutub negatif. Orang yang tanpa alas kaki lebih berbahaya kalau terkena
aliran listrik,alas kaki dapat berfungsi sebagai isolator, terutama yang terbuat dari
karet.1,2,5

2.6 Gejala Klinis

Gejalanya tergantung kepada interaksi yang rumit dari semua sifat arus listrik.
Suatu kejutan dari sebuah arus listrik bisa mengejutkan korbannya sehingga dia
terjatuh atau menyebabkan terjadinya kontraksi otot yang kuat. Kedua hal tersebut
bisa mengakibatkan dislokasi, patah tulang dan cedera tumpul. Kesadaran bisa
menurun, pernafasan dan denyut jantung bisa lumpuh. Luka bakar listrik bisa terlihat
dengan jelas di kulit dan bisa meluas ke jaringan yang lebih dalam.8

1. Kepala dan Leher

Kepala adalah titik kontak utama untuk cedera tegangan tinggi, dan pasienmungkin
menunjukkan luka bakar serta kerusakan neurologis. Katarak timbul di sekitar 6 %
kasus cedera tegangan tinggi, terutama bila tersengat listrikdi sekitar kepala.
Meskipun katarak mungkin hadirlebih cepat atau lambat setelah kecelakaan itu,
katarak biasanya muncul beberapa bulansetelah kejadian. Ketajaman visual dan
pemeriksaan funduskopi harus dilakukanpada kemudian hari. Pasien harus segera
dirujuk ke dokter mata untuk mengetahui kemungkinan terjadinya katarak ini.8

2. Sistem kardiovaskular

Serangan jantung, baik dari detak jantung atau fibrilasi ventrikel, adalah kondisi
umum yang akan terjadi dalam kecelakaan listrik. Pada Elektrokardiografi (EKG)
ditemukan sinus takikardi, sementara elevasi segmen ST, QT reversibelsegmen
perpanjangan, kontraksi ventrikel prematur, fibrilasi atrium, danbundel branch
block. Infark miokard akut dilaporkan tetapi relatif jarang. Kerusakan otot rangka
dapat menghasilkan peningkatan fraksi CPK-MB, mengarah pada diagnosis palsu
infark miokard dalam beberapa pengaturan.8
3. Kulit

Selain serangan jantung, luka yang paling dahsyat yang terjadi saat cedera listrik
adalah kulit terbakar, yang paling parah pada luka masuk dan tubuh yang kontak
dengan tanah. Bagian tubuh yang paling sering dari terkena kontak dengan sumber
listrik ialah tangan dan tengkorak. Daerah yang paling sering dari tanah adalah
tumit. Seorang pasien mungkin memiliki beberapa luka masuk dan titik kontak
dengan tanah. Luka bakar di listrik yang parah sering muncul keluhan seperti rasa
sakit, depresi, kuning abu-abu, belang-belang daerah dengan pusat nekrosis, atau
daerah yang mengeras seperti mumi. Arus tegangan tinggi seringmengalir pada
internal tubuh dan dapat membuat kerusakan otot besar. Jika kontak dalam singkat.
Namun, arus minimal mungkin terjadi dan kerusakan kulit terlihat mungkin
mewakili hampir semua kerusakan. Seseorang sebaiknya tidak mencoba untuk
memprediksi jumlah kerusakan jaringan di bawahnya dari jumlah keterlibatan kulit.
Cedera listrik yang paling umum terlihat pada anak-anak kurang dari 4 tahun adalah
mulut luka bakar yang terjadi dari mengisap pada kabel ekstensi listrik rumah
tangga. Luka-luka bakar biasanya merupakan luka bakar busur lokal, mungkin
melibatkan orbicularis oris otot, dan sangat mengkhawatirkan ketika komisura yang
terlibat karena dari kemungkinan deformitas kosmetik. Sebuah risiko yang
signifikan pendarahan tertunda dari arteri labial ada ketika memisahkan escar .
Kerusakan pertumbuhan dilaporkan , dan biasanya dirujuk ke bedah mulut.8

Pada kulit terjadi escar yang bisa menyebabkan timbulnya sindrom kompartemen.
Syndrom kompartemen adalah suatu kondiri dimana terjadi peningkatan tekannan
insterstitial pada kompartemen osteofasial yang tertutup. Sehingga mengakibatkan
berkurangnya perfusi jaringan dan tekanan oksigen pada jaringan.

Gejala klinis yang umumnya ditemukan pada sindroa kompartemen meliputi:


 Pain : nyeri pada saat peregangan pasif pada otot-otot yang terkena
 Pallor : kulit terasa dingin jika dipalpasi, warna kulit biasanya pucat
 Parastesia : biasanya terasa panas dan gatal pada daerah lesi
 Paralisis : diawali dengan ketidak mampuan untuk menggerakkan sendi
 Pulselesness : berkurang atau hilangnya denyut nadi akibat adanya gangguan
perfusi arterial.
Dalam cedera tegangan tinggi, nekrosis otot dapat meluas ke tempat yang jauh dari
luka kulit yang terlihat, dan kompartemen sindrom terjadi sebagai akibat dari
pembuluh darahiskemia dan edema otot. Dekompresi fasciotomy atau amputasi
sering diperlukan karena kerusakan jaringan yang luas.8,10

4. Ekstrimitas

Pelepasan mioglobin yang banyakdari otot yang rusak dapat menyebabkan


kerusakan Myoglobinuria. Vascular ginjal dari energi listrik bisa menjadi jelas
setiap saat isi ulang kapiler harus dikaji dan didokumentasikan dalam semua
ekstremitas, dan pemeriksaan neurovaskular harus sering diulang. Karena arteri
adalah sistem high-flow, panas dapat hilang cukup baik dan menyebabkan sedikit
kerusakan awal jelas tapi hasilnya dalam kerusakan berikutnya. Pembuluh darah, di
sisi lain, adalah sistem aliran rendah, yang memungkinkan energi panas untuk
menyebabkan pemanasan lebih cepat dari darah, dengan akibat trombosis .
Akibatnya, ekstremitas mungkin muncul pembengkakan pada awalnya. Dengan
luka parah, seluruh ekstremitas mungkin muncul pengerasan ketika semua elemen
jaringan, termasuk arteri, mengalami koagulasi nekrosis. Kerusakan pada dinding
pembuluh pada saat cedera juga dapat mengakibatkan tertundatrombosis dan
perdarahan, terutama dalam arteri kecil pada otot .8

2.7 Pemeriksaan Penunjang


- Pemeriksaan darah lengkap, golongan darah dan crossmatch, kadar
karboksihemoglobin, gula darah, elektrolit, analisa gas darah.
- Pemeriksaan foto toraks dapat dilakukan beberapa kali jika diperlukan
2.8 Penatalaksanaan
1. Prehospital
Hal pertama yang harus dilakukan jika menemukan pasien luka bakar di
tempat kejadian adalah menghentikan proses kebakaran. Maksudnya adalah
membebaskan pasien dari pajanan atau sumber dengan memperhatikan
keselamatan diri sendiri. Bahan yang meleleh atau menempel pada kulit tidak
bisa dilepaskan. Air suhu kamar dapat disiriamkan ke atas luka dalam waktu 15
menit sejak kejadian, namun air dingin tidak dapat diberikan untuk mencegah
terjadinya hipotermia dan vasokonstriksi. (1,2,4,7,10)
2. Burn Resusitasi
Burn shock akan berkembang menjadi hypovolemi dan penghancuran jaringan
selular. Karakteristik dari tipe shock ini adalah penurunan cardiac output dan
volume plasma dan terjadi peningkatan cairan ekstraseluler, edema dan oligouria.
3. Resusitasi jalan nafas
Bertujuan untuk mengupayakan suplai oksigen yang adekuat. Pada luka
bakar dengan kecurigaan cedera inhalasi, tindakan intubasi dikerjakan sebelum
edema mukosa menimbulkan manifestasi obstruksi. Sebelum dilakukan intubasi,
oksigen 100% diberikan dengan menggunakan face mask. Intubasi bertujuan
untuk mempertahankan patensi jalan napas, fasilitas pemeliharaan jalan napas
(penghisapan sekret) dan broncoalveolar lavage. Krikotiroidotomi masih
menjadi perdebatan karena dianggap terlalu agresif dan morbiditasnya lebih
besar dibandingkan intubasi. Krikotiroidotomi dilakukan pada kasus yang
diperkirakan akan lama menggunakan ETT yaitu lebih dari 2 minggu pada luka
bakar luas yang disertai cedera inhalasi. Kemudian dilakukan pemberian oksigen
2-4 liter/menit melalui pipa endotracheal. Terapi inhalasi mengupayakan suasana
udara yang lebih baik disaluran napas dengan cara uap air menurunkan suhu
yang meningkat pada proses inflamasi dan mencairkan sekret yang kental
sehingga lebih mudah dikeluarkan. Pada cedera inhalasi perlu dilakukan
pemantauan gejala dan distres pernapasan. Gejala dan tanda berupa sesak,
gelisah,takipneu, pernapasan dangkal, bekerjanya otot-otot bantu pernapasan dan
stridor. Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah analisa gas darah
serial dan foto thorax.(1,2,4,7,10)
4. Resusitasi cairan
Tujuan resusitasi cairan pada syok luka bakar adalah:
 Preservasi reperfusi yang adekuat dan seimbang diseluruh pembuluh vaskuler
regional sehingga tidak terjadi iskemia jaringan
 Minimalisasi dan eliminasi pemberian cairan bebas yang tidak diperlukan.
 Optimalisasi status volume dan komposisi intravaskuler untuk menjamin survival
seluruh sel
 Minimalisasi respon inflamasi dan hipermetabolik dan mengupayakan stabilisasi
pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologis. (1,4,7,10)
a. Jenis cairan
Terdapat tiga jenis cairan secara umum yaitu kristaloid, cairan hipertonik
dan koloid: (1,4,7,10)
Larutan kristaloid
Larutan ini terdiri atas cairan dan elektrolit. Contoh larutan ini adalah
Ringer Laktat dan NaCl 0,9%. Komposisi elektrolit mendekati kadarnya dalam
plasma atau memiliki osmolalitas hampir sama dengan plasma. Pada keadaan
normal, cairan ini tidak hanya dipertahankan di ruang intravaskular karena cairan
ini banyak keluar ke ruang interstisial. Pemberian 1 L Ringer Laktat (RL) akan
meningkatkan volume intravaskuer 300 ml. (1,4,7,10)

Larutan hipertonik
Larutan ini dapat meningkatkan volume intravaskuler 2,5 kali dan
penggunaannya dapat mengurangi kebutuhan cairan kristaloid. Larutan garam
hiperonik tersedia dalam beberapa konsentrasi, yaitu NaCl 1,8%, 3%, 5 %, 7,5%
dan 10%. Osmolalitas cairan ini melebihi cairan intraseluler sehingga cairan akan
berpindah dari intraseluler ke ekstraseluler. Larutan garam hipertonik
meningkatkan volume intravaskuler melalui mekanisme penarikan cairan dari
intraseluler. (1,4,7,10)

Larutan koloid
Contoh larutan koloid adalah Hydroxy-ethyl starch (HES) dan Dextran.
Molekul koloid cukup besar sehingga tidak dapat melintasi membran kapiler,
oleh karena itu sebagian akan tetap dipertahankan didalam ruang intravaskuler.
Pada luka bakar dan sepsis, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler sehingga
molekul akan berpindah ke ruang interstisium. Hal ini akan memperburuk edema
interstisium yang ada. (1,3.6, 8)
HES merupakan suatu bentuk hydroxy-substitued amilopectin sintetik,
HES berbentuk larutan 6% dan 10% dalam larutan fisiologik. T ½ dalam plasma
selama 5 hari, tidak bersifat toksik, memiliki efek samping koagulopati namun
umumnya tidak menyebabkan masalah klinis. HES dapat memperbaiki
permeabilitas kapiler dengan cara menutup celah interseluler pada lapisan
endotel sehingga menghentikan kebocoran cairan, elektrolit dan protein.
Penelitian terakhir mengemukakan bahwa HES memiliki efek antiinflamasi
dengan menurunkan lipid protein complex yang dihasilkan oleh endotel, hal ini
diikuti oleh perbaikan permeabilitas kapiler. Efek antiinflamasi diharapkan dapat
mencegah terjadinya SIRS. (1,4,7,10)
b. Dasar pemilihan Cairan
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan cairan adalah
efek hemodinamik, distribusi cairan dihubungkan dengan permeabilitas kapiler,
oksigen, PH buffering, efek hemostasis, modulasi respon inflamasi, faktor
keamanan, eliminasi praktis dan efisien. Jenis cairan terbaik untuk resusitasi
dalam berbagai kondisi klinis masih menjadi perdebatan terus diteliti. Sebagian
orang berpendapat bahwa kristaloid adalah cairan yang paling aman digunakan
untuk tujuan resusitasi awal pada kondisi klinis tertentu. Sebagian pendapat
koloid bermanfaat untuk entitas klinik lain. Hal ini dihubungkan dengan
karakteristik masing-masing cairan yang memiliki kelebihan dan kekurangan.
Pada kasus luka bakar, terjadi kehilangan ciran di kompartemen interstisial
secara masif dan bermakna sehingga dalam 24 jam pertama resusitasi dilakukan
dengan pemberian cairan kristaloid. (1,4,7,10)
c. Penentuan jumlah cairan
Untuk melakukan resusitasi dengan cairan kristaloid dibutuhkan tiga
sampai empat kali jumlah defisit intravaskuler. 1 L cairan kristaloid akan
meningkatkan volume intravaskuler 300 ml. Kristaloid hanya sedikit
meningkatkan cardiac output dan memperbaiki transpor oksigen.(1,4,7,10)

Penatalaksanaan dalam 24 jam pertama


Resusitasi syok menggunakan Ringer laktat atau ringer asetat,
menggunakan beberapa jalur intravena. Pemberian cairan pada syok atau kasus
luka bakar > 25-30% atau dijumpai keterlambatan > 2 jam. Dalam <4 jam
pertama diberikan cairan kristaloid sebanyak 3[25%(70%xBBkg)] ml. 70%
adalah volume total cairan tubuh, sedangkan 25% dari jumlah minimal
kehilangan cairan tubuh dapat menimbulkan gejala klinik sidrom syok. (1,4,7,10)
Pada resusitasi cairan tanpa adanya syok atau kasus luka bakar luas < 25-
30%, tanpa atau dijumpai keterlambatan < 2 jam. Kebutuhan dihitung
berdasarkan rumus baxter 3-4 ml/kgBB/% LB. (1,4,7,10)
Metode Parkland merupakan metode resusitasi yang paling umum
digunakan pada kasus luka bakar, menggunakan cairan kristaloid. Metode ini
mengacu pada waktu iskemik sel tubulus ginjal < 8 jam sehingga lebih tepat
diterapkan pada kasus luka bakar yang tidak terlalu luas tanpa keterlambatan.
(1,4,7,10)
Pemberian cairan menurut formula Parkland adalah sebagai berikut: (1,4,7,10)
 Pada 24 jam pertama: separuh jumlah cairan diberikan dalam 8 jampertama,
sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada bayi, anak dan orang tua,
kebutuhan cairan adalah 4 ml. Bila dijumpai cedera inhalasi maka kebutuhan
cairan 4 ml ditambah 1% dari kebutuhan.
 Penggunaan zat vasoaktif (dopamin dan dobutamin) dengan dosis 3 mg/kgBB
dengan titrasi atau dilarutkan dalam 500ml Glukosa 5% jumlah tetesan dibagi
rata dalam 24 jam.
 Pemantauan untuk menilai sirkulasi sentral melalui tekanan vena sentral
(minimal 6-12cm H20) sirkulasi perifer (sirkulasi renal). Jumlah produksi urin
melalui kateter, saat resusitasi (0,5- 1ml /kg BB/jam maka jumlah cairan
ditingkatkan 50% dari jam sebelumnya.
 Pemeriksaan fungsi renal (ureum, kreatinin) dan urinalisis (berat jenis dan
sedimen).
 Pemantauan sirkulasi splangnikus dengan menilai kualitas dan kuantitas cairan
lambung melaui pipa nasogastrik. Jika , 200ml tidak ada gangguan pasase
lambung, 200-400ml ada gangguan ringan, >400 ml gangguan berat. (1,4,7,10)

Penatalaksanaan 24 jam kedua


 Pemberian cairan yang menggunakan glukosa dan dibagi rata dalam 24 jam.
Jenis cairan yang dapat diberikan adalah glukosa5% atau 10% 1500-2000 ml.
Batasan ringer laktat dapat memperberat edema interstisial.
 Pemantauan sirkulasi dengan menilai tekanan vena pusat dan jumlah produksi
uin <1-2 ml/kgBB/jam,berikan vasoaktif samapi 5 mg/kgBB
 Pemantauan analisa gas darah, elektrolit(1,4,7,10)

Penatalaksanaan setelah 48 jam


 Cairan diberikan sesuai kebutuhan maintanance
 Pemantauan sirkulasi dengan menilai produksi urin (3-4 ml/kgBB), hemoglobin
dan hematokrit. (1,4,7,10)

Rumus Baxter:
Pada dewasa:
 Hari I: 3-4 ml x kgBB x % luas luka bakar
 Hari II:Koloid: 200-2000 cc + glukosa 5%
Pemberian cairan ½ volume pada 8 jam pertama dan ½ volume diberikan
16jamberikutnya.

Pada anak:
 Hari I:
RL:dex 5% = 17:3
(2cc x kgBB x % luas luka bakar) + keb. faal
Kebutuhan Faal:
<1 thn = kgBB X 100cc
5-15 thn = kgBB X 75cc
>15 thn = kgBB X 50cc
 Hari II: sesuai kebutuhan faal

Formula Parkland: (1,4,7,10)


 Hari I (24jam pertama):
8 jam pertama: [0,5 x (4 cc x kgBB x % TBSA )] / 8 jam =cc/jam
16 jam kedua: [0,5 X (4 cc x kg BB x % TBSA)] / 16 jam = cc/jam
 Penambahan cairan rumatan pada anak :
4 cc/kgBB/jam dalam 10 kg pertama
2 cc/kg BB/jam dalam 10 kg kedua (11-20kg)
1 cc/kgBB/jam untuk tiap >20kg
Bila dijumpai cedera inhalasi maka kebutuhan cairan 4 ml ditambah 1% dari
kebutuhan.Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari
produksi urin yaitu pada dewasa 0,5-1,0 cc/kg/jam dan pada anak 1,0-1,5
cc/kg/jam. (1,4,7,10)

5. Perawatan luka
Perawatan luka dilakukan setelah tindakan resusitasi jalan napas,
mekanisme bernapas dan resusitasi cairan dilakukan. Tindakan meliputi
debridement secara alami, mekanik (nekrotomi) atau tindakan bedah (eksisi),
pencucian luka, wound dressing dan pemberian antibiotik topikal . Tujuan
perawatan luka adalah untuk menutup luka dengan mengupaya proses
reepiteliasasi, mencegah infeksi, mengurangi jaringan parut dan kontraktur dan
untuk menyamankan pasien. Debridement diusahakan sedini mungkin untuk
membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan
setelah keadaan penderita stabil, karena merupakan tindakan yang cukup berat.
Untuk bullae ukuran kecil tindakannya konservatif sedangkan untuk ukuran
besar(>5cm) dipecahkan tanpa membuang lapisan epidermis diatasnya. (1,4,7,10)
Pengangkatan keropeng (eskar) atau eskarotomi dilakukan juga pada luka
bakar derajat III yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh sebab pengerutan
keropeng(eskar) da pembengkakan yang terus berlangsung dapat mengakibatkan
penjepitan (compartment syndrome) yang membahayakan sirkulasi sehingga
bahgian distal iskemik dan nekrosis(mati). Tanda dini penjepitan (compartment
syndrome) berupa nyeri kemudian kehilangan daya rasa (sensibilitas) menjadi
kebas pada ujung-ujung distal. Keaadan ini harus cepat ditolong dengan
membuat irisan memanjang yang membuka keropeng sampai penjepitan bebas.
(1,4,7,10)

Pencucian luka dilakukan dengan hidroterapi yaitu memandikan pasien


atau dengan air hangat mengalir dan sabun mandi bayi. Lalu luka dibalut dengan
kasa lembab steril dengan atau tanpa krim pelembap. Perawatan luka tertutup
dengan occlusive dressing untuk mencegah penguapan berlebihan. Penggunaan
tulle (antibiotik dalam bentuk sediaan kasa) berfungsi sebagai penutup luka yang
memfasilitasi drainage dan epitelisasi. Sedangkan krim antibiotik diperlukan
untuk mengatasi infeksi pada luka. (1,4,7,10)
6. Lain-lain
Pemberian antibiotik pada kasus luka bakar bertujuan sebagai profilaksis
infeksi dan mengatasi infeksi yang sudah terjadi. Dalam3-5 hari pertana populasi
kuman yang sering dijumpai adalah bakteri Gram positif non-patogen.Sedangkan
hari 5-10 adalah bakteri Gram negative patogen. Dalam 1-3 hari pertama pasca
cedera, luka masih dalam keadaan steril sehingga tidak diperlukan antibiotik.
Beberapa antibiotik topikal yang dapat digunakan adalah silver sulfadiazine 1%,
silver nitrate dan mafenide (sulfamylon) dan xerofom/bacitracin. Antasida
diberikan untuk pencegahan tukak beban (tukak stress/stress ulcer), antipiretik
bila suhu tinggi dan analgetik bila nyeri. (1,4,7,10)
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan
keseimbnagan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2500-
3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Kalau perlu makanan diberikan
melalui enteral atau ditambah dengan nutrisi parenteral. Pemberian nutrisi enteral
dini melalui nasaogastik dalam 24 jam pertama pasca cedera bertujuan untuk
mencegah terjadinya atrofi mukosa usus. Pemberian enteral dilakukan dengan
aman bila Gastric Residual Volume (GRV) <150 ml/jam yang menandakan
pasase saluran cerna baik. (1,4,7,10)
Penderita yang sudah mulai stabil keadaannya perlu fisioterapi untuk
memperlancarkan peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi. Kalau perlu
sendi diistirahatkan dalam posisi fungsional degan bidai.Penderita luka bakar
luas harus dipantau terus menerus. Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat
dari diuresis normal yaitu 1ml/kgBB/jam. Yang penting juga adalah sirkulasi
normal atau tidak dengan menilai produksi urin,analisa gas darah, elektrolit,
hemoglobin dan hematokrit. (1,4,7,10)

2.9 Komplikasi
Komplikasi pada luka bakar dibagi menjadi dua, yaitu komplikasi saat
perawatan kritis atau akut dan komplikasi yang berhubungan dengan eksisi dan
grafting.Kompilkasi yang dapat terjadi pada masa akut adalah SIRS, sepsis dan
MODS.Selain itu komplikasi pada gastrointestinal juga dapat terjadi,ss yaitu atrofi
mukosa, ulserasi dan perdarahan mukosa, motilitas usus menurun dan ileus. Pada
ginjal dapat terjadi acute tubular necrosis karena perfusi ke renal menurun. Skin graft
loss merupakan komplikasi yang sering terjadi, hal ini disebabkan oleh hematoma,
infeksi dan robeknya graft. Pada fase lanjut suatu luka bakar, dapat terjadi jaringan
parut pada kulit berupa jaringan parut hipertrofik., keloid dan kontraktur.Kontraktur
kulit dapat menganggu fungsi dan menyebabkan kekeauan sendi. Kekakuan sendi
memerlukan program fisioterapi yang intensif dan kontraktur memerlukan tindakan
bedah. (1,4,7,10)

2.10 Prognosis
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan
badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan kecepatan
pengobatan medikamentosa. Luka bakar minor ini dapat sembuh 5-10 hari tanpa
adanya jaringan parut. Luka bakar moderat dapat sembuh dalam 10-14 hari dan
mugkin dapat menimbulkan luka parut. Jaringan parut akan membatasi gerakan dan
fungsi. Dalam beberapa kasus, pembedahan dapat diperlukan untuk membuang
jaringan parut.

DAFTAR PUSTAKA
1. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
2. EGC. Jakarta. p 66-88.

2. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12.


McGraw-Hill Companies. New York. p 245-259

3. Benjamin C. Wedro. Agustus 2014. First Aid for Burns.


http://www.medicinenet.com.

4. Hoediyanto.H, 2008. Trauma Listrik. Universitas Airlangga. Surabaya.


http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/Tr.%20Listrik.pdf

5. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier.


Philadelphia. p 118-129
6. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12.
McGraw-Hill Companies. New York. p 245-259
7. Jerome FX Naradzay. November 2006. Burns, Thermal.http: // www.
emedicine. com/ med/
8. Mayo clinic staff. Januari 2008. Burns First Aids.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus.
9. Benjamin C. Wedro. Agustus 2008. First Aid for Burns.
http://www.medicinenet.com.
10. James H. Holmes., David M. heimbach. 2005. Burns, in : Schwartz’s
Principles of Surgery. 18th ed. McGraw-Hill. New York. p.189-216

Anda mungkin juga menyukai