Disusun Oleh:
Evi Septri Andayani 4151171527
Pembimbing:
Terri Sandi, dr., Sp.B
1.2 Triage
Trauma
Non trauma
Maternity
Airway: Clear/Unclear
Breathing: Clear/Unclear
Circulation: Clear/Unclear
Pasien datang
Sendiri
Diantar oleh : Keluarga
Pengkajian Assesment
Auto Anamnesa
Allo Anamnesa
Pukul Periksa : 12:30 WIB
Pukul Rawat/Plg/Time care : 15:30 WIB
Petugas Triage : Evi Septri Andayani
1.3 Anamnesis
Keluhan Utama : datang dengan luka bakar
Anamnesis:
Pasien datang dengan luka bakar, pasien datang diantar oleh temannya,
pengakuan temannya pasien terkena strum dan percikan api pada tiang listrik saat
pasien hendak membetulkan aliran listrik pada wifi yang tingginya ± 3 meter,
temannya berada dibawah dan melihat kejadian pasien langsung terjatuh dan seperti
orang kejang-kejang dan setelah itu pasien merintih dan menjerit kesakitan. Keluhan
tidak disertai dengan adanya penurunan kesadaran, tidak ada mual dan muntah, tidak
ada riwayat keluar darah dari hidung maupun telinga.
1.10 Kesimpulan
Perbaikan
Stabil √
Perburukan
2.2 Epidemiologi
2.3 Klasifikasi
Luka bakar listrik dapat diklasifikasikan menjadi :
Yang paling merusak dari cedera tidak langsung terjadi ketika korban terkena
dari percikan bunga listrik. Bunga api listrik adalah percikan yang terbentuk antara
dua benda bertegangan yang tidak bersentuhan satu sama lain, biasanya merupakan
sumber yang bertegangan tinggi dan tanah. Karena suhu bunga api listrik adalah
sekitar 2500 °C, menyebabkan luka bakar yang sangat mendalam pada titik di mana
terjadi kontak dengan kulit. Dalam keadaan lengkung, luka bakar dapat disebabkan
oleh panas dari busur itu sendiri, pemanas electrothermal akibat arus aliran, atau
dengan api yang dihasilkan dari pembakaran pakaian.1,2,5
Bedasarkan derajat ringan luka bakar menurut American Burn Association : 2,8
- Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa
- Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak
- Luka bakar derajat III < 10%
c. Luka Bakar Berat
- Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa
- Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak
- Luka bakar derajat III 10% atau lebih
- Luka bakar mengenai tangan, telinga, mata, kaki, dan genitalia/perineum
- Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.
2.4 Etiologi
Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin, ataupun zat kimia.
Ketika kulit terkena panas, maka kedalaman luka dipengaruhi oleh derajat panas,
durasi kontak panas pada kulit dan ketebalan kulit.
1) Luka Bakar Termal (Thermal Burns)
Luka bakar termal disebabkan oleh air panas (scald), jilitan api ke tubuh (flash),
koboran api ke tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-
objek panas lainnya (misalnya plastik logam panas dan lain-lain). 1,4
2) Luka Bakar Zat Kimia (Chemical Burns)
Luka bakar kimia biasanya disebabaka oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih yang sering
digunakan untuk keperluan rumah tangga. 1,4
3) Luka Bakar Listrik (Electrical Burns)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan.
Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling
rendah; dalam hal ini cairan. Kerusakan terutama pada pembuluh darah,
khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal.
Seringkali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan
sumber arus maupun ground. 1,2,4
Trauma listrik terjadi saat seseorang menjadi bagian dari sebuah perputaran
aliran listrik atau bisa disebabkan pada saat berada dekat dengan sumber listrik.
Secara umum ada 2 jenis tenaga listrik, yaitu :4
1.Tenaga listrik alam, seperti petir
2.Tenaga listrik buatan, seperti arus listrik searah (DC) contohnya baterai dan
arus listrik bolak balik (AC) contohnya listrik PLN di rumah atau pabrik
2. Zona Stasis
Zona stasis berada sekitar zona koagulasi, di mana zona ini mengalami
kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit, leukosit sehingga penurunan
perfusi jaringan diikuti perubahan permeabilitas kapiler(kebocoran vaskuler)
dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selam 12-24 jam pasca
cedera, dan mungkin berkakhir dengan nekrosis jaringan. 1
3. Zona Hiperemia
Arus yang melalui otak, baik voltase rendah maupun tinggi mengakibatkan
penurunan kesadaran segera karena depolarisasi saraf otak. Arus bolak balik (AC)
dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel jika jalurnya melalui dada.5 Aliran listrik yang
lama mengakibatkan kerusakan iskemik otak yang diikuti dengan gangguan nafas.3,6
Cedera bisa berupa luka bakar ringan sampai kematian, tergantung kepada:
1. Jenis dan kekuatan arus listrik.
Secara umum, arus searah (DC) tidak terlalu berbahaya jika dibandingkan
dengan arus bolak-balik (AC). Efek AC pada tubuh manusia sangat tergantung
kepada kecepatan berubahnya arus (frekuensi), yang diukur dalam satuan
siklus/detik (hertz). Arus frekuensi rendah (50-60 hertz) lebih berbahaya dari arus
frekuensi tinggi dan 3-5 kali lebih berbahaya dari DC pada tegangan (voltase) dan
kekuatan (ampere) yang sama. 2,3,4
Sehubungan dengan faktor tahanan, maka orang yang berdiri pada tanah yang
basah tanpa alas kaki, akan lebih berbahaya daripada orang yang berdiri dengan
mengggunakan alas sepatu yang kering, karena pada keadaan pertama tahanannya
rendah.1,2
Makin lama korban kontak dengan konduktor maka makin banyak jumlah
harus yang melalui tubuh sehingga kerusakan tubuh akan bertambah besar dan
luas. Dengan tegangan yang rendah akan terjadi spasme otot-otot sehingga korban
malah menggenggam konduktor. Akibatnya arus listrik akan mengalir lebih lama
sehingga korban jatuh dalam keadaan syok yang mematikan Sedangkan pada
tegangan tinggi, korban segera terlempar atau melepaskan konduktor atau
sumberlistrik yang tersentuh, karena akibat arus listrik dengan tegangan tinggi
tersebut dapat menyebabkan timbulnya kontraksi otot, termasuk otot yang
tersentuh aliran listrik tersebut.1,2,5
Gejalanya tergantung kepada interaksi yang rumit dari semua sifat arus listrik.
Suatu kejutan dari sebuah arus listrik bisa mengejutkan korbannya sehingga dia
terjatuh atau menyebabkan terjadinya kontraksi otot yang kuat. Kedua hal tersebut
bisa mengakibatkan dislokasi, patah tulang dan cedera tumpul. Kesadaran bisa
menurun, pernafasan dan denyut jantung bisa lumpuh. Luka bakar listrik bisa terlihat
dengan jelas di kulit dan bisa meluas ke jaringan yang lebih dalam.8
Kepala adalah titik kontak utama untuk cedera tegangan tinggi, dan pasienmungkin
menunjukkan luka bakar serta kerusakan neurologis. Katarak timbul di sekitar 6 %
kasus cedera tegangan tinggi, terutama bila tersengat listrikdi sekitar kepala.
Meskipun katarak mungkin hadirlebih cepat atau lambat setelah kecelakaan itu,
katarak biasanya muncul beberapa bulansetelah kejadian. Ketajaman visual dan
pemeriksaan funduskopi harus dilakukanpada kemudian hari. Pasien harus segera
dirujuk ke dokter mata untuk mengetahui kemungkinan terjadinya katarak ini.8
2. Sistem kardiovaskular
Serangan jantung, baik dari detak jantung atau fibrilasi ventrikel, adalah kondisi
umum yang akan terjadi dalam kecelakaan listrik. Pada Elektrokardiografi (EKG)
ditemukan sinus takikardi, sementara elevasi segmen ST, QT reversibelsegmen
perpanjangan, kontraksi ventrikel prematur, fibrilasi atrium, danbundel branch
block. Infark miokard akut dilaporkan tetapi relatif jarang. Kerusakan otot rangka
dapat menghasilkan peningkatan fraksi CPK-MB, mengarah pada diagnosis palsu
infark miokard dalam beberapa pengaturan.8
3. Kulit
Selain serangan jantung, luka yang paling dahsyat yang terjadi saat cedera listrik
adalah kulit terbakar, yang paling parah pada luka masuk dan tubuh yang kontak
dengan tanah. Bagian tubuh yang paling sering dari terkena kontak dengan sumber
listrik ialah tangan dan tengkorak. Daerah yang paling sering dari tanah adalah
tumit. Seorang pasien mungkin memiliki beberapa luka masuk dan titik kontak
dengan tanah. Luka bakar di listrik yang parah sering muncul keluhan seperti rasa
sakit, depresi, kuning abu-abu, belang-belang daerah dengan pusat nekrosis, atau
daerah yang mengeras seperti mumi. Arus tegangan tinggi seringmengalir pada
internal tubuh dan dapat membuat kerusakan otot besar. Jika kontak dalam singkat.
Namun, arus minimal mungkin terjadi dan kerusakan kulit terlihat mungkin
mewakili hampir semua kerusakan. Seseorang sebaiknya tidak mencoba untuk
memprediksi jumlah kerusakan jaringan di bawahnya dari jumlah keterlibatan kulit.
Cedera listrik yang paling umum terlihat pada anak-anak kurang dari 4 tahun adalah
mulut luka bakar yang terjadi dari mengisap pada kabel ekstensi listrik rumah
tangga. Luka-luka bakar biasanya merupakan luka bakar busur lokal, mungkin
melibatkan orbicularis oris otot, dan sangat mengkhawatirkan ketika komisura yang
terlibat karena dari kemungkinan deformitas kosmetik. Sebuah risiko yang
signifikan pendarahan tertunda dari arteri labial ada ketika memisahkan escar .
Kerusakan pertumbuhan dilaporkan , dan biasanya dirujuk ke bedah mulut.8
Pada kulit terjadi escar yang bisa menyebabkan timbulnya sindrom kompartemen.
Syndrom kompartemen adalah suatu kondiri dimana terjadi peningkatan tekannan
insterstitial pada kompartemen osteofasial yang tertutup. Sehingga mengakibatkan
berkurangnya perfusi jaringan dan tekanan oksigen pada jaringan.
4. Ekstrimitas
Larutan hipertonik
Larutan ini dapat meningkatkan volume intravaskuler 2,5 kali dan
penggunaannya dapat mengurangi kebutuhan cairan kristaloid. Larutan garam
hiperonik tersedia dalam beberapa konsentrasi, yaitu NaCl 1,8%, 3%, 5 %, 7,5%
dan 10%. Osmolalitas cairan ini melebihi cairan intraseluler sehingga cairan akan
berpindah dari intraseluler ke ekstraseluler. Larutan garam hipertonik
meningkatkan volume intravaskuler melalui mekanisme penarikan cairan dari
intraseluler. (1,4,7,10)
Larutan koloid
Contoh larutan koloid adalah Hydroxy-ethyl starch (HES) dan Dextran.
Molekul koloid cukup besar sehingga tidak dapat melintasi membran kapiler,
oleh karena itu sebagian akan tetap dipertahankan didalam ruang intravaskuler.
Pada luka bakar dan sepsis, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler sehingga
molekul akan berpindah ke ruang interstisium. Hal ini akan memperburuk edema
interstisium yang ada. (1,3.6, 8)
HES merupakan suatu bentuk hydroxy-substitued amilopectin sintetik,
HES berbentuk larutan 6% dan 10% dalam larutan fisiologik. T ½ dalam plasma
selama 5 hari, tidak bersifat toksik, memiliki efek samping koagulopati namun
umumnya tidak menyebabkan masalah klinis. HES dapat memperbaiki
permeabilitas kapiler dengan cara menutup celah interseluler pada lapisan
endotel sehingga menghentikan kebocoran cairan, elektrolit dan protein.
Penelitian terakhir mengemukakan bahwa HES memiliki efek antiinflamasi
dengan menurunkan lipid protein complex yang dihasilkan oleh endotel, hal ini
diikuti oleh perbaikan permeabilitas kapiler. Efek antiinflamasi diharapkan dapat
mencegah terjadinya SIRS. (1,4,7,10)
b. Dasar pemilihan Cairan
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan cairan adalah
efek hemodinamik, distribusi cairan dihubungkan dengan permeabilitas kapiler,
oksigen, PH buffering, efek hemostasis, modulasi respon inflamasi, faktor
keamanan, eliminasi praktis dan efisien. Jenis cairan terbaik untuk resusitasi
dalam berbagai kondisi klinis masih menjadi perdebatan terus diteliti. Sebagian
orang berpendapat bahwa kristaloid adalah cairan yang paling aman digunakan
untuk tujuan resusitasi awal pada kondisi klinis tertentu. Sebagian pendapat
koloid bermanfaat untuk entitas klinik lain. Hal ini dihubungkan dengan
karakteristik masing-masing cairan yang memiliki kelebihan dan kekurangan.
Pada kasus luka bakar, terjadi kehilangan ciran di kompartemen interstisial
secara masif dan bermakna sehingga dalam 24 jam pertama resusitasi dilakukan
dengan pemberian cairan kristaloid. (1,4,7,10)
c. Penentuan jumlah cairan
Untuk melakukan resusitasi dengan cairan kristaloid dibutuhkan tiga
sampai empat kali jumlah defisit intravaskuler. 1 L cairan kristaloid akan
meningkatkan volume intravaskuler 300 ml. Kristaloid hanya sedikit
meningkatkan cardiac output dan memperbaiki transpor oksigen.(1,4,7,10)
Rumus Baxter:
Pada dewasa:
Hari I: 3-4 ml x kgBB x % luas luka bakar
Hari II:Koloid: 200-2000 cc + glukosa 5%
Pemberian cairan ½ volume pada 8 jam pertama dan ½ volume diberikan
16jamberikutnya.
Pada anak:
Hari I:
RL:dex 5% = 17:3
(2cc x kgBB x % luas luka bakar) + keb. faal
Kebutuhan Faal:
<1 thn = kgBB X 100cc
5-15 thn = kgBB X 75cc
>15 thn = kgBB X 50cc
Hari II: sesuai kebutuhan faal
5. Perawatan luka
Perawatan luka dilakukan setelah tindakan resusitasi jalan napas,
mekanisme bernapas dan resusitasi cairan dilakukan. Tindakan meliputi
debridement secara alami, mekanik (nekrotomi) atau tindakan bedah (eksisi),
pencucian luka, wound dressing dan pemberian antibiotik topikal . Tujuan
perawatan luka adalah untuk menutup luka dengan mengupaya proses
reepiteliasasi, mencegah infeksi, mengurangi jaringan parut dan kontraktur dan
untuk menyamankan pasien. Debridement diusahakan sedini mungkin untuk
membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan
setelah keadaan penderita stabil, karena merupakan tindakan yang cukup berat.
Untuk bullae ukuran kecil tindakannya konservatif sedangkan untuk ukuran
besar(>5cm) dipecahkan tanpa membuang lapisan epidermis diatasnya. (1,4,7,10)
Pengangkatan keropeng (eskar) atau eskarotomi dilakukan juga pada luka
bakar derajat III yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh sebab pengerutan
keropeng(eskar) da pembengkakan yang terus berlangsung dapat mengakibatkan
penjepitan (compartment syndrome) yang membahayakan sirkulasi sehingga
bahgian distal iskemik dan nekrosis(mati). Tanda dini penjepitan (compartment
syndrome) berupa nyeri kemudian kehilangan daya rasa (sensibilitas) menjadi
kebas pada ujung-ujung distal. Keaadan ini harus cepat ditolong dengan
membuat irisan memanjang yang membuka keropeng sampai penjepitan bebas.
(1,4,7,10)
2.9 Komplikasi
Komplikasi pada luka bakar dibagi menjadi dua, yaitu komplikasi saat
perawatan kritis atau akut dan komplikasi yang berhubungan dengan eksisi dan
grafting.Kompilkasi yang dapat terjadi pada masa akut adalah SIRS, sepsis dan
MODS.Selain itu komplikasi pada gastrointestinal juga dapat terjadi,ss yaitu atrofi
mukosa, ulserasi dan perdarahan mukosa, motilitas usus menurun dan ileus. Pada
ginjal dapat terjadi acute tubular necrosis karena perfusi ke renal menurun. Skin graft
loss merupakan komplikasi yang sering terjadi, hal ini disebabkan oleh hematoma,
infeksi dan robeknya graft. Pada fase lanjut suatu luka bakar, dapat terjadi jaringan
parut pada kulit berupa jaringan parut hipertrofik., keloid dan kontraktur.Kontraktur
kulit dapat menganggu fungsi dan menyebabkan kekeauan sendi. Kekakuan sendi
memerlukan program fisioterapi yang intensif dan kontraktur memerlukan tindakan
bedah. (1,4,7,10)
2.10 Prognosis
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan
badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan kecepatan
pengobatan medikamentosa. Luka bakar minor ini dapat sembuh 5-10 hari tanpa
adanya jaringan parut. Luka bakar moderat dapat sembuh dalam 10-14 hari dan
mugkin dapat menimbulkan luka parut. Jaringan parut akan membatasi gerakan dan
fungsi. Dalam beberapa kasus, pembedahan dapat diperlukan untuk membuang
jaringan parut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
2. EGC. Jakarta. p 66-88.