Oleh :
Pembimbing :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME atas berkat dan
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
dan kedokteran.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………
.II
DAFTAR ISI………………………………………………………………III
BAB I PENDAHULUAN……………………………..………………………..1
2.2 ANAMNESIS...........................................................................................4
BAB IV DISKUSI……………………………………………………………..32
BAB V KESIMPULAN……………………………………………………….37
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………42
iii
BAB I
Pendahuluan
bulan pertama setelah didiagnosis dan 21% pada 12 bulan pertama [1]
cyto-hystological.
penting untuk multiple myeloma, dan data dari percobaan fase 2 dan
1
percobaan IFM 2009, aturan VRd dengan atau tanpa ASCT, terbaik
keseluruahan bertahan 4 tahun lebih dari 80%. Aturan VRd efektif secara
cepat, dalam dan respon aman ketika digunakan untuk treatment penting
2
BAB II
Laporan Kasus
Umur : 57 tahun
No. RM : 22059350
Asuransi : BPJS
2.2 Anamnesis
pada kedua kakinya, hingga pasien sulit berjalan mandiri dan harus
3
Pasien merupakan rujukan dari RS Balimed Buleleng oleh Sp.OT
Riwayat demam (-), benjolan (-), nyeri di bagian tubuh lain (-),
(-)
alat bantu
detik
4
Exposure : suhu 36.8 0C
Kepala : normocephali
Thorax :
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi
Abdomen :
Perkusi : timpani
5
2.3.2.2 Status lokalis
Move: 55555/55555
00000/0000
6
2.6 Foto Penunjang
7
2.8 Diagnosis :
Infection
2.9 Penatalaksanaan
Parasetamol 4x500mg PO
Neuroprotector
Tanggal: 23/12/2022 :
Hasil MRI :
8
9
10
Tanggal: 26/12/2022 :
11
12
Assessment :
13
14
Assessment :
15
BAB III
Tinjauan Pustaka
3.1 Definisi
Plasma cell myeloma (PCM) adalah penyakit clonal maligna yang ditandai
Plasma cell myeloma (PCM) sering terjadi pada tulang utamanya pada
kolumna spinal, tulang iga, tulang kepala dan wajah, pelvis, dan tulang
Plasma cell myeloma) ialah suatu maligna dari plasma sel, yang
significance (MGUS).
16
Multiple myeloma dikarakteristikan dengan proliferasi klonal dari
neoplastic sel plasma pada sumsum tulang, M protein pada tubuh dan
karakteristik proliferasi otonom dari sel plasma (1). Keganasan ini dapat
hematologi, dengan insiden 5,5 kasus per 100.000 populasi. Usia median
diagnosis pada usia 70 tahun dan hanya 3,4% dari kasus didiagnosis antara
usia 35-44 tahun (1). Hasil pemeriksaan radiologis hampir keseluruhan tulang
gambaran lesi litik multipel disertai fraktur % dari seluruh kasus myeloma
(3). Neoplasma ini adalah patologis multipel yang disimpulkan sesuai dengan
proses varian dari bentuk klasik multiple myeloma yang memiliki metastase
17
di tulang. Berdasarkan review hasil karakteristik tidak didapatkan protein
atau urine (4,5). Berikut ini adalah kasus yang pemeriksaan radiologis di
laki- multiple myeloma dengan diagnosis banding Non laki usia 54 tahun.
biopsi sumsum tulang bulat uniform tersebar padat dengan sedikit jaringan
ikat menandakan plasmacytosis. Kasus ini kami laporkan dan jaringan tulang
negatif, Bence Jones protein ini jarang dan sulit dalam proses diagnosisnya.
sebagai hasil dari perpanjangan kea rah posterior dari plasmasitoma tulang
vertebra yang memicu kompresi bagian anterior dari spinal cord, karena
factor (VEGF) dan tumor necrosis factor (TNF) yang akan teregulasi oleh
18
autokrin dan parakrin. Meningkatnya level dari macrophage inflammatory
(SDF-1α) oleh sel plasma malignant dan sel stromal bisa menyebabkan
aktivasi dari osteoklas. Meningkatnya level ekspresi dari IL-7, IL-3, dan
dickkopf1 (DKK1) oleh sel myeloma juga menekan aktivitas dari osteoblast
dan ekspresi berlebih dari dickkopf1 (DKK1) oleh sel myeloma berhubungan
19
Salah satu studi terbaru menyebutkan hipoksia pada
memaksa sel myeloma untuk keluar ke sirkulasi darah perifer dan akan
dari circulating tumor cell-related genes pada sel myeloma sumsum tulang
ini menjadi landasan sirkulasi sel myeloma dipilih sebagai novel therapeutic
perpanjangan survival.
yang disebabkan oleh skuamous sel karsinoma bisa menjadi nekrosis pada
20
white mater. Perkembangan edem vasogenic pada white mater dan
Infark pada spinal kord dan hilangnya fungsi neurologi yang ireversibel
merupakan suatu konsekuensi yang akan diterima oleh pasieen bila tidak
Tanda klinis pada kompresi kord akut ialah nyeri, kelemahan motorik,
kord. Sekitar 68% kasus terjadi pada thoracic spine, 7,5% pada lumbar dan
22,6% pada cervical. Skuamous sel karsinoma umumnya terjadi pada awal
karsinoma, terjadi pada 83% pasien dan menjadi awal deficit secara klinis
inflamnasi local, iritasi neural, dan kerusakan spinal kord serta dapat
lumbosacral. Nyeri disebabkan oleh lesi pada thorasic dan selalu bilateral.
21
spine. Nyeri dan dalam akan meningkatkan sesuai dengan aktivitas,
Score (SINS) adalah system klasifikasi berdasarkan gejala dan radiologi dari
pada saat pada saat terdiagnosis. Lesi pada atau diatas dari konus medularis
fleksor. Jika kompresi pada atau diatas spine thoracic, ekstensor lengan atas
penjalaran pada level sensoris dan level sensoris spinal yang biasanya satu
dari segmen dibawah lever dari kompresi kord. Akar nyeri dengan
yang mana kelemahan simetris pada ekstremitas bawah dengan nyeri pada
yang terlambat dan biasanya gejala isolasi yang jarang, walaupun injuri
pada konus medularis spinal kord bisa menjadi nyeri pada punggung
kandung kemih.
22
Ataksia dengan tanpa nyeri bisa menjadi gejala awal dan
lateral dari spinbal kord terkompresi oleh segmen fraktur atau plasmasitoma,
kehilangan vibrasi dan proprosepsi, dan hiperfleksi pada daerah lesi serta
3.4 Klasifikasi
Sel plasma normal bisa sebagai bentuk pertahanan tubuh untuk melawan
berat dan 2 rantai ringan. Terdapat 5 jenis dari rantai berat seperti IgG, IgM,
IgD, dan IgE serta 2 dari rantai ringan yaitu kappa dan lambda. Pada
myeloma, sel plasma yang abnormal membuat antibody yang sama. Maka
dari itu, myeloma diklasifikasikan juga dengan rantai ringan dan berat yang
memproduksi IgG kappa, IgA kappa atau IgA lamda dan yang lain. Bentuk
yang paling sering dari rantai berat dari myeloma ialah Igg diikuti dengan
IgA dan IgD. IgM myeloma adalah bentuk yang paling jarang, namun saat
IgM meningkat pada sel darah putih, pasieen biasanya akan memeiliki
dari antiibodi. Pasien biasanya akan disebut memiliki light chain myeloma.
Pada beberapa kasus, rantai ringan sering diekskresikan ke urin dan bisa
23
Electrophoresis (UPEP) dan urinary immunofixation electrophoresis (UIFE).
dalam urin. Dalam beberapa tahun terakhir, tes urin telah banyak digantikan
dengan Free Light Assay, yang dapat mendeteksi protein ini dalam darah.
Hanya sebagaian kecil dari rantai ringan ini yang dapat dideteksi pada darah
dikarenak protein ini kecil dan bisa lewat melalui ginjal dalam bentuk urin.
sel dengan morfologi anaplastic yang sangat besar dengan sitoplasma dan
ditandai kontur secara langsung. Inti sel secara aneh berinti banyak dan
dengan titik-titik. Beberapa sel dengan inti hiperkromatis dan berbentuk mitotic
juga tercatat.
24
Gambar 1 (A) Penyebaran darah peripheral (50×). (C–F) Sel tumor
bentuk mitotic.
spesifik diferensiasi sel B tkan infiltrasi sel p yang diekspresikan oleh sel B
matur dan pada kebanyakan lasma 55%. Hasil ini dikompilasi dengan hasil
sebelumnya sesuai dengan suatu non pada sel B progenitor awal atau sel
plasma matur (11). secretory multiple myeloma. Pada kasus ini pemeriksaan
25
Multiple myeloma adalah keganasan sel plasma yang keterlibatan epitel
jaringan, tumor atau komponen tumor. ditandai oleh proliferasi sel plasma
limfonodi, sumsum tulang atau pada potong merupakan tumor ganas yang
Pada kasus ini diagnose sulit namun juga immunoreaktif untuk sel plasma
kasus multiple myeloma, hanya populasi minor yang yang dapat dideteksi
pada serum maupun menunjukkan sel plasma dengan LCA positif (13). Pada
urin dengan metoda elektroforesis, dan kurangnya bukti kasus ini didapatkan
LCA negatif. Hal ini memperkuat klon sel plasma di sumsum tulang (10).
Kurang tepatnya kesimpulan bahwa tumor yang ada bukan berasal dari
26
kesehatan tidak light chain, dan konfirmasi histopatologi dari beberapa
tersedia pemeriksaan CD138. CD 138 adalah marker yang tempat dan waktu
sangat diperlukan (10). paling baik menentukan differensiasi sel plasma dan
tidak Pasien pada kasus ini adalah contoh kasus klasik dari menandai epithel
untuk memastikan sel asal adalah sel abnormal di darah maupun urin tidak
mengeksklusikan plasma.
3.5 Diagnosis
27
osteoporosis pada tulan vertebra dan jaringan paraspinal merupakan
maligna skuamous sel karsinoma adalah 93% dan spesifisitasnya 97% dan
myeloma. Non kontras MRI pada seluruh bagian spine seharusnya terlihat
28
saat dicurigai adanya skuamous sel karsninoma, jika lesi tidak terlihat, harus
radiasi.
3.6 Tatalaksana
yang telah digunakan sebagai terapi penting untuk multiple myeloma, dan
data dari percobaan fase 2 dan acak, fase percobaan 3 menunjukkan bukti
toksisitas. Pada percobaan IFM 2009, aturan VRd dengan atau tanpa ASCT,
terbaik keseluruahan bertahan 4 tahun lebih dari 80%. Aturan VRd efektif
secara cepat, dalam dan respon aman ketika digunakan untuk treatment
29
Risiko infeksi terburuk dalam 3 bulan pertama setelah diagnose, dengan
30
Tabel 3 Status sakit dan bukti dari infeksi berdasarkan waktu
kematian
dalam rentang 80-100% (table 1). Pada satu studi yang didesain untuk
(WBXR) dan MRI dari tulang belakang dan tulang pelvis, 18F-FDG
PET/CT lebih baik dari WBXR untuk mendeteksi tulang yang kritis.
31
mendeteksi dari difus jaringan tulang sel plasma infilrasi. Oleh karena
tulang pada batas luar dari tampilan MRI. Pada studi terkini, 18F-FDG
teknik standar untuk menilai dari tulang litik dengan multiple myeloma
dalam aturan yang telah ada untuk mengatur dari asosiasi komplikasi
ultiple myeloma dari European Myeloma Network dan pada tahun 2016
untuk mengatur multiple myeloma, terdapat jarak dari tujuan studi pada
dose CT. Studi yang lebih luas didukung oleh National Oncologyc PET
Registry pada pasien dengan 18 tipe yang berbeda dari kanker yang
32
BAB IV
Diskusi
gerak bawah sejak 2 minggu SMRS. Pasien jatuh terpeleset dikamar mandi
kelemahan pada kedua kakinya, hingga pasien sulit berjalan mandiri dan
harus dipapah keluarga, saat ini pasien tidak dapat berdiri maupun berjalan
BAB dan BAK tidak terasa. Ini merupakan keluhan pertama kali, tidak
Riwayat demam (-), benjolan (-), nyeri di bagian tubuh lain (-),
penurunan berat badan disangkal, batuk lama (-), batuk darah (-) Regio
tenderness (-), hypoesthesia (+) below level T10, anesthesia (-) Move:
33
Plasma cell myeloma (PCM) sering terjadi pada tulang
utamanya pada kolumna spinal, tulang iga, tulang kepala dan wajah,
pelvis, dan tulang lain pda potongan aksial dan tulang pipih. Multiple
ialah suatu maligna dari plasma sel, yang bertanggung jawab terhadap
produksi dari antibody (protein) sel darah putih, yang berproliferasi yang
sumsum tulang.
39.2%.
factor (VEGF) dan tumor necrosis factor (TNF) yang akan teregulasi oleh
(SDF-1α) oleh sel plasma malignant dan sel stromal bisa menyebabkan
aktivasi dari osteoklas. Meningkatnya level ekspresi dari IL-7, IL-3, dan
34
osteoblast dan ekspresi berlebih dari dickkopf1 (DKK1) oleh sel myeloma
dari spinal kord. Sekitar 68% kasus terjadi pada thoracic spine, 7,5% pada
lumbar dan 22,6% pada cervical. Nyeri bisanya pada bagian pinggang
meningkat secara progresif dan tipenya akan berubah seriring waktu. Nyeri
spinal kord serta dapat menjalar ke tungkai, umumnya bila lesi tersebut
patologis dari spine. Nyeri dan dalam akan meningkatkan sesuai dengan
35
Neoplastic Score (SINS) adalah system klasifikasi berdasarkan gejala dan
maligna skuamous sel karsinoma adalah 93% dan spesifisitasnya 97% dan
myeloma.
standar triplet yang telah digunakan sebagai terapi penting untuk multiple
myeloma, dan data dari percobaan fase 2 dan acak, fase percobaan 3
lama.
36
BAB V
Simpulan
gerak bawah sejak 2 minggu SMRS. Pasien jatuh terpeleset dikamar mandi
kelemahan pada kedua kakinya, hingga pasien sulit berjalan mandiri dan
harus dipapah keluarga, saat ini pasien tidak dapat berdiri maupun berjalan
BAB dan BAK tidak terasa. Ini merupakan keluhan pertama kali, tidak
Riwayat demam (-), benjolan (-), nyeri di bagian tubuh lain (-),
penurunan berat badan disangkal, batuk lama (-), batuk darah (-) Regio
tenderness (-), hypoesthesia (+) below level T10, anesthesia (-) Move:
utamanya pada kolumna spinal, tulang iga, tulang kepala dan wajah,
37
pelvis, dan tulang lain pda potongan aksial dan tulang pipih. Multiple
ialah suatu maligna dari plasma sel, yang bertanggung jawab terhadap
produksi dari antibody (protein) sel darah putih, yang berproliferasi yang
sumsum tulang.
epitel jaringan, tumor atau komponen tumor. ditandai oleh proliferasi sel
di limfonodi, sumsum tulang atau pada potong merupakan tumor ganas yang
ini primer pada tulang (sekitar 27 % dari hasil biopsi tumor pemeriksaan
merupakan standard untuk diagnosis, prognosis dan polos thorak dan hasil
38
Alasan ketidakadaan protein yang Markerini didapatkan di membran
perdebatan (9). Pada kasus ini diagnose sulit namun juga immunoreaktif
monoklonal Pada kasus multiple myeloma, hanya populasi minor yang yang
dapat dideteksi pada serum maupun menunjukkan sel plasma dengan LCA
positif (13). Pada urin dengan metoda elektroforesis, dan kurangnya bukti
kasus ini didapatkan LCA negatif. Hal ini memperkuat klon sel plasma di
sumsum tulang (10). Kurang tepatnya kesimpulan bahwa tumor yang ada
terjadi pada 5-10% tumor maligna yang berhubungan dengan skuamous sel
myeloma sebedar 50.7%, insiden dari skumous sel karsinoma sebesar 7.8%
39
Interaksi antara sel plasma dan sel stromal sumsum tulang
factor (VEGF) dan tumor necrosis factor (TNF) yang akan teregulasi oleh
(SDF-1α) oleh sel plasma malignant dan sel stromal bisa menyebabkan
aktivasi dari osteoklas. Meningkatnya level ekspresi dari IL-7, IL-3, dan
dickkopf1 (DKK1) oleh sel myeloma juga menekan aktivitas dari osteoblast
dan ekspresi berlebih dari dickkopf1 (DKK1) oleh sel myeloma berhubungan
spinal kord. Sekitar 68% kasus terjadi pada thoracic spine, 7,5% pada
lumbar dan 22,6% pada cervical. Nyeri bisanya pada bagian pinggang
40
belakang merupakan hal tersering yang dikeluhkan. Nyeri intensitasnya
meningkat secara progresif dan tipenya akan berubah seriring waktu. Nyeri
spinal kord serta dapat menjalar ke tungkai, umumnya bila lesi tersebut
Score (SINS) adalah system klasifikasi berdasarkan gejala dan radiologi dari
spine untuk digunakan sebagai alat prognostic untuk evaluasi surgical. MRI
CD20, sitokeratin, dan hiperselularitas dengan ratio myeloid dan eritroid 4:1,
41
Leucocyte Common Antigen (LCA). CD20 diekspresikan aktivitas
eritropoiesis menurun, granulopoiesis yang baik oleh semua sel B pada semua
tahapan perkembangan dan penurunan ak kecuali tahap awal dan akhir. CD20
serta didapa permukaan yaitu suatu antigen spesifik diferensiasi sel B tkan
infiltrasi sel p yang diekspresikan oleh sel B matur dan pada kebanyakan lasma
55%. Hasil ini dikompilasi dengan hasil peme lymphoma non-Hodgkin sel B
tapi tidak diekspresikan riksaan sebelumnya sesuai dengan suatu non pada sel
diidentifikasi di limfosit B dan T, perdebatan (9). Pada kasus ini diagnose sulit
namun juga immunoreaktif untuk sel plasma dan histiosit. ditegakkan karena
populasi minor yang yang dapat dideteksi pada serum maupun menunjukkan
sel plasma dengan LCA positif (13). Pada urin dengan metoda elektroforesis,
dan kurangnya bukti kasus ini didapatkan LCA negatif. Hal ini memperkuat
klon sel plasma di sumsum tulang (10). Kurang tepatnya kesimpulan bahwa
tumor yang ada bukan berasal dari diagnosis pasien myeloma simtomatik
42
sistemik. Oleh karena itu, studi immunohistokimia tersebut dapat digunakan
marker yang tempat dan waktu sangat diperlukan (10). paling baik menentukan
differensiasi sel plasma dan tidak Pasien pada kasus ini adalah contoh kasus
protein pengecatan CD138 untuk memastikan sel asal adalah sel abnormal di
telah digunakan sebagai terapi penting untuk multiple myeloma, dan data dari
43
DAFTAR PUSTAKA
March,2019.
https://data.healthdatainsight.org.uk/apps/routes_to_diagnosis/sur
[2] Kumar, S. J., Jacobus, S. J., Cohen, A. D., Weiss, M., Callander, N.,
https://doi.org/10.1016/S14702045(20)30452-6.
[3] Drayson, M. T., Bawcock, S., Planche, T., Iqbal, G., Pratt, G., Yong,
K., Wood, J., Raynes, K., Higgins, H., Dawkins, B., Meads, D.,
E., Neilson, J., Harrison, B. Lokare, A., Campbell, G., Hamblin, M.,
44
Hawkey, P., Whittaker, A. C., Low, E., Dunn, J. A. 2019.
2045(19)30506-6.
32: 3059–68.
[5] Cavo, M., Terpos, E., Nanni, C., Moreau, P., Lentzsch, S.,
G.,
45