Anda di halaman 1dari 26

IDENTITAS UMUM

Nama : Tn. A
Usia : 24 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat : Margamulia Ds. Lebak Muncang RT 02 RW 17
Kec. Ciwidey Kab. Bandung
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Tgl masuk : 09 Juli 2016
RM : 559575
Ruang : Mawar 4-4
D/ Klinis : Electrical Burn Injuries grade IIA 30% a/r facialis,
cervicalis thorax anterior et posterior, abdomen, gluteus +
grade IIB 2 % a/r Thorax posterior + VL a/r
temporoparietalis dextra.
D/ Kerja : Post Necrotomy debridement a/i Electrical Burn Injuries
grade IIA 30% a/r facialis,cervicalis thorax anterior et
posterior, abdomen, gluteus + grade IIB 2 % a/r Thorax
posterior + VL a/r temporoparietalis dextra.

Tindakan : Wound Toilet Hecting + Necrotomy debridement

ANAMNESIS (Autoanamnesis)
Keluhan utama : tersengat listrik
Pasien datang dengan keluhan luka bakar terutama di dada depan hingga
perut sebelah kanan dan punggung serta bokong. Pasien tersengat listrik sekitar 2
jam sebelum masuk Rumah Sakit. Sebelum kejadian, pasien sedang mengelas besi
di lantai 2 rumah yang sedang di bangun. Tanpa disadari pasien, besi yang
dipegang dengan tangan kiri, menyentuh kabel listrik bertegangan tinggi. Pasien
tersengat listrik dan terpental jatuh ke lantai 1 terkena papan kemudian papan

1
terjatuh hingga ke lantai dasar dan membentur tumpukan pasir. Luka bakar
terkena pasir. Pasien terjatuh ± 6 m.
Kepala pasien terbentur papan kayu dan mendapat luka sobek sekitar 3x1
cm di kepala bagian belakang dan dagu. Pasien tidak sadarkan diri sekitar 30
menit dan tersadar saat di perjalanan menuju RS dan bertanya tentang kejadian.
Pasien tidak mengeluh adanya nyeri kepala hebat, mual, maupun muntah. Pasien
hanya mengeluh haus.
Usaha berobat : -
RPD : Keluarga menyangkal adanya penyakit hipertensi, DM, ataupun kelainan
darah pada pasien.

2
PEMERIKSAAN FISIK
ABC  CLEAR
Keadaan Umum
 Keadaan umum : sedang
 Kesan sakit : sedang
 Kesadaran : compos mentis
 Keadaan gizi : cukup
 Watak : kooperatif

Tanda Vital
 Tekanan darah : 100/70 mmHg
 Nadi : 86 x/menit
 Respirasi : 24 x/menit
 Suhu : 36,7°C

Kepala
 Mata : Conjungtiva anemis -/-
Sklera ikterik -/-
 Pupil : bulat, isokor, Ø 3mm kanan = kiri, reflek cahaya +/+
 VL a/r temporoparietal dextra ± 3x1x0,5 cm, hematom (+), Krepitasi (-)
 Luka bakar derajat II pada wajah bagian pipi kiri.

Leher
 JVP : 5+0 cmH2O
 Luka bakar derajat II pada leher bagian kiri dan belakang

Thorax
 Inspeksi : bentuk dan pergerakan simetris, kanan = kiri. Luka bakar derajat
II di sebagian dada terutama bagian kiri. Bullae (+)
 Palpasi : pergerakan simetris, taktil fremitus kanan = kiri

3
 Perkusi : pulmo : sonor kanan = kiri
 Auskultasi : VBS +/+, Ronchi -/-, Wheezing -/-
 Cor : bunyi jantung murni, reguler, murmur (-)

Abdomen
 Inspeksi : datar, darm contour (-), darm steifung (-). Luka bakar derajat II
di abdomen bagian atas umbilicus dan bagian kiri. Bullae (+)
 Auskultasi : bising usus (+) normal
 Perkusi : timpani, nyeri perkusi (-)
 Palpasi : suppel, defence musculer (-), nyeri tekan (-)

Punggung
 Luka bakar derajat II di seluruh daerah punggung bagian bawah hingga
bokong. Bullae (+). Luka bakar derajat II B disekitar Bokong.
Anus dan Rektum
 Tidak diperiksa

Ekstremitas
 Luka bakar derajat II di sebagian lengan bawah kiri
 VL a/r femur sinistra 6x2x1cm. Dasar jaringan lemak dan otot.

4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tgl 9 Juli 2016
Hematologi Rutin:
Hb 12,3 g/dl
Ht 36 %
Leu 9.900/ mm3
Tromb 177.000/ mm3
Kimia klinik:
Natrium (Na) 139 mEq/L
Kalium (K) 3,70 mEq/L

EKG : dbn

Terapi:
 Wount Toilet Hecting VI
 ATS 1.500 IU IM (ST)
 Cefixime 2x1 tab (po)
 Mefinal 3x1tab (po)
 Omeprazole 1x1 caps (po)

5
Tgl 9/7/2016 pk.15.00
S: luka tersengat listrik ketika mengelas dan terjatuh ± 6 m
O: GCS 15 TD: 100/70mmHg N: 76x/m Rr: 24x/m
 ABC: Clear
 EKG dbn
A: Electrical Burn Injuries grade IIA 30% a/r facialis,cervicalis thorax anterior et
posterior, abdomen, gluteus + grade IIB 2 % a/r Thorax posterior + VL a/r
temporoparietalis dextra
P: O2 k/p
ATS 1500 IU (IM) ST
RL rehidrasi Baxter
Ketorolac 3x1amp (iv)
Ranitidine 2x1 amp (iv)
Ceftriaxone 1x2gr (iv)
Pro konsul bedah
Kateter
Cek DR

Tgl 9/7/2016 pk.16.00 Konsul dr. Sp.B


Advice :
1. Pasang NGT, dipuasakan
2. Cek Dr, Elektrolit, Foto Thorax, EKG

Follow Up:
10/7/2016
S: pusing (-), Mual(-) muntah (-) Nyeri ulu hati (+)
O: TD: 100/60 mmHg N: 88 x/menit R: 22 x/menit S: 36,5 0C
NT Epigastrium (+) NGT kehitaman
A : Electrical Burn Injuries grade IIA 30% a/r facialis,cervicalis thorax anterior et
posterior, abdomen, gluteus + grade IIB 2 % a/r Thorax posterior + VL a/r
temporoparietalis dextra + stress ulcer

6
P: Infus RL 30tpm
Ceftriaxone 1x2gr (iv)
Omeprazole 1x1 vial (iv)
Ketorolac 3x1 amp (iv)
Pro debridement besok
SIO

11/7/2016
S: luka masih terasa perih, nyeri ulu hati berkurang
O: TD: 110/70 mmHg N: 80 x/menit R: 20 x/menit S: 36,6 0C
Tampak luka post necrotomy debridement hiperemis (+) MEBO (+)
A: Post Necrotomy debridement a/i Electrical Burn Injuries grade IIA 30% a/r
facialis,cervicalis thorax anterior et posterior, abdomen, gluteus + grade IIB 2 %
a/r Thorax posterior + VL a/r temporoparietalis dextra
P: Cairan RL 40tpm
Puasa sampai BU (+) N
Ceftriaxone 2x1 gr (iv)
Ketorolac 2x1 amp (iv)
Omeprazole 2x1 vial (iv)

7
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, cairan panas, listrik, dll) atau
zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat).

B. Sebab-sebab luka bakar:


 Api
 Luka bakar kontak (terkena rokok, solder atau alat-alat memasak)
 Air panas
 Uap panas
 Gas panas
 Listrik
 Semburan panas
 Ter7

SEBAB/JENIS TEMPERATUR WAKTU/LAMANYA KONTAK INSIDENSI


Air panas (cairan
Rendah Lama/sebentar 40%-70%
panas)
Uap panas Tinggi Sebentar 5%-10%
Explosi(ledakan) Tinggi Sebentar 15%-20%
Benda panas Rendah/Tinggi Sebentar/lama 15%-20%
Elektro thermis Tinggi Sebentar 2%-6%

Tingkat kerusakan jaringan pada luka bakar tergantung :


1. Panas
2. Lamanya kontak dengan kulit

C. Patogenesis

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah
yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya
permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan bula yang banyak elektrolit.
Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit
akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang

8
berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua
dan pengeluaraan cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga.
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh
masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik
dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil,
dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakan
terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam.
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat
terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang
terhisap. Oedem laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan
napas dengan gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak bewarna
gelap akibat jelaga.
Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon monoksida
akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi
mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual
dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bisa lebih dari 60%
hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal. Setelah 12-24 jam,
permeabilitas kapiler mulai membaik dan mobilisasi serta penyerapan kembali
cairan edema ke pembuluh darah. Ini di tandai dengan meningkatnya diuresis.

D. Penilaian derajat luka bakar

Luka bakar dibagi menjadi 4 derajat


Tingkat Klinis Tusukan jarum
I Hiperemi Hiperestesi
II A Basah + Bulla Hiperestesi
II B Basah + Bulla + Keputihan Hipoestesi
III Kering + Putih + Hitam Anestesi

1. Luka bakar grade I


 Disebut juga luka bakar superficial
 Mengenai lapisan luar epidermis, tetapi tidak sampai mengenai
daerah dermis. Sering disebut sebagai epidermal burn
 Kulit tampak kemerahan, sedikit oedem, dan terasa nyeri
 Pada hari ke empat akan terjadi deskuamasi epitel (peeling).

9
Luka bakar derajat I

2. Luka bakar grade II


 Superficial partial thickness:
o Luka bakar meliputi epidermis dan
lapisan atas dari dermis
o Kulit tampak kemerahan, oedem
dan rasa nyeri lebih berat daripada luka bakar grade I
o Ditandai dengan bula yang muncul
beberapa jam setelah terkena luka
o Bila bula disingkirkan akan terlihat
luka bewarna merah muda yang basah
o Luka sangat sensitive dan akan
menjadi lebih pucat bila terkena tekanan
o Akan sembuh dengan sendirinya
dalam 3 minggu (bila tidak terkena infeksi), tapi warna kulit
tidak akan sama seperti sebelumnya.

 Deep partial thickness


o Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari dermis
o disertai juga dengan bula
o permukaan luka berbecak merah muda dan putih karena variasi
dari vaskularisasi pembuluh darah( bagian yang putih punya
hanya sedikit pembuluh darah dan yang merah muda
mempunyai
beberapa aliran darah
o luka akan sembuh dalam
3-9 minggu.

10
Gambar. Luka bakar derajat II

3. Luka bakar grade III


 Disebut juga Full thickness burn
 Mengenai seluruh lapisan kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan
yang permanen
 Dapat memperlihatkan gejala kulit yang kering dry and leathery skin
 Kulit berwarna hitam, kuning, coklat, putih maupun kuning
pembengkakan
 Rasa sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung-ujung saraf dan
pembuluh darah sudah hancur.

Gambar. Luka bakar derajat III


4. Luka bakar grade IV
 Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai otot dan
7,8,9,10
tulang

11
Gambar derajat luka bakar

Kulit memiliki pertahanan yang kuat untuk menghalangi energi panas untuk
masuk ke jaringan yang lebih dalam lagi, oleh karena itu kulit yang paling banyak
mengalami kerusakan pada luka bakar. Tapi setelah barier pertahan kulit hancur,
luka bakar dapat menembus jaringan yang lebih dalam. Daerah kerusakan kulit
dibagi menjadi tiga zona:
 Zona koagulasi : merupakan daerah nekrosis dimana sel-selnya telah
mengalami kerusakan karena luka bakar
 Zona stasis : daerah zona nekrotik dengan perfusi jaringan yang mulai
menurun. Daerah ini ini bisa kembali normal atau menjadi zona koagulasi
nekrosis tergantung dari kerusakan dan kebocoran vaskular, thromboxane
A2 ( merupakan vasokonstriktor biasanya kadarnya tinggi pada luka
bakar) dapat meningkatkan aliran darah dan mengurangi zona stasis,
antioksidan, antagonis bradikin, dan tekanan subatmosfir pada luka dapat
juga meningkatkan aliran darah. Dengan menghalangi perlekatan leukosit
dengan endotel dengan anti CD-18 dapat meningkatkan perfusi jaringan.

 Zona hiperemi

12
Ditandai dengan vasodilatasi pembuuh darah karena proses inflamasi
disekitar luka bakar. Bagian ini merupakan daerah yang akan mengalami
penyembuhan dan tidak akan menjadi nekrosis.

E. Penilaian luas luka bakar

Terdapat tiga cara penentuan derajat luka bakar.


1. Palmar surface
Luas permukaan pada telapak tangan pasien (termasuk jari-jari)secara
kasar adalah 0,8% dari seluruh luas permukaan tubuh. Permukaan telapak
tangan dapat digunakan untuk mengukur luka bakar yang kecil (<15% luas
permukaan tubuh) atau luka bakar yang sangat luas (>85% luas permukaan
tubuh). Untuk luka bakar dengan ukuran sedang, pengukuran dengan cara
ini tidak akurat.
2. Wallace rule of nines

Merupakan cara yang baik dan cepat untuk mengukur luas luka bakar pada
orang dewasa. Tubuh dibagi menjadi area 9%, dan total daerah yang terkena luka
bakar dapat dihitung. Tetapi cara ini tidak akurat pada anak-anak.
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala
anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil.
Perlu diingat bahwa satu telapak tangan seseorang adalah 1% dari
permukaan tubuhnya. Dan untuk luka bakar yang lebih dari 50% perhitungan
cairan sama dengan luka bakar yang 50%.
Pada anak-anak menggunakan bagan menurut Lund and Browder. Lund and
Browder membagi lebih teliti namun sukar dihafal. Cara ini dibuat untuk
mengkompensasi variasi bentuk tubuh dengan umur, sehingga dapat memberikan
perhitungan luas luka bakar yang akurat pada anak-anak.

13
Dewasa 5 tahun 0-1 tahun

3. Lund and Bowder chart


Tabel ini, apabila digunakan dengan benar, merupakan cara yang paling
akurat. Tabel ini mengkompensasi variasi bentuk tubuh dengan umur,
sehingga dapat memberikan perhitungan luas luka bakar yang akurat pada
anak-anak

14
Gambar 2.7 Lund and Bowder Chart

F. Pemeriksaan penunjang
 Terutama untuk luka bakar yang berat ( co :luka bakar derajat III)
 Lab darah
o Hitung jenis
o Kimia darah
o Analisa gas darah dengan carboxyhemoglobin
o Analisis urin
o Creatinin Phosphokinase dan myoglobin urin ( Luka bakar akibat

listrik)
o Pemeriksaan factor pembekuan darah ( BT, CT)
 Radiology
o Foto thoraks : untuk mengetahui apakah ada kerusakan akibat luka

bakar inhalasi atau adanya trauma dan indikasi pemasangan


intubasi
o CT scan : mengetahui adanya trauma
 Tes lain : dengan fiberoptic bronchoscopy untuk pasien dengan luka bakar
inhalasi.
G. Berat ringannya luka bakar
American College of Surgeon membagi dalam:
1. Parah – critical
a) Tingkat II > 25% pada dewasa, > 20% pada anak
b) Tingkat III > 10%

15
c) Tingkat III pada tangan, kaki, muka
d) Dengan adanya komplikasi pernafasan, jantung, fraktur, soft tissue yang
luas, listrik
2. Luka bakar sedang – moderate
a. Tingkat II 15 – 25% pada dewasa, 10 – 20% pada anak
b. Tingkat III 5 – 10%
3. Ringan – minor
a. Tingkat II kurang 15% pada dewasa, < 10% pada anak
b. Tingkat III kurang 2%

Hanya penderita luka bakar ringan  rawat poliklinik sedangkan yang lain
tidak, berhubung dengan ancaman shock yang mungkin timbul dan kerusakan
yang hebat (disfigurement). Orang-orang tua lebih rentan terhadap luka bakar,
dewasa muda dengan 30% luka relatif mudah diatasi, sedang luka itu pada orang
tua sudah amat parah. Hal ini diantaranya karena sudah terjadi perubahan-
perubahan seperti arteriosclerosis, kerusakan jantung, ginjal dan otak.
Anak-anak pun sangat rentan terhadap kehilangan cairan.

H. Beberapa perubahan yang terjadi


1. Cairan tubuh:
Karena panas kapiler-kapiler darah berubah menjadi lebih permeable
terhadap cairan dan protein. Air, elektrolit dan protein akan keluar dari
intravaskular ke jaringan interstitial. Besarnya pengeluaran  0,5-1% volume
darah untuk 1% luas luka bakar. 20% luka bakar akan kehilangan volume
darah 10-20% sehingga akan mudah terjadi shock. Pengeluaran cairan paling
besar terjadi dalam 6-8 jam pertama setelah trauma. Cairan dalam bulla
kurang lebih sama dengan cairan plasma, mengandung protein, elektrolit
terutama Na+.
Penguapan = insensible water loss. Pada orang normal akan kehilangan air
melalui:
 Pernafasan 6 g/m2/jam
 Kulit 17 g/m2/jam
Contoh: orang dengan BB 60-70 kg  960 ml/24 jam/tubuh (2 g/kgBB/jam)
Pada orang normal stratum corneum merupakan “Evaporative Barrier”,
bila stratum corneum (dermis) rusak terbakar atau diambil waktu Skin grafting
maka evaporative menjadi besar (4-5 liter/m2/24 jam) tetapi dengan salep

16
lokal, pembalut dan terbentuknya crusta, evaporative berkurang. Tetapi tetap
sebagai sumber kehilangan cairan dan sekaligus energi.
2. Eritrosit
Karena panas dapat pecah atau terjadi fragile, tapi anemia tidak terjadi
pada hari I, oleh karena hemokonsentrasi
3. Ginjal
Dapat terjadi gagal ginjal akut karena shock bila shock tidak diatasi. Juga
dapat terjadi oleh karena timbunan hemoglobin, akibat eritrosit pecah
intravaskular maupun myoglobin karena kerusakan otot.
4. Cortison
Dikeluarkan banyak dalam darah sebagai akibat dari stress.
5. Glandula thyroid
Lebih aktif oleh karena metabolisme bertambah
6. Lambung
Hari I dapat terjadi dilatasi akut dan paralisa usus. Pada luka bakar sering
terjadi ulkus kecil-kecil difus di lambung (Curling Ulser) akibat
rangsangan sentral (hypothalamus) dan cortison meningkat
7. Jantung
Kini diketahui pada luka bakar dapat timbul Myocardial Depressant
Factor (MDF) yang menyebabkan gangguan jantung (disfungsi). MDF
ikut bertanggung jawab timbulnya shock pada hari I dan waktu septic syok
dimana jumlah cairan intravaskuler cukup. MDF merupakan glikoprotein
yang toksik yang dihasilkan akibat kulit terbakar, juga akibat hypoxia
pancreas.
8. Mekanisme daya tahan tubuh
Daya tahan tubuh dibuat :
a. Dalam serum (antibodi, complemen, serum endotoksin,
koaglutinin)
b. Polimorphonuclear leucocyt (PMN)
c. Lymphatic system
d. Respon dari RES

I. Terapi Umum
1. Pernafasan
Bila saluran nafas kena udara panas maka akan terjadi edema,
hipersekresi saluran nafas  Pasien sesak, stidor dan ronchi. Segera
dinilai apakah perlu dilakukan tracheostomy untuk mengatasi edema
larynx atau untuk memperkecil dead space pernafasan.
2. Rasa nyeri

17
Nyeri hebat dapat menyebabkan neurogenik shock pada jam I 
berikan analgetika iv seperti morfin diberikan dalam dosis 0,05mg/kgBB.
Bila terjadi intoxikasi morfin berupa depresi pernafasan dapat diberikan
anti dotumnya yaitu naloxon sebesar 40g iv.
3. Cairan
Diberikan pada pasien tingkat II-III 20% atau lebih, indikasi pemberian
infus, dan kemungkinan shock. Anak dan orang tua batasnya 15%
Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan mengembalikan
perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan terbesar adalah
pada 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi maksimum edema adalah pada
24 jam pertama setelah luka bakar. Prinsip dari pemberian cairan pertama kali
adalah pemberian garam ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang
terbakar, dan sel-sel tubuh. Pemberian cairan paling popular adalah dengan Ringer
laktat untuk 48 jam setelah terkena luka bakar. Output urin yang adekuat adalah
0.5 sampai 1.5mL/kgBB/jam.
Beberapa formula digunakan untuk resusitasi cairan. Formula yang terkenal
adalah formula Parkland :
24 jam pertama.Cairan Ringer laktat : 4ml/kgBB/%luka bakar
o contohnya pria dengan berat 80 kg dengan luas luka bakar 25 %
o membutuhkan cairan : (25) X (80 kg) X (4 ml) = 8000 ml dalam 24 jam
pertama
 ½ jumlah cairan  4000 ml diberikan dalam 8 jam
 ½ jumlah cairan sisanya  4000 ml diberikan dalam 16 jam
berikutnya. (10)

Menurut Evans Broke terapi cairan dalam 48 jam pertama


a) 24 jam pertama:
Cairan koloid: ......... ..... BB x ....... % luka bakar x 0,5
ml=............... ml
Cairan kristaloid: ......... BB x ........ % luka bakar x 1,5 ml=............... ml
Maintanance: Dewasa : 2.000 ml =............... ml
2
* Anak-anak : 2.000 ml/m BSA = .................. ml
Jumlah cairan/ 24 jam pertama = .................. ml

* Catatan:
Berat Badan Surface Area
1-5 kg m2 = (0,05 x kg) + 0,05
6-10 kg m2 = (0,04 x kg) + 0,10
11-20 kg m2 = (0,03 x kg) + 0,20
21-40 kg m2 = (0,04 x kg) + 0,40
18
Setengah jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama (dihitung dari saat
terjadinya kejadian) dan setengahnya diberikan dalam 16 jam berikutnya.
b) 24 jam ke-2:
Cairan koloid: ......... BB x ..........% luka bakar x
0,5ml=...................ml
Cairan elektrolit: .........BB x ..........% luka bakar x 0,5 ml=.................. ml
Maintanance: Dewasa : 2.000 ml = .................. ml
2
* Anak-anak : 2.000 ml/m BSA = .................. ml
Jumlah cairan/ 24 jam kedua = .................. ml
Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus
Baxter yaitu :
% x BB x 4 cc
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan
RL karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan setengah cairan hari
pertama. Contoh : seorang dewasa dengan BB 50 kg dan luka bakar seluas 20 %
permukaan kulit akan diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan hari
pertama dan 2000 cc pada hari kedua.
Kebutuhan kalori pasien dewasa dengan menggunakan formula Curreri, adalah 25
kcal/kgBB/hari ditambah dengan 40 kcal/% luka bakar/hari.
Petunjuk perubahan cairan
 Pemantauan urin output tiap jam
 Tanda-tanda vital, tekanan vena sentral
 Kecukupan sirkulasi perifer
 Tidak adanya asidosis laktat, hipotermi
 Hematokrit, kadar elektrolit serum, pH dan kadar glukosa

4. Vaksin Pseudomonas polivalen


Bila kemungkinan terjadi sepsis. Bila sepsis sudah timbul maka
pemberian anti pseudomonas IgG secara pasif masih memberikan harapan.

J. Terapi luka
1. Perawatan pertama
a. Segera
Luka didinginkan dengan air dingin temperatur 20°C selama 15
menit. Kontak kulit dengan temperatur 90°C 10 menit  setelah lepas

19
dalam 5 menit temperatur tetap 50°C lakukan pendinginan untuk
mengurangi destruksi lebih lanjut. Harus dimulai dalam 30 menit
setelah trauma.
b. Luka tingkat I tidak perlu pengobatan khusus, bersihkan dan beri
analgetika.
c. Di RS, bersihkan seluruh tubuh, rambut dikeramas dengan shampo,
kuku dipotong, luka dibilas dengan cairan infektan seperti sabun
Cetrimide (Salvan). Kulit mati dibuang, bulla dibuka. Luka bakar yang
luas dengan bulla intak dipertahankan beberapa hari sebagai
evaporative barrier.

Penatalaksanaan pada pasien luka bakar

2. Perawatan definitif
a. Perawatan tertutup
Setelah luka bersih, tutup dengan Daryan Tulle (vaselin+antibiotik)
lalu tutup dengan kain kasa dan verband. Verband mencegah eksudasi
cairan keluar, melindungi luka dari trauma, bakteri dan mengurangi
evaporasi pada tubuh yang melingkar.
Kekurangannya:
o Menggunakan banyak verband, setiap hari diganti  nyeri dan
perdarahan
o Tidak dapat dilakukan pada daerah wajah dan inguinal
o Sendi-sendi dalam posisi full extension (diluruskan).

20
b. Perawatan terbuka
Eksudat, debris dari luka yang mengering  lapisan Eschar,
sebagai verband kaku dan relatif kedap udara  penyembuhan
dibawah Eschar. Perawatan dalam ruangan yang relatif steril. Setiap
Eschar yang pecah beri zalf lokal. Bila ada pus dibawah Eschar, febris,
leukosit meningkat  Escharotomy.
Escharotomy
Luka bakar grade III yang melingkar pada ekstremitas dapat
menyebabkan iskemik distal yang progresif, terutama apabila terjadi
edema saat resusitasi cairan, dan saat adanya pengerutan keropeng.
Iskemi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada jari-jari tangan
dan kaki. Tanda dini iskemi adalah nyeri, kemudian kehilangan daya
rasa sampai baal pada ujung-ujung distal. Juga luka bakar menyeluruh
pada bagian thorax atau abdomen dapat menyebabkan gangguan
respirasi, dan hal ini dapat dihilangkan dengan escharotomy.
Dilakukan insisi memanjang yang membuka keropeng sampai
penjepitan bebas.

21
Gambar Escharotomy

c. Perawatan semi-terbuka
Seperti perawatan terbuka tetapi hanya mengandalkan Eschar
sebagai verband tapi diberi obat-obat lokal sehingga Eschar lunak dan
mudah dibersihkan.
3. Obat-obatan lokal
Obat lokal merupakan suatu keharusan. Obat sistemik tidak efektif oleh
karena adanya jaringan nekrotik dan luka.
a. AgNO3 0,5% dalam pembalut basah  Pseudomonas
Kerugian :
o Larutan hipertonis  elektrolit keluar dari tubuh
o Sprei dan lantai kotor
b. Sulfamylon dalam cream 10%
Menyebabkan rasa nyeri yang hebat, asidosis metabolik
c. Silver Sulfa Diazine (AgSO) cream 1% diberikan sekali sehari
- Efek samping sedikit
- Resistensi jarang
- Bersifat bakterisidal  Gram (+) dan Gram (-)
d. MEBO/MEBT (Moist Exposed Burn Ointment / Therapy)
Merupakan broad spectrum ointment. Merupakan preparat herbal,
mengunakan zat alami tanpa kimiawi. Toksisitas dan efek samping
belum pernah ditemukan.
Terdiri dari :
1. Komponen Pengobatan: beta sitosterol, bacailin, berberine Yang
mempunyai efek: analgesik, anti-inflamasi, anti-infeksi pada luka
bakar dan mampu mengurangi pembentukan jaringan parut.
2. Komponen Nutrisi: amino acid, fatty acid dan amylose, yg
memberikan nutrisi untuk regenerasi dan perbaikan kulit yg
terbakar.
Efek pengobatan :
 Menghilangkan nyeri luka bakar
 Mencegah perluasan nekrosis pada jaringan yg terluka.
 Mengeluarkan jaringan nekrotik dengan mencairkkannya
 Membuat lingkungan lembab pada luka , yg dibutuhkan selama
perbaikan jaringan kulit tersisa.
 Kontrol infeksi dengan membuat suasana yg jelek untuk
pertumbuhan kuman. bukan dengan membunuh kuman.

22
 Merangsang pertumbuhan PRCs (potential regenerative cell) dan
stem cell untuk penyembuhan luka dan mengurangi terbentuknya
jaringan parut
 Mengurangi kebutuhan untuk skin graft
Prinsip penanganan luka bakar dgn MEBO:
• Makin cepat diberi MEBO , hasilnya lebih baik (dalam 4-12 jam
setelah kejadian)
• Biarkan luka terbuka
• Kelembaban yg optimal pada luka dengan MEBO
• Pemberian salep harus teratur & terus menerus tiap6-12 jam
dibersihkan dengan kain kasa steril jangan dibiarkan kulit terbuka
tanpa salep > 2-3 menit untuk mencegah penguapan cairan di
kulit dan microvascular menyebabkan thrombosit merusak jaringan
dibawahnya yang masih vital.
• Pada pemberian jangan sampai kesakitan / berdarah, menimbulkan
perlukaan pada jaringan hidup tersisa
• Luka jangan sampai maserasi maupun kering
• Mandi
• Setiap 1-2 hari dengan cairan desinfektan, juga membuang
jaringan nekrotik..
• Escharotomy pada minggu ke 2, eksisi dengan pisau,
dermatome, elektroexcisi
• Saat mandi/ escharotomy sering diperlukan analgetika.
• Skin grafting
Transplantasi kulit untuk mempercepat penyembuhan dan mengurangi
kehilangan cairan/ energi
o Jika keadaan umum belum baik, luas sekali, sukar mendapatkan kulit
sehat maka pasien perlu Allograf : homograf (manusia lain) atau
Heterograf (binatang)  bersifat sementara. Terutama bila keadaan
umum kritis, maka mengurangi evaporasi, bahaya shock. Penanganan
infeksi sampai keadaan umum stabil. Setelah 2 minggu sebagian luka
bakar sembuh.
o Jaringan amnion
• Antibiotika sistemis
Bakteri-bakteri yang berada pada luka dapat gram positif
(Staphylococcus pyogenes, S.aureus, S.epidermidis dan alpha dan beta
hemolitik serta enterococcal streptococci), Gram negatif (Pseudomonas

23
aerugenosa, Eschericia coli, Klebsiella, Enterobacter, Citrobacter, Proteus
dan Bacteroides). Bakteri gram positif umumnya hanya berkembang
setempat, tetapi bakteri gram negatif terutama pseudomonas sangatlah
invasif dan banyak menimbulkan sepsis. Pengobatan dengan diberikan
Penisilin (banyak yang resisten), Cephalosporin, Aminoglycoside.
• Excisi dini
Pada luka bakar derajat II B dan derajat III harus dipertimbangkan
umtuk melakukan excisi dini yaitu hari ke-4 sampai ke-14 setelah
keadaannya stabil. Excisi dilakukan dengan cara tangential (seperti
mengambil split thicknes graft) dan disusul dengan grafting. Kerugian
pada tangential excisi adalah sering adanya perdarahan yang banyak.
Bila suatu luka sudah ditumbuhi jaringan granulasi dan bukan
perambatan epithel serta berjarak lebih dari 2-3 cm memerlukan suatu skin
grafting. Kalau kurang dari 3cm dapat diharap terjadinya penutupan
epitelisasi spontan

K. Meletakkan sendi-sendi
Posisi nyaman (position of comfort) adalah posisi kontraktur. Luka akan
mengkerut sampai menemukan kekuatan yang melawannya, seperti splint atau
spalk, traksi, latihan atau kombinasi dari mereka untuk profilaksis kontraktur.
Yang paling sering dipakai untuk splint adalah orthoplast isoprene.
a. Kepala
Luka bakar di leher dan kepala, maka kepala diletakkan lebih tinggi
dari jantung, tetapi tidak boleh pakai bantal agar leher tetap dalam posisi
ekstensi.
b. Siku  Ekstensi dengan splint
c. Bahu  900 abduksi dan 300 flexi
d. Tangan
a. Pergelangan tangan posisi netral
b. Jari ke-2-5, sendi metacarpophalangeal diletakkan pada posisi flexi 450
c. Sendi interphalangeal dalam ekstensi
d. Ibu jari dalam posisi menyebar dan interphalangeal abduksi dan flexi
e. Tungkai bawah
a. Panggul: ekstensi dan abduksi 15 derajat
b. Lutut: ekstensi
c. Kaki: pergelangan kaki posisi netral atau 900, dipasang foot-board atau
Dennis Brown splint

24
L. Kematian luka bakar
d. Plasmogenik shock, karena kehilangan cairan
e. Kegagalan jantung karena MDF
f. Sepsis/ toksik karena infeksi
g. Kegagalan ginjal mendadak atau acute renal failure
h. Komplikasi lain seperti pneumonia

M. Prognosis
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas
permukaan badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan
kecepatan pengobatan medikamentosa. Luka bakar minor mungkin sembuh 5-10
hari tanpa adanya jaringan parut. Luka bakar moderat mungkin sembuh dalam 10-
14 hari dan mungkin menimbulkan luka parut. Luka bakar mayor membutuhkan
lebih dari 14 hari untuk sembuh dan akan membentuk jaringan parut. Jaringan
parut akan membatasi gerakan dan fungsi. Dalam beberapa kasus, pembedahan
diperlukan untuk membuang jaringan parut.

25
DAFTAR PUSTAKA

Benjamin C. Wedro. First Aid for Burns. (online) (http://www.medicinenet.com.


Diakses tanggal 11 Juli 2016)

Christantie Effendi. 1999. Tinjauan Teoritis Luka Bakar. Dalam : Perawatan


Pasien Luka Bakar. Jakarta : EGC. hal. 1-4

David J. Coleman. 2000. Chapt. 14 : Burns, in : Bailey Surgical Textbook. .. p.


188-196

David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam :


Surabaya Plastic Surgery. http://surabayaplasticsurgery.blogspot.com

Ernest B.Hawkins. Burns. (online) (http://www.umm.edu/ diakses tanggal 9 Juli


2016)
James H. Holmes., David M. heimbach. 2005. Burns, in : Schwartz’s
Principles of Surgery. 18th ed. McGraw-Hill. New York. p.189-216

Jerome FX Naradzay.(online). (http: // www. emedicine. com/ med/ Burns,


Thermal diakses tanggal 11 Juli 2016)

Mayo clinic staff. Burns First Aids. (online). (http: //


www.nlm.nih.gov/medlineplus diakses tanggal 10 Juli 2016)

Mayo clinic staff. Burns First Aids. (online) (http: // www.mayo.clinic.com.


Diakses 10 Juli 2016)

Merck. Burns.(online) (http: // www. merck. com/ mmpe/ sec03/ ch030/


ch030b.html diakses tanggal 10 Juli 2016)

Sherif, M. & Sato, R. 1989. Severe Thermal Hand Burn : Factors Affecting
Process. In : Burns. p. 14, 422-46,.

Steven E. Wolf M.D., David N. 2004. Chapt. 20 : Burns, in : Sabiston


Textbook of surgery. 17th ed. Saunders. Philadelphia. p 345-361

St. John Ambulance. First aid: First on the Scene: Activity Book, Chapter 19.
(online). (http://en.wikipedia.org/wiki/Burn_%28injury%29 diakses 11 Juli 2016)

Wim de Jong. 2004. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
2. EGC. Jakarta. p 73-83

Yefta Moenadjat. 2003.Luka Bakar : Pengetahuan Klinik Praktis. Jakarta : FK UI


hal 1-2.

26

Anda mungkin juga menyukai