Burn Injury
Disusun oleh:
Muhammad Ilman
1301-1213-0588
1301-1213-0563
BURN INJURY
I.STATUS PASIEN
1.1 Keterangan Umum
Nama
: Tn. Ugan
Umur
: 57 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: SLTA
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Buruh
: 4 Desember 2014
Tanggal Pemeriksaan
: 16 Desember 2014
1.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Anamnesis khusus
5 jam sebelum masuk rumah sakit pasien sedang bekerja di lantai 2 bangunan sekolah
Cipendui. Pasien memegang besi yang mengenai kabel listrik di jalan dengan kedua
tangannya. Lalu pasien tersetrum. Pasien tidak jatuh, tidak pingsan, tidak kejang, tidak
muntah. Pasien dibawa ke RS Kawaluyan. Disana pasien diinfus cairan 2000 cc dan
diberikan injeksi ketese. Karena fasilitas kurang memadai, pasien dirujuk ke RSHS. Urine
berwarna coklat keruh sebanyak 100cc.
Selama di RSHS pasien sudah menjalani 2 kali operasi, yaitu pada tanggal 4
Desember 2014 operasi Necrotomy debridement dan fasiotomi serta pada tanggal 13
Desember 2014 operasi amputasi tungkai kiri dan tangan kiri 1/3 atas.
Kesadaran
: Kompos mentis
Gizi
: Cukup
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
Pernafasan
: 20x/menit, reguler
Suhu
: 36,7 C
Berat badan
: 65 kg
Tinggi badan
: 165 cm
TBSA
: 1,73
Kepala
Leher
Thoraks
Paru-paru
Jantung
Abdomen
Hati
: Tak teraba
Limpa
: Tak teraba
Ginjal
: Ballotement -/-
Inguinal
Ekstremitas
Status Lokalis:
1. a/r extremity superior sinistra gr 2-3 6% sudah dilakukan amputasi pada 13
Desember 2014
2. a/r extremity superior dextra gr 2-3 6%, arteri radialis (-)
3
8/12/2014
PT/APTT/INR
12.6/20/1.16
Hb
8.6
7.2
Ht
25
21
Lekosit
13900
9900
Eritrosit
2.96
2.52
Trombosit
261000
136000
MCV
84.1
84.9
MCH
29.1
28.6
MCHC
34.5
33.6
Laktat
2.1
Albumin
SGOT/SGPT
789/352
Protein Total
3.7
Ur/Cr
35/0.46
27/0.66
5
GDS
129
178
Na/K/Cl/Ca/Mg
132/3.6/107/4.55/1.69
125/4
Foto Thorax AP: tidak tampak edema paru, tidak tampak kardiomegali.
1.5 Diagnosis Kerja
Post amputasi POD 3 a/i gangrene ec Combutio grade II-3 26% ec trauma listrik a/r
ekstremitas superior-inferior bilateral dengan eskar melingkar di wrist joint dextra et sinistra
dan nekrosis pedis sinistra
1.6 Penatalaksanaan
Umum :
Khusus :
Ceftriaxone 2x1g IV
Ranitidin 2x1
Tramadol 3x1
Vit K 3x1
1.9 Prognosis
- Quo ad vitam
: dubia ad bonam
II. PEMBAHASAN
Definisi
Burn injury atau luka bakar adalah cedera pada kulit dan jaringan sekitarnya akibat
suhu, bahan kimia, listrik, atau radiasi.
Epidemiologi
Luka bakar merupakan suatu keadaan yang mengancam seluruh kalangan usia. Akan
tetapi, lebih dari 60% luka bakar terjadi di usia produktif, dengan korban pria lebih
banyak daripada wanita. Penyebab tersering adalah api dan air mendidih, selebihnya
disebabkan oleh bahan kimia dan listrik.
Klasifikasi
Derajat I
Derajat IIa
Derajat IIb
Derajat III
(Superficial)
(Partial
(Partial
(Full thickness)
thickness-
thickness-deep
superficial
dermal)
dermal)
Patologi
Hanya
Seluruh
Seluruh
mengenai
epidermis
epidermis
dan
lapisan dermis
atas dermis
Seluruh
lebih dermis,
hingga
Warna
kemerahan
Merah
Merah-putih
muda-
Putih,
kehitaman
kemerahan
Bula
+/-
+/-
Capillary
+ (tumpul)
refill
Nyeri
coklat
Kekeringan
Kering
Lembab
Lembab
Lainnya
Edema,
Tidak
pucat
pucat
Terapi
Kering
terlalu Hangus,
disertai
eskar
Terapi
suportif:
analgesik
sellulpse
skin graft
Perubahan
kardiovaskular:
permeabilitas
kapiler
meningkat
membuat
pelepasan protein dan cairan intravascular ke interstitial. Selain itu terjadi juga
vasokonstriksi
arteri-arteri
perifer
dan
splanknik.
Pelepasan
TNF-
Mekanisme Kerusakan
1. Trauma Termal
Hingga 70% luka bakar pada anak disebabkan oleh air panas. Air mendidih
menyebabkan luka bakar derajat IIa hingga derajat IIb. Api sering juga menyebabkan
trauma inhalasi dan trauma lainnya, biasanya menyebabkan luka derajat IIb hingga
derajat III. Kontak benda panas biasanya terjadi pada pasien epilepsy, akibat pengaruh
alcohol atau obat-obatan terlarang, atau pada kecelakaan di area industry juga pada
pasien tua dengan penurunan kesadaran sehingga menyebabkan kontak dengan objek
panas. Kontak tersebut menyebabkan luka bakar derajat IIb hingga derajat III.
2. Trauma Listrik
Biasanya arus listrik akan membuat jalur dengan membentuk satu titik masuk dan
keluar dan jaringan diantara kedua titik tersebut mengalami jejas seketika. Jumlah
panas yang masuk menetnukan derajat kerusakan jaringan. Dapat dihitung dengan
0.24 x (tegangan listrik dalam volt)2 x resistensi listrik.
Trauma listrik dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Listrik setempat
Terkena tegangan rendah yang menyebabkan luka kecil tapi dalam. Dapat
mengganggu siklus jantung dan menyebabkan aritmia.
b. Trauma tegangan tinggi sesungguhnya (true high tension injury)
Terkena tegangan >10000V. Dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang luas
hingga menyebabkan kehilanan ekstremitas. Kerusakan otot dapat menyebabkan
rabdomiolisis hingga gagal ginjal. Resusitasi dan debridement yang segera dan
agresif sangat dibutuhkan. Kontak dengan tegangan >70000V dapat berakibat
fatal.
c. Flash injury
9
Flash injury terjadi ketika terdapat percikan api dari sumber tegangan tinggiyang
menyebabkan luka superficial pada bagian tubuh yang terpajan, biasanya pada
tangan dan wajah. Pada kasus ini tidak terdapat aliran listrik yang mengalir
langsung ke tubuh pasien.
Bagian terpenting dari trauma listrik adalah mengamati jantung. Jika gambaan EKG
saat kunjungan normal dan tidak ada riwayat penurunan kesadaran, pengamatan
jantung tidak dibutuhkan. Namun bila ada, sebaiknya dilakukan monitor setidaknya
dalam 24 jam.
3. Trauma Kimia
Dapat terjadi di area industry atau rumah tangga. Umumnya luka dalam karena
selama agen korosif masih kontak dengan kulit, ia akan terus berlanjut menyebabkan
nekrosis koagulatif. Bahan yang bersifat alkali mengakibatkan penetresi lebih dalam
dan menyebabkan luka bakar lebih buruk daripada asam.
Tatalaksana awal adalah dengan mengirigasi seluruh badan pasien dengan air untuk
melepaskan seluruh bahan kimia. Hal tersebut terbukti mengurangi dalam luka. Kertas
laknus dapat digunakan untuk mengetahui sifat bahan korosif.
Permukaan palmar
Gunakan area permukaan palmar pasien termasuk jari-jari secara kasar
merupakan 0.8% total permukaan tubuh. Dapat digunakan untuk mengestimasi
luka bakar kecil (<15%) atau yang sangat besar (>85%, hitung permukaan
yang tidak terbakar). Namun untuk ukuran medium, sering tidak akurat.
10
Baik dan cepat. Lebih sering digunakan pada dewasa, yaitu area tubuh dibagi
berdasarkan area 9%. Sedangkan pada anak sedikit berbeda karena ukuran
kepala yang relative lebih besar sehingga kurang akurat digunakan untuk
anak-anak.
o Seluruh permukaan lengan, masing-masing 9%.
o Batang tubuh posterior dan anterior, masing-masing 18%.
o Kepala/Leher sebesar 9%.
o Seluruh ekstremitas bawah, masing-masing 18%.
o Area genital 1%.
-
11
Tatalaksana
Tujuan penatalaksanaan luka bakar adalah untuk mengembalikan bentuk dan fungsi
area yang terkena. Tatalaksana dapat dibagi menjadi 7 fase, yaitu:
1. Rescue: selamatkan pasien dari sumber penyebab luka bakar.
2. Resuscitate: jaga sirkulasi dengan memberikan cairan.
3. Retrieve: setelah evaluasi dan tatalaksana di unit gawat darurat, rujuk ke unit luka
bakar.
4. Resurface: perbaikan kulit dan jaringan yang terluka dengan dressing sederhana,
debridement, hingga skin graft.
5. Rehabilitate: mengembalikan semua fungsi baik fisik, emosional, serta psikologi
pasien.
6. Reconstruct: memperbaiki semua jaringan parut.
7. Review: Terutama pada anak-anak, membutuhkan pemeriksaan ulang setiap tahun.
Pertolongan Pertama
1. Hentikan proses luka bakar.
Jauhkan semua sumber luka. Pakaian sebaikna dilepaskan karena dapat menahan
panas. Pada trauma listrik, hubungan listrik harus diputuskan.
2. Dinginkan luka bakar.
12
Efektif pada 20 menit pertama. Irigasi dengan air 150C selama 20 menit. Hal tersebut
membantu melepaskan bahan berbahaya, mengurangi nyeri, dan mengurangi edema
dengan menstabilkan sel mast dan pelepasan histamine. Jangan gunakan air es karena
vasikonstriksi dapat menyebabkan progresi luka bakar. Namun, mendinginkan area
kulit luka bakar yang luas dapat menyebabkan hipotermia terutama pada anak-anak.
Luka bakar kimia dapat diirigasi air sebanyak-banyaknya.
3. Analgesik.
Dapat diberikan obat golongan OAINS seperti ibuprofen.
4. Tutup luka bakar.
Sebaiknya dressing yang digunakan lembut, lentur, tidak menempel, kedap, dan
transparan. Sebaiknya penutup hanya untuk menutupi luka tanpa benar-benar
membungkus luka. Selimut baik untuk menjaga pasien tetap hangat. Bila tidak ada
film yang lengket, dapat digunakan alas katun steril. Luka bakar pada tangan dapat
ditutup dengan plastic jernih penutup sajian makanan/clingwarp. Cegah penggunaan
dressing basah. Jangan pula gunakan krim topical apapun karena dapat mengurangi
penilaian luka. Penggunaan antibiotic topical tidak dianjurkan.
Tatalaksana Lanjutan
1. Bersihkan luka.
Bersihkan dengan sabun dan air atau cairan antibakteri seperti cairan klorheksidin.
Bila terdapat bula yang besar, sebaiknya dipecahkan dari bagian dasar., kulit mati
sebaiknya dibuang dengan menggunakan gunting atau jarum steril. Bula yang kecil
sebaiknya dibiarkan saja.
a. Luka bakar derajat I
Cuci dengan air dan sabun, berikan pelembab dan antibiotic topical. Dalam
beberapa hari akan sembuh.
b. Luka bakar derajat II
-
Berikan antibiotic topical, biasanya dengan krim neomicyn bacitrasin, dua kali
sehari dan tutup dengan penutup kering.
Biasanya sembuh minimal dalam 4 minggu dan sembuh dengan jaringan parut
hipertropik.
Biasanya membuthkan eksisi tangensial dan skin graft, kecuali luka dengan
diameter <4cm).
2. Gunakan penutup.
Idealnya dalam 24 jam perlu dilakukan pemeriksaan dressing ulang. Pertama kali
dressing diganti setelah 48 jam kemudian setiap 3-5 hari berikutnya. Bila luka yang
diberi dressing terasa nyeri, berbau, terkontaminasi, keluar cairan berlebihan, atau
adanya tanda-tanda infeksi seperti demam, segera ganti dressing. Bila luka tidak
sembuh dalam 3 minggu, segera rujuk ke nedah plastic yang menangani luka bakar.
Bekas luka bakar akan kering dan sensitive. Dalam masa penyembuhan dapat terasa
gatal. Sebaiknya berikan krim pelembut dan hindarkan dari paparan matahari
langsung.
3. Luka bakar di wajah.
Sebaiknya dirujuk ke spesialis bedah plastic. Namun bila hanya sunburn, luka
sebaiknya dibersihkan dua kali sehari dengan solusio koroheksidin terdilusi.
Sebaiknya dilapisi krim seperti paraffin cair, setiap 1-4 jam untuk meminimalisasi
pembentukan krusta. Pasien sebaiknya tidur dengan 2 bantal dalam 48 jam pertama
untuk mencegah edema wajah.
Anamnesis
Dari anamnesis dapat diketahui:
1. Bahan yang menyebabkan luka bakar.
2. Bagaimana kontaknya dengan pasien.
14
3. Pertolongan pertama yang telah dilakukan dan tata laksana lanjutan yang sudah
diberikan.
4. Adakah kejadian lain yang menyertai, seperti jatuh, tabrakan, atau ledakan.
5. Adakah risiko trauma inhalasi, terutama pada kejadian di ruang tertutup.
6. Kapan terjadi dan berapa lama pajanannya.
7. Sudahkah resusitasi cairan dimulai.
Survey Primer
-
Airway
Sebaiknya servikal tetap dilindungi kecuali yakin tidak terdapat jejas servikal.
Inhalasi gas panas dapat menyebabkan edema pita suara sehingga jalan napas
harus dijaga agar tetap paten. Bila diperlukan, dapat dilakukan intubasi.
Tanda-tanda trauma inhalasi adalah:
a. Riwayat luka bakar karena api atau luka bakar di ruangan tertutup.
b. Luka bakar yang luas dan dalam di area wajah, leher, atau upper torso.
c. Bulu hidung yang terbakar.
d. Adanya sputum berkarbon atau partikel karbon di orofaring.
Indikasi dilakukannya intubasi adalah:
a. Edema tau eritem area orofaring dari inspeksi langsung dengan
laringoskop.
b. Suara berubah menjadi kasar atau batuk kasar.
c. Stridor, takipnea, atau dispnea.
Breathing
Seluruh pasien luka bakar sebaiknya mendapatkan oksigen 100% dengan nonrebreathing mask. Luka bakar yang mengelilingi dada atau sangat luas dan
dalam di area dada dapat membatasi pergerakan dada dan membuat ventilasi
inadekuat. Dibutuhkan tindakan eskarotomi. Jejas yang mempenetrasi
menyebabkan tension pneumothorax, kontusio paru, dan trauma alveolar yang
dapat menyebabkan adult respiratory distress syndrome. Sekalipun telah
dingin, hasil kombustio dapat masuk ke paru-paru danmengiritasi paru yang
menyebabkan inflamasi, bronkospasme, dan bronkorhoea. Silia pneumosit
yang rusak dapat berlanjut menjadi atelektasi atau pneumonia. Dapat diberikan
nebulizer atau ventilasi tekanan positif dengan positive end-expiratory
pressure (PEEP).
15
Circulation
Buat dua jalur intravena yang besar segera di area tanpa luka.
D. Stabilitas neurologi
Periksa tingkat kesadaran pasien dengan Glasgow coma scale. Penurunan
kesadaran dapat terjadi karena hipoksia atau hipovolemia.
Environment
Seluruh permukaan tubuh pasien harus diperiksa termasuk punggung, untuk
mendapatkan estimasi akurat dari area luka bakar dan jejas yang menyertai.
Pasien sebaiknya ditutupi selimut karena rentan hipotermia, terutama anakanak.
Fluid Resuscitation
Pada luka bakar >20% diperlukan pemasangan kateter urine untuk memonitor
pengeluaran urin. Pada anak, jika tidak memungkinkan dengan akses
intravena, dapat menggunakan akses interoseus untuk sementara, namun jalur
intravena tetap harus segera dipasang. Setelah periode 24 jam pemberian
kristaloid, selanjutnya dapat dilanjutkan pemberian koloid karena dapat
memperbaiki ekspansi volume intervaskular. Berikan 0.3-0.5 mL x (berat
badan dalam kg) x % total permukaan area luka bakar selama 24 jam.
Setelahnya, terapi cairan disesuaikan berdasarkan keluaran urine dan keadaan
klinis pasien.
Suportif
Berikan analgesik, terutama pada luka bakar superficial karena sangat nyeri. Bila
NSAIDs tidak dapat mengatasi nyeri, dapat diberikan morfin oral (pada luka bakar
kecil) atau intravena. Dengan dosis 2-3 mg setiap kali pemberian dan dititrasi untuk
kontrol. Hati-hati dalam pemberian karena dosis berlebihan dapat menyebabkan
pasien tidak bernapas. Jangan berikan lebih dari 0.1 mg/KgBB dalam periode 1-2 jam.
Berlaku untuk anak dan dewasa.
Komplikasi
a. Parut yang sukar diperbaiki
b. Kontraktur
c. Cacat tubuh
d. Kematian
Prognosis
Hasil terbaik tergantung pada ukuran luka bakar dan usia pasien sendiri
17