Anda di halaman 1dari 30

LUKA BAKAR

LUKA BAKAR
Ialah luka yang disebabkan oleh termis(panas), elektris(elektrik) maupun khemis (kimia). Termis : - benda panas: padat, cair, udara/uap api, sengatan matahari / sinar panas Elektris : aliran listrik tegangan tinggi Khemis : asam kuat, basa kuat

ETIOLOGI / PENYEBAB
1. SUHU PANAS ( API, UAP, AIR ) DINGIN ( FROST BITE ) 2. LISTRIK 3. KIMIA (ASAM - BASA) 4. RADIASI ( terpapar dengan sumber radioaktif) 5. LASER

KEDALAMAN LUKA BAKAR


DERAJAT SATU Superficial Skin Burn(Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis)

DERAJAT DUA Partial Thickness Skin Burn (Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagian lapisan dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.) - Derajat II Dangkal (Superficial) Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis. - Derajat II Dalam (Deep) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
DERAJAT TIGA Full Thickness Skin Burn(Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis)

DERAJAT SATU

DERAJAT DUA

DERAJAT TIGA

Luas Luka Bakar


Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan namarule of nine atau rule of wallace yaitu: 1. Kepala dan leher : 9% 2. Lengan masing-masing 9% : 18% 3. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36% 4. Tungkai maisng-masing 18% : 36% 5. Genetalia/perineum : 1% Total : 100%

Luas luka bakar

Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan Berat Ringannya


American Burn Association membagi dalam :

A. Yang termasuk luka bakar ringan (minor) : - Tingkat II: kurang dari 15% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau kurang dari 10% Total Body Surface Area pada anak-anak. - Tingkat III: kurang dari 2% Total Body Surface Area yang tidak disertai komplikasi. B. Yang termasuk luka bakar sedang (moderate) : - Tingkat II: 15% 25% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau kurang dari 10% 20% Total Body Surface Area pada anak-anak. - Tingkat III: kurang dari 10% Total Body Surface Area yang tidak disertai komplikasi.

Cont
C. Yang termasuk luka bakar kritis (mayor): - Tingkat II: 32% Total Body Surface Area atau lebih pada orang dewasa atau lebih dari 20% Total Body Surface Area pada anak-anak.. - Tingkat III: 10% atau lebih. - Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga, kaki dan perineum.. - Luka bakar pada jalan pernafasan atau adanya komplikasi pernafasan. - Luka bakar sengatan listrik (elektrik). - Luka bakar yang disertai dengan masalah yang memperlemah daya tahan tubuh seperti luka jaringan linak, fractur, trauma lain atau masalah kesehatan sebelumnya..

Cont
American college of surgeon membagi dalam: 1) Parah critical: Tingkat II: 30% atau lebih. Tingkat III: 10% atau lebih. Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah. Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas. 2) Sedang moderate: Tingkat II: 15 30% Tingkat III: 1 10% 3) Ringan minor: Tingkat II: kurang 15% Tingkat III: kurang 1%

Patofisologi Terjadinya Penyakit


Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga air, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock (shock Hipovolemik) merupakan komplikasi yang sering terjadi, manisfestasi sistemik tubuh terhadap kondisi ini adalah :

Sistem Kardiovaskular
a. Penurunan cardiak output karena kehilangan cairan, tekanan darah menurun, hal ini merupakan awitan syok. Hal ini terjadi karena saraf simpatis akan melepaskan kotekolamin yang meningkatkan resistensi perifer (vasokonstriksi) dan peningkatan frekuensi nadi sehingga terjadi penurunan cardiak output. b. Kebocoran cairan terbesar terjadi dalam 24 36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncak dalam waktu 6 8 jam. Pada luka bakar < 30 % efeknya lokal, dimana akan terjadi oedema/lepuh pada area lokal, oedema bertambah berat bila terjadi pada daerah sirkumferensial, bisa terjadi iskemia pada derah distal sehingga timbul kompartemen sindrom. Bila luka bakar > 30 % efeknya sistemik. Pada luka bakar yang parah akan mengalami oedema masif.

Sistem Renal dan Gastrointestinal


Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan menurunnya GFR (glomerular filtration rate), yang menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju usus juga berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan disfungsi gastrointestia pada klien dengan luka bakar yang lebih dari 25 %.

Efek Pada Cairan dan Elektrolit


a. Volume darah mendadak turun, terjadi kehilangan cairan lewat evaporasi, hal ini dapat mencapai 3 5 liter dalam 24 jam sebelum permukaan kulit ditutup. b. Hyponatremia; sering terjadi dalam minggu pertama fase akut karena air berpindah dari interstisial ke dalam vaskuler. c. Hypolkalemia, segera setelah luka bakar sebagai akibat destruksi sel masif, kondisi ini dapat terjadi kemudian denghan berpindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan. d. Anemia, karena penghancuran sel darah merah, HMT meningkat karena kehilangan plasma. e. Trombositopenia dan masa pembekuan memanjang.

Respon Pulmonal
a. Hyperventilasi dapat terjadi karena pada luka bakar berat terjadi hipermetabolik dan respon lokal sehingga konsumsi oksigen meningkat dua kali lipat. b. Cedera saluran nafas atas dan cedera inflamasi di bawah glotis dan keracunan CO2 serta defek restriktif.

Sistem Imun
Fungsi sistem immune mengalami depresi. Depresi pada aktivitas lymphocyte, suatu penurunan dalam produksi immunoglobulin, supresi aktivitas complement dan perubahan/gangguan pada fungsi neutropil dan macrophage dapat terjadi pada klien yang mengalami luka bakar yang luas. Perubahanperubahan ini meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan hidup klien.

Pemeriksaan Diagnostik
1. Hitung darah lengkap : peningkatan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan/ kehilangan cairan. 2. Elektrolit serum : kalium meningkat karena cedera jaringan /kerusakan SDM dan penurunan fungsi ginjal. Natrium awalnya menurun pada kehilangan air. 3. Alkalin fosfat : peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan interstitial/ gangguan pompa natrium. 4. Urine : adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringan dalam dan kehilangan protein. 5. Foto rontgen dada : untuk memastikan cedera inhalasi 6. Skan paru : untuk menentukan luasnya cedera inhalasi 7. EKG untuk mengetahui adanya iskemik miokard/disritmia pada luka bakar listrik. 8. BUN dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal. 9. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi. 10. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap. 11. Albumin serum dapat menurun karena kehilangan protein pada edema cairan.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Konservatif A. Pre Hospital Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki karung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya. Sedang untuk kasus luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin, segera basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin. Matikan sumber listrik dan bawa orang yang mengalami luka bakar dengan menggunakan selimut basah pada daerah luka bakar. Jangan membawa orang dengan luka bakar dalam keadaan terbuka karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang terekspose udara luar dan menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar biasanya diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin, aspirin, asam mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis

Hospital a) Resusitasi A, B, C. Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu. 1. Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam. 2. Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae 3. Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, ada 2 cara yang lazim dapat diberikan yaitu dengan Formula Baxter dan Evans

B.

b) Resusitasi Cairan Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada penderita luka bakar yaitu : 1) cara Evans Untuk menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah : 1. Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc Nacl 2. Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc larutan koloid 3. 3.2000cc glukosa 5% Separuh dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairn hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan yang diberikan hari kedua. Sebagai monitoring pemberian lakukan penghitungan diuresis.

2)

cara Baxter

Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus : - Baxter = % luka bakar X BB (kg) X 4cc Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan ringer laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah pemberian hari pertama.

c) Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka. d) Monitor urine dan CVP. e) Topikal dan tutup luka Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik. Tulle Silver sulfa diazin tebal. Tutup kassa tebal. Evaluasi 5 7 hari, kecuali balutan kotor.

f) Obat obatan Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian. Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai kultur. Analgetik : kuat (morfin, petidine) Antasida : kalau perlu

2.

Penatalaksanaan Pembedahan Eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal akibat pengerutan dan penjepitan dari eskar. Tanda dini penjepitan berupa nyeri, kemudian kehilangan daya rasa menjadi kebal pada ujung-ujung distal. Tindakan yang dilakukan yaitu membuat irisan memanjang yang membuka eskar sampai penjepitan bebas. Debirdemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial.

Komplikasi

1.

Infeksi Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat mengalami sepsis. Berikan antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk kombinasi. Kortikosteroid jangan diberikan karena bersifat imunosupresif (menekan daya tahan), kecuali pada keadaan tertentu, misalnya pda edema larings berat demi kepentingan penyelamatan jiwa penderita. 2. Curlings ulcer (ulkus Curling) Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 510. Terjadi ulkus pada duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai hematemesis. Antasida harus diberikan secara rutin pada penderita luka bakar sedang hingga berat. Pada endoskopi 75% penderita luka bakar menunjukkan ulkus di duodenum.

Cont

3.

Gangguan Jalan nafas Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada hari pertama. Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi. Penanganan dengan jalan membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen, trakeostomi, pemberian kortikosteroid dosis tinggi dan antibiotika. 4. Konvulsi Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulsi. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan (penisilin, aminofilin, difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak diketahui. 5. Kontraktur Merupakan gangguan fungsi pergerakan 6. Ganguan Kosmetik akibat jaringan parut

Prognosis
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya permukaan luka bakar dan penenganan syok hingga penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepetaan kesembuhan. Luka bakar pada daerah perinium, ketiak, leher, dan tangan sulit dalam perawatannya, karena mudah mengalami kontraktur.

DAFTAR PUSTAKA - Carpenito-Moyet, Linda Jual. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC. - Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC. - Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC. - Muttaqin, Arif, dan Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta: Salemba Medika. - Santosa Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta: Prima Medika. - Smeltzer, Suzzane, and Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah/ Brunner & Suddarth. Vol. 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai